Pola Konsumsi Masyarakat dan Perilaku Hemat Energi (Studi Pada Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan).

(1)

POLA KONSUMSI MASYARAKAT DAN PERILAKU

HEMAT ENERGI

(Studi Pada Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

ANDRIAN HERMAD

NIM : 050901049

Departemen Sosiologi

Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan

Studi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, karena berkat, rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan semestinya dan tak lupa bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, dengan judul : “Pola Konsumsi Masyarakat dan Perilaku Hemat Energi (Studi Pada Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan)”.

Skripsi ini khusus penulis persembahkan kepada orangtua tercinta dan tersayang penulis, H. Ahmad Damhuri dan Hj. Hermida, atas semua doa, dukungan, pengorbanan dan kasih sayangnya yang telah diberikan kepada penulis sampai saat ini. Penulis bisa berhasil sampai saat ini karena cara mendidik papa dan mama yang begitu keras, penuh disiplin dan rasa tanggungjawab untuk menghargai waktu, belajar dengan sungguh-sungguh, tekun dan giat serta selalu bersikap rendah diri. Tak lupa juga kepada kedua kakak dan abang penulis tersayang, Diana Perma, SE dan Lettu Inf. Arif Hermad, terima kasih buat doa, dukungan dan kasih sayangnya. Penulis akan ingat selalu dengan pesan-pesan yang pernah kakak dan abang berikan. Sayang sama kalian semua.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima saran, komentar, motivasi, dukungan dan bantuan dari beberapa pihak.


(4)

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang selalu meluangkan waktunya ditengah-tengah kesibukkan beliau serta sabar dalam membimbing penulis hingga penulisan skripsi ini selesai. Terima kasih banyak buat bimbingan dan kesabaran ya, pak?

4. Ibu Dra. Hj. Rosmiani, MA, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi dan juga sebagai dosen wali penulis.

5. selaku penguji tamu pada meja hijau penulis. 6.

7. Kak Fenni Khairifa, S,Sos, M.Si, selaku Staf Administrasi di Departemen Sosiologi. Terima kasih buat bantuannya dalam moril.

8. Kak Nurbaiti, selaku Pegawai Pendidikan bagian Depertemen Sosiologi. Terima kasih buat bantuannya.

9. Kepada seluruh Dosen Sosiologi dan Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan berbagai materi kuliah selama penulis menjalani perkuliahan.

10. Bapak M. Syahdar, selaku Kepala Bidang Sumber Daya Alam (SDA) Pemko Medan. Terima kasih banyak atas bantuannya.


(5)

11. Buat sanak saudara penulis, Bang Eri (toke kelapa sawit dan cokelat), Bang Iboy, Kak Meri, Mak Cin, Kak Ira, Bang Inal, Adek, Bang Am, Tante Lilik, terima kasih buat doa dan dukungannya serta buat keponakan tersayang penulis, Ailsa Syarifah Zuhra, cepat besar dan jangan nakal ya?

12. Buat yang spesial dan teristimewa di hati, penulis ucapkan kepada sahabat dikala susah dan senang sekaligus kekasih yang tersayang, Hj. Ade Rahma Ayu Siregar, S.Sos. Terima kasih banyak atas cinta, kasih sayang, dukungan, ketulusan, doa, pengertian, semangat dan bantuannya kepada penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Aku sayang banget ma kamu dan tetap berjuang untuk “mendapatkannya” ya?, serta juga kepada Tante Hj. Fatimah Zahara Lubis, terima kasih buat doa, dukungan dan semangatnya kepada penulis. Sayang ma kalian berdua.

13. Buat teman-teman yang sudah mendahului penulis sekaligus rekan Stambuk 2005 : Eko J.T. Lase, S.Sos (Calon Bupati Tapteng), Nina Karina Sitepu, S.Sos (Teh Na), Muhammad Muhadi, S.Sos (Mas Ucup), M. Panca Arjuna, S.Sos (Big Boss), Anaesthasia S.M. Bessie, S.Sos (Boncel), Willy Daparis, S.Sos (Si Lebay), Siska Rina, S.Sos, Yosie, S.Sos, terima kasih buat kebersamaan dan semangatnya serta semoga kita menjadi orang yang berhasil dan berguna untuk masyarakat luas. Amin.

14. Untuk rekan-rekan sejawat penulis, Purnawan (Spongebob), Leo (Lae Pattrick), Zailani (Chen-chen), Franklin (Gattuso), Fridolin (Horas Lae), Andriadi (Katub), Edu (Mandala), Enam Sekawan (Nana, Irdha, Tyara, Penggi, Yanti, Rani), Nova, Twince, Gorenty, Immanuel “Mahong”, (Sabar


(6)

ya, Bro? badai pasti berlalu), Habibi Ardespin (Anak Gayo), Wiwit (Jowo Medok), Edy (KOM), Ramauli, Tongam (Opung Doli) dan seluruh teman-teman yang ada di ekosistem 2005, terima kasih banyak yang telah memberikan sumbangan pemikiran, motivasi dan pertemanannya kepada penulis.

15. Buat Senior dan Junior penulis di Departemen Sosiologi, terima kasih buat doa dan dukungannya.

16. Kepada Bapak/Ibu di Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih banyak atas partisipasinya.

17. Kepada Aparatur Pemerintahan Di Kelurahan Babura dan Kecamatan Medan Baru, Kota Medan. Terima kasih buat bantuannya.

18. Buat semua pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih buat bantuan dan kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2009 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Kerangka Teori ... 9

1.6. Defenisi Konsep ... 13

1.7. Operasional Variabel ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ... Perilaku Konsumsi ... 18


(8)

2.2. ...

Teori Pilihan Rasional ... 19

2.3. ... Gaya Hidup atau Life Style ... 20

2.4. ... Teori Ketergantungan (Dependensi) ... 20

2.5. ... Teori Kebutuhan ... 21

2.6. ... Pemanasan Global atau Global Warming ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Lokasi Penelitian ... 26

3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1. Populasi ... 27

3.3.2. Sampel ... 27

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.5. Analisis Data ... 30

3.6. Jadwal Kegiatan ... 31

3.7. Keterbatasan Penelitian ... 31

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi


(9)

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.1.2. Keadaan Penduduk Kelurahan Babura ... 36

4.2. Penyajian Data Penelitian ... 45

4.2.1. Identitas Responden ... 46

4.2.2. Pengetahuan Responden Terhadap Perilaku Hemat Energi ... 56

4.2.3. Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Oleh Responden ... 66

4.2.4. Penggunaan Alat-Alat Elektronik Oleh Responden ... 72

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 81

5.2. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data Kependudukan Kelurahan Babura Tahun 2009 ... 37

Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 41

Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 42

Tabel 4.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok ... 43

Tabel 4.6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 45

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 49

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 50

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 51

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 52


(11)

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Daya Listrik Yang

Digunakan di Rumah ... 54

Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan per Bulan ... 55

Tabel 4.15. Distribusi Responden Pernah Mendengar Istilah Perilaku Hemat Energi ... 56

Tabel 4.16. Distribusi Sumber Informasi Responden Tentang Perilaku Hemat Energi ... 57

Tabel 4.17. Distribusi Responden Pernah Mendengar Tentang Krisis Energi... 58

Tabel 4.18. Distribusi Responden Sumber Informasi Tentang Krisis Energi ... 59

Tabel 4.19. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Krisis Energi Saat Ini ... 61

Tabel 4.20. Distribusi Pengetahuan Responden Penyebab Terjadinya Krisis Energi ... 62

Tabel 4.21. Distribusi Pendapat Responden Tentang Jenis Energi Yang Perlu di Hemat ... 63

Tabel 4.22. Distribusi Pendapat Responden Dalam Mengatasi Krisis Energi ... 64

Tabel 4.23. Distribusi Responden Sosialisasi Perilaku Hemat Energi di Dalam Keluarga ... 65

Tabel 4.24. Distribusi Responden Kepemilikan Kendaraan Bermotor ... 67

Tabel 4.25. Distribusi Responden Intensitas Waktu Penggunaan Mobil ... 68

Tabel 4.26. Distribusi Responden Intensitas Waktu Penggunaan Sepeda Motor ... 69

Tabel 4.27. Distribusi Responden Alasan Pemilihan Kendaraan Bermotor ... 70 Tabel 4.28. Distribusi Responden Pengaruh Media Televisi Terhadap Minat Beli


(12)

Kendaraan Bermotor ... 71 Tabel 4.29. Distribusi Responden Intensitas Kepemilikan Alat-Alat Elektronik

Masa Kini ... 72 Tabel 4.30. Distribusi Responden Pengaruh Media Televisi Terhadap Minat Beli

Alat-Alat Elektronik ... 73 Tabel 4.31. Distribusi Responden Pengaruh Barang-Barang Elektronik ... 74

Tabel 4.32. Distribusi Responden Alasan Pemilihan Alat-Alat Elektronik ... 75 Tabel 4.33. Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Lampu Hemat Energi .... 76 Tabel 4.34. Distribusi Responden Penggunaan Lampu Hemat Energi ... 77 Tabel 4.35. Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Alat-Alat Elektronik

Hemat Energi ... 77 Tabel 4.36. Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Alat-Alat Elektronik

Yang Tidak Ramah Lingkungan ... 78 Tabel 4.37. Distribusi Responden Penggunaan Alat Penghemat Daya ... 79


(13)

DAFTAR BAGAN


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Isu lingkungan merupakan pembicaraan hangat yang saat ini sering diperbincangkan, baik di media cetak maupun elektronik. Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab segala kebutuhan manusia terkandung didalamnya. Penggunaan manusia terhadap energi dalam kehidupan sehari-hari saat ini cenderung bersifat konsumtif. Seperti yang diketahui bahwa penggunaan energi, baik energi listrik maupun bahan bakar minyak (BBM) secara berlebihan akan menimbulkan dampak yang negatif, khususnya terhadap kelestarian lingkungan. Kebutuhan manusia terhadap sumber energi yang semakin meningkat


(15)

tentunya mempengaruhi tingginya tingkat penambangan sumber-sumber daya energi di bumi.

Pada saat ini, keadaan lingkungan sebagai tempat hidup manusia dan mahkluk hidup lainnya berada pada kondisi yang sangat memperihatinkan. Banyaknya kasus kerusakan lingkungan yang terjadi disebabkan oleh pemanfaatan sumber daya alam (SDA) untuk keperluan energi secara eksploratif untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa mempertimbangkan kemampuan lingkungan dalam menghasilkan sumber daya energi dalam jangka waktu tertentu. Hutan sebagai suatu ekosistem ataupun sebagai tempat tinggal mahkluk hidup yang juga merupakan paru-paru dunia, berfungsi untuk melindungi dan menyeimbangkan suhu bumi agar tetap hangat serta terhindar dari radiasi sinar matahari. Saat ini terganggu kelestariannya yang disebabkan oleh berbagai kegiatan eksploratif sumber daya alam (SDA) yang tidak ramah lingkungan.

Kerusakan terhadap fungsi hutan sebagai penyeimbang suhu dan pelindung bumi dari radiasi sinar matahari menyebabkan peningkatan suhu bumi yang saat ini lebih dikenal dengan istilah global warming atau pemanasan global. Global warming

disebabkan oleh tingginya tingkat konsentrasi gas-gas, seperti karbondioksida, metana dan nitrogen oksida di atmosfer bumi. Hal tersebut merupakan hasil pembakaran bahan bakar minyak (BBM) yang berasal dari asap kendaraan bermotor maupun pembakaran batubara (sebagai salah satu bahan baku pembangkit listrik) yang melampaui batas kemampuan tumbuh-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya. Berdasarkan perhitungan World Wide Fund (WWF) tahun 2007 bahwa sektor transportasi menyumbang sekitar seperempat dari total pencemaran yang terhimpun


(16)

di atmosfer. Maka, semakin banyak manusia menggunakan bahan bakar minyak (BBM), semakin besar pula sumbangan manusia terhadap pemanasan global atau

global warming.

Meningkatnya jumlah penggunaan energi listrik saat ini secara langsung akan mempengaruhi potensi ketersediaan sumber daya alam batubara di bumi. Hal ini disebabkan karena energi listrik yang selama ini dihasilkan dari pembangkit listrik menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Ditambah lagi tersedianya alat-alat elektronik rumah tangga yang cenderung kurang ramah lingkungan, seperti AC (Air Conditioner), kulkas dan sebagainya yang menghasilkan CFC (Chlor Fluor Carbon), yaitu salah satu gas berbahaya yang apabila di atmosfer terlalu banyak akan merusak lapisan ozon.

Seperti yang diketahui bahwa batubara merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan membutuhkan waktu yang sangat lama dalam pembentukannya. Jika dalam penggunaan energi listrik tersebut tidak disertai dengan pertimbangan yang ekonomis dan kurangnya penerapan terhadap perilaku hemat energi, maka dapat dipastikan akan memberikan sumbangan pada percepatan terjadinya krisis energi. Selain itu, bertambahnya jumlah kendaraan bermotor saat ini juga berdampak buruk bagi kualitas udara di perkotaan karena akan menyebabkan pencemaran udara yang tinggi dan disamping itu kurang tersedianya tumbuh-tumbuhan hijau sebagai paru-paru kota untuk membersihkan udara kota (Sunarto, 2008).

Munculnya berbagai persoalan lingkungan saat ini, mulai menyadari manusia dari ”mati surinya” bahwa bumi sudah tidak ramah lagi. Ketersediaan sumber-sumber


(17)

energi yang semakin menipis dan terjadinya berbagai bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, kekeringan dan sebagainya merupakan akibat dari kerusakan lingkungan yang sebahagian besar merupakan aktifitas manusia dalam kehidupannya. Dari berbagai pembicaraan tentang lingkungan hidup, media selalu menyoroti akibat-akibat dari kerusakan lingkungan dan sering mengabaikan bagaimana pemahaman masyarakat terhadap perilaku hemat energi.

Pertumbuhan penduduk dan perkembangan IPTEK yang semakin meningkat menyebabkan aktifitas eksploitasi terhadap lingkungan semakin tinggi. Hal tersebut menyebabkan lingkungan tidak mampu memperbaiki dirinya secara alami dan menyediakan sumber daya alam energi bagi manusia dalam jangka waktu kedepan, tanpa adanya kesadaan masyarakat terhadap eksistensi sumber daya alam yang saat ini sedang krisis. Dengan kondisi seperti itu, maka masyarakat perlu diatur pola konsumsinya dan lingkungan hidup perlu dikelola dengan baik pemanfaatannya secara optimal agar ketersediaannya mencukupi kebutuhan generasi saat ini, tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang sehingga hubungan keduanya antara masyarakat dan lingkungan hidup bersifat sinergis.

Pola konsumsi yang secara sempit, dapat dilihat pada lingkup rumah tangga. Hal tersebut merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga atau keluarga. Selama ini pengertian yang berkembang bahwa besar-kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi terhadap penggunaan alat-alat elektronik maupun bahan bakar minyak seluruh pengeluaran rumah tangga dapat memberikan gambaran terhadap tingkat kesejahteraan rumah


(18)

tangga tersebut. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk mengkonsumsi hal tersebut, mengindikasikan rumah tangga yang berpenghasilan tinggi. Makin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin besar proporsi pengeluaran untuk konsumsi terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa rumah tangga atau keluarga akan semakin sejahtera bila persentase pengeluaran untuk konsumsi lebih tinggi (Data Statistik Indonesia, 2009).

Berdasarkan hukum, masyarakat memiliki peran dalam mengelola lingkungan hidup, seperti yang dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 5 Ayat 3 dan Pasal 34 Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Dampak Lingkungan. Terjadinya masalah-masalah kerusakan lingkungan disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang lingkungan hidup. Selain itu, juga dikarenakan kurangnya kegiatan penelitian dan sosialisasi terhadap inventarisasi Sumber-Sumber Daya Alam, baik yang alami maupun buatan dan juga sumber daya manusia. Hal ini disebabkan minimnya anggaran yang tersedia untuk kegiatan pengelolaan lingkungan.

Meningkatnya suhu bumi secara global (global warming) merupakan contoh nyata dampak pengelolaan lingkungan yang eksploratif dan perkembangan perilaku konsumtif di masyarakat. Aktivitas dan segala kebutuhan manusia cenderung mengarah pada proses eksploitasi sumber daya alam, baik untuk kepentingan industri maupun dalam kehidupan sehari-hari yang berdampak pada perubahan lingkungan.


(19)

Amerika, China, Jepang maupun Eropa, tetapi juga berdampak bagi Indonesia. Pada tahun 1987, melalui World Commission On Enviroment And Development (Brundtland Commission) dalam bukunya Our Common Future, mencoba memperkenalkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, yaitu suatu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam mencukupi kebutuhan mereka (Mitchell, Setiawan & Hadi, 2000).

Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan mahluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya yang disebut dengan ekologi (Soemarwoto, 1991:19). Interaksi manusia dengan lingkungan hidup bersifat timbal balik, dapat mempengaruhi dan dipengaruhi. Pada hakikatnya hubungan manusia dengan lingkungannya bersifat sirkuler, dimana satu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Lembaga independen dan pemerintah, baik pada negara maju maupun berkembang diharuskan memberikan perhatian serius terhadap masalah lingkungan. Diketahui bahwa pengelolaan SDA yang berorintasi pada ekonomi tidak saja membawa efek positif, tetapi juga dampak negatif bagi umat manusia. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak terlepas dari persoalan lingkungan, dalam hal ini khususnya pada perubahan iklim atau cuaca yang saat ini terasa begitu menganggu kenyamanan masyarakat saat beraktifitas. Saat ini sudah tidak jelas lagi antara musim hujan dan musim kemarau, keduanya terasa begitu singkat. Perbedaan temperatur udara antara pagi dan siang


(20)

hari yang terasa begitu mencolok perbedaannya, belum lagi temperatur udara di siang hari yang terasa begitu panas.

Hal yang sama juga dirasakan oleh masyarakat di kota-kota besar di Indonesia, seperti halnya Kota Medan dan secara khusus pada Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru. Kelurahan Babura merupakan salah satu daerah pemukiman padat, baik dari segi jumlah penduduknya, transportasi, lalu lintas, pusat perbelanjaan, sarana pendidikan, dan segala aktifitas masyarakat lainnya. Masyarakat di Kelurahan Babura termasuk dalam tipe masyarakat perkotaan karena letaknya yang berada tidak jauh dari pusat Kota Medan. Kelurahan Babura juga merupakan wilayah pemukiman ”elit” yang memiliki intensitas penggunaan alat-alat listrik dan bahan bakar minyak yang tinggi. Hal ini disebabkan karena sebahagian besar dari masyarakatnya memiliki mobilitas tinggi sehingga tingkat penggunaan terhadap alat-alat elektronik maupun bahan bakar minyak berada pada tingkat yang tinggi. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitiannya di Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan dengan judul ”Pola Konsumsi Masyarakat dan Perilaku Hemat Energi” pada masyarakat perkotaan.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pemaparan latar belakang di atas, adapun perumusan masalah yang dibuat adalah :


(21)

2. Seberapa besar tingkat konsumsi masyarakat mempengaruhi terjadinya pemanasan global (global warming)?

3. Sejauhmana tingkat kesadaran masyarakat mempengaruhi masyarakat dalam merealisasikan perilaku hemat energi?

4. Apakah pola konsumsi masyarakat mempengaruhi dasar atau pertimbangan dalam pemilihan barang-barang yang menggunakan energi?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap perilaku hemat energi.

2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat konsumsi masyarakat mempengaruhi terjadinya pemanasan global (global warming).

3. Untuk mengetahui sejauhmana tingkat kesadaran masyarakat mempengaruhi masyarakat dalam merealisasikan perilaku hemat energi.

4. Untuk mengetahui apakah pola konsumsi masyarakat mempengaruhi dasar atau pertimbangan dalam pemilihan barang-barang yang menggunakan energi.

1.4. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu untuk memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu, yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :


(22)

1. Manfaat Teoritis

Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan lengkap serta menjawab persoalan yang telah dibuat. Kemudian untuk dijadikan sebagai bahan informasi bagi khalayak luas, khususnya bagi masyarakat di Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan mengenai perilaku hemat energi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dan hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi dari hasil penelitian dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait dengan penelitian sebelumnya. Kemudian untuk dijadikan sebagai bahan informasi bagi khalayak luas, khususnya juga bagi masyarakat itu sendiri tentang perilaku hemat energi.

3. Manfaat Bagi Penulis

penelitian ini dapat mengasah kemampuan penyusun dalam membuat karya tulis ilmiah dan melatih untuk membiasakan diri untuk membuat dan membaca karya tulis orang lain. Melalui penelitian ini juga dapat menambah wawasan penyusun mengenai masalah isu lingkungan sosial yang sedang diteliti.

1.5. Kerangka Teori

Perilaku konsumsi masyarakat berbeda satu dengan lainnya. Menurut Sumarwan (1997), perilaku konsumen adalah kegiatan, tindakan, serta proses


(23)

psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Schiftmann dan Kanuk (2000) mengemukakan bahwa studi perilaku konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha dan energi). Pada akhirnya, perilaku konsumsi masyarakat akan menimbulkan pemilihan terhadap barang-barang tertentu, baik yang menggunakan energi listrik maupun yang menggunakan energi bahan bakar minyak.

Dalam membuat pilihan, suatu individu diawali dengan adanya keinginan terhadap sesuatu dan kenyakinan terhadap tujuan-tujuan tertentu yang disusun dalam suatu keyakinan. Keyakinan-keyakinan inilah yang pada akhirnya akan menciptakan pilihan rasional pada individu. Teori Pilihan Rasional pusatnya adalah aktor atau manusia yang mempunyai tujuan. Teori ini memperhatikan dua pemaksa utama, yaitu sumber daya dan lembaga sosial. Dalam Teori Pilihan Rasional dikenal adanya preferensi-preferensi atau keinginan-keinginan yang paling dominan yang muncul dari warga masyarakat. Setiap individu maupun masyarakat tentu memiliki keinginan yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan mekanisme pilihan yang berorientasi pada pemilihan rasional dan pada akhirnya akan menimbulkan gaya hidup masyarakat itu sendiri.

Gaya hidup atau life style merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana seorang memilih untuk menggunakan waktu, uang dan energi untuk merefleksikan nilai-nilai, rasa dan kesukaan. Gaya hidup adalah bagaimana seorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik individu yang


(24)

terbangun dan terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani siklus kehidupan.

Gaya hidup terkait dengan bagaimana seorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka. Gaya hidup yang diinginkan seorang mempengaruhi perilaku pembelian yang ada di dalam dirinya dan selanjutnya akan mempengaruhi atau bahkan mengubah gaya hidup individu tersebut yang pada akhirnya mengakibatkan ketergantungan (dependensi) terhadap segala sesuatu, yakni di dalam penggunaan energi listrik untuk alat-alat elektronik dan penggunaan energi bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor, seperti sepeda motor dan mobil.

Pada dewasa ini yang menjadi bahan perdebatan adalah bagaimana menyusun suatu pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Semakin meningkatnya populasi manusia mengakibatkan tingkat konsumsi produk dan energi meningkat juga. Permasalahan ini ditambah dengan ketergantungan penggunaan energi dan bahan baku yang tidak dapat diperbarui. Pada awal perkembangan pembangunan, industri dibangun sebagai suatu unit proses yang tersendiri, terpisah dengan industri lain dan lingkungan. Proses industri ini menghasilkan produk, produk samping dan limbah yang dibuang ke lingkungan. Adanya sejumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi, mengharuskan industri menambah investasi untuk memasang unit tambahan untuk mengolah limbah hasil proses sebelum dibuang ke lingkungan. Pengendalian pencemaran lingkungan dengan cara pengolahan limbah (pendekatan end of pipe) menjadi sangat mahal dan tidak dapat menyelesaikan permasalahan ketika jumlah industri semakin banyak, daya dukung alam semakin terbatas, dan sumber daya alam semakin menipis. Gaya hidup masyarakat yang begitu


(25)

kompleks akan menimbulkan kebutuhan terhadap penggunaan energi listrik untuk alat-alat elektronik dan penggunaan energi bahan bakar minyak untuk sepeda motor dan mobil.

Untuk memahami kebutuhan manusia, Teori Maslow dan McClelland menggambarkan bahwa manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda. Pada suatu jenjang, kebutuhan tersebut akan membentuk persepsi pada individu dalam memilih sesuatu, menggunakan sesuatu dan menafsirkan segala sesuatunya. Kebutuhan masyarakat akan energi, baik energi listrik maupun energi bahan bakar minyak tidak ada habis-habisnya dan terus meningkat. Hal itu jika tidak dapat dibatasi, maka dampak yang ditimbulkannya akan terjadi pemanasan global atau (global warming).

Di tengah kian seringnya dilakukan pemadaman listrik bergilir di Indonesia, (World Wide Fund) WWF Indonesia tak henti mengingatkan masyarakat tentang pentingnya penghematan listrik. Bukan sekadar untuk mengurangi pengeluaran bulanan semata, tapi untuk mengatasi masalah kurangnya pasokan listrik di Indonesia, pasokan listrik yang belum bisa dinikmati seluruh rakyat Indonesia serta adanya ancaman pemanasan global (global warming). Hampir 40 % emisi karbon dihasilkan oleh sektor ketenagalistrikan. Semakin tinggi konsumsi listrik maka semakin tinggi pula emisi karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik, karena 60% menggunakan bahan bakar fosil. Sementara pembakaran bahan bakar fosil adalah penyebab utama terjadinya pemanasan global yang berdampak pada meningkatnya suhu bumi secara global.


(26)

Bertambahnya kendaraan dengan sangat cepat sementara ruas jalannya tidak mampu lagi menampung, menjadi masalah utama di kota-kota besar. Sehingga terjadi kemacetan lalu lintas. Ini berdampak buruk bagi kualitas udara karena pencemaran semakin tinggi dan berkurangnya ruang terbuka hijau sebagai paru-paru kota untuk membersihkan udara. Masalahnya akan berlanjut kepada gangguan kesehatan bagi masyarakat, minimal menimbulkan infeksi saluran pernafasan.

Saat ini masih sekitar 45 % penduduk Indonesia yang belum dapat menikmati listrik. Kelompok yang memiliki akses listrik justru melakukan gaya hidup boros tanpa menyadari bahwa listrik adalah komoditas yang terbatas dan selayaknya dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Permintaan listrik yang kian meningkat dan boros, sementara kapasitas pembangkit listrik yang ada terbatas mengakibatkan terjadinya pemadaman listrik yang bergilir.

Kegiatan edukasi publik tentang pentingnya penggunaan listrik secara efisien, seperti menghemat listrik dan penggunaan peralatan elektronik dengan daya kecil dengan kualitas yang baik perlu terus dilakukan dengan sasaran berbagai kelompok, termasuk kelompok anak-anak dan anak muda agar tidak terjadi pemanasan global (global warming).

1.6. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah yang terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide maupun gagasan (Hasan, 2002:17). Untuk menjelaskan maksud dan pengertian konsep-konsep yang terdapat di


(27)

dalam penelitian ini, maka akan dibuat batasan-batasan konsep yang dipakai adalah sebagai berikut.

1. Pola

Pola adalah sistem, cara kerja, bentuk atau struktur yang tetap (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007).

2. Konsumsi

Konsumsi adalah suatu kegiatan yang mempunyai arti menggunakan, menghabiskan atau memakaian sesuatu untuk dihabiskan. Menurut Raymond Williams, seorang ekonom menegaskan bahwa seiring dengan proses kapitalisme, suatu tindakan konsumsi diartikan sebagai posisi yang berseberangan dengan tindakan produksi atau produsen (Juliastuti, 2004).

3. Masyarakat

Menurut Selo Sumardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Dalam penelitian ini yang menjadi objek kajiannya adalah masyarakat perkotaan. Hal ini dikarenakan bahwa masyarakat perkotaan memiliki sifat materialis dan konsumerisme yang dianggap lebih mementingkan rasionalitas. Sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep

Gesellschaft atau Gemeinschaft (Madjid, 2008). 4. Perilaku Hemat Energi

Perilaku Hemat Energi merupakan suatu sikap positif dalam hal penggunaan energi listrik maupun Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal ini dilakukan karena


(28)

sat ini kondisi masyarakat yang cenderung konsumtif, terkait dengan penggunaan energi listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM). Sosialisasi untuk memberikan pengertian kepada masyarakat sangat diperlukan, namun pelaksanaan sosialisasi tidak dapat berdiri sendiri. Peran serta masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan (Warta PLN, 2008).

1.7. Operasional Variabel

Defenisi operasional adalah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau memanipulasi suatu variabel. Defenisi operasional memberikan batasan atau arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Sarwono, 2006:12).

Dalam penelitian kuantitatif, secara umum terdiri dari 2 (dua) variabel, yaitu variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent). Dalam penelitian ini yang menjadi variabelnya adalah sebagai berikut.

1. Pola Konsumsi Masyarakat (X)

Pola Konsumsi Masyarakat menjadi variabel (X) atau variabel bebas (independent) yang merupakan variabel yang akan diteliti pengaruh terhadap masalah yang akan diajukan. Adapun yang menjadi indikator variabel dalam penelitian ini, yaitu : bentuk partisipasi masyarakat terhadap perilaku hemat energi, yaitu :

1. Pengetahuan atau pemahaman masyarakat tentang konsep hemat energi.


(29)

2. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap perilaku hemat energi, yaitu : a. Tinggi

b. Sedang, dan c. Rendah

3. Intensitas atau tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang-barang kebutuhan yang menggunakan energi, yaitu :

a. Tinggi b. Sedang, dan c. Rendah

2. Perilaku Hemat Energi (Y)

Perilaku hemat energi menjadi variabel (Y) atau variebel terikat (dependent), yaitu variabel yang perubahannya dipengaruhi variabel lain. Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini, yaitu : keikutsertaan atau peran-serta masyarakat dalam penerapan perilaku hemat energi, yaitu :

1. Aktif, berkaitan dengan pemilihan barang-barang konsumsi yang ramah lingkungan dan frekuensi penggunaan berbagai alat atau sarana yang menggunakan energi maupun bahan bakar minyak dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

a. Tinggi b. Sedang, dan


(30)

c. Rendah.

2. Pasif, menggunakan berbagai alat atau sarana yang menggunakan energi maupun bahan bakar minyak secara bebas tanpa mempertimbangkan efeknya terhadap lingkungan.

Bagan Operasional Variabel

Perilaku Hemat Energi (Y)

Pola Konsumsi Masyarakat (X)

Bentuk partisipasi masyarakat terhadap perilaku hemat energi, yaitu :

1. Pengetahuan atau

pemahaman masyarakat tentang konsep hemat energi.

2. Tingkat kesadaran

Keikutsertaan atau peran-serta masyarakat dalam penerapan perilaku hemat energi, yaitu :

1. Aktif, berkaitan dengan pemilihan barang-barang konsumsi yang ramah lingkungan dan frekuensi penggunaan berbagai alat atau


(31)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Konsumsi

Semenjak Revolusi Industri kebutuhan energi untuk menjalankan mesin terus meningkat. Beberapa jenis energi, seperti energi yang dibutuhkan untuk membuat makanan. Tetapi energi lainnya, seperti energi yang digunakan untuk menjalankan mobil dan sebagian besar energi untuk penerangan dan pemanasan rumah berasal dari bahan bakar, seperti batu bara dan minyak bumi atau lebih dikenal sebagai bahan bakar fosil karena terjadi dari pembusukan fosil makhluk hidup. Pembakaran bahan bakar fosil ini akan melepaskan gas rumah kaca ke udara. Semua itu disebabkan karena perilaku konsumtif manusia dan pola hidup mereka yang membutuhkan energi, baik dalam hal menggunakan listrik, pola makan maupun berkendaraan.

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan (KBBI, 2001:671). Perilaku konsumtif merupakan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal (Tambunan, 2001:1).

Engel (dalam Mangkunegara, 2002:3) mengemukakan bahwa perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa


(32)

ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.

Perilaku konsumtif bisa dilakukan oleh siapa saja. Fromm (1995:23) menyatakan bahwa keinginan masyarakat dalam era kehidupan yang modern untuk mengkonsumsi sesuatu tampaknya telah kehilangan hubungan dengan kebutuhan yang sesungguhnya. Perilaku konsumtif seringkali dilakukan secara berlebihan sebagai usaha seseorang untuk memperoleh kesenangan atau kebahagiaan, meskipun sebenarnya kebahagiaan yang diperoleh hanya bersifat semu.

2.2. Teori Pilihan Rasional

Teori yang dikemukakan oleh James Coleman, seorang Sosiolog yang menerangkan dan menganalisa masalah tingkat mikro dan makro maupun peran yang dimainkan oleh faktor tingkat mikro dalam pembentukan fenomena tingkat makro dipengaruhi oleh faktor individual sedangkan tingkat mikro dipengaruhi oleh perilaku kolektif. Perilaku kolektif sering tidak stabil dan kacau sehingga sukar dianalisis berdasarkan perspektif pilihan rasional. Akan tetapi berdasarkan pandangan Coleman, teori pilihan rasional dapat menjelaskan semua fenomena makro tidak hanya yang teratur dan stabil saja.

Norma merupakan tingkat makro lain yang menjadi sasaran Coleman. Menurut Coleman, norma, prakarsai dan dipertahankan oleh beberapa peran yang melihat keuntungan yang dihasilkan dari pengalaman tahap norma dan kerugian yang berasal dari pelanggaran norma itu. Aktor koporat menurut Coleman, perubahan sosial yang munculnya aktor korporat sebagai pelengkap aktor ’perubahan natural’.


(33)

2.3. Gaya Hidup atau life sytle

Menurut Adler (2000), seorang psikolog mengatakan bahwa masalah dalam kehidupan selalu bersifat sosial. Fungsi yang sehat bukan hanya mencintai dan bekerja, melainkan merasakan kebersamaan dengan orang lain dan mempedulikan kesejahteraan mereka. Beberapa prinsip penting dalam teori Adler adalah sebagai berikut.

1. Setiap orang berjuang untuk mencapai superioritas atau kompetensi personal.

2. Setiap orang mengembangkan gaya hidup dan rencana hidup yang sebagian disadar atau direncanakan dan sebagian tidak disadari. Gaya hidup seseorang mengindikasikan pendekatan yang konsisten pada banyak situasi. Rencana hidup dikembangkan berdasarkan pilihan seseorang dan mengarah pada tujuan yang diperjuangkan seseorang untuk dicapai.

3. Kualitas kepribadian yang sehat adalah kapasitas untuk mencapai “fellow feeling” atau ”gemeinschaft gefuhli”, yang fokus pada kesejahteraan orang lain dan ia menyebutnya sebagai minat sosial.

4. Ego merupakan bagian dari jiwa yang kreatif. Menciptakan realitas baru melalui proses menyusun tujuan dan membawanya pada suatu hasil, disebut dengan Fictional Goals.

2.4. Teori Ketergantungan (dependensi)

Teori Dependensi merupakan analisis tandingan terhadap teori Modernisasi. Teori ini diperkenalkan oleh Andre Gunder Frank. Teori ini didasari fakta lambatnya


(34)

pembangunan dan adanya ketergantungan dari negara dunia ketiga, khususnya di Amerika Latin. Teori dependensi memiliki saran yang radikal karena teori ini berada dalam paradigma neoMarxis.

Kapitalisme senatiasa menemani dan menyediakan segala barang-barang kebutuhan manusia yang bersifat efisien dan menguntungkan bagi kapitalis. Menciptakan ketergantungan pada masyarakat di negara-negara berkembang terhadap negara-negara kapitalis merupakan tujuan utama dari mekanisme pasar mereka. Menciptakan trend dan prestise tertentu di kalangan masyarakat terhadap penggunaan barang-barang kebutuhan ciptaan kapitalis merupakan cara mereka untuk menjadikan masyarakat Indonesia mengalami ketergantungan dengan alat-alat kebutuhan tersebut sehingga secara sadar atau tidak, masyarakat Indonesia akan terus memerlukan dan menggunakan barang-barang kebutuhan tersebut. Melalui ketergantungan tersebut, tanpa sadar masyarakat telah menyumbangkan perannya dalam terjadinya pemanasan global saat ini.

2.5. Teori Kebutuhan

Kebutuhan manusia terhadap barang-barang kebutuhan merupakan hal yang mendasar. Adanya kebutuhan manusia terhadap barang-barang yang menggunakan energi (mobil, sepeda motor, AC, kulkas, televisi dan sebagainya) tidak mutlak sebagai alat pemenuhan kebutuhan dan terkadang juga untuk mendapatkan penghargaan atau prestise di masyarakat karena dengan menggunakan barang-barang tertentu seseorang mendapatkan prestise dari orang lain. Hal itulah yang terkadang mendasari kebutuhan manusia yang berujung pada gaya hidup.


(35)

Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan untuk hidupnya. Pada waktu tertentu kebutuhan manakah yang mereka coba untuk dipenuhi. Maslow mengemukakan hierarki atau tingkatan kebutuhan yang terdiri atas dua bagian utama, yaitu, kebutuhan dasar yang berada pada hierarki paling bawah berturut-turut terdiri dari :

1. Kebutuhan fisiologis

2. Kebutuhan akan rasa aman (lebih banyak dapat menjadi besar) 3. Kebutuhan untuk dicintai

4. Kebutuhan untuk dihargai, dan

5. Kebutuhan tumbuh, yang berada di atas kebutuhan dasar, berturut-turut dari bawah terdiri dari :

a. Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami b. Kebutuhan keindahan, dan

c. Kebutuhan aktualisasi diri.

Menurut Teori Kebutuhan Maslow, kebutuhan yang berada pada hierarki lebih paling bawah tidak harus dipenuhi sebagian sebelum seseorang akan mencoba untuk memiliki kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Sebagai contoh, seorang yang lapar atau seorang yang secara fisik dalam bahaya tidak begitu menghiraukan untuk mempertahankan konsep diri positif (gambaran terhadap diri sendiri sebagai orang baik) dibandingkan untuk mendapatkan makanan atau keamanan. Namun begitu, orang yang tidak lagi lapar atau tidak lagi dicekam oleh rasa takut, kebutuhan akan harga diri menjadi penting.


(36)

Satu konsep penting yang diperkenalkan Maslow adalah perbedaan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, cinta dan penghargaan) adalah kebutuhan yang penting untuk kebutuhan fisik dan psikologis dan kebutuhan ini harus dipenuhi. Sekali kebutuhan ini dipenuhi, motivasi seseorang untuk memenuhi kebutuhan ini surut. Sebaliknya, kebutuhan tumbuh, seperti kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu, menghargai keindahan atau menumbuhkan dan mengembangkan apresiasi (penghargaan) dari orang lain, tidak pernah dapat dipenuhi seluruhnya. Dalam kenyataannya, semakin orang dapat memenuhi kebutuhan mereka untuk mengetahui dan memahami dunia di sekeliling mereka, motivasi belajar mereka dapat menjadi semakin besar dan kuat.

2.6. Pemanasan global atau global warming

Pemanasan global atau global warming dapat diartikan sebagai meningkatnya temperatur atau suhu rata-rata di atmosfer, laut dan daratan di bumi. Penyebab dari peningkatan yang cukup drastis ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batubara, minyak bumi (yang diolah menjadi bensin, minyak tanah, avtur maupun pelumas atau oli) dan gas alam sejenisnya yang tidak dapat diperbaharui. Pembakaran dari bahan bakar fosil ini melepaskan korbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ini, semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi (Rusbiantoro, 2008:6).

Pemanasan global adalah suatu istilah yang menunjukan adanya kenaikan rata-rata temperatur bumi yang kemudian menyebabkan perubahan iklim. Bumi yang lebih hangat dapat menyebabkan perubahan siklus hujan, kenaikan permukaan air laut


(37)

dan beragam dampak pada tanaman, kehidupan liar dan manusia. Ketika para ahli ilmu pengetahuan berbicara mengenai permasalahan perubahan iklim, yang menjadi pusat perhatian adalah pemanasan global yang disebabkan ulah manusia.

Penghasil terbesar dari pemanasan global ini adalah negara-negara industri, seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China dan lain-lain yang berada di belahan bumi utara. Pemanasan global ini dapat terjadi karena pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat negara-negara tersebut yang 10 kali lipat lebih tinggi dari penduduk negara selatan yang kebanyakan adalah negara berkembang. Meskipun kontribusinya pada pemanasan global tidak setinggi negara-negara industri. Negara-negara berkembang juga ikut menghasilkan karbondioksida dengan meningkatnya industri-industri dan perusahaan tambang dengan bahan baku migas, batubara dan terutama berbahan baku fosil.

Menurut ramalan di tahun 2100, para ilmuwan menyatakan bahwa banyak pulau-pulau kecil di Indonesia yang akan tenggelam. Beberapa daerah dengan iklim yang hangat, seperti di negara-negara tropis akan menerima curah hujan yang lebih tinggi, tetapi tanah juga akan lebih cepat kering. Kekeringan tanah ini akan merusak tanaman, bahkan menghancurkan suplai makanan di beberapa tempat di dunia. Hewan dan tanaman yang tidak mampu bermigrasi ke tempat lain atau beradaptasi dengan Perubahan Iklim ini akan musnah dan punah (Rusbiantoro, 2000:8).

Dahulu semua perubahan iklim berjalan secara alami. Tetapi dengan adanya revolusi industri manusia mulai mengubah iklim dan lingkungan tempatnya hidup melalui tindakan-tindakan agrikultural dan industri. Revolusi industri adalah saat dimana manusia mulai menggunakan mesin untuk mempermudah hidupnya. Revolusi


(38)

ini dimulai sekitar 200 tahun lalu dan mengubah gaya hidup manusia. Sebelumnya, manusia hanya melepas sedikit gas ke atmosfer, namun saat ini dengan bantuan pertumbuhan penduduk, pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan, manusia mempengaruhi perubahan komposisi gas di atmosfer.

Sekilas penggunaan listrik tidak ada kaitannya dengan pemanasan global. Menurut perhitungan World Wide Fund (2008), sekitar sepertiga gas rumah kaca berasal dari sektor energi ini. Di Indonesia sebagian besar pembangkit listrik masih berbahan bakar fosil, terutama batubara. Pembangkit listrik ini melepas gas Karbondioksida ke udara secara terus-menerus dalam jumlah yang melimpah, karena kita memang mengkonsumsi listrik tanpa henti. Makin boros kita memakai listrik, makin banyak gas rumah kaca yang kita hasilkan.


(39)

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk mendeteksi sejauhmana variabel bebas (independent) mempengaruhi variabel terikat (dependent). Pengertian survei, yaitu tindakan mengukur atau memperkirakan.

Namun dalam penelitian survei lebih berarti sebagai suatu cara melakukan pengamatan dimana indikator mengenai variabel adalah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan kepada responden baik secara lisan maupun tertulis. Survei biasanya dilakukan satu kali dan peneliti tidak berusaha untuk mengatur atau menguasai situasi. Jadi, perubahan dalam variabel adalah hasil dari peristiwa yang terjadi dengan sendirinya.

3.2. Lokasi Penelitian

Di dalam penelitian ini, yang menjadi daerah atau lokasi penelitiannya adalah di Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan. Adapun yang menjadi alasan memilih lokasi ini adalah karena peneliti melihat bahwa di daerah ini lingkungannya cukup padat penduduk, segala aktifitas sibuk, baik kendaraan bermotor, lalu lintas maupun masyarakatnya.


(40)

Di daerah ini masyarakatnya mempunyai status ekonomi yang cukup tinggi karena kawasan ini termasuk daerah ”elit” yang ada di kota Medan selain Kecamatan Medan Kota. Alasan lain pemilihan lokasi penelitian adalah karena peneliti juga merasa lebih mudah untuk mendapatkan data yang dibutuhkan di dalam penelitian ini karena lokasi penelitian yang mudah dijangkau.

3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti (Prasetyo, 2005:119). Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah seluruh kelompok rumah tangga yang ada di Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan. Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada, yaitu sebesar 2468 Kepala Keluarga (Profil Kelurahan Babura, 2009).

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Oleh karena itu, sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri (Bailey, 1994:83). Untuk menghitung besarnya sampel didasarkan pada pendapat Taro Yamane (Rakhmat, 1995:99) yang mengajukan pilihan ukuran sampel berdasarkan tingkat presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%.


(41)

Rumus yang dikemukakan Taro Yamane adalah : N

n =

N (d)2 + 1

Dimana, n : Besarnya sampel N : Besarnya populasi

d : Presisi atau derajat kebebasan (peneliti menetapkan 10% atau d = 0,1)

Dari rumus Taro Yamane tersebut, maka besar sampel yang ditarik pada penelitian ini adalah :

N n =

N (d)2 + 1

2468 n =

2468 (0,1)2 + 1

2468 n =


(42)

2468 n =

25,68

n = 96,10

n = 96 Kepala Keluarga (KK)

Jadi, sampel yang digunakan untuk penelitian ini berjumlah 96 Kepala Keluarga (KK).

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data atau informasi yang dapat menjelaskan atau menjawab permasalahan penelitian yang bersangkutan secara objektif.

Data penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Dimana data tersebut diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Data Primer, yang akan diperoleh melalui, yaitu :

a. Kuesioner, yaitu sebagai alat pengumpulan data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada subjek atau responden penelitian.


(43)

b. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

c. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan langsung secara lisan kepada responden guna memperoleh keterangan dalam mendukung data yang terkumpul.

2. Data Sekunder, yang akan diperoleh melalui, yaitu :

a. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian, Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kota Medan dan sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

b. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, laporan penelitian maupun dari internet.

3.5. Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini adalah menggunakan teknik distribusi frekuensi. Perhitungan data dengan distribusi frekuensi ini dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi data tersebut dipersentasekan. Penyajiannya dapat berbentuk tabel dan grafik (Bungin, 2004:171).


(44)

3.6. Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 ACC Judul √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √ 4 Seminar Proposal Penelitian √ 5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penelitian Ke Lapangan √

7 Pengumpulan Data dan Analisis Data √

8 Bimbingan √ √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √

10 Sidang Meja Hijau √

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ilmiah. Salah satu kendala yang dihadapi adalah terbatasnya waktu responden karena mereka pagi-pagi hari sudah tidak ada dirumah dan sore atau malam hari baru pulang kerumah. Keterbatasan lainnya adalah kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti di dalam kuesioner kurang dimengerti oleh mereka, sehingga jawaban yang diberikan ada yang tidak mereka isi atau jawab.


(45)

Akhirnya membuat peneliti harus melakukan pengulangan untuk menyebarkan kuesioner yang baru.


(46)

HASIL DAN ANALISA DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Indonesia memiliki beberapa kota besar yang berkembang dan didalamnya terdapat pusat-pusat pemerintahan, budaya, politik, sosial, ekonomi dan lingkup lainnya yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Kota Medan yang merupakan salah satu dari beberapa kota besar di Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya, suku, agama dan kondisi masyarakat yang majemuk.

Kota Medan, yakni dahulu daerah tingkat II berstatus Kota Madya adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan adalah pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang, Danau Toba yang terkenal sebagai tempat wisata, serta Pantai Cermin yang terkenal dengan pemandangan lautnya dilengkapi dengan waterboom Theme Park.

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km2) atau 3,6 % dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan Kota atau Kabupaten lainnya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis, Kota


(47)

Medan terletak pada 3° 30' sampai dengan 3° 43' Lintang Utara (LU) dan 98° 35'-98° 44' Bujur Timur (BT). Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 sampai dengan 37,5 meter diatas permukaan laut.

Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara, berbatasan langsung dengan Selat Malaka yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam, khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis, Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang atau pintu masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun ke luar negeri (ekspor dan impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.


(48)

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Kota Medan saat ini diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa dan 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk penglaju. Dengan demikian, Kota Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar, sehingga memiliki deferensiasi pasar.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per Km2 pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di kecamatan Medan Baru, Medan Maimun dan Medan Polonia.

Mayoritas penduduk Kota Medan sekarang adalah suku Jawa dan Batak, tetapi di kota ini banyak tinggal pula orang keturunan India dan Tionghoa. Komunitas Tionghoa di Medan cukup besar, sekitar 25 % jumlah total penduduk Kota Medan. Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jalan Zainul Arifin bahkan dikenal sebagai Kampung Madras (Kampung India). Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.


(49)

Secara historis, pada tahun 1918 tercatat Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya. Perkembangan Kota Medan tidak terlepas dari sejarah yang mendukung akan keberadaannya, dimana dengan adanya perkebunan tembakau Deli. Kota Medan dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan oleh Belanda pada tahun 1918. Hingga saat ini, hal tersebut masih dapat dirasakan dengan banyaknya berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan maupun industri manufaktur yang ada di Kota Medan.

Kelurahan Babura merupakan salah satu dari 151 Kelurahan yang ada di Kota Medan yang masuk kedalam wilayah pengawasan dari Pemerintah Kecamatan Medan Baru. Secara geografis, Kelurahan Babura berbatasan dengan, yaitu : sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sei Sikambing D, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Petisah Hulu, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Merdeka dan sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sunggal.

4.1.2. Keadaan Penduduk Kelurahan Babura

Berdasarkan Profil Kelurahan Babura tahun 2009, jumlah penduduk yang ada, yaitu 10.665 jiwa yang tersebar dalam 13 lingkungan. Dari jumlah penduduk tersebut, maka dapat dibagi kedalam beberapa klasifikasi, yaitu


(50)

berdasarkan umur, tingkat pendidikan, suku atau etnis, agama dan untuk lebih jelasnya akan disajikan kedalam penyajian hasil data penelitian.

Tabel 4.1.

Data Kependudukan Kelurahan Babura Tahun 2009

Lingkungan

Data Kependudukan

Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Keluarga Laki-Laki Perempuan Jumlah

I 133 193 326 62

II 942 1.161 2.103 463

III 785 763 1.548 315

IV 198 222 420 103

V 186 218 404 126

VI 244 373 617 123

VII 437 451 888 175

VIII 198 229 427 102

IX 315 325 640 124

X 136 190 326 62

XI 833 519 1.362 389

XII 376 397 773 272

XIII 417 424 831 152

Jumlah 5.200 5.465 10.665 2.468


(51)

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa lingkungan I, yaitu sebanyak 326 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 133 orang dan perempuan sebanyak 193 orang serta jumlah kepala keluarganya, yaitu sebanyak 62 orang. Lingkungan II, yaitu sebanyak 2.103 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 942 orang dan perempuan sebanyak 1.161 orang serta jumlah kepala keluarganya, yaitu sebanyak 463 orang. Lingkungan III, yaitu sebanyak 1.548 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 785 orang dan jumlah perempuan sebanyak 763 orang serta jumlah kepala keluarganya, yaitu sebanyak 315 orang. Lingkungan IV, yaitu sebanyak 420 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 198 orang dan perempuan sebanyak 222 orang serta jumlah kepala keluarganya, yaitu sebanyak 103 orang. Lingkungan V, yaitu sebanyak 404 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 186 orang dan perempuan sebanyak 218 orang serta jumlah kepala keluarganya, yaitu sebanyak 126 orang. Lingkungan VI, yaitu sebanyak 617 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 244 orang dan perempuan sebanyak 373 orang dengan jumlah kepala keluarganya, yaitu sebanyak 123 orang.

Lingkungan VII, yaitu sebanyak 888 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 437 orang dan perempuan sebanyak 451 orang serta jumlah jumlah kepala keluarganya, yaitu sebanyak 175 orang. Lingkungan VIII, yaitu sebanyak 427 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 198 orang dan perempuan sebanyak 229 orang serta jumlah kepala keluarganya, yaitu sebanyak 102 orang. Lingkungan IX, yaitu sebanyak 640 orang dengan jumlah


(52)

laki-laki sebanyak 315 orang dan perempuan sebanyak 325 orang serta jumlah kepala keluarganya, yaitu sebanyak 124 orang.

Lingkungan X, yaitu sebanyak 326 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 136 orang dan perempuan sebanyak 190 orang serta jumlah kepala keluarganya, yaitu sebanyak 62 orang. Lingkungan XI, yaitu sebanyak 1.362 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 833 orang dan jumlah perempuan sebanyak 519 orang serta jumlah kepala keluarganya, yaitu sebanyak 389 orang. Lingkungan XII, yaitu sebanyak 773 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 376 orang dan perempuan sebanyak 397 orang serta jumlah kepala keluarganya, yaitu sebanyak 272 orang dan lingkungan XIII, yaitu sebanyak 831 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 417 orang dan jumlah perempuan sebanyak 424 orang serta jumlah kepala keluarganya, yaitu sebanyak 152 orang.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Babura, yaitu sebanyak 10.665 jiwa dan jumlah kepala keluarganya yang berjumlah 2468 kepala keluarga. Kelurahan Babura memiliki XIII Lingkungan yang diawasi oleh kepala lingkungan (kepling) di setiap lingkungannya. Jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga terbanyak ada di lingkungan II, yakni sebanyak 2.103 jiwa dan 463 kepala keluarga.


(53)

Tabel 4.2.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin f %

1. 2.

Laki-laki Perempuan

5.200 5.465

48,76 % 51,24 %

Jumlah 10.665 100 %

Sumber : Data Profil Kelurahan Babura, 2009

Penduduk yang ada di Kelurahan Babura memiliki dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa penduduk di Kelurahan Babura yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 5.200 orang (48,76 %) dan berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 5.465 orang (51,24 %).

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Babura adalah berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin yang perempuan melebihi setengah dari jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Babura dengan yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 5.465 orang (51,24 %).


(54)

Tabel 4.3.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

No. Usia f %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 0-9 tahun 10-18 tahun 19-27 tahun 28-36 tahun 37-45 tahun 46-54 tahun 55 tahun ke atas

451 1.452 2.869 1.228 1.771 2.461 433 4,23 % 13,61 % 26,9 % 11,51 % 16,61 % 23,08 % 4,06 %

Jumlah 10.665 100 %

Sumber : Data Profil Kelurahan Babura, 2009

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Babura yang berusia antara 0-5 tahun, yaitu sebanyak 451 orang (4,23 %), penduduk yang berusia antara 10-18 tahun sebanyak 1.452 orang (13,61 %), penduduk yang berusia antara 19-27 tahun sebanyak 2.869 orang (26,9 %), penduduk yang berusia 28-36 tahun sebanyak 1.228 orang (11,51 %), penduduk yang berusia 37-45 tahun sebanyak 1.771 orang (16,61 %), penduduk yang berusia 46-54 tahun sebanyak 2.461 orang (23,08 %) dan penduduk yang berusia di atas atau sama dengan 55 tahun, yaitu sebanyak 433 orang (4,06 %).

Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa penduduk di Kelurahan Babura yang terbanyak ada pada usia antara 19-27 tahun, yakni pada usia yang tergolong produktif. Banyaknya jumlah penduduk yang usianya relatif muda, akan memudahkan masyarakat tersebut untuk maju dan berkembang dengan dinamis.


(55)

Tabel 4.4.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan f %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Belum sekolah Tidak pernah sekolah Tamat SD Tamat SLTP/sederajat Tamat SLTA/sederajat Tamat D-1 Tamat D-2 Tamat D-3 Tamat S-1 Tamat S-2 Tamat S-3 125 10 3.766 2.022 1.253 209 1.771 371 1.028 84 26 1,17 % 0,09 % 35,31 % 18,96 % 11,75 % 1,96 % 16,61 % 3,48 % 9,64 % 0,79 % 0,24 %

Jumlah 10.665 100 %

Sumber : Data Profil Kelurahan Babura, 2009

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa penduduk yang belum sekolah, yaitu sebanyak 125 orang (1,17 %), tidak pernah sekolah sebanyak 10 orang (0,09 %), tamah SD, yaitu sebanyak 3.766 orang (35,31 %), tamat SLTP/sederajat sebanyak 2.022 orang (18,96 %), tamat SLTA/sederajat sebanyak 1.253 orang (11,75 %), tamat D-1 sebanyak 209 orang (1,96%), tamat D-2 sebanyak 1.771 orang (16,61 %), tamat D-3 sebanyak 371 orang (3,48 %), tamat S-1 sebanyak 1.028 orang (9,64%), tamat S-2 sebanyak 84 orang (0,79 %) dan tamat S-3, yaitu sebanyak 26 orang (0,24 %).

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa masyarakat yang tamat sarjana (S-1) berjumlah 1.028 orang (9,64 %), yang tamat magister (S-2) berjumlah 84 orang (0,79 %) dan yang tamat doktor (S-3) berjumlah 26 orang (0,24 %). Hal ini membuktikan bahwa pendidikan sudah merupakan sesuatu hal yang


(56)

dianggap penting. Akan tetapi, mayoritas pendidikan masyarakat di Kelurahan Babura adalah tamat Sekolah Dasar (SD) yang berjumlah 3.766 orang (35,31 %). Hal itu dikarenakan masyarakat di Kelurahan Babura masih didominasi oleh orang-orang yang sudah lama menetap.

Secara umum, setiap orang berhak mendapatkan dan membutuhkan pendidikan yang layak. Demikian halnya pada masyarakat di Kelurahan Babura yang perlu mendapatkan pendidikan yang tinggi dan baik. Berdasarkan tingkat pendidikan diatas, terlihat bahwa masyarakat di Kelurahan Babura ini termasuk yang melek huruf dan peduli akan kualitas dan mutu pendidikan. Hal itu dapat dilihat bahwa masyarakat di Kelurahan Babura ada yang tamat sarjana (S-1) sampai dengan doktor (S-3).

Tabel 4.5.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok

No. Jenis Mata Pencaharian f % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Buruh/Swasta PNS Pedagang Penjahit Tukang batu Tukang kayu Montir Dokter Sopir Pengemudi becak TNI/Polri Pengusaha 6.493 325 727 51 57 92 92 65 40 123 54 2.616 60,88 % 3,05 % 6,82 % 0,48 % 0,53 % 0,21 % 0,21 % 0,61 % 0,38 % 1,15 % 0,51 % 24,53 %

Jumlah 10.665 100 %


(57)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa masyarakat yang jenis mata pencahariannya sebagai buruh/swasta, yaitu sebanyak 6.493 orang (60,88 %), sebagai PNS sebanyak 325 orang (3,05 %), sebagai pedagang sebanyak 727 orang (6,82 %), sebagai penjahit sebanyak 51 orang (0,48 %), sebagai tukuang batu sebanyak 57 orang (0,53 %), sebagai tukang kayu dan montir sebanyak 92 orang (0,21%), sebagai dokter sebanyak 65 orang (0,61 %), sebagai sopir sebanyak 40 orang (0,38 %), sebagai pengemudi becak sebanyak 123 orang (1,15 %), sebagai TNI/Polri sebanyak 54 orang (0,51 %) dan sebagai pengusaha sebanyak 2.616 orang (24,53 %).

Setiap orang memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda satu sama lainnya. Berdasarkan tabel diatas, jenis mata pencaharian pokok masyarakat di Kelurahan Babura adalah buruh/swasta dengan jumlah sebanyak 6.493 jiwa (60,88 %). Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa sudah melebihi setengah dari masyarakat yang tinggal di Kelurahan Babura yang bekerja di sektor buruh/swasta, termasuk didalamnya adalah orang-orang yang berwiraswasta ataupun pedagang. Hal itu dapat dilihat banyaknya pedagang yang berjualan di pasar Peringgan karena pasar tersebut berada di Kelurahan Babura.


(58)

Tabel 4.6.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama f %

1. 2. 3. 4. 5. Islam Katolik Protestan Hindu Budha 5.691 3.040 1.445 87 402 53,36 % 28,5 % 13,55 % 0,82 % 3,77 %

Jumlah 10.665 100 %

Sumber : Data Profil Kelurahan Babura, 2009

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa masyarakat di Kelurahan Babura yang memeluk agama Islam, yaitu sebanyak 5.691 orang (53,36 %). Masyarakat yang memeluk agama Katolik sebanyak 3.040 orang (28,5 %), yang memeluk agama Protestan sebanyak 1.445 orang (13,55 %), yang memeluk agama Hindu sebanyak 87 orang (0,82 %) dan yang memeluk agama Budha sebanyak 402 orang (3,77 %).

Agama adalah suatu keyakinan atau kepercayaan yang dianut oleh seseorang berdasarkan keyakinan dan kepercayaannya masing-masing. Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat di Kelurahan Babura memeluk agama Islam, yaitu sebanyak 5.691 orang (53,36 %).

4.2. Penyajian Data Penelitian

Kondisi masyarakat di Kelurahan Babura begitu sangat kompleks. Lokasinya yang strategis dekat dari pusat kota dan tersedianya berbagai sarana dan prasarana bagi kehidupan masyarakat menyebabkan daerahnya banyak dipilih sebagai tempat


(59)

pemukiman maupun usaha. Sebab di Kelurahan Babura banyak dijumpai rumah toko (ruko) yang digunakan sebagai tempat usaha dan juga sebagai tempat tinggal.

Pada umumnya, rumah toko ada di Kelurahan Babura bertingkat,yakni berlantai 2 bahkan sampai 3 atau 4 lantai. Lantai pertama mereka pergunakan untuk berdagang atau berjualan dan lantai 2 ke atas digunakan sebagai rumah mereka. Rumah ruko ini banyak ditempati oleh masyarakat dari suku atau etnis Tinghoa untuk mereka berjualan dan ada juga dari suku atau etnis lain yang mengunakan rumah ruko tersebut sebagai tempat usaha.

Kehidupan masyarakat di Kelurahan Babura berada pada garis sejahtera meskipun juga masih ada juga yang berada pada garis kemiskinan, namun jumlahnya sangat sedikit. Kehidupan sosialnya bersifat individualis, konsumerisme dan juga materialisme. Hal ini ditunjukkan dengan tidak saling mengenalnya antar masyarakat yang bersebelahan rumah atau tetangganya. Berdirinya rumah-rumah yang megah dan besar dengan segala jenis kendaraan yang mahal dan mewah merupakan ciri yang khas dari masyarakat di Kelurahan Babura ini. Elit, mobilitas yang tinggi, individual, materialis itulah gambaran sosial ekonomi

4.2.1. Indentitas Responden

Masyarakat di Kelurahan Babura merupakan objek dari penelitian ini. Selama mendapatkan data di lapangan yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada sejumlah kepala keluarga yang ada di kelurahan tersebut ternyata tidak semudah yang dibayangkan.


(60)

Berbagai sikap dari masing-masing responden yang berbeda-beda menjadi tantangan tersendiri oleh peneliti dalam penelitian ini. Adanya penolakan, kecurigaan, ketakutan, ketidaksediaan responden hingga sedang akan berpergian hingga sedang sakit adalah alasan-alasan yang diberikan mereka sebagai bentuk penolakan kepada peneliti.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, menyebarkan kuesioner kepada setiap kepala keluarga yang terpilih merupakan hal utama yang dilakukan. Usaha dalam membuat kesepakatan dan persetujuan adalah hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan data dari responden. Sibuknya para responden dengan berbagai aktifitas kegiatannya yang padat dari pagi hingga sore bahkan malam hari menyebabkan peneliti kesulitan untuk menjumpai responden. Hal tersebut juga menyulitkan peneliti dalam mengumpulkan data dari kuesioner yang telah disebarkan.

Banyaknya jumlah pertanyaan pada kuesioner juga merupakan keluhandari para responden didalam mengisi dan menjawab kuesioner tersebut tetap dengan berbagai penjelasan dari peneliti dan pengertian dari responden, maka pada akhirnya responden tersebut setuju untuk mengisi kuesioner yang diberikan.

Bukanlah hal yang mudah menyakinkan responden untuk mengisi kuesioner tersebut, tetapi dengan segala penjelasan yang diberikan peneliti kepada responden bahwa penelitian ini hanya dimaksudkan untuk membuat sebuah karya tulis ilmiah sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana


(61)

dan bukan untuk kepentingan lainnya serta segala identitas responden dijaga kerahasiannya oleh peneliti.

Untuk mengenali responden, peneliti menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan data-data responden. Berdasarkan hasil pengumpulan data, maka dapat diperoleh karakteristik atau identitas responden berikut ini.

Tabel 4.7.

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin f % 1.

2.

Laki-laki Perempuan

93 3

96,88 % 3,12 %

Jumlah 96 100 %

Sumber : Diolah dari data kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 93 orang (96,88%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang (3,12 %). Adapun responden yang berjenis kelamin perempuan sebagai sampel di dalam penelitian adalah dikarenakan suaminya sebagai kepala keluarga telah meninggal dunia, sehingga peran sebagai kepala keluarga diambil alih oleh istri. Oleh sebab itu, maka terdapatlah jenis kelamin perempuan sebagai responden di dalam penelitian ini.

Dari tabel tersebut, dapat menunjukkan bahwa masyarakat di Kelurahan Babura bersifat patriakhi. Jenis kelamin laki-laki adalah sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah untuk keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.


(62)

Tabel 4.8.

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No. Usia f %

1. 2. 3.

25-29 tahun 30-43 tahun 50 tahun ke atas

14 63 19

14,58 % 65,62 % 19,80 %

Jumlah 96 100 %

Sumber : Diolah dari data kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang berusia antara 25-29 tahun, yaitu sebanyak 14 orang (14,58 %), yang berusia antara 30-43 tahun sebanyak 63 orang (65,62 %) dan berusia 50 tahun ke atas, yaitu sebanyak 19 orang (19,80 %). Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa mayoritas usia responden adalah antara 30-43 tahun, yaitu sebanyak 63 orang (65,62 %), dimana usia antara 30-49 tahun tersebut merupakan tergolong usia yang produktif.

Adapun responden yang menjadi sampel di dalam penelitian ini adalah responden yang sudah menikah dan menjadi kepala keluarga. Alasannya adalah karena kepala keluarga yang memiiki segala sesuatunya yang ada di rumah, baik kendaraan bermotor, seperti sepeda motor dan mobil maupun alat-alat elektronik yang menggunakan energi bahan bakar minyak dan energi listrik.


(63)

Tabel 4.9.

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No. Agama f %

1. 2. 3. 4. 5. 6. Islam Katolik Protestan Hindu Budha Konghucu 79 4 13 0 0 0 82,29 % 4,17 % 13,54 % 0 % 0 % 0 %

Jumlah 96 100 %

Sumber : Diolah dari data kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang beragama Islam, yaitu sebanyak 79 orang (82,29 %), yang beragama Katolik sebanyak 4 orang (4,17 %), yang beragama Protestan sebanyak 13 orang (13,54 %), yang beragama Hindu, Budha dan Konghucu tidak ada (0 %). Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden mayoritas adalah beragama Islam, yaitu sebanyak 79 orang (82,29 %).

Adapun tidak adanya responden yang beragama Hindu, Budha dan Konghucu di dalam penelitian ini adalah karena sulitnya masyarakat yang ada di Kelurahan Babura untuk diberikan kuesioner dan untuk diwawancarai. Pada umumnya, masyarakat yang beragama Hindu dari orang yang berasal dari suku atau etnis India Tamil dan yang beragama Budha atau Konghucu dari orang yang berasal dari suku atau etnis Tionghoa. Mereka tidak mau menerima kuesioner yang diberikan untuk diisikan dan diwawancarai dengan alasan takut dan lebih baik bersikap menghindar.


(64)

Tabel 4.10.

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan f %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP/sederajat Tamat SLTA/sederajat Tamat diploma Tamat sarjana Lainnya 1 3 1 43 12 33 3 1,04 % 3,12 % 1,04 % 44,79 % 12,5 % 34,38 % 3,13 %

Jumlah 96 100 %

Sumber : Diolah dari data kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang tidak tamat SD, yaitu sebanyak 1 orang (1,04 %), tamat SD sebanyak 3 orang (3,12 %), tamat SLTP/sederajat sebanyak 1 orang (1,04 %), tamat SLTA/sederajat sebanyak 43 orang (44,79 %), tamat diploma sebanyak 12 orang (12,5 %), tamat sarjana sebanyak 33 orang (34,38 %) dan lainnya sebanyak 3 orang (3,13 %), yaitu tamat magister (S-2) dan doktor (S-3).

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah, karena dengan pendidikan kita memperoleh ilmu dan mendapatkan wawasan yang luas untuk dapat mengaktualisasikan diri. Dengan pendidikan, maka kita akan berfikir lebih rasional dan kritis serta adanya pretise (penghargaan) dari orang lain karena pendidikan kita yang tinggi.


(65)

Tabel 4.11.

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan f %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pekerja/buruh swasta Pegawai negeri Wiraswasta TNI/Polri Pengusaha Dokter Lainnya 16 15 33 3 7 6 16 16,67 % 15,62 % 34,38 % 3,13 % 7,29 % 6,24 % 16,67 %

Jumlah 96 100 %

Sumber : Diolah dari data kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang jenis pekerjaannya sebagai pekerja/buruh swasta, yaitu sebanyak 16 orang (16,67 %), sebagai pegawai negeri sebanyak 15 orang (15,62 %), sebagai wiraswasta sebanyak 33 orang (34,38 %), sebagai TNI/Polri sebanyak 3 orang (3,13 %), sebagai pengusaha sebanyak 7 orang (7,29 %), sebagai dokter sebanyak 6 orang, yaitu sebagai pedagang, penjahit dan sopir sebanyak 16 orang (16,67 %).

Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden berbeda-beda. Ada jenis pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya dan ada juga berdasarkan bakat dan minat yang dilakukan oleh responden, seperti wiraswasta dan sebagainya. Beragamnya jenis pekerjaan mereka, maka penghasilan mereka tiap bulannya juga beragam pula. Ada yang mendapat penghasilan yang besar dan ada juga yang mendapat kecil, tergantung jenis pekerjaan mereka masing-masing.


(66)

Tabel 4.12.

Distribusi Responden Berdasarkan Suku/Etnis

No. Suku/Etnis f %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Jawa Karo Mandailing Simalungun Minang Tionghoa Lainnya 28 7 14 4 13 0 30 29,17 % 7,29 % 14,58 % 4,17 % 13,54 % 0 % 31,25 %

Jumlah 96 100 %

Sumber : Diolah dari data kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang bersuku atau etnis Jawa, yaitu sebanyak 28 orang (29,17 %), yang bersuku atau etnis Karo sebanyak 7 orang (7,29 %), yang bersuku atau etnis Mandailing sebanyak 14 orang (14,58 %), yang bersuku atau etnis Simalungun sebanyak 4 orang (4,17 %), yang bersuku atau etnis Minang sebanyak 13 orang (13,54 %), yang bersuku atau etnis Tionghoa tidak ada (0 %) dan yang bersuku lainnya sebanyak 30 orang (31,25 %), yaitu suku atau etnis Aceh, Batak Toba dan Melayu. Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa suku atau etnis mayoritas responden adalah Aceh, Batak Toba dan Melayu, yaitu sebanyak 30 orang (31,25 %).

Adapun tidak adanya responden yang bersuku atau etnis Tionghoa di dalam penelitian ini adalah karena mereka tidak mau untuk dijumpai dan takut untuk diberikan kuesioner dan diwawancarai. Kurangnya rasa keterbukaan dan masih ada kecurigaan yang besar di dalam diri mereka. Setiap suku atau etnis


(67)

yang ada di Kelurahan Babura hidup secara rukun dan berdampingan satu dengan lainnya.

Tabel 4.13.

Distribusi Responden Berdasarkan Daya Listrik Yang Digunakan di Rumah

No. Daya Listrik Yang Digunakan f % 1.

2. 3. 4.

450 watt 900 watt 1300 watt Lainnya

10 20 45 21

10,42 % 20,83 % 46,87 % 21,88 %

Jumlah 96 100 %

Sumber : Diolah dari data kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa daya listrik yang digunakan responden di rumahnya adalah yang menggunakan 450 watt, yaitu sebanyak 10 orang (10,42 %), yang menggunakan 900 watt sebanyak 20 orang (20,83 %), yang menggunakan 1300 watt sebanyak 45 orang (46,87 %) dan yang menggunakan lainnya sebanyak 21 orang (21,88 %), yaitu 2200 watt, 2400 watt, 2500 watt, 3300 watt, 3500 watt, 4400 watt dan 7700 watt. Dari tabel diatas dapat menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat di Kelurahan Babura menggunakan daya listrik yang cukup besar, yakni 1300 watt.

Besarnya daya listrik yang digunakan oleh responden di rumah disebabkan karena mereka pada umumnya memiliki alat-alat elektronik yang cukup banyak jumlahnya dan membutuhkan daya listrik yang besar, seperti untuk televisi, AC, kulkas, dispenser, seterika, VCD, komputer, mesin cuci dan alat-alat elektronik lainnya yang menggunakan energi listrik dan jumlahnya


(68)

lebih dari satu unit. Hal lainnya adalah banyaknya penggunaan energi untuk bola lampu yang ada disetiap sudut dan ruangan di dalam rumah. Besarnya daya listrik yang dipasang disetiap rumah-rumah masyarakat, memerlukan kebutuhan energi listrik yang cukup besar pula.

Tabel 4.14.

Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan per Bulan

No. Penghasilan per Bulan f %

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Di bawah Rp.500.000

Rp.500.000 s/d Rp. 1.000.000 Rp.1.000.000 s/d Rp.1.500.000 Rp.1.500.000 s/d Rp.2.000.000 Rp.2.000.000 s/d Rp.2.500.000 Di atas Rp.2.500.000

2 10 22 21 18 23 2,08 % 10,42 % 22,92 % 21,88 % 18,75 % 23,96 %

Jumlah 96 100 %

Sumber : Diolah dari data kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa penghasilan per bulan responden yang di bawah Rp.500.000, yaitu sebanyak 2 orang (2,08 %), antara Rp.500.000 s/d Rp.1.000.000, yaitu sebanyak 10 orang (10,42 %), antara Rp.1.000.000 s/d Rp.1.500.000, yaitu sebanyak 22 orang (22,92 %), antara Rp.1.500.000 s/d Rp.2.000.000, yaitu sebanyak 21 orang (21,88 %), antara Rp.2.000.000 s/d Rp. 2.500..000, yaitu sebanyak 18 orang (18,75 %) dan di atas Rp. 2.500.000 sebanyak 23 orang (23,96 ).

Tingginya penghasilan per bulan responden dapat membuat kepemilikkan alat-alat elektronik, seperti televisi, AC, kulkas, dispenser, VCD, mesin cuci, komputer dan sebagainya serta kepemilikkan kendaraan bermotor,


(1)

daya listrik. Akan tetapi, penggunaan penghemat daya listrik tersebut tidak mendapat izin dari PLN. Mungkin saja, dari pihak responden, penggunaan daya listrik di rumah dapat menghemat daya listrik, tetapi dari pihak PLN dapat merugikan mereka maupun negara.


(2)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Manusia dalam kehidupannya selalu dan senantiasa memerlukan energi, baik energi listrik, energi bahan bakar, energi air dan sebagainya yang digunakan untuk memudahkan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Begitu juga yang terjadi di dalam masyarakat. Adanya kebutuhan yang tinggi oleh manusia terhadap energi-energi tersebut menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap eksploitasi sumber-sumber energi. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi secara langsung potensi ketersediaan sumber-sumber energi yang saat ini keadaannya semakin memperihatinkan, yang mana saat ini keadaan tersebut sering disebut dengan istilah krisis energi.

Meningkatnya jumlah penduduk yang begitu besar dari tahun ke tahun dan mekanisme pemanfaatan sumber energi yang tidak baik merupakan fakta utama yang menyebabkan terjadinya krisis energi saat ini. Tersedianya barang-barang elektronik yang memerlukan energi listrik di dalam penggunaannya merupakan faktor penyebab tingginya tingkat konsumsi masyarakat terhadap energi listrik. Selain itu, tingginya mobilitas penduduk yang pada umumnya terjadi di wilayah perkotaan merupakan faktor penyebab tingginya tingkat konsumsi energi bahan bakar minyak di masyarakat.

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari data di lapangan, bahwa 89,58 % atau 86 responden di Kelurahan Babura mengetahui tentang istilah perilaku hemat energi tersebut.


(3)

Namun, kebanyakkan dari mereka tidak mampu untuk membatasi dirinya dalam mengkonsumsi energi, baik energi listrik maupun energi bahan bakar minyak.

Kehadiran barang-barang elektronik saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat mendasar bagi mereka karena dengan begitu mereka memperoleh kenyamanan dan kualitas hidup yang baik. Hal tersebutlah yang terjadi pada masyarakat perkotaan, khususnya di Kelurahan Babura, dimana terjadi permintaan masyarakat yang tinggi terhadap energi listrik, begitu juga terhadap energi bahan bakar minyak, sehingga saat ini terjadilah kondisi yang kronis terhadap pasokan energi di Indonesia atau yang disebut dengan krisis energi.

Berdasarkan data yang diolah dari lapangan, bahwa saat ini telah terjadi ketergantungan pada masyarakat terhadap keberadaan barang-barang elektronik maupun kendaraan bermotor yang begitu sangat dibutuhkan dan diperlukan oleh masyarakat di dalam menciptakan kenyamanan dan kualitas hidup yang baik bagi mereka. Pada kenyataannya, responden yang mewakili masyarakat di Kelurahan Babura, walaupun mengetahui dan mengerti apa itu perilaku hemat energi, akan tetapi tidak disertai dengan penerapan secara radikal dan hanya sebatas pada tingkat yang sederhana saja. Hal yang paling mendasar dari semuanya adalah telah terjadi kondisi ketergantungan pada masyarakat karena keberadaan barang-barang elektronik dan kendaraan bermotor dianggap sangat mendukung segala aktifitas mereka yang bermobilitas tinggi dan sebagai sarana untuk menciptakan kualitas hidup yang baik.

5.2. Saran

Kondisi masyarakat di Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan saat ini yang berada pada kondisi yang ketergantungan terhadap keberadaan barang-barang


(4)

elektronik maupun kendaraan bermotor yang bersifat konsumtif. Hal ini merupakan efek langsung bagi terjadinya krisis energi, baik energi listrik maupun energi bahan bakar minyak. Adapun sumbangan pemikiran untuk mengurangi atau mencegah agar krisis energi tersebut dapat diatasi adalah diantaranya sebagai berikut.

1. Membatasi tingkat konsumsi atau penggunaan alat-alat elektronik yang menggunakan energi listrik dan kendaraan bermotor, baik penggunaan mobil maupun sepeda motor yang menggunakan energi bahan bakar minyak. Menggunakan alat-alat elektronik seperlunya dan bila tidak saat digunakan, maka sebaiknya dimatikan karena akan menimbulkan pemborosan energi.

2. Menerapkan konsep hemat energi sejak dini untuk mengatasi krisis energi, baik energi listrik maupun energi bahan bakar minyak, yang mana dimulai dari diri sendiri kemudian berkembang untuk anggota keluarga di rumah.

3. Perlu adanya sosialisasi terhadap perilaku hemat energi dan bukan hanya sebagai sebuah konsep, akan tetapi perlu ada tindakan atau action yang dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Babura yang dimulai dari diri sendiri dan selanjutnya kepada anggota keluarga. Perlu adanya tindakan yang tegas yang harus dilakukan masyarakat di Kelurahan Babura agar krisis energi yang saat ini sedang melanda kita dapat diminimalisir dari dampaknya tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Sugiyon. 2004. Perubahan Pola Penggunaan Energi dan Perencanaan Penyediaan Energi. BPPT. Jakarta.

Alikodra, Hadi. 2008. Global Warming : Banjir dan Tragedi Pembalakan Hutan. Penerbit Nuansa. Bandung

Al-Adnani, Abu. 2008. Global Warming (Sebuah Isyarat Dekatnya Akhir Zaman dan Kehancuran Dunia). Granada Mediatama. Surakarta

Faisal, Sanafiah. 2003. Format-Format Penelitian Sosial : Dasar dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Fathoni, Abdurrahmat, 2005. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Rineka Cipta. Jakarta

George, Ritzer. 1999. Sosiologi Ilmu Berparadima Ganda. PT. Rajawali. Jakarta

Genovese, Jane. 2007. Global Warming (A Mind Mapper’s Giude To The Science and Solutions : artikel)

Jhonson, Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. PT. Gramedia. Jakarta

Kebung, Kondrad. 2008. Manusia Sadar Lingkungan (Esai Tentang Manusia). Prestasi Pustaka Raya. Jakarta

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2002. Perilaku Konsumen. PT. Refika Aditama. Bandung Murdiyarso, Daniel. 2007. Protokol Kyoto (Implikasinya Bagi Negara Berkembang).

Penerbit Buku Kompas. Jakarta

Poloma, Margaret, 2004. Sosiologi Kontemporer. PT. Raja Grafindo. Jakarta

Prasetyo, Bambang dan Mitfahul Jannah, Lina. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Ritzer, George, 2003. Teori Sosiologi Modern. Kencana Persada. Jakarta

Rusbiantoro, Dadang. 2008. Global Warming For Beginner (Pengantar Komprehensif Tentang Pemanasan Global). Penerbit O2. Yogyakarta

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta


(6)

Soekanto, Soejono, 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo. Jakarta Sunarto, Kamanto, 2004. Pengantar Sosiologi. Universitas Indonesia. Jakarta

Susanta, dan Sutjahjo. 2008. Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global. Penebar Plus. Jakarta

Suryanto, Bagong, 2005. Metode Penelitian Sosial. Preneda Media. Jakarta

Tambunan, R. 2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. Jurnal Psikologi dan Masyarakat. http//:www.e-psikologi.com/remaja/191101.htm.

Sumber Internet :

Hamidah. Perilaku Konsumen Dan Tindakan Pemasaran. Library.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 14 November 2009, pukul 13.00 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Gas_rumah_kaca, (online). Diakses pada tanggal 10 April 2009 pukul 15.11 WIB

http://72.14.235.132/search?q=cache:oQeVhsUI2AsJ:langitselatan.com/2008/02/09/global warmingapadanmengapa/+global+warming&cd=9&hl=id&ct=clnk&gl=id, (online). Diakses pada tangga; 10 April 2009, pukul 15.10 WIB

http://www.infoskripsi.com/Resource/Mengkaji-Skripsi-Kualitatif-dan-Kuantitatif.html (online). Diakses pada tanggal 10April 2009, pukul 15.10 WIB


Dokumen yang terkait

Tingkat dan Pola Konsumsi Beras Masyarakat Kota Medan Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus : Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang; Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru; Kelurahan

4 73 95

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus Pemeliharaan Drainase Pada Kantor Kelurahan Sekip Kecamatan Medan Petisah Kota Medan)

1 65 85

Pergaulan Bebas(Studi Etnografis Perilaku Mahasiswa Kos-kosan di Kelurahan Titi Rante,Kecamatan Medan Baru,Kota Medan)

24 234 117

Persepsi Masyarakat Terhadap ”Kesemrawutan” Transportasi Di Kota Medan (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru)

3 40 80

Penelitian Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Tentang Pemakaian Obat Kumur Pada Ibu Rumah Tangga DI Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Kotamadya Medan

2 47 66

Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik Dan Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar Swasta Di Kecamatan Medan Baru Kota Medan

2 83 115

Analisis Pola Konsumsi Masyarakat Kota Medan

2 11 70

Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Pengobatan Sendiri Pada Masyarakat Di Lingkungan II Kelurahan Babura Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan

5 29 111

Inflasi dan Pola Konsumsi Masyarakat

0 0 3

Tingkat dan Pola Konsumsi Beras Masyarakat Kota Medan Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus : Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang; Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru; Kelurahan

0 0 12