Analisis Rantai Pasokan terhadap Produktivitas di UKM Keramik Klampok Banjarnegara

(1)

ANALISIS RANTAI PASOKAN TERHADAP

PRODUKTIVITAS DI UKM KERAMIK KLAMPOK

BANJARNEGARA

Oleh

ANA OKTIYA

H24102024

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

UKM Keramik Klampok Banjarnegara. Di bawah bimbingan Heti Mulyati. Sektor industri merupakan salah satu penyangga dalam perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mempunyai peranan strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Peranan dan kontribusi UKM yang cukup besar, memberikan tanda bahwa UKM harus dapat ditingkatkan sehingga memiliki daya saing. Agar perusahaan unggul dalam bersaing, harus memiliki konsep ataupun misi dan strategi yang tepat. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah Manajemen Rantai Pasokan (MRP). Konsep tersebut mampu mengatur aliran barang atau produk dalam suatu rantai pasokan sehingga memiliki keunggulan bersaing.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis model rantai pasokan UKM Keramik Klampok, 2) Menganalisis hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok, 3) Memberikan solusi dengan pendekatan MRP pada UKM keramik Klampok.

Data yang diambil dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan kuesioner. Penelitian dilakukan di UKM keramik Klampok Banjarnegara yang berjumlah 20 UKM. Pengambilan responden menggunakan teknik judgement sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, regresi

stepwise, forward selection, backward elimination dan regresi logistik. Alat analisis yang digunakan adalah Microsoft Excel for Windows, SPSS 11.0 dan

Minitab 14.

Model rantai pasokan di UKM keramik Klampok terdiri dari beberapa anggota antara lain: pemasok, persediaan, UKM/produksi, pengepul barang ekspor, retailer dan konsumen. Hasil analisis hubungan MRP (pemasok, persediaan, produksi, distributor, retailer, kerjasama dan tenaga kerja) dengan produktivitas menunjukkan bahwa hanya satu variabel yang memiliki hubungan signifikan yaitu variabel kerjasama (p-value sebesar 0,122 < taraf nyata 0,2).

Solusi dalam penerapan manajemen rantai pasokan di UKM keramik Klampok adalah menjalin hubungan dengan pemasok bahan kimia melalui Sentra, penggunaan Sentra sebagai pusat pengolahan tanah liat untuk siap pakai dengan pemanfaatan teknologi, peningkatan koordinasi diantara pemasok dan perusahaan manufaktur.


(3)

ANALISIS RANTAI PASOKAN TERHADAP

PRODUKTIVITAS DI UKM KERAMIK KLAMPOK

BANJARNEGARA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ANA OKTIYA

H24102024

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(4)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS RANTAI PASOKAN TERHADAP

PRODUKTIVITAS DI UKM KERAMIK KLAMPOK

BANJARNEGARA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh ANA OKTIYA

H24102024

Menyetujui, Juni 2006

Heti Mulyati, S.TP, MT Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc Ketua Departemen


(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada 16 Oktober 1984 di Banjarnegara, Jawa Tengah. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, putri pasangan Bapak Bhudi Hartanto dan Ibu Turinah.

Penulis mulai mengenyam pendidikan pada tahun 1988 di bangku Taman Kanak-Kanak PGRI Medayu. Pada tahun 1990 penulis melanjutkan pendidikan ke SDN I Medayu dan lulus pada tahun 1996. Selanjutnya, penulis diterima sebagai siswa SLTPN I Wanadadi hingga lulus pada tahun 1999. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMUN I Banjarnegara selama tiga tahun dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjalani perkuliahan, penulis pernah mengikuti organisasi himpunan profesi Manajemen, Centre of Management

(COM@) sebagai staf Direktorat Keuangan pada tahun 2003-2004. Penulis juga aktif dalam organisasi Forum Mahasiswa Studi Islam (Formasi) FEM sebagai anggota Departemen Syiar pada tahun 2004-2005, serta terlibat dalam beberapa kepanitiaan kegiatan kampus.


(6)

iv

memberikan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Rantai Pasokan Terhadap Produktivitas di UKM Keramik Klampok Banjarnegara” ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi..

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah salah satu sektor industri yang cukup berkembang serta memiliki kontribusi yang signifikan dalam perekonomian Indonesia. Namun dalam perkembangannya banyak kendala yang dihadapi UKM, sehingga perlu adanya konsep atau strategi yang tepat agar unggul dalam bersaing. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah Manajemen Rantai Pasokan (MRP). Konsep tersebut merupakan kunci proses bisnis dalam melakukan integrasi dari pemasok sampai ke pelanggan akhir. Penerapan MRP di UKM diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan memiliki daya saing.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak, Ibu dan kakakku yang telah memberikan dukungan, kasih sayang, nasehat, doa dan pengorbanan demi tercapai kesuksesan.

2. Heti Mulyati, S.TP, MT. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan banyak memberikan arahan, bimbingan, motivasi, serta saran pada penulisan skripsi.

3. Ir. Pramono D Fewidarto, MS dan Dr.Ir. M. Syamsun, M.Sc sebagai penguji atas masukan dan saran yang diberikan.

4. Bapak Budi Purnama dan seluruh pengusaha keramik yang telah membantu dalam melakukan penelitian di Klampok.

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB

6. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banjarnegara yang telah membantu dalam penelitian ini

7. Sahabatku (Ajeng, Sri.S, Bima. R, Ari.P, Widi, Retno), yang telah banyak membantu dan memberi dukungan. Puryani, Idath, puji Rahma atas


(7)

v

bantuannya dalam meyusun skripsi. Seluruh teman Liqo, atas ukhuwah atas telah terjalin selama ini.

8. Rekan-rekan di Departemen Manajemen angkatan 39 yang memberikan warna baru dalam kehidupanku.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Juni 2006


(8)

vi ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

I. PENDAHULUAN ...1

1.1.Latar Belakang ...1

1.2.Rumusan Masalah ...4

1.3.Tujuan Penelitian ...4

1.4.Manfaat Penelitian ...4

II. TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1.Manajemen Rantai Pasokan ...5

2.1.1. Definisi Manajemen Rantai Pasokan ...5

2.1.2. Identifikasi Anggota Rantai pasokan ...7

2.1.3. Strategi Manajemen Rantai Pasokan ...8

2.1.4. Perencanaan Manajemen Rantai Pasokan...11

2.1.5. Mengelola Rantai Pasokan...13

2.1.6. Permasalahan dalam Rantai Pasokan yang Terintegrasi...14

2.2.Produktivitas ...14

2.3.Faktor-Faktor Produktivitas ...15

2.4.Usaha Kecil dan Menengah ...17

2.5.Penelitian Terdahulu. III. METODOLOGI PENELITIAN ...21

3.1.Kerangka Pemikiran...22

3.2.Tahapan Penelitian...23

3.3.Pengumpulan Data ...24

3.4.Populasi dan Contoh ...27

3.5.Pengolahan Data ...28

3.5.1. Uji Kuesioner ...28

3.5.2. Regresi Stepwise...29

3.5.2. Regresi Logistik ...29

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ...30

4.1.Gambaran Umum UKM Keramik Klampok...30

4.2.Rantai pasokan ...33

4.2.1. Pemasok ...34

4.2.2. Produksi ...36

4.2.3. Retailer...49


(9)

vii

4.2.5. Konsumen ...50

4.2.6. Kerjasama ...51

4.2.7. Sumber Daya Manusia...52

4.3.Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas...53

4.4.Tanggapan Responden terhadap Pernyataan-Pernyataan dalam Kuesioner ...53

4.2.1. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai produktivitas ... 54

4.2.2. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai pemasok ... 55

4.2.3. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai persediaan ... 56

4.2.4. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai produksi ... 57

4.2.5. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai distributor ... 58

4.2.6. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai konsumen... 60

4.2.7. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai kerjasama ... 61

4.2.8. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai tenaga kerja... 62

4.3. Analisis Hubungan MRP terhadap Produktivitas ...63

4.4. Solusi yang Dapat Diterapkan dengan Pendekatan MRP ...66

KESIMPULAN DAN SARAN ...68

1. Kesimpulan ...68

2. Saran ...68


(10)

viii

No Halaman

1. Kebutuhan, jenis, metode, sumber data ... 25

2. Indikator dari setiap variabel dalam kuesioner... 27

3. Nama perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan omzet per bulan dari inti sentra kerajinan keramik Klampok... 32

4. Diagram proses pembuatan keramik terracota... 40

5. Diagram proses pembuatan keramik cat... 44

6. Diagram proses pembuatan keramik glazuur... 46

7. Hasil nilai alpha... 53

8. Faktor-faktor penentu produktivitas ... 54

9. Pentingnya pemasok dalam peningkatan produktivitas... 55

10. Pentingnya persediaan dalam peningkatan produktivitas... 56

11. Pentingnya kegiatan produksi dalam peningkatan produktivitas ... 58

12. Pentingnya distributor dalam peningkatan produktivitas ... 59

13. Pentingnya konsumen dalam peningkatan produktivitas ... 60

14. Pentingnya kerjasama dalam peningkatan produktivitas... 61


(11)

ANALISIS RANTAI PASOKAN TERHADAP

PRODUKTIVITAS DI UKM KERAMIK KLAMPOK

BANJARNEGARA

Oleh

ANA OKTIYA

H24102024

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

UKM Keramik Klampok Banjarnegara. Di bawah bimbingan Heti Mulyati. Sektor industri merupakan salah satu penyangga dalam perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mempunyai peranan strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Peranan dan kontribusi UKM yang cukup besar, memberikan tanda bahwa UKM harus dapat ditingkatkan sehingga memiliki daya saing. Agar perusahaan unggul dalam bersaing, harus memiliki konsep ataupun misi dan strategi yang tepat. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah Manajemen Rantai Pasokan (MRP). Konsep tersebut mampu mengatur aliran barang atau produk dalam suatu rantai pasokan sehingga memiliki keunggulan bersaing.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis model rantai pasokan UKM Keramik Klampok, 2) Menganalisis hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok, 3) Memberikan solusi dengan pendekatan MRP pada UKM keramik Klampok.

Data yang diambil dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan kuesioner. Penelitian dilakukan di UKM keramik Klampok Banjarnegara yang berjumlah 20 UKM. Pengambilan responden menggunakan teknik judgement sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, regresi

stepwise, forward selection, backward elimination dan regresi logistik. Alat analisis yang digunakan adalah Microsoft Excel for Windows, SPSS 11.0 dan

Minitab 14.

Model rantai pasokan di UKM keramik Klampok terdiri dari beberapa anggota antara lain: pemasok, persediaan, UKM/produksi, pengepul barang ekspor, retailer dan konsumen. Hasil analisis hubungan MRP (pemasok, persediaan, produksi, distributor, retailer, kerjasama dan tenaga kerja) dengan produktivitas menunjukkan bahwa hanya satu variabel yang memiliki hubungan signifikan yaitu variabel kerjasama (p-value sebesar 0,122 < taraf nyata 0,2).

Solusi dalam penerapan manajemen rantai pasokan di UKM keramik Klampok adalah menjalin hubungan dengan pemasok bahan kimia melalui Sentra, penggunaan Sentra sebagai pusat pengolahan tanah liat untuk siap pakai dengan pemanfaatan teknologi, peningkatan koordinasi diantara pemasok dan perusahaan manufaktur.


(13)

ANALISIS RANTAI PASOKAN TERHADAP

PRODUKTIVITAS DI UKM KERAMIK KLAMPOK

BANJARNEGARA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ANA OKTIYA

H24102024

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(14)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS RANTAI PASOKAN TERHADAP

PRODUKTIVITAS DI UKM KERAMIK KLAMPOK

BANJARNEGARA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh ANA OKTIYA

H24102024

Menyetujui, Juni 2006

Heti Mulyati, S.TP, MT Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc Ketua Departemen


(15)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada 16 Oktober 1984 di Banjarnegara, Jawa Tengah. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, putri pasangan Bapak Bhudi Hartanto dan Ibu Turinah.

Penulis mulai mengenyam pendidikan pada tahun 1988 di bangku Taman Kanak-Kanak PGRI Medayu. Pada tahun 1990 penulis melanjutkan pendidikan ke SDN I Medayu dan lulus pada tahun 1996. Selanjutnya, penulis diterima sebagai siswa SLTPN I Wanadadi hingga lulus pada tahun 1999. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMUN I Banjarnegara selama tiga tahun dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjalani perkuliahan, penulis pernah mengikuti organisasi himpunan profesi Manajemen, Centre of Management

(COM@) sebagai staf Direktorat Keuangan pada tahun 2003-2004. Penulis juga aktif dalam organisasi Forum Mahasiswa Studi Islam (Formasi) FEM sebagai anggota Departemen Syiar pada tahun 2004-2005, serta terlibat dalam beberapa kepanitiaan kegiatan kampus.


(16)

iv

memberikan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Rantai Pasokan Terhadap Produktivitas di UKM Keramik Klampok Banjarnegara” ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi..

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah salah satu sektor industri yang cukup berkembang serta memiliki kontribusi yang signifikan dalam perekonomian Indonesia. Namun dalam perkembangannya banyak kendala yang dihadapi UKM, sehingga perlu adanya konsep atau strategi yang tepat agar unggul dalam bersaing. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah Manajemen Rantai Pasokan (MRP). Konsep tersebut merupakan kunci proses bisnis dalam melakukan integrasi dari pemasok sampai ke pelanggan akhir. Penerapan MRP di UKM diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan memiliki daya saing.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak, Ibu dan kakakku yang telah memberikan dukungan, kasih sayang, nasehat, doa dan pengorbanan demi tercapai kesuksesan.

2. Heti Mulyati, S.TP, MT. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan banyak memberikan arahan, bimbingan, motivasi, serta saran pada penulisan skripsi.

3. Ir. Pramono D Fewidarto, MS dan Dr.Ir. M. Syamsun, M.Sc sebagai penguji atas masukan dan saran yang diberikan.

4. Bapak Budi Purnama dan seluruh pengusaha keramik yang telah membantu dalam melakukan penelitian di Klampok.

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB

6. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banjarnegara yang telah membantu dalam penelitian ini

7. Sahabatku (Ajeng, Sri.S, Bima. R, Ari.P, Widi, Retno), yang telah banyak membantu dan memberi dukungan. Puryani, Idath, puji Rahma atas


(17)

v

bantuannya dalam meyusun skripsi. Seluruh teman Liqo, atas ukhuwah atas telah terjalin selama ini.

8. Rekan-rekan di Departemen Manajemen angkatan 39 yang memberikan warna baru dalam kehidupanku.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Juni 2006


(18)

vi ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

I. PENDAHULUAN ...1

1.1.Latar Belakang ...1

1.2.Rumusan Masalah ...4

1.3.Tujuan Penelitian ...4

1.4.Manfaat Penelitian ...4

II. TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1.Manajemen Rantai Pasokan ...5

2.1.1. Definisi Manajemen Rantai Pasokan ...5

2.1.2. Identifikasi Anggota Rantai pasokan ...7

2.1.3. Strategi Manajemen Rantai Pasokan ...8

2.1.4. Perencanaan Manajemen Rantai Pasokan...11

2.1.5. Mengelola Rantai Pasokan...13

2.1.6. Permasalahan dalam Rantai Pasokan yang Terintegrasi...14

2.2.Produktivitas ...14

2.3.Faktor-Faktor Produktivitas ...15

2.4.Usaha Kecil dan Menengah ...17

2.5.Penelitian Terdahulu. III. METODOLOGI PENELITIAN ...21

3.1.Kerangka Pemikiran...22

3.2.Tahapan Penelitian...23

3.3.Pengumpulan Data ...24

3.4.Populasi dan Contoh ...27

3.5.Pengolahan Data ...28

3.5.1. Uji Kuesioner ...28

3.5.2. Regresi Stepwise...29

3.5.2. Regresi Logistik ...29

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ...30

4.1.Gambaran Umum UKM Keramik Klampok...30

4.2.Rantai pasokan ...33

4.2.1. Pemasok ...34

4.2.2. Produksi ...36

4.2.3. Retailer...49


(19)

vii

4.2.5. Konsumen ...50

4.2.6. Kerjasama ...51

4.2.7. Sumber Daya Manusia...52

4.3.Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas...53

4.4.Tanggapan Responden terhadap Pernyataan-Pernyataan dalam Kuesioner ...53

4.2.1. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai produktivitas ... 54

4.2.2. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai pemasok ... 55

4.2.3. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai persediaan ... 56

4.2.4. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai produksi ... 57

4.2.5. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai distributor ... 58

4.2.6. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai konsumen... 60

4.2.7. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai kerjasama ... 61

4.2.8. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai tenaga kerja... 62

4.3. Analisis Hubungan MRP terhadap Produktivitas ...63

4.4. Solusi yang Dapat Diterapkan dengan Pendekatan MRP ...66

KESIMPULAN DAN SARAN ...68

1. Kesimpulan ...68

2. Saran ...68


(20)

viii

No Halaman

1. Kebutuhan, jenis, metode, sumber data ... 25

2. Indikator dari setiap variabel dalam kuesioner... 27

3. Nama perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan omzet per bulan dari inti sentra kerajinan keramik Klampok... 32

4. Diagram proses pembuatan keramik terracota... 40

5. Diagram proses pembuatan keramik cat... 44

6. Diagram proses pembuatan keramik glazuur... 46

7. Hasil nilai alpha... 53

8. Faktor-faktor penentu produktivitas ... 54

9. Pentingnya pemasok dalam peningkatan produktivitas... 55

10. Pentingnya persediaan dalam peningkatan produktivitas... 56

11. Pentingnya kegiatan produksi dalam peningkatan produktivitas ... 58

12. Pentingnya distributor dalam peningkatan produktivitas ... 59

13. Pentingnya konsumen dalam peningkatan produktivitas ... 60

14. Pentingnya kerjasama dalam peningkatan produktivitas... 61


(21)

ix

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Rantai pasokan (Siagian, 2005) ... 8

2 Tahapan rantai Pasokan (Chopra dan Meindl, 2004) ... 8

3 Aliran produk dari pemasok ke tangan konsumen akhir (Siagian,2005) ... 10

4 Strategi drop ship (Siagian, 2005)... 10

5 Kerangka pemikiran ... 22

6 Tahapan penelitian... 23


(22)

x

No Halaman 1. Penelitian terdahulu...71

2. Peta potensi Produk Unggulan daerah Kabupaten Banjarnegara...73 3. Kuesioner untuk Identifikasi Rantai Pasokan ...74 4. Kuesioner untuk menilai hubungan manajemen rantai pasokan

dengan produktivitas ...82 5. Tabel uji validitas dengan korelasi product moment...87 6. Hasil uji reliabilitas dengan rumus alpha...88 7. Data responden...90 8. Hasil pengolahan dengan Regresi Stepwise...91 9. Hasil pengolahan dengan backward elimination...93 10. Hasil Perhitungan Ordinal Logistic Regression dengan Minitab 14...97


(23)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sektor industri merupakan salah satu penyangga dalam perekonomian Indonesia. Perekonomian akan berkembang jika usaha-usaha yang dijalankan oleh sektor industri tumbuh dan berkembang secara pesat, sehingga menghasilkan keuntungan yang cukup besar. Salah satu sub sektor industri yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM). UKM mempunyai peranan yang strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik.

Dilihat dari aspek ekonomi, UKM berfungsi sebagai penyedia barang dan jasa bagi konsumen dan memberikan kontribusi besar terhadap devisa negara. Produk-produk manufaktur maupun barang kerajinan UKM memberikan kontribusi yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan dari aspek sosial dan politis, sektor UKM memiliki fungsi yang sangat penting dalam hal penyerapan tenaga kerja, upaya pengentasan kemiskinan, dan sarana untuk membangkitkan ekonomi kerakyatan.

Di Indonesia, UKM cukup berkembang dan memberikan kontribusi yang sangat tinggi dalam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu jumlah pelaku UKM yang semakin bertambah, penyerapan tenaga kerja, sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan peningkatan ekspor non migas. Pada tahun 2004 jumlah pelaku UKM sebesar 43.221.829, meningkat 1,61 persen dari tahun 2003 yang hanya sebesar 42.535.336 (BPS, 2005).

Pertambahan jumlah pelaku UKM ini memberikan pengaruh positif terhadap angkatan kerja. Menurut BPS (2005), jumlah angkatan kerja pada Oktober 2005 diperkirakan mencapai 106,9 juta orang bertambah 1,1 juta orang dibanding Februari 2005 (105,8 juta orang) atau bertambah 2,9 juta orang dibanding Agustus 2004 (93,7 juta orang). Selain itu, UKM juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini dibuktikan dengan jumlah tenaga kerja di sektor UKM pada tahun


(24)

2003 tercatat 79,0 juta pekerja atau meningkat 8,6 juta pekerja dibanding tahun 2000 dengan 70,4 juta pekerja. Selama periode 2000-2003 meningkat sebesar 12,2 persen atau rata-rata 4,1 persen per tahun (BPS, 2004).

Sumbangan yang diberikan UKM terhadap PDB menurut BPS (2005), pada tahun 2004 sebesar Rp.1.135.864.343 naik 11,69 persen dari tahun 2003 yang baru mencapai Rp. 1.017.004.948. Selain itu UKM juga berperan dalam ekspor non migas yang tercatat 19,9 persen di tahun 2003, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sumbangannya di tahun 2000 yaitu 19,4 persen (BPS, 2004).

Peranan dan kontribusi UKM yang sangat besar tersebut, memberikan tanda bahwa UKM harus dapat ditingkatkan lebih baik lagi. UKM akan mampu bertahan dan bersaing apabila mampu menerapkan pengelolaan manajemen secara baik. Pengelolaan manajemen secara umum mencakup bidang pemasaran, pengendalian produksi, Sumber Daya Manusia (SDM), dan keuangan.

Sebagian besar perusahaan melakukan kegiatan produksi dan operasinya hanya sampai membuat produk saja, termasuk perusahaan berskala kecil dan menengah. Padahal seharusnya kegiatan perusahaan mencakup rangkaian proses yang terintegrasi dari hulu sampai hilir melalui aspek keterkaitan. Hal tersebut dimulai dari perencanaan produk, peramalan kebutuhan, pengadaan bahan baku, produksi, pengendalian persediaan, penyimpanan, distribusi/transportasi ke pusat distributor, gudang, pedagang kecil, retailer, pelayanan pada pelanggan proses pembayaran, dan sampai pada konsumen akhir.

Serangkaian proses tersebut lebih terkait dengan aktivitas pada satu perusahaan. Namun demikian, dalam melakukan rangkaian proses tersebut, dibutuhkan hubungan dengan perusahaan lain. Hubungan yang dilakukan dengan perusahaan lain, seringkali menimbulkan suatu permasalahan. Masalah yang muncul karena adanya penyekatan dalam rantai pasokan. Selama ini, kegiatan perencanaan produksi, distribusi, transportasi dilihat sebagai aktivitas yang terpisah satu sama lain.


(25)

3

Pada saat konsumen menuntut penyediaan produk secara tepat waktu dan mampu memuaskan kebutuhannya. Hal ini mendorong perusahaan untuk lebih antisipasif terhadap kebutuhan konsumen. Salah satu solusi yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah Manajemen Rantai pasokan (MRP).

Keunggulan MRP adalah mampu mengatur aliran barang atau produk dalam suatu rantai pasokan. MRP mampu mengaplikasikan suatu jaringan kegiatan produksi dan distribusi dari suatu perusahaan untuk memenuhi tuntutan konsumen secara bersama. Tujuan utama dari MRP adalah penyerahan pengiriman produk tepat waktu untuk memuaskan konsumen, mengurangi biaya, meningkatkan hasil dari seluruh rantai pasokan, mengurangi waktu, memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi.

UKM keramik di Kecamatan Purworejo-Klampok Banjarnegara adalah salah satu UKM yang cukup berkembang dan menjadi salah satu produk unggulan di Kabupaten Banjarnegara. Sebelum mengalami krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada Juli 1997, industri ini mampu melakukan ekspor ke negara Australia (umumnya guci), Malaysia dan Singapura (suvenir kecil), Timur Tengah (vas bunga kecil), Jepang, dan bahkan ke negara-negara Eropa. Tapi akibat krisis tersebut industri keramik mengalami kemerosotan, karena tidak mampu menanggung biaya produsi terutama bahan baku produksi yang harganya mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Sehingga industri ini tidak sanggup memenuhi pesanan pembeli luar negeri.

Pemenuhan kebutuhan konsumen berhubungan dengan aliran rantai pasokan barang di UKM. Pengaturan aliran rantai pasokan barang tidak hanya dilakukan dalam satu UKM, tetapi diperlukan adanya hubungan kerjasama dengan perusahaan lain. Untuk itu, pengaturan aliran rantai pasokan yang baik akan mendorong peningkatan produktivitas di setiap anggota rantai pasokan. Selama ini, para pelaku UKM hanya fokus kepada aspek produksinya saja tanpa memperhatikan hubungan dalam rantai pasokan. Oleh karena itu, penelitian mengenai MRP di UKM keramik Klampok perlu dilakukan untuk melihat penerapan MRP di UKM dan seberapa besar pengaruhnya terhadap produktivitas.


(26)

1.2.Rumusan Masalah

Hal-hal yang menjadi rumusan masalah berkaitan dengan rantai pasokan yang dilakukan oleh UKM antara lain:

1. Bagaimana model rantai pasokan di UKM keramik Klampok Banjarnegara ?

2. Bagaimana hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok ?

3. Bentuk solusi yang dapat diterapkan dengan pendekatan MRP di UKM keramik Klampok?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah:

1. Menganalisis model rantai pasokan UKM Keramik Klampok.

2. Menganalisis hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok.

3. Memberikan solusi dengan pendekatan MRP pada UKM keramik Klampok.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Usaha Kecil dan Menengah

Mengetahui solusi dalam menerapkan MRP sehingga mencapai efisiensi biaya agar mampu bertahan dan bersaing di pasar.

2. Pemerintah Daerah

Meningkatkan kinerja UKM sehingga mampu menambah pendapatan daerah dan membangun citra daerah melalui UKM ini.

3. Penelitian Penulis

Peneliti mengetahui model rantai pasokan di UKM dan menemukan solusi dalam penerapan MRP di UKM.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Rantai Pasokan

2.1.1.Definisi Manajemen Rantai Pasokan

Heizer dan Render (2004) mendefinisikan MRP sebagai pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan

outsourcing, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dan distributor. Russel dan Taylor (2004) menambahkan bahwa MRP mengatur aliran informasi yang diteruskan ke rantai pasokan di dalam pemesanan untuk mencapai tingkat sinkronisasi dalam memenuhi kebutuhan konsumen dengan menurunkan biaya.

Chopra dan Meindl (2004) menyatakan bahwa rantai pasokan melibatkan seluruh bagian, baik secara langsung atau tidak langsung, untuk memenuhi permintaan konsumen. Rantai pasokan tidak hanya berkaitan dengan manufaktur dan pemasok, tetapi juga melibatkan transportasi, gudang, retailer, dan pelanggan itu sendiri. Tujuan dari rantai pasokan adalah memaksimalkan keseluruhan nilai. Keseluruhan nilai rantai pasokan merupakan perbedaan diantara nilai dari produk akhir terhadap pelanggan dan upaya rantai pasokan di dalam memenuhi permintaan pelanggan.

Mentzer (2004) menambahkan bahwa MRP adalah strategi manajemen dari seluruh fungsi bisnis yang meliputi beberapa aliran, hulu atau hilir, untuk beberapa aspek pada sistem rantai pasokan. MRP meliputi seluruh fungsi bisnis yang dikoordinasikan di dalam perusahaan dan perusahaan lain yang terdapat pada rantai pasokan. Ballou (2004) menambahkan bahwa rantai pasokan adalah sekumpulan aktivitas (transportasi, pengendalian persediaan, dan sebagainya) yang membutuhkan waktu di sepanjang jaringan untuk mengubah bahan baku menjadi produk akhir dan memiliki nilai tambah bagi konsumen. Rantai pasokan adalah tentang membuat nilai, nilai untuk pelanggan


(28)

dan pemasok didalam perusahaan, dan nilai untuk stakeholders di perusahaan.

Watanabe (2001) menyatakan bahwa MRP adalah konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai pasokan melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan. Zabidi (2001) menambahkan bahwa MRP adalah modifikasi praktek tradisional dari manajemen logistik yang bersifat adversial ke arah koordinasi dan kemitraan antar pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan aliran informasi dan produk tersebut. Ross dalam Miranda dan Tunggal (2005) menyebutkan bahwa MRP adalah filosofi manajemen yang secara terus-menerus mencari sumber-sumber fungsi bisnis yang kompeten untuk digabungkan baik dalam perusahaan maupun luar perusahaan.

Simchi-Levi et al. dalam Miranda dan Tunggal (2005) mendefinisikan MRP sebagai serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasi pemasok, pengusaha, gudang (warehouse) dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat dan waktu tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan.

Miranda dan Tunggal (2005) menyebutkan elemen-elemen dalam MRP adalah:

1. Struktur jaringan rantai pasokan

Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan rantai pasokan lainnya.

2. Proses bisnis rantai pasokan

Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan.

3. Komponen MRP

Variabel-variabel pembelian dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang rantai pasokan


(29)

7

Siagian (2005) menyatakan ruang lingkup MRP meliputi:

1. Rantai pasokan mencakup seluruh kegiatan arus dan transformasi barang mulai dari bahan mentah, sampai penyaluran ke tangan konsumen termasuk aliran informasinya. Bahan baku dan aliran informasi adalah rangkaian dari rantai pasokan.

2. Rantai pasokan sebagai suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi.

2.1.2.Identifikasi Anggota Rantai Pasokan

Menurut Miranda dan Tunggal (2005), anggota rantai pasokan meliputi semua perusahaan dan organisasi yang berhubungan dengan perusahaan inti baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pemasok atau pelanggannya dari point of origin hingga point of consumption, yaitu terdiri dari :

a. Anggota primer adalah semua perusahaan/unit bisnis strategik yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi pelanggan atau konsumen.

b. Anggota sekunder adalah perusahaan-perusahaan yang menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi anggota primer di rantai pasokan.

Siagian (2005) menyatakan bahwa MRP berkaitan langsung dengan siklus bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang, dan distribusi kemudian sampai ke konsumen. Perusahaan meningkatkan kemampuan bersaing melalui penyesuaian produk, kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan kecepatan meraih pasar dengan penekanan pada rantai pasokan. Rantai pasokan mencakup keseluruhan interaksi antara pemasok, perusahaan manufaktur, distributor dan konsumen. Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi, informasi, penjadwalan, transfer kredit maupun tunai, serta transfer bahan baku antara pihak-pihak yang terlibat. Rantai pasokan menurut Siagian (2005) digambarkan pada Gambar 1.


(30)

Gambar 1. Rantai pasokan (Siagian, 2005)

Menurut Chopra dan Meindl (2004), tahapan dalam rantai pasokan ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Tahapan rantai pasokan (Chopra dan Meindl, 2004) 2.1.3. Strategi Manajemen Rantai Pasokan

Menurut Sisilian dan Satir dalam Siagian (2005), unsur-unsur pembuat strategi MRP terdiri dari: 1) Faktor Primer, yaitu keunggulan bersaing, fleksibilitas permintaan dan 2) Faktor Sekunder, yaitu kapabilitas proses, batas waktu proses, dan risiko strategi.

1. Faktor Primer

a. Keunggulan bersaing

Porter dalam Miranda (2005) menyatakan secara umum keunggulan bersaing dapat diperoleh melalui diferensiasi produk, kepeloporan biaya (berusaha meminimalisasi biaya

- Informasi penjadwalan - Arus kas

- Arus pesanan

Pemasok Persediaan Perusahaan Distribusi Konsumen

- Arus kredit - Arus bahan baku

Supplier

Customer Manufakturer Distributor Retailer

Manufakturer Distributor Retailer Customer

Customer Retailer

Distributor

Manufakturer

Supplier


(31)

9

tanpa mengurangi nilai dan kualitas produk), respon yang cepat dimana ditandai dengan sifat fleksibel, reliabel, cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan.

b. Fleksibilitas permintaan

Menurut Slack dalam Miranda (2005), fleksibilitas permintaan dipengaruhi oleh produk itu sendiri, campuran produk, volume, dan tipe pengantaran.

2. Faktor Sekunder a. Kapabilitas proses

Berkaitan dengan sejauh mana perusahaan dapat menjalankan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan.

b. Kematangan proses

Berkaitan dengan tingkat kinerja proses, bagaimana proses ini dapat tanggap dan memenuhi tawaran pasar.

c. Risiko strategi

Risiko strategi mencakup penyebaran risiko, yaitu risiko yang diterima perusahaan akibat adanya kebocoran informasi tentang produk dan layanannya, baik itu yang diterima atau diberikan pemasok, sehingga pesaing dapat mengetahui strategi-strategi perusahaan.

Proses strategi MRP memiliki tiga tujuan, yaitu :

1. Menurunkan biaya, strategi MRP yang diberikan harus dapat meminimalkan biaya logistik yang terjadi.

2. Menurunkan modal, strategi yang ditujukan untuk meminimalisasi tingkat investasi di dalam strategi logistik.

3. Meningkatkan pelayanan, pelayanan harus selalu diperbaiki.

Menurut Siagian (2005), beberapa strategi yang digunakan dalam MRP:

a. Postponement yaitu strategi untuk menunda modifikasi atau penyesuaian terhadap produk selama mungkin. Bantuan rancangan dan bantuan pemasok dapat mempertahankan karakteristik generic


(32)

Postponement dapat dilakukan berkaitan dengan teknologi dan karakteristik proses, karakteristik produk dan karakteristik pasar. b. Drop ship merupakan strategi yang sering digunakan distributor.

Pada awalnya tahapan produk dari pemasok untuk sampai ke tangan konsumen cukup panjang, seperti yang digambarkan pada Gambar 3. Akan tetapi pada strategi drop ship, pemasok akan langsung mengirimkan ke konsumen pemakai dan bukan kepada penjual agar menghemat waktu dan biaya pengangkutan ulang seperti yang terlihat di Gambar 4. Hal lain yang dapat menghemat biaya mencakup penggunaan kemasan khusus, label khusus, dan lokasi tertentu dari label atau kode barang (barcode).

Gambar 3. Aliran produk dari pemasok ke tangan konsumen akhir (Siagian,2005)

Gambar 4. Strategi drop ship (Siagian, 2005)

c. Pembentukan lini kredit bagi pemasok.

d. Penurunan float bank ketika uangnya sedang dalam transit.

e. Pengkoordinasian produksi dan jadwal pengiriman dengan pemasok dan distributor.

f. Pemanfaatan yang optimal atas ruangan di gudang penyimpanan. Kunci MRP yang efektif adalah penyeimbangan arus produksi dengan permintaan konsumen yang selalu berubah-ubah. Strategi MRP yang sudah dijalankan dapat dilihat kinerjanya melalui cash flow,

saving, dan Return On Investment (ROI)

Menurut Heizer dan Render (2004), perusahaan harus memutuskan suatu strategi rantai pasokan dalam rangka memperoleh barang dan jasa dari luar. Salah satu strategi adalah pendekatan

Pemasok Manufaktur Distributor Retailer konsumen

Manajamen Rantai Pasokan


(33)

11

bernegosiasi dengan banyak pemasok dan mengadu satu pemasok terhadap pemasok yang lain. Strategi kedua adalah untuk mengembangkan hubungan kemitraan jangka panjang, dengan sedikit pemasok untuk memuaskan pelanggan. Strategi ketiga adalah integrasi vertikal, dimana perusahaan dapat memutuskan untuk menggunakan integrasi balik vertikal dengan benar-benar membeli pemasok tersebut. Variasi keempat adalah kombinasi sedikit pemasok dengan integrasi vertikal, yang dikenal sebagai keiretsu. Dalam keiretsu, pemasok menjadi bagian dalam kesatuan perusahaan. Strategi kelima adalah mengembangkan perusahaan virtual yang menggunakan para pemasok sesuai dengan kebutuhan.

2.1.4.Perencanaan Manajemen Rantai Pasokan

Siagian (2005), menyatakan bahwa perencanaan manajemen rantai pasokan terdiri dari enam topik, yaitu tingkatan perencanaan, luasnya daerah perencanaan, tujuan pelayanan konsumen, strategi fasilitas lokasi, keputusan persediaan dan strategi transportasi.

a. Tingkatan Perencanaan

Perencanaan MRP bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang

what (apa), when (kapan), how (bagaimana). Hal tersebut berlangsung pada tiga tingkatan, yaitu strategis, taktikal, dan operasional. Perbedaan utama antara tingkatan tersebut ditentukan oleh waktu untuk perencanaan. Perencanaan strategis digolongkan sebagai rencana jangka panjang logistik, dimana waktu yang dibutuhkan lebih dari satu tahun. Perencanaan ini biasanya berhubungan dengan kebijakan-kebijakan perusahaan dalam menjalankan perusahaan. Perencanaan taktis merupakan perencanaan logistik jangka menengah, biasanya berlaku pada jangka menengah yang tidak terlalu lama, kurang dari satu tahun.

Perencanaan operasional berorientasi pada kegiatan operasional logistik sehari-hari, sehingga jangka waktunya sangat pendek bahkan bisa direncanakan secara harian atau jam.


(34)

b. Luasnya Daerah Perencanaan

Kegiatan logistik menyangkut empat keputusan penting, meliputi: 1. Tingkat layanan kepada pelanggan;

2. Lokasi fasilitas logistik, yaitu menentukan strategi logistik dapat berjalan lancar dan menjamin akan mendapatkan stock; 3. Keputusan persediaan, berkaitan dengan persediaan yang

dimiliki dan kecukupan stock barang;

4. Keputusan transportasi, yaitu memilih model transportasi yang akan digunakan.

c. Tujuan Pelayanan Konsumen

Pada tingkat pelayanan jasa yang rendah, pemusatan persediaan dapat dilakukan di beberapa tempat, akibatnya biaya menjadi mahal. Tetapi, pada usaha dengan pelayanan jasa yang tinggi maka akan terjadi sebaliknya.

d. Strategi Fasilitas Lokasi

Perencanaan logistik terhadap fasilitas lokasi, sangat tergantung pada posisi geografis dari tempat penyimpanan dan tempat sumber daya. Menetapkan jumlah, lokasi, besarnya fasilitas, dan menentukan pasar yang dituju adalah cara penentuan produk yang tepat untuk dipasarkan. Menentukan biaya rendah atau mendapatkan keuntungan yang maksimal adalah tujuan dari perencanaan strategi fasilitas lokasi.

e. Keputusan Persediaan

Keputusan persediaan menunjukkan tata cara bagaimana persediaan diatur. Kebijakan yang diambil perusahaan biasanya mempengaruhi keputusan fasilitas lokasi, untuk itu kebijakan ini digolongkan sebagai strategi logistik.

f. Strategi Transportasi

Keputusan transportasi yang digunakan sangat bergantung pada mode, seperti ukuran pengiriman, rute pengiriman, dan penjadwalan.


(35)

13

Selain itu, masalah perencanan logistik dapat dilihat dari jaringan kerjanya. Jaringan tersebut menggambarkan pergerakan barang mulai dari toko pengecer – gudang – pabrik atau vendor. Jaringan kerja yang akan dibuat sangat bergantung pada hal-hal berikut:

1. Kapan direncanakan 2. Pola permintaannya

3. Pelayanan konsumen, mencakup kemampuan pengadaan persediaan, kecepatan pengiriman barang, dan kecepatan serta ketepatan memenuhi permintaan

4. Karakteristik produk, meliputi berat, volume, harga dan risiko 5. Biaya logistik

6. Kebijakan harga terhadap barang. 2.1.5.Mengelola Rantai Pasokan

Menurut Heizer dan Rander (2004), pengelolaan rantai pasokan yang sukses adalah dimulai dengan kesepakatan tujuan bersama, diikuti dengan kepercayaan bersama, dan dilanjutkan dengan budaya organisasi yang sejalan.

1. Kesepakatan tujuan bersama

Sebuah rantai pasokan yang terintegrasi memerlukan kerjasama yang baik dalam hubungan dengan anggotanya. Anggota rantai pasokan harus menghargai bahwa satu-satunya pihak yang menanamkan modal pada sebuah rantai pasokan adalah pelanggan akhir. Oleh karena itu, perlu pemahaman timbal balik mengenai misi, strategi, dan sasaran dari organisasi. Rantai pasokan yang terintegrasi menambah nilai ekonomi dan memaksimalkan isi total produk.

2. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan hal penting dalam rantai pasokan yang efektif dan efisien. Anggota rantai pasokan harus masuk ke dalam hubungan dan saling berbagi informasi. Hubungan yang dibangun berdasar saling percaya. Hubungan antar pemasok cenderung akan berhasil, jika risiko dan penghematan biaya dibagi. Aktivitas


(36)

seperti penelitian konsumen, analisis penjualan, prediksi, dan perencanaan produksi merupakan aktivitas bersama.

3. Budaya organisasi yang sejalan

Sebuah hubungan yang positif diantara organisasi pembeli dan pemasok dengan budaya organisasi yang sesuai, dapat menjadi keuntungan nyata dalam membuat rantai pasokan menjadi lebih baik.

2.1.6.Permasalahan dalam Rantai Pasokan yang Terintegrasi

Heizer dan Render (2004) menyatakan ada tiga permasalahan dalam mengembangkan rantai pasokan yang efisien dan terintegrasi : 1. Optimasi Lokal

Anggota rantai pasokan harus memusatkan perhatian untuk memaksimalkan keuntungan lokal atau meminimalkan biaya langsung berdasarkan pada pengetahuan mereka yang terbatas. 2. Insentif (Insentif Penjualan, Potongan karena Kuantitas, Kuota, dan

Promosi)

Insentif memasukkan barang dagangan ke rantai pasokan untuk penjualan yang belum terjadi. Hal ini menimbulkan fluktuasi yang mahal bagi semua anggota rantai pasokan.

3. Lot Besar

Sering terjadi penyimpangan pada lot besar sebab hal ini cenderung mengurangi biaya per unit.

2.2. Produktivitas

Handoko (2000) mendefinisikan produktivitas sebagai hubungan antara masukan-masukan dan keluaran keluaran suatu sistem produktif. Produktivitas mengukur hubungan ini sebagai rasio keluaran dibagi masukan. Bila lebih banyak keluaran diproduksi dengan jumlah masukan sama, produktivitas naik. Begitu juga, bila lebih sedikit masukan digunakan untuk sejumlah keluaran sama, produktivitas juga akan naik.

Rivanto (1986) menyebutkan bahwa daya produksi (production force) adalah kekuatan yang meningkat dari setiap elemen produksi. Produktivitas mempunyai arti ukuran relatif (efisiensi), nilai atau ukuran yang ditampilkan


(37)

15

oleh daya produksi. Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran (compound) dari produksi dan aktivitas, dimana daya produksi menjadi penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dari daya produktivitas itu.

Menurut Mundel (1983), produktivitas merupakan rasio dari output yang diproduksi untuk dimanfaatkan oleh pihak luar organisasi yang meliputi semua jenis produk. Produktivitas ditentukan oleh sumber daya yang digunakan dan ditentukan dengan rasio yang sama periode dasarnya. Sedangkan efektivitas mengukur seberapa baik kinerja sumber daya yang dipakai dalam mencapai tujuan produksi. Menurut Syamsu (1978), produktivitas sebagai perbandingan diantara ouput yang dihasilkan suatu organisasi dan input yang dimasukkan kedalamnya.

2.3. Faktor-Faktor Produktivitas

Siagian (2005) mengemukakan faktor-faktor produktivitas yang dianggap sebagai kekuatan dan mempengaruhi dinamika produktivitas secara langsung maupun tak langsung dengan pengubahan unsur-unsur pemasukan dan hasil hubungan satu sama lain. Faktor-faktor produktivitas ini terdiri dari delapan faktor produktivitas yang umum, antara lain: manusia, modal, metode/proses, lingkungan organisasi (internal), produksi, lingkungan negara, lingkungan internasional maupun regional dan umpan balik. Semua faktor-faktor ini dipandang sebagai sub-sistem untuk menunjukkan dimana potensi produktivitas dan cadangannya disimpan. Di bawah ini dijelaskan menganai sub-sistem yang perlu dipertimbangkan: 1. Manusia

- Kuantitas - Tingkat keahlian

- Latar belakang kebudayaan dan pendidikan - Kemampuan dan sikap

- Minat

- Struktur pekerjaan, keahlian umur dan jenis kelamin dari angkatan kerja


(38)

2. Modal

- Modal tetap (mesin, gedung, alat-alat, volume dan strukturnya) - Teknologi penelitian dan pengembangan

- Bahan baku (volume dan standar) 3. Metode/Proses

- Tata ruang tugas

- Penanganan bahan baku penolong dan mesin - Perencanaan dan pengawasan produksi - Pemeliharaan melalui pencegahan - Teknologi yang memakai cara alternatif 4. Lingkungan organisasi (internal)

- Organisasi dan perencanaan - Sistem manajemen

- Kondisi kerja (fisik) - Iklim kerja (sosial)

- Tujuan perusahaan dan hubungannya dengan tujuan lingkungan - Sistem insentif

- Kebijaksanaan personalia - Gaya kepemimpinan

- Ukuran perusahaan (ekonomi skala) 5. Produksi

- Kuantitas - Kualitas

- Ruangan produksi - Struktur campuran - Spesialisasi produksi 6. Lingkungan negara

- Kondisi ekonomi dan perdagangan - Struktur sosial dan politik

- Struktur industri

- Tujuan pengembangan jangka panjang - Pengakuan/pengesahan


(39)

17

- Kebijakan ekonomi pemerintah (perpajakan dan lain-lain) - Kebijakan tenaga kerja

- Kebijakan penelitian dan pengembangan - Kebijakan energi

- Kebijakan pendidikan dan latihan - Kondisi iklim dan geografis

- Kebijakan perlindungan lingkungan 7. Lingkungan internasional maupun regional

- Kondisi perdagangan dunia

- Masalah-masalah perdagangan internasional - Investasi dan usaha bersama

- Spesialisasi internasional - Kebijakan migrasi tenaga kerja - Fasilitas latihan internasional - Bantuan internasional

- Standar tenaga kerja dan teknik internasional 8. Umpan balik

Dalam pengertian umum, umpan balik adalah informasi yang ada pada hubungan timbal balik masukan (input) dan hasil (output) dalam perusahaan, antara perusahaan dengan ruang lingkup negara (internasional). Umpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat menilai kuantitas dan kualitas produksi (hasil) berapa banyaknya uang yang harus dibayarkan dari sudut lain berapa banyak yang mau dibayarkan untuk masukan-masukan utamanya (tenaga kerja dan modal) dimana masyarakat menawarkan pada perusahaan.

2.4. Usaha Kecil dan Menengah

Menurut UU No. 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya ialah:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau


(40)

Untuk kriteria usaha menengah:

1. Untuk sektor industri, memiliki total aset paling banyak Rp. 5 milyar. 2. Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp.600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 3 milyar.

Menurut Departemen Keuangan yang tercantum dalam keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No 40/KMK.06/2003, menyebutkan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp100.000.000 per tahun.

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Deperindag (2002) memberikan batasan jumlah tenaga kerja dalam menentukan skala usaha terutama di sektor industri, yaitu industri kerajinan rumah tangga (IKRT) dengan 1-4 pekerja, dan industri kecil (IK) dengan 5-19 pekerja dengan pemiliknya, industri berskala sedang dengan jumlah pekerja 20-49 orang, dan industri berskala besar dengan jumlah pekerja lebih dari 50 orang.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2002) memberikan kriteria skala usaha berdasarkan jumlah pekerja dan jumlah penjualan per tahun. Berdasarkan jumlah pekerja, skala usaha dibagai menjadi industri dagang mikro (1-4 pekerja), industri dagang kecil (5-19 pekerja), dan industri dagang menengah (20-99 pekerja). Sedangkan dari jumlah penjualan per tahun, industri dan dagang kecil (termasuk mikro) adalah industri yang memiliki jumlah penjualan per tahun kurang dari satu milyar.

Pengertian usaha mikro menurut lembaga-lembaga internasional adalah usaha non pertanian dengan jumlah pekerja maksimal 10 orang (termasuk wirausaha, pekerja magang, pekerja upahan dan pekerja yang tidak dibayar, karena termasuk anggota keluarga), menggunakan teknologi sederhana atau tradisional, memiliki keterbatasan akses dalam kredit, mempunyai kemampuan manajerial rendah dan cenderung beroperasi di sektor informal.

Bank Dunia dalam Heryadi (2004) mendefinisikan usaha mikro sebagai perusahaan perorangan dengan total aset kurang daripada USD


(41)

19

100.000 dan mempekerjakan kurang daripada 10 orang. Sementara itu, usaha kecil didefinisikan sebagai usaha dengan total penjualan mulai dari USD 100.000 hingga USD 3 juta dan mempekerjakan 10-50 orang.

Partomo dan Soejoedono (2004) mendefinisikan UKM mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokkan perusahaan, ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam gugusan atau kelompok perusahaan tersebut (range of the member of employes).

Kriteria umum UKM dilihat dari ciri-cirinya adalah sebagai berikut : 1. Struktur organisasi yang sangat sederhana.

2. Tanpa staf yang berlebihan. 3. Pembagian kerja yang "kendur".

4. Memiliki hirarki manajerial yang pendek.

5. Aktifitas sedikit yang formal dan sedikit menggunakan proses perencanaan.

6. Kurang membedakan aset pribadi dari aset perusahaan.

Partomo dan Soejoedono (2004), menyatakan bahwa strategi bisnis yang perlu diambil untuk mempertahankan dan mengembangkan UKM, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Untuk dapat mengembangkan UKM perlu dipelajari terlebih dulu tentang ciri-ciri, definisi/pengertian, kelemahan-kelemahan, potensi-potensi yang tersedia serta perundang-perundangan yang mengatur.

2. Diperlukan bantuan manjerial agar tumbuh inovasi-inovasi dalam mengelola UKM secara berdampingan dengan usaha-usaha besar.

3. Secara vertikal dalam sistem gugus usaha, UKM bisa menjadikan diri sebagai komplemen-komplemen usaha bagi industri perusahaan produsen utama. Diperlukan suatu strategi UKM untuk menjalin kerja komplementer dengan usaha-usaha besar.

4. Kerjasama bisa berbentuk koperasi dan secara bersama-sama beroperasi masuk (entry) dalam usaha tertentu. Di Indonesia, kemitraan usaha yang berbentuk koperasi merupakan strategi bisnis yang sangat penting,


(42)

sehingga pemerintah menganggap perlu membentuk Departemen khusus untuk menangani UKM dan koperasi.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan UKM dan MRP (Lampiran 1), antara lain:

1. Adhi (2005), mengenai produktivitas kerja pada industri kecil penghasil knalpot di Kabupaten Purbalingga. Metode yanng digunakan adalah diagram fishbone, rasio produktivitas dan rank spearman. Hasil yang diperoleh adalah mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas, yaitu jenis bahan baku, produktivitas tenaga kerja dan sumber modal.

2. Adriansyah (2005), mengenai manajemen rantai persediaan barang (SCM) di bagian hulu produk pasteurisasi. Metode yang digunakan adalah studi kasus case study.

3.Susiana (2005), mengenai analisis rantai persediaan (SC) komoditas jeruk medan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, margin pemasaran dan elastisitas transmisi harga.


(43)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Usaha Kecil dan Menengah dalam perekonomian Indonesia dituntut supaya terus maju dan berkembang menghadapi persaingan global. Perkembangan UKM di Indonesia memiliki fungsi yang cukup signifikan baik dilihat dari aspek ekonomi, sosial dan politik. UKM berperan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, penyerapan sektor tenaga kerja, upaya pengentasan kemiskinan, dan sarana untuk membangkitkan ekonomi kerakyatan. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pelaku UKM yang semakin bertambah, penyerapan tenaga kerja, sumbangan terhadap PDB, dan peningkatan ekspor non migas.

UKM dapat berkembang baik, jika mampu melakukan pengelolaan perusahaan dengan baik. Pengelolaan perusahaan mencakup kegiatan dalam rantai pasokan. Kegiatan rantai pasokan dapat berjalan secara efisien jika dikelola dan dirancang dengan baik, sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Salah satu model yang dapat diterapkan adalah MRP. MRP mampu mengatur aliran barang dari pemasok ke konsumen sehingga memiliki keunggulan bersaing. Selain itu, MRP lebih memfokuskan pada operasi lintas perusahaan dalam satu kesatuan rantai pasokan dari pada hanya berusaha sendiri dalam organisasi tunggal. Oleh karena itu, penerapan MRP dapat memperbaiki produktivitas di perusahaan-perusahaan sebagai anggota rantai pasokan. Kerangka pemikiran penelitian digambarkan dalam Gambar 5.


(44)

Gambar 5. Kerangka pemikiran

Produktivitas UKM Studi Kasus: UKM Keramik Klampok,

Banjarnegara

Manajemen Rantai Pasokan

Struktur rantai pasokan Perkembangan UKM di Indonesia


(45)

23

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan peneltian disajikan pada Gambar 6:

Gambar 6. Tahapan penelitian Rekomendasi solusi penerapan MRP

Kesimpulan dan Saran Identifikasi minat Penelitian

Gagasan-gagasan

Penentuan objek penelitian

Studi Pustaka dan Diskusi

Pemilihan topik penelitian:

Analisis Rantai Pasokan Di UKM Keramik Klampok Banjarnegara

Perumusan Masalah

1. Bagaimana model rantai pasokan di UKM keramik Klampok?

2. Bagaimana hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok?

3. Bentuk solusi yang dapat diterapkan dengan pendekatan MRP diUKM keramikKlampok?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis model rantai pasokan UKM keramik Klampok.

2. Menganalisis hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok. 3. Memberikan solusi dengan pendekatan MRP pada UKM keramik Klampok

Rancangan Pengumpulan Data;

Identifikasi kebutuhan data, Metode pengumpulan data, Pemilihan teknik analisis

Studi Pendahuluan/initial assesment

Pengumpulan dan kompilasi data lapangan - Pengisian kuesioner

- Observasi dan wawancara Pengumpulan dan

pengolahan data

Analisis data

- Analisis rantai pasokanÆ Analisis deskriptif - Tanggapan respondenÆ Frekuensi - Analisis MRP terhadap produktivitas UKMÆ

Regresi Logistik Pra penelitian

Penyusunan riset desain dan kuesioner Uji reliabilitas Uji validitas

Pengolahan data - Tabulasi data dan informasi - Identifikasi model rantai pasokan - Pengolahan data dan informasi


(46)

3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari UKM Keramik Banjarnegara. Lokasi penelitian berada di UKM keramik Klampok Kabupaten Banjarnegara (Lampiran 2). Data sekunder adalah berupa dokumen-dokumen atau literatur-literatur dari BPS, internet, surat kabar dan jurnal.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi, yang bertujuan untuk mengamati obyek penelitian, sehingga memahami kondisi yang sebenarnya. Pengamatan bersifat non partisipatif, yaitu peneliti berada di luar sistem yang diamati.

2. Wawancara, yang dilakukan kepada para pengusaha dan instansi-instasi terkait sebagai responden.

3. Kuesioner berisi mengenai daftar-daftar pertanyaan dan pernyataan yang ditujukan kepada pihak-pihak terkait. Kuesioner dibagi menjadi dua jenis, yaitu kuesioner untuk mengidentifikasi rantai pasokan (Lampiran 3) dan kuesioner untuk menilai hubungan antara manajemen rantai pasokan dengan produktivitas (Lampiran 4). Kuesioner pertama terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan rantai pasokan seperti pemasok, persediaan, produksi, distributor, konsumen, kerjasama dan SDM yang terkait dengan tenaga kerja. Kuesioner kedua berisi pernyataan-pernyataan tertutup yang berarti setiap responden tidak dapat memberikan jawaban dan tanggapan selain dari yang disediakan dalam kuesioner. Skala pengukuran yang digunakan untuk menilai jawaban responden adalah skala likert 5 tingkat, dengan keterangan pemberian bobot sebagai berikut:

bobot 5 = sangat setuju bobot 4 = setuju bobot 3 = netral bobot 2 = tidak setuju bobot 1 = sangat tidak setuju


(47)

25

Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data dibuat dalam Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data

Kebutuhan data Jenis Data Metode Sumber Data

Identifikasi rantai pasokan keramik

Primer Wawancara, kuesioner, observasi

Pengusaha keramik

- Perkembangan UKM Keramik di Banjarnegara

- Jumlah pelaku usaha

keramik

Primer, sekunder

Wawancara, - Pengusaha keramik

- BPS kabupaten

Banjarnegara - surat kabar - internet - Jumlah tenaga kerja

- Jumlah bahan baku yang

digunakan

- Jumlah produk yang

dihasilkan

- Besarnya modal usaha - Omzet penjualan

Primer, sekunder

Wawancara, kuesioner,

- Pengusaha keramik - staf dan pekerja

- Kuesioner hubungan MRP dengan produktivitas

Primer Kuesioner - Pengusaha keramik

Setelah identifikasi rantai pasokan kemudian penelitian dilanjutkan dengan mengkaji hubungan variabel dalam MRP terhadap produktivitas. 1. Produktivitas (Y)

Beberapa faktor yang dimasukkan menjadi batasan dalam pengukuran produktivitas antara lain berkaitan dengan keahlian tenaga kerja, teknologi, perencanaan dan pengawasan produksi, ukuran perusahaan, bentuk kerjasama yang dilakukan pihak perusahaan, kebijakan pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah daerah serta kualitas produk. 2. Manajemen Rantai Pasokan

Beberapa faktor yang terkait dengan manajemen rantai pasokan antara lain:

a. Pemasok (X1)

Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan pemasok antara lain: hubungan dengan pemasok, jumlah pemasok, sistem kerjasama dengan pemasok.


(48)

b. Persediaan (X2)

Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan persediaan antara lain: jumlah persediaan, jangka waktu penyimpanan dan efektifitas persediaan yang terkait dengan kelancaran hubungan dengan pemasok.

c. Produksi (X3)

Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan produktivitas antara lain: mutu produk, pengawasan mutu, jumlah produksi, desain produk dan informasi untuk kegiatan produksi.

d. Distributor (X4)

Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan distributor antara lain: pemilihan penggunaan distributor, sistem pengangkutan, frekuensi pendistribusian dan ketepatan pendistribusian.

e. Konsumen (X5)

Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan konsumen antara lain: peningkatan produktivitas, peningkatan pelayanan, promosi dan peningkatan kualitas produk.

f. Kerjasama (X6)

Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan kerjasama adalah kerjasama vertikal dan horisontal. Kerjasama vertikal terkait dengan kerjasama antara perusahaan atau lembaga pendidikan dan informasi, sedangkan kerjasama horisontal terkait dengan pemasok.

g. Sumber Daya Manusia (X7)

Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan tenaga kerja antara lain : kualitas tenaga kerja, pendidikan dan pelatihan tenaga kerja dan penggunaan tenaga ahli dalam proses produksi.


(49)

27

Tabel 2. Indikator dari setiap variabel dalam kuesioner

No Variabel Indikator Nomor di

Kuesioner 1 Produktivitas - Keahlian tenaga kerja

- Teknologi

- Perencanaan dan pengawasan produksi - Ukuran perusahaan

- Bentuk kerjasama yang dilakukan pihak perusahaan

- Kebijakan pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah daerah

- Kualitas produk

1 2 3 4 5 6 7

2 Pemasok - Hubungan dengan pemasok

- Jumlah pemasok

- Sistem kerjasama dengan pemasok

8 dan 11 9 10

3 Persediaan - Jumlah persediaan

- Jangka waktu penyimpanan

- Efektifitas persediaan yang terkait dengan kelancaran hubungan dengan pemasok.

13 dan 16 14 15

4 Produksi - Mutu produk

- Pengawasan mutu - Jumlah produksi - Desain produk

- Informasi untuk kegiatan produksi.

17 18 19 20 21 5 Distributor - Pemilihan penggunaan distributor

- Sistem pengangkutan - Frekuensi pendistribusian - Ketepatan pendistribusian

22 23 24 25 6 Konsumen - Peningkatan produktivitas

- Peningkatan pelayanan - Promosi

- Peningkatan kualitas produk

26 27 dan 29

28 30

7 Kerjasama - Kerjasama vertikal

- Kerjasama horisontal

31, 33, 34 32,

8 SDM - Kualitas tenaga kerja

- Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja - Penggunaan tenaga ahli

35 dan 36 37 38

3.4. Populasi dan Sampel

Jumlah populasi UKM keramik Klampok adalah 20 UKM. Untuk mengidentifikasi rantai pasokan, diambil 20 UKM. Responden yang digunakan untuk menilai hubungan MRP terhadap produktivitas adalah populasi dari pengusaha keramik sebesar 20 pengusaha keramik. Pengusaha dijadikan sebagai responden karena dianggap mewakili dan mengetahui keadaan usahanya, terutama mengenai rantai pasokan dan produktivitas perusahaannya.Teknik pengambilan jenis responden menggunakan non probability sampling, yaitu judgement sampling.


(50)

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi penerapan MRP. Faktor-faktor yang digunakan dalam mengidentifikasi MRP adalah pemasok, persediaan, produksi, distributor, konsumen, kerjasama dan SDM. Faktor-faktor ini kemudian dikaji berdasarkan teori mengenai MRP.

3.5.1. Uji Kuesioner

Kuesioner dibuat untuk mengetahui tanggapan responden mengenai produktivitas dan MRP. Sebelum menyebarkan kuesioner dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur (instrument) itu mengukur apa yang ingin diukur. Langkah-langkah dalam mengukur validitas kuesioner antara lain mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur, melakukan uji coba tersebut kepada responden, mempersiapkan tabel tabulasi jawaban, menghitung korelasi antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi product moment.

Rumus korelasi product moment, yaitu:

(

) (

)( )

(

)

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

Y Y n X X n Y X XY n rhitung ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑

= ... (1)

Keterangan :

hitung

r = nilai koefisien Pearson n = jumlah reponden

X = skor pertanyaan

Y = skor total

Setelah kuesioner dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsisitensi suatu alat pengukuran di dalam mengukur gejala yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha, yaitu:

( )

tt tt tot r r r + = 1 2 ... (2)


(51)

29

Pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan program

Microsoft Excel dan SPSS versi 11.

3.5.2. Regresi Stepwise

Menurut Iriawan dan Astuti (2006), regresi stepwise merupakan salah satu solusi menyelesaikan masalah regresi yang variabel prediktornya saling berkorelasi. Tipe-tipe regresi ada tiga, yaitu regresi stepwise, forward selection dan backward elimination.

Pada forward selection, pembuatan model terbaik dilakukan dengan menambahkan variabel satu-persatu. Dalam backward elimination, pembuatan model regresi terbaik dilakukan dengan membuat terlebih dahulu model regresi untuk semua variabel prediktor. Selanjutnya, mengurangi variabel satu-persatu sampai tinggal satu variabel. Pengolahan dengan regresi stepwise menggunakan program

Minitab 14 for Window. 3.5.3. Regresi Logistik

Menurut Irawan dan Astuti (2006), regresi logistik digunakan untuk menganalisis data dengan variabel respon bersifat kualitatif. Dalam penelitian ini, regresi logistik digunakan untuk menganalisis hubungan MRP (pemasok, persediaan, produksi, distributor, konsumen, kerjasama, dan SDM) terhadap Produktivitas. Persamaan dalam regresi logistik dinyatakan dalam bentuk berikut:

( )

[

]

( )

( )

x

x x

x α β

π π

π ⎟⎟= +

⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = 1 log it

log ... (3)

Dalam hal ini, π

( )

x adalah peluang sukses apabila variabel prediktor bernilai x. Bentuk lain dari logistik dapat dinyatakan dalam:

( )

(

(

)

)

x x x β α β α π + + + = exp 1 exp ... (4)

Pengolahan regresi logistik menggunakan program Minitab 14 for Window.


(52)

4.1. Gambaran Umum UKM Keramik Klampok

Sentra kerajinan keramik Klampok Kabupaten Banjarnegara terletak di Desa Klampok Kecamatan Purworejo Klampok, yang jaraknya 30 km dari Ibukota Banjarnegara ke arah Barat menuju Purbalingga, Banyumas dan Purwokerto. Keramik Klampok merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Banjarnegara, selain produk lain seperti kerajinan bambu, batik tulis, border, kerajinan kulit kerang, meubel, VCO (Virgin Coconut Oil), jamur, jenang salak, kering kentang, sirup salak, nata decoco, dan salak pondoh. Kerajinan keramik memiliki potensi tinggi terutama dengan nilai investasi sebesar Rp.900 juta dan jumlah rata-rata produksi per tahun mencapai 540.000 buah (Dinas Indagkop, 2004).

Keramik Klampok dikembangkan pertama kali oleh perusahaan yang dimiliki bangsa Belanda, dengan mempekerjakan masyarakat Klampok sebagai pegawainya. Salah satu pegawainya yang bernama Bapak Kandar Atmowinoto mendirikan perusahaan keramik pada tahun 1957 dengan nama keramik Meandallai yang berarti “Mendidik Anak dalam Lapangan Industri”. Dalam mengajarkan kepada pegawainya, Bapak Kandar menggunakan sistem pendidikan yang digunakan Belanda. Pendidikan yang diajarkan cukup keras serta menuntut ketekunan dan disiplin yang cukup tinggi. Penerapan sistem ini memberi pengaruh positif pada perkembangan usaha keramik. Hal ini dibuktikan pada tahun berikutnya, yaitu tahun 1964, berdiri perusahaan keramik Usaha Karya dan pada tahun 1967 berdiri perusahaan keramik Mustika, yang kemudian disusul dengan berdirinya perusahaan-perusahaan lain yang bergerak di bidang keramik.

Sentra kerajinan keramik Klampok merupakan tempat berkumpulnya para pengrajin keramik Klampok. Sentra ini terdiri dari inti dan plasma. Plasma adalah kegiatan usaha yang dilakukan seseorang dalam satu proses produksi keramik dan hasil produksinya disetorkan ke inti yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kontrak yang disepakati antara inti dan plasma. Sebelum Sentra terbentuk, ada empat organisasi yang telah terbentuk terlebih


(53)

31

dahulu. Empat organisasi tersebut antara lain ASKRI (Asosiasi Keramik Indonesia), TUNAS ASKRI, Alunik dan Al Barokah. Di dalam Sentra terdapat Forum Rembug Klaster, dimana Forum Rembug Klaster ini bertujuan untuk menjembatani, mengidentifikasi, merumuskan permasalahan yang ada di Sentra. Dalam melakukan tugasnya, Forum Rembug Klaster didampingi oleh BDS (Bussines Development Service) "Faizul Muna". Forum Rembug Klaster bertugas menyampaikan program yang telah disepakati oleh Sentra ke Fedep (Federasi Development Provider) di kabupaten, yang kemudian akan dilanjutkan ke FPESD (Forum Pengembangan Ekonomi Sosial Daerah) di tingkat propinsi.

Pada awal perkembangannya usaha keramik mengalami kemajuan cukup pesat. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Dinas Indagkop) pada tahun 2002, jumlah UKM keramik adalah sebanyak 51 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 640 orang. Namun akibat perekonomian di Indonesia yang belum stabil, jumlah UKM keramik semakin berkurang. Menurut BPS Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2004, jumlah UKM keramik sebesar 34 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 700 orang. Pada tahun 2005 jumlah UKM keramik berkurang menjadi 24 perusahaan, dan sampai saat ini jumlah UKM keramik hanya sebesar 20 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sebesar 236 orang. Dari 20 UKM ini, semuanya menjadi bagian inti dari Sentra selain 10 plasma yang ikut bergabung dalam Sentra. Ke 20 UKM tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Produk kerajinan keramik yang dihasilkan oleh para pengrajin Klampok dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu keramik glazuur, keramik

terracota, dan keramik cat. Keramik glazuur adalah keramik yang menggunakan bahan glazuur sebagai pewarna yang kemudian disemprot dengan transparan untuk membuat tampilan akhirnya lebih mengkilap. Keramik terracota adalah keramik yang dalam proses produksinya menggunakan engobe sebagai pewarna. Engobe adalah bahan yang terbuat dari sari tanah, water glass dan air. Sedangkan keramik cat adalah keramik yang pada proses finishing-nya menggunakan cat sebagai pewarna. Tidak semua pengrajin hanya memproduksi satu jenis keramik, ada beberapa


(54)

pengrajin yang memproduksi lebih dari satu jenis keramik, bahkan memproduksi tiga jenis keramik sekaligus.

Tabel 3. Nama perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan omzet per bulan dari inti Sentra kerajinan keramik Klampok.

No. Nama Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja (orang)

Omzet per bulan (juta rupiah)

1. Keramik Mustika 22 20

2. Keramik Usaha Karya 60 50

3. Keramik Kiat 4 30

4. Keramik Nur 16 12

5. Keramik Apicta 3 3

6. Kismoadji Keramik 15 12

7. Keramik Kencana 12 8,5

8. Keramik Al Barokah 3 2

9. Keramik Karunia Pertiwi 11 6

10. Kharisma Keramik 14 8

11. Keramik Kurnia 13 10

12. Duta Serayu Keramik 8 3

13. Keramik Mekar 3 1

14. Khamishama Art Ceramic 16 12

15. Ratu Indah Keramik 4 2

16. Keramik Prisma 5 3

17. Keramik Anugrah Sakti 7 4

18. Keramik Karya Mandiri 8 6

19. Ipoenk Keramik 7 6

20. Keramik Makmur 5 4,5

Faktor-faktor Pendukung

Faktor-faktor pendukung untuk kerajinan keramik antara lain: 1. Sumber Daya Alam (SDA)

Bahan baku (tanah liat) yang digunakan untuk membuat keramik berada di daerah yang letaknya dekat dengan Sentra, yaitu Ajibarang Banyumas. Tempat ini bukan termasuk wilayah Kabupaten Banjarnegara, tetapi wilayahnya cukup dekat dengan Sentra dan mudah dijangkau.

2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Keahlian pengelolaan keramik bagi masyarakat di sekitar Sentra diwariskan turun temurun dari nenek moyang mereka. Dalam rangka meningkatkan kualitas dan keahlian SDM, pihak Sentra maupun pemerintah daerah memberikan beberapa pelatihan untuk meningkatkan keahlian.


(55)

33

3. Sarana dan Prasarana

Pada umumnya dukungan jalan raya sampai ke lokasi sumber bahan baku dan show room, tenaga listrik dan telepon, telah menjangkau lokasi Sentra. Sarana perijinan satu atap yang tersedia dan dukungan yang mantap dari pemerintah kabupaten melalui kebijakan penciptaan iklim yang kondusif.

4.2. Rantai Pasokan

Model rantai pasokan yang terjadi di UKM keramik Klampok adalah digambarkan pada Gambar 7, sebagai berikut:

Gambar 7. Model rantai pasokan UKM keramik Klampok Banjarnegara

Model rantai pasokan ini terdiri dari elemen pemasok, produksi, pengepul barang, retailer, dan konsumen. Gambar 7 menunjukkan model rantai pasokan UKM keramik Klampok Banjarnegara . Pemasok tanah liat, minyak tanah dan kayu bakar mengirimkan barang ke tempat pengusaha sebagai barang persediaan bagi pengusaha selama satu bulan. Barang-barang tersebut masuk ke proses produksi untuk menghasilkan produk jadi. Produk jadi yang siap di jual disalurkan ke tiga saluran elemen rantai pasokan yaitu melalui konsumen secara langsung, didistribusikan langsung ke retailer yang kemudian menjualnya ke konsumen akhir, dan melalui Sentra dan didistribusikan ke pengepul barang yang kemudian disalurkan ke konsumen akhir.

Pemasok tanah liat

Pemasok kayu bakar

UKM/ produksi

Retailer

Pengepul barang ekspor

Konsumen

Pemasok minyak tanah

Sentra kerajinan keramik


(56)

Pada umumnya, elemen-elemen di dalam rantai pasokan tersebut terdiri dari pemasok, produksi, retailer, pengepul barang, konsumen, kerjasama, dan sumber daya manusia. Masing-masing elemen dari rantai tersebut dijelaskan pada sub bab berikut:

4.2.1. Pemasok

Pemasok terdiri dari pemasok bahan baku dan bahan penolong. Bahan baku utama pembuatan keramik adalah tanah liat. Tanah liat yang digunakan berasal dari Ajibarang Banyumas. Pemilihan tanah liat ini didasarkan pada penelitian dan uji kelayakan yang dilakukan oleh Balai Penelitian Keramik Bandung. Pengrajin atau pengusaha keramik memperoleh tanah liat langsung dari pemasok yang berasal dari Ajibarang, dimana pemasok ini adalah sebagai pengumpul tanah liat dari beberapa kuli tanah liat.

Tanah liat yang berasal dari pemasok Ajibarang adalah tanah liat yang belum siap olah. Para pengusaha yang menggunakan pemasok ini harus mengolah tanah liat tersebut terlebih dahulu menjadi tanah liat siap olah dalam kegiatan produksinya. Pengiriman tanah liat dari pemasok ke pengusaha didasarkan pada sistem order atau pesanan oleh pengrajin. Untuk jangka waktu satu bulan pemasok mengirimkan tanah liat ke pengusaha 1-2 rit atau setara dengan 3-6 ton tanah liat.

Sistem pembayaran dilakukan secara tunai atau pembayaran jatuh tempo, tergantung kesepakatan pemasok dan pengusaha. Pengangkutan tanah liat dilakukan oleh pemasok sampai ke tempat pengusaha. Kendala yang dihadapi pengusaha dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku tanah liat oleh pemasok adalah mutu barang kurang bagus, keterlambatan dalam pengiriman, harganya cukup mahal dan kurangnya modal untuk membeli tanah liat dalam jumlah besar.

Selain pemasok dari Ajibarang, pengrajin juga dapat memperoleh tanah liat dari Sentra Kerajinan Keramik Klampok yang berasal dari Ajibarang. Sentra menyediakan tanah liat siap olah untuk pengrajin. Sentra mengolah tanah liat sendiri kemudian disalurkan ke pengrajin. Sistem pemesanan bahan baku oleh pengusaha ke Sentra


(57)

35

dilakukan secara langsung dengan cara membeli ke Sentra. Pembayaran dilakukan secara tunai atau jatuh tempo satu bulan, tergantung kesepakatan antara pengusaha dengan Sentra. Sistem pengangkutan dilakukan oleh pengusaha dengan mengambil bahan baku di Sentra. Jumlah tanah liat yang diambil pengusaha ke Sentra per bulan antara 8-10 kwintal dengan dua kali pengangkutan. Kendala yang dihadapi pengusaha dalam pemenuhan kebutuhan tanah liat oleh Sentra adalah sistem pengangkutan yang mahal karena harus mengambil bahan baku sendiri ke Sentra. Hal ini disebabkan Sentra belum memiliki alat pengangkutan bahan baku.

Pemasok bahan penolong terdiri dari pemasok minyak tanah dan kayu bakar. Minyak tanah dan kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar untuk proses pembakaran dalam produksi. Pemasok minyak tanah adalah agen minyak tanah dan pedagang eceran. Agen mengantar minyak tanah ke tempat pengusaha berdasarkan permintaan pengusaha, dimana pembayaran dilakukan secara tunai. Sedangkan untuk pengusaha yang mengambil minyak tanah dari pedagang eceran, pengusaha harus mengambil sendiri minyak tanah ke tempat pedagang, dengan pembayaran dilakukan secara tunai menggunakan sistem jual beli. Jumlah minyak tanah yang diambil dari pemasok sebesar 600-800 liter per bulan.

Pemasok kayu bakar berasal dari pengumpul kayu bakar yang mengumpulkan kayu bakar dari para pencari kayu bakar. Pengumpul menyediakan tempat di dekat pengrajin untuk menampung kayu bakar. Sistem pemesanan kayu bakar dilakukan secara langsung oleh pengusaha ke pemasok. Pemasok mengantarkan kayu bakar ke tempat pengusaha sesuai dengan pesanan pengusaha. Pembayaran antara pihak pengusaha ke pemasok dilakukan secara tunai. Jumlah kayu bakar yang dibutuhkan setiap pengusaha per bulan mencapai 10 kubik.


(1)

Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5

Forward selection. Alpha-to-Enter: 0.05

Response is Y on 5 predictors, with N = 20

No variables entered or removed

Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6

Forward selection. Alpha-to-Enter: 0.05

Response is Y on 6 predictors, with N = 20

Step 1 Constant 2.809

X6 0.27 T-Value 2.56 P-Value 0.020

S 0.403 R-Sq 26.76 R-Sq(adj) 22.69 C-p -0.8

Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7

Forward selection. Alpha-to-Enter: 0.05

Response is Y on 7 predictors, with N = 20

Step 1 Constant 2.809

X6 0.27 T-Value 2.56 P-Value 0.020

S 0.403 R-Sq 26.76 R-Sq(adj) 22.69 C-p -1.3


(2)

Lampiran 9. Hasil pengolahan dengan

backward elimination

Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7

Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0.05

Response is Y on 7 predictors, with N = 20

Step 1 2 3 4 5 6 7 Constant 4.357 4.468 4.544 3.999 2.428 2.193 2.809

X1 -0.09 -0.09 T-Value -0.52 -0.53 P-Value 0.613 0.606

X2 -0.20 -0.21 -0.26 -0.23 -0.19 T-Value -0.73 -0.82 -1.11 -1.02 -0.88 P-Value 0.480 0.427 0.284 0.325 0.394

X3 0.03 T-Value 0.12 P-Value 0.904

X4 0.19 0.20 0.26 0.28 0.24 0.17 T-Value 0.78 0.83 1.31 1.46 1.32 1.06 P-Value 0.449 0.422 0.212 0.165 0.207 0.305

X5 0.15 0.16 0.11 T-Value 0.67 0.83 0.68 P-Value 0.517 0.420 0.511

X6 0.27 0.28 0.27 0.29 0.27 0.23 0.27 T-Value 1.92 2.04 2.05 2.25 2.19 2.03 2.56 P-Value 0.079 0.063 0.060 0.040 0.043 0.059 0.020

X7 -0.43 -0.43 -0.49 -0.34 T-Value -0.78 -0.81 -0.96 -0.75 P-Value 0.451 0.431 0.353 0.462

S 0.447 0.429 0.418 0.410 0.405 0.402 0.403 R-Sq 40.18 40.11 38.82 36.83 34.43 31.29 26.76 R-Sq(adj) 5.29 12.46 16.97 19.98 22.13 23.20 22.69 C-p 8.0 6.0 4.3 2.7 1.2 -0.2 -1.3

Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X4, X5, X6, X7

Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0.05

Response is Y on 6 predictors, with N = 20

Step 1 2 3 4 5 6 Constant 4.468 4.544 3.999 2.428 2.193 2.809

X1 -0.09 T-Value -0.53 P-Value 0.606

X2 -0.21 -0.26 -0.23 -0.19 T-Value -0.82 -1.11 -1.02 -0.88


(3)

P-Value 0.427 0.284 0.325 0.394

X4 0.20 0.26 0.28 0.24 0.17 T-Value 0.83 1.31 1.46 1.32 1.06 P-Value 0.422 0.212 0.165 0.207 0.305

X5 0.16 0.11 T-Value 0.83 0.68 P-Value 0.420 0.511

X6 0.28 0.27 0.29 0.27 0.23 0.27 T-Value 2.04 2.05 2.25 2.19 2.03 2.56 P-Value 0.063 0.060 0.040 0.043 0.059 0.020

X7 -0.43 -0.49 -0.34 T-Value -0.81 -0.96 -0.75 P-Value 0.431 0.353 0.462

S 0.429 0.418 0.410 0.405 0.402 0.403 R-Sq 40.11 38.82 36.83 34.43 31.29 26.76 R-Sq(adj) 12.46 16.97 19.98 22.13 23.20 22.69 C-p 7.0 5.3 3.7 2.2 0.9 -0.1

Stepwise Regression: Y versus X2, X4, X5, X6, X7

Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0.05

Response is Y on 5 predictors, with N = 20

Step 1 2 3 4 5 Constant 4.544 3.999 2.428 2.193 2.809

X2 -0.26 -0.23 -0.19 T-Value -1.11 -1.02 -0.88 P-Value 0.284 0.325 0.394

X4 0.26 0.28 0.24 0.17 T-Value 1.31 1.46 1.32 1.06 P-Value 0.212 0.165 0.207 0.305

X5 0.11 T-Value 0.68 P-Value 0.511

X6 0.27 0.29 0.27 0.23 0.27 T-Value 2.05 2.25 2.19 2.03 2.56 P-Value 0.060 0.040 0.043 0.059 0.020

X7 -0.49 -0.34 T-Value -0.96 -0.75 P-Value 0.353 0.462

S 0.418 0.410 0.405 0.402 0.403 R-Sq 38.82 36.83 34.43 31.29 26.76 R-Sq(adj) 16.97 19.98 22.13 23.20 22.69 C-p 6.0 4.5 3.0 1.7 0.8

Stepwise Regression: Y versus X2, X4, X6, X7


(4)

Response is Y on 4 predictors, with N = 20

Step 1 2 3 4 Constant 3.999 2.428 2.193 2.809

X2 -0.23 -0.19 T-Value -1.02 -0.88 P-Value 0.325 0.394

X4 0.28 0.24 0.17 T-Value 1.46 1.32 1.06 P-Value 0.165 0.207 0.305

X6 0.29 0.27 0.23 0.27 T-Value 2.25 2.19 2.03 2.56 P-Value 0.040 0.043 0.059 0.020

X7 -0.34 T-Value -0.75 P-Value 0.462

S 0.410 0.405 0.402 0.403 R-Sq 36.83 34.43 31.29 26.76 R-Sq(adj) 19.98 22.13 23.20 22.69 C-p 5.0 3.6 2.3 1.4

Stepwise Regression: Y versus X2, X4, X6

Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0.05

Response is Y on 3 predictors, with N = 20

Step 1 2 3 Constant 2.428 2.193 2.809

X2 -0.19 T-Value -0.88 P-Value 0.394

X4 0.24 0.17 T-Value 1.32 1.06 P-Value 0.207 0.305

X6 0.27 0.23 0.27 T-Value 2.19 2.03 2.56 P-Value 0.043 0.059 0.020

S 0.405 0.402 0.403 R-Sq 34.43 31.29 26.76 R-Sq(adj) 22.13 23.20 22.69 C-p 4.0 2.8 1.9

Stepwise Regression: Y versus X4, X6

Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0.05

Response is Y on 2 predictors, with N = 20


(5)

Constant 2.193 2.809

X4 0.17 T-Value 1.06 P-Value 0.305

X6 0.23 0.27 T-Value 2.03 2.56 P-Value 0.059 0.020

S 0.402 0.403 R-Sq 31.29 26.76 R-Sq(adj) 23.20 22.69 C-p 3.0 2.1

Stepwise Regression: Y versus X6

Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0.05

Response is Y on 1 predictors, with N = 20

Step 1 Constant 2.809

X6 0.27 T-Value 2.56 P-Value 0.020

S 0.403 R-Sq 26.76 R-Sq(adj) 22.69 C-p 2.0


(6)

Lampiran 10. Hasil Perhitungan

Ordinal Logistic Regression

dengan

Minitab 14

Ordinal Logistic Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7

Link Function: Logit

Response Information

Variable Value Count Y 3 2 4 16 5 2 Total 20

Logistic Regression Table

Odds 80% CI Predictor Coef SE Coef Z P Ratio Lower Upper Const(1) -6.06053 28.3870 -0.21 0.831

Const(2) 1.78064 28.4569 0.06 0.950

X1 0.597051 1.11966 0.53 0.594 1.82 0.20 16.31 X2 2.17474 2.36894 0.92 0.359 8.80 0.08 914.03 X3 -0.449529 2.28977 -0.20 0.844 0.64 0.01 56.74 X4 -1.83465 1.84790 -0.99 0.321 0.16 0.00 5.97 X5 -1.09518 1.60026 -0.68 0.494 0.33 0.01 7.70 X6 -2.29039 1.48076 -1.55 0.122 0.10 0.01 1.84 X7 3.30841 5.69364 0.58 0.561 27.34 0.00 1920195.84

Log-Likelihood = -7.832

Test that all slopes are zero: G = 9.897, DF = 7, P-Value = 0.194

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 21.1368 25 0.685 Deviance 12.8916 25 0.978

Measures of Association:

(Between the Response Variable and Predicted Probabilities)

Pairs Number Percent Summary Measures

Concordant 56 82.4 Somers' D 0.66 Discordant 11 16.2 Goodman-Kruskal Gamma 0.67 Ties 1 1.5 Kendall's Tau-a 0.24 Total 68 100.0