tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun- tahun, akan menyebabkan diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi
tetap. Hal ini berbahaya karena pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah
sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi ke jaringan otak tidak adekuat. Hal ini akan mengakibatkan iskemik serebral.
Sebaliknya, bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya, terjadi hiperemia, edema, dan
kemungkinan perdarahan pada otak Toole, 1990; dalam Hariyono, 2002.
Tekanan darah sistemik Pembuluh serebral akan
meningkatmenurun berkonstriksiberdilatasi
Pembuluh serebral tidak Diameter lumen pembuluh
dapat berdilatasi atau darah tersebut akan
berkonstriksi dengan leluasa menjadi tetap
Tekanan perfusi ke jaringan Iskemik Serebral
otak tidak adekuat
Tekanan perfusi dinding Hiperemia, edema,
kapiler menjadi tinggi perdarahan pada otak
Gambar 2.3. Peran tekanan darah dalam stroke.
2.3.6. Diagnosis Stroke
1. Anamnesis Pada anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah
badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat beromunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul sangat mendadak, dapat sewaktu bangun tidur, mau
sholat, selesai sholat, sedang bekerja atau sewaktu beristirahat Misbach, 2011.
Selain itu perlu ditanyakan pula faktor-faktor risiko yang menyertai stroke misalnya penyakit kencing manis, darah tinggi, dan lainnya, selanjutnya
ditanyakan pula riwayat keluarga dan penyakit lainnya Misbach, 2011.
2. Pemeriksaan Fisik Setelah penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi vital
seperti tekanan darah kiri dan kanan, nadi, pernafasan, tentukan juga tingkat kesadaran penderita. Jika kesadaran menurun, tentukan skor dengan skala koma
Glasgow agar pemantauan selanjutnya lebih mudah. Perhatikan pada pernapasan penderita untuk menentukan fungsi lesi di otak untuk dimonitor. Namun jika
penderita sadar, tentukan berat kerusakan neurologis yang terjadi, disertai pemeriksaan saraf-saraf di otak dan motorik apakah fungsi komunikasi baik atau
adakah disfasia Misbach, 2011. Pada penderita stroke hemoragik dengan perdarahan intraserebral
hipertensi hampir selalu dijumpai, sedangkan pada penderita stroke hemoragik dengan perdarahan subarakhnoid biasanya tidak dijumpai. Pada penderita stroke
iskemik hipertensi sering dijumpai Dewanto et al., 2009.
Tabel 2.3. Perbedaan stroke perdarahan dan iskemik Junaidi, 2011.
Gejala Tanda Stroke Perdarahan Stroke Iskemik Saat kejadian onset Sedang aktif Saat Istirahat
Peringatan TIA Tidak ada Ada Nyeri kepala Hebat Ringansangat ringan
Kejang Ada Tidak ada Muntah Ada Tidak ada
Penurunan kesadaran Sangat nyata Ringan sangat ringan Nadi bradikardia lambat ++ sejak awal +- hari ke-4
Edema papil mata + sering - Kaku kuduk + -
Kernig, Brudzinski ++ -
3. Pemeriksaan Penunjang CT Scan memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Muttaqin, 2008. Dengan pemeriksaan CT Scan otak, kita dapat memastikan
apakah strokenya berdarah atau iskemik. Hal ini sangat penting karena penanganannya berbeda Lumbantobing, 2007.
Pada penderita stroke hemoragik, hasil pemeriksaan CT Scan biasanya didapati massa intrakranial densitas bertambah lesi hiperdensi, sedangkan pada
penderita stroke iskemik didapati densitas berkurang lesi hipodensi Muttaqin, 2008.
Stroke merupakan gangguan pasokan darah di otak dan faktor yang banyak peranannya pada peredaran darah otak ialah jantung, pembuluh darah, dan
darah. Pada pemeriksaan penunjang hal ini diteliti. Dilakukan pemeriksaan jantung misalnya dengan alat elektrokardiogram, dan bila perlu, dengan alat
ekokardiogram. Kadang-kadang dibutuhkan pula pemeriksaan pembuluh darah, misalnya pemeriksaan arteriografi pembuluh darah otak, atau pemeriksaan
Doppler Lumbantobing, 2007. Keadaan darah harus diteliti, apakah ada kekentalan darah, jumlah sel
darah berlebihan, penggumpalan trombosit yang abnormal, mekanisme pembekuan darah yang terganggu. Juga harus ditelaah faktor risiko lain, seperti
kadar kolesterol yang tinggi di darah, kadar asam urat yang tinggi Lumbantobing, 2007.
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Stroke Fase Akut Tekanan Darah
Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian
3.2. Definisi Operasional
Penderita stroke fase akut adalah pasien yang didiagnosa stroke iskemik ataupun hemoragik oleh dokter berdasarkan CT Scan, dengan jangka waktu
antara awal mula serangan stroke berlangsung sampai satu minggu yang tercatat di rekam medis.
Tekanan darah adalah hasil pemeriksaan tekanan darah pasien pada saat masuk ke rumah sakit.
Cara pengukuran tekanan darah adalah dengan analisis data rekam medis dari pemeriksaan tekanan darah pada saat pertama kali pasien masuk ke rumah
sakit sewaktu di Instalasi Gawat Darurat. Alat ukur yang digunakan adalah data rekam medis yang menunjukkan
tekanan darah pada penderita stroke fase akut. Hasil pengukuran tekanan darah yang diperoleh dapat berupa rendah,
optimal, normal, high-normal, dan tinggi grade 1, grade 2, grade 3, isolated systolic dengan pengukuran berupa skala ordinal.