Karakteristik Penderita Nyeri Punggung Bawah (NPB) Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH

(NPB) YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA

ELISABETH MEDAN TAHUN 2004-2009

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 051000032

NENCYATI BR GINTING

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH

(NPB) YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA

ELISABETH MEDAN TAHUN 2004-2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 051000032

NENCYATI BR GINTING

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

KARAKTERISTIK PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH

(NPB) YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA

ELISABETH MEDAN TAHUN 2004-2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 051000032

NENCYATI BR GINTING

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim penguji Skripsi

Pada Tanggal 30 Agustus 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Drh. Rasmaliah, M.Kes D

NIP. 19590818 198503 2 002 NIP. 19640404 199203 1 005 rs. Jemadi, M.Kes

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Nerseri Barus, MPH

NIP. 19450817 197302 2 001

NIP. 19490417 197902 1 001 Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH

Medan, September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, MS


(4)

ABSTRAK

Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan keluhan yang paling banyak ditemukan diantara semua keluhan nyeri yang menyebabkan inefisiensi pekerjaan dan paling banyak membutuhkan perawatan kesehatan. NPB menjadi penyebab tersering yang membatasi aktivitas masyarakat berusia <45 tahun dan menduduki peringkat ketiga setelah penyakit kelainan jantung dan arthritis serta rematik pada usia 45-65 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita NPB yang dirawat inap di Rumah sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009, bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel sebanyak 147 data penderita (total sampling). Analisis data menggunakan uji Chi-square, uji t, dan uji Kruskal-wallis.

Proporsi terbesar penderita NPB adalah pada kelompok umur 41-50 tahun (23,8%), umur termuda 11 tahun dan umur tertua 93 tahun, jenis kelamin perempuan (63,9%), sex ratio 56,4%, suku Batak (80,2%), agama Kristen Protestan (61,2%), pekerjaan Ibu Rumah Tangga (32%), status kawin (89,8%), daerah asal Kota Medan (70,1%), tidak ada riwayat cedera/trauma (91,2%), klasifikasi NPB Mekanikal (73,5%) dengan degenerasi (51,8%), penatalaksanaan medis konservatif (100%) dengan medikamentosa (100%), lama rawatan rata-rata 6,82 hari, PAPS (27,9%). Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh tidak terdapat perbedaan bermakna antara proporsi umur (p=0,111), jenis kelamin (p=0,253), lama rawatan rata-rata (0,153) berdasarkan klasifikasi NPB, lama rawatan rata-rata pulang berobat jalan (PBJ) secara bermakna lebih lama daripada pulang atas permintaan sendiri (PAPS) dan pulang sembuh (8,18 hari vs 6,24 hari vs 5,12 hari; F=5,199; p= 0,006), tidak terdapat perbedaan bermakna antara proporsi klasifikasi NPB berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,335).

Pihak rumah sakit sebaiknya melakukan evaluasi terhadap penderita PAPS yang mencapai 27,9% dan melengkapi pencatatan data penderita terutama pendidikan, berat badan dan tinggi badan penderita NPB, dan kepada penderita NPB agar rutin melakukan fisioterapi atau terapi fisik dan tidak mengkonsumsi obat pereda rasa nyeri sembarangan.


(5)

ABSTRACT

Low Back Pain (LBP) is the sigh that most common founded among all of pain’s sigh that causes inefficiency of work and the most condition that need health care. LBP becomes the most causes of activity limitation in people <45 age years and occuping the third rank in 45-65 age years old after hearth disease and arthritis and rheumatic.

This research was aimed to know the characteristic of LBP patients who was hospitalized in Santa Elisabeth in 2004-2009 by using case series design. Population and sample were 147 LBP patients (toal sampling). Data analyzed had done by using Chi-square test, t-test, and Kruskal-wallis test.

The result showed the highest proportion of patients 41-50 years olds (23,8%), the lowest age is 11 year old and the highest is 93 year old, woman gender (63,9%), Sex ratio 56,4%, Bataknese (80,2%), Christians (61,2%), Housewife (32%), Marital status (89,8%), come from Medan (70,1%), no wounded history/trauma (91,2%), Mechanial LBP classification (73,5%) with degenerative (51,8%), conservative medical treatment (100%) with medicament (100%), the average length of stay are 6,82 day, out by patient request (27,9%). Based on statistic analyzed, there was no differences between proportion of age (p=0,111), gender (p=0,253), and average length of stay (p=0,153) by LBP classification. Length of stay of outpatient control longer than outpatient by request and the recover (8,18 hari vs 6,24 hari vs 5,12 hari; F=5,199; p= 0,006), there was no differences between proportion of LBP classification by outpatient condition (p=0,335).

It is suggested to Santa Elisabeth Hospital to evaluating the outpatient by request which reach 27,9% and complete the data registration system in the medical record such as educational background, body weight and height and it is suggested to LBP patient in order to do routine physiotherapy or physical therapy and not consumption the medicine of pain palliative promiscuously.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nencyati Br. Ginting

Tempat/ Tanggal Lahir : Tiga Binanga/ 22 November 1987

Agama : Kristen Katholik

Jumlah Saudara : 2 orang

Alamat Rumah : Desa Kuta Bangun, Jl. Kota Cane Kec. Tiga Binanga, Kab. Karo

Riwayat Pendidikan : 1. 1993-1999 : SD Swasta Sint. Yoseph Tiga Binanga 2. 1999-2002 : SMP Swasta Asisi Tiga Binanga 3. 2002-2005 : SMA Swasta Cahaya Medan

4. 2005-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Karakteristik Penderita Nyeri Punggung Bawah (NPB) Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses pendidikan dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selama menjabat sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara periode 2005-2010.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU dan juga sebagai Penguji II yang telah banyak membimbing memberikan masukan, saran dan kritik kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 4. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar

membimbing, memberikan masukan, saran dan kritik kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar membimbing, memberikan masukan, saran dan kritik yang membangun kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(8)

6. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH selaku Dosen Penguji I atas masukan, saran dan kritik kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Bapak Prof. dr. Aman Nasution, MPH selaku Dosen Penasihat Akademik.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, Suster Kepala Bagian Rekam Medik beserta seluruh pegawai yang telah memberikan izin kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian.

10.Kedua orangtuaku E. Ginting dan E. Bangun yang penulis hormati dan kasihi yang telah memberikan doa, kasih sayang, motivasi serta dukungan moril maupun materil yang tak terhingga kepada penulis.

11.Teman-temanku Yanthy, Tati, Laura, Melvida, Ester, Nduma, Yenti, Irma, Roby, Sandro, Esron, Erik, Yunus yang selalu membantu, mengingatkan dan menyemangati dengan caranya masing-masing dan juga untuk kebersamaanya dalam suka duka selama pendidikan di FKM USU, juga teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai kita. Amin.

Medan, Agustus 2010


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMABAR ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Defenisi Nyeri Punggung Bawah... 8

2.2. Anatomi Punggung Bagian Bawah ... 8

2.3. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah ... 11

2.4. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah ... 18

2.4.1. Distribusi Nyeri Punggung Bawah ... 18

2.4.2. Determinan Nyeri Punggung Bawah ... 19

2.5. Pencegahan Nyeri Punggung Bawah ... 22

2.5.1. Pencegahan Primer ... 22

2.5.2. Pencegahan Sekunder ... 24

2.5.3. Pencegahan Tersier ... 27

BAB 3. KERANGKA KONSEP... 29

3.1. Model Kerangka Konsep ... 29

3.2. Defenisi Operasional ... 29

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 34

4.1. Desain Penelitian ... 34

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 34

4.2.2. Waktu Penelitian ... 34

4.3. Populasi dan Sampel ... 34

4.3.1. Populasi ... 34

4.3.2. Sampel ... 34

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 35


(10)

BAB 5. HASIL PENELITIAN ... 36

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

5.2. Rincian Tahun ... 38

5.3. Sosiodemografi ... 38

5.4. Status Obesitas ... 41

5.5. Riwayat Cedera/Trauma ... 42

5.6. Klasifikasi NPB ... 42

5.7. Penatalaksanaan Medis... 43

5.8. Lama Rawatan Rata-rata ... 45

5.9. Keadaan Sewaktu Pulang ... 46

5.10. Analisa Statistik ... 47

5.10.1. Umur Berdasarkan Klasifikasi NPB ... 47

5.10.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Klasifikasi NPB ... 49

5.10.3. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Klasifikasi NPB ... 49

5.10.4. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Klasifikasi NPB ... 50

5.10.5. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 51

5.10.6. Klasifikasi NPB Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 52

BAB 6. PEMBAHASAN ... 53

6.1. Distribusi Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Data tahun 2004-2009 ... 53

6.2. Distribusi Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Sosiodemografi ... 54

6.2.1. Umur dan Jenis Kelamin ... 54

6.2.2. Suku ... 56

6.2.3. Agama ... 57

6.2.4. Pekerjaan... 58

6.2.5. Status Perkawinan ... 59

6.2.6. Daerah Asal ... 60

6.3. Riwayat Cedera/Trauma ... 61

6.4. Klasifikasi NPB ... 62

6.5. Penatalaksanaan Medis ... 64

6.6. Lama Rawatan Rata-rata ... 65

6.7. Keadaan Sewaktu Pulang ... 66

6.8. Analisa Statistik ... 67

6.8.1. Umur Berdasarkan Klasifikasi NPB ... 67

6.8.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Klasifikasi NPB... 68

6.8.3. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Klasifikasi NPB ... 69

6.8.4. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 70

6.8.5. Klasifikasi NPB Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 72

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

7.1. Kesimpulan ... 73

7.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Dirawat Inap Berdasarkan Tahun di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2004-2009 ... 38

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi Umur dan Jenis Kelamin di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009 ... 39 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Dirawat Inap

Berdasarkan Sosiodemografi Suku, Agama, Pekerjaan, Status Perkawinan, Daerah Asal di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan Tahun 2004-2009... 40 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Dirawat Inap

Berdasarkan Riwayat Cedera/Trauma di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2004-2009 ... 42 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Dirawat Inap

Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan Tahun 2004-2009... 42 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Dirawat Inap

Berdasarkan Rincian Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2004-2009 ... 43 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Dirawat Inap

Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Konservatif di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009 ... 44 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Dirawat Inap

Berdasarkan Rincian Penatalaksanaan Medis Konservatif di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009 ... 44 Tabel 5.9. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita NPB yang Dirawat Inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009 ... 45 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Dirawat Inap

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2004-2009 ... 46 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Umur NPB Berdasarkan Klasifikasi NPB di


(12)

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Umur NPB Berdasarkan Rincian Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2004-2009 ... 48 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin NPB Berdasarkan

Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2004-2009 ... 49 Tabel 5.14. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Klasifikasi NPB di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009 ... 50 Tabel 5.15. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu

Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2004-2009 ... 51 Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Klasifikasi NPB Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Batang Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Rincian Tahun di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2004-2009 ... 53 Gambar 6.2. Diagram Batang Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Umur

dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2004-2009 ... 54 Gambar 6.3. Diagram Batang Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Suku

di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009 ... 56 Gambar 6.4. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Agama di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009 ... 57 Gambar 6.5. Diagram Batang Proporsi Penderita NPB Berdasarkan

Pekerjaan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2004-2009 ... 58 Gambar 6.6. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Status

Perkawinan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2004-2009 ... 59 Gambar 6.7. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Daerah

Asal di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2004-2009 ... 60 Gambar 6.8. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Riwayat

Cedera/Trauma di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2004-2009 ... 61 Gambar 6.9. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Klasifikasi

NPB di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2004-2009 ... 62 Gambar 6.10. Diagram Batang Proporsi Penderita NPB Berdasarkan

Rincian Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan Tahun 2004-2009 ... 63 Gambar 6.11. Diagram Batang Proporsi Penderita NPB Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis Konservatif di Rumah Sakit Santa


(14)

Gambar 6.12. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2004-2009 ... 66 Gambar 6.13. Diagram Batang Proporsi Umur Penderita NPB Berdasarkan

Klasifikasi NPB Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2004-2009 ... 67 Gambar 6.14. Diagram Batang Proporsi Jenis Kelamin Penderita NPB

Berdasarkan Klasifikasi NPB Yang Dirawat Inap di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009 ... 68 Gambar 6.15. Diagram Batang Lama Rawatan Rata-rata Penderita NPB

Berdasarkan Klasifikasi NPB Yang Dirawat Inap di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009 ... 69 Gambar 6.16. Diagram Batang Lama Rawatan Rata-rata Penderita NPB

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Yang Dirawat Inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009 ... 70 Gambar 6.17. Diagram Batang Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita

NPB Berdasarkan Klasifikasi NPB Yang Dirawat Inap di


(15)

ABSTRAK

Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan keluhan yang paling banyak ditemukan diantara semua keluhan nyeri yang menyebabkan inefisiensi pekerjaan dan paling banyak membutuhkan perawatan kesehatan. NPB menjadi penyebab tersering yang membatasi aktivitas masyarakat berusia <45 tahun dan menduduki peringkat ketiga setelah penyakit kelainan jantung dan arthritis serta rematik pada usia 45-65 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita NPB yang dirawat inap di Rumah sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009, bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel sebanyak 147 data penderita (total sampling). Analisis data menggunakan uji Chi-square, uji t, dan uji Kruskal-wallis.

Proporsi terbesar penderita NPB adalah pada kelompok umur 41-50 tahun (23,8%), umur termuda 11 tahun dan umur tertua 93 tahun, jenis kelamin perempuan (63,9%), sex ratio 56,4%, suku Batak (80,2%), agama Kristen Protestan (61,2%), pekerjaan Ibu Rumah Tangga (32%), status kawin (89,8%), daerah asal Kota Medan (70,1%), tidak ada riwayat cedera/trauma (91,2%), klasifikasi NPB Mekanikal (73,5%) dengan degenerasi (51,8%), penatalaksanaan medis konservatif (100%) dengan medikamentosa (100%), lama rawatan rata-rata 6,82 hari, PAPS (27,9%). Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh tidak terdapat perbedaan bermakna antara proporsi umur (p=0,111), jenis kelamin (p=0,253), lama rawatan rata-rata (0,153) berdasarkan klasifikasi NPB, lama rawatan rata-rata pulang berobat jalan (PBJ) secara bermakna lebih lama daripada pulang atas permintaan sendiri (PAPS) dan pulang sembuh (8,18 hari vs 6,24 hari vs 5,12 hari; F=5,199; p= 0,006), tidak terdapat perbedaan bermakna antara proporsi klasifikasi NPB berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,335).

Pihak rumah sakit sebaiknya melakukan evaluasi terhadap penderita PAPS yang mencapai 27,9% dan melengkapi pencatatan data penderita terutama pendidikan, berat badan dan tinggi badan penderita NPB, dan kepada penderita NPB agar rutin melakukan fisioterapi atau terapi fisik dan tidak mengkonsumsi obat pereda rasa nyeri sembarangan.


(16)

ABSTRACT

Low Back Pain (LBP) is the sigh that most common founded among all of pain’s sigh that causes inefficiency of work and the most condition that need health care. LBP becomes the most causes of activity limitation in people <45 age years and occuping the third rank in 45-65 age years old after hearth disease and arthritis and rheumatic.

This research was aimed to know the characteristic of LBP patients who was hospitalized in Santa Elisabeth in 2004-2009 by using case series design. Population and sample were 147 LBP patients (toal sampling). Data analyzed had done by using Chi-square test, t-test, and Kruskal-wallis test.

The result showed the highest proportion of patients 41-50 years olds (23,8%), the lowest age is 11 year old and the highest is 93 year old, woman gender (63,9%), Sex ratio 56,4%, Bataknese (80,2%), Christians (61,2%), Housewife (32%), Marital status (89,8%), come from Medan (70,1%), no wounded history/trauma (91,2%), Mechanial LBP classification (73,5%) with degenerative (51,8%), conservative medical treatment (100%) with medicament (100%), the average length of stay are 6,82 day, out by patient request (27,9%). Based on statistic analyzed, there was no differences between proportion of age (p=0,111), gender (p=0,253), and average length of stay (p=0,153) by LBP classification. Length of stay of outpatient control longer than outpatient by request and the recover (8,18 hari vs 6,24 hari vs 5,12 hari; F=5,199; p= 0,006), there was no differences between proportion of LBP classification by outpatient condition (p=0,335).

It is suggested to Santa Elisabeth Hospital to evaluating the outpatient by request which reach 27,9% and complete the data registration system in the medical record such as educational background, body weight and height and it is suggested to LBP patient in order to do routine physiotherapy or physical therapy and not consumption the medicine of pain palliative promiscuously.


(17)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan gaya hidup, hal ini memacu semakin meningkatnya penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular dikenal dengan istilah Transisi Epidemiologi dan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, mengalami beban ganda akibat dari transisi epidemiologi. Hal ini disebabkan karena penyakit infeksi belum dapat diatasi secara tuntas sementara penyakit tidak menular terus meningkat.1

Penyakit tidak menular masing-masing memiliki gejala-gejala klinis yang beragam. Beberapa penyakit memiliki gejala klinis yang sama. WHO dalam laporannya yang dimuat dalam WHO Technical Report Series Nomor 919 tahun 2003 yang berjudul "The Burden of Musculoskeletal Conditions at The Start of The New Millenium" menyatakan terdapat kira-kira 150 jenis gangguan muskoloskeletal yang diderita ratusan juta manusia, yang mengakibatkan nyeri dan inflamasi berkepanjangan dan disabilitas, sehingga menyebabkan gangguan psikologik dan sosial penderita. Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya adalah keluhan nyeri punggung bawah yang merupakan keluhan paling banyak ditemukan diantara keluhan nyeri. Laporan ini berhubungan dengan penetapan dekade 2000-2010 oleh WHO sebagai dekade tulang dan persendian (Bone and Joint Decade 2000-2010), dimana penyakit gangguan muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia.2


(18)

Nyeri punggung bawah (NPB) hampir dialami oleh setiap orang selama hidupnya dan sering dianggap sebagai gangguan yang tidak serius, oleh karena itu penyebab serius dan parah misalnya berupa keganasan dapat diabaikan oleh pasien sendiri atau oleh dokter yang menanganinya.3

NPB juga menyebabkan inefisiensi pekerjaan dan kondisi yang paling banyak membutuhkan perawatan kesehatan. Hal ini menyebabkan timbulnya gangguan dalam produktifitas kerja sehingga secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi ekonomi.4

NPB merupakan penyakit nomor dua pada manusia setelah influenza yang menjadi penyakit paling sering diderita oleh manusia. Enam puluh lima persen sampai delapan puluh persen manusia akan mengalami NPB pada satu waktu selama hidupnya.5 NPB juga menjadi penyebab tersering diantara semua kelainan kronis dalam menyebabkan pembatasan aktivitas masyarakat berusia <45 tahun dan menduduki peringkat ketiga setelah penyakit kelainan jantung dan arthritis serta rematik pada usia 45-65 tahun.6

Setiap tahun 15%–45% orang dewasa menderita NPB dan sangat umum pada umur 35-55 tahun. Satu diantara 20 penderita harus dirawat di rumah sakit karena serangan akut NPB (proporsi 5%) dan proporsi keluhan NPB mencapai 30%-50% dari keluhan reumatik pada praktek umum.5,7

Di negara-negara industri diperkirakan 70%-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi setiap tahun bervariasi dari 15%-45%. Di Amerika Serikat NPB merupakan penyebab paling sering yang membatasi aktivitas penduduk pada usia <45 tahun, urutan ke-2 untuk alasan paling sering


(19)

berkunjung ke dokter, urutan ke-5 untuk alasan perawatan di rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk dilakukannya tindakan operasi.3

Pada tahun 1985, WHO menyatakan bahwa 2%-5% dari karyawan di negara industri tiap tahun mengalami NPB, dan 15% dari absenteisme di industri baja serta di perusahaan dagang disebabkan karena NPB. Data statistik nasional Amerika Serikat memperlihatkan angka kejadian sebesar 15%-20% pertahun sedangkan insidensi berdasarkan kunjungan pasien baru ke dokter adalah 14,3%.6,7 Pada tahun 1995 tercatat bahwa tiap 2 orang dari 100 orang pekerja di Amerika menderita NPB (proporsi 2%).8

Menurut Bradley (1992), di Amerika NPB merupakan salah satu dari sepuluh penyebab penderita datang berkunjung ke dokter (proporsi 10%). Penyebab NPB tersebut sering tidak ditemukan walaupun dengan pemeriksaan neuroimajing misalnya CT (Computerized Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) sehingga pasien pulang dengan diagnosis NPB idiopatik.9

Penelitian epidemiologis yang dilakukan oleh Bratton (1999) di Amerika pada populasi yang berbeda ditemukan prevalensi NPB bervariasi antara 7,6%-37% dan puncak prevalensi berada pada kelompok usia antara 45–60 tahun.9

Penelitian dari Cecil G., (2009) yang dilakukan dengan desain penelitian Cross-Sectional di Carolina Utara terhadap 4.437 rumah tangga pada tahun 1992 dan diulang kembali terhadap 5.357 rumah tangga pada tahun 2006 pada kelompok umur ≥21 tahun, menemukan bahwa prevalensi dari NPB mengalami peningkatan dari 3,9% di tahun 1992 menjadi 10,2% di tahun 2006. Peningkatan terjadi pada pria dan wanita, dan meliputi semua umur, ras, dan suku.10 Di negara Afrika (2007) prevalensi dari NPB berkisar dari 14%-72% dengan melihat kembali literatur-literatur mengenai NPB dari tahun 1966-1998


(20)

pada kelompok umur remaja 11-19 tahun dan kelompok umur dewasa ≥20 tahun.11 Sedangkan penelitian yang dilakukan di negara China (2006) dengan desain penelitian cross sectional pada 13.965 pria dan wanita pada kelompok umur 25-64 tahun didapatkan prevalensi dari NPB adalah 64%.12

Hasil penelitian Butterfield et al. (1999), terhadap 340 pekerja dengan NPB di perusahaan kecil (<100 karyawan) dan perusahaan besar (>100 karyawan), didapatkan paling sedikit 41% pekerja kehilangan satu hari kerja.9

Nachemson melaporkan permasalahan NPB lebih besar di negara Kanada, Inggris Raya, Belanda, dan Swedia, dibandingkan terhadap negara Amerika Serikat dan Jerman. Nachemson menunjukkan bahwa persentase dari pengaruh pekerjaan bervariasi dari 2% ke 8%, dengan hari ketidakhadiran setiap pasien setiap tahun dimulai dari 9 hari di Amerika Serikat, 10 hari di Jerman Barat, 20 hari di Kanada, 25 hari di Belanda, 30 hari di Inggris Raya, dan 40 hari di Swedia.22

Penelitian di Swedia pada tahun 1987 dengan total populasi 4,5 juta jiwa penduduk menemukan peningkatan kehilangan hari kerja dari 7 juta hari di tahun 1980 menjadi 28 juta hari kerja akibat NPB. Kehilangan kerja ini diakibatkan karena sekitar 5%-10% dari penderita akut akan berkembang menjadi penderita kronik, sementara penderita kronik menghabiskan biaya sekitar 75%-90% dari biaya penanggulangan NPB secara umum.13

Di Indonesia diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita NPB dan prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Prevalensi ini meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Proporsi berdasarkan


(21)

kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia diketahui bekisar antara 3%-17%.7

Hasil penelitian yang dilakukan Pokdi Nyeri PERDOSSI (Persatuan Dokter Saraf Seluruh Indonesia) di Poliklinik Neurologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2002 menemukan proporsi penderita NPB sebanyak 15,6% pada kelompok umur 8-78 tahun. Angka ini berada pada urutan kedua tertinggi sesudah sefalgia dan migren yang mencapai 34,8%. Dari hasil penelitian secara nasional yang dilakukan di 14 kota di Indonesia juga oleh kelompok studi Nyeri PERDOSSI tahun 2002 ditemukan 18,13% penderita NPB.13 Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang proporsi kasus baru sekitar 5,4%–5,8% dengan frekwensi terbanyak pada usia 45-65 tahun.14

Berdasarkan data dari survei pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan diperoleh 147 data penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004–2009. Pada tahun 2004 diperoleh 17 data penderita (proporsi 11,6%), tahun 2005 diperoleh 20 data penderita (proporsi 13,6%), tahun 2006 diperoleh 21 data penderita (14,3%), tahun 2007 diperoleh 23 data penderita (proporsi 15,6%), tahun 2008 diperoleh 32 data penderita (proporsi 21,8%), dan tahun 2009 diperoleh 34 data penderita (23,1%).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004 – 2009.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009.


(22)

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita NPB berdasarkan sosiodemografi, yang meliputi : umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan daerah asal

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita NPB berdasarkan status obesitas c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita NPB berdasarkan riwayat

cedera/trauma

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita NPB berdasarkan klasifikasi NPB e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita NPB berdasarkan

penatalaksanaan medis

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita NPB berdasarkan lama rawatan rata-rata

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita NPB berdasarkan keadaan sewaktu pulang

h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita NPB berdasarkan klasifikasi NPB

i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin penderita NPB berdasarkan klasifikasi NPB


(23)

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi penatalaksanaan medis penderita NPB berdasarkan klasifikasi NPB

k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi lama rawatan rata-rata penderita NPB berdasarkan klasifikasi NPB

l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi lama rawatan rata-rata penderita NPB berdasarkan keadaan sewaktu pulang

m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi klasifikasi NPB berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sehingga dapat direncanakan program penanggulangan pelayanan kesehatan dalam penyediaan fasilitas perawatan dan pengobatan bagi penderita Nyeri Punggung Bawah (NPB)

1.4.2. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang NPB dan sebagai bahan refrensi bagi peneliti lain untuk penelitian yang akan datang yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan peneliti.


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Nyeri Punggung Bawah

NPB adalah suatu gejala berupa nyeri dibagian pinggang yang dapat menjalar ke tungkai kanan atau kiri.15 Dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya. Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (refered pain).7

NPB juga berkaitan dengan masalah sosial yang disebut dengan permasalahan biopsikososial, jadi tidak hanya berkaitan dengan keluhan biologis tetapi juga akan berdampak pada produktivitas maupun kondisi psikologis.9 Hal ini terjadi karena menurunnya fungsi pinggang sebagai pendukung gerakan dan sekaligus sebagai penyangga beban atau berat tubuh akan mengganggu pekerjaan yang berdampak pada penurunan produktivitas ditambah NPB yang bersifat kronis akan menjadi beban bagi penderita karena penurunan kemampuan dan menderita nyeri dalam waktu lama atau berulang.

2.2. Anatomi Punggung Bagian Bawah 9, 16, 17, 18

Punggung disusun oleh kolumna vertebralis atau tulang belakang yang terdiri dari 7 vertebra servikal, 12 vertebra torakalis dan 5 vertebra lumbalis, sacrum dan koksigis masing-masing 5 dan 4 ruas. Dapat dilihat pada gambar 1.


(25)

Struktur penting dari kolumna vertebralis yang dihubungkan dengan NPB adalah Vertebra Lumbal (L1-L5). Vertebra lumbal mempertahankan diri dari beban kompresi yang tiba pada kolumna vertebra bukan saja dari berat badan tetapi juga dari kontraksi otot-otot punggung. Dapat dilihat pada gambar 2.

Struktur penting lainnya yang terdapat pada vertebra lumbal yang dapat dihubungkan dengan gejala NPB antara lain cakram diantara lumbal (disc), ikatan sendi (ligaments) disekitar tulang belakang (spine) dan cakram, sumsum tulang belakang (spinal cord) dan syaraf, otot pinggang, organ dalam pelvis dan perut dan kulit yang menutupi area lumbal.

Tulang belakang lumbal dirancang sedemikian rupa sehingga lumbal yang disusun bersama dapat menyediakan suatu struktur penunjang yang dapat digerakkan dan juga dengan bersamaan dapat melindungi sumsum tulang belakang dari luka. Setiap lumbal mempunyai sebuah tulang yang menonjol (spinousprocess) di belakang sumsum tulang belakang yang melindungi jaringan syaraf sumsum. Lumbal juga mempunyai badan yang bertulang kuat di depan sumsum tulang belakang untuk menunjang berat dari semua jaringan di atas bokong.

Cakram adalah bantalan yang bekerja sebagai bantalan antara setiap vertebrae. Cakram membantu meminimalkan tubrukan dari kekuatan-kekuatan penekan (stres) pada kolom tulang belakang.

Ligamen adalah jaringan lunak yang berserabut yang melekatkan tulang dengan tulang secara kuat. Ligamen melekat pada setiap vertebrae dan mengelilingi setiap cakram.


(26)

Gambar 1. Tulang Belakang (Kolumna Vertebralis)

Gambar 2. Struktur Kolumna Vertebralis Lumbal

Syaraf menyediakan sensasi dan menstimulasi otot-otot tulang belakang bawah begitu juga dengan kaki, yang keluar dari kolom tulang belakang melalui portal-portal yang bertulang yang disebut dengan foramen.

Otot bertanggung jawab pada pelenturan, peregangan, dan pemutaran pinggang, begitu juga untuk menggerakkan kaki. Otot punggung ditunjang oleh punggung, perut, pinggang dan tungkai yang kuat dan fleksibel. Semua otot ini berfungsi untuk menahan agar tulang belakang dan cakram tetap dalam posisi normal. Kelemahan pada salah satu otot akan menambah ketegangan pada otot lain dan pada akhirnya akan menimbulkan masalah NPB.

Sementara itu masih ada satu struktur yang tidak terlihat tetapi sangat berperan dalam hal terjadinya keluhan NPB. Struktur tersebut ialah status mental atau kondisi psikologik.


(27)

2.3. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah 9, 15, 16, 18, 19

NPB disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena itu beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainannya atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut.

Macnab menyusun klasifikasi NPB sebagai berikut: a. Viserogenik

NPB yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal.

b. Neurogenik

NPB yang bersifat neurogenik disebabkan oleh keadaan patologik pada saraf yang dapat menyebabkan NPB.

c. Vaskulogenik

Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan NPB atau nyeri yang menyerupai iskialgia.

d. Psikogenik

NPB psikogenik pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan, dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan depresi

e. Spondilogenik

NPB spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik), dan proses patologik di artikulasio sakroiliaka.


(28)

NPB juga dapat diklasifikasikan menurut penyebabnya antara lain oleh:

a. Kongenital

a.1. Faset tropismus (asimetris).

Pada faset tropismus, arah sendi faset yang berlawanan akan membatasi gerakan dan dapat menyebabkan subluksasi karena degenerasi sendi faset, serta dapat menimbulkan NPB terutama pada gerakan mendadak.

a.2. Kelainan vertebra misalnya sakralisasi, lumbalisasi, skoliosis.

Pada sakralisasi/hemisakralisasi, vertebra L5 seluruhnya atau sebagian menjadi satu dengan os sakrum sehingga pergerakan menjadi terbatas (sindrom Bertolotti), akibatnya setiap pergerakan yang berlebihan atau melampaui batas akan menimbulkan NPB.

Pada lumbalisasi kolumna vertebralis lumbal menjadi lebih panjang, sehingga tekanan dan tarikan pada otot dan ligamen menjadi lebih besar.

a.3. Sindrom ligamen transforaminal.

Sindrom ligamen transformial merupakan suatu variasi anatomi, berupa ligamen transformial yamg melintang di foramen intervertebralis sehingga menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis hingga dapat menyebabkan NPB.

b. Trauma dan gangguan mekanik

Trauma dan gangguan mekanik merupakan penyebab utama NPB. Orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukannya dapat menderita NPB akut, atau melakukan pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu lama akan menyebabkan NPB kronik. Hal yang sama juga bisa didapatkan pada wanita hamil, orang gemuk, memakai sepatu dengan tumit terlalu tinggi.


(29)

Trauma dapat berbentuk lumbal strain (akut atau kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus tranversus), subluksasi sendi faset (sindroma faset), atau spondilolisis dan spondilolistesis.

Fraktur kompresi korpus vertebra pada orang tua sering akibat trauma ringan, karena sebelumnya sudah terjadi osteoporosis, sedangkan pada orang muda biasanya karena trauma yang cukup kuat; fraktur prosesus transversus pada orang muda biasanya karena kegiatan yang terlalu dipaksakan.

Spondilolisis dan spondilolisesis disebabkan oleh fraktur atau istmus vertebra tanpa atau dengan dislokasi yang menyebabkan kelainan pada foramen intervertebralis dengan iritasi radiks yang menimbulkan NPB. Spondilolistesis dibagi menjadi 4 gradasi, yaitu I (pergeseran <25%), II (pergeseran antara 25-50%), III (pergeseran antara 50-75%), IV (pergeseran > 75%).

Gangguan mekanik dapat dibagi ke dalam intrinsik dan ekstrinsik.

Gangguan mekanik intrinsik misalnya: lemahnya tonus otot, ketegangan postur tubuh yang bersifat kronis, nyeri myofascial, vertebra yang tidak stabil.

Gangguan mekanik ekstrinsik dapat berasal dari alat-alat reproduksi dan alat-alat dalam lain.

c. Radang (Inflamasi)

c.1. Artritis Rematoid

Reumatoid artritis termasuk penyakit autoimun yang menyerang persendian tulang. Sendi yang terjangkit mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan kemudian sendi mengalami kerusakan. Akibat sinovitis


(30)

(radang pada sinovium) yang menahun, akan terjadi kerusakan pada tulang rawan sendi, tulang, tendon dan ligamen dalam sendi.

c.2. Spondilitis ankilopoetika (penyakit Marie-Strumpell).

Kelainan pada artikulus sakroiliaka merupakan bagian dari poliartritis rematoid yang juga didapatkan di tempat lain. Kelainan tersebut menimbulkan nyeri setempat dan nyeri rujukan. Kelainan ini terutama ditemukan pada pada laki-laki usia 20-30 tahun, berlangsung secara kronik progresif sampai terjadi ankilosis, etiologinya tidak diketahui. Rasa nyeri pada spondilitis ankilopoetika timbul akibat terbatasnya gerakan pada kolumna vertebralis, artikulus sakroiliaka, artikulus kostovertebralis dan penyempitan foramen intervertebralis; proses nyeri didaerah pinggang biasanya lambat laun akan menjalar ke atas.

d. Tumor (Neoplasma)

Tumor menyebabkan NPB yang lebih dirasakan pada waktu berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas, baik primer (mieloma multipel) maupun sekunder: (metastasis karsinoma payudara, prostat, paru tiroid ginjal dan lain-lain).

Metastasis tumor ganas sangat sering ke korpus vertebra karena banyak mengandung pembuluh darah vena. Tumor-tumor ini merangsang ujung-ujung saraf sensibel dalam tulang dan menimbulkan rasa nyeri lokal atau menjalar ke sekitarnya, dan dapat terjadi fraktur patologik.


(31)

e. Gangguan metabolik

Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse, malabsorbsi/intake rendah kalsium yang lama, hipopituitarisme, akromegali, penyakit Cushing, hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis imperfekta, gangguan nutrisi misalnya kekurangan protein, defisiensi asam askorbat, idiopatik, dan lain-lain.

Gangguan metabolik dapat menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps korpus vertebra hanya karena trauma ringan. Penderita menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus di daerah pinggang.

f. Degenerasi

f.1. Spondilosis (spondilartrotis deformans).

Pada spondiloartrotis deformans, bila dilakukan foto Rontgen akan tampak adanya rarefikasi korteks tulang belakang, penyempitan diskus dan osteofit-osteofit yang dapat menimbulkan penyempitan dariforamina intervertebrale. Nyeri yang ditimbulkan dapat berupa nyeri radikuler atau nyeri pegal di daerah lumbal. Nyeri ini timbul terutama bila penderita mulai bergerak setelah lama berada dalam kedudukan tertentu misalnya duduk atau berbaring.

f.2. Osteoartritis

Pada osteoartritis terjadi degenerasi akibat trauma kecil yang terjadi berulang-ulang selama bertahun-tahun, disamping pengaruh hereditas obesitas. Terbatasnya pergerakan sepanjang kolumna vertebralis pada osteoartritis akan menyebabkan tarikan dan tekanan pada otot-otot/ligamen pada setiap gerakan sehingga menimbulkan NPB.


(32)

f.3. Hernia nukleus pulposus (HNP)

HNP adalah suatau keadaan dimana sebagian atau seluruh bagian dari nukleus pulposus mengalami penonjolan ke dalam kanalis spinalis dan paling sering mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5.

f.4. Stenosis Spinal

Pada stenosis spinal terjadi penyempitan kanalis vertebralis yang dapat disertai penyempitan foramen intervertebralis akibat proses degenerasi dan penonjolan tulang atau sejak semula sudah sempit. NPB yang dirasakan berupa nyeri rujukan somatik yang lebih sering dirasakan pada waktu berjalan atau berjalan lama/klaudikasio intermitens neurogenik (rasa nyeri juga sering disertai rasa kesemutan dan dingin serta paresis otot-otot tungkai).

g. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum

g.1. Alat-alat reproduksi

1. Wanita : tumor dan infeksi, endometriosis, dismenore 2. Pria : prostatitis, karsinoma, prostat

g.2. Alat-alat dalam lain

1. Penyakit-penyakit ginjal dan ureter

2. Gangguan pembuluh nadi besar: aneurisme aorta, trombosis bifurkasio, dan arteri iliaka komunis

Pada umumnya penyakit dalam ruang panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit di abdomen bagian bawah dirasakan didaerah lumbal.


(33)

h. Infeksi

Infeksi dapat dibagi ke dalam : akut dan kronik. NPB yang disebabkan infeksi akut misalnya : disebabkan oleh kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus, salmonella). NPB yang disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.

i. Problem psikoneurotik

NPB karena problem psikoneuretik misalnya disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan NPB dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.

2.3.2. Diagnosis Banding

Berdasarkan penyebab NPB yang telah dijelaskan, masing-masing penyebab tersebut dapat dikategorikan kedalam beberapa diagnosis banding antara lain:

a. NPB Mekanikal

NPB akibat kondisi mekanik antara lain: kongenital, degeneratif, trauma dan gangguan mekanik, dan gangguan metabolik.

b. NPB Nonmekanikal

NPB akibat kondisi nonmekanik antara lain: radang, tumor, kelainan pada alat visera, infeksi, dan problem psikoneurotik.


(34)

c. NPB Penyakit Viseral

NPB karena penyakit viseral adalah penyakit yang berhubungan dengan organ pelvis (prostatitis, endometriosis dan lain-lain) dan alat-alat dalam lain (penyakit ginjal dan ureter, aneurisme aorta dan lain-lain).9

2.4. Epidemiologi NPB 2.4.1. Distribusi NPB a. Menurut Orang

Frekuensi NPB tertinggi terjadi dalam kurun usia 35-55 tahun, dan akan semakin meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Sebuah penelitian epidemiologi di Kanada melaporkan masalah punggung berada pada urutan tertinggi ke-tiga yang menjadi penyebab kronis masalah kesehatan pada umur ≥65 tahun untuk wanita dan berada pada urutan ke-empat tertinggi pada laki-laki untuk kategori yang sama.22

b. Menurut Tempat

Di Inggris dilaporkan prevalensi NBP pada populasi lebih kurang 16.500.000 per tahun, yang melakukan konsultasi ke dokter umum lebih kurang antara 3–7 juta orang. Penderita NPB yang berobat jalan berkisar 1.600.000 orang dan yang dirawat di Rumah Sakit lebih kurang 100.000 orang. Dari keseluruhan NPB, yang mendapat tindakan operasi berjumlah 24.000 orang per tahunnya. Di Amerika Serikat dilaporkan 60-80% orang dewasa pernah mengalami NPB, keadaan ini akan menimbulkan kerugian yang cukup banyak untuk biaya pengobatan dan kehilangan jam kerja. Sekitar 5% dari populasi di Amerika Serikat mengalami serangan NPB akut, dan menduduki urutan ke empat untuk diagnosis rawat inap.


(35)

Di rawat jalan unit penyakit saraf RSUP Dr. Sardjito, penderita NPB meliputi 5,5% dari jumlah pengunjung, sementara itu proporsi penderita NPB yang dirawat inap antara 8%-9%. Persentase tersebut memang kecil, tetapi di praktek dokter sehari-hari keluhan NPB ini sering dijumpai. Mereka yang meminta pertolongan ke rumah sakit pada umumnya sudah menahun, tidak kunjung sembuh, atau rasa nyerinya tidak tertahan lagi.9

c. Menurut Waktu

Penelitian Davis menunjukkan bahwa dari tahun 1979-1981-1988-1990, angka opname dengan opeasi medis tulang belakang lumbal meningkat lebih dari 33% pada setiap jenis kelamin, dengan laju operasi medis fusi lumbal mengalami peningkatan lebih dari 60% pada setiap jenis kelamin, laju operasi medis untuk diskus lumbal meningkat 40% pada laki-laki dan 21% pada wanita, dan laju untuk operasi medis eksplorasi/pengurangan lumbal meningkat 65% pada setiap jenis kelamin.22

2.4.2. Determinan Nyeri punggung bawah9, 20, 21, 22, 25

Faktor resiko untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas, merokok, pekerjaan, faktor psikososial, dan cedera punggung sebelumnya.

a. Usia

Usia merupakan faktor yang memperberat terjadinya NPB, sehingga biasanya diderita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda. Penelitian telah memperlihatkan bahwa resiko dari NPB meningkatkan pada pasien yang semakin tua, tetapi sekali waktu ketika mencapai usia sekitar 65 tahun resiko akan berhenti meningkat. Tetapi saat ini sering ditemukan orang berusia muda sudah terkena NPB. Penelitian yang dilakukan Klooch (2006) terhadap murid sekolah di


(36)

Skandinavia menemukan 41,6% yang menderita NPB selama duduk di kelas, terdiri dari 30% yang duduk selama satu jam dan, 70% yang duduk selama lebih dari satu jam.

b. Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan laki-laki lebih besar terkena resiko untuk terkena NPB, sedangkan penelitian yang lain menunjukkan bahwa perempuan lebih mungkin untuk terkena NPB. Wanita yang mempunyai dua kehamilan atau lebih mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terkena NPB.

c. Obesitas

Beberapa penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan NPB bagi obesitas, terutama pada wanita.

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih, risiko timbulnya NPB lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya NPB.

Obesitas dapat diukur dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan rumus BB(kg)/TB2(m). WHO telah menetapkan standar obesitas pada orang Asia yaitu dengan ukuran IMT ≥ 25kg/m2.

d. Merokok

Penelitian telah menunjukkan bahwa perokok memiliki resiko 1,5-2,5 kali lebih besar untuk terkena NPB dibandingkan dengan yang bukan perokok. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen ke cakram dan berkurangnya oksigen darah akibat nikotin terhadap penyempitan pembuluh darah arteri.


(37)

Dalam penelitian experimental pada hewan, Holm dan Nachemson (1988) mengusulkan bahwa merokok tidak hanya mempengaruhi sistem peredaran di luar cakram intervertebral secara signifikan, dimana efek yang paling jelas adalah pengurangan kapasitas pertukaran solute, tetapi juga secara signifikan memperburuk laju pembentukan perbaikan sel dan produksi metabolisme di dalam cakram. Hambly dan Mooney (1992) mengevaluasi efek merokok terhadap pH intradiscal kelinci, dan melaporkan bahwa merokok adalah peristiwa merugikan serta akan menciptakan pengurangan pH dalam cakram intervertebral kelinci.

Battie dan rekan (1991) mengevaluasi perokok dan degenerasi cakram lumbal intervertebral pada kembar identik, ditunjukkan bahwa degenerasi cakram 18% lebih besar di tulang belakang lumbal pada perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok.

e. Pekerjaan

Pekerjaan dengan kondisi berdiri yang lama, duduk lama, mengangkat benda-benda berat dan bekerja dengan alat yang bergetar menjadi faktor kontribusi terjadinya masalah NPB.

Sebanyak 60% orang dewasa mengalami NPB karena masalah duduk yang terjadi pada mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak disekitarnya. Jika kejadian ini berlanjut akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang menyebabkan Hernia nukleus pulposus.Pada pekerjaan tertentu,


(38)

misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari akan memperbesar risiko timbulnya keluhan NPB.

f. Faktor Psikososial

Berbagai faktor psikologis dan sosial dapat meningkatkan risiko NPB. Penelitian telah menunjukkan bahwa kecemasan, depresi, stress, tanggung jawab, ketidakpuasan kerja, mental, stress di tempat kerja dapat menempatkan orang-orang pada peningkatan risiko NPB kronis. Takut sakit, keyakinan negative, pelecehan seksual, ketakutan, penghindaran dan gejala somatization (merasa sakit tanpa adanya penyakit) juga dapat menimbulkan risiko.

g. Riwayat cedera/trauma

Satu-satunya alat prediksi terbaik NPB adalah riwayat cedera/trauma. Seseorang yang pernah mengalami cedera/trauma sebelumnya beresiko untuk mengalami NPB dikarenakan faktor kekambuhan atau karena cedera tersebut berlangsung kronis.

2.5. Pencegahan Nyeri Punggung Bawah 2.5.1. Pencegahan Primer 23

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan:

a. Memperbaiki sikap badan

1) Berdiri dengan punggung lurus dan kepala menghadap ke depan serta menghindari sikap membungkuk.


(39)

2) Bila bekerja di bangku pastikan bangku tersebut cukup tinggi untuk menjaga sikap badan tetap baik dan nyaman dalam bekerja.

3) Tinggi meja tulis sebaiknya cukup dan ada ruang cukup untuk kaki sehingga dapat duduk tegak lurus dan bekerja dengan nyaman.

4) Tidak diam dalam posisi yang sama dalam waktu yang lama. b. Mengemudi dengan nyaman

1) Mengemudi dalam waktu lama dengan menahan punggung dalam posisi membungkuk dapat menyebabkan NPB yang hebat.

2) Menggunakan jok mobil dengan sandaran yang dapat disesuaikan serta tinggi dan sandaran kursi dapat diubah sesuai tubuh pengemudi.

c. Duduk dengan benar yaitu dengan menghindari duduk di kursi dengan sandaran tangan yang rendah dan kursi yang menahan punggung dalam posisi melengkung. d. Mengangkat dengan benar

1) Menempatkan kaki berjauhan, masing-masing pada sudut yang tepat dan kaki mengarah ke arah benda yang akan diangkat.

2) Membungkuk, menekuk pinggul dan lutut tetapi tetap menjaga punggung lurus. Seluruh tulang belakang akan condong ke depan untuk menghindari punggung menekuk. Pada posisi ini lutut tetap berjauhan dan benda ditempatkan diantaranya namun tetap dekat pada tubuh.

3) Setelah tubuh tegak, harus membawa beban dekat pada tubuh tanpa memutar punggung. Letakkan pelan-pelan, menggunakan prosedur yang sama secara kebalikannya.


(40)

e. Tidur dengan benar

1) Menggunakan tempat tidur ideal yaitu yang memiliki kasur dan alas yang kuat dan berpegas baik, walaupun tidak terlalu keras.

2) Pilihan lain adalah dengan meletakkan papan yang kuat dibawah kasur yang sama panjang dengan tempat tidur, cukup tebal sekitar 3,5 cm agar tidak melengkung dibawah berat tubuh.

3) Tidak tidur menyamping agar tidak menimbulkan tekukan ke samping yang dapat menimbulkan sakit dan kekakuan yang hebat.

4) Gunakan satu bantal tidur agar dapat berbaring dengan tubuh selurus mungkin agar kepala dan leher sejajar dengan tubuh ketika berbaring pada sisi tubuh. f. Kondisi tubuh yang baik

1) Menjaga berat badan tubuh tetap ideal karena berat badan berlebih memberikan tambahan ketegangan pada punggung dan juga akan mempunyai sikap badan yang buruk.

2) Melakukan latihan fisik yang dapat menguatkan otot punggung dan perut.23

2.5.2. Pencegahan Sekunder 9, 24

Pencegahan tingkat kedua ini merupakan upaya untuk menghindarkan komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan pada orang yang telah sakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan yang cepat dan tepat.

a. Diagnosis Klinis NPB

Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.


(41)

a.1. Anamnesis

Mengingat struktur punggung bawah yang sangat berdekatan dengan organ lain yang terletak di dalam rongga perut serta rongga pelvis, dan juga mengingat banyaknya faktor penyebab NPB, maka anamnesis terhadap setiap keluhan NPB akan merupakan sederetan daftar pertanyaan yang harus diajukan kepada penderita atau pengantarnya. Daftar pertanyaan tersebut diharapkan dapat mengurangi adanya kemungkinan hal-hal yang terlewatkan dalam anamnesis. Daftar pertanyaan tersebut antara lain apakah terjadi secara akut atau kronis, disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung, mengalami gangguan tidur, menstruasi atau libido, disertai nyeri pada tungkai atau menjalar ke tungkai, diperberat oleh batuk/bersin, memiliki riwayat tuberkulosis, keganasan/operasi tumor, kencing batu, klaudikasio intermitten, bekerja dengan sikap yang salah atau mengejan kuat, memiliki perasaan cemas atau gelisah, memiliki riwayat demam atau gangguan kencing/berak, atau memiliki rasa kesemutan pada tungkai.

Anamnesis NPB mempunyai kerangka acuan tertentu minimal harus meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Letak atau lokasi nyeri b) Penyebaran nyeri c) Sifat nyeri

d) Pengaruh aktivitas terhadap nyeri

e) Pengaruh posisis tubuh atau anggota tubuh f) Trauma

g) Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya h) Obat-obat analgetika yang pernah diminum


(42)

i) Kemungkinan adanya proses keganasan j) Riwayat menstruasi

k) Kondisi mental/emosional a.2. Pemeriksaan Umum

Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: a) Inspeksi

b) Palpasi dan perkusi

c) Pemeriksaan tanda vital (vital sign) a.3. Pemeriksaan Neurologik

Pemeriksaan neurologik meliputi pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologik dan patologik, serta percobaan-percobaan atau test untuk menentukan apakah sarafnya ada yang mengalami kelainan.

a.4. Pemeriksaan dengan alat-alat

Yang dimaksud dengan pemeriksaan alat-alat disini ialah neuroimejing dengan menggunakan alat-alat seperti foto polos vertebra lumbosakral, Bone scan, mielografi, CT Scan (Computerized Tomography), MRI (Magnetic Resonance Imaging), diskografi, venografi epidural, angiografi spinal, ultrasonografi, biopsi tertutup vertebra lumbal, densitometri tulang.

b. Pengobatan NPB

Pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi NPB: konservatif dan operatif.

Terapi konservatif meliputi rehat baring (bed rest), medikamentosa dan fisioterapi.


(43)

1) Pada rehat baring, penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama beberapa hari dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus, dan kemudian ditutup dengan lembar busa tipis.

2) Setelah tirah baring dianggap cukup, maka dapat dilakukan latihan tertentu, atau terlebih dahulu dipasang korset. Tujuan latihan ini adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi otot-otot.

3) Pada medikamentosa, ada dua jenis obat dalam tatalaksana NPB ini, ialah obat yang bersifat simtomatik dan yang bersifat kausal.

4) Pada fisioterapi, biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam).

b. Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik.

2.5.3. Pencegahan Tersier 9, 23

Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi komplikasi dan mengadakan rehabilitasi. Rehabilitasi bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisik dan menolong penderita NPB agar lebih memperhatikan cara mengatasi masalah dan dapat menjalani kehidupan yang lebih normal.

1. Selama masa penyembuhan sebaiknya penderita NPB menghindari pekerjaan atau aktivitas berat.


(44)

2. Menghindari masalah psikis misalnya depresi, kecemasan, atau stress yang dapat memicu atau memperberat kembali terjadinya NPB.

3. Bagi penderita NPB yang mengalami obesitas sebaiknya melakukan diet untuk menurunkan berat badan.


(45)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Model Kerangka Konsep

3.2. Defenisi Operasional Variabel

3.2.1. Penderita nyeri punggung bawah adalah pasien yang dinyatakan berdasarkan diagnosa dokter menderita gejala NPB pada kartu status dan dirawat inap di RS. Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009

3.2.2. Sosiodemografi yang meliputi:

a. Umur adalah usia penderita NPB yang dirawat inap dan dicatat sesuai dengan yang ada di dalam kartu status. Umur ditentukan berdasarkan rumus Sturges.

Karakteristik Penderita Nyeri Punggung Bawah

1. Faktor sosiodemografi Umur

Jenis kelamin Suku

Agama Pendidikan Pekerjaan

Status perkawinan Daerah asal 2. Status obesitas

3. Riwayat cedera/trauma 4. Klasifikasi NPB 5. Penatalaksanaan medis 6. Lama rawatan rata-rata 7. Keadaan sewaktu pulang


(46)

Selanjutnya untuk analisa statistik, umur penderita NPB dikategorikan menjadi: 1. <45 tahun

2. 45-65 tahun 3. >65 tahun

b. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita NPB dan dicatat pada kartu status. Dikategorikan atas:

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Suku adalah keterangan mengenai asal kebudayaan penderita NPB yang terdapat di dalam kartu status. Dikategorikan atas:

1. Batak 2. Melayu 3. Jawa 4. Padang 5. Lain-lain

d. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita NPB yang terdapat pada kartu status. Dikategorikan atas:

1. Islam

2. Kristen Katholik 3. Kristen Protestan 4. Hindu

5. Budha

e. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan berhasil diselesaikan penderita NPB yang terdapat pada kartu status. Dikategorikan atas:

1. Pendidikan Rendah (SD/SLTP) 2. Pendidikan Menengah (SLTA)


(47)

f. Pekerjaan adalah jenis kegiatan/aktivitas penderita NPB yang dilakukan di luar atau di dalam rumah sesuai dengan yang tercatat di dalam kartu status. Dikategorikan atas:

1. Pegawai Negri 2. Wiraswasta

3. Pensiunan Pegawai/ABRI 4. Ibu Rumah Tangga 5. Petani

6. Buruh 7. Lain-lain

g. Status Perkawinan adalah predikat yang dimiliki penderita NPB sesuai yang tercatat dalam kartu status. Dikategorikan atas:

1. Kawin 2. Belum kawin

h. Daerah asal adalah tempat tinggal penderita NPB yang terdapat pada kartu status.

1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan

3.2.3. Status obesitas adalah kondisi seseorang yang mempunyai kumpulan lemak berlebih yang dapat mengganggu kesehatan dengan Indeks Massa Tubuh (BB/(TB2)) ≥25 kg/m2 (WHO).25 Dikategorikan atas :

1. Obesitas (≥25 kg/m2) 2. Tidak obesitas (<25 kg/m2)

3.2.4. Riwayat cedera/trauma adalah adanya pernah tidaknya seseorang mengalami cedera/trauma sesuai dengan yang tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas: 1. Pernah


(48)

3.2.5. Klasifikasi NPB adalah jenis NPB yang diderita oleh penderita yang diidentifikasi berdasarkan penyebabnya sesuai yang tercatat dalam kartu status. Dikategorikan atas:

1. Kongenital

2. Trauma dan gangguan mekanik 3. Radang (Inflamasi)

4. Tumor (Neoplasma) 5. Gangguan Metabolik 6. Degenerasi

7. Kelainan pada alat visera dan retroperitoneum 8. Infeksi

9. Problem psikoneurotik

Selanjutnya untuk analisa statistik, klasifikasi NPB dikategorikan menjadi:

1. NPB Mekanikal, disebabkan oleh kondisi mekanik atau anatomi tulang belakang yang tidak normal/bermasalah yang dapat menimbulkan NPB (kongenital, trauma dan gangguan mekanik, gangguan metabolik dan degeneratif).

2. NPB Nonmekanikal, disebabkan oleh adanya penyakit lain/bukan karena masalah struktur mekanik dan dapat menimbulkan NPB (radang, tumor, kelainan pada alat visera, infeksi, dan problem psikoneurotik).

3.2.6. Penatalaksanaan medis adalah tindakan yang dilakukan untuk menangani penderita NPB sesuai yang tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas:

1. Konservatif

2. Konservatif dan Operatif

3.2.7. Lama rawatan rata-rata adalah lama rawatan rata-rata dari keseluruhan penderita NPB yang dihitung sejak tanggal mulai dirawat sampai keluar dari rumah sakit yang tercatat pada kartu status.


(49)

3.2.8. Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita NPB ketika keluar dari rumah sakit sesuai yang tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas :

1. Sembuh

2. Pulang Berobat Jalan (PBJ)


(50)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah studi deskriptif dengan disain case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RS Santa Elisabeth Medan, dengan pertimbangan tesedianya data tentang penderita NPB yang dirawat inap dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai karakteristik penderita NPB di rumah sakit ini sebelumnya.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September 2009-Agustus 2010

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita NPB rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh data penderita NPB rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009, besar sampel adalah sama dengan populasi (total sampling).


(51)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita NPB rawat inap yang berasal dari rekam medik Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009, kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang diteliti.

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan, diolah dengan menggunakan komputer program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Data ounivariate dianalisa secara deskriptif dan data bivariate dianalisa dengan Chi-square, t-test, dan Kruskal-Wallis. Kemudian disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, dan grafik (pie dan bar diagram).


(52)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1. Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terletak di Jalan H. Misbah No. 7 Medan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit milik Kongregasi Fransisikanes Santa Elisabeth Medan.

5.1.2. Visi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Menjadikan Rumah Sakit Santa Elisabeth mampu berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi atas dasar cinta kasih dan persaudaraan sejati pada era globalisasi.

5.1.3. Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Meningkatkan derajat kesehatan melalui sumber daya manusia yang profesional, sarana dan prasarana yang memadai dengan memperhatikan masyarakat Indonesia.

5.1.4. Pelayanan Medis

Rumah sakit ini telah dilengkapi prasarana yang terdiri dari Poli Umum, Spesialis, Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU). Masing-masing unit dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

UGD Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan buka 24 jam yang dilengkapi oleh tenaga dokter dan perawat yang profesional. UGD memberikan pertolongan secara cepat, tepat dan cermat serta dilengkapi dengan ruang tindakan, ruang resusitasi, ruang bedah, ruang one day care dan fasilitas yang memadai. Poli Umum dilayani dokter umum


(53)

yang melayani pasien rawat jalan non emergensi dan pemeriksaan kesehatan dari perusahaan.

Poli Spesialis rumah sakit melayani penyakit byang berkaitan dengan penyakit urologi, neurologi/saraf, jantung, paru, anak, onkologi, kulit/kelamin, mata, gigi, bedah, bedah umum, dan bedah saraf. Kamar bedah yang tersedia adalah kamar bedah digestif, thorax, orthopedik, urologi, saraf, anak, THT, mata, mulut, kebidanan dan onkologi. Rumah sakit ini memiliki 4 kamar operasi, 2 kamar tindakan untuk bedah minor dan 1 kamar ruang pemulihan (recovery room).

5.1.5. Pelayanan Penunjang Medis

Rumah sakit ini memiliki pelayanan penunjang medis seperti laboratorium, rontgen, CT-Scan, Electrokardiografi (EKG), Electroencephalografi (EEG), farmasi, fisioterapi, ruang diagnostik, hemodialisa dan laboratorium buka selama 24 jam.

5.1.6. Penunjang Umum

Penunjang umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri dari administrasi, jaringan komputer, telepon, sumber air, listrik, pengolahan air limbah, instalasi gizi dan dapur umum, Central Steril Supply Department (CSSD), teknik pemeliharaan, kendaraan dan fasilitas lainnya.


(54)

5.2. Rincian Tahun

Proporsi penderita NPB yang dirawat inap berdasarkan rincian tahun di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Dirawat Inap Berdasarkan Tahun di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

No Tahun Jumlah Penderita NPB

f %

1 2 3 4 5 6 2004 2005 2006 2007 2008 2009 17 20 21 23 32 34 11,6 13,6 14,3 15,6 21,8 23,1

Total 147 100

Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita NPB tertinggi pada tahun 2009 sebesar 23,1% dan terendah pada tahun 2004 sebesar 11,6%.

5.3. Sosiodemografi

Proporsi penderita NPB berdasarkan sosiodemografi antara lain umur dan jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan daerah asal yang dirawat di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 adalah sebagai berikut :

5.3.1. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita NPB berdasarkan sosiodemografi umur dan jenis kelamin yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(55)

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Sosiodemografi Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

No Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin

Total

Laki-laki Perempuan

f % f % f %

1 11-20 2 1,4 3 2 5 3,4

2 21-30 7 4,8 10 6,8 17 11,6

3 31-40 9 6,1 19 12,9 28 19

4 41-50 11 7,5 24 16,3 35 23,8

5 51-60 8 5,4 10 6,8 18 12,2

6 61-70 6 4,1 15 10,2 21 14,3

7 71-80 9 6,1 10 6,8 19 12,9

8 81-90 1 0,7 2 1,4 3 2

9 91-100 0 0 1 0,7 1 0,7

Total 53 36,1 94 63,9 147 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat, proporsi tertinggi penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 berdasarkan umur adalah kelompok umur 41-50 tahun yaitu 35 orang (23,8%). Umur terendah adalah 11 tahun dan umur tertinggi adalah 93 tahun. Berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi adalah perempuan yaitu 94 orang (63,9%).

5.3.2. Suku, Agama, Pekerjaan, Status Perkawinan, dan Daerah Asal

Proporsi penderita NPB berdasarkan sosiodemografi suku, agama, pekerjaan, status perkawinan dan daerah asal yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(56)

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Sosiodemografi Suku, Agama, Pekerjaan, Status Perkawinan, dan Daerah Asal di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

No Karakteristik Jumlah

f %

1 Suku

Batak Jawa Nias Minang Melayu Ambon Sunda Aceh Tamil Tionghoa 118 15 4 3 2 1 1 1 1 1 80,2 10,2 2,7 2,0 1,4 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7

Total 147 100

2 Agama

Kristen Protestan Kristen Katholik Islam Budha 90 29 27 1 61,2 19,7 18,4 0,7

Total 147 100

3 Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga

Pegawai swasta / Wiraswasta Pegawai Negri

Pensiunan Pegawai / ABRI Petani Belum bekerja Biarawan/Biarawati 47 45 22 13 9 9 2 32,0 30,6 15,0 8,8 6,1 6,1 1,4

Total 147 100

4 Status Perkawinan Kawin

Belum kawin 132 15 89,8 10,2

Total 147 100

5 Daerah Asal

Kota Medan Luar Kota Medan

103 44

70,1 29,9


(57)

Pada tabel 5.3. di atas dapat diketahui karakteristik penderita NPB berdasarkan sosiodemografi suku, agama, pekerjaan, status perkawinan, dan daerah asal adalah sebagai berikut: berdasarkan suku proporsi yang tertinggi adalah suku Batak (80,3%). Berdasarkan agama, proporsi tertinggi adalah Kristen Protestan (61,2%). Berdasarkan pekerjaan, proporsi tertinggi adalah Ibu Rumah Tangga (32,0%).

Berdasarkan status perkawinan, proporsi yang tertinggi adalah kawin (89,8%). Berdasarkan daerah asal, proporsi tertinggi berasal dari kota Medan (70,1%).

Berdasarkan pendidikan penderita NPB tidak dapat didistribusikan karena tidak tersedianya data di kartu status.

5.4. Status Obesitas

Proporsi penderita NPB berdasarkan status obesitas yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tidak dapat didistribusikan karena tidak tersedianya data di kartu status.


(58)

5.5. Riwayat Cedera/Trauma

Proporsi penderita NPB berdasarkan riwayat cedera/trauma yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Dirawat Inap Berdasarkan Riwayat Cedera/Trauma di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

No Riwayat

Cedera/Trauma

Jumlah

f %

1 Pernah 13 8,8

2 Tidak pernah 134 91,2

Total 147 100

Berdasarkan tabel 5.4 di atas diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita NPB berdasarkan ada tidaknya riwayat cedera/trauma adalah yang tidak memiliki riwayat cedera/trauma (91,2%).

5.6. Klasifikasi NPB

Proporsi penderita NPB berdasarkan klasifikasi NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Dirawat Inap Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

No Klasifikasi NPB Jumlah

f %

1 2

NPB Mekanikal NPB Nonmekanikal

108 39

73,5 26,5

Total 147 100

Berdasarkan tabel 5.5. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita NPB berdasarkan klasifikasinya adalah NPB Mekanikal (73,5%). Untuk lebih rinci pembagian klasifikasi NPB dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(59)

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita NPB Yang Dirawat Inap Berdasarkan Rincian Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

No Klasifikasi NPB Jumlah

f %

1 2 3

NPB Mekanikal

Degenerasi

Trauma dan gangguan mekanik Gangguan Metabolik 56 48 4 51,8 44,5 3,7

Total 108 100

1 2 3 4

NPB Non Mekanikal

Kelainan pada alat visera dan retroperitoneum Problem Psikoneurotik Infeksi Radang 30 5 3 1 77,0 12,8 7,7 2,5

Total 39 100

Berdasarkan tabel 5.6. di atas dapat diketahui proporsi penderita NPB berdasarkan rincian klasifikasi penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Pada klasifikasi NPB Mekanikal proporsi tertinggi disebabkan oleh degenerasi (51,8%) dan pada klasifikasi NPB Nonmekanikal proporsi tertinggi disebabkan oleh kelainan pada alat visera dan retroperitoneum (77%).

5.7. Penatalaksanaan Medis

Berdasarkan penatalaksanaan medis, penderita NPB dapat ditangani secara konservatif dan operatif. Penatalaksanaan medis penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 keseluruhannya ditangani secara konservatif (100%), tidak ada penderita NPB yang ditangani secara operatif karena tindakan operatif dilakukan hanya bila penatalaksanaan secara konservatif tidak memberikan hasil, menimbulkan kelumpuhan nyata, terutama yang berkembang secara progresif dan adanya gangguan miksi.9


(60)

Proporsi penderita NPB berdasarkan penatalaksanaan medis konservatif yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2004-2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Dirawat Inap Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Konservatif di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

No. Penatalaksanaan Medis Konservatif (N=147) f % 1 2 3 4 5 Medikamentosa Fisioterapi Korset Tirah Baring Traksi 147 58 16 2 1 100 39,5 10,9 1,4 0,7

Berdasarkan tabel 5.7. di atas dapat diketahui proporsi tertinggi penatalaksanaan medis konservatif penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah medikamentosa (100%). Untuk lebih rinci proporsi kombinasi penatalaksanaan medis konservatif dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita NPB yang Dirawat Inap Berdasarkan Rincian Penatalaksanaan Medis Konservatif di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

No. Penatalaksanaan Medis Konservatif f %

1 2 3 4 5 6 7 Medikamentosa

Medikamentosa + Fisioterapi

Medikamentosa + Fisioterapi + Korset Medikamentosa + Korset

Medikamentosa + Traksi

Medikamentosa + Tirah Baring + Korset

Medikamentosa + Tirah Baring + Fisioterapi + Korset

84 46 11 3 1 1 1 57,1 31,3 7,5 2,0 0,7 0,7 0,7

Total 147 100

Berdasarkan tabel 5.8. di atas dapat diketahui proporsi tertinggi rincian penatalaksanaan medis konservatif penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah medikamentosa (57,1%).


(1)

Crosstabs

jenis npb yang diderita * jenis kelamin penderita Crosstabulation

36 72 108

38.9 69.1 108.0

33.3% 66.7% 100.0%

67.9% 76.6% 73.5%

24.5% 49.0% 73.5%

17 22 39

14.1 24.9 39.0

43.6% 56.4% 100.0%

32.1% 23.4% 26.5%

11.6% 15.0% 26.5%

53 94 147

53.0 94.0 147.0

36.1% 63.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

36.1% 63.9% 100.0%

Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita % within jenis kelamin penderita % of Total Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita % within jenis kelamin penderita % of Total Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita % within jenis kelamin penderita % of Total NPB Mekanik

NPB Non mekanik jenis npb yang

diderita

Total

laki-laki perempuan jenis kelamin penderita

Total

Chi-Square Tests

1.307b 1 .253

.900 1 .343

1.287 1 .257

.331 .171

1.298 1 .254

147 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14. 06.


(2)

T-Test

Group Statistics

108 7.19 5.621 .541

39 5.82 3.128 .501

jenis npb yang diderita NPB Mekanik

NPB Non mekanik lama rawatan

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

6.363 .013 1.436 145 .153 1.365 .950 -.514 3.243

1.851 120.235 .067 1.365 .737 -.095 2.824

Equal variances assumed Equal variances not assumed lama rawatan

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Oneway

Descriptives

lama rawatan

38 6.24 4.175 .677 4.86 7.61 2 25

68 8.18 6.010 .729 6.72 9.63 1 38

41 5.12 3.480 .543 4.02 6.22 1 17

147 6.82 5.105 .421 5.99 7.66 1 38

sembuh

pulang berobat jalan (PBJ)

pulang atas permintaan sendiri (PAPS) Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances lama rawatan

4.526 2 144 .012

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA lama rawatan

256.260 2 128.130 5.199 .007

3549.141 144 24.647

3805.401 146

Between Groups Within Groups Total

Sum of


(3)

NPar Tests

Descriptive Statistics

147 6.82 5.105 1 38

147 2.02 .735 1 3

lama rawatan

keadaan sewaktu pulang

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Kruskal-Wallis Test

Ranks

38 71.67

68 84.79

41 58.26

147 keadaan sewaktu pulang

sembuh

pulang berobat jalan (PBJ)

pulang atas permintaan sendiri (PAPS)

Total lama rawatan

N Mean Rank

Test Statisticsa,b

10.193 2 .006 Chi-Square

df

Asymp. Sig.

lama rawatan

Kruskal Wallis Test a.

Grouping Variable: keadaan sewaktu pulang b.


(4)

Crosstabs

jenis npb yang diderita * umur penderita Crosstabulation

24 14 10 48

19.6 16.3 12.1 48.0

50.0% 29.2% 20.8% 100.0%

40.0% 28.0% 27.0% 32.7%

16.3% 9.5% 6.8% 32.7%

0 0 1 1

.4 .3 .3 1.0

.0% .0% 100.0% 100.0%

.0% .0% 2.7% .7%

.0% .0% .7% .7%

0 3 1 4

1.6 1.4 1.0 4.0

.0% 75.0% 25.0% 100.0%

.0% 6.0% 2.7% 2.7%

.0% 2.0% .7% 2.7%

15 21 20 56

22.9 19.0 14.1 56.0

26.8% 37.5% 35.7% 100.0%

25.0% 42.0% 54.1% 38.1%

10.2% 14.3% 13.6% 38.1%

17 10 3 30

12.2 10.2 7.6 30.0

56.7% 33.3% 10.0% 100.0%

28.3% 20.0% 8.1% 20.4%

11.6% 6.8% 2.0% 20.4%

1 1 1 3

1.2 1.0 .8 3.0

33.3% 33.3% 33.3% 100.0%

1.7% 2.0% 2.7% 2.0%

.7% .7% .7% 2.0%

3 1 1 5

2.0 1.7 1.3 5.0

60.0% 20.0% 20.0% 100.0%

5.0% 2.0% 2.7% 3.4%

2.0% .7% .7% 3.4%

60 50 37 147

60.0 50.0 37.0 147.0

40.8% 34.0% 25.2% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

40.8% 34.0% 25.2% 100.0%

Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita

% within umur penderita % of Total

Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita

% within umur penderita % of Total

Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita

% within umur penderita % of Total

Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita

% within umur penderita % of Total

Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita

% within umur penderita % of Total

Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita

% within umur penderita % of Total

Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita

% within umur penderita % of Total

Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita

% within umur penderita % of Total

trauma dan gangguan mekanik

radang

gangguan metabolik

degenerasi

kelainan pada alat visera dan retroperitoneum

infeksi

psikoneurotik jenis

npb yang diderita

Total

<45 tahun 45-65 tahun >65 tahun umur penderita


(5)

jenis npb yang diderita * jenis kelamin penderita Crosstabulation

17 31 48

17.3 30.7 48.0

35.4% 64.6% 100.0%

32.1% 33.0% 32.7%

11.6% 21.1% 32.7%

0 1 1

.4 .6 1.0

.0% 100.0% 100.0%

.0% 1.1% .7%

.0% .7% .7%

0 4 4

1.4 2.6 4.0

.0% 100.0% 100.0%

.0% 4.3% 2.7%

.0% 2.7% 2.7%

19 37 56

20.2 35.8 56.0

33.9% 66.1% 100.0%

35.8% 39.4% 38.1%

12.9% 25.2% 38.1%

14 16 30

10.8 19.2 30.0

46.7% 53.3% 100.0%

26.4% 17.0% 20.4%

9.5% 10.9% 20.4%

3 0 3

1.1 1.9 3.0

100.0% .0% 100.0%

5.7% .0% 2.0%

2.0% .0% 2.0%

0 5 5

1.8 3.2 5.0

.0% 100.0% 100.0%

.0% 5.3% 3.4%

.0% 3.4% 3.4%

53 94 147

53.0 94.0 147.0

36.1% 63.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

36.1% 63.9% 100.0%

Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita % within jenis kelamin penderita % of Total Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita % within jenis kelamin penderita % of Total Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita % within jenis kelamin penderita % of Total Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita % within jenis kelamin penderita % of Total Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita % within jenis kelamin penderita % of Total Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita % within jenis kelamin penderita % of Total Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita % within jenis kelamin penderita % of Total Count

Expected Count % within jenis npb yang diderita % within jenis kelamin penderita % of Total trauma dan gangguan

mekanik

radang

gangguan metabolik

degenerasi

kelainan pada alat visera dan retroperitoneum

infeksi

psikoneurotik jenis

npb yang diderita

Total

laki-laki perempuan jenis kelamin penderita


(6)

Crosstabs

keadaan sewaktu pulang * jenis npb yang diderita Crosstabulation

25 13 38

27.9 10.1 38.0

65.8% 34.2% 100.0%

23.1% 33.3% 25.9%

17.0% 8.8% 25.9%

50 18 68

50.0 18.0 68.0

73.5% 26.5% 100.0%

46.3% 46.2% 46.3%

34.0% 12.2% 46.3%

33 8 41

30.1 10.9 41.0

80.5% 19.5% 100.0%

30.6% 20.5% 27.9%

22.4% 5.4% 27.9%

108 39 147

108.0 39.0 147.0

73.5% 26.5% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

73.5% 26.5% 100.0%

Count

Expected Count % within keadaan sewaktu pulang % within jenis npb yang diderita % of Total Count

Expected Count % within keadaan sewaktu pulang % within jenis npb yang diderita % of Total Count

Expected Count % within keadaan sewaktu pulang % within jenis npb yang diderita % of Total Count

Expected Count % within keadaan sewaktu pulang % within jenis npb yang diderita % of Total Sembuh

PBJ

PAPS keadaan

sewaktu pulang

Total

NPB Mekanik

NPB Non mekanik jenis npb yang diderita

Total

Chi-Square Tests

2.186a 2 .335

2.195 2 .334

2.168 1 .141

147 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.08.