IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT. pdf

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI SISWA MAKALAH SEMINAR DISUSUN OLEH:

  1. ACH. RENO SYA’RONI

  (NIM. 2013020003)

  2. AMALIA INNANI MASRUROH (NIM. 2013020014)

  3. AMELIA NONA LITA

  5. DEVI WULANDARI

  (NIM. 2013020035)

  6. DINI DWI WARJIANTI

  (NIM. 2013020037)

  7. EDY IRAWAN

  (NIM. 2013020040)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP PGRI SITUBONDO FEBRUARI 2017

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNOLOGI INFORMASI DAN INFORMASI SISWA MAKALAH SEMINAR

  Diajukan kepada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI

  Situbondo untuk memenuhi syarat dalam menempuh mata kuliah Seminar Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi

DISUSUN OLEH:

  1. ACH. RENO SYA’RONI

  (NIM. 2013020003)

  2. AMALIA INNANI MASRUROH (NIM. 2013020014)

  3. AMELIA NONA LITA

  5. DEVI WULANDARI

  (NIM. 2013020035)

  6. DINI DWI WARJIANTI

  (NIM. 2013020037)

  7. EDY IRAWAN

  (NIM. 2013020040)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP PGRI SITUBONDO FEBRUARI 2017

HALAMAN PERSETUJUAN

  Usulan Makalah Oleh :

  1. Ach. Reno Sya’roni (NIM. 2013020003)

  2. Amalia Innani Masruroh

  (NIM. 2013020014)

  3. Amelia Nona Lita

  5. Devi Wulandari

  (NIM. 2013020035)

  6. Dini Dwi Warjianti

  (NIM. 2013020037)

  7. Edy Irawan

  (NIM. 2013020040)

  Judul Makalah

  : Implementasi Model Pembelajaran Project Based

  Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi Siswa.

  Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

  Situbondo, 26 Januari 2017

  Pembimbing,

  Drs. WINARTO, M.Pd.

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

  Alhamdulillah, puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah seminar ini.

  Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah seminar ini, antara lain:

  1. Ketua STKIP PGRI Situbondo, Bapak Drs. H. Wiji Hartono, M.Pd.

  2. Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi, Bapak Ali Hasan,

  M.Kom.

  3. Dosen Pengampu Mata Kuliah Seminar Pendidikan Teknologi Informasi,

  Bapak Drs. Winarto, M.Pd.

  4. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi

  angkatan tahun akademik 20132014.

  5. Seluruh elemen sivitas akademika STKIP PGRI Situbondo.

  Penulis sangat menyadari bahwa makalah seminar ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis ataupun secara lisan, demi perbaikan penulisan makalah dan karya tulis lainnya pada masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah seminar ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Situbondo, 27 Januari 2017

  Penyusun

DAFTAR GAMBAR

  Nomor

  Halaman

  2.1. Langkah-langkah PjBL (Modifikasi dari Buku Bimtek KTI Pembelajaran Inovatif Produktif, 2014: 11) ............................................................. 17

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Silabus Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas XII

  Sekolah Menengah Atas Madrasah Aliyah

  2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Model Project Based

  Learning

  3. Lembar Kerja Proyek

ABSTRAK

  Sehubungan dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN dan juga tantangan kehidupan abad ke-21, maka Indonesia perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang berkualitas ditandai dengan adanya keterdidikan yang tinggi pada manusia. Oleh karena itu, sektor pendidikan memegang peranan penting untuk mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Indikator kesuksesan pendidikan dan pembelajaran tercermin dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Dalam bidang studi Teknologi Informasi dan Komunikasi, hasil belajar dapat diselaraskan dengan istilah literasi TIK. Literasi TIK adalah pemanfaatan teknologi digital, alat komunikasi, danatau jaringan untuk mengakses, mengatur, menyatukan, dan menciptakan informasi agar berfungsi bagi pengetahuan masyarakat.

  Tinggi rendahnya hasil belajar TIK ataupun literasi TIK sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi mencakup penguasaan keterampilan komputer, prinsip kerja berbagai jenis peralatan komunikasi dan cara memperoleh, mengolah dan mengkomunikasikan informasi. Selain itu berdasarkan Rekomendasi Jangka Pendek Naskah Akademik Pusat Kurikulum KEMDIKBUD (2007), rasio persentase kompetensi TIK yang ideal adalah 20 ranah kognitif (pengetahuan), 60 psikomotorik (keterampilan), dan 20 ranah afektif (sikap). Oleh karena mata pelajaran TIK mencakup penguasaan keterampilan dan prinsip kerja, serta rasio persentase kompetensi TIK lebih ditekankan pada aspek psikomotorik (keterampilan), maka diperlukan model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar dan literasi TIK.

  Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri. Model pembelajaran ini menekankan siswa untuk membuat proyek dan menghasilkan produkkarya kemudian belajar dari proses pembuatan proyek dan produk tersebut, agar materi belajar yang disampaikan guru mudah dipahami.

  Adapun langkah-langkah menerapkan model pembelajaran PjBL antara lain, (1) start with the essential question (penentuan proyek), (2) design a plan for the project (perancangan penyelesaian proyek), (3) create a schedule (penyusunan jadwal), (4) monitor the student and the progress of the project (pemantauan), (5) assess the outcome (menguji hasil dan presentasi), dan (6) evaluate the experience (evaluasi proses dan hasil proyek). Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya, terbukti bahwa model pembelajaran PjBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

  Puluhan tahun mendatang, masyarakat dunia akan memasuki abad ke-21. Abad ke-21 ini disebut-sebut sebagai abad pengetahuan. Hal ini dikarenakan pada abad ke-21 nanti, informasi banyak tersebar serta faktor ruang dan waktu akan semakin menyempit akibat pemanfaatan teknologi informasi. Kehidupan pada abad ke-21 ditandai dengan informasi yang tersedia dimana saja dan dapat diakses kapan saja, komputasi yang semakin cepat, komunikasi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta otomomatisasi terhadap pekerjaan tertentu. Oleh karena itu, kehidupan di abad ke-21 perlu diantisipasi dan dipersiapkan sejak dini.

  Dan pada saat ini tengah berlangsung era Masyarakat Ekonomi ASEAN atau lebih dikenal dengan MEA. MEA merupakan sebuah kesepakatan yang dibangun antar Negara-negara di Asia Tenggara untuk membuka pasar bebas di wilayah ASEAN (Kinardi, 2016). Dengan terbukanya MEA, akan meningkatkan persaingan tenaga kerja dan pasar perekonomian. Dalam hal ini, tenaga kerja dan pasar perekonomian tidak lagi bersaing dengan sesama masyarakat Indonesia, tetapi juga dengan masyarakat dari Negara-negara ASEAN. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia perlu mempersiapkan kemampuan (skill) agar tidak kalah bersaing dengan masyarakat dari Negara lainnya.

  Tantangan aktual yang dihadapi oleh masyarakat global saat ini adalah masyarakat dituntut untuk memiliki pengetahuan mendalam dan kompetensi yang spesifik di bidang tertentu (Council of the European Union, 2009). Selain itu menurut Sepahkar (2015:48), keterdidikan yang mapan dan kemampuan kerja yang terampil merupakan prioritas teratas dalam dunia industri. Akan tetapi, sistem pendidikan tradisional masih fokus terhadap pembelajaran siswa secara teoretis, sehingga pengalaman praktik yang mereka miliki sangat kurang. Berkaitan dengan situasi ekonomi dan tingkat pengangguran dalam sepuluh tahun terakhir, terdapat persaingan yang sangat ketat diantara para tenaga kerja agar Tantangan aktual yang dihadapi oleh masyarakat global saat ini adalah masyarakat dituntut untuk memiliki pengetahuan mendalam dan kompetensi yang spesifik di bidang tertentu (Council of the European Union, 2009). Selain itu menurut Sepahkar (2015:48), keterdidikan yang mapan dan kemampuan kerja yang terampil merupakan prioritas teratas dalam dunia industri. Akan tetapi, sistem pendidikan tradisional masih fokus terhadap pembelajaran siswa secara teoretis, sehingga pengalaman praktik yang mereka miliki sangat kurang. Berkaitan dengan situasi ekonomi dan tingkat pengangguran dalam sepuluh tahun terakhir, terdapat persaingan yang sangat ketat diantara para tenaga kerja agar

  Sehubungan dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN dan juga tantangan kehidupan abad ke-21, maka Indonesia perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang berkualitas ditandai dengan adanya keterdidikan yang tinggi pada manusia. Oleh karena itu, sektor pendidikan memegang peranan penting untuk mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. ―Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan-keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara‖ (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Sedangkan pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar agar dapat terjadi permerolehan ilmu dan pengetauan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan kepada peserta didik (Amri, 2013:34).

  Indikator kesuksesan pendidikan dan pembelajaran tercermin dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar sebagai outcome kegiatan belajar mengajar sangatlah kompleks. Telah banyak para ahli yang mendefinisikannya. Sudjana (dalam Utami, 2015:58) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Giantera (2013:1) hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan produk dari proses belajar yang dapat ditunjukkan melalui nilai atau angka dan diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa melalui tugas, ulangan harian, atau ujian lainnya.

  Dalam bidang studi Teknologi Informasi dan Komunikasi, hasil belajar dapat diselaraskan dengan istilah literasi TIK. Menurut Educational Testing Service ETS (2002:2), “ICT literacy is using digital technology, communications tools, andor networks to access, manage, integrate, evaluate, and create Dalam bidang studi Teknologi Informasi dan Komunikasi, hasil belajar dapat diselaraskan dengan istilah literasi TIK. Menurut Educational Testing Service ETS (2002:2), “ICT literacy is using digital technology, communications tools, andor networks to access, manage, integrate, evaluate, and create

  Tinggi rendahnya hasil belajar TIK ataupun literasi TIK sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK. Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi mencakup penguasaan keterampilan komputer, prinsip kerja berbagai jenis peralatan komunikasi dan cara memperoleh, mengolah dan mengkomunikasikan informasi. Selain itu berdasarkan Rekomendasi Jangka Pendek Naskah Akademik Pusat Kurikulum KEMDIKBUD (2007), rasio persentase kompetensi TIK yang ideal adalah 20 ranah kognitif (pengetahuan), 60 psikomotorik (keterampilan), dan 20 ranah afektif (sikap). Oleh karena mata pelajaran TIK mencakup penguasaan keterampilan dan prinsip kerja, serta rasio persentase kompetensi TIK lebih ditekankan pada aspek psikomotorik (keterampilan), maka diperlukan model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar dan literasi TIK.

  Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2007:52). Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk mata pelajaran TIK adalah model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).

  Project Based Learning (PjBL) berarti belajar melalui pengalaman (Solomon, dalam Sepahkar, 2015:49). Wena (2012:144) mendefinisikan model pembelajaran PjBL sebagai model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat Project Based Learning (PjBL) berarti belajar melalui pengalaman (Solomon, dalam Sepahkar, 2015:49). Wena (2012:144) mendefinisikan model pembelajaran PjBL sebagai model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat

  Penelitian terkait penerapan model pembelajaran PjBL telah banyak dilakukan oleh para ahli. Salah satunya dilakukan oleh Fitrianingsih dkk (2015) yang menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar sejarah pada peserta didik kelas X – Sosial 2 SMA Negeri 4 Jember. Penelitian lain dilakukan oleh Lesmana dan Jaedun (2015) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran PjBL lebih efektif dibanding model pembelajaran konvensional dengan metode tutorial. Sementara penelitian Eko Mulyadi (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran PjBL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fisika.

  Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran PjBL perlu diterapkan dalam proses pembelajaran mata pelajaran TIK. Untuk menerapkan dan menguji efektifitas model pembelajaran PjBL, perlu dilakukan telaah kritis mengenai model pembelajaran PjBL dan teknis penerapannya dalam meningkatkan hasil belajar TIK. Dengan demikian, penulis akan menulis sebuah makalah berjudul ―Implementasi Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi Siswa‖ untuk diseminarkan dalam Seminar Pendidikan Teknologi Informasi Tahun 2017 STKIP PGRI Situbondo.

1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, masalah yang akan dipecahkan dalam makalah ini adalah, bagaimana cara menerapkan model pembelajaran Project Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar TIK siswa?.

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

  Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mendeskripsikan cara menerapkan model pembelajaran Project Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar TIK siswa.

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Teoretis

  Secara teoretis makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pembelajaran, khususnya terkait penerapan model pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa.

1.4.2. Manfaat Praktis

  a. Bagi guru, makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK guna meningkatkan hasil belajar siswa.

  b. Bagi penulis, makalah ini diharapkan dapat meningkatkan hardskill guna menjadi guru TIK yang profesional.

  c. Bagi Kampus STKIP PGRI Situbondo, dengan adanya makalah ini dapat mempermudah segenap civitas akademika dalam mencari literatur tentang model pembelajaran Project Based Learning dan implementasinya dalam pembelajaran TIK.

1.5. Batasan Masalah

  Permasalahan yang akan dipecahkan dalam makalah ini terbatas pada:

  1. Model pembelajaran Project Based Learning adalah model pembelajaran

  yang memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja, dimana siswa melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah dan mensistesis informasi dan hasil akhir dalam pembelajaran adalah berupa produk yang merupakan hasil dari kerja kelompok siswa.

  2. Hasil belajar TIK merupakan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, daan

  sikap yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar mata pelajaran TIK melalui evaluasi yang dilakukan guru terhadap siswa melalui evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa dengan pemberian tugas, ulangan harian, nilai praktikum, atau ujian lainnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Model Pembelajaran Project Based Learning

2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning

  Model pembelajaran project based learning, disingkat PjBL, atau lebih dikenal dengan pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Menurut Solomon (dalam Sepahkar, 2015:49), PjBL berarti belajar melalui pengalaman. Wena (2012:144) mendefinisikan model pembelajaran PjBL sebagai model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri. Proyek dalam PjBL dilakukan untuk merangkai aktivitas siswa dalam menyusun suatu produk (Hiscocks, 2008). Produk yang disusun membutuhkan waktu untuk praktikum laboratorium dan pencarian data, sehingga model pembelajaran ini menekankan siswa untuk membuat proyek dan menghasilkan produkkarya kemudian belajar dari proses pembuatan proyek dan produk tersebut, agar materi belajar yang disampaikan guru mudah dipahami. Dalam penerapan project based learning, beberapa tugas akan diselesaikan dengan cara yang berbeda-beda sehingga siswa dapat menemukan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan (Wolk, dalam Sepahkar, 2015:49).

  Definisi model pembelajaran PjBL juga dikemukakan oleh Kamdi (2008) bahwa model pembelajaran PjBL merupakan proyek yang memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja, dimana siswa melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah dan mensistesis informasi. Hasil akhir dalam Definisi model pembelajaran PjBL juga dikemukakan oleh Kamdi (2008) bahwa model pembelajaran PjBL merupakan proyek yang memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja, dimana siswa melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah dan mensistesis informasi. Hasil akhir dalam

  Model pembelajaran PjBL telah dikembangkan oleh Buck Institute for Education sejak akhir dekade 90-an, yang mana model pembelajaran PjBL menjadi solusi inovatif untuk reformasi sistem pendidikan (Buck Institute of Education, 2009). Model pembelajaran ini merupakan penyempurnaan dari model problem based learning (PBL). Model pembelajaran PjBL merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada CTL atau contextual teaching and learning process (Jones, Rasmussen dan Moffit, 1997). CTL merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran PjBL adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada pemecahan masalah otentik yang terjadi sehari-hari melalui pengalaman belajar praktik langsung di masyarakat (John, dalam Moerdiyanto, 2008:374). Project Based Learning has also referred to by other names, such as project-based teaching, experienced-based education, authentic learning or anchored instruction (Arends, 1997:156).

  Model pembelajaran PjBL dan penilaiannya adalah sebuah model pembelajaran yang berdasar pada teori konstruktivisme, yang sesuai untuk pemecahan masalah kompleks secara kreatif, baik dilakukan secara kolaboratif maupun individual (Muresan, 2014:303). Siswa akan terangsang untuk menemukan solusi-solusi yang inovatif dan asli agar dapat mengambil keputusan yang efisien dalam mencapai tujuan utama kelompok. Sedangkan menurut Eskrootchi dan Oskrochi (2010:237), model pembelajaran PjBL menggabungkan tujuan dan materi pembelajaran konvensional dengan lingkungan belajar yang Model pembelajaran PjBL dan penilaiannya adalah sebuah model pembelajaran yang berdasar pada teori konstruktivisme, yang sesuai untuk pemecahan masalah kompleks secara kreatif, baik dilakukan secara kolaboratif maupun individual (Muresan, 2014:303). Siswa akan terangsang untuk menemukan solusi-solusi yang inovatif dan asli agar dapat mengambil keputusan yang efisien dalam mencapai tujuan utama kelompok. Sedangkan menurut Eskrootchi dan Oskrochi (2010:237), model pembelajaran PjBL menggabungkan tujuan dan materi pembelajaran konvensional dengan lingkungan belajar yang

  Moediyanto (2012:41) mengemukakan bahwa pada penerapan model pembelajaran PjBL, siswa belajar melalui situasi dan setting pada masalah- masalah yang nyata atau kontekstual. Karena itu, semua dijalankan dengan cara- cara: (1) dinamika kerja kelompok, (2) investigasi secara independen, (3) mencapai tingkat pemahaman yang tinggi, (4) mengembangkan keterampilan individual dan sosial. Model pembelajaran PjBL ini berbeda dengan pembelajaran langsung yang menekankan pada prestasi ide-ide dan keterampilan guru. Peran guru pada model pembelajaran PjBL adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran dengan model PjBL tidak akan terjadi tanpa keterampilan guru dalam mengembangkan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide dan dialog secara terbuka antara guru dan siswa.

  Lebih lanjut Moerdiyanto (2012:82) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan model PjBL harus menggunakan masalah-masalah nyata sehingga siswa belajar, berpikir, kritis dan terampil memecahkan masalah dan mendukung pengembangan keterampilan teknis serta perolehan pengetahuan yang mendalam. Model pembelajaran PjBL ini memfokuskan pada: (1) pemecahan masalah nyata, (2) kerja kelompok, (3) umpan balik, (4) diskusi, dan (5) laporan akhir. Siswa didorong untuk lebih aktif terlibat pembelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, sehingga peserta berlatih melakukan penyelidikan dan inkuiri. Levin (2001:1) menyatakan bahwa “Project Based Learning is an instructional method that encourages learners to apply critical thinking, problem solving skill, and content knowledge to real world problems and issues”. PjBL adalah model pembelajaran yang mendorong siswa untuk menerapkan cara berpikir kritis, keterampilan menyelesaikan masalah, dan memperoleh pengetahuan mengenai masalah dan isu-isu riil yang dihadapinya.

  Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada pemecahan masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari serta pengembangan produk atau unjuk kerja, dimana siswa melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah dan mensistesis informasi dan hasil akhir dalam pembelajaran adalah berupa produk yang merupakan hasil dari kerja kelompok siswa.

2.1.2. Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning

  Tidak semua kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek dapat disebut pembelajaran berbasis proyek. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik masing-masing yang tidak dimiliki oleh model pembelajaran lainnya. Kamdi (2008:8) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:

  a. Pebelajar membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.

  b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.

  c. Pebelajar merancang proses untuk mencapai hasil

  d. Pebelajar bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan.

  e. Melakukan evaluasi secara kontinu.

  f. Pebelajar secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.

  g. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.

  h. Kelas memiliki atmostef yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.

  Sementara Thomas (dalam Wena, 2012:145) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu:

  a. Prinsip sentralistis (centrality), menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana peserta didik belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan a. Prinsip sentralistis (centrality), menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana peserta didik belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan

  b. Prinsip pertanyaan penuntun (driving question), berarti bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama. Kriteria sebuah ―driving question‟ adalah sebagai berikut. …a driving question must be simple to understand but also give enough information about what is being searched. This is really necessary to conduct project easily. Because the guidance of such a driving question will always make you remember on what you should focus and what action to take. It must

  be simple because it must researchable and give chance to easily determine what are the variables.

  c. Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation), merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.

  d. Prinsip otonomi (autonomy), dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, lembar kerja peserta didik, petunjuk kerja praktikum, dan yang sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari PBL. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian peserta didik.

  e. Prinsip realistis (realism), berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata. PBL harus dapat memberikan perasaan realistis kepada peserta didik dan mengandung tantangan nyata yang berfokus pada permasalahan autentik, tidak dibuat-buat, dan solusinya dapat diimplementasikan di lapangan.

  Model pembelajaran berbasis proyek bukan sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas serta belajar kelompok kolaboratif, akan tetapi model ini memfokuskkan pada kreatifitas berpikir, pemcahan masalah dan interaksi antara siswa dengan siswa untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru. Keuntungan pembelajaran berbasis proyek menurut Moursund dikutip oleh Made

  Wena (2012:147) diantaranya sebagai berikut:

  a. Increased Motivation, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terbukti dari beberapa laporan penelitian tengang pembelajaran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat tekun, berusaha keras untuk menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam pembelajaran dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang.

  b. Inceased Problem-Solving Ability. Lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang bersifat kompleks.

  c. Improved Library Research Skills. Keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat.

  d. Increased Collaboration. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.

  e. Increased Resource-Management Skills, dapat memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

2.1.3. Tujuan Model Pembelajaran Project Based Learning

  Menurut Noordin dkk (2011), tujuan pokok model pembelajaran PjBL adalah mengembangkan dan meningkatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat teknis maupun nonteknis dan memfasilitas siswa untuk melakukan praktik nyata terkait materi yang diajarkan.

  Sedangkan menurut Sari dkk (2015:2), model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan berbicara siswa, karena melalui pembelajaran proyek siswa terlibat langsung dalam membuat sebuah proyek sehingga lebih dapat memahami dan dapat mengembangkan keterampilan berbicara. Selain meningkatkan keterampilan berbicara, pembelajaran berbasis proyek juga dapat meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, dan dapat mengembangkan kreativitas siswa.

2.1.4. Manfaat Diterapkannya Model Pembelajaran Project Based Learning

  Oleh karena PjBL adalah model pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa, peran siswa menjadi lebih aktif dan siswa terlibat penuh dalam proses pembelajaran. Muresan (2014:303) mengemukakan bahwa di samping mengembangkan pembelajaran aktif dan kooperatif, model pembelajaran PjBL memfasilitasi siswa agar dapat menyelesaikan permasalahan secara kreatif dan innovatif serta dapat menggunakan pengetahuannya dalam lingkungan yang nyata.

  Lebih lanjut Muresan (2014:303) mengemukakan bahwa di satu sisi, pebelajar dapat memiliki pengetahuan dan kompetensi pada bidang-bidang yang spesifik secara mudah dan cepat. Namun di sisi lain, mereka dapat memiliki kompetensi yang sesuai dengan lingkungan kerja yang sesungguhnya, seperti bekerja dan berkomunikasi dalam sebuah tim, berbagi pengetahuan dan tanggung jawab, serta dapat mengembangkan kreatifitas dan pembelajaran mandiri, termasuk pembelajaran berdasarkan pengalaman.

  Neac (dalam Muresan, 2014:304) juga menyatakan bahwa model pembelajaran project based learning memiliki potensi besar dalam membangun karakteristik siswa, antara lain:

  a. Mendukung pembelajaran secara individu maupun berkelompok.

  b. Meningkatkan kemampuan eksplorasi siswa.

  c. Mendukung perkembangan kognitif intelektual siswa.

  d. Berinteraksi dan bersemangat dalam bekerja sama.

  e. Mendukung siswa untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.

  f. Merangsang motivasi dan minat belajar siswa.

  g. Membentuk sikap dan nilai-nilai yang positif.

  h. Mengembangkan kemampuan mengambil keputusan.

  i. Mengembangkan berpikir kreatif. j. Mengembangkan kemampuan belajar secara mandiri maupun kolaboratif.

  PjBL merupakan salah satu cara mengembangkan keterampilan yang dituntut dalam pendidikan abad 21. PjBL dapat melatih siswa mengubah sifat pembelajaran dengan menemukan konsep dasar melalui perluasan informasi dan teknologi komunikasi yang nantinya sangat diperlukan untuk keberhasilan dalam menghadapi kehidupan di masa depan (Ledward dalam Ahira, 2011). Siswa yang ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah (Mergendoller, et al. 2006:49-69; Zachariou, 1995; Fitrianingsih dkk, 2015:33). Selain itu, Neo (2009) dan Noordin dkk (2011) menambahkan bahwa minat belajar, kemampuan berpikir kritis, kemampuan membangun relasi, dan kemampuan bekerja sama pada siswa lebih baik apabila siswa belajar dan beraktivitas melalui project based learning, dan kemampuan- kemampuan tersebut hampir dipastikan dapat berkembang, dibandingkan pada pembelajaran tradisional.

2.1.5. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning

  Para ahli pembelajaran telah banyak yang mengemukakan langkah- langkah atau sintaks model pembelajaran PjBL, sehingga terdapat banyak ragam sintaks model pembelajaran PjBL yang berbeda antara ahli yang satu dengan ahli yang lainnya. Menurut Abidin (2014:172), secara umum langkah-langkah model PjBL yaitu: (1) tahap praproyek (merencanakan alternatif proyek beserta hal-hal pendukung proyek); (2) tahap mengidentifikasi masalah (mengidentifikasi Para ahli pembelajaran telah banyak yang mengemukakan langkah- langkah atau sintaks model pembelajaran PjBL, sehingga terdapat banyak ragam sintaks model pembelajaran PjBL yang berbeda antara ahli yang satu dengan ahli yang lainnya. Menurut Abidin (2014:172), secara umum langkah-langkah model PjBL yaitu: (1) tahap praproyek (merencanakan alternatif proyek beserta hal-hal pendukung proyek); (2) tahap mengidentifikasi masalah (mengidentifikasi

  Sementara Delise (1997:27-35) mengungkapkan langkah-langkah penerapan model pembelajaran PjBL yang berbeda dengan pendapat ahli sebelumnya, antara lain:

  1. Connecting with the problem, yaitu guru memilih, merancang dan

  menyampaikan masalah yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

  2. Setting up the structure. Setelah siswa terlibat dengan masalah pembelajaran,

  guru menciptakan struktur untuk bekerja melalui masalah yang dihadapi. Struktur ini akan memberikan rancangan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa. Struktur menjadi kunci dari keseluruhan proses bagaimana siswa berfikir melalui situasi nyata dan mencapai solusi yang tepat.

  3. Visiting the problem. Jika guru telah menjelaskan bagaimana siswa akan

  mengarah, dan siswa diminta untuk membaca kembali statement masalah itu. Guru fokus pada ide-ide yang dimiliki siswa untuk bagaimana menyelesaikan masalah. Fokus tersebut diarahkan untuk menghasilkan fakta dan daftar item yang membutuhkan klarifikasi lebih lanjut.

  4. Revisiting the problem. Setelah siswa dalam kelompok kecil telah

  menyelesaikan tugas mandiri, mereka harus segera bergabung kembali dalam kelas untuk menemukan kembali masalah-masalah tersebut. Guru pertama- tama meminta kelompok kecil untuk melaporkan hasil pengamatan mereka. Pada saat itu guru menilai sumber yang mereka pakai sebagai referensi, waktu yang digunakan, dan efektivitas rencana tindakan yang akan dilakukan.

  5. Producing a product performance, yaitu membuat hasil pemecahan masalah

  yang disampaikan kepada guru untuk dievaluasi tentang mutu isi dan penguasaan skill mereka.

  6. Evaluating performance and the problem. Guru meminta siswa untuk

  mengevaluasi hasil kerja (performance) dari kajian masalah dan alternatif solusi yang diajukan.

  Langkah-langkah penerapan model pembelajaran PjBL juga dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (dalam Bender, 2012:17-20, 45-76), terdiri dari:

  a. Start with the essential question. Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan sesuatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi yang mendalam. Pengajar berusaha agar yang diangkat relevan untuk para peserta didik.

  b. Design a plan for the project. Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subyek serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

  c. Create a schedule. Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek; (2) membuat deadline untuk menyelesaikan proyek; (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru; (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek; dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

  d. Monitor the student and the progress of the project. Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi monitor bagi aktivitas peserta didik, agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

  e. Assess the outcome. Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberikan umpan balik tentang tingkat pemahaman dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

  f. Evaluate the experience. Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok, pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

  Langkah-langkah penerapan model pembelajaran PjBL yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation inilah yang diterapkan di Indonesia melalui kurikulum 2013. Adapun bentuk adaptasinya dijelaskan melalui gambar di bawah ini.

  Gambar 2.1. Langkah-langkah PjBL (Modifikasi dari Buku Bimtek KTI Pembelajaran Inovatif Produktif, 2014: 11)

  Sebelum menerapkan model PjBL dalam proses pembelajaran, menurut Moerdiyanto (2012:86), terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh guru antara lain:

  a. Menentukan materi pembelajaran dengan pemilihan masalah riil yang nyata.

  b. Menyusun daftar keinginan siswa agar proses pembelajaran menjadi menyenangkan

  c. Merancang penyajian masalah untuk dapat memandu siswa

  d. Menentukan alokasi waktu dan jadwal pembelajaran

  e. Mengorganisir kelompok-kelompok belajar

  f. Merancang sumber belajar

  g. Merancang lingkungan belajar

  h. Merancang format penilaian proses dan hasil belajar.

  Adapun hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh guru sebelum menerapkan model pembelajaran PjBL adalah menyiapkan proyek yang akan dilaksanakan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Proyek yang akan dilaksanakan harus dikuasai terlebih dahulu oleh guru, artinya guru telah melakukan proyek tersebut sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Apabila seorang guru yang memimpin pembelajaran berbasis proyek tidak memiliki pengalaman yang cukup mengenai project yang akan diberikan kepada siswa, maka kegagalan project akan terjadi. Dengan kata lain, pengetahuan teoretis yang dimiliki oleh guru tidaklah cukup dan guru harus memiliki pengalaman praktik secara langsung pada bidang yang ditekuni (Marx, dalam Sepahkar, 2015).

2.1.6. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning

  Wena (2012:147) mengemukakan bahwa model pembelajaran PjBL memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan sebagai berikut.

  1) Keunggulan Model Pembelajaran PjBL:

  a) Meningkatkan motivasi

  b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

  c) Meningkatkan kolaborasi

  d) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber daya

  2) Kelemahan Model Pembelajaran PjBL:

  a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

  b) Memerlukan biaya yang cukup banyak.

  c) Banyak peralatan yang harus disediakan.

  d) Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan

  informasi akan mengalami kesulitan, dan

  e) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak memahami topik secara keseluruhan.

  Pendapat lain dikemukakan oleh Husamah (2013), bahwa model PjBL memiliki kelebihan di antaranya (1) pelajar memperoleh pengetahuan dasar (basic science) yang berguna untuk memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya, (2) pelajar belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student centered, dan (3) pelajar mampu berpikir kritis dan mengembangkan inisiatif. Ada tiga kategori umum penerapan proyek untuk pelajar, yakni mengembangkan keterampilan, meneliti permasalahan, dan menciptakan solusi. Kreativitas dari suatu proyek membantu perkembangan pertumbuhan individu.

2.2. Model Project Based Learning Dalam Pembelajaran Teknologi

  Informasi dan Komunikasi

  Model pembelajaran PjBL sangat sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Hal ini dikarenakan melesatnya perkembangan komputer dan teknologi informasi yang memberikan nuansa baru dalam dunia pendidikan dan pelatihan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PjBL merupakan model pembelajaran yang sangat penting untuk diterapkan pada mata pelajaran TIK di sekolah maupun jurusan teknologi informasi dan teknik komputer di jenjang pendidikan tinggi (Grozdev Angelova, 2007).

  Model pembelajaran PjBL pada pembelajaran TIK salah satunya dapat diterapkan dalam konteks pengembangan perangkat lunak, yang mana langkah- langkah atau sintaks penerapannya antara lain: (1) project definition, (2) choosing software development environment, (3) setting up a team, (4) holding a workshop, (5) system analyze, (6) system design, (7) implementation, dan (8) system test (Sepahkar dkk, 2015:53).

  Menurut Muresan (2014:306), model pembelajaran PjBL memfasilitasi peserta didik agar dapat memiliki kompetensi digital serta keterampilan- keterampilan untuk mengembangkan materi pembelajaran berbasis komputer. Selain itu, teknologi berbasis komputer yang terintegrasi dengan model pembelajaran PjBL sangat berguna untuk pembelajaran yang konstruktif. (Roschelle, dalam Eskrootchi Oskrochi, 2010:237).

2.3. Hasil Belajar

  Hasil belajar sebagai outcome kegiatan belajar mengajar sangatlah kompleks. Telah banyak para ahli yang mendefinisikannya. Sudjana (dalam Utami, 2015:58) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Giantera (2013:1) hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan produk dari proses belajar yang dapat ditunjukkan melalui nilai atau angka dan diperoleh dari Hasil belajar sebagai outcome kegiatan belajar mengajar sangatlah kompleks. Telah banyak para ahli yang mendefinisikannya. Sudjana (dalam Utami, 2015:58) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Giantera (2013:1) hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan produk dari proses belajar yang dapat ditunjukkan melalui nilai atau angka dan diperoleh dari

  Berdasarkan definisi hasil belajar menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pengetahuan, kemampuan, keterampilan, ataupun sikap yang diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas belajar melalui evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa dengan pemberian tugas, ulangan harian, atau ujian lainnya.

  Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Menurut Slameto (2003:54- 72), faktor-faktor tersebut antara lain:

  1. Faktor-faktor Intern

  a. Faktor Jasmaniah

  1) Faktor Kesehatan

  2) Cacat Tubuh

  b. Faktor Psikologis

  c. Faktor Kelelahan

  2. Faktor-faktor Ekstern

  a. Faktor Keluarga

  1) Cara Orang Tua Mendidik

  2) Relasi Antar Anggota Keluarga

  3) Susunan Rumah

  4) Keadaan Ekonomi Keluarga

  5) Pengertian Orang Tua

  6) Latar Belakang Kebudayaan

  b. Faktor Sekolah

  1) Metode Mengajar

  2) Kurikulum

  3) Relasi Guru dengan Siswa

  4) Relasi Siswa dengan Siswa

  5) Disiplin Sekolah

  6) Alat Pelajaran

  7) Waktu Sekolah

  8) Standar Pelajaran Di Atas Ukuran

  9) Keadaan Gedung

  10) Metode Belajar

  11) Tugas Rumah

  c. Faktor Masyarakat

  1) Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat

  2) Mass Media

  3) Teman Bergaul

  4) Bentuk Kehidupan Masyarakat

  Wahidmurni (2010:18) mengemukakan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut dapat ditunjukkan diantaranya dari kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Contoh perubahan dalam aspek kemampuan berpikir adalah misalnya terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, atau perubahan dari tidak paham menjadi paham dan seterusnya. Contoh perubahan dalam aspek sikap misalnya dari sikap yang buruk menjadi sifat yang baik, dari semula bersikap tidak sopan menjadi sikap yang sopan dan seterusnya. Kemudian contoh perubahan dalam aspek keterampilan misalnya dari tidak dapat melakukan wudlu menjadi terampil berwudlu, dari tidak terampil melukis menjadi terampil melukis dan seterusnya.

  Hasil belajar siswa dapat dilakukan penilaian melalui banyak cara, salah satunya adalah teknik penilaian melalui tes. Pada penilaian melalui tes dapat berupa tes tulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Pada tes tulis, soal-soal harus dijawab oleh siswa dengan memberikan jawaban secara tertulis. Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara guru dan siswa. Sedangkan pada tes perbuatan, penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaannya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja.

2.4. Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

IMPLEMENTASI MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 STUDI KASUS PENGONTROL SUHU ALIRAN AIR DALAM PIPA DENGAN METODE KONTROL FUZZY LOGIK

28 240 1

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

DISKRIMINASI PEREMPUAN MUSLIM DALAM IMPLEMENTASI CIVIL RIGHT ACT 1964 DI AMERIKA SERIKAT

0 34 14

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92