2.1.5 Morfologi tumbuhan
Dari segi morfologinya, rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan, tanaman ini
mempunyai morfologi yang mirip, walapun sebenarnya berbeda. Bentuk-bentuk tersebut sebenarnya hanya talus Aslan, 1998; Winarno, 1990.
Ciri fisik Kappaphycus alvarezii ditandai oleh talus silindris dengan permukaan licin dan cartilogenous. Warna talus tidak selalu tetap, kadang-kadang
berwarna hijau, kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi karena pengaruh faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi
kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan.
Percabangan talus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus tonjolan-tonjolan dan duri untuk melindungi gametangia. Percabangan bersifat alternates
berseling, tidak teratur serta dapat bersifat dichotomus percabangan dua atau trichotomus system percabangan tiga
Anggadiredja, dkk.,2010;
Largo, et. al., 1995.
2.2 Kandungan kimia
Jenis rumput laut termasuk dalam kelas Rhodophyceae alga merah mengandung saponin, glikosida dan steroidtriterpenoid. Rumput laut ini juga
mengandung pigmen antara lain adalah klorofil a, klorofil d, α dan β karoten, lutein,
zeaxanthin, fikosianin dan fikoeritrin. Fikoeritrin merupakan pigmen yang dominan yang menyebabkan warna merah pada alga merah Dawes, 1981.
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstrak adalah sediaan
kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak
kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang digunakan air, etanol dan campuran air etanol Depkes, 1979.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dari simplisia nabati atau hewani dengan cara yang sesuai diluar pengaruh cahaya matahari
langsung Ditjen POM, 1979. 2.3.1 Metode ekstraksi
Menurut Ditjen POM 2000, ada beberapa metode ekstraksi:
1. Cara Dingin
a. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Maserasi kinetik di lakukan dengan pengadukan yang kontinu terus-menerus.
Remaserasi dilakukan dengan pengulangan penambahan pelarut setelah di lakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
b. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
sampai penyarian sempurna, umumnya di lakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, dan tahap
perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak yang terus menerus sampai ekstrak yang diinginkan habis tersari. Tahap pengembangan bahan dan maserasi
antara di lakukan dengan maserasi serbuk menggunakan cairan penyari sekurang- kurangnya 3 jam. hal ini penting terutama untuk serbuk yang keras dan bahan yang
mudah mengembang.
2. Cara Panas
a. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
b. Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang
lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu pada temperature 40-50 C.
d. Infudasi Infudasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
mendidih, temperatur terukur 96-98
o
C selama waktu tertentu 15-20 menit.
2.4 Sterilisasi