Uji Stabilitas Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat yang Menggunakan Bahan Pemburam Titanium Dioksida (TiO2) dan Disimpan dalam Pengemas Aluminium Foil

(1)

UJI STABILITAS FERO SULFAT DALAM KAPSUL ALGINAT YANG MENGGUNAKAN BAHAN PEMBURAM

TITANIUM DIOKSIDA(TiO2

DAN DISIMPAN DALAM PENGEMAS ALUMINIUM FOIL )

SKRIPSI

OLEH:

SANTA CLARA K. DOHUDE NIM 071501018

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UJI STABILITAS FERO SULFAT DALAM KAPSUL ALGINAT YANG MENGGUNAKAN BAHAN PEMBURAM

TITANIUM DIOKSIDA(TiO2

DAN DISIMPAN DALAM PENGEMAS ALUMINIUM FOIL )

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SANTA CLARA K. DOHUDE NIM 071501018

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

UJI STABILITAS FERO SULFAT DALAM KAPSUL ALGINAT YANG MENGGUNAKAN BAHAN PEMBURAM

TITANIUM DIOKSIDA(TiO2

DAN DISIMPAN DALAM PENGEMAS ALUMINIUM FOIL )

OLEH:

SANTA CLARA K. DOHUDE NIM 071501018

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Desember 2011

Pembimbing I, Panitia Penguji:

Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt.

NIP 195201171980031002 NIP 195409091982011001

Pembimbing II, Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. NIP 195201171980031002

Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. Dr.Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt.

NIP 195306251986012001 NIP 195504241983031003

Dra. Saodah, M.Sc., Apt NIP 194901131976032001

Medan, Desember 2011 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Uji Stabilitas Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat yang Menggunakan Bahan

Pemburam Titanium Dioksida (TiO2

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

) dan Disimpan dalam Pengemas Aluminium Foil ” dapat diselesaikan dengan baik.

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi yang telah memberikan izin fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

2. Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., dan Ibu Dra. Anayanti Arianto,

M.Si., Apt., yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

3. Ibu Dra. Herawati Ginting M.Si., Apt., selaku penasihat akademik yang

telah memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.

4. Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., Bapak Dr.Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S.,

Apt., dan Ibu Dra. Saodah, M.Sc., Apt selaku penguji yang telah memberi kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. David Sinurat selaku Kepala Laboratorium Farmasi Fisik

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

6. Bapak Prof. Dr.rer.nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku

penanggung jawab Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Sumatera Utara Medan dan Kakanda Mustika Puri selaku Operator Laboratorium


(5)

Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama pelaksanaan penelitian.

7. Ayahanda Harianus Dohude dan Ibunda Pintauli Doloksaribu yang telah

memberikan cinta dan kasih saying yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi maupun non-materi.

8. Saudara tersayang Franciskus Dohude dan Fincencius serta seluruh

keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

9. Spesial untuk sahabat-sahabat ku Sariaty, Sylvia Halim, Baruna, Melati, Marlin, Rudi, Handi, Elfridawati, Jimmy, Rachmad, Tisen dan teman-teman angkatan 2007, terima kasih untuk perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini.

10.Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak

tercantum namanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaah skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2011

Penulis,


(6)

Uji Stabilitas Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat yang Menggunakan Bahan Pemburam Titanium Dioksida (TiO2

Pengemas Aluminium Foil

) dan Disimpan dalam Abstrak

Fero sulfat merupakan bahan yang mudah teroksidasi. Fero sulfat yang disimpan dalam wadah botol dan tanpa menggunakan bahan pemburam Titanium dioksida (TiO2) tidak stabil selama penyimpanan. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus pada proses penyimpanan dan pada formulasi cangkang kapsul sehingga stabilitas dalam kapsul menjadi lebih baik. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap stabilitas kimia Fero sulfat

dan stabilitas fisik cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 dengan

menggunakan pengemas aluminium foil (strip).

Pengujian stabilitas kimia Fero sulfat dalam kapsul alginat dilakukan

dengan penetapan kadar Fero (Fe2+) setelah penyimpanan selama 3 bulan secara

spektrofotometri visibel yang diukur pada panjang gelombang 509 nm. Stabilitas fisik Fero sulfat dalam cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 meliputi pengamatan warna, kerapuhan, dan laju pelepasan. Warna diamati secara visual,

kerapuhan kapsul diuji dengan capsule shell impact tester

Hasil penelitian pada pengujian terhadap stabilitas kimia Fero sulfat dalam kapsul alginat yang menggunakan TiO

, dan uji pelepasan dilakukan dengan menggunakan alat disolusi metode dayung dalam medium pH 1,2 kemudian diukur secara spektrofotometri visibel pada panjang gelombang 509 nm.

2 dalam pengemas aluminium foil selama 3

bulan adalah kadar Fero (Fe2+) setelah penyimpanan menunjukkan perbedaan

dengan sebelum penyimpanan. Pada penyimpanan suhu 300C,RH 70% selama 3

bulan kadar Fe masih memenuhi persyaratan, tetapi pada penyimpanan suhu

400C,RH 75% kadar Fero (Fe2+) menjadi tidak memenuhi persyaratan. Pada

pengujian stabilitas fisik Fero sulfat dalam kapsul alginat dengan pengamatan secara visual, warna serbuk Fero sulfat yang mula-mula berwarna hijau kebiruan

berubah menjadi warna coklat muda pada suhu 300C, RH 70% , dan pada suhu

400C, RH 75% berubah menjadi warna coklat tua, akan tetapi warna cangkang

kapsul tidak berubah selama penyimpanan dan tidak menunjukkan kerapuhan. Pelepasan Fero sulfat juga dipengaruhi oleh penyimpanan dimana pada suhu

300C, RH 70% dan suhu 400C, RH 75% memiliki perbedaan dengan pelepasan

Fero sulfat sebelum penyimpanan. Dapat disimpulkan bahwa penyimpanan

mempengaruhi stabilitas kimia Fero sulfat dimana kadar Fero (Fe2+) mengalami

penurunan setelah penyimpanan dan mempengaruhi stabilitas fisik Fero sulfat dalam kapsul alginat dimana warna bahan obat Fero sulfat berubah selama penyimpanan, sedangkan warna cangkang kapsul tidak berubah dan kapsul tidak rapuh, dan juga pelepasan Fero sulfat dipengaruhi oleh penyimpanan.


(7)

The Stability Test of Ferrous Sulphate in Alginate Capsule Used Titanium Dioxide (TiO2

Aluminium Foil Packaging

) as Opacifying Agent and Stored in

Abstract

Ferro sulphate is easily oxidized materials. Ferro sulfate which is stored in bottles without the use of opacifying Titanium dioxide (TiO2) is not stable during storage. So that, it need special attention to the storage process and the formulation of the capsule for the better stability in capsules. The main purpose of this research was to study the effect of storage on the chemical stability and physical stability of Ferro sulphate in alginate capsule shell containing TiO2

The testing of Ferro sulphate chemical stability in alginate capsule was done by determine of Ferro (Fe

used aluminum foil as packaging .

2+

) after storage and measured with spectrophotometry at wavelength of 509 nm. Physical stability Ferro sulphate in alginate capsule shell containing TiO2

The results of this research on chemical stability test of Ferro sulphate in alginate capsule containing TiO

including color observations, brittleness, and the release rate. Color was observed visually, the brittleness of capsule was tested with the capsule shell impact tester, and the release was done by using a paddle method dissolution in pH 1.2 medium was then measured by spectrophotometry in the visible wavelength of 509 nm.

2 in aluminum foil as packaging on 3 months

storage was the content of Ferro (Fe2+) after storage showed differences with

before storage. Storage for 3 months at 300C, RH 70% , the content of Ferro

(Fe2+) in alginate capsule was still in requirements, but in storage for 3 months at

400C, RH 75% become not in requirements. On the physical stability test in

alginate capsule, the colour of Ferro sulphate before storage was light green, after storage for 3 months at 300C, RH 70% turned into light brown and at 400C, RH 75% became dark brown, but the colour of capsule shell was didn’t change and didn’t brittle. Release of Ferro sulphate affected by storage. Storage for 3 months at 300C, RH 70% and at 400

Key words: Ferro sulphate, stability, TiO

C, RH 75% showed the differences with before storage. It can be concluded that storage affects the chemical stability of Ferro sulphate and affects the physical stability of Ferro sulphate in alginate capsule which the colour was change during storage, however the colour of capsule shell was didn’t change and didn’t brittle and the release of Ferro sulphate affects by storage.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... 2

HALAMAN PENGESAHAN ... 3

KATA PENGANTAR ... 4

ABSTRAK ... 6

ABSTRACT ... 7

DAFTAR ISI ... 8

DAFTAR TABEL ... 14

DAFTAR GAMBAR ... 15

DAFTAR LAMPIRAN ... 17

BAB I PENDAHULUAN ... ……….. 19

1.1 Latar Belakang ... ………. 19

1.2 Kerangka Pikir Penelitian ... ………. 22

1.3 Perumusan Masalah ... ………. 22

1.4 Hipotesis Penelitian………... ... 23

1.5 Tujuan Penelitian ... ……….. 24

1.6 Manfaat Penelitian ... ……….. 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fero Sulfat ... ………. 26

2.1.1 Uraian Bahan ... ………. 26

2.1.2 Farmakologi ... ………. 26


(9)

2.2 Kapsul ... ……….. 28

2.2.1Kapsul Alginat ... ……….. 28

2.3 Titanium Dioksida (TiO2 2.4 Studi Stabilitas ... ………. 31

) ………. 30

2.4.1 Uji Dipercepat ... 31

2.4.2 Pengujian Jangka Panjang atau Waktu Nyata ... 31

2.4.3 Pengujian Pasca Pemasaran ... 31

2.5Penetapan Kadar Besi Secara In Vitro ... 32

2.6 Kerapuhan ... 32

2.7 Disolusi ... 33

2.8 Pengemasan ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Alat-alat ... 35

3.2 Bahan-bahan ... 35

3.3 Prosedur Penelitian ... 36

3.3.1 Pembuatan Pereaksi ... 36

3.3.1.1 Larutan Hidroksilamin Hidroklorida... 36

3.3.1.2 Larutan Natrium Asetat 1,2 M ... 36

3.3.1.3 Larutan Ortofenantrolin ... 36

3.3.1.4 Medium Cairan Lambung Buatan (pH 1,2) ... 36

3.3.2 Pembuatan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Larutan Fero sulfat dalam Medium Cairan Lambung Buatan (pH 1,2) ... 37

3.3.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Fero Sulfat ... 37


(10)

3.3.2.3 Penentuan Operating Time Larutan Fero sulfat ... 37

3.2.3.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Fero sulfat ... 37

3.3.3 Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat ... 38

3.3.3.1 Pembuatan Larutan Natrium Alginat ... 38

32.3.2 Pengukuran Viskositas Larutan Natrium Alginat ... 39

3.3.3.3 Pembuatan Badan Cangkang Kapsul Alginat ... 39

3.3.3.4 Pembuatan Tutup Cangkang Kapsul Alginat ... 40

3.3.3.5 Pengeringan Cangkang Kapsul Alginat ... 40

3.3.3.6 Penentuan Spesifikasi Cangkang Kapsul ... 40

3.3.3.6.1 Pengukuran Panjang dan Diameter Cangkang Kapsul ... 40

3.3.3.6.2 Pengukuran Ketebalan Cangkang Kapsul ... 41

3.3.3.6.3 Penimbangan Berat Cangkang Kapsul ... 41

3.3.3.6 4 Pengamatan Warna Cangkang Kapsul ... 41

3.3.3.6.5 Pengukuran Volume Cangkang Kapsul ... 41

3.3.3.7 Pengisian Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat ... 41

3.4 Penyimpanan Cangkang Kapsul Alginat Yang Berisi Fero sulfat ... 41

3.4.1 Penyimpanan pada Suhu 300 3.4.2 Penyimpanan pada Suhu 40 C, RH 70% ... 41

0 3.5 Pengujian ... 42

C, RH 75% ... 42

3.5.1 Pengaruh penyimpanan ... 42

3.5.1.1 Pengujian Stabilitas Kimia Fero sulfat dalam Kapsul Alginat 4,5% yang Menggunakan Bahan Pemburam TiO2 Aluminium Foil ... 42


(11)

3.5.1.1.1 Penetapan Kadar Fe dalam Kapsul ... 42 3.5.1.2 Pengujian Stabilitas Fisik Fero Sulfat dalam Kapsul

Alginat ... 43

3.5.1.2.1 Pengamatan Warna Cangkang Kapsul dan

Warna Bahan Obat Fero Sulfat dalam

Kapsul Alginat ... 43

3.5.1.2.2 Uji Kerapuhan ... 43 3.5.1.2.2.1 Cangkang Kapsul Kosong ... 43

3.5.1.2.2.2 Cangkang Kapsul Berisi (Uji Ketahanan

terhadap Tekanan) ... 43 3.5.1.2.3 Uji Pelepasan ... 43 3.5.1.2.3.1 Prosedur ... 44 3.5.2 Pengaruh Penggunaan Titanium Dioksida (TiO2

Pelepasan Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat ... 44 ) Pada

3.5.2.1 Uji Pelepasan ... 44 3.5.2.2 Prosedur ... 45 3.5.3 Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Na Alginat Yang

Digunakan Pada Proses Pembuatan Cangkang Kapsul

Alginat ... 45 3.5.3.1 Uji Pelepasan ... 45 3.5.3.2 Prosedur ... 45

3.5.4 Pengaruh Penggunaann Minyak silikon Sebagai LubrikanUntuk Memudahkan Pengeluaran Cangkang

Kapsul dari Cetakan Pada Pembuatan Cangkang Kapsul ... 46 3.5.4.1 Uji Pelepasan ... 46 3.5.4.2 Prosedur ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48 4.1 Pembuatan Cangkang kapsul Alginat ... 48


(12)

4.1.1 Viskositas Larutan Natrium Alginat ... 48

4.1.2 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat ... 48

4.2 Pengujian ... 51

4.2.1 Pengaruh Penyimpanan ... 51

4.2.1.1 Penetapan Kadar Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat ... 51

4.2.1.2Pengujian Stabilitas Fisik Fero Sulfat Dalam Kapsul Alginat ... 52

4.2.1.2.1 Pengamatan Warna ... 52

4.2.1.2.1.1 Pengamatan Warna Terhadap Cangkang Kapsul Alginat ... 52

4.2.1.2.1.2 Pengamatan Warna Bahan Obat Dalam Cangkang Kapsul Alginat ... 54

4.2.1.2.2 Uji Kerapuhan ... 56

4.2.1.2.2.1 Cangkang Kapsul Kosong ... 56

4.2.1.2.2.2 Cangkang Kapsul Berisi (Uji Ketahanan Terhadap Tekanan) ... 57

4.2.1.2.3 Uji Pelepasan Fero sulfat dalam Kapsul Alginat ... 59

4.2.1.2.3.1 Uji Pelepasan Fero sulfat dalam Kapsul Alginat Yang Menggunakan TiO2 Pengemas Aluminium Foil ... 59

Dalam 4.2.1.2.3.1.1Laju Pelepasan Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat Sebelum Penyimpanan dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada Suhu 300C,RH 70%.. ... 59

4.2.1.2.3.1.2 Laju Pelepasan Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat Sebelum Penyimpanan dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada Suhu 400C,RH 75% ... . 61 4.2.1.2.3.1.3 Laju Pelepasan Fero Sulfat dalam Kapsul

Alginat Setelah Penyimpanan


(13)

70%, dan Suhu 400 C, RH 75%. ... 62

4.2.2 Pengaruh Penggunaan TiO2 Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat ... 64

pada Pelepasan 4.2.2.1 Laju Pelepasn Fero Sulfat dalam Cangkang Kapsul Alginat yang Menggunakan TiO2 yang Tanpa Menggunakan TiO dan 2 ... . 64

4.2.3 Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Na alginat yang Digunakan Pada Proses Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat ... 65

4.2.3.1 Laju Disolusi Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat dengan Konsentrasi Na Alginat 4 % dan 4,5 % ... 65

4.2.4 Pengaruh Penggunaan Minyak Silikon Dalam Proses Pengeringan Cangkang Kapsul ... 67

4.2. 4.1 Laju Disolusi Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat yang Menggunakan Minyak Silikon dan Tanpa Menggunakan Minyak Silikon ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat dengan konsentrasi

Na alginat 4% yang menggunakan TiO2

4.2 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat dengan konsentrasi

... 49

Na alginat 4,5% yang tanpa menggunakan TiO2

4.3 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat dengan konsentrasi

... 49

Na alginat 4,5% yang menggunakan TiO2

4.4 Spesifikasi cangkang kapsul 0 menurut Shionogi

... 50

Qualicaps, 2002 ... 50 4.5 Hasil Penetapan Kadar Ferosulfat dalam cangkang kapsul

alginat sebelum penyimpan dan setelah penyimpanan selama

3 bulan pada suhu 300C, RH 70%, dan suhu 400C, RH 75% ... 51 4.6 Sifat fisik cangkang kapsul alginat yang menggunakan


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 22 4.1 Warna cangkang kapsul alginat yang menggunakan TiO2

dan disimpan dalam bahan pengemas aluminium foil ... .. 52 4.2 Warna bahan obat dalam cangkang kapsul alginat

menggunakan dan disimpan dalam bahan pengemas berupa

wadah botol bersilika gel ... .. 54 4.3 Uji Kerapuhan cangkang Kapsul kosong penyimpanan 3 bulan

pada suhu 300 C, RH 70% ... 56 4.4 Uji Kerapuhan cangkang kapsul kosong penyimpanan 3 bulan

pada suhu 400C, RH 75 % ... 57 4.5 Uji Kerapuhan cangkang kapsul berisi penyimpanan 3 bulan

Suhu 300 C, RH 70% ... 58 4.6 Uji Kerapuhan cangkang kapsul berisi penyimpanan 3 bulan

Suhu 400 C, RH 75% ... 58 4.7 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan Fero sulfat dalam

kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan

selama 3 bulan pada suhu 300 C, RH 70% ... 59 4.8 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan Ferosulfat dalam

kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan

selama 3 bulan pada suhu 400 C ,RH 75% ... 61 4.9 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan Ferosulfat

dalam kapsul alginat disimpan selama 3 bulan pada suhu 300 ,RH 70% ,dan pada suhu 40

C 0

C ,RH 75% ... 62

4.10 Pengaruh bahan pemburam TiO2

Ferosulfat dalam kapsul alginat yang menggunakan TiO terhadap pelepasan

2 dan tanpa menggunakan TiO

2 ... 64 4.11 Pengaruh konsentrasi terhadap pelepasan Ferosulfat dalam

kapsul alginat dengan konsentrasi Na alginat 4 % dan


(16)

4.12 Pengaruh penggunaan minyak silikon terhadap pelepasan Ferosulfat dalam cangkang kapsul alginat yang menggunakan minyak silikon dan cangkang kapsul alginat tanpa menggunakan


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pengukuran Viskositas Larutan Alginat... 74

2. Penentuan Spesifikasi Cangkang Kapsul ... 76

3. Kurva Serapan Larutan Fero sulfat dalam Medium pH 1,2 ... 79

4. Kurva Kalibrasi Larutan Fero Sulfat dalam Medium pH 1,2... 80

5. Data Hasil Penetapan Kadar Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat yang Mengandung Fero Sulfat 10. ... 82

6. Perhitungan jumlah Fe dalam FeSO4.7H2 7. Contoh perhitungan persentase (%) fero terlarut pada interval O ... 85

waktu tertentu ... 86

8. Data % Kumulatif Rata-rata Fero sulfat dari cangkang kapsul alginat Sebelum penyimpanan ... 88

9. Data % Kumulatif Rata-rata Fero sulfat dari cangkang kapsul alginat suhu 30 C,RH 70% Setelah penyimpanan selama 3 bulan ... 89

10. Data % Kumulatif Rata-rata Fero sulfat dari cangkang kapsul alginat suhu 400 C,RH 75% setelah penyimpanan selama 3 bulan ... 90

11. Data % Kumulatif Rata-rata Fero sulfat dari cangkang kapsul alginat Tanpa Menggunakan TiO2 ... 91

12. Data % Kumulatif Rata-rata Fero sulfat dari cangkang kapsul alginat dengan Konsentrasi Na alginat 4 % ... 92

13. Data % Kumulatif Rata-rata Fero sulfat dari cangkang kapsul alginat Tanpa menggunakan minyak silikon ... 93

14 Data IndependentT-Test Disolusi Fero sulfat dalam Kapsul Alginat ... 94

15. Alat Pencetak Kapsul dan Lemari Pengering Kapsul ... 112

16. Alat-alat untuk Disolusi ... 113


(18)

18. Alat Uji Viskositas……….... ... 115

19. Alat Uji Spesifikasi Kapsul.……… ... 116

20. Daftar T Tabel ... 117


(19)

Uji Stabilitas Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat yang Menggunakan Bahan Pemburam Titanium Dioksida (TiO2

Pengemas Aluminium Foil

) dan Disimpan dalam Abstrak

Fero sulfat merupakan bahan yang mudah teroksidasi. Fero sulfat yang disimpan dalam wadah botol dan tanpa menggunakan bahan pemburam Titanium dioksida (TiO2) tidak stabil selama penyimpanan. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus pada proses penyimpanan dan pada formulasi cangkang kapsul sehingga stabilitas dalam kapsul menjadi lebih baik. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap stabilitas kimia Fero sulfat

dan stabilitas fisik cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 dengan

menggunakan pengemas aluminium foil (strip).

Pengujian stabilitas kimia Fero sulfat dalam kapsul alginat dilakukan

dengan penetapan kadar Fero (Fe2+) setelah penyimpanan selama 3 bulan secara

spektrofotometri visibel yang diukur pada panjang gelombang 509 nm. Stabilitas fisik Fero sulfat dalam cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 meliputi pengamatan warna, kerapuhan, dan laju pelepasan. Warna diamati secara visual,

kerapuhan kapsul diuji dengan capsule shell impact tester

Hasil penelitian pada pengujian terhadap stabilitas kimia Fero sulfat dalam kapsul alginat yang menggunakan TiO

, dan uji pelepasan dilakukan dengan menggunakan alat disolusi metode dayung dalam medium pH 1,2 kemudian diukur secara spektrofotometri visibel pada panjang gelombang 509 nm.

2 dalam pengemas aluminium foil selama 3

bulan adalah kadar Fero (Fe2+) setelah penyimpanan menunjukkan perbedaan

dengan sebelum penyimpanan. Pada penyimpanan suhu 300C,RH 70% selama 3

bulan kadar Fe masih memenuhi persyaratan, tetapi pada penyimpanan suhu

400C,RH 75% kadar Fero (Fe2+) menjadi tidak memenuhi persyaratan. Pada

pengujian stabilitas fisik Fero sulfat dalam kapsul alginat dengan pengamatan secara visual, warna serbuk Fero sulfat yang mula-mula berwarna hijau kebiruan

berubah menjadi warna coklat muda pada suhu 300C, RH 70% , dan pada suhu

400C, RH 75% berubah menjadi warna coklat tua, akan tetapi warna cangkang

kapsul tidak berubah selama penyimpanan dan tidak menunjukkan kerapuhan. Pelepasan Fero sulfat juga dipengaruhi oleh penyimpanan dimana pada suhu

300C, RH 70% dan suhu 400C, RH 75% memiliki perbedaan dengan pelepasan

Fero sulfat sebelum penyimpanan. Dapat disimpulkan bahwa penyimpanan

mempengaruhi stabilitas kimia Fero sulfat dimana kadar Fero (Fe2+) mengalami

penurunan setelah penyimpanan dan mempengaruhi stabilitas fisik Fero sulfat dalam kapsul alginat dimana warna bahan obat Fero sulfat berubah selama penyimpanan, sedangkan warna cangkang kapsul tidak berubah dan kapsul tidak rapuh, dan juga pelepasan Fero sulfat dipengaruhi oleh penyimpanan.


(20)

The Stability Test of Ferrous Sulphate in Alginate Capsule Used Titanium Dioxide (TiO2

Aluminium Foil Packaging

) as Opacifying Agent and Stored in

Abstract

Ferro sulphate is easily oxidized materials. Ferro sulfate which is stored in bottles without the use of opacifying Titanium dioxide (TiO2) is not stable during storage. So that, it need special attention to the storage process and the formulation of the capsule for the better stability in capsules. The main purpose of this research was to study the effect of storage on the chemical stability and physical stability of Ferro sulphate in alginate capsule shell containing TiO2

The testing of Ferro sulphate chemical stability in alginate capsule was done by determine of Ferro (Fe

used aluminum foil as packaging .

2+

) after storage and measured with spectrophotometry at wavelength of 509 nm. Physical stability Ferro sulphate in alginate capsule shell containing TiO2

The results of this research on chemical stability test of Ferro sulphate in alginate capsule containing TiO

including color observations, brittleness, and the release rate. Color was observed visually, the brittleness of capsule was tested with the capsule shell impact tester, and the release was done by using a paddle method dissolution in pH 1.2 medium was then measured by spectrophotometry in the visible wavelength of 509 nm.

2 in aluminum foil as packaging on 3 months

storage was the content of Ferro (Fe2+) after storage showed differences with

before storage. Storage for 3 months at 300C, RH 70% , the content of Ferro

(Fe2+) in alginate capsule was still in requirements, but in storage for 3 months at

400C, RH 75% become not in requirements. On the physical stability test in

alginate capsule, the colour of Ferro sulphate before storage was light green, after storage for 3 months at 300C, RH 70% turned into light brown and at 400C, RH 75% became dark brown, but the colour of capsule shell was didn’t change and didn’t brittle. Release of Ferro sulphate affected by storage. Storage for 3 months at 300C, RH 70% and at 400

Key words: Ferro sulphate, stability, TiO

C, RH 75% showed the differences with before storage. It can be concluded that storage affects the chemical stability of Ferro sulphate and affects the physical stability of Ferro sulphate in alginate capsule which the colour was change during storage, however the colour of capsule shell was didn’t change and didn’t brittle and the release of Ferro sulphate affects by storage.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekurangan zat besi adalah masalah nutrisi penyebab anemia yang paling umum terjadi pada manusia. Hal ini terjadi akibat asupan zat besi tidak memadai, malabsorpsi, kekurangan darah, dan kehamilan

Besi dalam bentuk fero paling mudah diabsorpsi, maka preparat besi untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk berbagai garam fero seperti fero sulfat, fero glukonat, dan fero fumarat. Ketiga preparat ini umumnya efektif dan tidak mahal. (Tjay, 2007).

(Gillman, 2011). Diperkirakan 60-80% populasi dunia dipengaruhi oleh defisiensi besi. Ini merupakan hal yang paling umum untuk dicegah terkait defisiensi nutrisi, meskipun tujuan utama nya adalah untuk menguranginya. Anak-anak merupakan kelompok dengan resiko terbesar, khususnya selama periode pertumbuhan yang cepat (Zlotkin, 2004).

Efek yang merugikan dalam pemberian besi secara oral adalah dapat menyebabkan iritasi pada lambung, juga mual, diare, dan/atau konstipasi . Jika efek samping terjadi, dosis harus dikurangi, atau alternatif lain, garam besi lainnya dapat digunakan, tetapi perbaikan dalam toleransi mungkin hanya dihasilkan pada kadar unsur besi yang lebih rendah (Thorp, 2008 ; BNF, 2009).

Salah satu cara untuk mengatasi efek samping sediaan yang mengiritasi

lambung adalah dengan formulasi sediaan sediaan obat tersebut dengan gastric

delivery system (GDS). Besi dalam bentuk ini menyebabkan efek samping yang lebih sedikit dan dua sampai empat kali lebih mudah diserap daripada bentuk


(22)

sediaan besi konvensional, yaitu tablet Fero sulfat sehingga dengan keuntungan ini, kapsul GDS lebih dapat diterima (Cook, et.al., 1990; Simmons, et al., 1993; Ekstrom, et.al., 1996).

Dalam penelitian tentang cangkang kapsul alginat, dimaksudkan untuk membuat suatu cangkang kapsul yang tahan atau tidak pecah oleh asam lambung. Dengan memakai kapsul alginat ini, maka selama kapsul berada dalam lambung, kristal-kristal obat tetap tertahan, sehingga kontak langsung dari kristal-kristal obat terhadap mukosa lambung dihalangi oleh dinding kapsul. Dengan demikian, efek iritasi lokal pada mukosa lambung akan dapat dicegah (Bangun, 2005). Fero sulfat yang diberikan dengan kapsul alginat ternyata tidak menyebabkan iritasi pada lambung kelinci (Sumaiyah, 2006).

Pemerian Fero sulfat yaitu hablur atau granul warna hijau kebiruan, pucat, tidak berbau dan rasa seperti garam (Ditjen POM, 1995). Bahan kimia kristal besi(II) sulfat yang berwarna hijau muda, akan segera berubah menjadi besi(III) sulfat kristal berwarna coklat muda. Hal itu terjadi bila botol tempat penyimpanan tidak segera ditutup atau tidak rapat menutupnya (Anonima

Penyimpanan kapsul alginat tanpa menggunakan TiO

, 2011).

2

Proses pengemasan adalah bagian siklus produksi yang dilakukan terhadap produk ruahan untuk menghasilkan produk jadi (Anonim

dan disimpan dalam wadah botol bersilika gel mengalami perubahan warna dari hijau kebiruan menjadi warna coklat muda pada penyimpanan suhu kamar, dan menjadi warna coklat kehitaman pada suhu yang lebih tinggi setelah 3 bulan (Natalia, 2011 belum dipublikasikan).

a

, 2011). Pengemas harus dapat melindungi produk terhadap segala pengaruh luar yang merugikan


(23)

yang dapat mempengaruhi kualitas atau potensi produk seperti cahaya, kelembapan, oksigen, kontaminasi biologi, ataupun kerusakan mekanis (WHO, 2002).

Zat warna dapat menambah nilai estetika, untuk kemudahan identifikasi, dan mempunyai efek psikologi terhadap pasien. Bahan pewarna digunakan untuk meningkatkan stabilitas produk karena sifatnya menahan cahaya untuk melindungi bahan-bahan tidak tahan cahaya yang diisikan ke dalam kapsul. Kebanyakan kapsul mengandung Titanium dioksida sebagai bahan pengopak (pemburam) dan secara signifikan dapat mengurangi jumlah cahaya yang melewati dinding kapsul (Podczeck, 2004).

Stabilitas adalah kemampuan obat untuk mempertahankan sifat-sifatnya dalam batas spesifikasi yang ditentukan sepanjang masa edar obat tersebut. Tujuan uji stabilitas adalah untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menentukan masa edar produk farmasi dalam wadah aslinya dan untuk menentukan kondisi penyimpanan (WHO, 2006).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat cangkang

kapsul alginat yang mengandung TiO2 yang berisi Fero sulfat, yaitu sediaan

berupa kapsul enterik dengan sistem penghantaran gastric delivery sebagai

metode pemberian terhadap obat-obatan yang mengiritasi mukosa lambung. Selain itu, diperhatikan pula pengaruh penyimpanan Fero sulfat dalam cangkang kapsul alginat yang mengandung TiO2 dan dikemas dengan strip (aluminium foil) terhadap stabilitas kimia Fero sulfat dan stabilitas fisik cangkang kapsul yang berisi Fero sulfat dengan memperhatikan warna cangkang kapsul secara visual, kerapuhan kapsul dan uji disolusi.


(24)

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

Variabel bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Apakah penyimpanan suhu 300C, RH 70% dan suhu 400C, RH 75%

selama 3 bulan berpengaruh terhadap stabilitas kimia Fero sulfat yaitu kadar Fero sulfat dalam kapsul alginat yang menggunakan pemburam TiO2

b. Apakah penyimpanan suhu 30

dalam pengemas aluminium foil ? 0

C, RH 70% dan suhu 400C, RH 75%

selama 3 bulan berpengaruh terhadap stabilitas fisik cangkang kapsul alginat berisi Fero sulfat yaitu warna, kerapuhan, dan pelepasan Fero sulfat

yang menggunakan pemburam TiO2?

FeSO4 dalam kapsul alginat

Pengaruh penyimpanan pada suhu 300C, dan suhu 400C selama 3 bulan

Pengaruh perbedaan Konsentrasi Na Alginat 4 % dan 4,5 % dalam Pengaruh Penambahan Pemburam TiO2 dalam cangkang kapsul

Pengaruh penggunaan minyak silikon sebagai lubrikan

Stabilitas Kimia FeSO4

Stabilitas Fisik FeSO4 dalam cangkang kapsul

Kadar Fe2+

-Warna -Kerapuhan -Laju pelepasan FeSO4

Pelepasan

Laju pelepasan FeSO4 dalam kapsul alginat


(25)

c. Apakah perbedaan konsentrasi Natrium alginat 4% dan 4,5% yang

menggunakan pemburam TiO2

d. Apakah penggunaan TiO

berpengaruh terhadap pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat?

2

e. Apakah penggunaan minyak silikon

di dalam pembuatan cangkang kapsul berpengaruh terhadap pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat ?

sebagai lubrikan untuk memudahkan pengeluaran cangkang kapsul dari cetakan pada pembuatan cangkang kapsul berpengaruh terhadap pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat ?

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Penyimpanan suhu 300C, RH 70% dan suhu 400C, RH 75% selama 3

bulan berpengaruh terhadap stabilitas kimia Fero sulfat yaitu kadar Fero

sulfat dalam kapsul alginat yang menggunakan pemburam TiO2

b. Penyimpanan suhu 30

dalam pengemas aluminium foil.

0

C, RH 70% dan suhu 400C, RH 75% selama 3

bulan berpengaruh terhadap stabilitas fisik cangkang kapsul alginat berisi Fero sulfat yaitu warna, kerapuhan, dan pelepasan Fero sulfat yang

menggunakan pemburam TiO2

c. Perbedaan konsentrasi Natrium alginat 4% dan 4,5% yang menggunakan

pemburam TiO

dalam pengemas aluminium foil.

2 berpengaruh terhadap pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat.


(26)

d. Penggunaan TiO2

e. Penggunaan minyak silikon

di dalam pembuatan cangkang kapsul berpengaruh terhadap pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat.

sebagai lubrikan untuk memudahkan

pengeluaran cangkang kapsul dari cetakan pada pembuatan cangkang kapsul berpengaruh terhadap pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui pengaruh penyimpanan suhu 300C, RH 70% dan suhu 400C,

RH 75% selama 3 bulan terhadap stabilitas kimia Fero sulfat yaitu kadar

Fero sulfat dalam kapsul alginat yang menggunakan pemburam TiO2

b. Mengetahui pengaruh penyimpanan suhu 30

dalam pengemas aluminium foil.

0

C, RH 70% dan suhu 400C, RH 75% selama 3 bulan terhadap stabilitas fisik cangkang kapsul alginat berisi Fero sulfat yaitu warna, kerapuhan, dan pelepasan Fero sulfat yang

menggunakan pemburam TiO2

c. Mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi Natrium alginat 4% dan

4,5% yang menggunakan pemburam TiO

dalam pengemas aluminium foil.

2

d. Mengetahui pengaruh penggunaan TiO

terhadap pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat.

2

e. Mengetahui pengaruh penggunaan minyak silikon

di dalam pembuatan cangkang kapsul terhadap pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat.

sebagai lubrikan untuk memudahkan pengeluaran cangkang kapsul dari cetakan pada pembuatan cangkang kapsul terhadap pelepasan Fero sulfat dari kapsul alginat.


(27)

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap terhadap stabilitas kimia Fero sulfat yaitu kadar Fero sulfat dalam kapsul selama penyimpanan dan stabilitas fisik Fero sulfat dalam kapsul alginat yaitu warna, kerapuhan, dan pelepasan Fero sulfat yang disimpan selama 3 bulan

dengan bahan pemburam TiO2 dan untuk mengetahui kemampuan aluminium foi

sebagai bahan pengemas dalam melindungi bahan aktif yang cenderung mudah teroksidasi yang terdapat di dalam kapsul alginat.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fero Sulfat 2.1.1 Uraian Bahan

Rumus molekul : FeSO4.7H2

Berat molekul : 278,01

O

Nama kimia : Besi (2+) sulfat (1:1) heptahidrat

Pemerian : Hablur atau granul warna hijau kebiruan, pucat,

tidak berbau dan rasa seperti garam. Merekah di udara kering. Segera teroksidasi dalam udara lembab membentuk besi (III) sulfat berwana kuning kecoklatan.

pH : Lebih kurang 3,7

Kelarutan : Mudah larut dalam air; tidak larut dalam etanol;

sangat mudah larut dalam air mendidih (Ditjen POM, 1995).

2.1.2 Farmakologi

Besi adalah komponen penting dalam pembentukan hemoglobin, jumlah yang cukup diperlukan untuk eritropoiesis yang efektif, transpor oksigen oleh darah, untuk produksi mioglobin dan sebagai kofaktor dari beberapa enzim penting (Groves, 1989). Kebutuhan tubuh untuk unsur besi sehari


(29)

adalah 8,7 mg bagi pria dan 14,8 mg bagi wanita (Tjay dan Rahardja, 2002). Pada individu yang mengalami defisiensi zat besi, 200 – 400 mg zat besi elemental seharusnya diberikan setiap hari untuk memperbaiki kekurangan zat besi dengan cepat (Katzung, 1992).

Zat besi disimpan dalam sel-sel mukosa intestinal sebagai feritin (suatu kompleks protein/besi) sampai dibutuhkan tubuh. Defisiensi besi disebabkan oleh kehilangan darah akut atau kronik, pemasukan yang kurang selama periode pertumbuhan cepat anak-anak, atau menstruasi berlebihan

2.1.3 Farmakokinetik

atau wanita hamil. Karena itu, keadaan ini merupakan akibat keseimbangan negatif besi yang disebabkan habisnya simpanan besi dan pemasukan yang tidak cukup, memuncak pada anemia mikrositik hipokrom. Penambahan sulfas ferrosus diperlukan untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Gangguan gastrointestinal yang disebabkan oleh iritasi lokal merupakan efek samping paling sering akibat suplemen zat besi (Mycek, et al, 2001).

Absorpsi zat besi melalui saluran cerna berlangsung di duodenum dan yeyunum bagian atas. Makin ke distal suasana menjadi netral atau basa, karena itu besi membentuk garam kompleks fosfat, karbonat atau lainnya yang tidak dapat diabsorpsi (Grollman, 1991). Besi dalam bentuk fero lebih mudah diabsorpsi daripada dalam bentuk feri dan sekitar 20% dari fero ini diabsorpsi oleh usus (Gennaro, 2000). Asam askorbat dapat meningkatkan absorpsi zat besi (Gilman, dkk., 1996; Lee, dkk., 2003).


(30)

2.2 Kapsul

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras

atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin ; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen POM, 1995). Mothes dan Dublanc, dua orang Perancis, biasa dihubungkan dengan penemuan kapsul gelatin yang terdiri dari satu bagian, berbentuk lonjong, ditutup dengan setetes larutan pekat gelatin panas sesudah diisi. Kapsul yang terdiri dari dua bagian ditemukan oleh James Murdock dari London (Lachman, dkk. 1994). Gelatin larut dalam air panas dan dalam cairan lambung yang hangat, kapsul gelatin melepaskan isinya dengan cepat. Gelatin sebagai protein dicerna dan diabsorbsi (Ansel, 2005).

Sehubungan dengan sifat gelatin yang larut dalam cairan lambung, maka

kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping obat yang dapat mengiritasi mukosa lambung. Di Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi USU dalam beberapa tahun terakhir telah dikembangkan kapsul yang tahan terhadap asam lambung. Bangun, dkk., (2005) telah membuat suatu cangkang kapsul yang tidak pecah oleh cairan lambung (pH 1,2), tetapi akan pecah di dalam cairan usus buatan (pH 4,5), cairan usus buatan (pH 6,8), dan cairan pH berganti. Cangkang kapsul ini dibuat dari natrium alginat dengan kalsium klorida menggunakan cetakan. Cangkang kapsul ini disebut cangkang kapsul alginat dengan warna yang transparan.

2.2.1 Kapsul Alginat

Natrium alginat merupakan produk pemurnian karbohidrat yang

diekstraksi dari alga coklat (Phaeophyceae) dengan menggunakan basa lemah


(31)

Laminaria, Ascophyllum dan Sargassum (Belitz and Grosch, 1987). Struktur alginat dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 2.1. Struktur alginat

Asam alginat adalah kopolimer biner yang terdiri dari residu β-D-mannuronat (M) dan α-L-asam guluronat (G) yang tersusun dalam blok-blok yang

membentuk rantai linear (Grasdalen, dkk., 1979). Kedua unit tersebut berikatan pada atom C1 dan C4 dengan susunan homopolimer dari masing-masing residu (MM dan GG) dan suatu blok heteropolimer dari dua residu (MG) (Thom dkk., 1980; Son dkk., 2003).

Asam alginat tidak larut dalam air, karena itu yang digunakan dalam industri adalah dalam bentuk garam natrium dan garam kalium. Salah satu sifat dari natrium alginat adalah mempunyai kemampuan membentuk gel dengan penambahan larutan garam-garam kalsium seperti kalsium glukonat, kalsium tartrat dan kalsium sitrat. Pembentukan gel ini disebabkan oleh terjadinya kelat antara rantai L-guluronat dengan ion kalsium (Thom dkk., 1980). Gel ini merupakan jaringan taut silang yang tersusun dari kalsium alginat yang

membentuk konformasi kotak telur (egg box type of conformation) (Belitz dan


(32)

2.3 Titanium Dioksida

Titanium dioksida berwarna putih dan dapat menyebabkan warna menjadi

opak. Titanium dioksida telah banyak digunakan dalam industri manisan (permen), makanan, kosmetik, plastik dan dalam bidang farmasi untuk pembuatan sediaan oral dan topikal sebagai pigmen pemutih. Karena indeks bias yang tinggi, titanium dioksida mempunyai sifat yang dapat menghamburkan cahaya dalam penggunaannya sebagai pigmen pemutih atau pengopak (Rowe, et al, 2003).

Titanium dioksida merupakan senyawa yang tidak mengiritasi dan tidak

bersifat toksik. Penelitian yang dilakukan terhadap beberapa spesies hewan, termasuk manusia, menunjukkan tidak terjadi penyerapan yang signifikan terhadap konsumsi titanium dioksida dan juga tidak tersimpan didalam jaringan (Rowe, R.C., et al, 2003; FAO, 1969).

Penggunaan titanium dioksida diijinkan sejak tahun 1966 dengan batas 1% dari berat badan (Winarno, 1997). Peraturan di Amerika Serikat mengesahkan penggunaannya secara umum sebagai warna aditif tidak lebih dari 1 %. Uni Eropa juga mengizinkan penggunannya dalam makanan. India membatasi penggunaannya dalam permen karet tidak lebih dari 1 % dan untuk minuman mengandung buah tidak melebihi 100 mg/kg. Sedangkan di Jepang digunakan tanpa batasan dalam makanan (Rao, 2006).

Dalam bidang farmasi, titanium dioksida digunakan sebagai zat pemutih

dalam suspensi salut film, tablet salut gula dan kapsul gelatin. Titanium dioksida dapat juga dicampurkan dengan zat warna yang lain.

Titanium dioksida sangat stabil pada temperatur tinggi, berwarna


(33)

HCL, HNO3 pelarut-pelarut organik dan air, tetapi larut dalam asam hidrofluoric dan H2SO4

2.4 Studi Stabilitas

panas (Rowe, et al., 2003).

Waktu nyata dan studi dipercepat dilaksanakan pada bets primer atau bets yang ditetapkan sesuai protocol uji stabilitas untuk menetapkan atau memastikan masa uji ulang dari suatu zat aktif dengan masa simpan atau edar suatu produk.

2.4.1 Uji Dipercepat

Studi didesain untuk meningkatkan derajat degradasi kimiawi atau perubahan fisis dari zat aktif atau produk dengan menggunakan kondisi penyimpanan “berlebihan” sebagai bagian dari studi stabilitas formal. Data yang diperoleh dari studi ini, dapat digunakan untuk menilai efek kimiawi jangka panjang pada kondisi yang tidak dipercepat. Uji dipercepat dilakukan selama 3-6 bulan.

2.4.2 Pengujian Jangka Panjang atau Waktu Nyata

Pengujian jangka panjang biasanya dilaksakan setiap 3 bulan selama tahun pertama, setiap 6 bulan selama tahun ke 2 dan selanjutnya tiap tahun selama masa simpan atau edar pada paling sedikit 3 bets primer. Studi stabilitas lanjutan atau jangka panjang dilakukan selama 3, 6, 9, 12, 18, 24, 36 dan seterusnya akan dilaksanakan sesuai panduan uji stabilitas setempat dan ASEAN.

2.4.3 Pengujian Pasca Pemasaran

Studi stabilitas hendaknya dilakukan tiap tahun terhadap produk yang dipasarkan. Studi tersebut hendaknya dilaksanakan pada 1 bets dari tiap


(34)

produk/tahun dan meliputi paling sedikit selama 12 bulan untuk jangka waktu yang cukup mencakup masa simpan/edar yang diusulkan (BPOM, 2009).

2.5 Penetapan Kadar Besi Secara in vitro

Besi(II) bereaksi dengan 1,10-fenantrolina membentuk kompleks jingga-merah [(C12H8N2)3Fe]2+

2.6 Kerapuhan

. Intensitas warnanya tak bergantung pada keasaman dalam jangka pH 2-9, dan stabil untuk waktu yang lama. Besi (III) dapat direduksi dengan hidroksilamonium klorida atau dengan hidrokuinon (Vogel, 1994). Penambahan natrium asetat bertujuan untuk mempertahankan pH 3-6 dan pH 3,5 direkomendasikan untuk mencegah pengendapan dari garam besi seperti : fosfat. Penentuan kadar besi dapat dilakukan menggunakan suatu spektrofotometer pada panjang gelombang 508 nm (Skoog, et al, 1996).

Perlu diketahui bahwa cangkang kapsul bukan tidak reaktif, secara fisika atau kimia. Perubahan kondisi penyimpanan seperti temperatur dan kelembaban dapat mempengaruhi sifat kapsul. Dengan terjadinya kenaikan temperatur dan kelembaban dapat menyebabkan kapsul mengikat/melepaskan uap air. Sebagai akibatnya kapsul dapat menjadi rapuh atau lunak (Margareth, dkk., 2009).

Laju pengeringan kapsul juga mempengaruhi kekerasan dan kerapuhan kapsul, kemampuan pelarutan, dan kecenderungan untuk melekat satu sama lain.. Kadar uap air yang rendah pada kapsul dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Jika kadar uap air pada kapsul gelatin kurang dari 10%, kapsul cenderung menjadi rapuh, dan sebaliknya jika kadar air lebih tinggi dari 18% kapsul gelatin melunak. Kondisi penyimpanan yang direkomendasikan untuk bentuk sediaan kapsul


(35)

gelatin berkisar 15-300

Perubahan kerapuhan kapsul oleh kelembaban relatif telah dipelajari oleh Kontny dan Mulski (Gambar 2.7). Pemantauan terhadap karakteristik kapsul yang disimpan pada kelembaban yang bervariasi membuktikan bahwa kelembaban merupakan salah satu parameter yang penting dalam pembuatan dan penyimpanan kapsul. Kriteria yang diterima bahwa kerapuhan kapsul yang signifikan tidak boleh terdeteksi pada kapsul yang disimpan pada kelembaban relatif 30% dan 50% selama 4 minggu (Kontny, dkk., 1989).

C dan 30%-60% kelembaban relatif (RH). (Margareth, dkk., 2009).

2.7 Disolusi

Disolusi adalah proses dimana suatu zat padat menjadi terlarut dalam suatu

pelarut. Pelarutan obat dalam media aqueous merupakan suatu bagian penting

sebelum kondisi absorpsi sistemik (Gennaro, 1990).

Disolusi dari suatu zat bisa digambarkan oleh persamaan Noyes-Whitney : dc / dt = KS (Cs – C)

di mana dc/dt adalah laju disolusi, K adalah konstanta laju disolusi, S adalah luas permukaan zat padat yang melarut, Cs adalah konsentrasi obat dalam lapisan difusi, C adalah konsentrasi obat dalam medium disolusi pada waktu t (Ansel, 1989).

Alat disolusi berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV ada dua jenis, yaitu :

a. Metode Keranjang (Alat I)


(36)

2.8 Pengemasan

Proses pengemasan adalah bagian siklus produksi yang dilakukan terhadap

produk ruahan untuk menghasilkan produk jadi (Anonima

Pengemasan berperan untuk melindungi pindahnya kelembapan dari lingkungan luar terhadap kandungan produk dan melindungi produk dari oksidasi dan cahaya. Hubungan antara kondisi penyimpanan dan variabel pengemasan pada stabilitas disolusi produk dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan pengemasnya mengenai ketahanan terhadap kelembapan. Misalnya sediaan tablet salut enterik yang dibungkus dengan kertas kurang stabil dari sudut pandang sifat-sifat disolusi sedangkan yang disimpan dalam botol kaca tidak mempengaruhi laju disolusi walaupun terpapar suhu 40

, 2011). Pengemas harus dapat melindungi produk terhadap segala pengaruh luar yang merugikan yang dapat mempengaruhi kualitas atau potensi produk seperti cahaya, kelembapan, oksigen, kontaminasi biologi, ataupun kerusakan mekanis (WHO, 2002).

o

C dan 90% KR atau 50oC dan 50% KR selama 40

hari. Dari penelitian lain juga disebutkan bahwa tablet yang disimpan di foil blister lebih terlindungi, dibandingkan sampel yang dikemas dalam polivinilklorida/polietilen menunjukkan perlambatan laju disolusi setelah

disimpan selama 3 bulan pada suhu 37oC dan 75% KR (Murthy and


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat-alat

Alat disolusi metode dayung (Veego), spektrofotometer (Shimadzu), neraca listrik (Mettler Toledo), alat pembuat kapsul yang dibuat dari batang besi bentuk silindris dengan panjang 10 cm dan diameter 7,5 mm untuk bagian badan kapsul dan 8,0 mm untuk bagian tutup kapsul, lemari pengering kapsul, micrometer (Delta), pH meter (Hanna), jangka sorong (Tricle), stopwatch, viskosimeter Thomas-Stromer (Haake), termometer, climatic chamber (Memmert), anak timbangan 50 g dan 2 kg, micrometer (Delta), kamera digital (Canon), labu tentukur (Pyrex), beaker glass (Pyrex), pipet volume (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), pipet tetes, bola karet dan alat-alat laboratorium yang biasa digunakan.

3.2 Bahan-bahan

Natrium alginat 80-120 cP adalah produk Wako Pure Chemical Industries, Ltd. Japan, Titanium dioksida, Nipagin, Fero sulfat heptahidrat, Asam askorbat, Asam klorida (Merck), kalsium klorida anhidrat (Wako pure chemical industries, Ltd Japan), Laktosa, 1,10-fenantrolin-monohidrat, Hidroksilamin klorida, Natrium asetat trihidrat, minyak silikon


(38)

3.3 Prosedur

3.1.1 Pembuatan Pereaksi

3.3.1.1 Larutan Hidroksilamin Hidroklorida

Sebanyak 10,0 g hidroksilamin hidroklorida dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda, dikocok sampai larut (Skoog, dkk., 1988).

3.3.1.2 Larutan Natrium Asetat 1,2 M

Sebanyak 166,0 g natrium asetat dimasukkan dalam labu tentukur 1000 ml, kemudian dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda, dikocok sampai larut (Skoog, dkk., 1988).

3.3.1.3 Larutan Ortofenantrolin

Sebanyak 1,0 g ortofenantrolin monohidrat dimasukkan dalam labu tentukur 1000 ml, ditambahkan 20 tetes HCl pekat, kemudian ditambahkan dengan akuades sampai garis tanda (Skoog, dkk., 1988).

3.3.1.4 Medium Cairan Lambung Buatan (Medium pH 1,2)

Asam klorida pekat sebanyak 8,35 ml ditambahkan akuades hingga 1000 ml. (USP XXX).


(39)

3.3.2 Pembuatan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Larutan Fero sulfat dalam Medium Cairan Lambung Buatan (pH 1,2)

3.3.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Fero sulfat

Sebanyak 249,0 mg FeSO4.7H2

3.3.2.2 Pembuatan Kurva Serapan Larutan Fero sulfat

O dilarutkan dalam larutan lambung buatan dikocok sampai larut, kemudian dicukupkan dengan larutan lambung buatan sampai garis tanda pada labu tentukur 1000 ml. Diperoleh konsentrasi Fe 50 ppm (Alaerts dan Santika, 1984).

Larutan induk baku dipipet 4 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml kemudian ditambahkan 1,0 ml hikroksilamin hidroklorida, 10,0 ml natrium asetat, 10,0 ml ortofenantrolin, dicukupkan dengan larutan lambung buatan sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Diukur serapannya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 380 sampai dengan 560 nm.

3.3.2.3 Penentuan Operating Time Larutan Fero sulfat

Larutan induk baku dipipet 4 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml kemudian ditambahkan 1,0 ml hidroksilamin hidroklorida, 10,0 ml natrium asetat, 10,0 ml ortofenantrolin, dicukupkan dengan larutan lambung buatan sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Diukur serapannya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 509 nm.

3.3.2.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Fero sulfat


(40)

diperoleh konsentrasi Fe 10 ppm (larutan induk baku II). Dari larutan induk baku tersebut dibuat berbagai konsentrasi yaitu : 0,05; 0,10; 0,50; 1,00;; 2,00;; 3,00;; 4,00;; 6,00; dan 7,00 ppm dengan memipet larutan induk baku II masing-masing 0,5; 1; 5; 10; 20; 30; 40; 60; dan 70 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml kemudian ditambahkan 1,0 ml hidroksilamin hidroklorida, 10,0 ml natrium asetat, 10,0 ml ortofenantrolin, dicukupkan dengan larutan lambung buatan sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Diukur serapannya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 509 nm.

3.3.3 Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat

Pada penelitian ini dibuat beberapa cangkang kapsul alginat dengan formula yang berbeda yaitu dengan pembuatan kapsul alginat dengan konsentrasi

Na alginat 4 % dan 4,5% yang menggunakan pemburam TiO2, kapsul alginat

dengan konsentrasi Na alginat 4,5% tanpa menggunakan pemburam TiO2 , dan

kapsul alginat dengan konsentrasi Na alginat 4,5% yang menggunakan

pemburam TiO2

3.3.3.1 Pembuatan Larutan Natrium Alginat

tanpa menggunakan minyak silikon. Berikut ini adalah satu contoh formula yang digunakan dalam pembuatan larutan natrium alginat.

Formula:

Natrium alginat 80-120 cP 4,5 g

Nipagin 0,25 g

Gliserin 2 g


(41)

TiO2

Akuades ad 100 ml

0,4 g

Beaker glass dikalibrasi 100 ml. Dilarutkan masing-masing bahan, nipagin dilarutkan dengan akuades panas, natrium metabisulfit dan TiO2 dilarutkan dalam akuades. Terlebih dahulu ditambahkan sedikit akuades ke dalam wadah (± 5 ml), lalu ditaburkan natrium alginat, gliserin, natrium metabisulfit, TiO2

3.3.3.2 Pengukuran Viskositas Larutan Natrium Alginat

, dan terakhir ditambahkan nipagin, ditambahkan sedikit akuades dan diaduk perlahan. Kemudian dicukupkan dengan akuades hingga batas kalibrasi. Diamkan selama 24 jam dan homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk.

Viskometer Thomas-Stromer diletakkan ditepi meja yang datar sehingga alat penggerak dengan beban 100 g dapat jatuh tanpa gangguan. Kemudian beaker glass berisi 200 ml larutan natrium alginat diletakkan diatas meja pengukuran dan dinaikkan sampai rotor baling-baling terendam ditengah-tengah sampel dan mencapai tanda pada tangkai rotor. Selanjutnya rem dilepaskan dan diukur waktu yang diperlukan untuk mencapai 100 kali putaran dengan menggunakan stopwatch.

3.3.3.3 Pembuatan Badan Cangkang Kapsul Alginat

Alat pencetak kapsul dibuat dari bahan stainless steel dengan panjang 10 cm diameter 6,0 mm dicelupkan ke dalam larutan natrium alginat sedalam 3 cm, kemudian batang stainless steel yang ujungnya telah dilapisi larutan natrium alginat tersebut direndam dalam larutan kalsium klorida 0,15 M selama 75 menit dan diaduk dengan bantuan pengaduk magnet. Setelah itu cangkang kapsul yang


(42)

telah mengeras direndam dalam aquadest selama 24 jam untuk menghilangkan kalsium yang menempel pada cangkang kapsul dan selanjutnya dikeringkan.

3.3.3.4 Pembuatan Tutup Cangkang Kapsul Alginat

Alat pencetak kapsul dibuat dari bahan stainless steel dengan panjang 10 cm diameter 6,2 mm dicelupkan ke dalam larutan natrium alginat sedalam 2,5 cm, kemudian batang stainless steel yang ujungnya telah dilapisi larutan natrium alginat tesebut direndam dalam larutan kalsium klorida 0,15 M selama 75 menit dan diaduk dengan bantuan pengaduk magnet. Setelah itu cangkang kapsul yang telah mengeras direndam dalam aquadest selama 24 jam untuk menghilangkan kalsium yang menempel pada cangkang kapsul dan selanjutnya dikeringkan.

3.3.3.5 Pengeringan Cangkang Kapsul Alginat

Pengeringan cangkang kapsul dilakukan dengan cara memasukkan di lemari pengering selama 1 hari dimana cangkang kapsul alginat basah tetap berada pada alat pencetak kapsul yang sebelumnya telah dioleskan dengan minyak silikon. Sesudah kering, kapsul ditarik dari alat pencetak dan digabungkan badan dan tutup kapsul kemudian disimpan dalam botol plastik.

3.3.3.6 Penentuan Spesifikasi Cangkang Kapsul

3.3.3.6.1 Pengukuran Panjang dan Diameter Cangkang Kapsul

Panjang dan diameter cangkang kapsul diukur menggunakan jangka sorong.


(43)

3.3.3.6.2 Pengukuran Ketebalan Cangkang Kapsul

Ketebalan cangkang kapsul diukur menggunakan mikrometer. Pengukuran dilakukan 5 kali untuk masing-masing sampel, satu kali di pusat dan 4 kali di bagian perifer, kemudian di rata-ratakan.

3.3.3.6.3 Penimbangan Berat Cangkang Kapsul

Berat cangkang kapsul ditimbang menggunakan neraca analitik.

3.3.3.6.4 Pengamatan Warna Cangkang Kapsul

Warna cangkang kapsul diamati secara visual

3.3.3.6.5 Pengukuran Volume Cangkang Kapsul

Pengukuran volume cangkang kapsul dilakukan menggunakan pipet volume 1 ml dimana badan kapsul diisi dengan air sampai penuh.

3.3.3.7 Pengisian Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat

Sebanyak 250,0 mg Fero sulfat (~50,22 mg Fe) ditimbang dengan tepat menggunakan neraca listrik, kemudian dicampur homogen dengan 50,0 mg asam askorbat, dan 50,0 mg laktosa, lalu diisikan ke dalam bagian badan cangkang kapsul alginat melalui bagian ujung yang terbuka lalu ditutup dengan bagian tutup cangkang kapsul dengan mendorong ke bagian badan cangkang kapsul yang terbuka sehingga bagian tutup kapsul dengan bagian badan kapsul menyatu dengan baik. Kemudian diberi perekat larutan natrium alginat pada kapsul.

3.4 Penyimpanan

3.4.1 Penyimpanan pada Suhu 30˚C,RH 70%

Cangkang kapsul disimpan dalam kemasan aluminium foil di climatic chamber pada suhu 30˚C,RH 70 %. Pada akhir periode tertentu ( 3 bulan ),


(44)

cangkang kapsul dikeluarkan dan dilakukan pengujian terhadap cangkang kapsul, meliputi pengamatan warna, uji pelepasan dan uji kerapuhan.

3.4.2 Penyimpanan pada suhu 400

Cangkang kapsul disimpan dalam kemasan aluminium foil di climatic chamber pada suhu 40

C, RH 75%

0

3.5 Pengujian

C, RH 75%. Pada akhir periode tertentu (3 bulan), cangkang kapsul dikeluarkan dan dilakukan pengujian terhadap cangkang kapsul, meliputi pengamatan warna, uji pelepasan, dan uji kerapuhan.

3.5.1 Pengaruh Penyimpanan

3.5.1.1 Pengujian Stabilitas Kimia Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat 4,5 % yang Menggunakan Pemburam TiO2 yang Disimpan Selama 3 Bulan dalam Pengemas Aluminium Foil

3.5.1.1.1 Penetapan Kadar Fe dalam Kapsul

Ambil 10 kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur, bersihkan cangkang kapsul dan timbang seksama. Timbang seksama sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang 250 mg Ferosulfat (~50,22 mg Fe). Masukkan ke dalam labu tentukur 500 ml, tambahkan kira-kira 300 ml HCl 0,1 N terlebih dahulu, panaskan dalam waterbath jika perlu untuk melarutkan, dinginkan, cukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Kemudian larutan di atas dipipet sebanyak 3 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, lalu ditambahkan 1 ml hidroksilamin HCl, 10 ml Natrium asetat, dan 10 ml 1,10-fenantrolin monohidrat. Lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang 509 nm dengan spektrofotometer visible. Diulangi sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk penetapan kadar Fe dalam kapsul alginat yang disimpan selama 3 bulan


(45)

3.5.1.2 Pengujian Stabilitas Fisik Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat

3.5.1.2.1 Pengamatan warna cangkang kapsul dan warna bahan obat Fero Sulfat dalam kapsul alginat

Pengujian pengamatan warna dilakukan secara visual, yaitu dengan melihat perubahan warna yang terjadi setelah penyimpanan pada akhir periode tertentu (3 bulan).

3.5.1.2.2 Uji Kerapuhan

Uji kerapuhan dilakukan pada kapsul kosong dan kapsul berisi yang telah disimpan selama 3 bulan pada suhu 300C, RH 75%, dan pada suhu suhu 400

3.5.1.2.2.1 Cangkang Kapsul Kosong

C, RH 75% dengan menggunakan alat capsule shell impact tester , yaitu dengan melihat perubahan bentuk yang terjadi pada cangkang kapsul setelah dijatuhkan beban. Kapsul dikatakan rapuh apabila setelah dijatuhkan beban, cangkang kapsul retak atau pecah (Nagata, S., 2002).

Cangkang kapsul kosong diletakkan dalam kotak akrilik, kemudian dijatuhkan beban seberat 50 g dari ketinggian 10 cm. Diamati kerapuhan cangkang kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 cangkang kapsul.

3.5.1.2.2.2 Cangkang Kapsul Berisi (Uji Ketahanan terhadap Tekanan)

Cangkang kapsul yang berisi Ferosulfat dan laktosa diletakkan dalam kotak akrilik, kemudian ditekan dengan anak timbangan seberat 2 kg. Diamati kerapuhan cangkang kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 cangkang kapsul.

3.5.1.2.3 Uji Pelepasan

Medium : Cairan lambung buatan pH 1,2 ( HCl 0,1 N)


(46)

Volume medium : 900 ml

Suhu medium : 37 + 0,5o

Metode : dayung

C

Sampel : Kapsul alginat yang mengandung fero sulfat,

asam askorbat, dan laktosa

3.5.1.2.3.1 Prosedur

Dimasukkan 900 ml medium ke dalam wadah disolusi dan diatur suhu 37 + 0,5o

3.5.2 Pengaruh Penggunaan Titanium Dioksida (TiO

C dan kecepatan pengadukannya 50 rpm. Sebutir kapsul alginat dimasukkan ke dalam wadah disolusi. Selama 240 menit kapsul didisolusi dan pada interval waktu tertentu dipipet sebanyak volume tertentu. (Ditjen POM, 1995). Larutan itu kemudian diukur pada panjang gelombang (λ) 509 nm. Pengujian dilakukan

sebanyak 3 kali.

2) pada Pelepasan Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat

3.5.2.1 Uji Pelepasan

Medium : Cairan lambung buatan pH 1,2 ( HCl 0,1 N)

Kecepatan pengadukan : 50 rpm

Volume medium : 900 ml

Suhu medium : 37 + 0,5o

Metode : dayung


(47)

Sampel : 1) Kapsul alginat yang berisi fero sulfat dengan konsentrasi Na alginat 4,5% tanpa menggunakan TiO

2) Kapsul alginat yang berisi fero sulfat dengan konsentrasi Na alginat 4,5% tanpa menggunakan TiO

2

3.5.2.2 Prosedur

2

Dimasukkan 900 ml medium ke dalam wadah disolusi dan diatur suhu 37 + 0,5o

3.5.3 Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Na alginat yang Digunakan Pada Proses Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat

C dan kecepatan pengadukannya 50 rpm. Sebutir kapsul alginat dimasukkan ke dalam wadah disolusi. Selama 240 menit kapsul didisolusi dan pada interval waktu tertentu dipipet sebanyak volume tertentu. (Ditjen POM, 1995). Larutan itu kemudian diukur pada panjang gelombang (λ) 509 nm. Pengujian dilakukan

sebanyak 3 kali.

3.5.3.1 Uji Pelepasan

Medium : Cairan lambung buatan pH 1,2 ( HCl 0,1 N)

Kecepatan pengadukan : 50 rpm

Volume medium : 900 ml

Suhu medium : 37 + 0,5o

Metode : dayung


(48)

Sampel : 1) Kapsul alginat yang berisi fero sulfat dengan konsentrasi Na alginat 4% dalam pembuatan cangkang kapsul alginat

2) Kapsul alginat yang berisi fero sulfat dengan konsentrasi Na alginat 4,5% dalam pembuatan cangkang kapsul alginat.

3.5.3.2 Prosedur

Dimasukkan 900 ml medium ke dalam wadah disolusi dan diatur suhu 37 + 0,5o

3.5.4 Pengaruh Penggunaan Minyak Silikon dalam Sebagai Lubrikan Untuk Memudahkan Pengeluaran Cangkang Kapsul dari Cetakan Pada Pembuatan Cangkang Kapsul

C dan kecepatan pengadukannya 50 rpm. Sebutir kapsul alginat dimasukkan ke dalam wadah disolusi. Selama 240 menit kapsul didisolusi dan pada interval waktu tertentu dipipet sebanyak volume tertentu. (Ditjen POM, 1995). Larutan itu kemudian diukur pada panjang gelombang (λ) 509 nm. Pengujian dilakukan

sebanyak 3 kali.

3.5.4.1 Uji Pelepasan

Medium disolusi : Cairan lambung buatan pH 1,2 ( HCl 0,1 N)

Kecepatan pengadukan : 50 rpm

Volume medium : 900 ml

Suhu medium : 37 + 0,5o

Metode : dayung


(49)

Sampel : 1) Kapsul alginat yang berisi fero sulfat dengan konsentrasi Na alginat 4,5% tanpa menggunakan minyak silikon

2) Kapsul alginat yang berisi fero sulfat dengan konsentrasi Na alginat 4,5% tanpa

menggunakan TiO2

3.5.4.2 Prosedur

yang menggunakan minyak silikon

Dimasukkan 900 ml medium ke dalam wadah disolusi dan diatur suhu 37 + 0,5oC dan kecepatan pengadukannya 50 rpm. Sebutir kapsul alginat dimasukkan ke dalam wadah disolusi. Selama 240 menit kapsul didisolusi dan pada interval waktu tertentu dipipet sebanyak volume tertentu. (Ditjen POM, 1995). Larutan itu kemudian diukur pada panjang gelombang (λ) 509 nm. Pengujian dilakukan


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat 4.1.1 Viskositas Larutan Natrium Alginat

Viskositas larutan natrium alginat diukur dengan menggunakan viskometer Thomas-Stromer. Dari hasil pengukuran viskositas larutan natrium alginat

dengan konsentrasi Na alginat 4,5 % yang mengandung bahan pemburam TiO2

diperoleh viskositas sebesar 6151,16 cP, viskositas larutan natrium alginat dengan konsentrasi Na alginat 4 % yang mengandung bahan pemburam TiO2 diperoleh viskositas sebesar 4907,33 cP, dan viskositas larutan natrium alginat dengan

konsentrasi Na alginat 4,5 % tanpa menggunakan bahan pemburam TiO2

4.1.2 Spesifikasi cangkang kapsul alginat

diperoleh viskositas sebesar 2759,67 cP. Pada viskositas tersebut, larutan alginat mempunyai sifat alir dan kekentalan yang sesuai untuk dapat dicetak menjadi cangkang kapsul. Viskositas dihitung berdasarkan kurva kalibrasi khas yang dapat menyajikan suatu konversi satuan kecepatan dan berat alat penggerak menjadi viskositas dalam sentipois.

Pengukuran panjang, diameter, berat dan warna cangkang kapsul dilakukan untuk badan cangkang kapsul, tutup cangkang kapsul dan cangkang kapsul keseluruhan. Pengukuran ketebalan dilakukan terhadap badan dan tutup cangkang kapsul. Sedangkan pengukuran volume hanya dilakukan terhadap badan cangkang kapsul, karena umumnya bahan obat hanya diisikan ke dalam badan cangkang


(51)

kapsul sebelum ditutup dengan tutup kapsul. Air yang digunakan untuk mengukur volume cangkang kapsul diisi sampai meniskus atas, air menyentuh ujung kapsul untuk mencegah kelebihan pembacaan volume cangkang kapsul.

Cangkang kapsul yang dibuat merupakan cangkang kapsul dengan ukuran 0. Hal ini bisa dilihat dari spesifikasi cangkang kapsul alginat pada Tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat dengan Konsentrasi Na alginat

4 % yang menggunakan TiO2

Tabel 4.2. Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat dengan konsentrasi Na alginat 4,5% tanpa menggunakan TiO

No

2

Spesifikasi Tutup cangkang Badan cangkang Cangkang kapsul

keseluruhan

1 Panjang (mm) 10,80 18,30 21,92

2 Diameter (mm) 7,75 7,63 7,75

3 Tebal (mm) 0,100 0,100 0,100

4 Berat (mg) 42,28 57,55 95,93

5 Warna Putih Putih Putih

6 Volume (ml) - 0,69 -

No Spesifikasi Tutup cangkang Badan cangkang Cangkang kapsul

keseluruhan

1 Panjang (mm) 11,10 18,50 21,41

2 Diameter (mm) 7,42 7,40 7,42

3 Tebal (mm) 0,096 0,085 0,090

4 Berat (mg) 31,53 39,40 71,72

5 Warna Putih Putih Putih


(52)

Tabel 4.3. Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat dengan Konsentrasi Na alginat 4,5% yang menggunakan TiO

No

2

Spesifikasi Tutup cangkang Badan cangkang Cangkang kapsul

keseluruhan

1 Panjang (mm) 11,10 16,88 21,70

2 Diameter

(mm) 7,48 7,35 7,48

3 Tebal (mm) 0,156 0,155 0,156

4 Berat (mg) 70,72 75,27 145,47

5 Warna Putih Putih Putih

6 Volume (ml) - 0,68 -

Tabel 4.4. Spesifikasi cangkang kapsul 0 menurut Shionogi Qualicaps, 2002 Ukuran

kapsul

Tutup Kapsul Badan Kapsul Panjang Cangkang

Kapsul Keseluruhan (mm) Panjang

(mm)

Diameter (mm)

Panjang (mm)

Diameter (mm)

0 10,90 7,66 18,60 7,36 21,80

Toleransi ± 0,30 ± 0,30 ± 0,30 ± 0,30 ± 0,30

Berdasarkan tabel dapat diketahui ketebalan cangkang kapsul alginat yang

tanpa menggunakan TiO2 lebih kecil dari cangkang kapsul alginat yang

menggunakan TiO2 dengan konsentrasi Na alginat yang digunakan yaitu 4,5 %

dan 4 % Hal ini disebabkan karena pengaruh nilai viskositas alginat yang

menggunakan TiO2 lebih besar dari nilai viskositas alginat tanpa menggunakan


(53)

4.2 Pengujian

4.2.1 Pengaruh Penyimpanan

4.2.1.1 Penetapan Kadar Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat

Penetapan kadar Fero sulfat dalam kapsul alginat berguna untuk mengetahui kadar Fero sulfat yang terdapat di dalam kapsul alginat mula-mula sebelum

penyimpanan, dan setelah 3 bulan pada penyimpanan suhu 300C, RH 70% dan

suhu 400

Tabel 4.5 Hasil Penetapan Kadar Fe dalam cangkang kapsul alginat sebelum penyimpan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30

C, RH 75%, seperti yang dapat kita lihat pada tabel berikut ini.

0

C, RH 70%, dan suhu 400C, RH 75% (Fero sulfat 250,0 mg ~

50,22 mg Fe)

No

Kondisi penyimpanan

Sebelum penyimpanan

Setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu

300

Setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu

40

C, RH 70% 0C, RH 75%

Jumlah Fe2+

% kadar dalam

kapsul(mg)

Jumlah Fe2+

% kadar dalam

kapsul(mg)

Jumlah Fe2+

% kadar dalam

kapsul(mg)

1 52,117 103,80 49,943 99,45 43,873 87,36

2 52,072 103,70 50,260 100,08 43,710 87,04

3 52,195 103,93 49,602 98,80 43,943 87,50

Rata-rata 52,128 103,81 49,935 99,44 43,842 87,30

Dari data diatas diketahui bahwa kadar Fero (Fe2+) dalam kapsul Fero sulfat

sebelum penyimpanan adalah 103,81 %, kadar Fero (Fe2+) dalam kapsul Fero

sulfat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 300C, RH 70% adalah


(54)

selama 3 bulan pada suhu 400C, RH 75% adalah 87,30 %. Menurut USP XXX, Tablet Fero sulfat mengandung Fero sulfat tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket. Dengan mengikuti persyaratan diatas untuk kapsul Fero sulfat dapat kita ketahui berdasarkan penetapan kadar Fero sulfat dalam kapsul alginat mula-mula dan setelah

penyimpanan pada suhu 300C, RH 70% selama 3 bulan sebelum memenuhi

persyaratan, sedangkan pada suhu 400C, RH 75% kadar Fero sulfat turun

sehingga tidak memenuhi persyaratan.

4.2.1.2 Pengujian Stabilitas Fisik Fero Sulfat dalam Kapsul Alginat 4.2.1.2.1 Pengamatan Warna

4.2.1.2.1.1 Pengamatan Warna Terhadap Cangkang Kapsul Alginat

Warna cangkang kapsul alginat yang disimpan dengan bahan pengemas

berupa aluminium foil yang mengandung TiO2 pada penyimpanan suhu 300C, RH

70% dan penyimpanan suhu 400C, RH 75% selama 3 bulan terlihat tidak

mengalami perubahan warna dimana warna cangkang kapsul sama seperti kondisi sebelum penyimpanan. Dapat dilihat pada gambar berikut.

(a) (b) (c)

Gambar 4.1 Warna cangkang kapsul alginat yang menggunakan TiO2 dan disimpan dalam bahan pengemas berupa aluminium foil


(55)

Keterangan :

a) Cangkang kapsul alginat sebelum penyimpanan

b) Cangkang kapsul alginat pada penyimpanan suhu 300

c) Cangkang kapsul alginat pada penyimpanan suhu 40

C, RH 70% selama 3 bulan

0

C, RH 750% selama 3 bulan

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa cangkang kapsul alginat sebelum

penyimpanan berwarna putih. Pada penyimpanan suhu 300C, RH 70% dan pada

suhu 400

Gea (2011) dalam penelitiannya melaporkan bahwa penyimpanan kapsul alginat yang mengandung TiO

C, RH 750% selama 3 bulan dan disimpan dengan bahan pengemas berupa aluminium foil warna cangkang kapsul tetap berwarna putih.

2 pada suhu kamar selama 3 bulan tidak

mempengaruhi sifat-sifat fisik kapsul, sedangkan pada penyimpanan selama 3

bulan pada suhu 40±20

Dalam penelitian ini, pada formula cangkang kapsul ditambahkan Natrium metabisulfit sebagai antioksidan. natrium metabisulfit dapat digunakan sebagai antioksidan, pengawet antimikroba, dan sebagai bahan anti pengcoklatan (Rowe, et al, 2009). Sehingga, dengan adanya natrium metabisulfit maka warna cangkang kapsul menjadi lebih stabil selama penyimpanan.

C, RH 75±5% warna putih kapsul sebelumnya berubah menjadi putih kekuningan.

Tabel 4.6 Sifat fisik cangkang kapsul alginat yang menggunakan TiO2

No

dan strip (aluminium foil) sebagai bahan pengemas

Perlakuan

Warna cangkang kapsul yang menggunakan TiO2

1. Sebelum penyimpanan Putih

2. Penyimpanan pada suhu 30

0

Putih C, RH 70% selama 3 bulan

3. Penyimpanan pada suhu 30

0

Putih C, RH 70% selama 3 bulan


(56)

4.2.1.2.1.2 Pengamatan Warna Bahan Obat Dalam Cangkang Kapsul Alginat

Warna bahan obat dalam cangkang kapsul alginat selama penyimpanan

terlihat mengalami perubahan warna pada penyimpanan suhu 300C dan suhu

400

C selama 3 bulan. Pengamatan dilakukan secara visual.

(1) (2) (3)

Gambar 4.2 Warna bahan obat dalam cangkang kapsul alginat yang

menggunakan TiO2

Keterangan :

dan disimpan dalam bahan pengemas berupa aluminium foil

1) Kapsul alginat sebelum penyimpanan

2) Kapsul alginat pada penyimpanan suhu 300

3) Kapsul alginat pada penyimpanan suhu 40

C, RH 70% selama 3 bulan 0

C, RH 750% selama 3 bulan

Pada penyimpanan kapsul alginat menggunakan TiO2 dan disimpan dalam

bahan pengemas berupa aluminium foil dapat dilihat bahwa warna bahan obat fero sulfat berubah menjadi warna coklat muda pada penyimpanan suhu 300C, RH

70% selama 3 bulan, dan pada suhu suhu 400C, RH 750% pada penyimpanan

selama 3 bulan berubah menjadi warna coklat tua. Menurut Ditjen POM (1995), pemerian Fero sulfat adalah hablur atau granul warna hijau kebiruan, pucat, tidak berbau dan rasa seperti garam. Merekah di udara kering. Segera teroksidasi dalam udara lembab membentuk besi (III) sulfat berwana kuning kecoklatan.


(57)

Pada penyimpanan kapsul alginat tanpa menggunakan TiO2 dan disimpan dalam wadah botol bersilika gel, ternyata kapsul alginat mengalami perubahan warna dari hijau kebiruan menjadi warna coklat muda pada penyimpanan suhu

kamar, dan menjadi warna coklat kehitaman pada suhu 400C, RH 75% setelah 3

bulan (Natalia, 2011 belum dipublikasikan). Bahan-bahan yang mudah teroksidasi, seperti Fero sulfat yang berwarna hijau muda, dengan adanya oksigen di udara akan mengalami oksidasi yang akan segera berubah menjadi Feri sulfat kristal berwarna coklat muda. Hal itu terjadi bila botol tempat penyimpanan tidak segera ditutup atau tidak rapat menutupnya (Anonima

Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas dapat kita ketahui bahwa warna bahan obat Fero sulfat dalam kapsul alginat yang menggunakan pengemas alumium foil berubah selama penyimpanan, akan tetapi intensitas perubahan warna yang terjadi berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu warna coklat muda hingga coklat tua, sedangkan warna bahan obat Fero sulfat menggunakan bahan pengemas bentuk wadah botol yang bersilika gel yang menghasilkan warna serbuk yang lebih kehitaman.

, 2011 ). Bahan pengemas harus dapat melindungi produk terhadap segala pengaruh luar yang merugikan yang dapat mempengaruhi kualitas atau potensi produk seperti cahaya, kelembapan, oksigen, kontaminasi biologi, ataupun kerusakan mekanis (WHO, 2002).


(58)

4.2.1.2.2 Uji Kerapuhan

Untuk uji kerapuhan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu cangkang kapsul kosong dan cangkang kapsul yang berisi bahan obat dimana masing-masing kelompok terdiri dari 6 cangkang kapsul. Cangkang kapsul tersebut disimpan pada suhu 300C, RH 70% dan suhu 400

4.2.1.2.2.1 Cangkang Kapsul Kosong

C, RH 75% selama 3 bulan.

Untuk uji kerapuhan ini, pada cangkang kapsul kosong dijatuhkan beban 50 g dari ketinggian 10 cm dimana beban 50 g ini diibaratkan sebagai tekanan yang terjadi saat membuka kemasan kapsul. Kapsul dikatakan rapuh apabila setelah dijatuhkan beban, cangkang kapsul retak atau pecah (Nagata, S., 2002). Kapsul akan rapuh jika kadar uap air yang dikandungnya sedikit. Sebaliknya jika kadar uap airnya terlalu banyak, kapsul cenderung akan melunak.

Dari 6 cangkang kapsul kosong yang diuji, tidak terdapat kapsul yang rapuh, terlihat pada gambar berikut ini.

(a) (b)

Gambar 4.3 Uji Kerapuhan cangkang kapsul kosong penyimpanan 3 bulan pada suhu 300

Keterangan:

C, RH 70%

(a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan


(59)

Demikian juga hasil uji kerapuhan untuk masing-masing 6 cangkang kapsul

kosong penyimpanan pada suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan tidak menunjukan

kerapuhan, dapat dilihat pada gambar berikut ini :.

(a) (b)

Gambar 4.4 Uji Kerapuhan cangkang kapsul kosong penyimpanan 3 bulan pada suhu 400C, RH 75%

Keterangan:

(a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan

4.2.1.2.2.2 Cangkang Kapsul Berisi (Uji Ketahanan Terhadap Tekanan)

Pada uji ini, cangkang kapsul yang telah diisi dengan Fero sulfat, asam askorbat dan laktosa ditekan dengan beban 2 kg. Beban 2 kg diibaratkan sebagai tekanan yang mungkin terjadi selama proses pengisian sampai dengan pengemasan kapsul. Dalam sekali produksi, dapat dihasilkan beribu-ribu kapsul dimana kapsul yang telah diisi dapat tertekan oleh kapsul lainnya sebelum pengemasan. Akibatnya jika kapsul rapuh, maka isi kapsul dapat keluar (Nagata, S., 2002).

Dari 6 cangkang kapsul yang diuji, tidak terdapat cangkang kapsul yang menunjukkan kerapuhan, terlihat pada gambar berikut :


(60)

(a) (b)

Gambar 4.5 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi penyimpanan 3 bulan suhu 300C, RH 70%

Keterangan:

(a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan

Dari hasil uji kerapuhan diketahui bahwa cangkang kapsul tidak menunjukkan kerapuhan, tetapi bentuk kapsul berubah menjadi pipih.

Demikian juga hasil uji kerapuhan untuk masing-masing 6 cangkang kapsul

berisi penyimpanan pada suhu 400C, RH 75% setelah 3 bulan tidak menunjukan

kerapuhan, terlihat pada gambar berikut :

(a) (b)

Gambar 4.6 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi penyimpanan 3 bulan pada suhu 400C, RH 75 %

Keterangan:

(a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan


(61)

4.2.1.2.3 Uji Pelepasan Fero sulfat dalam Kapsul Alginat

4.2.1.2.3.1 Uji Pelepasan Fero sulfat dalam Kapsul Alginat yang Menggunakan TiO2

Uji pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat sebelum dan setelah penyimpanan suhu 30

dalam Pengemas Aluminuim Foil

0

C, RH 70% dan suhu 400

4.2.1.2.3.1.1 Laju Pelepasan Fero sulfat dalam Kapsul Alginat Sebelum Penyimpanan dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada 30

C, RH 75% selama 3 bulan dilakukan dengan medium lambung buatan (pH 1,2) selama 4 jam (240 menit).

0

Laju pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat pada medium pH 1,2 sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 30

C, RH 70% 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 50 100 150 200 250 300

Waktu (menit) % K u m u lat if yan g t er lep as

sebelum penyimpanan setelah 3 bulan suhu 30 C,RH 70 %

C, RH 70% terlihat sedikit perbedaan. Dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 300 C, RH 70%

Pada gambar terlihat pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan pada menit ke-60, 120, dan180 masing-masing adalah 57,12%, 63,92%, dan 82,43%. Sedangkan, pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat

setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 300C,RH 70% pada menit ke-60,


(62)

penyimpanan ini tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan pada 60 menit pertama dimana p≥0,05 . Pada menit ke-120 hingga menit ke-180 terlihat adanya perbedaan signifikan pada laju pelepasan Fero sulfat (p≤0,05). Pada menit terakhir di menit 240 kapsul alginat sebelum penyimpanan mengalami pelepasan Fero sulfat sebanyak 85,20% dan kapsul alginat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 300

Dalam pengujian ini cangkang kapsul alginat tidak pecah di dalam lambung, disebabkan karena terjadinya pelepasan kalsium sehingga terbentuknya gel pada kapsul alginat yang akan membentuk asam alginat yang bersifat hidrofobik. Keadaan kapsul alginat yang tidak pecah dalam medium lambung (pH1,2) memberikan keuntungan tercegahnya iritasi lambung (Bangun, dkk. 2005).

C ,RH 70% mengalami pelepasan Fero sulfat sebanyak 80,061%.

Setelah dilakukan uji statistik profil pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu

300 C ,RH 70% menggunakan metode Independent T-Test dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05) menunjukkan ada perbedaan antara pelepasan Fero

sulfat dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 300 C ,RH 70% .


(63)

4.2.1.2.3.1.2 Laju Pelepasan Fero sulfat dalam Kapsul Alginat Sebelum Penyimpanan dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada 400

Laju pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat pada medium pH 1,2 sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40

C, RH 75% 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 50 100 150 200 250 300

Waktu (menit) % K u m u lat if yan g t er lep as

sebelum penyimpanan setelah 3 bulan suhu 40 C,RH 75 % C, RH 75% terlihat ada perbedaan. Dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan Ferosulfat dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 400 C ,RH 75%

Pada gambar terlihat pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan pada menit ke-60, 120, dan 180 masing-masing adalah 57,12%, 63,92%, dan 82,43%. Sedangkan, pelepasan Fero sulfat dengan penyimpanan

selama 3 bulan pada suhu 400 C ,RH 75% pada menit ke-60, 120, dan 180

masing-masing adalah 45,76%, 67,78%, dan 78,02%. Kedua kondisi penyimpanan ini memperlihatkan perbedaan yang signifikan pada 60 menit

pertama dimana p≤0,05 . Pada menit ke-120 hingga menit ke-180 tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan pada laju pelepasan Fero sulfat dimana p≥0,05. Pada menit terakhir di menit 240 kapsul alginat sebelum penyimpanan mengalami pelepasan Fero sulfat sebanyak 85,20% dan kapsul alginat setelah


(64)

penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 400

Setelah dilakukan uji statistik profil pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat terhadap cangkang kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40

C ,RH 75% mengalami pelepasan Fero sulfat sebanyak 81,58%.

0

C ,RH 75% menggunakan metode Independent T-Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) menunjukkan ada perbedaan antara pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat sebelum

penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 400

4.2.1.2.3.1.3 Laju Pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat pada suhu 30

C,RH 75%.

0 C, RH 70 %dan suhu 400 C, RH 75 % setelah penyimpanan selama 3 bulan

Laju pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat pada medium pH 1,2 pada

suhu 300 C, RH 70 %dan suhu 400 C, RH 75 % setelah penyimpanan selama 3

bulan terlihat ada perbedaan. Dapat dilihat pada Gambar 4.9.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 50 100 150 200 250 300

Waktu (menit) % K u m u lat if yan g t er lep as

setelah 3 bulan suhu 30 C,RH 70 % setelah 3 bulan suhu 40 C,RH 75%

Gambar 4.9 Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan Ferosulfat dalam

kapsul alginat disimpan selama 3 bulan pada suhu 300 C ,RH


(65)

Pada gambar terlihat pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat setelah

penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 300 C ,RH 70% pada menit ke-60, 120,

dan180 masing-masing adalah 55, 87%, 67,24%, dan 76,08%. Sedangkan, pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 400 C ,RH 75% pada menit ke-60, 120, dan180 masing-masing adalah 45,76%, 67,78%, dan 78,02%. Kedua kondisi penyimpanan ini memperlihatkan perbedaan yang signifikan pada menit ke-60 dimana p≤0,05 . Pada menit ke-120

hingga menit ke-180 tidak menunjukkan perbedaan signifikan dengan p≥0,05.

Pada menit terakhir di menit 240 kapsul alginat setelah penyimpanan selama 3

bulan pada suhu 300 C ,RH 70% mengalami pelepasan Fero sulfat sebanyak

80,06% dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 400

Setelah dilakukan uji statistik profil pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat terhadap cangkang kapsul alginat pada penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30

C , RH 75% mengalami pelepasan Fero sulfat sebanyak 81,58%.

0

C ,RH 70% dan pada suhu suhu 400 C ,RH 75% menggunakan metode

Independent T-Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) menunjukkan ada perbedaan antara pelepasan Fero sulfat dalam kapsul alginat setelah

penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 300 C ,RH 70% dan setelah penyimpanan


(1)

Lampiran 16. Alat-alat untuk Disolusi

a) Indikator pH meter b) pH meter

c) Termometer d) Alat disolusi


(2)

Lampiran 17. Alat Uji Kerapuhan a. Cangkang Kapsul Kosong

Gambar alat uji kerapuhan untuk cangkang kapsul kosong, yang terdiri dari : a. Kotak akrilik dengan ukuran cm

b. Pipa plastik dengan diameter 3 cm dan tinggi 10 cm

c. Anak timbangan 50 g dengan diameter 1,8 cm dan tinggi 2,8 cm b. Cangkang Kapsul Berisi

Gambar alat uji kerapuhan untuk cangkang kapsul berisi, yang terdiri dari : a. Kotak akrilik dengan ukuran cm


(3)

Lampiran 18. Alat Uji Viskositas Viskometer Thomas Stromer


(4)

Lampiran 19. Alat Uji Spesifikasi Kapsul a. Jangka sorong

b. Mikrometer


(5)

(6)