24
Menurut Balitbangsos Depsos RI Sibarani 2014 :115 “Kearifan lokal merupakan kematangan masyarakat ditingkat komunitas lokal yang tercermin
dalam sikap, perilaku, dan cara pandang masyarakat yang kondusif di dalam mengembangkan potensi dan sumber lokal material maupun nonmaterial yang
dapat dijadikan sebagai kekuatan di dalam mewujudkan perubahan ke arah yang
lebih baik atau positif”.
Menurut Sibarani 2014:129 bahwa “Kearifan lokal merupakan milik manusia yang bersumber dari nilai budayanya sendiri dengan menggunakan
segenap akal budi, dan pengetahuannya untuk bertindak dan bersikap terhadap lingkungan sosialnya”.
2.1.3 Pengertian Marsirimpa Gotong-royong
Marsirimpagotong-royong merupakan suatu pekekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama dengan
melibatkan beberapa orang untuk menyelesaikannya, sebelum melakukan marsirimpa gotong-royong mereka
terlebih dahulu membuat kesepakatan untuk waktu kapan dilakukan marsirimpa gotong-royong tersebut, perlengkapan pangan buat seharian mereka bekerja
serta ditempat siapa terlebih dahulu dilaksanakanmarsirimpa gotong-royong tersebut. Hal ini dilakukan selain sudah sebagai tradisi bagi kehidupan masyarakat
juga mereka merasa senasib dan sepenanggungan dalam hidup suka maupun duka, untuk hal ini tidak ada yang kaya dan miskin karena semuanya ikut marsirimpa
gotong-royong. Berkenaan dengan konsep kearifan lokal gotong-royong tersebut, konsep
marsirimpa “kompak, serempak, bersama” sangat penting menjadi sikap bagi para
25
peserta gotong-royong sehingga ketiga kaidah tersebut dapat diterapkan. Persyaratan awal yang harus dimiliki oleh orang yang ingin menerapkan ketiga
kaidah gotong-royong tersebut adalah kekompakan. Dengan kata lain, kaidah bergotong-royong dilandasi oleh konsep “kekompakan, keserempakan, dan
kebersamaan”untuk dapat mewujudkan saling memahami, menyepakati, mendukung marsiantusan, masiaminaminan, masitungkol-tungkolan, saling
membantu marsiurupan, dan bekerja sama rampak mangula Sibarani, dkk 2014:41-42.
Contoh gotong-royong yang dimaksud dalam budayamarsirimpa adalah penulismempunyai kelompok kerja sebanyak sepuluh orang. Kelompok kerja
yang sepuluh orang ini membuat suatu kesepakatan yaitu pertama, kelompok kerja tersebut akan terlebih dahulu menentukan ke lahan atau ke tempat siapa
yang pertama untuk memulai pekerjaan tersebut. Kedua, makanan sarapan, makan siang, atau snack untuk para kelompok kerja, apakah disediakan yang
mempunyai lahan pekerjaan atau dibawa masing-masing. Setelah disepakati bersama barulah para kelompok kerja ini mulai bekerja sesuai dengan kesepakatan
yang telah disetujui bersama. Pekerjaan yang akan dikerjakan oleh para kelompok kerja iniditentukan oleh
orang yang bersangkutan. Kelompok kerja tersebut tidak boleh menentukan pekerjaan yangdikerjakan. Baik itu pekerjaan berat maupun pekerjaan ringan, para
kelompok kerja harus siap atas pekerjaan yang sudah ditentukan oleh orang yang bersangkutan kepada para kelompok kerja. Demikian seterusnya bergantian mulai
dari orang pertama sampai orang kesepuluh.Tetapi kebiasaan gotong-royong tersebut sudah semakin memudar.
26
Menurut Collette Makmur dan Berutu, 2013:1 bahwa gotong-royong telah berurat berakar dan tersebar dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan
merupakan pranata asli paling penting dalam pembangunan. Menurut Pranadji Sibarani, 2014:8 bahwa gotong-royong merupakan
kekayaan adat-istiadat dan inti nilai modal sosial budaya bangsa, yang di dalamnya terkandung nilai-nilai budaya adat-istiadat komposit sosiobudaya dari
berbagai suku dan masyarakat yang tersebar di seluruh penjuru nusantara. Koentjaraningrat Sibarani 2014:8 membagi gotong-royong menjadi dua
jenis yang dikenal oleh masyarakat Indonesia, yakni: 1.
Gotong-royong tolong-menolong, ini biasanya terjadi pada aktivitas pertanian, aktivitas sekitar rumah tangga, aktivitas pesta, dan pada peristiwa
bencana dan kematian. 2.
Gotong-royong kerja-bakti, biasanya bersifat untuk kepentingan umum yang dikelompokkan dua tipe, yakni kerja-bakti atas inisiatif warga masyarakat dan
kerja-bakti karena dipaksakan atau disuruh. Ada beberapa macam gotong-royong menurut Koentjaraningrat skripsi
Roya Kokumo,2011: 34, yakni : 1.
Tolong-menolong dalam aktivitas pertanian. 2.
Tolong-menolong dalam aktivitas sekitar rumah tangga. 3.
Tolong-menolong dalam aktivitas persiapan pesta dan upacara. 4.
Tolong-menolong dalam peristiwa kecelakaan, bencana, dan kematian. Dalam aktivitas pertanian seperti halnya yang sangat berkaitan dengan bercorak
tanam, orang bisa mengalami musim sibuk, tetapi sebaliknya jugamusim yang lega. Dalam aktivitas rumah tangga, ialah kalau misal ada orang
27
yangmemperbaiki atap rumahnya. Adapun tolong-menolong dalam aktivitas persiapan pesta dan upacara, dalam aktivitas ini merangsang bagi para
pembantu bersifatlangsung, ialah ikut merayakan pesta, ikut menikmati makanan enak danseterusnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sibarani, 2014: 9 bahwa, gotong- royong diartikan sebagai bekerja bersama-sama, tolong-menolong, dan bantu-
membantu. Menurut Berutu dalam Jurnal Antropologi Sosial Budaya Etnovisi
Sibarani, 2014:10 bahwa gotong-royong dapat diartikan sebagai suatu model kerja sama yang disepakati bersama. Menurut Makmur dan Berutu Sibarani,
2014:10 gotong-royongmemiliki tiga defenisi, yakni: 1.
Gotong-royong sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat pakpak Bharat khususnya. Kebiasaan ini
telah berurat berakar dan dijadikan sebagai suatu solusi untuk pemecahan permasalahan hidup yang dihadapi.
2. Sebagai bagian dari kebudayaan yang bersifat dinamis, bentuk dan substansi
sistem gotong-royong di Pakpak Bharat telah terjadi perubahan dan penyesuaian sesuai dengan tuntutan zaman.
3. Sebagai suatu potensi sosial, tentu sistem gotong royong di Pakpak Bharat
dapat diadopsi dalam program pembangunan fisik, sektor budaya, maupun sektor sosial ekonomi lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, gotong-royong didefenisikan sebagai pekerjaan yang dilakukan bersama-sama, yang memiliki tujuan yang sama dan berusaha
bersama untuk menyelesaikan pekerjaan yang digotong-royong kan tersebut dan
28
kelompok-kelompok ini melakukannya secara bergiliran dan praktik ini tidak hanya dilakukan di pedesaan saja akan tetapi dapat juga dilakukan di perkotaan
dalam hal upacara siklus kehidupan seperti upacara adat pernikahan, kelahiran, dan kematian, serta juga pada siklus mata pencaharian mulai dari membibitkan,
atau menanam, merawat atau memelihara, dan memanen. Koentjaraningrat Sibarani 2014:11 memiliki lima alasan utama untuk
melakukan gotong-royong tersebut, yakni: 1.
Seseorang tidak hidup sendiri, tetapi berada dalam komunitas dengan lingkungan alamnya. Dia mesti berinteraksi dengan sesamanya dalam suatu
komunitas untuk menghadapi lingkungan itu. 2.
Sebagaimana manusia lainnya, dia memiliki kelemahan dan kelebihan yang menyebabkannya harus bekerja sama dengan orang lain,
3. Dengan demikian, keberadaannya sangat bergantung pada orang lain,
4. Atas dasar itu, dia harus menjaga hubungan baik dengan sesamanya, dan
5. Menyesuaikan diri dengan harapan-harapan orang lain.
Gotong-royong dapat menggambarkan perilaku-perilaku masyarakat desa yang bekerja untuk gotong-royong lainnya tanpa menerima upah. Lebih luas,
sebagai suatu tradisi yang mengakar, meliputi aspek-aspek dominan lain dalam kehidupan sosial. Gotong-royong dalam masyarakat sebagaimana yang kita
ketahui adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah, dan
ringan.Contoh kegiatan yang dapat dilakukan secara bergotong-royong antara lain dalam hal mata pencaharian seperti menanam padi. Sikap gotong-royong itu
seharusnya dimiliki oleh generasi muda atau lapisan masyarakat yang ada di
29
Kecamatan Baktiraja. Karena, dengan adanya kesadaran maka masyarakat akan melakukankegiatan dengan cara bergotong-royong.
Segalasesuatu akan lebih mudah dan cepat diselesaikan jika bergotong- royong. Dengan demikian, pembangunan di daerah tersebut akan semakin lancar
dan maju.Bukan itu saja,dengan adanya kesadaran setiap masyarakat dalam menerapkan perilaku gotong-royong maka hubungan persaudaraan atau
silaturahim akan semakin erat.
2.2 Teori yang Digunakan