51
dan sikap kerjasama peserta didik. Perbandingan rerata penguasaan materi fisika akhir, pengetahuan prosedural, dan sikap kerjasama peserta didik yang mengikuti
pembelajaran dengan model direct instruction dan model konvensional disajikan pada tabel 14.
Tabel 14. Perbandingan Rerata Penguasaan Materi Fisika Akhir, Pengetahuan Prosedural Dan Sikap Kerjasama Peserta Didik
Variabel Model Pembelajaran
Konvensional Direct Instruction
Nilai Penguasaan Materi 51,28
75,21 Skor Pengetahuan Prosedural
1,31 1,77
Skor Sikap Kerjasama 1,94
2,78 Pada tabel 14 terlihat bahwa rerata penguasaan materi fisika akhir,
pengetahuan prosedural, dan sikap kerjasama peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model direct instruction lebih besar dari pada rerata
penguasaan materi fisika akhir, pengetahuan prosedural, dan sikap kerjasama peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Sehingga
dapat dikatakan bahwa model pembelajaran direct instruction lebih efektif dari pada model konvensional apabila ditinjau dari penguasaan materi, pengetahuan
prosedural, dan sikap kerjasama peserta didik.
C. Pembahasan
Hasil uji manova menunjukkan bahwa F
hitung
lebih besar dari F
tabel
, maka H ditolak, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada penguasaan materi
fisika akhir, pengetahuan prosedural, dan sikap kerjasama antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model direct instruction dan model konvensional.
52
Selain itu rerata nilai penguasaan materi fisika akhir, skor pengetahuan prosedural, dan skor sikap kerjasama peserta didik yang mengikuti pembelajaran model direct
instruction lebih besar daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran model konvensional. Hal ini berarti model pembelajaran direct instruction lebih efektif
dari pada model konvensional apabila ditinjau dari penguasaan materi, pengetahuan prosedural, dan sikap kerjasama peserta didik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Suprijono 2015:66 yang menyatakan bahwa pembelajaran langsung atau direct instruction memang
dirancang untuk pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif, serta berbagai keterampilan. Melaui penjelasan materi dari guru dan kemudian diikuti dengan
latihan. Pada model direct instruction, kesempatan peserta didik untuk berlatih lebih banyak dari pada model konvensional, yaitu melalui paraktik terbimbing,
praktik terstruktur dan praktik mandiri, sementara pada model konvensional hanya melalui praktik terbimbing dan tesrtruktur saja. Oleh karena itu penguasaan materi
dan pengtahuan proseduralnya lebih baik dari pada model konvensional. Kerja kelompok yang dilakukan pada tahap praktik terstruktur dan tahap
paraktik mandiri merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk melatih sikap kerjasamanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Huda 2015: 24-25 yang
menyatakan bahwa sikap kerjasama dalam pembelajaran dapat dikembangkan dengan belajar kelompok dalam suatu diskusi. Melalui tugas kelompok, peserta
didik sering kali berusaha untuk memberikan informasi, dorongan, atau anjuran pada teman sekelompok yang membutuhkan bantuan.
53
Berdasarkan pendapat Huda tersebut, maka dapat dikatakan bahwa apabila peserta didik lebih sering melakukan kerja kelompok, maka berarti kesempatan
untuk mengembangkan sikap kerjasama juga akan semakin besar, sehingga sikap kerjasama peserta didik juga akan lebih baik. Model pembelajaran direct
instruction memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kerja kelompok yang lebih banyak dari pada model konvensional, yaitu pada tahap
praktik terstruktur dan mandiri, sementara pada model hanya pada tahap praktik struktur. Hal inilah yang menyebabkan skor sikap kerjasama peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan model direct instruction lebih baik daripada sikap kerjasama peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
Pada umumnya, sintaks model direct instruction dan model konvensional hampir sama, yaitu peserta didik sama-sama mendapatkan informasi baru atau
materi baru dari guru serta melakukan latihan untuk menerapkan materi baru tersebut. Perbedaannya adalah terletak pada tahap latihan. Tahap latihan pada
model direct instruction terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap praktik terbimbing, praktik terstruktur, dan praktik mandiri. Sementara itu pada model konvensional,
tahap latihan hanya praktik terbimbing dan terstruktur saja. Konsekuensi dari perbedaan sintaks ini adalah perbedaan porsi waktu untuk menjelaskan materi dan
waktu untuk latihan. Pada model direct instruction yang telah dilaksanakan, waktu yang digunakan peserta didik untuk melakukan praktik terbimbing, praktik
terstruktur, dan praktik mandiri lebih banyak daripada waktu untuk melakukan penjelasan konsep. Sementara itu, pada model konvensional, sebagian besar waktu
digunakan untuk penjelasan materi dan sebagian kecil digunakan untuk latihan. Hal
54
inilah yang menyebabkan model direct instruction lebih efektif daripada model konvensional apabila ditinjau dari penguasaan materi, pengetahuan prosedural dan
sikap kerjasama peserta didik.
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. terdapat perbedaan yang signifikan pada penguasaan materi, pengetahuan prosedural, dan sikap kerjasama antara peserta didik SMA yang mengikuti
pembelajaran dengan model direct instruction dan model konvensional.
2.
pembelajaran model direct instruction lebih efektif daripada model konvensional apabila ditinjau dari penguasaan materi, pengetahuan prosedural,
dan sikap kerjasama peserta didik SMA.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang dialami selama penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jumlah observer pada penelitian ini kurang proporsional dengan jumlah
kelompok, yaitu empat observer dan delapan kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari empat orang. Dengan demikian, satu observer harus
mengamati dua kelompok delapan orang, akibatnya kemungkinan ada variabel dari salah satu peserta didik yang tidak teramati ketika observer sedang
mengamati peserta didik yang lain. Hal ini mengakibatkan hasil pengukuran kurang valid.