10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini penulis mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti
yang pernah penulis baca diantaranya: Penelitian yang dilakukan oleh Alexandro Salomon tahun 2010
dengan judul “Kekuatan Pembuktian
Visum et repertum
Pada Kasus Perkosaan Dalam Penjatuhan Putusan Pengadilan.” Dalam penelitian ini,
peneliti memfokuskan pada pembuktian delik perkosaan dan kekuatan pembuktian
visum et repertum
pada kasus tindak pidana perkosaan dalam hal penjatuhan putusan pengadilan.
Dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pembuktian suatu delik perkosaan harus dilakukan dengan bantuan ilmu kedokteran
forensik, yang akan membuktikan adanya unsur-unsur dari perkosaan sesuai dengan pasal 285 KUHP. Upaya kedokteran forensik dalam membantu
menjernihkan dan membuat “terang” suatu kasus perkosaan yaitu dengan membuat
visum et repertum
, sebagai hasil pemeriksaan. Kekuatan pembuktian suatu
visum et repertum
pada kasus perkosaan punya pengaruh besar dalam penjatuhan putusan pengadilan. Karena
visum et repertum
diperlukan sebagai bukti untuk membuktikan adanya perkosaan itu sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Michael Barama tahun 2011 dengan judul “Kedudukan
Visum et repertum
Dalam Hukum Pembuktian”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kedudukan
visum et repertum
dalam proses perkara pidana dan keterikatan
visum et repertum
dengan alat bukti surat dan keterangan ahli. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui
bahwa kedudukan
visum et repertum
dalam hukum pembuktian dalam proses acara pidana adalah termasuk sebagai alat bukti surat sebagaimana maksud
Pasal 184 ayat 1 huruf c jo Pasal 187 huruf c KUHAP dan keterangan ahli sesuai maksud Pasal 1 angka 28 KUHAP jo Stb 1937-350 jo Pasal 184 ayat 1
huruf b KUHAP. Penelitian yang dilakukan oleh Joko Prasetyo tahun 2011 dengan
judul “Peranan
Visum et repertum
Sebagai Alat Bukti Dalam Tindak Pidana Pembunuhan”. Hasil penelitian ini adalah peran
visum et repertum
untuk mengetahui keterlibatan terdakwa dalam tindak pidana pembunuhan yang
terjadi, untuk memberikan keterangan gambaran tentang penemuan luka- luka yang terdapat pada tubuh korban, baik luka luar maupun luka dalam dan
untuk menerangkan keadaan korban kaku mayatmati yang timbul akibat benda tajam dan benda tumpul.
Dari ketiga penelitian yang telah dipaparkan sekilas di atas, dapat diketahui persamaan dan perbedaannya dengan penelitian yang dimaksudkan
dalam skripsi ini. Persamaannya adalah sama-sama membahas tentang
visum et repertum
sebagai suatu pembuktian. Sedangkan letak perbedaannya adalah dalam hal fokus dan objek penelitian. Dalam penelitian ini, penulis
bermaksud untuk membahas tentang kekuatan pembuktian
visum et repertum
secara studi kasus putusan nomor: 87Pid.B2009PN.Pwt mengenai kekuatan pembuktian
visum et repertum
dalam tindak pidana perkosaan dan keterikatan hakim terhadap alat bukti
visum et repertum.
2.2 Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Perkosaan