Episode kedelapan pengungkapan fakta yang terjadi ialah summary atau kesimpulan dari liputan yang dilakukan oleh tim prosuksi Program Musafir,
dalam episode ini tim hanya memutar ulang semua rekaman yang telah didapatkan dalam setiap episode lalu diambil kesimpulannya.
D. Tahap Pembentukan Realitas Subjektif
Dalam film dokumenter, subjektivitas merupakan elemen yang tak terhindarkan. Sebaliknya objektivitas adalah hal yang semu. Dunia dokumenter
adalah dunia subjektif. Sederhananya, membuat film dokumenter adalah kegiatan yang meliputi serangkaian pilihan-pilihan signifikan mengenai apa yang akan kita
rekam, bagaimana cara merekamnya, apa saja yang harus digunakan, penyeleksian gambar dalam setiap proses produksinya dan bagaimana
menggunakannya secara efektif. Karena pada akhirnya, apa yang akan direkam akan diampilkan di depan penonton, bukan sekadar kejadian itu semata.
Hasil dari pembentukan realitas subjektif menampilkan sebuah opini atau pendapat, sebuah konstruksi dengan dinamika dan penekanan-penekanan sesuai
dengan logika khalayak. Inilah yang membedakannya dengan berita. Jurnalis menggunakan film semata sebagai media untuk memaparkan suatu kejadian,
seringkali tanpa interes atau opini apapun. Kalaupun ada opini, hal itu harus disampaikan secara komprehensif dengan memberikan kesempatan kepada semua
pihak yang terlibat untuk menyampaikan cara pandang masing-masing. Ini disebabkan karena seorang jurnalis harus terikat dengan kode etik jurnalistik
dalam menyampaikan gagasan mereka. Dalam proses produksi Program Musafir Trans 7 tertdapat pembentukan
konstruksi subjektifitas, dalam hal ini produser melakukan penyeleksian dalan
setiap produksinya. Seleksi disini dimaksudkan sebagai penyesuaian terhadap waktu tayang dalam tiap episodenya. Adapula seleksi yang dilakukan oleh
produser sesuai dengan kondisi yang dialami dalam proses produksi, misalnya dalam episode kedua, terdapat 3 segment yaitu segment pertama berisi tentang
cerita di Pasar Jeddah dan Pasar Ajiat yang menceritakan tentang masa rasulullah berdagang hingga bertemu dengan Siti Khadijah yang akhirnya menjadi istri
Rasul. Pada saat itu jika segment pertama tim memasukkan dua hasil rekaman
yaitu Pasar Jeddah dan Pasar Ajiat maka durasi waktu dalam episode kedua tidak bisa mencapai batas waktu tayang yang hanya selama 30 menit. Akhirnya dengan
berbagai macam pertimbangan yang dilakukan oleh produser dan tim editing Program Musafir maka dilakukanlah cutting atau pemotongan hasil rekaman di
pasar ajiat. Pada waku itu kita akan menbahas mengenai masa Rasulullah berdagang
hingga bertemu Siti Khadijah, ada dua Pasar yang kita liput disini yaitu Pasar Jeddah dan Pasar Ajiat, tetapi dalam aplikasinya jika tim produksi melakukan
editing dua pasar sekaligus maka waktu yang dibutuhkan dalam tayangan episode pertama akan lebih dari 30 menit.
Untuk itulah tim editing Program Musafir melakukan cutting di video dalam peliputan pertama, sehingga jangka waktu dalam episodenya tetap 30
menit. Ini pun telah disesuaikan dengan kondisi waktu commercial break sehingga dalam satu episodenya tidak melebihi batas waktu 30 menit.
Selain itu tim produksi Program Musafir juga telah menyiapkan stock shot untuk menggantikan tema yang mungkin tidak relevan dalam tiap episodenya, ada
beberapa stock shot yang diambil oleh tim produksi Musafir, antara lain stock shot tentang kurma, dalam stock ini berisi tentang bagaimana Kerajaan Arab Saudi
membudidayakan kurma, bagaimana bentuk kebun kurma di Arab Saudi serta pasar mana saja yang mendistribusikannya.
Terdapat pula stock shot tentang kuliner, disini menerangkan tentang kuliner khas Arab Saudi, baik dari zaman Rasulullah hingga perkembangan
kuliner di Arab Saudi era sekarang, dan yang terakhir ialah stock shot mengenai Mesjid Hudaibiyah. Stock shot ini menerangkan tentang bagaimana sejarah
Masjid Hudaibiyah berdiri, apa saja cerita dbalik berdirinya Masjid Hudaibiyah serta perkembangan Masjid Hudaibiyah dari masa Rasulullah hingga sekarang.
E. Tahap Pengemasan Realitas Simbolik