Menurut Hadits. Menurut Akal.

20 sebab pisau dinamakan sikin, karena bila diarahkan keleher hewan ketika menyembelih hewan itu diam ; 15 Mawaddah, membina rasa cinta, akar kata mawaddah adalah wadda yang berarti meluap tiba-tiba, terkadang tidak terkendali, karena itulah pasangan-pasangan muda dimana rasa cintanya sangat tinggi, termuat kandungan cemburu, sedang rahma atau sayangnyamasih rendah, banyak terjadi benturan karena tak mampu mengontrol kata cinta yang memang terkdang sulit di kontrol karena intensitasnya tinggi dan sering meluap-luap. 16

b. Menurut Hadits.

Ada hal yang dituju perkawinan menurut hadits. yaitu untuk menundukan pandangan dan menjaga faraj kemaluan. Itulah kenapa nabi menganjurkan berpuasa bagi yang telah sampai umur bila kemampuan materiil belum memungkinkan. 17 ﻦﺼﺣأو ﺮﺼﺒﻠ ﺾﻏأ ﻪﱠﺈ جﱠوﺰﺘﻴﻠ ةءﺎﺒ ا ﻢﻜ عﺎﻄﺘ ا ﻦ بﺎﺒﱠﺸ ا ﺮﺸﻌ ﺎ ءﺎﺟو ﻪ ﻪﱠﺈ مﻮﱠﺼ ﺎ ﻪﻴﻠﻌ ﻊﻄﺘﺴ ﻢ ﻦ و جﺮ ﻠ “Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu, hendaknya kawin, sebab kawin itu akan lebih menundukkan pandangan dan akan lebih menjaga 15 Ibid. 16 Ibid.,h.88 17 Ibid.h.89. 21 kemaluan. Kalau belum mampu, hendaknya berpuasa, sebab puasa akan menjadi perisai bagimu.” HR. Bukhari dan Muslim

c. Menurut Akal.

Menurut akal sehat yang sederhana, ada tiga yang dituju suatu perkawinan : Pertama, bumi ini cukup luas, kelilingnya ada 40.000 KM, sedangkan garis tengah atau diameternya ada 12.500 KM, wilayah yang demikian luas tentunya harus diurus oleh orang banyak, karena bumi ini Allah nyatakan di buat untuk kita manusia. Bila orangnya sedikit tentu banyak wilayah yang sia- sia. Untuk meningkatkan jumlah manusia tentunya harus dengan perkawinanprnikahan. 18 Kedua, bila manusia banyak tentunya harus diwujudkan ketertiban keteraturan terutama yangberkaitan dengan nasab, sebab kalau nasab tidak tertib tentu akan terjadi kekacauan kareba tidak diketahui si A anak siapa dan si B anak siapa bila nasab tidak tertata rapi tentu semua akan tidak menentu, tentu ini menjadi awal sebesar-besar bencana. 19 Ketiga untuk ketertiban kewarisan setiap orang yang hidup tentu akan memiliki barang atau benda yang diperlukan manusia,meski hanya sekeping papan atau sehelai kain. Ketika manusia itu wafat tentu harus ada ahli waris 18 Ibid.h.90. 19 Ibid. 22 yang menerima atau menampung harta tersebut. Nah untuk tertibnya pada ahli waris, tentunya harus dilakukan prosedur yuang tertib pula, yakni dengan pernikahan. 20 Tujuan perkawinan yang diinginkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan bila kita rasakan adalah sangat ideal karena tujuan perkawinan itu tidak hanya melihat dari segi lahiriah saja tetapi sekaligus terdapat adanya suatu pertautan batin antara suami dan istri yang ditujukan untuk membina suatu keluarga atau rumah tangga yang kekal dan bahagia bagi keduanya dan yang sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa, Bahwa dengan melangsungkan perkawinan akan diperoleh kebahagiaan, baik materiil maupun spirituil. Kebahagiaan yang ingin dicapai bukanlah kebahagiaan yang sifatnya sementara saja, tetapi kebahagiaan yang kekal, karenanya perkawinan yang diharapkan juga adalah perkawinan yang kekal, yang dapat berakhir dengan kematian. 21 Tujuan perkawinan menurut hukum Islam adalah untuk memenuhi hajat dan tabiat kemanusiaan berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan dasar cinta kasih sayang untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam syariat. Dalam hukum 20 Ibid. 21 Asmin, Status Perkawinan Antar Agama Tinjauan dari UU Perkawinan No 1 Tahun 1974. Jakarta: PT. Dian Rakyat.1986, hal 20. 23 Islam perkawinan juga bertujuan menuruti perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat yang mendirikan suatu rumah tangga yang damai dan teratur. 22 Sedangkan tujuan perkawinan menurut Hukum Adat adalah untuk melahirkan generasi muda, melanjutkan garis hidup orang tua, mempertahankan derajat memasuki inti sosial dalam masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara individu. Menurut Bambang Suwondo mengatakan bahwa tujuan perkawinan menurut Hukum Adat ialah secara sosiologi untuk memperoleh pengakuan dari masyarakat setempat. 23 B. Syarat dan Rukun Perkawinan. Syarat Sahnya Perkawinan Menurut pasal 2 UU No. 11974 tentang perkawinan disebutkan bahwa perkawinan adalah sah jika dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya. 24 Setiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini sejalan dengan KHI dalam pasal 4 KHI bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut Hukum Islam. Dan dalam pasal 5 KHI bahwa setiap perkawinan harus dicatat agar terjamin ketertiban perkawinan. Kemudian dalam pasal 6 KHI 22 Thoha, Nasruddin 1967, Pedoman Perkawinan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1967, hal 16. 23 Bzn B.Ter Haar, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat,Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta, hal 158- 159. 24 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan . Bandung: Citra Umbara, 2007. 24 bahwa perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan pegawai pencatatan nikah tidak mempunyai kekuatan hukum. 25 Dalam hal ini hukum Islam mengenal perbedaan antara syarat dan rukun pernikahan. Rukun merupakan sebagian dari hakekat pernikahan itu sendiri dan jika tidak dipenuhi maka pernikahan tidak akan terjadi. 26 Adapun rukun dan syarat perkawinan secara lengkap adalah sebagai berikut: 27 1. Mempelai Laki-Laki Pria - Agama Islam - Tidak dalam paksaan - Pria laki-laki normal - Tidak punya empat atau lebih istri - Tidak dalam ibadah ihram haji atau umroh - Bukan mahram calon istri - Yakin bahwa calon istri halal untuk dinikahi - Cakap hukum dan layak berumah tangga - Tidak ada halangan perkawinan 2. Mempelai Perempuan Wanita - Beragama Islam - Wanita perempuan normal bukan benconglesbian 25 Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara, 2007. 26 Ahmad Ichsan, Hukum Perkawinan bagi yang Beragama Islam, Suatu Tinjauan dan Ulasan secara Sosiologi Hukum , Pradia Paramita, Jakarta, 1986, h. 31. 27 Ahmad Rofiq, Hukum islam di Indonesia, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, h.71. 25 - Bukan mahram calon suami - Mengizinkan wali untuk menikahkannya - Tidak dalam masa iddah - Tidak sedang bersuami - Belum pernah lian - Tidak dalam ibadah ihram haji atau umrah 3. Syarat Wali Mempelai Perempuan - Pria dewasa beragama islam - Tidak ada halangan atas perwaliannya - Punya hak atas perwaliannya 4. Syarat-Syarat Sah Bagi Saksi PernikahanPerkawinan - Pria Laki-Laki - Berjumlah dua orang - Sudah dewasa baligh - Mengerti maksud dari akad nikah - Hadir langsung pada acara akad nikah 5. Syarat-Syarat Akad Nikah Yang Sah : - Ada ijab penyerahan wali - Ada qabul penerimaan calon suami - Ijab memakai kata nikah atau sinonim yang setara. - Ijab dan kabul jelas, saling berkaitan, satu majelis, tidak dalam ihrom. 26

C. Batas Usia Minimal Perkawinan.