Klausula Baku Oleh PT Pos Indonesia

63 3. Solusi untuk kiriman konsumen tanpa batasan ukuran dan berat. 4. Untuk dikirim kedari dalam dan luar negeri dengan layanan Door to Door, Door to Port, Port to Door, Port to Port sesuai dengan permintaan. 5. Garansi Asuransi ongkos kirim dan Nilai Barang. 6. Pengurusan penyelesaian dokumen. 7. Tarif kompetitif.

D. Klausula Baku Oleh PT Pos Indonesia

Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen, klausula Baku aturan sepihak yang dicantumkan dalam kuitansi, faktur bon, perjanjian atau dokumen lainnya dalam transaksi jual beli tidak boleh merugikan konsumen. Klausula baku biasanya dibuat oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat, yang dalam kenyataan biasa dipegang oleh pelaku usaha. Isi klausula baku sering kali merugikan pihak yang menerima klausula baku tersebut, yaitu pihak konsumen karena dibuat secara sepihak. Bila konsumen menolak menerima klausula baku tersebut, dia tidak akan mendapatkan barang ataupun jasa yang dibutuhkan, karena klausula baku serupa akan ditemuinya di tempat lain. Hal tersebut menyebabkan konsumen lebih sering setuju terhadap isi klausula baku tersebut walaupun memojokan. Bagi pelaku usaha, ini merupakan cara mencapai tujun ekonomi yang efisien, praktis, dan cepat tidak bertele-tele. Tetapi bagi 64 konsumen justru merupakan pilihan yang tidak menguntungkan karena hanya dihadapkan pada suatu pilihan yaitu menerima walaupun berat hati. 52 Istilah perjanjian baku merupakan terjemahan dari Standart contract , baku berartipatokan dari acuan. Mariam Darus Mendefinisikan perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir. 53 Sudaryatmo mengungkapkan karakteristik klausula baku sebagai berikut 54 1. Perjanjian dibuat secara sepihak oleh mereka yang posisinya relatif lebih kuat dari konsumen 2. Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi perjanjian 3. Dibuat dalam bentuk tertulis dan massal 4. Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena didorong oleh faktor kebutuhan Klausula Baku Yang Dilarang Menurut Undang-undang Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menetapkan bahwa Klausula Baku yang dituangkan dalam suatu dokumen danatau perjanjian dilarang bagi pelaku usaha, apabila dalam pencantumannya mengadung unsur-unsur atau pernyataan sebagai berikut : 1. Pengalihan tanggungjawab dari pelaku usaha kepada konsumen; 52 Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktik Perusahaan Perdagangan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992, hal 6 53 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Bandung: Alumni, 1978 hal 48 54 Sudaryatmo, Hukum Advokasi dan Konsumen, Bandung; Citra Aditya Bakti, 1999. hal 93 65 2. Pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen; 3. Pelaku usaha berhak menolak penyerahan uang yang dibayarkan atas barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen; 4. Pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli secara angsuran; 5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli konsumen; 6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa; 7. Tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan atau lanjutan dan atau pengubahan lanjutan yang dibuat secara sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya; 8. Konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran Tetapi pada dasarnya perjanjian baku sangat dibutuhkan guna mempersingkat waktu negoisasi, maka langkah yang harus dilakukan bukan melarang atau membatasi penggunaan klausula baku, melainkan melarang atau membatasi penggunaan klausula-klausula tertentu dalam perjanjian tersebut, dimaksudkan untuk mencegan terjadinya penyalahgunaan keadaan oleh pihak 66 yang memiliki kedudukan lebih kuat, yang pada akhirinya akan merugikan konsumen. 55 55 Zulham, Op. Cit, hal. 16 67

BAB IV TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

OLEH PT POS INDONESIA BERKAITAN DENGAN PENGIRIMAN BARANG MENURUT UNDANG-UNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Studi Kasus di PT POS Indonesia Cabang Kabanjahe

A. Masalah-masalah Yang Timbul Terkait Pengiriman Barang Oleh PT

Pos Indonesia Cabang Kabanjahe Dan Bentuk Tanggung Jawab PT. Pos Cabang Kabanjahe Apabila Terjadi Masalah Dalam Pengiriman Barang Yang Merugikan Konsumen Pada era globalisasi sekarang ini kebutuhan akan jasa pengiriman semakin diperlukan dan sangat erat kaitannya dengan teknologi yang semakin berkembang pesat. Dengan kemajuan teknologi yang berkembang pesat dan semakin banyaknya konsumen dalam pengiriman barang, perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman juga semakin banyak, baik itu perusahaan swatsa maupun perusahaan negeri salah satunya adalah PT. POS Indonesia, memang PT. Pos sudah ada sebelum teknologi berkembang pesat seperti sekarang ini, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi berperan sangat besar untuk perkembangan PT. Pos Indonesia. Pos Indonesia merupakan sebuah badan usaha milik negara BUMN Indonesia yang bergerak di bidang layanan Pos. Saat ini, bentuk badan usaha Pos Indonesia merupakan perseroan terbatas dan sering disebut dengan PT. Pos

Dokumen yang terkait

PERJANJIAN PENGADAAN SAYUR DAN BUAH OLEH PT AEROFOOD INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 8 61

Pelaksanaan Ganti Kerugian Terhadap Layanan Pos Express Pada PT. Pos Indonesia Persero Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

0 1 11

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP BARANG-BARANG YANG HILANG DI KAMAR HOTEL DI KAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 1

Pertangggungjawaban Pos Express terhadap Gugatan Konsumen Pengguna Jasa Pos Express Ditinjau Dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

0 0 2

Pertangggungjawaban Pos Express terhadap Gugatan Konsumen Pengguna Jasa Pos Express Ditinjau Dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

0 6 146

Undang Undang No. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 1 45

PERLINDUNGAN BARANG KIRIMAN KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 08 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Kasus di PT. Pos Indonesia Cabang Ungaran) - Test Repository

0 0 96

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS KEHILANGAN BARANG PADA PENGIRIMAN OLEH JASA EKSPEDISI BARANG BERDASAR UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada Kantor Pos Solo) - UNS Institutional Repository

0 0 17

PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB PT POS INDONESIA CABANG SEMARANG TERHADAP KONSUMEN POS EXPRESS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI

0 1 9

PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB PT POS INDONESIA CABANG SEMARANG TERHADAP KONSUMEN POS EXPRESS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI

0 0 9