Identifikasi Sampel Pemeriksaan Karakteristik Simplisia dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 11 sampai Lampiran 15, halaman 51-55.

30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi sampel dilakukan oleh bagian Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI-Bogor terhadap daun salam adalah Eugenia polyantha Wight sinonim Syzygium polyanthum Wight Walp. suku Myrtaceae. Hasil identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 41.

4.2 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut dalam asam. Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun salam dapat dilihat pada Tabel

4.1 dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 11 sampai Lampiran 15, halaman 51-55.

Tabel 4.1 Hasil karakterisasi serbuk simplisia daun salam Karakteristik serbuk simplisia Simplisia Kadar Standar Depkes RI Kadar air 5,98 10 Kadar sari larut dalam air 13,66 12 Kadar sari larut dalam etanol 9,74 8 Kadar abu total 4,01 5 Kadar abu tidak larut dalam asam 0,60 1 Hasil karakterisasi serbuk simplisia diperoleh kadar air sebesar 5,98. kadar ini sesuai dengan standarisasi kadar air simplisia secara umum dengan syarat yaitu tidak lebih dari 10 Depkes RI, 1980. Penetapan kadar air 31 dilakukan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam simplisia karena tingginya kandungan air menyebabkan bakteri dan jamur cepat tumbuh dan bahan aktif yang terkandung didalamnya dapat terurai . Penetapan kadar sari yang larut dalam air dan etanol dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dalam air dan dalam etanol dari suatu simplisia. Senyawa yang bersifat polar dan larut dalam air akan tersari oleh air. Sedangkan senyawa-senyawa yang tidak larut dalam air dan larut dalam etanol akan tersari oleh etanol. Hasil penetapan kadar sari larut air simplisia daun salam adalah 13,66. Kadar sari larut etanol dari simplisia daun salam adalah 9,74. Kadar ini memenuhi syarat yang terdapat pada Materia Medika Indonesia Depkes RI, 1980. Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral internal yang terdapat didalam simplisia yang diteliti serta senyawa organik yang tersisa selama pembakaran. Zat-zat ini dapat berasal dari senyawa oksida-oksida anorganik. Kadar abu total yang tinggi menunjukkan adanya zat anorganik logam- logam Ca, Mg, Fe, Cd dan Pb yang sebagian mungkin berasal dari pengotoran. Kadar logam berat yang tinggi dapat membahayakan kesehatan, oleh sebab itu perlu dilakukan penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu yang melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya toksik bagi kesehatan. Hasil penetapan kadar abu total simplisia daun salam adalah 4,01. Hasil penetapan kadar abu tidak larut asam dari simplisia daun salam sebesar 0,60. Hasil penetapan kadar abu total dan abu tidak larut asam dari simplisia dan ekstrak yang 32 telah dilakukan memenuhi persyaratan yang terdapat dalam Materia Medika Indonesia Depkes RI, 1980.

4.3 Analisis Kualitatif