Latar Belakang Pengidentifikasian Bakteri Rhizobium dengan Metode

Muhammad Arsyad : Studi Isolasi Bakteri Rhizobium Yang Diinokulasikan Ke Dalam Dolomit Sebagai Pembawa Carrier Serta Pemanfaatannya Sebagai Pupuk Mikroba, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman memerlukan banyak zat nutrisi agar dapat tumbuh dengan baik dan memberikan hasil panen yang maksimum. Diantara sekian banyak kebutuhan zat nutrisi nitrogen merupakan salah satu unsur yang paling banyak diperlukan oleh tanaman. Selama ini kebutuhan zat nutrisi nitrogen tersebut umumnya dipenuhi dengan pupuk buatan. Mengingat semakin mahalnya harga pupuk dan berdampak besar terhadap kelangsungan ekosistem, maka penggunaan pupuk buatan mulai di kompensasi dengan penggunaan pupuk alternatif yang lebih murah dan dampaknya terhadap penurunan kualitas lingkungan jauh lebih kecil Yuwono, 2006. Peningkatan produksi dengan cara intensifikasi selama tiga dasawarsa terakhir, telah melahirkan petani yang mempunyai ketergantungan pupuk yang menyebabkan terjadinya kejenuhan produksi pada daerah lingkungan pertanian. Keadaan ini selain menimbulkan pemborosan juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan pencemaran air tanah, khususnya unsur pupuk yang mudah larut seperti nitrogen dan kalium. Pemberian nitrogen berlebihan disamping menurunkan efisiensi pupuk lainnya, juga memberikan dampak negatif terhadap peningkatan gangguan hama dan penyakit akibat zat nutrisi yang tidak seimbang. Penggunaan pupuk organik bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia, sehingga dosis pupuk anorganik dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi http:www.biotek.lipi.go.id . Muhammad Arsyad : Studi Isolasi Bakteri Rhizobium Yang Diinokulasikan Ke Dalam Dolomit Sebagai Pembawa Carrier Serta Pemanfaatannya Sebagai Pupuk Mikroba, 2010. Para petani menyadari hal ini sehingga petani berusaha beralih menggunakan pupuk organik, seperti kotoran hewan, kompos ataupun humus dari hutan sekitarnya. Untuk memperoleh pupuk dalam bentuk kotoran hewan sangat sulit sehingga salah satu alternatif yang mungkin adalah menggunakan kompos humus dari hutan disekitarnya, penjarahan humus dari hutan adat maupun negara juga telah berlangsung lama mengakibatkan humus hutanpun habis. Terjadinya penjarahan humus ini mengakibatkan fungsi hutan sebagai daerah tangkapan hujan menjadi rusak, ekosistem terganggu sehingga sering terjadi banjir maupun tanah longsor Matsara, 2001. Negara Afganistan telah memanfaatkan bakteri Rhizobium pada strain bakteri komersial. Rhizobium disenangi karena kemampuannya mengikat nitrogen yang penting untuk pertanian dan ekologi. Kemampuan Rhizobium berinteraksi dengan tumbuhan dengan cara simbiosis dengan tanaman Legum seperti kacang hijau, kacang kedelai, ercis, buncis, kacang tanah memiliki kemampuan khusus untuk bersimbiosa membentuk bintil akar yang aktif sebagai wadah pembiakan bakteri Rhizobium pada akarnya Marx, 1991. Tanaman putri malu merupakan tumbuhan yang sangat mudah didapat.Serta untuk pembentuk bintil akarnya tidak membutuhkan waktu yang lama,tanpa harus menunggu masa panen atau masa reproduksi Dalimartha, 2000. Pemberian dolomit {CaMgCO 3 2 } dapat menambah ketersediaan Ca dan Mg dalam tanah, Dengan meningkatnya kadar Ca dan Mg akan memacu turgor sel dan pembentukan klorofil sehingga proses fotosintesis menjadi lebih meningkat atau produk fotosintesis juga meningkat. Apabila proses fotosintesis digunakan oleh bakteri bintil akar untuk pertumbuhannya, sehingga pemberian dolomit semakin meningkatkan pembentukan jumlah bintil akar.Disamping itu menambah unsur hara Ca dan Mg juga serta dapat meningkatkan ketersediaan hara-hara yang lain serta memperbaiki sifat fisik tanah, dengan semakin meningkatnya unsur hara dan sifat fisik tanah maka peningkatan hasil pun tercapai. http:pertanian.uns.ac.id~agronomiagrosainscara_dos_dolomit_sp36_sumaryo.pdf Muhammad Arsyad : Studi Isolasi Bakteri Rhizobium Yang Diinokulasikan Ke Dalam Dolomit Sebagai Pembawa Carrier Serta Pemanfaatannya Sebagai Pupuk Mikroba, 2010. Merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khairina, et al 2007, diperoleh jumlah sel 10 6 - 10 7 sel hidupg. Penggunaan serbuk gergaji sebagai media pembawa tidak memenuhi standart sebagai pupuk mikroba biofertilizer, Karena penggunaan serbuk gergaji sebagai media pembawa bersifat hidroskopis, menyebabkan kadar A w water activity selalu berubah sehingga persyaratan hidup untuk bakteri Rhizobium tidak terpenuhi. Salah satu faktor yang menentukan mutu pupuk mikroba adalah jumlah mikroorganisme yang terkandung didalamnya. Menurut Rao, 1994 dolomit baru memenuhi standart sebagai pupuk bio apabila jumlah sel 10 8 - 10 9 sel hidupg. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyimpanan pada suhu rendah lebih cocok untuk ketahanan hidup mikroorganisme dari pada suhu tinggi. Peningkatan suhu menyebabkan kelembaban menurun. Dengan mempertahankan kelembaban kematian mikroorganisme dapat dikurangi.

1.2. Perumusan Masalah