81 pengukur  tersebut  reliable.  Suatu variabel  dikatakan  reliabel  jika  memberikan  nilai
cronbach  alpha   0,60.
Rumus Cronbach Alpha CA adalah sebagai berikut : CA=
2.3 Keterangan :
CA = Cronbach Alpha
k = Banyaknya pertanyaan dalam setiap variabel
= Jumlah varians setiap variabel St
= Varians total
2.6 Transformasi Data Ordinal menjadi Interval
Proses  transformasi  merupakan  upaya   yang  dilakukan  untuk  merubah  data  ordinal menjadi  data  interval  misalnya  analisis  diskriminan  dimana  variabel  bebasnya    harus
berskala   interval.   Data   ordinal   yang   ditransformasikan menjadi  data  interval  adalah data  penelitian  yang  diperoleh  menggunakan instrumen  berupa  angket  yang  memiliki
jawaban  berupa  skala  likert.  Cara melakukan proses transformasi
data ordinal
menjadi data interval menggunakan   Metode   MSI   Method   Of   successive   Interval. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Mencari f frekuensi jawaban responden. 2.  Setiap    frekuensi    dibagi    dengan    banyaknya    responden    dan    hasilnya  disebut
proporsi. 3.  Menentukan      nilai     proporsi      kumulatif      dengan      menjumlahkan     nilai  proporsi
secara berurutan perkolom skor. 4. Menghitung  nilai  Z  untuk  setiap  proporsi  dengan  menggunakan  tabel distribusi
Normal. 5.  Menentukan    nilai    densitas    untuk    setiap    nilai    Z    yang    diperoleh    dengan
menggunakan tabel densitas. 6. Menentukan  SV  Scale  Value  =  nilai  skala  dengan  rumus  sebagai berikut:
2.4 Keterangan :
SV = Interval rata-rata
82 Densitas at Lower Limit
= Kepadatan batas bawah Densitas at Upper Limit
= Kepadatan batas atas Area Below Upper Limit
= Daerah di bawah batas atas Area Below Lower Limit
= Daerah di atas batas bawah 7.   Menentukan nilai transformasi dengan rumus
Y   SV                  1 SV
min
2.5
2.7 Analisis Diskriminan
Analisis  diskriminan  merupakan  suatu  analisis  multivariat    yang  digunakan  untuk mengelompokkan   suatu   individu   atau   objek   kedalam   suatu   individu  atau    objek
kedalam   suatu   kelompok   yang   telah   ditentukan   sebelumnya berdasarkan variabel- variabel tertentu. Analisis diskriminan dapat digunakan  jika  variabel  dependen  terdiri
dari    dua    kelompok    atau    lebih  kelompok.   Pengelompokkan   pada   analisis   bersifat apriori,   artinya   seorang  peneliti  sudah  mengetahui  sebelumnya  individu  atau  objek
mana saja  yang masuk ke dalam kelompok 1, 2, 3, 4 dan 5. Analisis   diskriminan   adalah   salah   satu   teknik   analisa   statistika dependensi   yang
memiliki      kegunaan      untuk      mengklasifikasikan      objek  beberapa  kelompok. Pengelompokan  dengan  analisis  diskriminan  ini  terjadi karena  ada  pengaruh  satu  atau
lebih variabel lain  yang merupakan variabel dependen. Analisis    diskriminan    mirip    dengan    analisis    regresi    linier    berganda
multivariable  regression.  Perbedaannya  analisis  digunakan    apabila  variabel independennya  menggunakan  skala  kategoris  digunakan  apabila menggunakan   skala
nominal     dan     ordinal     dan     variabel     independennya  menggunakan   skala   metrik interval  dan  rasio.  Sedangkan  dalam  regresi berganda  variabel  dependennya  harus
metrik  dan  variabelnya  independen dapat metrik maupun nonmetrik. Sama  seperti  regresi  berganda,  dalam  analisis  diskriminan  variabel dependen
hanya satu, sedangkan variabel independennya banyak multiple. Analisis  diskriminan merupakan    teknik    yang    akurat    untuk    memprediksi  seseorang    termasuk    kategori
apa,  dengan  catatan  data-data  yang  terlibat terjamin akurasinya. 2.7.1  Tujuan Analisis Diskriminan
83 Tujuan analisis diskriminan secara umum adalah :
1.    Membuat  suatu  fungsi  diskriminan  atau  kombinasi  linear,  dari  predictor  atau variabel bebas  yang bisa mendiskriminasi  atau membedakan katagori  variabel tak
bebas, artinya mampu membedakan suatu objek responden masuk kelompok yang mana.
2.  Menguji  apakah  ada  perbedaan  signifikan  antara  kelompok,  dikaitkan  dengan variabel bebas.
3.  Menentukan  variabel  bebas  yang  mana  yang  memberikan  sumbangan  terbesar terhadap terjadinya perbedaan antar kelompok.
4.  Mengklasifikasi  atau  mengelompokkan  responden  ke  dalam  suatu  kelompok didasarkan pada nilai variabel bebas.
5.  Mengevaluasi keakuratan klasifikasi the accuracy of classification.
2.7.2  Proses Dasar Analisis Diskriminan
Proses dasar Analisis Diskriminan adalah: 1.  Memisahkan    variabel-variabel    menjadi    variabel    dependen    dan    variabel
independen. 2.  Menentukan  metode  untuk  membuat  fungsi  diskriminan.  Pada  dasarnya  ada
dua metode dasar untuk itu, yaitu: a.  Simultaneous  Estimation,  dimana  semua  variabel  dimasukkan  secara
bersama-sama kemudian dilakukan proses diskriminan. b.  Stepwise      Estimation,      dimana      variabel      dimasukkan      satu      persatu
kedalam model diskriminan. Pada proses ini, tentu ada variabel yang tetap ada pada model dan ada kemungkinan satu atau lebih variabel independen
yang dibuang dari model. 3.  Menguji     signifikansi     dari     fungsi     diskriminan      yang     telah     terbentuk
menggunakan Wilk ‟ s Lambda, Pilai, F test lainnya.
4.  Melakukan interpretasi terhadap fungsi diskriminan tersebut. 5.  Menguji  ketepatan  klasifikasi  dari  fungsi  diskriminan,  termasuk  mengetahui
ketepatan klasifikasi secara individual dengan casewise diagnostics. 2.7.3
Asumsi dalam Analisis Diskriminan
Berikut  ini asumsi  yang  harus  dipenuhi  agar  model  diskriminan  dapat digunakan:
84 1. Multivariat   Normality,   atau   variabel   independen   yang   seharusnya berdistribusi
normal.   Jika   data   tidak   berdistribusi   normal,   hal   ini   akan  menyebabkan     masalah pada   ketepatan   fungsi   model   diskriminan. Regresi logistik bisa dijadikan alternatif
metode  jika  memang  data  tidak berdistribusi   normal.   Tujuan   uji   normal   adalah ingin   mengetahui, apakah  distribusi  dengan  berbentuk  lonceng  bell  shapped.  Data
yang  baik  adalah  data  yang  mempunyai  pola  seperti  distribusi  normal,  yaitu  distribusi data  tersebut  tidak  menceng  ke  kiri  atau  menceng  ke  kanan. Uji   normalitas   pada
multivariat    sebenarnya    kompleks,    karena    harus  dilakukan   pada   seluruh   variabel secara   bersama-sama.   Namun,   uji   ini  bisa    juga    dilakukan    pada    setiap    variabel
dengan    logika    bahwa    jika  secara  individual  masing-masing  variabel  memenuhi asumsi  normalitas,  maka  secara  bersama-sama  multivariat  variabel-variabel  tersebut
juga dianggap  memenuhi  asumsi  normalitas.  Adapun  kriteria  pengujiannya adalah: a.   Angka  signifikansi  Sig.    0,05,  maka  data  tersebut  berdistribusi normal.
b.   Angka  signifikansi   Sig. ≤  0,05,  maka  data  tidak  berdistribusi normal.
2.  Matriks Kovarian dari semua variabel independen seharusnya sama atau equal. 3.   Tidak ada korelasi antara dua variabel independen.
4.   Tidak adanya data yang sangat ekstrim pada variabel independen. 2.7.4  Model Analisis Diskriminan
Model    analisis    diskriminan    mirip    regresi    berganda.    Perbedaannya    adalah  kalau
variabel  dependen  regresi  berganda  dilambangkan  dengan „Y‟   maka dalam   analisis
diskriminan   dilambangkan   dengan „D‟ .   Model   analisis diskriminan adalah sebuah
persamaan    yang  menunjukkan  suatu  kombinasi  linier  dari  berbagai  variabel independen, yaitu:
2.6 keterangan :
= Nilai  skor diskriminan dari responden  objek  ke – i .
i = 1,2,...,n. D merupakan variabel tak bebas. = Intercep atau konstanta
= Variabel  atribut  ke – j dari responden ke – i.
= Koefisien atau timbangan diskriminan dari variabel atau atribut ke j. Supranto, 2004.
85 Yang diestimasi adalah koefisien b
j
, koefisien fungsi diskriminan b
j
diperkirakan sedemikian  rupa  sehingga  nilai  D  kelompok  mempunyai  nilai  fungsi  diskriminan  yang
sangat  berbeda.    Ini  terjadi  kalau  rasio  jumlah  kuadrat  antar-kelompok  between  group sum of squares dengan jumlah kuadrat dalam kelompok within group sum of squares
untuk  skor  fungsi  diskriminan  menacapai  maksimum  atau  rasio  varian  antar-kelompok dengan  varian  dalam  kelompok  sebesar mungkin  maksimum.  Objek  dalam  kelompok
homogen  atau  relatif  homogen,  sedangkan  antar-kelompok  sangat  heterogen. Berdasarkan nilai D itulah keanggotaan seseorang diprediksi.
Fungsi  diskriminan  adalah  persamaan  regresi  dengan  sebuah  variabel  tak  bebas yang  mencerminkan  keanggotaan  kelompok.  Apabila  kelompoknya  hanya  ada  dua,
maka  fungsi  diskriminan  melibatkan  regresi  ganda  dengan  sebuah  variabel  tak  bebas atau responden dengan harga-harga 0 dan 1 Sudjana, 1996.  Tujuan fungsi diskriminan
adalah  untuk  menggambarkan  ciri-ciri  suatu  pengamatan  dari  bermacam-macam populasi  yang  diketahui,  baik  secara  grafis  ataupun  secara  aljabar  dengan  membentuk
fungsi  diskriminan.  Dengan  kata  lain,  analisis  diskriminan  digunakan  untuk mengklasifikasikan individu ke dalam salah satu dari dua kelompok atau lebih.
Suatu  fungsi  diskriminan  layak  untuk  dibentuk  bila  terdapat  perbedaan  nilai rataan  di  antara  kelompok-kelompok  yang  ada.  Oleh  karena  itu  sebelum  fungsi
diskriminan  dibentuk  perlu  dilakukan  pengujian  terhadap  perbedaan  vektor  nilai  rataan dari kelompok-kelompok tersebut.
Pada  data  pengamatan  ke-i  yang  berukuran  n  i  = 1,2,3…,n  yang terdiri atas
j  buah  variabel  yaitu  X1,  X2,  X3,…,Xj.  Data  pengamatan  tersebut  dapat  disajikan dalam bentuk matriks-matriks berikut:
Tabel 2.1 Matriks Pengamatan
Variabel
...
86 Pengamatan
. .
. ...
... .
. .
... .
Untuk variabel j = 1, 2, 3, ..., p yang dihitung adalah variansinya, diberi lambang
dengan rumus:
2.7 Apabila semua ada j buah varians, yaitu S
1 1
, S
2 2
, S
3 3
…
S
ij
yang masing-masing merupakan  varians  untuk  variabel.
Untuk variabel dan
dimana i ≠ j  terdapat  kovarians,  diberi  lambang  yang dapat dihitung dengan rumus berikut:
2.8 Apabila  semua  ada
j
2
1 buah  kovarians,  dimana  i  = j  maka
diberi lambang
. Varians  dan  kovarians  ini  disusun  dalam  sebuah matriks  yang  disebut dengan matriks varians-kovarians
dengan bentuk sebagai berikut :
Di  mana    matriks    varians-kovarians    gabungan    dapat    dihitung    dengan menggunakan rumus:
S =
2.9 Keterangan :
= Matriks varians-kovarians gabungan = Matriks varians-kovarians tiap kelompok
87 = Jumlah sampel tiap kelompok
= Jumlah kelompok Misalkan ada dua kelompok yang memiliki variabel masing-masing j buah yaitu
, ,…,  dalam kelompok I dan
dalam  kelompok  II.  Perhatikan bahwa
menyatakan kelompok I, dengan I sama dengan kelompok I dan kelompok II, variabel ke-j dan kelompok ke-k. Variabel  dalam  setiap  kelompok  dapat  pula  dituliskan
dalam bentuk vektor kolom sebagai berikut:
= dan
=
Keterangan: = menyatakan variabel X ke-j dalam kelompok ke-1
menyatakan variabel X ke-j dalam kelompok ke-2 Dari  setiap  kelompok  berukuran
dari  kelompok  ke-I  dan  berukuran dari
kelompok  ke-2.  Data  pengamatan  akan  berbentuk  matriks  yang  bentuknya  seperti  di bawah ini :
Tabel 2.2 Matriks Data Pengamatan dari Kelompok I Variabel
...
Pengamatan
. .
. ...
... ...
. ...
. Rata-rata
...
Keterangan : = Kelompok ke-1, variabel X ke-1
= Kelompok ke-1, variabel X ke-1 yang berukuran satu = Kelompok ke-1, variabel X ke-j yang berukuran
= Rata-rata variabel ke-1 dalam kelompok  ke-1
Tabel 2.3 Matriks Data Pengamatan dari Kelompok II
88
Variabel ...
Pengamatan
. .
. ...
... ...
. ...
.
Rata-rata ...
Keterangan : = Kelompok ke-2, variabel X ke-1
= Kelompok ke-2, variabel X ke-1 yang berukuran satu = Kelompok ke-2, variabel X ke-j yang berukuran
= Rata-rata variabel ke-1 dalam kelompok  ke-2 Hasil pengamatan ini akan menghasilkan rata-rata untuk tiap variabel yang dalam
bentuk vektor  dapat ditulis sebagai berikut:
= dan
=
Keterangan : X 1 jn1 = Kelompok ke-1, variabel X ke-j yang berukuran
X 2 jn1 = Kelompok ke-1, variabel X ke-j yang berukuran = Rata-rata variabel ke-j dalam kelompok  ke-1
= Rata-rata variabel ke-j dalam kelompok  ke-2 Dari  masing-masing  rata-rata  dari  kelompok  I  dan  rata-rata  dari kelompok
II,  selanjutnya  akan  dihitung  varian  dan  kovariannya  tersebut dalam matriks dan
89 , masing-masing dari kelompok ke-1 dan kelompok ke-2 yaitu :
dan
Keterangan : =  matriks varians kovarians dari kelompok ke-1
= matriks varians kovarians dari kelompok ke-2 Meskipun  dalam
dan digunakan
yang  sama  namun    jelas  besarnya berlainan antar
dalam dan
dalam . Kedua datanya juga berlainan yaitu
dalam diambil dari kelompok 1 dan
dalam diambil dari kelompok II. Kedua
buah matriks varians-kovarians gabungan yang diberi lambang S dengan rumus :
2.10
Keterangan : S
= Matriks varian-kovarian gabungan = Matriks varians kovarians dari kelompok ke-1 dan kelompok ke-2
= Jumlah sampel kelompok ke-1 dan ke-2
2.7.5 Algoritma dan Model Matematis
Secara ringkas, langkah-langkah dari analisis diskriminan adalah: 1.  Pengecekan adanya kemungkinan hubungan linier antara variabel bebas. Pengecekan
dilakukan  dengan  bantuan  matriks  korelasi  pembentukan  matriks  korelasi  sudah difasilitasi pada analisis diskriminan. Pada hasil output SPSS, matriks korelasi dapat
dilihat pada Pooled Within-Groups Matrices. 2.  Uji vektor rata-rata kedua kelompok
90 Pengujian terhadap vektor nilai rataan antar kelompok dilakukan dengan hipotesis:
H : µ
1
= µ
2
Tidak ada perbedaan antar kelompok H
1
: µ
1
≠ µ
2
Ada perbedaan antar kelompok Angka signifikan:
Jika angka Sig  0,05, tidak ada perbedaan antar kelompok Jika angka Sig ≤ 0,05, ada perbedaan antar kelompok
Jika  dari  hasil  pengujian  diperoleh  adanya  perbedaan  vektor  nilai  rataan,  fungsi diskriminan  layak  disusun  untuk  mengkaji  hubungan  antar  kelompok  serta  berguna
untuk  mengelompokkan  objek  ke  salah  satu  kelompok  tersebut.  Pada  SPSS,  uji  ini dilakukan secara univariate yang diuji bukan berupa vektor, dengan bantuan tabel Tests
of Equality of Group Means. 3.  Pemeriksaan asumsi homoskedastisitas dengan uji
Box’s M Pengujian  terhadap  kesamaan  matriks  kovarians
∑  antar  kelompok  dilakukan dengan hipotesis:
H : Matriks kovarians kelompok adalah sama
H
1
: Matriks kovarians kelompok adalah berbeda secara nyata Keputusan dengan dasar signifikansi bias dilihat dari angka signifikannya
Jika Sig  0,05 berarti H diterima
Jika Sig ≤ 0,05 berarti H ditolak
Sama tidaknya grup kovarian matriks juga dapat dilihat dari tabel output Log Determinant.  Jika  dalam  pengujian  ini  H
ditolak  maka  proses  selanjutnya seharusnya tidak bisa dilakukan.
4.  Pembentukan Model Diskriminan a.  Pembentukan Fungsi Linier
Pada output SPSS, koefisien untuk tiap variabel yang masuk dalam model dapat dilihat  pada  tabel  Canonical  Discriminant  Function  Coefficient.  Tabel  ini  akan
dihasilkan pada
output apabila
pilihan Function
Coefficient bagia
Unstandardized diaktifkan. b.  Menghitung Discriminant Score
Setelah  fungsi  liniernya  dibentuk,  maka  dapat  dihitung  skor  diskriminan  untuk tiap observasi dengan cara memasukkan nilai-nilai variabel penjelasnya.
91 c.  Menghitung Cutting Score
Untuk   memprediksi   responden masuk  ke  dalam  kelompok  yang  mana,    maka dapat menggunakan  Optimum  Cutting  Score. Memang dari komputer informasi
ini sudah diperoleh. Untuk cara mengerjakan secara manual Cutting Score  dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut dengan ketentuan:
1.  Untuk  dua  kelompok  yang  mempunyai  ukuran  yang  sama  cutting  score dinyatakan dengan rumus Simamora, 2005:
Keterangan: = Cutting score untuk kelompok yang mempunyai ukuran yang
sama = Centroid kelompok A
= Centroid kelompok B 2.  Untuk  dua  kelompok  yang  mempunyai  ukuran  yang  berbeda,  rumus  cutting
score yang digunakan adalah:
Keterangan: = Cutting score untuk kelompok yang mempunyai ukuran yang berbeda
= Jumlah sampel kelompok A = Jumlah sampel kelompok B
= Centroid kelompok A = Centroid kelompok B
Centroid  adalah  nilai  rata-rata  skor  diskriminan  untuk  kelompok  tertentu. Kemudian  nilai-nilai  discriminant  score  tiap  observasi  akan  dibandingkan
dengan  nilai  cutting  score,  sehingga  dapat  diklasifikasikan  suatu  obsevasi  akan
92 termasuk  kedalam  kelompok  yang  mana.  Dapat  dihitung  dengan  bantuan  tabel
Function at Group Centroids dari output SPSS. d.  Perhitungan Hit Ratio
Setelah  semua  observasi  diprediksi  keanggotaannya,  dapat  dihitung  Hit  ratio, yaitu rasio antara observasi yang tepat pengklasifikasiannya dengan total seluruh
observasi.  Seberapa  valid  model  diskriminan  yang  telah  dihasilkan?.  Jawaban pertanyaan  ini  terkait  dengan  validasi  model.  SPSS  menggunakan  validasi
dengan  metode  Leave  One  Out.  Misalkan  ada  sebanyak  n  observasi,  akan dibentuk  fungsi  linier  dengan  observasi  sebanyak  n  -  1.  Observasi  yang  tidak
disertakan dalam  pembentukan fungsi linier ini akan diprediksi keanggotaannya dengan  fungsi  yang  sudah  dibentuk  tadi.  Proses  ini  akan  diulang  dengan
kombinasi  observasi  yang  berbeda-beda,  sehingga  fungsi  linier  yang  dibentuk ada sebanyak n. Inilah yang disebut dengan metode Leave One Out.
2.7.6  Pengujian Hipotesis
Intepretasi  hasil  analisis  diskriminan  tidak  berguna  jika  fungsinya  tidak signifikan. Hipotesis  yang  diuji  adalah  H0    yang  menyatakan  bahwa  rata-rata  semua    variabel
dalam    semua    kelompok    adalah    sama.    Dalam    SPSS,    uji  dilakukan    dengan menggunakan    wilks
‟ lambda.   Jika    dilakukan   pengujian sekaligus  beberapa  fungsi sebagaimana dilakukan pada analisis diskriminan, statistik   wilks
‟ lamda   adalah  hasil lamda    univariat    untuk    setiap    fungsi.  Kemudian,  tingkat  signifikan  diestimasi
berdasarkan  chi-square   yang  telah  ditransformasi   secara  statistik.   Setelah   analisis diketahui,    kemudian    dilihat  apakah    wilks
‟ lambda    berasosiasi    dengan    fungsi diskriminan.   Selanjutnya angka  ini  ditransformasi  menjadi  chi-square  dengan  derajat
kebebasan  df  yang    akan    digunakan    dalam    pengambilan    keputusan    dengan    uji kriteria hipotesis berikut.
Jika F
hitung
F
tabel
maka H ditolak dan H
1
diterima Jika F
hitung
≤ F
tabel
maka H diterima dan H
1
ditolak Selanjutnya  dengan  menggunakan  nilai  F
hitung
,  dapat  diambil  keputusan  untuk menerima atau menolak H
.
.
Jika   H diterima   maka   akan   diberikan kesimpulan
bahwa    tidak    ada    perbedaan    pada    faktor    yang    mempengaruhi  rangking  siswa.
93 Sebaliknya  jika  H
ditolak  maka  terdapat  perbedaan  faktor  yang  mempengaruhi rangking  siswa,  dengan  nilai  signifikan
α.  H ditolak.  Sehingga  proses  analisis
diskriminan dapat digunakan.
BAB 3
94
PEMBAHASAN
3.1 Populasi Penelitian