Pengukuran kadar kalium dalam sampel

33 Gambar 4.1 Kurva kalibrasi kalium Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dengan serapan, dengan koefisien korelasi r kalium 0,9996. Nilai ini menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X konsentrasi dan Y serapan. Data hasil pengukuran serapan larutan baku kalium dan perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 16, halaman 56-57.

4.4.2 Pengukuran kadar kalium dalam sampel

Pada pengukuran sampel yang dilakukan secara spektrofotometri serapan atom, terlebih dahulu dikondisikan alat dengan baik dan benar. Setelah itu, dilakukan pengenceran terhadap sampel. Pengenceran yang dilakukan yaitu 500 kali 500,1 untuk kalium. Selain itu, karena sampel memiliki kadar mineral yang cukup tinggi sehingga untuk memperoleh nilai serapan yang berada dalam rentang kalibrasi maka sampel harus diencerkan. Konsentrasi kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi larutan baku Y = 0.05002X + 0.0005 34 kalium. Data dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 17 sampai dengan Lampiran 18, halaman 58-79. Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 19, halaman 71-79. Hasil analisis kuantitatif mineral kalium pada sampel dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini: Tabel 4.3 Hasil analisis kadar kalium dalam sampel Sampel Destruksi Kering Kadar Kalium mg100g Simplisia daun salam 930,5100 ± 6,8009 Daun salam segar 328,0410 ± 2,7313 Sampel Destruksi Basah Kadar Kalium µgml Infusa simplisia daun salam 1219,3333 ± 11,7515 Infusa daun salam segar 537,9700 ± 7,1442 Data yang didapat kemudian dihitung berapa besar persentase perbedaan kadar dari mineral pada sampel yaitu penurunan kadar kalium pada daun salam. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 20, halaman 80. Tabel 4.4 Hasil perbedaan kadar kalium dalam sampel Sampel Destruksi Kering Kadar Kaliummg100g Perbedaan Kadar Simplisia daun salam 930,5100 ± 6,8009 64,7461 Daun salam segar 328,0410 ± 2,7313 Sampel Destruksi Basah Kadar kalium µgml Perbedaan Kadar Infusa simplisia daun salam 1219,3333 ± 11,7515 55,8799 Infusa daun salam segar 537,9700 ± 7,1442 Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan kadar kalium pada simplisia daun salam dengan daun salam dan infusa simplisia daun salam dengan infusa daun salam segar yang diperoleh dari hasil analisis 35 dapat diketahui bahwa kadar kalium pada simplisia daun salam lebih besar dibandingkan kadar kalium di dalam infusa simplisia daun salam pada, serta kadar kalium pada daun salam segar lebih besar dibandingkan kadar kalium di dalam daun salam segar. Tabel 4.5 Hasil uji beda nilai rata-rata kadar kalium antar sampel Sampel Destruksi Kering t hitung t tabel Hasil Simplisia daun salam 331,4458 3,1693 Beda Daun salam segar Sampel Destruksi Basah t hitung t tabel Hasil Infusa simplisia daun salam 190,1019 3,2498 Beda Infusa daun salam segar Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa t hitung dari t tabel dengan taraf kepercayaan 99 dan kadar kalium pada simplisia daun salam lebih besar dibandingkan dengan kadar kalium pada daun salam segar, ini juga dapat dilihat pada infusa simplisia daun salam dengan infusa daun salam segar. Hal ini terjadi karena perbedaan konsistensi kadar air yang terkandung dari masing- masing sampel sehingga massa yang ditimbang berbeda antara simplisia daun salam dengan daun salam segar. Pada bobot penimbangan 10 gram, massa simplisia daun salam yang ditimbang lebih banyak dibandingkan dengan massa daun salam segar. Kadar kalium dalam infusa simplisia daun salam dan infusa daun salam segar mengalami penurunan dikarenakan pada perebusan dilakukan dalam waktu yang singkat sehingga kalium yang terdapat pada sampel tidak melarut sempurna. Kalium terlarut pada infusa melalui proses perebusan karena kalium merupakan mineral yang larut dalam air. 36

4.4.3 Uji perolehan kembali recovery