65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Adsorben hasil sintesis dari abu vulkanik gunung kelud memiliki karakter gugus fungsi yang mirip dengan kiesel gel 60 G buatan E-Merck. Karakter
porositas adsorben memiliki luas permukaan adsorben sebesar 144,744 m
2
g, volume total pori 0,771 cm
3
g dan jari-jari ukuran pori 106,54 Å. Kadar air dan keasaman adsorben secara berurutan adalah 9,00 dan 5,6859
mmolgram. 2. Daya adsorpsi dan efisiensi adsorben hasil sintesis terhadap ion logam NiII
yang paling optimum secara berurutan adalah 1,44462 mgg dan 57,98. Daya adsorpsi dan efisiensi adsorpsi adsorben hasil sintesis terhadap ion
logam ZnII yang paling optimum secara berurutan adalah 0,01509 mgg dan 2,73.
3. pH optimum dalam uji daya adsorpsi adsorben hasil sintesis terhadap ion logam NiII dan ZnII dalam limbah cair industri elektroplating adalah 6.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Perlu adanya pengkajian dan pengembangan lebih lanjut terkait modifikasi gugus aktif pada permukaan adsorben dari bahan dasar abu vulkanik dengan
66 bahan organik yang mampu meningkatkan daya dan efisiensi adsorpsi
terhadap ion logam. 2. Perlu adanya pengkajian dan pengembangan lebih lanjut terkait metode yang
digunakan dalam adsorpsi ion logam dalam limbah oleh adsorben hasil sintesis.
67
DAFTAR PUSTAKA
Aina, H., Nuryono, Tahir, I. 2007. Sintesis Aditif Semen Β -Ca
2
SiO
4
dari Abu Sekam Padi dengan Variasi Temperatur Pengabuan. Makalah disajikan
dalam Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Matematika dalam Industri di UKSW.
Anonim. 1996. Analytical Methods for Atomic Absorption Spectroscopy. United State of America: Perkin-Elmer Corporation.
Atkins, P. 1999. Kimia Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Azizah, Y. M. 2015. Sintesis Silika Gel dari Abu Vulkanik Gunung Kelud
dengan Asam Nitrat HNO3 dan Uji Adsorptivitasnya terhadap Ion Logam KromiumVI dan TimbalII. Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.
Brinker, C. J., Scherer, G. W. 1990. Sol-Gel Science: The Physics and Chemistry of Sol-Gel Processing
. 1250 Sixth Avenue, San Diego, CA 92101: Academic Press Inc.
Buhani, Narsito, Nuryono, Kunarti, E. S. 2009. Influence of pH Toward Interaction of Metal Ions CdII and CuII by Mercapto-Silica Hybrid
Adsorbent in Aqueous Solution. Proseding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia,
300-310. Buhani, Narsito, Nuryono, Kunarti, E. S. 2010. Production of metal ion
imprinted polymer from mercapto-silica through sol-gel process as selective adsorbent of cadmium. Desalination, 2511
–3, 83–89. Buhani, Narsito, Nuryono, Kunarti, E. S. 2012. Proses Sol Gel dalam
Pembuatan Hibrida Merkapto-Silika untuk Adsorpsi Ion CuII dalam Larutan. Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 193, 264
–272. Companion, A. L. 1991. Ikatan Kimia. Bandung: Penerbit ITB.
Cotton, F. A., Wilkinson, G. 1972. Advanced Inorganic Chemistry. Canada: Interscience Publisher.
Darmayanti, Rahman, N., Supriadi. 2012. Adsorpsi Timbal Pb dan Zink Zn dari Larutannya Menggunakan Arang hayati Biocharcoal Kulit
Pisang Kepok Berdasarkan Variasi pH. Jurnal Akad Kim, 14, 159 –165.
Essien, E. R., Olaniyi, O. A., Adams, L. A., Shaibu, R. O. 2012. Sol-Gel- Derived Porous Silica : Economic Synthesis and Characterization. Journal of
Minerals and Materials Characterization and Engineering , 11October,
976 –981.
68 Fahmiati, Nuryono, Narsito. 2006. Adsorption Thermodynamics of Cd II ,
Ni II , And Mg II on 3-Mercapto-1 , 2 , 4-Triazole Immobilized Silica Gel. Indo. J. Chem, 61, 52
–55. Hadi, I., Arsa, M., Sudiarta, I. W. 2006. Sintesis Silika Gel dari Abu Sekam
Padi dan Abu Limbah Pembakaran Batubata dengan Metode Presipitasi. Jurnal Kimia
, 71, 31 –38.
He, F., Zhao, H., Qu, X., Zhang, C., Qiu, W. 2009. Modified aging process for silica aerogel. Journal of Materials Processing Technology, 2093,
1621 –1626.
Ikhsan, J., Johnson, B. B., Wells, J. D. 1999. A Comparative Study of the Adsorption of Transition Metals on Kaolinite. Journal of Colloid and
Interface Science, 410, 403
–410. Jufrianto, Martin, A., Nasruddin. 2014. Simulasi CFD ANG Storage dengan
Metana sebagai Adsorbat dan Karbon Aktif sebagai Adsorbennya. Jom FTEKNIK
, 12, 1 –12.
Kalapathy, U., Proctor, A., Shultz, J. 2002. An improved method for production of silica from rice hull ash. Bioresource Technology, 853, 285
– 289.
Kasatriyanto, B. 2014. Erupsi Gunung Kelud , Candi Borobudur ditutup. Diambil
pada tanggal
16 September
2016 dari
http:www.kebudayaan.kemdikbud.go.id Khalis, A., Dewi, S. M., Wisnumurti. 2016. Kajian abu vulkanik gunung
kelud sebagai alternatif bahan penyusun batako berlubang.[Versi Elektronik]. Sipil Student Journal,
341, 1-11. Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. A. Saptorahardjo, Ed..
Jakarta: UI Press. Kosmulski, M. 1998. Sorption of Heavy Metal Cations on Silica. In Adsorption
on Silica Surface pp. 399
–438. Krezel, A., Maret, W. 2016. The biological inorganic chemistry of zinc ions.
Archives of Biochemistry and Biophysic , xxx, 1
–17. Kristianingrum, S., Siswani, E. D. 2016. Modifikasi Abu Vulkanik Kelud
2014 sebagai Bahan Adsorben Selektif Ion Logam Tembaga II Modification of Volcanic Ash Kelud 2014as Selective Adsorbent Material
For Copper II Metal Ion. Jurnal Sains Dasar, 51, 7 –16.
Kristianingrum, S., Siswani, E. D., Fillaeli, A. 2011. Pengaruh Jenis Asam pada Sintesis Silika Gel dari Abu Bagasse dan Uji Sifat Adsorptivitasnya
69 terhadap Ion Logam Tembaga II pp. 281
–292. Lelifajri. 2010. Adsorpsi Ion Logam Cu II Menggunakan Lignin dari Limbah
Serbuk Kayu Gergaji. Jurnal Rekayasa Kimia Dan Lingkungan, 73, 126 –
129. Lide, D. R. 2002. Handbook of Chemistry and Physics 83rd ed.. United State
of America: CRC Press. Marcus, Y. 1994. A simple empirical model describing the thermodynamics of
hydration of ions of widely varying charges , sizes , and shapes. Biophysical Chemistry
, 511994, 111 –127.
Marwati, S., Padmaningrum, R. T., Marfuatun. 2007. Karakterisasi Sifat Fisika-Kimia Limbah Cair Industri Elektroplating
. Diambil pada tanggal 16 September 2016 dari http:staff.uny.ac.idsitesdefaultfilespenelitianSiti
Marwati, M.Si.B6.pdf Mujiyanti, D. R., Nuryono, Kunarti, E. S. 2010. Sintesis dan Karakterisasi
Silika Gel dari Abu Sekam Padi yang Diimobilisasi dengan 3- Trimetoksisilil-1-Propantiol. Jurnal Sains Dan Terapan Kimia, 42, 150
– 167.
Nurdila, F. A., Asri, N. S., Suharyadi, E. 2015. Adsorpsi Logam Tembaga Cu, Besi Fe dan Nikel Ni dalam Limbah Cair Buatan Menggunakan
Adsorben Nanopartikel Cobalt Ferrite CoFe2O4. Jurnal Fisika Indonesia, XIX
April, 204 –207.
Nurhasni, Salimin, Z., Nurifitriyani, I. 2013. Pengolahan Limbah Industri Elektroplating Dengan Proses Koagulasi Flokulasi. Jurnal Valensi, 31, 41
– 48.
Nuryono, Narsito. 2005. Effect of Acid Concentration on Characters of Silica Gel Synthesized from Sodium Silicate. Indonesian Journal Chemical, 51,
23 –30.
Padmaningrum, R. T., Marwati, S. 2008. Rancangan Pengolahan Limbah Cair Industri Elektroplating pp. 85
–90. Plyasunova, N. V, Zhang, Y., Muhammed, M. 1998. Critical evaluation of
thermodynamics of complex formation of metal ions in aqueous solutions . IV . Hydrolysis and hydroxo-complexes of Ni t. Hydrometallurgy, 481998,
43 –63.
Prastiyanto, A., Azmiyawati, C., Darmawan, A. 2008. Pengaruh Penambahan Merkaptobenzotiazol MBT terhadap Kemampuan Adsorpsi Gel Silika dari
Kaca pada Ion Logam Kadmium. [Versi Elektronik]. Jurnal Eprints Undip, 2, 1-13.
70 Priadi, C. R., Anita, Sari, P. N., Moersidik, S. S. 2014. Adsorpsi Logam Seng
Zn dan Timbal Pb pada Limbah Cair Industri Keramik oleh Tanah Liat. Reaktor
, 151. Prihantoro, T. 2014. Candi Borobudur Dinyatakan Siaga Bencana. Diambil
pada tanggal 12 Juni 2016 dari suaramerdeka.comv1index.phpreadnews 20140214191068Candi-Borobudur-Dinyatakan-Siaga-Bencana
Rahmayanti, F., MZ, S. 2013. Pemanfaatan Limbah Batang Jagung Sebagai Adsorben Alternatif Pada Pengurangan Kadar Klorin Dalam Air Olahan
Treated Water. Jurnal Teknik Kimia USU, 22, 1 –5.
Rida, M. A., Harb, F. 2014. Synthesis and Characterization of Amorphous Silica Nanoparitcles from Aqueous Silicates Uisng Cationic Surfactants.
Journal of Metals, Materials and Minerals , 241, 37
–42. Rosmawati, A., Tjahjanto, R. T., Prananto, Y. P. 2013. Variasi Metode
Preparasi Gel pada Sintesis Aerogel Silika dari Lumpur Lapindo. Kimia Student Journal
, 12, 161 –167.
Rouquerolt, J., Avnir, D., Fairbridge, C. W., Everett, D. H., Haynes, J. H., Pernicone, N., Unger, K. K. 1994. Recommendations for the
characterization of porous solids. Pure Appl. Chem., 668, 1739 –1758.
Santamarina, J. C., Klein, K. A., Wang, Y. H., Prencke, E. 2002. Specific surface: determination and relevance. Canadian Geotechnical Journal, 391,
233 –241.
Saputra, R. M., Rudiyansyah, Wahyuni, N. 2014. Sintesis Dan Karakterisasi Silika Gel Dari Limbah Kaca Termodifikasi Asam Stearat. Jurnal Kimia
Khatulistiwa , 33, 36
–42. Sastrohamidjojo, H. 1992. Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta: Liberty.
Settle, F. A. 1997. Handbook Of Instrumental Techniques For Analytical CHemistry
. F. A. Settle, Ed.. United State of America: Prentice Hal PTRl. Sinaga, B., Sembiring, M., Lubis, A. 2015. Dampak Ketebalan ABu Vulkanik
Erupsi Gunung Sinabung terhadap SSifat Biologi Tanah di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo. Jurnal Online Agroekoteknologi, 33, 1159
– 1163.
Sriyanti, Taslimah, Narsito, Nuryono. 2005. Pengaruh Keasaman Medium Dan Imobilisasi Gugus Organik Pada Karakter Silika Gel Dari Abu Sekam
Padi. JSKA, VIII3, 1 –12.
Stuart, B. 2004. Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Applications. John Willey Sons.
71 Sudarlin. 2016. Prinsip dan Teknik Penggunaan Gas Sorption Analyzer GSA .
Diambil pada tanggal 15 April 2017 dari http:doi.org Sugiyarto, K., Sutrisno, H., Suyanti, R. D. 2013. Dasar-Dasar Kimia
Anorganik Nonlogam. Yogyakarta: UNY Press.
Sukardja. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sulastri, S., Kristianingrum, S., Arianingrum, R. 2004. Pengaruh Perendaman
PasirMalelo dengan HNO3 terhadap Efisiensi Penjerapan Kromium. Jurnal Penelitian Saintek
, 91, 51 –68.
Suntoro, Widijanto, H., Sudadi, Sambodo, E. E. 2014. Dampak Abu Vulkanik Erupsi Gunung Kelud dan Pupuk Kandang terhadap Ketersediaan dan
Serapan Magnesium Tanaman Jagung di Tanah Alfisol. Jurnal Ilmu Tanah Dan Agroklimatologi
, 112, 69 –76.
Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
5th ed.. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka. Weintraub, S. 2001. Demystifying Silica Gel. Object Specialty Group
Postprints , 9, 24.
Xiao, B., Thomas, K. M. 2004. Competitive Adsorption of Aqueous Metal Ions on an Oxidized Nanoporous Activated Carbon Competitive Adsorption
of Aqueous Metal Ions on an. Langmuir, 20June, 4566 –4578.
Zielinski, J. M., Kettle, L. 2013. Physical Characterization : Surface Area and Porosity. Intertek Chemicals and Pharamaceuticals, April, 1
–7. https:doi.orgIntertek Chemicals Pharmaceuticals, Allentown, USA
72
73
L ampiran 1. Perhitungan Efisiensi Produktivitas Silika Gel Hasil Sintesis
Massa 6 gram abu vulkanik gunung kelud diasumsikan bahwa silika yang terkandung dalam abu bereaksi seluruhnya membentuk natrium silikat. Efisiensi
Produktivitas silika gel hasil sintesis adalah sebagai berikut: Massa silika gel per 6 gram abu Kelud
= Maka,
Massa silika gel per 6 gram abu Kelud =
= 6 gram Berat adsorben silika yang dihasilkan : 3,824 gram
Efisiensi produktivitas =
= = 63,73
74
Lampiran 2. Pembuatan Larutan Asam Nitrat dengan Konsentrasi 3 M
Pembuatan asam nitrat diawali dengan menentukan molaritas awal dari larutan asam tersebut.
1. Penentuan Molaritas Awal Asam Nitrat HNO
3
Konsentrasi asam nitrat pekat : 65 Massa jenis
: 1,41 gcm
3
Molaritas HNO
3
= =
= 14,54 M 2. Pembuatan asam nitrat 3 M
Asam nitrat HNO
3
dengan konsentrasi 3 M didapatkan dari pengenceran asam nitrat pekat 14,54 M dengan menggunakan rumus:
V
1
x M
1
= V
2
x M
2
Keterangan: V
1
: Volume larutan induk mL M
1
: Konsentrasi larutan induk M V
2
: Volume larutan pengenceran mL M
2
: Konsentrasi larutan pengenceran M Maka,
V
1
x M
1
= V
2
x M
2
V
1
x 14,54 M = 1000 mL x 3 M V
1
= 206,3 mL
75
Lampiran 3. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan HCl 0,1 M
1. Standarisasi NaOH 0,1 M untuk uji keasaman adsorben Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan menggunakan asam oksalat
H
2
C
2
O
4
. 2H
2
O dengan persamaan reaksi sebagai berikut: 2NaOH
aq
+ H
2
C
2
O
4aq
→ Na
2
C
2
O
4aq
+ 2H
2
O
l
a. Membuat larutan NaOH 0,1 M 1 Menimbang 0,4 gram kristal natrium hidroksida
2 Melarutkan kristal NaOH dengan 50 mL akuades dalam beaker glass 100 mL dan mengaduknya hingga semua kristal melarut
3 Memasukkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 100 mL dan menambahkan akuades hingga tanda batas, kemudian mengocoknya hingga homogen.
b. Membuat larutan H
2
C
2
O
4
0,1 M 1 Menimbang 1,26 gram kristal asam oksalat
2 Melarutkan kristal H
2
C
2
O
4
.2H
2
O dengan 50 mL akuades dalam beaker glass 100 mL dan mengaduknya hinggga kristal melarut
3 Memasukkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 100mL dan menambahkan akuades hingga tanda batas, kemudian mengocoknya hingga homogen.
c. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan larutan H
2
C
2
O
4
0,1 M 1 Memasukkan 5 mL larutan asam oksalat ke dalam erlemeyer 100 mL dan
menambahkan 2 tetes indikator PP. 2 Memasukkan larutan NaOH yang akan distandarisasi ke dalam buret.
76 3 Menitrasi larutan asam oksalat dengan larutan NaOH hingga terjadi
perubahan warna dari merah muda menjadi tak berwarna dan mengulangi titrasi sebanyak 3 kali triplo
4 Mencatat volume hasil titrasi dan menghitung molaritas NaOH yang sebenarnya.
Volume titrasi : 1. 10,4 mL
2. 10,5 mL 3. 10,4 mL
Volume rata-rata : 10,43 mL
V
NaOH
x M
NaOH
= V
H2C2O4
x M
H2C2O4
10,43 mL x M
NaOH
= 5 mL x 0,1 M M
NaOH
= 0,0958 M
2. Standarisasi HCl 0,1 M untuk keasaman Standarisasi larutan HCl 0,1 M dilakukan dengan menggunakan natrium boraks
Na
2
B
4
O
7
.10H
2
O. Reaksinya adalah sebagai berikut: Na
2
B
4
O
7
.10H
2
O
aq
+ HCl
aq
→ 2NaCl
aq
+ 4H
3
BO
3aq
+ 5H
2
O
l
a. Membuat larutan HCl 0,1 M Pembuatan asam klorida diawali dengan menentukan molaritas awal dari
larutan asam tersebut. 1 Penentuan Molaritas Awal Asam Klorida HCl
Konsentrasi asam nitrat pekat : 37
Massa jenis : 1,18 gcm
3
77 Molaritas HCl
= =
= 11,96 M 2 Pembuatan asam klorida 0,1 M
Asam Klorida HCl dengan konsentrasi 0,1 M didapatkan dari pengenceran asam klorida pekat 11,96 M dengan menggunakan rumus:
V
1
x M
1
= V
2
x M
2
Keterangan: V
1
: Volume larutan induk mL M
1
: Konsentrasi larutan induk M V
2
: Volume larutan pengenceran mL M
2
: Konsentrasi larutan pengenceran M Maka,
V
1
x M
1
= V
2
x M
2
V
1
x 11,96 M = 1000 mL x 0,1 M V
1
= 8,3 mL
b. Membuat larutan Na
2
B
4
O
7
0,1 M 1 Menimbang 3,184 gram kristal Na
2
B
4
O
7
.10H
2
O 2 Melarutkan kristal Na
2
B
4
O
7
.10H
2
O dengan 50 mL akuades dalam beaker glass 100 mL dan mengaduknya hinggga kristal melarut
3 Memasukkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 100mL dan menambahkan akuades hingga tanda batas, kemudian mengocoknya hingga homogen.
78 c. Standarisasi larutan HCl 0,1 M dengan larutan Na
2
B
4
O
7
.10H
2
O 0,1 M 1 Memasukkan 5 mL larutan natrium boraks ke dalam erlemeyer 100 mL dan
menambahkan 2 tetes indikator MO. 2 Memasukkan larutan HCl yang akan distandarisasi ke dalam buret.
3 Menitrasi larutan natrium boraks dengan larutan HCl hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi jingga dan mengulangi titrasi sebanyak
3 kali triplo 4 Mencatat volume hasil titrasi dan menghitung molaritas HCl yang
sebenarnya. Volume titrasi :
1. 14 mL 2. 13,9 mL
3. 14,1 mL Volume rata-rata
: 14 mL n x V
HCl
x M
HCl
= n x V
Na2B4O7
x M
Na2B4O7
1 x 14 mL x M
HCl
= 2 x 5 mL x 0,1 M M
HCl
= 0,0714 M
79
Lampiran 4. Penentuan Keasaman Adsorben
Pada penentuan keasaman adsorben hasil sintesis digunakan larutan NaOH dan HCl yang telah distandarisasi. Berdasarkan proses standarisasi diperoleh hasil
konsentrasi larutan NaOH 0,1 M adalah 0,0958 M dan HCl 0,1 M adalah 0,0714 M. Penentuan jumlah NaOH yang bereaksi dengan adsorben hasil sintesis
dilakukan dengan menghitung selisih antara konsentrasi mmol NaOH awal dengan konsentrasi mmol NaOH sisa. Jumlah mmol NaOH yang bereaksi
berbanding lurus dengan jumlah asam dalam sampel. Keasaman adsorben ditentukan menggunakan rumus:
Keasaman mmolgram = =
1. Adsorben hasil sintesis ADHNO3 Keasaman mmolgram =
= =
= 5,600 mmolgram
Keasaman mmolgram = =
= = 5,7157 mmolgram
80 Rata-rata keasaman
= = 5,6578 mmolgram
2. Kiesel gel 60G buatan E-Merck Keasaman mmolgram
= =
= = 5,6859 mmolgram
Keasaman mmolgram =
= =
= 5,6859 mmolgram
Rata-rata keasaman = = 5,6859 mmolgram
81
Lampiran 5. Data Perhitungan Keasaman Adsorben
Jenis Silika Gel
Ulangan Berat
Silika Gel gram
Larutan NaOH 0,0958 M
Larutan HCl 0,0714 M NaOH
yang bereaksi
a-b Keasaman mmolgram
Volume mL
mmol a Volume
mL mmol b
Ulangan Rata-rata
Kiesel Gel 60
1 0,1087
15 1,437
11,6 0,8282
0,6088 5,600
5,6578 2
0,1140 15
1,437 11
0,7854 0,6516
5,7157 ADHNO3
1 0,1121
15 1,437
11,2 0,7996
0,6374 5,6859
5,6859 2
0,1154 15
1,437 11,2
0,7996 0,6374
5,6859
82
Lampiran 6. Penentuan Kadar Air Adsorben
Kadar air dalam adsorben hasil sintesis dihitung berdasarkan banyaknya air yang dilepaskan oleh adsorben saat pemanasan per gram adsorben. Kadar air dihitung
dengan rumus: Kadar air =
x 100 Keterangan:
Massa awal= berat adsorben sebelum pemanasan pada temperatur 600
o
C Massa akhir= berat adsorben setelah pemanasan pada temperatur 600
o
C 1. Kadar air pada adsorben hasil sintesis
Ulangan 1. Kadar air =
x 100 =
x 100 = 10
Ulangan 2. Kadar air =
x 100 =
x 100 = 8
2. Kadar air pada Kiesel gel 60G buatan E-Merck Ulangan 1.
Kadar air = x 100
= x 100
83 = 6
Ulangan 2. Kadar air =
x 100 =
x 100 = 4
Dengan mengasumsikan kandungan yang terdapat pada adsorben hanya H
2
O dan SiO
2
, maka rumus molekul adsorben SiO
2
.xH
2
O dapat ditentukan dengan rumus:
SiO
2
= 100 - H
2
O x
=
1. Adsorben hasil sintesis Kadar air =
= 9 SiO
2
= 100 - H
2
O = 100 - 9
= 91 x
= =
= 0,330
84 2. Adsorben Kiesel gel 60G
Kadar air = = 5
SiO
2
= 100 - H
2
O = 100 - 5
= 95 x
= =
= 0,176
85
Lampiran 7. Data Perhitungan Kadar Air Adsorben
Kode Sampel Ulangan Berat Krus
kosong gram
Berat Sampel
gram Berat krus +
sampel gram
Berat setelah oven 4 jam T
= 110 C
gram Berat setelah
Muffle 6 jam T = 600
C gram
Berat Air Kadar Air
ADHNO
3
1 35,197
0,05 35,247
35,237 35,232
0,005 10
2 35,009
0,05 35,059
35,053 35,049
0,004 8
AD Kiesel Gel
1 35,094
0,05 35,144
35,140 35,137
0,003 6
2 31,979
0,05 32,029
32,027 32,025
0,002 4
86
Lampiran 8. Pembuatan larutan induk NiII 1000 ppm dan larutan standar NiII berbagai konsentrasi
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan kurva standar dari larutan standar dengan variasi konsentrasi 0, 0,5, 1, 2, 3, dan 5 ppm. Sebelumnya dilakukan pembuatan
larutan induk NiII 1.000 ppm sebanyak 100 mL dari kristal NiNO
3 2
.2H
2
O. Massa kristal NiNO
3 2
.6H
2
O yang dibutuhkan adalah Massa NiNO
3 2
.6H
2
O = =
= 495,44 mg = 0,4954 g
Menimbang kristal NiNO
3 2
.6H
2
O sebanyak 0,4954 gram, dilarutkan dengan akuades sebanyak 25 mL, kemudian memasukkan larutan tersebut ke dalam labu
ukur 100 mL dan diencerkan hingga tanda batas. Membuat larutan standar dengan konsentrasi 0, 0,5, 1, 2, 3, dan 5 ppm sebanyak 100 mL dengan cara
mengencerkan larutan induk NiII 1000 ppm. Banyaknya larutan induk NiII yang diambil dihitung menggunakan rumus:
M
1
x V
1
= M
2
x V
2
Keterangan: M
1
= Konsentrasi larutan induk NiII V
1
= Volume larutan induk NiII M
2
= Konsentrasi larutan standar NiII V
2
= Volume larutan standar NiII
87
Lampiran 9. Pembuatan larutan induk ZnII 1000 ppm dan larutan standar ZnII berbagai konsentrasi
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan kurva standar dari larutan standar dengan variasi konsentrasi 0; 0,1; 0,2; 0,4; 0,8 dan 1,5 ppm. Sebelumnya dilakukan
pembuatan larutan induk ZnII 1.000 ppm sebanyak 100 mL dari kristal NiNO
3 2
.2H
2
O. Massa kristal ZnNO
3 2
.6H
2
O yang dibutuhkan adalah Massa ZnNO
3 2
.6H
2
O = =
= 454,879 mg = 0,4549 g
Menimbang kristal ZnNO
3 2
.6H
2
O sebanyak 0,4549 gram, dilarutkan dengan akuades sebanyak 25 mL, kemudian memasukkan larutan tersebut ke dalam labu
ukur 100 mL dan diencerkan hingga tanda batas. Membuat larutan standar dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,2; 0,4; 0,8 dan 1,5 ppm sebanyak 100 mL dengan cara
mengencerkan larutan induk ZnII 1000 ppm. Banyaknya larutan induk ZnII yang diambil dihitung menggunakan rumus:
M
1
x V
1
= M
2
x V
2
Keterangan: M
1
= Konsentrasi larutan induk NiII V
1
= Volume larutan induk NiII M
2
= Konsentrasi larutan standar NiII V
2
= Volume larutan standar NiII
88
Lampiran 10. Kondisi analisis ion logam dengan Spektrofotometer Serapan Atom
Kondisi optimum penentuan logam NiII dan ZnII dalam limbah elektroplating sebelum dan susudah adsorpsi menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom
ditunjukkan dalam Tabel
Tabel 14. Kondisi untuk analisis AAS logam Ni dan Zn No
Parameter Ni
Zn 1.
Panjang gelombang 232,10 nm
213,9 nm 2.
Tipe nyala AA udara -asetilen
AA udara -asetilen 3.
Sensitivitas 0,005 μgmL
0,009 μgmL 4.
Range kerja 3
– 12 μgmL 0,4
– 1,6 μgmL 5.
Batas Deteksi 0,008 μgmL
0,001 μgmL
89
Lampiran 11. Penentuan Persamaan Garis Regresi Linear larutan Standar NiII dan ZnII
A. Penentuan persamaan garis regresi linear larutan standar NiII