34
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nisbah Bagi Hasil
a. Faktor Langsung
Diantara faktor-faktor langsung direct factors yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia dan
nisbah bagi hasil profit sharing ratio. 1
Investment rate, merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80, hal
ini berarti 20 dari total dana yang dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
2 Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah
dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode:
a Rata-rata saldo minimum bulanan
b Rata-rata total saldo harian
3 Nisbah profit sharing ratio
a Salah satu ciri mudhārabah adalah nisbah yang harus ditentukan
dan disetujui pada awal perjanjian. b
Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda. c
Nisbah juga dapat berbeda dari segi waktu ke waktu dalam satu bank misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.
d Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account
lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
35
b. Faktor tidak langsung
1 Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudhārabah
a Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya
profit and sharing. Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan diterima dikurangi biaya-biaya.
b Jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue
sharing. 2
Kebijakan akunting prinsip dan metode akunting, bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan,
terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
28
c. Kode Etik Pembagian Hasil Keuntungan
Ada sejumlah kode etik dalam sistem pembagian keuntungan dalam usaha berbasis penanaman modal ini diringkas sebagai berikut:
1 Keuntungan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, namun kerugian
hanya ditanggung oleh pemilik modal saja. Pembagian keuntungan antara kedua belah pihak yang terlibat usaha
penanaman modal itu adalah berdasarkan kesepakatan mereka berdua, namun hanya pemilik modal saja yang menanggung kerugian. Pengelola
modal hanya mengalami kerugian kehilangan tenaga. Alasannya, karena kerugian itu ungkapan yang menunjukkan berkurangnya modal, dan itu
adalah persoalan pemilik modal, pengelola tidak memiliki kekuasaan
28
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank syariah: Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h. 237-238.
36
dalam hal itu, sehingga kekurangan modal hanya ditanggung oleh pemilik modal saja, tidak oleh pihal lain.
2 Keuntungan dijadikan cadangan modal.
Artinya, pengelola tidak berhak menerima keuntungan sebelum ia menyerahkan kembali modal yang ada, karena keuntungan itu adalah
kelebihan dari modal. 3
Pengelola tidak boleh mengambil keuntungan sebelum masa pembagian. Alasan tidak dibolehkannya pengelola modal mengambil bagiannya dari
keuntungan kecuali setelah masa pembagian. Bisa jadi terjadinya kerugian setelah itu, sehingga keuntungan itu digunakan untuk menutupinya,
sebagaimana telah dijelaskan fungsi keuntungan itu sebagai cadangan modal. Sehingga bukan hanya dengan pembagian saja hak masing-masing
dari kedua belah pihak terjaga. Pemilik modal adalah mitra usaha pengelola, sehingga tidak ada hak baginya untuk mengambil bagian
keuntungannya tanpa izin dari mitra usahanya itu atau tanpa kehadirannya. 4
Hak mendapatkan keuntungan tidak akan diperoleh salah satu pihak sebelum dilakukan perhitungan akhir terhadap usaha tersebut.
29
29
Abdullah al-Mushlih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Cet. 1, Jakarta: Darul Haq, 2004, h. 177-178.
37
BAB III GAMBARAN UMUM BMT AL FATH IKMI PAMULANG
A. Sejarah Singkat BMT AL Fath IKMI
BMT AL FATH IKMI berdiri pada tahun 1996 13 Oktober 1996, sebagai koperasi primer dengan anggota awal 25 orang badan pendiri dengan modal awal
Rp 400.000,- per sendiri dan kini bertambah menjadi 36 anggota badan pendiri. Ide pendirian BMT AL FATH IKMI bermula dari para pengurus IKMI Ikatan
Masjid Indonesia yang tergabung dalam kegiatan ta ’lim. Gagasan untuk
mendirikan sebuah lembaga keuangan mikro syariah didasari oleh idealisme yang kuat untuk turut andil dalam membantu saudara-saudara kita yang bergerak
dibidang usaha, tetapi sulit untuk berkembang, banyaknya praktek rentenir, sistem ekonomi liberal yang melahirkan kaum kapitalis sehingga distribusi pendapatan
tidak merata. Disamping itu keinginan mengembangkan pola dakwah yang selama ini lebih banyak dibidang dakwah bil lisan, dicoba dibarengi dengan
dakwah bilhal sehingga harapan besar dimasa mendatang sistem ekonomi Islam dapat diterapkan di bumi Indonesia.
Pada tahun 1998, BMT AL FATH IKMI resmi mendaftarkan diri pada departemen koperasi untuk mendapatkan badan hukum. Maka BMT AL FATH
IKMI mendapatkan legal hukum dengan Nomor: 650BHkwk.10VI1998 dengan nama “koperasi simpan pinjam Pamulang”.