karbon. Mutan petite melakukan metabolism karbon bukan dengan respirasi menggunakan O
2
melainkan melalui fermentasi glukosa.
4.4 Hasil penentuan gula reduksi hasil fermentasi
Karena volume alkohol yang didapatkan pada saat destilasi yang dilakukan terlalu sedikit yaitu hanya melekat pada bagian selang destilasi maka untuk mengetahui
terjadinya suatu fermentasi maka dilakukan penghitungan penentuan gula reduksinya. Menurut Reed Peppler 1973, kadar gula terlarut mempunyai
hubungan yang erat dengan kadar alkohol, kadar alkohol yang tinggi akan mempunyai kadar gula yang terendah. Pengamatan kadar gula reduksi hasil fermentasi dari daging
buah durian oleh Saccharomyces sp. dengan metode Luff Schrool terdapat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Data Gula reduksi Fermentasi Durian oleh Saccharomyces sp. yang diisolasi dari daging buah durian
Perlakuan Selisih Titrasi Contoh - Titrasi Blanko 18,0 cm
Gula Reduksi mg
Awal 13
33,0 Kontrol
7,2 17,72
A1T1 7,4
18,24 A1T2
5,7 13,95
A1T3 5,3
12,95 A1T4
6,4 15,7
A2T1 6,2
15,2 A2T2
7,0 17,2
A2T3 7,1
17,46 A2T4
7,2 17,72
A3T1 10,6
26,56 A3T2
10,9 27,34
A3T3 8,2
20,32 A3T4
9,7 24,22
Dari Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa hasil sisa gula reduksi antara kontrol dengan perlakuan adalah berbeda. Hasil gula sisa yang paling terendah yang diperoleh adalah
pada perlakuan intensitas 20 Watt dengan waktu 50 menit adalah 12,95 mg sedangkan yang paling tinggi adalah pada perlakuan dengan intensitas 40 Watt dengan waktu 40
detik. Hal ini dapat disebabkan karena sel Saccharomyces sp. mungkin dapat tersinari
Universitas Sumatera Utara
dengan baik dengan sinar ultraviolet sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Menurut Hutter et al. 1998 mengatakan bahwa mutan petite atau mutasi yang
terjadi pada DNA mitokondria mampu meningkatkan kadar etanol 30 - 40 dibanding tipe liarnya. Valadi et al. 1998 telah pula melaporkan upaya peningkatan
produksi etanol menggunakan mutan Saccharomyces cerevisiae pada lokus gen pengkode enzim gliserol-3-fosfat dehodrogenase.
Gula reduksi merupakan hasil metabolisme karbohidrat yang digunakan untuk aktivitas pertumbuhan dan pembentukan metabolit sekunder oleh mikroba. Penurunan
kadar gula reduksi di akhir fermentasi mengindikasikan terbentuknya metabolit sekunder. Hal ini didukung terjadinya perbedaan pH selama fermentasi Nur, 2009.
Menurut Hidayat et al. 2006, menyatakan bahwa mutasi genetik yang dilakukan pada mikroba tidak memiliki stabilitas genetik yang baik. Mutan yang
diperoleh tidak langsung digunakan tetapi harus melalui seleksi. Seleksi adalah suatu prosedur untuk memdeteksi dan mengisolasi sel mutan yang diinginkan diantara
sekian banyak populasi mikroba. Mutan yang diperoleh atau lolos seleksi biasanya masih mendapat perlakuan mutasi dan seleksi berulang untuk menghasilkan biakan
yang menguntungkan pemakaianya dalam industri fermentasi.
Menurut Puspaningsih 2009, bahwa mutan petite Saccharomyces cerevisiae yang dihasilkan kan mampu meningkatkan kadar etanol, sehingga walaupun
ketersediaan bahan baku terbatas, mutan ini mampu menghasilkan etanol lebih tinggi dibanding tipe liarnya. Hal ini tentunya akan menguntungkan bagi industri etanol dan
diharapkan kebutuhan etanol dalam negeri dapat terpenuhi.
Dari Tabel 4.2 di atas juga dapat dilihat, bahwa pada perlakuan dengan intensitas 40 Watt dengan waktu 40 detik terdapat sisa gula reduksi yang paling tinggi
yaitu sebanyak 26,56 mg. Hal ini dapat terjadi akibat intensitas sinar ultraviolet terlalu tinggi, sehingga mengakibatkan kematian pada sel Saccharomyces sp.dan pada saat
fermentasi tidak mampu tumbuh dan mengubah gula menjadi glukosa. Pada analisa kadar gula sisa dapat diketahui bahwa kadar gula berkurang sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
bertambahnya waktu fermentasi, penurunan ini disebabkan karena khamir menggunakan gula tersebut dalam melakukan aktifitasnya dan juga merubahnya
menjadi alkhol, sehingga gula pada substrat akan semakin sedikit Elimasni, 1990. Hasil ini dapat dibuat dalam bentuk gambar sebagai berikut:
Gambar 4.6 Hasil gula reduksi fermentasi durian dengan metode Luff Schrool
Dari gambar diatas jelas dapat dilihat perbedan hasil gula reduksi sisa dari setiap perlakuan berbeda-beda. Hal ini terjadi dapat disebabkan karena waktu dan intensitas
yang diberikan mempengaruhi pertumbuhan khamir, sehingga ada yang mengalami terjadinya mutasi.
Tingginya gula reduksi pada perlakuan dengan intensitas 40 Watt dengan lama penyinaran 40 detik ini mungkin dapat disebabkan karena sel Saccharomyces sp. ini
mengalami kerusakan pada sel nya yaitu dapat dilihat pada koloni yang disubkulturkan kembali sangat sedikit pertumbuhanya dibandingkan dengan kontrol.
Pengukuran gula reduksi dilakukan pada hari ke tujuh karena hari 1 sampai 4 hari merupakan waktu adaptasi mikroba sehingga aktivitasnya belum optimal.
Menurut Fardiaz 1988, fase adaptasi diperlukan mikroorganisme untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Menurut Fardiaz 1988,
bahwa 4 hari merupakan waktu adaptasi mikroba sehingga aktivitasnya belum
Universitas Sumatera Utara
optimal, fase adaptasi diperlukan mikroorganisme untuk menyesuaikan diri `dengan kondisi lingkungan di sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut: a.
Radiasi ultraviolet pada intensitas 40 Watt dengan waktu 60 detik, setelah di subkulkturkan kembali koloni tidak tumbuh.
b. Semakin tinggi intensitas sinar Ultraviolet terhadap Saccharomyces sp.
menyebabkan kemampuan mereduksi gula semakin lemah, perlakuan yang paling rendah gula reduksinya adalah pada 20 Watt 50 menit yaitu 12,95 mg
sedangkan yang paling tinggi adalah pada 40 Watt 40 detik yaitu 27,34 mg, kadar gula awal adalah 33 mg.
5.2 Saran