2. Memperkuat daya, potensi yang dimiliki dengan langkah-langkah
positif memperkembangkannya. 3.
Penyediaan berbagai masukan, dan pembukaan akses kepeluang- peluang. Upaya yang pokok yang dilakukan adalah peningkatan taraf
pendidikan, derajat kesehatan, akses kepada modal, teknologi tepat guna, informasi, lapangan kerja dan pasar, dengan fasilitas-
fasilitasnya.
12
B. Pengertian keterampilan
Keterampilan memiliki kata dasar “terampil” yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan keterampilan
mempunyai makna atau arti kecakapan untuk menyelesaikan tugas.
13
Menurut W. Gulo, keterampilan tidak akan berkembang kalau tidak didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi
yang unik, dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan suatu ketautan yang utuh.
14
Ciri-ciri orang yang terampil yaitu, orang yang bisa mengembangkan dirinya dalam suatu kreativitas dan bisa melakukan sesuatu dengan baik untuk
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Dengan adanya kegiatan keterampilan ini maka program pemberdayaan yang dilakukan oleh Panti
Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi dapat terlaksana dengan baik dan mencapai hasil yang lebih maksimal.
12
Nyoman Sumaryadi, Perendancanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta : Citra Utama 2005.h.115
13
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.935.
14
W.Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Grafindo,2002, h.29.
C. Gelandangan dan Pengemis gepeng
1. Pengertian Gelandangan dan Pengemis
Istilah “gepeng” merupakan singkatan dari kata gelandangan dan pengemis. Menurut Depertemen Sosial R.I 1992, gelandangan adalah
orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai
tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum.
15
“Pengemis” adalah orang-orang yang mendapat penghasilan dari meminta-minta di muka umum dengan
berbagai alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.
16
Gelandangan dan Pengemis adalah seseorang yang hidup menggelandang dan sekaligus mengemis.
17
Ali, dkk,. 1990 menyatakan bahwa gelandangan berasal dari gelandang yang berarti selalu mengembara, atau berkelana lelana.
Dengan strata demikian maka gelandangan merupakan orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal atau rumah dan pekerjaan yang tetap atau
layak, berkeliaran di dalam kota, makan-minum serta tidur di sembarang tempat.
18
15
Depertemen Sosial R.I 1992 dalam Studi Kasus Saptono Iqbali, gelandangan-Pengemis di Kecamatan kubu Kabupaten Karang Asem.
16
Ibid, h. 2
17
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI 2007. Standar Pelayanan Minimal
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemi, hal 5
18
Ali, dkk,. 1990 Gelandangan di kartasura, dalam Studi Kasus Saptono Iqbali, gelandangan-Pengemis di Kecamatan kubu Kabupaten Karang Asem
Menurut Mutholib dan Sudjarwo dalam Ali,dkk.,1990 diberikan tiga gambaran umum gelandangan, yaitu :
a. Sekelompok orang miskin atau dimiskinkan oleh masyarakat,
b. Orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai,
c. Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan
dan keterasingan.
19
2. Faktor-faktor munculnya gelandangan dan pengemis
Masalah sosial dan ekonomi sulit dihindari keberadaannya dalama kehidupan bermasyarakat, yang berada di daerah perkotaan adalah pemicu
munculnya gelandangan dan pengemis yang ada pada saat ini, munculnya gelandangan dan pengemis merupakan akumulasi dan interaksi dari
berbagia masalah yang ada seperti halnya kemiskinan, pendidikan yang rendah, minimnya keterampilan kerja yang dimiliki, lingkungan sosial
budaya, kesehatan dan lain sebagainya. Adapun gambaran permasalahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Faktor kemiskinan
Kemiskinan menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal dan jangkauan pelayanan umum sehingga
tidak dapat mengembangkan kehidupan pribadi maupun keluarga secara layak.
19
Ibid, h. 3
b. Faktor Pendidikan
Pada umumnya tingkat pendidikan gelandangan pengemis relatif rendah sehingga menjadi kendala untuk memperoleh pekerjaan
yang layak. c.
Faktor keterampilan kerja Pada umumnya gelandangan dan pengemis tidak memiliki
keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja. d.
Faktor sosial budaya Ada beberapa faktor sosial budaya yang mempengaruhi seseorang
menjadi gelandangan dan pengemis. e.
Rendahnya harga diri Rendahnya harga diri pada sekelompok orang, mengakibatkan
tidak adanya rasa malu untuk meminta-minta. f.
Sikap pasrah pada nasib Mereka menganggap bahwa kemiskinan dan kondisi mereka
sebagai gelandangan dan pengemis adalah nasib, sehingga tidak ada kemauan untuk melakukan perubahan.
g. Kebebasan dan kesenangan hidup menggelandang
Ada kenikmatan tersendiri bagi sebagian besar gelandangan dan pengemis yang hidup menggelandang, karena mereka merasa tidak
terikat oleh peraturan dan norma yang kadang-kadang membebani mereka, sehingga mengemis adalah salah satu mata pencaharian.
h. Masalah Kesehatan
Dari segi kesehatan, gelandangan dan pengemis termasuk kategori warga negara dengan tingkat kesehatan fisik yang rendah.
Akibatnya rendahnya gizi makanan dan terbatasnya akses pelayanan kesehatan.
Selain permasalahan diatas ada berbagai dampak yang ditimbulkan oleh gelandanganan dan pengemis antara lain :
i. Masalah Lingkungan
Gelandangan dan Pengemis pada umumnya tidak memiliki tempat tinggal tetap, tinggal di wilayah yang sebenarnya dilarang dijadikan
tempat tinggal, seperti : taman-taman, bawah jembatan dan pinggiran kali. Oleh karena itu kehadiran mereka di kota-kota besar
sangat mengganggu ketertiban umum, ketenangan masyarakat dan kebersihan serta keindahan kota.
j. Masalah Kependudukan
Gelandangan dan Pengemis yang hidupnya berkeliaran dijalan- jalan dan tempat umum, kebanyakan tidak memiliki kartu identitas
KTPKK yang tercatat dikelurahan RTRW setempat dan sebagian besar mereka hidup bersama sebagai suami istri tanpa
ikatan pernikahan yang sah. k.
Masalah keamanan dan ketertiban Maraknya gelandangan dan pengemis di suatu wilayah dapat
menimbulkan kerawanan sosial, serta mengurangi keamanan dan ketertiban di daerah tersebut.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Gambaran Umum
Panti Sosial Bina Karya PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi adalah salah satu unit pelaksana teknis Departemen Sosial, Beralamat di JL.
H.M.Djojomartono No.19 Telp.Fax 021 880188 Bekasi – Jawa Barat.
PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial, meliputi pembinaan fisik, bimbingan mental, bimbingan sosial, pengubahan
sikap dan perilaku, pelatihan keterampilan dan resosialisasi serta pembinaan lanjut bagi gelandangan dan pengemis. Pelayanan dan rehabilitasi yang
diberikan adalah agar penerima pelayanan mampu berperan aktif dalam kahidupan bermasyarakat. Hal ini terlampir dalam peraturan menteri sosial
Republik Indonesia Nomor : 106HUK2009 Tentang organisasi dan tata kerja panti sosial dilingkungan departemen sosial.
1
B. Visi dan Misi
1. Visi : Mengantaskan penyandang masalah gelandangan dan pengemis
menjadi Manusia mandari. 2.
Misi: Memberikan pelayanan terbaik, bekerja secara profesional dengan landasan Pengabdian.
1
Himpunan keputusan menteri sosial Republik Indonesia tahun 2009. Pusat Penyusunan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum Kementerian Sosial RI Jakarta
2010 hal.617