Jalan negara merupakan jalan yang menurut wewenangnya adalah menjadi wewenang negara. Panjang jalan negara mengalami penurunan pada tahun 1992
dimana penurunan ini menujukan terjadinya kerusakan pada jalan negara. Kenaikan panjang jalan yang paling tinggi terjadi pada tahun 1994 dimana jumah panjang jalan
mencapai 26.351 km dimana tahun sebelumnya sebesar 23.483 km. Kemudian pada tahun 1995, jumlah panjang jalan mengalami penurunan dimana terjadi kerusakan
terjaap infrastruktur jalan. Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, jumlah panjang jalan tetap tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan yaitu sebesar 34,6
ribu km.
4.7 Perkebangan Investasi Sektor Transportasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman- penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal atau
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Investasi sektor trasnportasi yang digunakan adalah penanaman modal dalam negeri PMDN sektor trasnportasi Indonesia. Penanaman modal dalam negeri
PMDN di Indonesia mengalami fluktuasi yang cukup tajam sejak tahun 1985 sampai 2007. Dilihat dari grafik 3, PMDN sektor transportasi memiliki jumlah yang
paling kecil sejak tahun 1985 sampai 2007 adalah pada tahun 1986 yaitu sebesar Rp. 103 Miliyar dan pada tahun 1997 jumlah PMDN sector transportasi memiliki nilai
yang paling tinggi yaitu sekitar Rp. 4.6 Triliun. Akan tetapi pada dua tahun berikutnya secara berturut-turut jumlah PMDN berkurang drastis. Pada tahun 1998,
jumlah PMDN sector transportasi berkurang sekitar Rp. 1.3 Triliyun menjadi Rp. 3.3 Triliyun. Kemudian penurunan yang sangat tajam kembali terjadi dan merupakan
Universitas Sumatera Utara
penurunan paling parah yaitu pada tahun 1999 yang turun sekitar Rp. 3 Triliyun sehingga jumlah PMDN sector transportasi menjadi sekitar Rp. 200 Miliyar. Hal ini
disebabkan oleh keadaan perekonomian Indonesia yang mengalami krisis moneter pada tahun 1997 dan 1998 sehingga menurunkan minat pihak swasta untuk
menanamkan modalnya dalam negeri.
Grafik 4.7 Perkembangan PMDN Sektor Transportasi di Indonesia tahun 1985-2007 miliyar rupiah
4.8 Hasil Analisa Data
Bab ini menguraikan hasil-hasil studi selama periode penelitian, yakni hasil analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi investasi sektor transportasi di
Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
4.8.1 Interpretasi Model
Berdasarkan regresi linier berganda dengan bantuan program komputer Eviews 5,1 dengan metode Ordinary Least Square OLS diperoleh hasil estimasi
sebagai berikut : Table 4.8.1 Hasil Regresi
Log PMDN = -40.15469 -0.838669 + 0.571461 + 5.417200 Std Error = 9.840934 0.390872 0.213952 1.349735
T-stat = -4.080373 -2.145639 2.670980
4.013528 R
2 =
0.748521 Adj R
2 =
0.708814 Durbin-Watson stat = 1.808331
F-statistic = 18.85100 ProbF-statistic = 0.000006
= signifikan pada α 1 = signifikan pada α 5
4.8.2 Test of Goodness of Fit
1. Koefisien Determinasi R
2
Dari hasil regresi diatas diperoleh nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0.748521 atau 74,8 yang berarti bahwa PDB, inflasi, dan infrastruktur jalan
meberikan penjelasan sebesar 74,8 dan sisanya sebesar 25,2 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model estimasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Uji F-stat Uji f-stat ini dilakukan untuk mengetahui apakah variable PDB, inflasi, dan
infrastruktur jalan mampu secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan PMDN sektor transportasi di Indonesia.
a. Hipotesis : Ho : b
1
= b
2
= 0 maka tidak signifikan
Ha : b
1
≠ b
2
≠ 0 maka signifikan
b. Criteria pengambilan keputusan
Ho diterima apabila F-stat Ftabel Ha diterima apabila F-stat Ftabel
c. V1 = k = 3
V2 = n-k-1 = 23-3-1 = 19 d.
α = 1 e.
Dari hasil analisis regresi diperoleh F-stat 18.85100 f.
Maka Ftabel = 5,01 Keputusan:
Maka berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa F-stat Ftabel 18.852 5,01 artinya Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PDB, inflasi, dan
infrastruktur jalan secara bersama-sama berpengaruh nyata signifikan terhadap PMDN sektor transportasi di Indonesia pada tingkat kepercayaan 99.
Universitas Sumatera Utara
3. Uji T-stat Uji T-stat dilakukan untuk melihat apakah variabel independen seperti PDB,
inflasi, dan infrastruktur jalan berpengaruh nyata secara parsial terhadap variabel dependen.
1. Variabel PDB
a. Hipotesis : H
: b
i
= 0………….Tidak Signifikan H
a
: b
i
≠ 0………….Signifikan b. df = n-k-1
= 23-3-1 = 19 c.
α =5 d. t-tabel = 2.093
e. Kriteria pengambilan keputusan: a
H diterima apabila t-stat t-tabel
α =5 b
H
a
diterima apabila t-stat t-tabel α =5
g. t-stat = -2.14
keputusan Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa T-stat Ttabel -2.14 -2,093
artinya Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variable PDB dalam jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap variabel PMDN sektor trasnportasi
pada tingkat kepercayaan 95.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8.2.1 Uji t-Statistik Produk Domestik Bruto X
1
2. Variabel Inflasi
a. Hipotesis : H
: b
i
= 0………….Tidak Signifikan H
a
: b
i
≠ 0………….Signifikan b. df = n-k-1
= 23-3-1 = 19 c.
α =5 d. t-tabel = 2.093
e. Kriteria pengambilan keputusan: a
H diterima apabila t-stat t-tabel
α =5 b
H
a
diterima apabila t-stat t-tabel α =5
h. t-stat = 2.6709
keputusan Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa T-stat T-tabel 2.6709
2,093 artinya Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel H
0 :
accept No Serial
Correlation
-2.093 2.093
H
a
diterima H
a
diterima
-2.14
Universitas Sumatera Utara
inflasi dalam jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap variabel PMDN sektor trasnportasi pada tingkat kepercayaan 95.
Gambar 4.8.2.2 Uji t-Statistik Inflasi X
2
3. Variable infrastruktur
a. Hipotesis : H : b
i
= 0………….Tidak Signifikan H
a
: b
i
≠ 0………….Signifikan b. df = n-k-1
= 23-3-1 = 19 c.
α =1 d. t-tabel = 2.861
e. Kriteria pengambilan keputusan: a
H diterima apabila t-stat t-tabel
α =1 b
H
a
diterima apabila t-stat t-tabel α =1
i. t-stat = -2.14
H
0 :
accept No Serial
Correlation
-2.093 2.093
H
a
diterima H
a
diterima
2.6709
Universitas Sumatera Utara
keputusan Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa T-stat Ttabel 4.01 2.861
artinya Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel PDB sektor transportasi dalam jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap variabel PMDN
sektor trasnportasi pada tingkat kepercayaan 95.
Gambar 4.8.2.3 Uji t-Statistik Infrastruktur Jalan X
3
4.8.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan variabel independent diantara satu dengan lainnya. Uji multikolinearitas dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan diantara variabel bebas. Uji multikolinieritas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji
korelasi parsial yang dikemukakan oleh L.R. Klein. Metode ini membandingkan lower case korelasi antar masing-masing variabel independen. Dengan melihat nilai
koefisien korelasi r antar variabel independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas atau tidak menguji koefisien korelasi r antar variabel independen.
H
0 :
accept No Serial
Correlation
-2.861 2.861
H
a
diterima H
a
diterima
4.01
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi r dapat dilihat sebagai berikut:
Table 4.8.3 Hasil uji multikolinearitas
LGDP LINFLASI
LPJ C
3.436277 0.253339
-13.15791 LGDP
0.152781 0.008790
-0.498239 LINFLASI
0.008790 0.045775
-0.043732 LPJ
-0.498239 -0.043732
1.821785
Berdasarkan tabel hasil analisis uji multikolinearitas di atas terlihat bahwa nilai koefisien korelasi rendah dibawah 0,80 maka diduga tidak terdapat masalah
multikolinieritas. b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan cara uji Durbin Watson DW. Uji DW digunakan untuk menguji apakah model regres mengandung serial autokorelasi
diantara variable pengganggu. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut
• Hipotesis : Ho : ρ = 0 artinya tidak ada autokorelasi
Ha : ρ ≠o artinya ada autokorelasi •
k = 3, n = 23, α = 5 maka dl = 1.08
du = 1.66 •
dari hasil analisa regresi diketahui DW-stat = 1.808331 Keputusan :
Berdasarkan atas data diatas diketahui bahwa du Dw 4-du 1,66 1.80 4-1.66. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dengan
pengujian pada tingkat kepercayaan 95.
Universitas Sumatera Utara
4.9 Pembahasan
a. GDP Sektor Transportasi X1 Dari hasil estimasi diketahui bahwa variabel produk domestik bruto GDP
sektor transportasi berpengaruh negatif terhadap penanaman modal dalam negeri PMDN sektor transportasi. Hal ini berarti semakin tinggi nilai produk domestik
bruto GDP sektor transportasi maka penanaman modal dalam negeri PMDN sektor transportasi akan semakin menurun. Nilai koefisien regresi produk domestik bruto
PMDN sektor transportasi sebesar -0.838669 berarti bahwa setiap peningkatan GDP sektor transportasi sebesar 1 maka PMDN sektor transportasi akan turun
sebesar Rp. 0.838669 miliyar. b. Inflasi X2
Dari hasil estimasi diketahui bahwa variabel inflasi berpengaruh positif terhadap penanaman modal dalam negeri PMDN sektor transportasi. Hal ini berarti
semakin tinggi tingkat inflasi maka penanaman modal dalam negeri PMDN sektor transportasi akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi inflasi sebesar 0.571561
berarti bahwa setiap peningkatan inflasi sebesar 1 maka PMDN sektor transportasi akan naik sebesar Rp. 0.571561 miliyar.
c. Infrastruktur Jalan X3 Dari hasil estimasi diketahui bahwa variabel infrastruktur jalan X3
berpengaruh positif terhadap penanaman modal dalam negeri PMDN sektor transportasi. Hal ini berarti semakin tinggi jumlah infrstruktur jalan maka penanaman
modal dalam negeri PMDN sektor transportasi akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi infrastruktur jalan sebesar 5.417200 berarti bahwa setiap
peningkatan jumlah infrastruktur jalan sebesar 1 maka PMDN sektor transportasi akan naik sebesar Rp. 5.417200 miliyar.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian - uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu :
1. Variabel produk domestik bruto GDP, inflasi, dan infrastruktur jalan secara
serempak berpengaruh terhadap penanaman modal dalam negeri sektor transportasi di indonesia.
2. Produk domestik bruto PDB sektor transportasi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap investasi dalam negeri sektor transportasi di indonesia. Berarti setiap terjadi kenaikan pada produk domestik bruto sektor
transportasi maka penanaman modal dalam negeri akan mengalami penurunan.
3. Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi dalam negeri
sektor transportasi di indonesia. Berarti setiap terjadi kenaikan pada inflasi maka penanaman modal dalam negeri akan mengalami kenaikan.
4. Infrastruktur jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi
dalam negeri sektor transportasi di indonesia. Berarti setiap terjadi kenaikan pada jumlah panjang jalan maka penanaman modal dalam negeri akan
mengalami kenaikan.
Universitas Sumatera Utara