ProdukHukum BankIndonesia

(1)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI JAWA BARAT

TRIWULAN II-2008


(2)

Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108

BANDUNG

Telp : 022 – 4230223 Fax : 022 – 4214326


(3)

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan.

Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia

Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan.

Visi Kantor Bank Indonesia Bandung

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Misi Kantor Bank Indonesia Bandung

Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya.

Tugas Pokok Bank Indonesia Bandung adalah sebagai berikut :

1. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat tentang kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya;

2. Melaksanakan kegiatan operasional sistem pembayaran tunai dan/atau non tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya;

3. Melaksanakan pengawasan terhadap perbankan di wilayah kerjanya;

4. Memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat;

5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung terlaksananya fungsi-fungsi utama.


(4)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas perkenan dan karunia-Nya, buku “Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2008” ini akhirnya selesai disusun. Hasil kajian atas perkembangan ekonomi regional Provinsi Jawa Barat pada triwulan tersebut memberi gambaran bahwa kondisi ekonomi regional di Jawa Barat menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara inflasi meningkat.

Setelah tumbuh cukup tinggi pada triwulan I-2008, (7,13% (yoy)), perekonomian Jawa Barat selama triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh melambat menjadi sebesar 5,07% (yoy). Perlambatan ini terutama disebabkan oleh penurunan nilai tambah di sektor pertanian, khususnya tanaman pangan, dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumya. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang melambat disebabkan melemahnya permintaan konsumsi rumah tangga dan menurunnya kegiatan ekspor. Adapun laju pertumbuhan investasi di Jawa Barat masih tetap terjaga pada level yang cukup tinggi, sejalan dengan membaiknya rating Indonesia sebagai negara tujuan investasi.

Seperti triwulan sebelumnya, perkembangan inflasi di Jawa Barat pada triwulan II-2008 masih mendapatkan tekanan yang cukup besar terutama sebagai dampak kenaikan harga berbagai komoditas pangan dan energi di pasar internasional. Kenaikan harga minyak bumi dari kisaran USD80/barrel pada tahun 2007 menjadi di atas USD130/barrel pada pertengahan tahun 2008, telah mendorong pemerintah pada tanggal 24 Mei 2008 untuk menaikkan harga BBM bersubsidi, yang meliputi premium, minyak tanah, dan solar, rata-rata sebesar 28,75%. Hal ini mengakibatkan inflasi

administered prices melonjak signifikan. Di samping itu, harga bahan makanan yang harganya

berfluktuasi (volatile food) juga masih mengalami peningkatan signifikan. Perkembangan tersebut menyebabkan peningkatan laju inflasi di Jawa Barat. Tingkat inflasi gabungan tujuh kota di Jawa Barat (meliputi Kota Bandung, Cirebon, Tasikmalaya, Bekasi, Bogor, Sukabumi, dan Banjar) selama triwulan II-2008 tercatat sebesar 4,41% (qtq) atau 11,83% (yoy), lebih tinggi daripada inflasi pada triwulan sebelumnya.

Di sisi pembiayaan, perekonomian Jawa Barat didukung pula oleh peningkatan fungsi intermediasi perbankan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan yang lebih pesat baik secara triwulanan (qtq) maupun tahunan (yoy), untuk beberapa indikator seperti aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit selama periode triwulan II-2008. Sebagian besar aset perbankan (94%) di Jawa Barat merupakan aset bank umum konvensional. Sementara itu, sisanya sebesar 6% berasal dari aset bank umum syariah dan BPR/S dengan porsi masing-masing 3%. Total aset bank umum konvensional pada triwulan II-2008 naik 4,58% (qtq) mencapai posisi Rp139,72 triliun, atau secara tahunan total aset tumbuh sebesar 13,92% (yoy). Posisi kredit yang disalurkan oleh bank umum konvensional meningkat 9,78% (qtq) atau 24,88% (yoy) menjadi Rp77,92 triliun. Di sisi lain, DPK yang dihimpun bank umum konvensional menurun 4,15% (qtq) atau 10,64% (yoy) menjadi Rp105,98 triliun. Kenaikan


(5)

ii

Jawa Barat naik dari 69,75% menjadi 73,52% pada triwulan I-2008.

Perekonomian Jawa Barat juga tidak terlepas dari dukungan pembiayaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Namun demikian, sampai dengan triwulan II-2008, peranannya masih relatif kecil. Sampai dengan triwulan I-2008, realisasi belanja langsung diperkirakan masih sangat rendah. Sampai dengan triwulan I-2008, realisasi belanja daerah baru 6,39% (Rp386,37 miliar) dari total belanja daerah selama tahun 2008 yang sebesar Rp6,05 triliun. Sementara itu, realisasi belanja daerah hingga triwulan II-2008 diperkirakan baru sekitar 20%-30%, seperti realisasi belanja pada periode yang sama tahun 2007.

Sejalan dengan membaiknya kinerja perekonomian Jawa Barat, kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Jawa Barat menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Menurut BPS, tingkat pengangguran terbuka di Jawa Barat mengalami penurunan, yakni dari 14,51% pada Februari 2007 menjadi 12,28% pada Februari 2008. Sementara itu, angka kemiskinan di Provinsi Jawa Barat menunjukkan penurunan, yaitu dari 5,46 juta jiwa (13,55%) pada posisi Maret 2007, menjadi 5,32 juta jiwa (13,01%) pada bulan Maret 2008.

Uraian di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan perbankan, serta hasil-hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Bandung, juga kami peroleh dari berbagai pihak, seperti Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dinas-dinas terkait, Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik, Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Barat. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kesempatan ini, perkenankan kiranya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini.

Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap langkah kita.

Bandung, 1 Agustus 2008 TTD

Yang Ahmad Rizal Pemimpin


(6)

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel... v

Daftar Grafik... vii

Tabel Indikator Ekonomi Jawa Barat... xi

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL ... 7

1. Sisi Permintaan... 10

1.1.Konsumsi ... 10

1.2.Investasi ... 13

1.3.Ekspor-Impor ... 16

2. Sisi Penawaran... ... 17

2.1.Sektor Pertanian... 17

2.2.Sektor Industri Pengolahan... 19

2.3.Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 21

2.4.Sektor Keuangan ... 22

2.5.Sektor Bangunan ... 23

2.6.Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 24

2.7.Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 25

2.8.Sektor Jasa-jasa... 26

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 27

1. Inflasi Triwulanan ... 29

1.1.Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 31

a. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ... 32

b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... 33

c. Kelompok Bahan Makanan... 34

d. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar... 35

e. Kelompok Kesehatan... 35

f. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga... 36

g. Kelompok Sandang ... 36

1.2.Inflasi Menurut Kota ... 37

2. Inflasi Tahunan ... 38

2.1.Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 39

a. Kelompok Bahan Makanan... 40

b. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar... 40

c. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ... 41

d. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... 42

e. Kelompok Sandang ... 43

f. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga ... 44

g. Kelompok Kesehatan ... 44

2.2.Inflasi Menurut Kota ... 45

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ... 47

1. Bank Umum Konvensional ... 49

1.1.Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Konvensional... 50

1.2.Penyaluran Kredit Bank Umum Konvensional ... 52

1.2.1. Kredit Bank Umum Konvensional Berdasarkan Bank Pelapor ... 52

1.2.2. Kredit Bank Umum Konvensional Berdasarkan Lokasi Proyek ... 54

1.2.3. Persetujuan Kredit Baru oleh Bank Umum Konvensional ... 55

1.2.4. NPL/Risiko Kredit ... 56


(7)

2. Kinerja Bank Umum Konvensional yang Berkantor Pusat di Bandung ... 59

3. Bank Umum Syariah ... 61

4. Bank Perkreditan Rakyat ... 61

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ... 63

Perkembangan Realisasi APBD Jawa Barat... 65

1. Realisasi Pendapatan Daerah... 65

2. Realisasi Belanja Daerah ... 68

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 71

1. Pengedaran Uang Kartal... 72

1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) ... 72

1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar ... 74

1.3. Penukaran Uang Pecahan Kecil... 74

1.4. Uang Palsu ... 75

2. Sistem Pembayaran Non Tunai... 75

2.1. Kliring Lokal ... 75

2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS) ... 76

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH... 77

1. Ketenagakerjaan ... 79

2. Kesejahteraan... 81

Kemiskinan ... 81

Kesejahteraan Petani ... 82

Boks 1. Efektivitas Penyaluran BLT di Kota andung ... 84

Boks 2. Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Perilaku Konsumsi Rumah Tangga di Kota Bandung ... 85

Boks 3. Agenda Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan III-2008 Bidang Sosial Budaya ... 86

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ... 89

1. Prospek Ekonomi Makro... 90

2. Prakiraan Inflasi ... 91

LAMPIRAN... 93

DAFTAR ISTILAH ... 99


(8)

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat dari Sisi Permintaan (%)... 9

Tabel 1.2. Kontribusi Komponen Sisi Permintaan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat (%) ... 9

Tabel 1.3. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat (%)... 10

Tabel 1.4. Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat (%)... 10

Tabel 1.5. Luas Panen Padi di Jawa Barat... 17

Tabel 1.6. Produksi Padi (Sawah dan Ladang) di Jawa Barat... 18

Tabel 1.7. Luas Panen Padi (Sawah dan Ladang) di Jawa Barat... 18

Tabel 1.8. Perkembangan Komoditas Jagung di Jawa Barat ... 18

Tabel 1.9. Perkembangan Komoditas Kedelai di Jawa Barat... 19

Tabel 1.10. Indikator Perhotelan di Jawa Barat ... 21

Tabel 1.11. Nilai Tambah Bank Umum di Jawa Barat (Rp Juta) ... 22

Tabel 1.12. Perkembangan Properti Komersial ... 23

Tabel 1.13. Jumlah Kendaraan (Golongan II) yang Masuk dan Keluar dari Beberapa Gerbang Tol... 24

Tabel 1.14. Jumlah Penumpang Kereta Api DAOP Jawa Barat (Bandung dan Cirebon)(Juta penumpang)... 24

Tabel 1.15. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Husein Sastranegara... 25

Tabel 1.16. Pemakaian Listrik di Jawa Barat (tidak termasuk Banten)(Juta Kwh)... 25

Tabel 2.1. Komoditas dengan Inflasi Triwulanan Tertinggi di Jawa Barat Triwulan II-2008 ... 29

Tabel 2.2. Komoditas dengan Andil Inflasi Triwulanan Terbesar di Jawa Barat Triwulan II-2008 ... 29

Tabel 2.3. Inflasi Triwulanan di Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)... 32

Tabel 2.4. Inflasi Triwulanan di Jawa Barat Menurut Kota (% )... 37

Tabel 2.5. Komoditas dengan Inflasi Tahunan Tertinggi di Jawa Barat Juni 2008 ... 38

Tabel 2.6. Komoditas dengan Andil Inflasi Tahunan Terbesar di Jawa Barat Juni 2008... 38

Tabel 2.7. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ... 39

Tabel 2.8. Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kota (% ) ... 45

Tabel 3.1. Empat Kabupaten/Kota dengan Rasio NPL Tertinggi... ... 56

Tabel 3.2. Empat Kabupaten/Kota dengan Rasio NPL Terendah... ... 57

Tabel 4.1. Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2007 dan Triwulan I-2008 (Rp Miliar)... 65

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun Triwulan II-2007 dan Triwulan I-2008 (Rp Miliar)... 66

Tabel 4.3. Realisasi Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan I–2008 ... 68

Tabel 5.1. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui Bank Indonesia Bandung. 73 Tabel 5.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil melalui PPUPK Triwulan II-2008... 75

Tabel 5.3. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal Rata-rata per Bulan di Jawa Barat (Rp Triliun) ... 76

Tabel 5.4. Perkembangan Transaksi RTGS Rata-rata Per Bulan di Jawa Barat ... 76

Tabel 6.1. Penuduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Periode Februari 2007-Februari 2008 (Juta Jiwa)... ... 79

Tabel 6.2. Garis Kemiskinan, jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Barat Periode Maret 2007 – Maret 2008... ... 82

Tabel 6.3. Nilai Tukar Petani di Jawa Barat... ... 83


(9)

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Jawa Barat... 8

Grafik 1.2. Situasi Bisnis... 8

Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen ... 11

Grafik 1.4. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini... 11

Grafik 1.5. Komponen Indeks Ekspektasi... 11

Grafik 1.6. Pendaftaran Mobil Baru di Jawa Barat (Tidak Termasuk Bekasi) ... 11

Grafik 1.7. Konsumsi BBM (Premium)... 12

Grafik 1.8. Penjualan Makanan dan Tembakau ... 12

Grafik 1.9. Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga... 12

Grafik 1.10. Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya... 12

Grafik 1.11. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Jawa Barat... 13

Grafik 1.12. Penyaluran Kredit Baru untuk Penggunaan Konsumsi oleh Bank Umum di Jawa Barat ... 13

Grafik 1.13. Penjualan Semen di Jawa Barat... 14

Grafik 1.14. Penjualan Perlengkapan Konstruksi... 14

Grafik 1.15. Impor Barang Modal... 15

Grafik 1.16. Impor Barang Modal Utama ... 15

Grafik 1.17. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Jawa Barat... 15

Grafik 1.18. Penyaluran Kredit Baru Jenis Penggunaan Investasi oleh Bank Umum di Jawa Barat... 15

Grafik 1.19. Nilai dan Volume Ekspor Jawa Barat ... 16

Grafik 1.20. Nilai dan Volume Impor Jawa Barat... 16

Grafik 1.21. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Pertanian ... 19

Grafik 1.22. Nilai dan Volume Ekspor Kendaraan Bermotor... 20

Grafik 1.23. Nilai dan Volume Ekspor Produk TPT... 20

Grafik 1.24. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Industri Pengolahan ... 20

Grafik 1.25. Perkembangan Nilai Penjualan Pedagang Besar dan Eceran... 21

Grafik 1.26. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 22

Grafik 1.27. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Bangunan dan Konstruksi .... 23

Grafik 1.28. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 25

Grafik 1.29. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih.... 26

Grafik 1.30. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Jasa-jasa ... 26

Grafik 2.1. Inflasi Triwulanan Jawa Barat dan Nasional ... 28

Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Jawa Barat dan Nasional... 28

Grafik 2.3. Inflasi Bulanan Jawa Barat dan Nasional... 29

Grafik 2.4. Perkembangan Harga Barang dan Jasa Menurut Pengusaha... 29

Grafik 2.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar... 30

Grafik 2.6. Perkembangan Ekspektasi Pengusaha terhadap Harga Barang dan Jasa... 30

Grafik 2.7. Ekspektasi Pedagang Eceran terhadap Harga Barang dan Jasa... 31

Grafik 2.8. Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Barang dan Jasa... 31

Grafik 2.9. Inflasi dan Andil Inflasi Jawa Barat Triwulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa Triwulan II-2008... 32

Grafik 2.10. Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Jawa Barat ... 33

Grafik 2.11. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Jawa Barat Menurut Subkelompok Triwulan II-2008... 33

Grafik 2.12. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Jawa Barat... .... 33

Grafik 2.13. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Jawa Barat Menurut Subkelompok Triwulan II-2008 ... 33

Grafik 2.14. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Jawa Barat... 34

Grafik 2.15. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Jawa Barat Menurut Subkelompok Triwulan II-2007... ... 34


(10)

Grafik 2.18. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Jawa Barat

Menurut Subkelompok Triwulan II-2008 ... 35

Grafik 2.19. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Jawa Barat ... 36

Grafik 2.20. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Jawa Barat Menurut Subkelompok Triwulan II-2008... 36

Grafik 2.21. Inflasi Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga di Jawa Barat... 36

Grafik 2.22. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga di Jawa Barat Menurut Subkelompok Triwulan II-2008... 36

Grafik 2.23. Inflasi Triwulanan Kelompok sandang di Jawa Barat... 37

Grafik 2.24. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Jawa Barat Menurut Subkelompok Triwulan II-2008... 37

Grafik 2.25. Inflasi dan Andil Inflasi Triwulanan di Jawa Barat Menurut Kota Triwulan II-2008... 38

Grafik 2.26. Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa Juni 2008... 39

Grafik 2.27. Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Jawa Barat... .. 40

Grafik 2.28. Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Jawa Barat Menurut Subkelompok Juni 2008 ... 40

Grafik 2.29. Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar di Jawa Barat... 41

Grafik 2.30. Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar di Jawa Barat Menurut Subkelompok Juni 2008 ... 41

Grafik 2.31. Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Jawa Barat ... 42

Grafik 2.32. Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Jawa Barat Menurut Subkelompok Juni 2008 ... 42

Grafik 2.33. Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Jawa Barat 42 Grafik 2.34. Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Jawa Barat Menurut Subkelompok Juni 2008 ... 42

Grafik 2.35. Inflasi Tahunan Kelompok Sandang di Jawa Barat ... 43

Grafik 2.36. Inflasi Tahunan Kelompok Sandang Menurut di Jawa Barat Menurut Subkelompok Juni 2008 ... 43

Grafik 2.37. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga di Jawa Barat ... 44

Grafik 2.38. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga di Jawa Barat Menurut Subkelompok Juni 2008... 44

Grafik 2.39. Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Jawa Barat... 44

Grafik 2.40. Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Jawa Barat Menurut Subkelompok Juni 2008... 44

Grafik 2.41. Inflasi dan Andil Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kota Juni 2008 ... 45

Grafik 3.1. Perkembangan Aset, DPK dan Kredit Bank Umum Konvensional... 50

Grafik 3.2. Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum Konvensional ... 50

Grafik 3.3. Perkembangan Penghimpunan DPK Bank Umum Konvensional Berdasarkan Jenis Simpanan ... 50

Grafik 3.4. Pangsa Penghimpunan DPK Bank Umum Konvensional Berdasarkan Kelompok Bank Triwulan II-2008... 51

Grafik 3.5. Pangsa DPK Bank Umum Konvensional Berdasarkan Golongan Pemilik Triwulan II-2008 .. 51

Grafik 3.6. Perkembangan DPK Bank Umum Konvensional Berdasarkan Golongan Pemilik... 51

Grafik 3.7. Perkembangan Kredit Bank Umum di Jawa Barat ... 52

Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ... 52

Grafik 3.9. Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum Konvensional Berdasarkan Jenis Penggunaan Triwulan II-2008... 53

Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional Berdasarkan Jenis Penggunaan... 53

Grafik 3.11. Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum Konvensional Terbesar Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan II-2008 ... 54

Grafik 3.12. Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum Konvensional Terbesar Berdasarkan Sektor Ekonomi ... 54

Grafik 3.13. Perkembangan Kredit Bank Pelapor dan Lokasi Proyek ... 54

Grafik 3.14. Pangsa Kredit Lokasi Proyek Berdasarkan Jenis Penggunaan Triwulan II-2008 ... 54

Grafik 3.15. Sektor Ekonomi Dominan Penyerap Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek ... 55


(11)

viii

II-2008... ... 55

Grafik 3.17. Perkembangan Persetujuan Kredit Baru oleh Bank Umum Konvensional... 55

Grafik 3.18. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Konvensional Menurut Kelompok Bank ... 57

Grafik 3.19. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Konvensional Menurut Jenis Penggunaan... 58

Grafik 3.20. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Konvensional Menurut Plafon ... 58

Grafik 3.21. Distribusi Kredit MKM Bank Umum Konvensional Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan II-2008 ... 58

Grafik 3.22. Distribusi Kredit MKM Bank Umum Konvensional Berdasarkan Kabupaten/Kota Triwulan II-2008 ... 58

Grafik 3.23. Perkembangan Gross NPL Kredit MKM dan Gross NPL Total Kredit Bank Umum Konvensional... ... 58

Grafik 3.24. Perkembangan Kredit MKM Berdasarkan Lokasi Proyek di Jawa Barat ... ... 59

Grafik 3.25. Perkembangan Kinerja Bank Umum Konvensional yang Berkantor Pusat di Bandung... 59

Grafik 3.26. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah... 61

Grafik 4.1. Komposisi Reallisasi PAD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2008 ... 66

Grafik 4.2. Komposisi Reallisasi Pajak Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2008 ... 66

Grafik 4.3. Komposisi Reallisasi Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2008 ... 67

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Barat ... 73

Grafik 5.2. Perkembangan PTTB Bank Indonesia Bandung... 74

Grafik 6.1. Jumlah Penduduk yang Bekerja dan Menganggur di Jawa Barat (juta jiwa)... 79

Grafik 6.2. Jumlah Penduduk Bekerja di Jawa Barat Menurut Lapangan Pekerjaan(juta jiwa)... 80

Grafik 6.3. Komposisi Penduduk Bekerja di Jawa Barat Menurut Lapangan Pekerjaan Bulan Februari 2008 ... 80

Grafik 6.4. Jumlah Penduduk Bekerja di Jawa Barat Menurut Status Pekerjaan (juta jiwa) ... 81

Grafik 6.5. Komposisi Penduduk Bekerja di Jawa Barat Menurut Status Pekerjaan Utama Bulan Februari 2008... 81

Grafik 7.1. Ekspektasi Situasi Bisnis ... 90

Grafik 7.2. EkspektasiRealisasi Kegiatan Dunia Usaha ... 90

Grafik 7.3. Ekspektasi Pelaku Usaha terhadap Perkembangan Harga Barang dan Jasa... 91

Grafik 7.4. Ekspektasi Pedagang Eceran terhadap Harga Barang dan Jasa... 92


(12)

I. MAKRO

2007 2008

INDIKATOR

Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II*) PDRB - harga konstan (Rp Miliar)* 68,159.54 69,633.52 70,680 70,236 71,615

- Pertanian 9,553.28 9,181.74 9,090 10,400 10,417

- Pertambangan & Penggalian 1,652.36 1,651.36 1,510 1,450 1,450

- Industri Pengolahan 29,592.55 30,289.27 30,890 30,711 30,865

- Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,478.04 1,521.32 1,570 1,563 1,526

- Bangunan 2,184.42 2,249.30 2,130 2,185 2,485

- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,876.64 14,807.26 15,710 14,170 14,411

- Pengangkutan dan Komunikasi 3,015.66 3,048.01 3,040 3,037 3,261

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 2,121.46 2,174.84 2,050 2,032 2,412

- Jasa 4,685.14 4,710.44 4,690 4,688 4,788

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 6.19 6.42 7.27 7.13 5.07

Ekspor-Impor** 2,181.47 1,618.57 1,768.92 1,687.56 1,489.81

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 4,397.07 3,130.51 3,077.29 4,729.71 3,349.32 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 2,301.76 1,333.44 1,568.05 2,013.26 1,275.36 Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 2,215.60 1,511.94 1,308.37 3,042.15 1,859.51

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 693.45 466.09 377.79 891.07 523.51

Indeks Harga Konsumen: 149.97 153.48 155.69 160.63 167.71

- Kota Bandung 151.38 155.13 157.96 162.40 171.84

- Kota Bekasi 147.48 151.39 152.62 157.67 163.95

- Kota Bogor 152.48 154.98 156.38 162.46 167.13

- Kota Sukabumi 144.37 147.09 151.81 155.98 161.74

- Kota Cirebon 143.07 146.25 149.62 154.52 161.94

- Kota Tasikmalaya 158.92 161.54 165.09 169.34 177.24

- Kota Banjar 153.11 157.19 160.26 167.78 176.20

Laju Inflasi Tahunan (yoy %): 4.82 6.08 5.10 6.88 11.83

- Kota Bandung 4.06 5.30 5.25 7.00 13.52

- Kota Bekasi 4.49 6.47 4.65 6.62 11.17

- Kota Bogor 5.84 6.19 4.50 6.58 9.61

- Kota Sukabumi 4.05 4.16 4.34 7.09 12.03

- Kota Cirebon 8.44 10.16 7.87 8.17 13.19

- Kota Tasikmalaya 9.75 9.13 7.72 6.52 11.53

- Kota Banjar 7.72 9.66 8.23 9.77 15.08

Keterangan:

* Proyeksi KBI Bandung

** Data Ekspor-Impor Triwulan II-2008 adalah data bulan April s.d. Mei 2008


(13)

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I Tw.II

Bank Umum

Total Aset (Rp Triliun) 118.82 122.65 124.99 136.39 133.59 139.72

DPK (Rp Triliun) 92.24 95.8 95.91 105.57 101.76 105.98

- Tabungan (Rp Triliun) 30.1 31.81 33.56 37.78 36.58 39.44

- Giro (Rp Triliun) 18.19 20.15 21.32 22.03 22.25 23.01

- Deposito (Rp Triliun) 43.94 43.84 41.03 45.77 42.93 43.53

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek *) 102.05 109.46 115.50 122.52 127.22 135.29

- Investasi 16.03 17.06 18.54 19.19 19.39 20.50

- Modal Kerja 46.52 50.19 52.08 56.22 58.13 62.04

- Konsumsi 39.50 42.20 44.88 47.11 49.70 52.75

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi kantor cabang 58.67 62.39 66.03 69.74 70.98 77.92

- Modal Kerja 24.47 26.15 27.73 29.98 30.36 34.31

- Investasi 5.63 6.12 6.75 7.3 7.39 8.08

- Konsumsi 28.56 30.12 31.55 32.46 33.22 35.53

- LDR 63.6 65.13 68.85 66.06 69.75 73.52

Rasio NPL Gross (%) 4.31 4.13 3.81 3.44 3.78 3.63

Rasio NPL Net (%) 2.36 2.08 1.82 1.66 2.06 1.72

Kredit MKM (triliun Rp) 47.43 50.18 52.84 54.76 55.82 60.77

Kredit Mikro (< Rp50 juta) (triliun Rp) 22.82 23.21 23.97 24.16 24.18 25.26

- Kredit Modal Kerja 2.68 2.88 2.99 2.99 3.27 3.76

- Kredit Investasi 0.52 0.47 0.62 0.59 0.41 0.48

- Kredit Konsumsi 19.63 19.86 20.36 20.58 20.50 21.02

Kredit Kecil (Rp50 juta s.d. Rp 500 juta) (triliun Rp) 12.57 14.05 15.13 15.56 16.38 18.61

- Kredit Modal Kerja 4.56 4.81 5.15 5.17 5.31 5.87

- Kredit Investasi 0.77 0.81 0.85 0.87 0.82 0.88

- Kredit Konsumsi 7.24 8.43 9.13 9.52 10.25 11.85

Kredit Menengah (Rp500 juta s.d.Rp5 miliar) (triliun Rp) 12.04 12.92 13.74 15.04 15.26 16.90

- Kredit Modal Kerja 8.64 9.29 9.79 10.78 10.84 12.07

- Kredit Investasi 1.84 1.95 2.06 2.16 2.22 2.46

- Kredit Konsumsi 1.57 1.68 1.88 2.1 2.20 2.38

Total Kredit MKM (triliun Rp) 47.43 50.18 52.84 54.76 55.82 60.77

Rasio NPL MKM gross (%) 3.94 3.91 3.65 3.41 3.71 3.55

Bank Umum Syariah *)

Total Aset (Rp Triliun) 3.32 3.41 3.55 4.07 4.05 4.40

DPK (Rp Triliun) 2.46 2.5 2.59 3.14 3.19 3.56

- Giro (Rp Triliun) 0.21 0.19 0.26 0.28 0.26 0.25

- Deposito (Rp Triliun) 1.16 1.22 1.08 1.35 1.47 1.63

- Tabungan (Rp Triliun) 1.09 1.09 1.25 1.52 1.46 1.68

Pembiayaan (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi kantor cabang 2.39 2.56 2.76 2.84 2.95 2.81

- Modal Kerja 1.2 1.38 1.56 1.65 1.67 1.68

- Investasi 0.62 0.58 0.64 0.63 0.57 3.74

- Konsumsi 0.56 0.6 0.56 0.56 0.75 0.76

- FDR 96.97 102.21 106.77 90.34 92.34 78.98

BPR *)

Total Aset (Rp Triliun) 3.91 4.27 4.34 3.95 4.13 4.39

DPK (Rp Triliun) 2.42 2.54 2.69 2.86 3.07 3.25

- Tabungan (Rp Triliun) 0.52 0.53 0.6 0.66 0.53 0.78

- Deposito (Rp Triliun) 1.92 1.99 2.09 2.20 2.17 2.47

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 2.41 2.62 2.72 2.86 3.00 3.23

- Modal Kerja 1.43 1.51 1.56 1.62 1.43 1.74

- Investasi 0.13 0.15 0.15 0.15 0.12 0.13

- Konsumsi 0.84 0.96 1.01 1.10 1.06 1.36

Kredit MKM (triliun Rp) 2.41 2.62 2.72 2.86 3.00 3.23

*) Posisi bulan Mei 2008

Indikator 2007 2008


(14)

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II

Transaksi Tunai

Posisi Kas Gabungan (Rp Triliun) 4.7 3.18 4.51 4.74 3.66 1.90

Inflow (Rp Triliun) 4.28 1.92 2.68 5.85 1.43 2.72

Outflow (Rp Triliun) 3.22 0.6 0.76 3.75 3.66 1.54

Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 162.39 104.03 91.67 114.93 146.69 127.22

Transaksi Non Tunai BI-RTGS

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 125.21 139.02 157.03 164.27 155.09 143.79

Volume Transaksi BI-RTGS 142,067 155,675 175,105 215,231 198,876 188,469

Rata-rata Harian Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 1.99 2.24 2.45 2.74 2.63 2.44 Rata-rata Harian Volume Transaksi BI-RTGS 2,255 2,511 2,736 3,587 3,371 3,194 Kliring

Nominal Perputaran Kliring (triliun Rp) 20.34 20.77 22.35 22.41 22.92 24.81

Volume Perputaran Kliring 1,100,628 1,092,647 1,159,654 1,096,667 1,167,549 1,127,945

Rata-rata Harian Nominal Perputaran Kliring (triliun Rp) 0.32 0.32 0.35 0.38 0.39 0.39

Rata-rata Harian Volume Perputaran Kliring 17,197 17,073 18,120 18,588 19,789 17,904

Indikator


(15)

(16)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat triwulan

II-2008 diperkirakan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan I-2008 maupun pada periode yang sama pada tahun sebelumnya. Setelah perekonomian Jawa Barat tumbuh cukup tinggi pada triwulan I-2008, yaitu tumbuh 7,13% (yoy), perekonomian Jawa Barat pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh melambat menjadi sebesar 5,07% (yoy). Hal ini disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebagai dampak dari tingginya tekanan inflasi di Jawa Barat.

Dari sisi permintaan, melemahnya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dipicu antara lain oleh melemahnya daya beli masyarakat.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang melambat disebabkan melemahnya permintaan konsumsi rumah tangga dan menurunnya kegiatan ekspor. Permintaan konsumsi rumah tangga yang mengalami perlambatan sejalan dengan melemahnya daya beli masyarakat sebagai dampak dari peningkatan laju inflasi di Jawa Barat Penurunan daya beli masyarakat antara lain tercermin dari beberapa indikator hasil Survei Konsumen, Survei Penjualan Eceran, dan nilai tukar petani (NTP) di Jawa Barat. Sementara itu, kegiatan ekspor masih mengalami penurunan sejalan dengan berlanjutnya perlambatan laju pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan utama ekspor Jawa Barat, seperti Amerika Serikat dan Jepang. Komponen sisi permintaan lainnya yaitu investasi, pada triwulan II-2008 juga mengalami perlambatan pertumbuhan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tetapi masih tetap terjaga pada level pertumbuhan yang cukup tinggi. Hal ini tercermin antara lain dari masih tingginya pertumbuhan indikator-indikator investasi seperti realisasi PMA/PMDN, penjualan semen, dan impor barang modal.

Dari sisi penawaran, melambatnya pertumbuhan ekonomi terutama terjadi pada sektor pertanian, seiring dengan berakhirnya panen raya.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang melambat tercermin pula pada sisi penawaran, terutama terjadi pada sektor pertanian. Seiring dengan berakhirnya panen raya di Jawa Barat, kinerja sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan mengalami perlambatan yang cukup signifikan pada triwulan II-2008. Sementara itu, melemahnya permintaan pasar domestik dan luar negeri, berdampak pada perlambatan laju pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mengalami perlambatan yang cukup signifikan akibat dari melambatnya permintaan konsumsi rumah tangga sebagai dampak dari melemahnya daya beli masyarakat. Namun demikian, beberapa sektor ekonomi non dominan di Jawa Barat tumbuh cukup tinggi, yaitu sektor bangunan dan konstruksi, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

PERKEMBANGAN INFLASI

Tekanan terhadap inflasi di Jawa Barat meningkat pada triwulan II- 2008.

Kenaikan harga BBM bersubsidi (premium, solar, dan minyak tanah) pada akhir bulan Mei lalu telah memberikan dampak signifikan terhadap inflasi selama triwulan II-2008. Inflasi IHK pada Juni 2008 secara triwulanan tercatat sebesar 4,41% (qtq). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Barat pada triwulan I-2008 (3,17%) dan triwulan yang sama tahun 2007 (-0,21%). Secara tahunan inflasi di Jawa Barat mencapai 11,83% (yoy), jauh diatas kisaran sasaran inflasi IHK nasional tahun 2008 yang ditetapkan pemerintah sebesar 5%±1%. Angka inflasi tahunan tersebut lebih tinggi daripada inflasi tahunan pada Maret 2008 yang sebesar 6,88% dan inflasi pada Juni 2007 yang sebesar 4,82%.


(17)

Kenaikan laju inflasi terutama terjadi pada komoditas administered price.

Kenaikan harga terutama terjadi pada komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah (administered price) yang mencatat inflasi tertinggi yaitu sebesar 10,43% (qtq) atau 14,13% (yoy) dari 1,61% (qtq) atau 3,93% (yoy) pada triwulan I-2008.

Sumber utama tekanan inflasi berasal dari faktor eksternal.

Peningkatan inflasi selama setahun terakhir masih didominasi oleh kenaikan bahan bakar, bahan makanan, emas perhiasan dan makanan jadi. Kenaikan bahan bakar minyak pada akhir Mei 2008 telah menyumbangkan inflasi yang cukup besar dan mendorong kenaikan barang dan jasa lainnya, khususnya tarif angkutan. Selain itu kenaikan harga berbagai komoditas strategis internasional (tekanan imported

inflation) pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga produk akhir yang

berbahan baku impor dan kenaikan harga emas perhiasan.

PERKEMBANGAN PERBANKAN

Perkembangan perbankan di Jawa Barat relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Perkembangan perbankan di Jawa Barat pada triwulan II-2008 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya maupun pada periode yang sama pada tahun 2007. Kondisi ini terlihat dari membaiknya indikator utama perbankan seperti total aset, dana pihak ketiga (DPK), kredit/pembiayaan yang disalurkan, maupun jumlah kredit bermasalah. Di lain pihak pertumbuhan kredit tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan DPK, sehingga menyebabkan Loan to

Deposit Ratio (LDR) mengalami penigkatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya.

Aset, DPK, dan kredit bank umum meningkat, kredit bermasalah (NPL) baik NPL Gross maupun NPL Nett menurun.

Perkembangan bank umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan II-2008 meningkat dibandingkan dengan triwulan I-II-2008, maupun triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Secara triwulanan, aset, DPK dan kredit naik masing-masing sebesar 4.,58%, 4,15% dan 9,78% dan secara tahunan meningkat pula masing-masing sebesar 13,92%, 10,64% dan 24,88%. Perkembangan DPK yang cukup signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya didorong oleh pertumbuhan jenis simpanan tabungan, terutama peningkatan tabungan dari kelompok bank umum pemerintah. Di sisi lain, penyaluran kredit perbankan masih melaju kencang. Hal ini terlihat dari tingginya pertumbuhan kredit yang disalurkan pada posisi triwulan II-2008 yang antara lain disebabkan oleh tingginya permintaan pembiayaan dari dunia usaha. Tingginya pertumbuhan kredit dibandingkan dengan pertumbuhan DPK mengakibatkan meningkatnya LDR perbankan di Jawa Barat. Sementara itu, risiko kredit semakin menurun, hal ini tercermin dari menurunnya jumlah kredit bermasalah (NPL) baik NPL gross maupun NPL Net.

Kinerja bank umum syariah di Jawa Barat tetap meningkat.

Perkembangan bank umum syariah di Jawa Barat pada triwulan II-2008 (posisi Mei 2008) menunjukkan perkembangan yang posistif baik secara triwulanan maupun secara tahunan.Pada triwulan II-2008 total aset naik 7,27% (qtq) dan 28,92% (yoy) menjadi Rp4,40 triliun. DPK tumbuh sebesar 10,69% (qtq) atau 42,28% (yoy) menjadi Rp3,56 triliun.Di sisi lain, pembiayaan yang disalurkan mengalami sedikit penurunan sebesar 1,11% (qtq), namun secara tahunan masih meningkat 9,94% (yoy) menjadi Rp2,81 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan (PYD) yang diberikan mengakibatkan FDR bank umum syariah pada triwulan II-2008 sedikit menurun dari 88,40% pada triwulan sebelumnya menjadi 78,98%.

Perkembangan tujuh bank umum yang berkantor pusat di Bandung terus menunjukkan peningkatan.

Perkembangan tujuh bank umum konvensional yang berkantor pusat di Bandung terus menunjukkan peningkatan. Beberapa indikator seperti total aset, DPK dan kredit yang disalurkan terus mengalami peningkatan. Aset tujuh bank umum berkantor pusat di Bandung tumbuh 4,79% (qtq) atau 16,25% (yoy) mencapai Rp43,49 triliun. DPK dan kredit tumbuh masing-masing 4,89 dan 5,51% (qtq) atau 17,58% dan 16,31 (yoy).


(18)

Demikian pula, beberapa indikator kinerja bank lainnya seperti BOPO, NII dan ROA untuk bank-bank masih menunjukkan perkembangan yang baik dan risiko kredit masih tetap rendah dan terkendali.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi sistem pembayaran relatif bervariasi dibandingkan triwulan sebelumnya

Perkembangan sistem pembayaran di Jawa Barat pada triwulan II-2008 relatif bervariasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah aliran uang masuk (inflow) di KBI Bandung, KBI Tasikmalaya dan KBI Cirebon mengalami penurunan, sedangkan aliran uang keluar (outflow) mengalami peningkatan. Sementara itu, untuk transaksi kliring, secara nominal mengalami penignkatan namun jumlah transaksinya menurun. Di sisi lain transaksi pembayaran melalui RTGS, baik transaksi maupun volumenya mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Peran keuangan daerah terhadap perkembangan perekonomian Jawa Barat sampai denga pertengahan tahun masih relatif rendah.

Peranan keuangan daerah terhadap perkembangan perekonomian Jawa Barat sampai dengan pertengahan tahun masih relatif rendah. Hal ini tercermin dari masih rendahnya realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang sampai triwulan I-2008 baru mencapai Rp386,37 miliar dari total Rp6,05 miliar atau mencapai 6,39%. Rendahnya realisasi belanja daerah pada semester I-2008 antara lain disebabkan oleh terlambatnya penetapan perda mengenai APBD Provinsi Jawa Barat tahun anggaran 2008.

Realisasi pendapatan daerah pada tw II-2008 diperkirakan mencapai 50% dari target pendapatan tahun 2008.

Pencapaian realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat sampai dengan pertengahan tahun 2008 diperkirakan jauh lebih tinggi. Sampai dengan akhir triwulan I-2008, realisasi pendapatan daerah telah mencapai angka Rp1,58 triliun, atau 27,79% dari target pendapatan pada tahun 2008 yang sebesar Rp5,70 triliun. Diperkirakan realisasi pendapatan daerah pada triwulan II-2008 dapat mencapai angka di atas 50%, atau sekitar Rp2,85%.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat menunjukkan perkembangan yang membaik.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama periode awal tahun 2008 memberikan dampak yang positif terhadap kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Jawa Barat. Hal ini antara lain tercermin dari peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja dan penurunan tingkat kemiskinan. Kondisi ini menyebabkan tingkat pengangguran di Jawa Barat mengalami penurunan. Selain itu tingkat pengangguran di Jawa Barat yang pada Februari 2007 mencapai 14,51% dari total angkatan kerja turun menjadi sekitar 12,28% pada Februari 2008.

Tingkat kemiskinan di provinsi Jawa Barat pada awal tahun 2008 sebelum kenaikan BBM relatif membaik..

Di sisi kesejahteraan, tingkat kemiskinan di provinsi Jawa Barat pada awal tahun 2008 sebelum kenaikan harga BBM relatif membaik. Berdasarkan data BPS, Statistik kemiskinan di Provinsi Jawa Barat menunjukkan penurunan, yaitu dari 13,55% (5,46 juta jiwa) pada posisi Maret 2007, menjadi 13,01% (5,32 juta jiwa) pada bulan Maret 2008. Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan statistik kemiskinan tersebut diantaranya adalah semakin membaiknya kondisi perekonomian Jawa Barat, turunnya tingkat pengangguran, tingkat inflasi yang relatif terkendali, yang didukung pula oleh berbagai program pemerintah, seperti Asuransi Kesehatan untuk Keluarga Miskin (Askeskin) dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)


(19)

5

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Jawa Barat triwulan III-2008 diperkirakan masih akan tumbuh meskipun melambat, yaitu pada kisaran 4,40%-4,80% (yoy)

Perekonomian Jawa Barat Triwulan III-2008 berpotensi masih akan tumbuh melambat, yaitu tumbuh pada kisaran 4,40%-4,80% (yoy), sebagai dampak dari berlanjutnya peningkatan tekanan inflasi di Jawa Barat.

Di sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan mengalami perlambatan sejalan dengan melambatnya pertumbuhan di sisi konsumsi rumah tangga dan ekspor. Perlambatan laju pertumbuhan di sisi konsumsi sejalan dengan melemahnya daya beli masyarakat. Hasil Survei Konsumen oleh Bank Indonesia mengindikasikan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian Jawa Barat pada semester II-2008 cenderung semakin menurun. Hal ini akan mendorong konsumen untuk menunda pembelian barang-barang konsumsi, terutama untuk konsumsi non makanan. Adapun laju pertumbuhan konsumsi makanan masih berpotensi mengalami peningkatan seiring dengan adanya perayaan keagamaan (bulan Ramadhan) pada bulan September 2008. Sementara itu, ekspor diperkirakan masih akan mengalami penurunan seiring dengan melambatnya laju pertumbuhan negara-negara mitra dagang Jawa Barat. Di sisi lain, peluang pendorong pertumbuhan bersumber dari sisi investasi. Kegiatan investasi diperkirakan mengalami peningkatan sejalan dengan masih prospektifnya sektor properti di Jawa Barat.

Di sisi penawaran, perlambatan laju pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh melambatnya laju pertumbuhan di dua sektor utama, yaitu sektor pertanian dan industri pengolahan. Perlambatan laju pertumbuhan di sektor pertanian tidak terlepas dari dampak kenaikan biaya produksi serta faktor kekeringan yang semakin meluas di Jawa Barat. Sementara itu, melemahnya permintaan pasar, baik domestik maupun luar negeri, dan peningkatan biaya produksi akan semakin mendorong perlambatan laju pertumbuhan industri TPT serta industri alat angkutan dan mesin. Di sisi lain, sektor PHR terutama subsektor perdagangan, berpotensi mengalami peningkatan yang didorong oleh meningkatnya perdagangan antarprovinsi dan domestik menjelang bulan Ramadhan pada bulan September 2008.

Inflasi pada triwulan III-2008 diperkirakan lebih

tinggi daripada target inflasi nasional.

Inflasi IHK di Jawa Barat pada triwulan III-2008 diperkirakan masih akan mengalami tekanan, sehingga inflasi pada triwulan tersebut secara tahunan masih tetap lebih tinggi dibandingkan target inflasi nasional 2008 yang sebesar 5%±1% (yoy).

Faktor musiman seperti paceklik dan tahun ajaran baru menjadi sumber utama inflasi.

Tekanan utama inflasi pada triwulan mendatang berasal dari faktor musiman, yakni bulan Ramadhan yang jatuh lebih awal dibandingkan tahun 2007. Momen ini akan mempengaruhi ekspektasi para pelaku usaha untuk menaikan harga produk. Disamping itu kenaikan harga jual komoditas beras pada musim paceklik dan dimulainya tahun ajaran baru berpotensi meningkatkan angka inflasi.

Sehubungan faktor musiman, diperlukan langkah antisipatif baik dari Pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat.

Faktor musiman sehubungan bulan Ramadhan dan Idul Fitri, memerlukan langkah-langkah antisipatif yang sistematis baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, serta dukungan dari pelaku usaha dan masyarakat dalam pengendalian inflasi.


(20)

BAB 1

KONDISI MAKRO


(21)

8

Tingginya harga energi dan komoditas pangan di pasar internasional serta kenaikan harga BBM bulan Mei 2008 berdampak pada peningkatan tekanan inflasi domestik pada triwulan II-2008. Inflasi nasional hingga bulan Juni 20081

telah mencapai 11,03% (yoy), atau sebesar 7,37% (ytd). Meningkatnya tekanan inflasi tersebut menyebabkan perlambatan laju permintaan domestik, khususnya permintaan konsumsi rumah tangga. Di sisi lain, melambatnya laju pertumbuhan ekonomi dunia berdampak pada perlambatan laju pertumbuhan ekspor. Memperhatikan perkembangan ini, laju pertumbuhan ekonomi nasional triwulan II-2008 diperkirakan lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Jawa Barat

5,72 6,19 6,42

7,21 7,13 5,07

0 2 4 6 8

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*)

2007 2008

(%)

*) Proyeksi KBI Bandung

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 1.2. Situasi Bisnis

0 10 20 30

Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I Tw .II

2006 2007 2008

(%)

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), KBI Bandung

Sejalan dengan perkembangan tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan I-II-2008 dan triwulan II-2007 (Grafik 1.1.). Setelah perekonomian Jawa Barat tumbuh cukup tinggi pada triwulan I-2008, yaitu tumbuh 7,13% (yoy)2

, perekonomian Jawa Barat pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh melambat menjadi sebesar 5,07% (yoy). Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya3

, terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebagai dampak dari tingginya tekanan inflasi di Jawa Barat.

Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang semakin melambat tercermin antara lain dari menurunnya ekspektasi pelaku dunia usaha dan konsumen terhadap kondisi perekonomian Jawa Barat. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, situasi bisnis pada triwulan II-2008 relatif menurun dibandingkan dengan triwulan I-2008 dan triwulan II-2007 (Grafik 1.2). Sementara itu, hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia menunjukkan bahwa tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian Jawa Barat pada triwulan II-2008 mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu (Grafik 1.3). Selain itu, hasil SK juga mencerminkan penurunan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian selama periode enam bulan mendatang (Grafik 1.5).

1 IHK tahun dasar 2007.

2 Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2008 semula diperkirakan tumbuh 6,62% (yoy).


(22)

9 Di sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh melemahnya permintaan konsumsi rumah tangga dan menurunnya kegiatan ekspor (Tabel 1.1-1.2). Permintaan konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan sejalan dengan melemahnya daya beli masyarakat sebagai dampak dari peningkatan laju inflasi di Jawa Barat. Penurunan daya beli masyarakat antara lain tercermin dari beberapa indikator hasil Survei Konsumen, Survei Penjualan Eceran, dan nilai tukar petani (NTP) di Jawa Barat. Sementara itu, kegiatan ekspor masih mengalami penurunan sejalan dengan berlanjutnya perlambatan laju pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan utama ekspor Jawa Barat, seperti Amerika Serikat dan Jepang. Komponen sisi permintaan lainnya yaitu investasi, pada triwulan II-2008 juga mengalami perlambatan pertumbuhan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tetapi masih tetap terjaga pada level pertumbuhan yang cukup tinggi. Hal ini tercermin antara lain dari masih tingginya pertumbuhan indikator-indikator investasi seperti realisasi PMA/PMDN, penjualan semen, dan impor barang modal.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat Dari Sisi Permintaan (%)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II**)

Konsumsi Rumah Tangga 4.56 5.21 8.13 5.16 6.33 6.20 7.95 5.29 Konsumsi Pemerintah 15.90 (12.46) 5.85 (3.15) 25.92 5.47 (2.94) 4.63 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.47 5.96 4.86 9.98 8.06 8.13 10.43 8.56 Perubahan Inventori (6.19) 3.72 (20.61) 6.50 (13.56) (7.01) 2.52 8.10 Ekspor Barang dan Jasa (5.02) 8.22 3.02 2.71 (10.51) 0.52 (14.15) (2.90) Dikurangi Impor (10.76) (6.00) 3.35 9.28 (6.00) (0.12) (5.52) 0.88

PDRB 6.01 5.72 6.19 6.41 7.27 6.40 7.13 5.07

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah. **) Proyeksi KBI Bandung.

JENIS PENGGUNAAN 2006 2007 2007*) 2008

Tabel 1.2. Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat (%)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II**)

Konsumsi Rumah Tangga 3,00 3,41 5,19 3,34 4,16 4,03 5,18 3,44 Konsumsi Pemerintah 0,97 (0,78) 0,38 (0,21) 1,84 0,37 (0,15) 0,30 Pembentukan Modal Tetap Bruto 0,78 1,02 0,83 1,71 1,40 1,40 1,79 1,44 Perubahan Inventori (0,21) 0,10 (0,72) 0,18 (0,40) (0,21) 0,07 0,21 Ekspor Barang dan Jasa (3,04) 4,39 1,64 1,42 (6,03) 0,28 (7,74) (1,53) Dikurangi Impor (5,79) (2,80) 1,48 3,89 (2,90) (0,06) (2,29) 0,38

PDRB 6,01 5,72 6,19 6,41 7,27 6,40 7,13 5,07 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah.

*) Angka sementara. **) Proyeksi KBI Bandung.

2008 JENIS PENGGUNAAN 2006 2007 2007*)

Di sisi penawaran, laju pertumbuhan tiga sektor utama di Jawa Barat mengalami perlambatan, terutama terjadi pada sektor pertanian (Tabel 1.3-1.4). Seiring dengan berakhirnya panen raya padi di Jawa Barat, kinerja sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan mengalami perlambatan yang cukup signifikan pada triwulan II-2008. Sementara itu, melemahnya permintaan di pasar domestik dan luar negeri, berdampak pada perlambatan laju pertumbuhan sektor industri pengolahan. Selain itu, melambatnya permintaan konsumsi rumah tangga sebagai dampak dari melemahnya daya beli masyarakat, menyebabkan pertumbuhan sektor


(23)

10

perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Di sisi lain, beberapa sektor ekonomi non dominan di Jawa Barat masih tumbuh cukup tinggi, seperti sektor bangunan dan konstruksi, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

Tabel 1.3. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat (%)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV) Tw.I Tw.II**)

Pertanian -0,66 -16,01 -0,45 2,40 35,44 3,12 34,83 9,04 Pertambangan & Penggalian -2,46 -2,34 -6,21 -5,54 -14.64 -7,29 -14,38 -12,25 Industri Pengolahan 8,51 7,08 4,79 3,64 4,19 4,89 5,48 4,30 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,87 7,15 4,87 2,66 6,69 5,30 4,74 3,27 Bangunan/Konstruksi 4,26 8,57 10,08 10,53 0,19 7,29 2,12 13,75 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7,09 17,13 15,81 18,06 9,05 14,75 3,59 3,85 Pengangkutan dan Komunikasi 7,89 14,93 12,06 8,59 -0.78 8,41 0,53 8,13 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1,04 15,56 12,87 10,10 1,24 9,62 -1,79 13,71 Jasa-Jasa 7,96 4,31 0,89 1,20 0,38 1,64 1,07 2,20

PDRB 6,01 5,72 6,19 6,42 7,27 6,40 7,13 5,07 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah.

*) Angka sementara. **) Proyeksi KBI Bandung.

2008 2007*)

2007 SEKTOR EKONOMI 2006

Tabel 1.4. Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat (%)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II**)

Pertanian -0,09 -1,88 -0,06 0,32 3,61 0,42 4,10 1,27 Pertambangan & Penggalian -0,07 -0,06 -0,15 -0,13 -0,39 -0,20 -0,37 -0,30 Industri Pengolahan 3,65 2,66 2,08 1,58 1,89 2,17 2,43 1,87 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,04 0,16 0,11 0,06 0,15 0,12 0,11 0,07 Bangunan/Konstruksi 0,13 0,28 0,32 0,34 0,01 0,23 0,07 0,44 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,39 3,08 2,90 3,51 1,98 2,90 0,75 0,78 Pengangkutan dan Komunikasi 0,34 0,69 0,53 0,35 -0,04 0,37 0,02 0,36 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0,03 0,49 0,40 0,32 0,04 0,29 -0,06 0,43 Jasa-Jasa 0,57 0,30 0,06 0,08 0,03 0,12 0,08 0,15

PDRB 6,01 5,72 6,19 6,42 7,27 6,40 7,13 5,07 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah.

*) Angka sementara. **) Proyeksi KBI Bandung.

2008 2007*)

SEKTOR EKONOMI 2006 2007

1. S

ISI

P

ERMINTAAN

1.1. Konsumsi

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya dan triwulan I-2008, yaitu masing-masing dari 8,13% dan 7,95% menjadi 3,44% (yoy) (Tabel 1.1.). Penyebab perlambatan tersebut diperkirakan disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat sebagai dampak dari meningkatnya tekanan inflasi di Jawa Barat. Perlambatan konsumsi rumah tangga tercermin antara lain dari menurunnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian Jawa Barat, terutama paska kenaikan harga BBM bulan Mei 2008. Indeks keyakinan konsumen pada akhir triwulan II-2008 (Juni 2008) mencapai titik yang terendah selama dua tahun terakhir (Grafik 1.3.).


(24)

11 Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen

0 50 100 150

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

06 07 08

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.

Grafik 1.4. Komponen Indeks Keyakinan Saat ini

0 50 100 150

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

06 07 08

Penghasilan saat ini Pembelian durable goods

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.

Hasil SK Bank Indonesia mengindikasikan bahwa penghasilan masyarakat selama triwulan

II-2008 cenderung mengalami penurunan (Grafik 1.4). Sejalan dengan perkembangan itu,

keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama juga mengalami penurunan (Grafik 1.4). Selain itu, hasil SK juga mengindikasikan bahwa masyarakat cenderung lebih pesimis terhadap perolehan penghasilan dan kondisi perekonomian pada semester II-2008 (Grafik 1.5).

Grafik 1.5. Komponen Indeks Ekspektasi

0 50 100 150

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

06 07 08

Ekspektasi penghasilan Ekspektasi kondisi perekonomian

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.

Grafik 1.6. Pendaftaran Mobil Baru di Jawa Barat (tidak termasuk Bekasi)

-1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

06 07 08

(Unit)

-100 -60 -20 20 60 100

(%)

Pendaftaran mobil baru Pertumbuhan (y-o-y)

Berbagai indikator konsumsi, baik barang tahan lama (durable) maupun tidak tahan lama (non durable goods), mencerminkan perlambatan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Konsumsi durable goods masih tumbuh cukup tinggi namun dengan laju pertumbuhan yang semakin melambat. Hal ini diindikasikan oleh perkembangan penjualan mobil baru (Grafik 1.6). Berdasarkan informasi dari beberapa agen penualan kendaraan bermotor (dealer) di Jawa Barat, dampak kenaikan harga BBM bulan Mei 2008 terhadap penjualan mobil di Jawa Barat hanya bersifat sementara, mengingat konsumen kendaraan bermotor (mobil) adalah golongan masyarakat pendapatan menengah keatas, yang relatif tidak terpengaruh oleh kenaikan harga BBM.


(25)

12

Grafik 1.7. Konsumsi BB M (Premium)

0 5 10 15 20 25 30 35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Miliar)

Konsumsi BBM (Premium)

Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung (Bank Indonesia Bandung).

Grafik 1.8. Penjualan Makanan dan Tembakau

0 5 10 15 20

3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Miliar)

Penjualan Makanan dan Tembakau Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung (Bank Indonesia Bandung).

Sementara itu, konsumsi non durable goods (makanan dan non makanan) juga menunjukkan

laju pertumbuhan yang semakin melambat. Meningkatnya tekanan inflasi di Jawa Barat

berdampak cukup signifikan terhadap laju pertumbuhan konsumsi non makanan. Indikator konsumsi non makanan yang tercermin dari konsumsi BBM, penjualan perlengkapan rumah tangga, serta penjualan pakaian dan perlengkapannya, tumbuh dengan kisaran angka kurang dari 20% (Grafik 1.8 &1.10-1.11). Sementara itu, meningkatnya tekanan inflasi di Jawa Barat relatif tidak berdampak signifikan terhadap laju pertumbuhan konsumsi makanan. Indikator konsumsi makanan yang tercermin dari penjualan makanan dan tembakau masih tumbuh tinggi (30% (yoy)), dan hanya sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 31% (yoy) ( Grafik 1.9.).

Grafik 1.9. Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga

-1 2 3 4 5

3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Miliar)

Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga

Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung (Bank Indonesia Bandung).

Grafik 1.10. Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya

-5 10 15 20 25 30

3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Miliar)

Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya

Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung (Bank Indonesia Bandung).

Perlambatan konsumsi rumah tangga akibat melemahnya daya beli tampaknya masih tertolong oleh dukungan pembiayaan perbankan, sehingga konsumsi rumah tangga masih mampu tumbuh positif. Laju pertumbuhan kredit perbankan untuk jenis penggunaan konsumsi pada triwulan II-2008 yang sebesar 17,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada


(26)

13 triwulan I-2008 (16,32%), meskipun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (18,44% (yoy)) (Grafik 1.12). Di samping itu, penyaluran kredit baru untuk jenis penggunaan konsumsi selama triwulan II-2008 cukup tinggi, yaitu mencapai Rp6,45 triliun, angka tertinggi sejak triwulan I-2006 (Grafik 1.13).

Grafik 1.11. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Jawa Barat

0 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000 35.000.000 40.000.000

T. I T. II T.III T.IV T.I T. II T.III T.IV T. I T. II

2006 2007 2008

(Rp juta)

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%

Posisi Kredit Pertumbuhan yoy

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung.

Grafik 1.12. Penyaluran Kredit Baru untuk Penggunaan Konsumsi oleh Bank Umum di

Jawa Barat

0 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 7.000.000

T. I T. II T.III T.IV T.I T. II T.III T.IV T. I T. II

2006 2007 2008

(Rp juta)

-10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%

Posisi Kredit Pertumbuhan yoy

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung.

Untuk meminimalisir dampak kenaikan harga BBM terhadap penurunan daya beli masyarakat, pemerintah pusat memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada rumah tangga sasaran (RTS). Khusus di Provinsi Jawa Barat, jumlah keluarga penerima BLT di Jawa Barat mencapai 2.897.807 RTS atau 15,24% dari total RTS penerima BLT secara nasional, yang mencapai 19.018.058 RTS. Dengan nilai BLT Rp300.000,00 per RTS, maka nilai BLT yang disalurkan di Jabar sebesar Rp869.342.100.000,00 (Rp869 miliar). Berdasarkan data PT Pos Indonesia4

, realisasi BLT di Jabar hingga 24 Juni 2008 baru mencapai 4,57% atau 132.201 RTS dari alokasi 2.897.807 RT, dengan nilai uang sebesar Rp39.690.300.000,00. Dari 25 kabupaten/kota, baru 3 kota yang menerima dana BLT, yakni Kota Bandung, Kota Bekasi, dan Kota Bogor. Untuk mengetahui dampak kenaikan harga BBM terhadap perilaku konsumsi rumah tangga dan efektivitas penyaluran BLT, Bank Indonesia Bandung telah mengadakan survei terhadap 124 responden rumah tangga dan 200 responden penerima BLT. Adapun hasil survei tersebut dapat dilihat pada Boks 2 pada Bab 6.

1.2. Investasi

Berbeda dengan pola perlambatan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga, laju pertumbuhan investasi di Jawa Barat masih tetap terjaga pada level yang cukup tinggi. Investasi pada triwulan I2008 diperkirakan tumbuh 8,56% (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan I-2008, namun masih lebih baik dibandingkan triwulan II-2007 (Tabel 1.1). Beberapa faktor pendorong pertumbuhan investasi di Jawa Barat antara lain adalah membaiknya rating Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Sejak tahun 2007, Indonesia kembali masuk ke dalam ”Index’s top 25 most attractive


(27)

14

FDI destinations”5

. Selain itu, lancarnya pelaksanaan pemilihan Gubernur Jawa Barat pada bulan April 2008, dan didukung dengan semakin efektifnya implementasi Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) di Jawa Barat, memberikan sinyal positif bagi investor.

Grafik 1.13. Penjualan Semen di Jawa Barat

0 100 200 300 400 500 600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Ribu Ton)

(40) (20) 0 20 40 60 80

(%)

Penjualan Semen Pertumbuhan (y-o-y)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia.

Grafik 1.14. Penjualan Perlengkapan Konstruksi

Penjualan Perlengkapan Konstruksi

-250 500 750 1.000

3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2006 2007 08

(Rp Juta)

Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung (Bank Indonesia Bandung).

Sejalan dengan perkembangan di atas, khususnya membaiknya rating Indonesia sebagai negara tujuan investasi, realisasi PMA di Jawa Barat mengalami peningkatan. Di sisi lain, realisasi PMDN justru cenderung mengalami penurunan. Secara keseluruhan, nilai realisasi PMA dan PMDN di Jawa Barat mencapai Rp15,14 triliun, atau tumbuh signifikan sebesar 266% (yoy)6

.

Indikator investasi lainnya (terutama penjualan semen) juga masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi. Penjualan semen di Jawa Barat selama triwulan II-2008 mencapai 1,42 juta ton, atau tumbuh 30,62% (yoy) (Grafik 1.14.), sedangkan penjualan konstruksi mencapai Rp1,31 miliar (Grafik 1.15). Faktor pendorong peningkatan penjualan semen antara lain adalah meningkatnya pertumbuhan properti komersial, khususnya untuk jenis properti perkantoran sewa dan apartemen jual (Tabel 1.12.).

5 Hasil survei ATKearney 2007. 6 Sumber: BPPMD Jawa Barat


(28)

15 Grafik 1.15. Impor Barang Modal

Impor Barang Modal

0 100 200 300 400 500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5

06 07 08

(Juta USD)

Sumber: STATISTIK EKONOMI & KEUANGAN DAERAH (SEKDA) KBI Bandung

Grafik 1.16. Impor Barang Modal Utama

-10 20 30 40 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

06 07 08

(Juta USD)

Mesin Industri & Perlengkapannya Mesin Industri Tertentu

Sumber: STATISTIK EKONOMI & KEUANGAN DAERAH (SEKDA) KBI Bandung

Sementara itu, Investasi non bangunan yang tercermin nilai impor barang modal dan impor mesin industri tertentu mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Nilai impor barang modal selama bulan April s.d. Mei 2008 tumbuh sebesar 11,75% (yoy), dengan nilai mencapai USD641,63 juta (Grafik 1.16.). Sementara itu, nilai impor mesin industri tertentu yang merupakan kontributor utama impor barang modal, tumbuh 11,14% (yoy), dengan nilai mencapai USD49,86 juta (Grafik 1.17.).

Grafik 1.17. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Jawa Barat

-2 4 6 8 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Triliun)

Posisi Penyaluran Kredit Investasi

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung.

Grafik 1.18. Penyaluran Kredit Baru Jenis Penggunaan Investasi oleh Bank Umum di

Jawa Barat

-0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

06 07 08

(Rp/Triliun)

Penyaluran Kredit Baru Investasi

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung.

Penyaluran kredit perbankan untuk jenis penggunaan investasi tumbuh signifikan seiring dengan cukup tingginya kegiatan investasi di Jawa Barat. Total penyaluran kredit baru untuk jenis penggunaan investasi mencapai Rp1,90 triliun, atau tumbuh 39,70% (yoy) (Grafik 1.19.). Sementara itu, posisi kredit investasi pada akhir triwulan II-2008 mencapai Rp8,07 triliun, atau tumbuh 31,89% (yoy) (Grafik 1.18.).


(29)

16

1.3. Ekspor-Impor

Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi dunia yang disebabkan oleh gejolak perekonomian global, berdampak pada penurunan ekspor produk asal Jawa Barat, khususnya kepada negara-negara tujuan utama ekspor Jawa Barat, seperti Amerika Serikat dan Jepang. Ekspor Jawa Barat triwulan II-2008 diperkirakan mengalami penurunan 2,09% (yoy), menurun dibandingkan perkembangannya pada triwulan II-2007 yang tumbuh sebesar 3,02% (yoy) (Tabel 1.1). Penurunan kinerja ekspor Jawa Barat tercermin dari penurunan volume ekspor, yang selama periode April 2008 hingga Mei 2008 turun 18,64% (yoy). Dilihat dari jenis komoditasnya, penurunan volume ekspor terbesar terutama terjadi pada produk TPT.

Dilihat dari nilainya, nilai ekspor Jawa Barat justru mengalami peningkatan. Nilai ekspor Jawa Barat triwulan II-2008 (April-Mei 2008) mencapai USD3,34 miliar, atau tumbuh 12,81% (yoy). Kontribusi ekspor terbesar disumbangkan oleh produk TPT, dengan nilai mencapai USD851 juta atau tumbuh 10,22% (yoy). Sementara itu, ekspor kendaraan bermotor Jawa Barat mencapai USD158 juta, atau tumbuh 31,78% (yoy). Kenaikan nilai ekspor TPT dan kendaraan bermotor disebabkan oleh kenaikan harga jual akibat kenaikan biaya bahan baku (yang nilainya lebih dari 50% total biaya produksi).

Grafik 1.19. Nilai dan Volume Ekspor Jawa Barat

-500 1.000 1.500 2.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

06 07 08

(Juta USD)

-250 500 750 1.000

Ton

Nilai Ekspor Volume Ekpor

Sumber: Statistik Ekonomi & Keuangan Daerah (SEKDA) Jabar, KBI Bandung.

Grafik 1.20. Nilai dan Volume Impor Jawa Barat

-200 400 600 800 1.000 1.200 1.400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

06 07 08

(Juta USD)

-50 100 150 200 250 300 350 400 450

(Ribu Ton)

Nilai Impor Volume Impor

Sumber: Statistik Ekonomi & Keuangan Daerah (SEKDA) Jabar, KBI Bandung.

Sementara itu, impor Jawa Barat diperkirakan tumbuh 0,88% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu (Tabel 1.1). Impor Jawa Barat tumbuh sejalan dengan meningkatnya permintaan dalam negeri, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan investasi dan konsumsi. Nilai impor Jawa Barat triwulan II-2008 (April-Mei 2008) mencapai USD1,85 miliar, atau tumbuh signifikan sebesar 22,83% (yoy) (Grafik 1.21). Impor Jawa Barat didominasi oleh impor barang modal dengan nilai mencapai USD641 juta, atau tumbuh 11,75% (yoy).


(30)

17

2.

S

ISI

P

ENAWARAN

Di sisi penawaran, laju pertumbuhan tiga sektor utama di Jawa Barat pada triwulan II-2008 mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2008. Perlambatan terutama terjadi pada sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan (Tabel 1.3-1.4). mengalami perlambatan yang cukup signifikan pada triwulan II-2008. Sementara itu, melemahnya permintaan di pasar domestik dan luar negeri, berdampak pada perlambatan laju pertumbuhan sektor industri pengolahan. Selain itu, melambatnya permintaan konsumsi rumah tangga sebagai dampak dari melemahnya daya beli masyarakat, menyebabkan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Di sisi lain, beberapa sektor ekonomi non dominan di Jawa Barat tumbuh cukup tinggi, yaitu sektor bangunan dan konstruksi, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

2.1. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian triwulan II-2008 mengalami perlambatan yang cukup signifikan dibandingkan periode sebelumnya. Sektor pertanian diperkirakan tumbuh 9,04% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2008 (34,83% (yoy)), namun masih lebih baik dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2007 (-0,45% (yoy)). Sesungguhnya apabila dilihat dari pencapaian nilai tambah sektor pertanian selama triwulan II-2008, masih lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2008, yaitu tumbuh 0,16% (qtq), bahkan merupakan nilai yang tertinggi sejak terjadinya penurunan nilai tambah sektor pertanian selama periode triwulan II-2006 hingga triwulan I-2007. Rendahnya nilai tambah sektor pertanian pada tiga triwulan tersebut disebabkan oleh musim kering yang cukup parah pada akhir tahun 2006 hingga awal tahun 2007. Pada tahun-tahun berikutnya, seiring musim yang kembali normal, produksi pertanian pun mengalami peningkatan. Pulihnya nilai tambah pertanian ke level normal inilah yang menyebabkan pertumbuhan tahunan yang luar biasa pada triwulan I-2008 yang mencapai 34,83%. Oleh karena, pertumbuhan sektor pertanian yang sebesar 9,04% (yoy) pada triwulan II-2008 dapat dikatakan sebagai pertumbuhan yang relatif tinggi.

Pertumbuhan sektor pertanian selama triwulan II-2008 terutama didorong oleh meningkatnya produksi subsektor tanaman pangan, khususnya padi. Panen raya padi yang terjadi pada akhir triwulan I-2008, masih berlanjut hingga awal triwulan II-2008 (April 2008), di berbagai sentra produksi padi.

Tabel 1.5. Luas Panen Padi di Jawa Barat

2007 2008*)

Januari-April**) 640,201 843,747 31.79 Mei-Agustus 764,427 654,621 (14.36) September-Desember 424,457 357,216 (15.84) Januari-Desember 1,829,085 1,855,564 1.45

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

*)

Angka ramalan II.

**)

Angka realisasi.


(31)

18

Tabel 1.6. Produksi Padi (Sawah dan Ladang) di Jawa Barat

Gabah Beras Gabah Beras Gabah Beras

Padi Sawah 9,562,990 6,043,810 9,725,804 6,146,708 1.70 1.70 Padi Ladang 351,029 221,850 351,821 222,351 0.23 0.23 Total 9,914,019 6,265,660 10,077,625 6,369,059 1.65 1.65

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. *) Angka ramalan II.

Produksi 2007 2008

*) Pertumbuhan (%)

Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat optimis bahwa target produksi padi di Jawa Barat tahun 2008 akan tercapai (Tabel 1.6-1.7). Beberapa upaya yang dilakukan untuk meminimalisir dampak kekeringan tersebut diantaranya adalah memberikan bantuan pompa air kepada daerah-daerah yang masih memiliki sumber air yang cukup. Selain itu, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat juga menghimbau kepada pelaku usaha di sektor pertanian tanaman pangan untuk (sementara) beralih menanam palawija dan kedelai, selama memasuki musim kemarau.

Tabel 1.7. Luas Panen Padi (Sawah dan Ladang) di Jawa Barat

Padi Sawah 1,715,466 1,742,927 1.60 Padi Ladang 113,619 112,657 (0.85)

Total 1,829,085 1,855,584 1.45

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

*)

Angka ramalan II.

Luas Panen 2007 2008*) Pertumbuhan (%)

Sementara itu, perkembangan tanaman jagung dan kedelai selama tahun 2008 diperkirakan

mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Produksi tanaman jagung

pada tahun 2008 diperkirakan mencapai 616 ribu ton, atau tumbuh 6,80% (yoy). Peningkatan produksi ini didorong oleh adanya peningkatan luas panen sebesar 3,28% (yoy), yaitu mencapai 117 ribu Ha. Di sisi lain, produksi tanaman kedelai pada tahun 2008 diperkirakan meningkat signifikan, yaitu tumbuh 120,77% (yoy), dengan total produksi mencapai 38,49 ribu ton. Peningkatan produksi ini didorong oleh peningkatan luas panen yang tumbuh 115,49% (yoy), dengan luas mencapai 26,78 ribu Ha.

Tabel 1.8. Perkembangan Komoditas Jagung di Jawa Barat

Produksi (Ton) 577,513 616,786 6.80 Luas Panen (Ha) 113,373 117,097 3.28

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

*)

Angka ramalan II.


(32)

19 Tabel 1.9. Perkembangan Komoditas Kedelai di Jawa Barat

Produksi (Ton) 17,438 38,498 120.77 Luas Panen (Ha) 12,429 26,783 115.49

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

*)

Angka ramalan II.

Komoditas Kedelai 2007 2008*) Pertumbuhan (%)

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor pertanian tumbuh signifikan sebesar 42,86% (yoy), lbih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-208 (17,87%) dan triwulan II-2007 (-9,15%) (Grafik 1.22). Nilai kredit ke sektor pertanian mencapai Rp1,53 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,06 triliun. Penyaluran kredit sektor pertanian masih didominasi oleh penyaluran kredit ke subsektor tanaman perkebunan.

Grafik 1.21. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Pertanian

0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 1.400.000 1.600.000 1.800.000

T. I T. II T.III T.IV T.I T. II T.III T.IV T. I T. II

2006 2007 2008

(Rp juta)

-20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50%

Posisi Kredit Pertumbuhan yoy

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Bandung

2.2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan triwulan II-2008 tumbuh 4,30% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan I-2008 dan triwulan I-2007 (Tabel 1.3). Melemahnya permintaan di pasar domestik dan luar negeri menjadi salah satu faktor penyebab perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sementara itu, harga BBM industri dan bahan baku yang kembali mengalami kenaikan pada triwulan II-2008, cukup berdampak pada penurunan kinerja sektor industri pengolahan, khususnya industri tekstil dan produk tekstil (TPT), serta industri kecil dan menengah (IKM). Berdasarkan informasi dari Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia, industri serat sintetis

(staple fibre) diperkirakan mengalami tekanan yang cukup berat sejalan dengan adanya lonjakan harga

bahan baku serat purified therepthalic acid (PTA) dan monoethylene glycol (MEG). Harga MEG diperkirakan mencapai USD1.550/ton, naik sekitar 20% dari harga sebelumnya sebesar USD1.300/ton, sedangkan harga PTA mencapai USD1.110/ton, atau naik sekitar 40%.


(1)

2.

I

NFLASI

Tabel 2.A. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) di Jawa Barat Menurut Kota dan Kelompok

Barang dan Jasa Bulan April 2008 (%)

Kota

No. Kelompok

Bd Bks Bgr Skbm Cn Tsm Bjr Gab.

1 Bahan makanan 0,64 1,53 0,84 -0,68 -0,71 0,92 0,42 0,84

2 Makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau 1,49 0,13 0,00 1,07 0,98 0,60 0,54 0,76

3 Perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar 0,52 2,04 0,97 0,15 0,44 0,28 0,27 1,03

4 Sandang -0,21 0,38 -1,20 -0,60 0,79 0,95 0,42 -0,11

5 Kesehatan 0,07 0,04 0,31 2,37 1,87 0,35 0,60 0,28

6 Pendidikan, rekreasi dan

olahraga 0,00 0,04 0,00 0,46 -0,58 0,00 0,56 0,02

7 Transpor, komunikasi dan jasa

keuangan 0,06 -0,74 0,04 -0,92 2,15 -0,19 -0,25 -0,55

Umum 0,51 0,84 0,28 0,01 0,08 0,50 0,38 0,54

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Tabel 2.B. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) di Jawa Barat Menurut Kota dan Kelompok

Barang dan Jasa Bulan Mei 2008 (%)

Kota

No. Kelompok

Bd Bks Bgr Skbm Cn Tsm Bjr Gab.

1 Bahan makanan 1,31 2,81 2,43 0,80 2,61 3,04 1,22 2,04

2 Makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau 0,46 1,07 1,05 0,55 0,92 0,18 0,73 0,75

3 Perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar 3,54 1,95 1,13 0,76 1,18 0,98 0,18 2,39

4 Sandang 0,19 -0,04 -0,24 0,26 0,35 -0,33 0,97 0,06

5 Kesehatan 0,45 2,05 0,01 0,96 1,39 0,38 3,35 1,00

6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,30 0,54 0,00 0,00 -0,33 -0,11 0,64 0,30 7 Transpor, komunikasi dan jasa

keuangan 1,71 1,65 1,36 1,82 2,15 1,69 2,28 1,65

Umum 1,59 1,77 1,29 0,80 1,57 1,25 1,03 1,55

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Tabel 2.C Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) di Jawa Barat Menurut Kota dan Kelompok

Barang dan Jasa Bulan Juni 2008 (%)

Kota

No. Kelompok

Bd Bks Bgr Skbm Cn Tsm Bjr Gab.

1 Bahan makanan 0,10 0,50 -0,25 -0,30 2,15 1,09 3,28 0,31

2 Makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau 6,90 2,51 2,87 0,64 1,09 0,66 0,83 3,13

3 Perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar -1,74 0,17 0,38 5,00 1,90 1,71 7,47 -0,29

4 Sandang 0,60 0,20 -0,27 -0,59 0,39 0,64 0,62 0,28

5 Kesehatan 0,77 -0,05 0,83 0,15 0,77 2,33 0,23 0,52


(2)

LAMPIRAN

Tabel 2.D. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) di Jawa Barat Menurut Kota dan Kelompok

Barang dan Jasa Triwulan II-2008 (%)

Kota

No. Kelompok

Bd Bks Bgr Skbm Cn Tsm Bjr Gab.

1 Bahan makanan 7,54 4,91 3,03 5,29 11,06 5,12 4,98 3,21

2 Makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau 12,73 3,75 3,94 3,89 7,49 1,46 2,12 4,69

3 Perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar 3,33 4,21 2,51 7,17 4,96 2,99 7,95 3,15

4 Sandang 3,22 0,53 -1,70 2,45 4,04 1,26 2,03 0,22

5 Kesehatan 15,06 2,04 1,15 5,49 9,31 3,08 4,21 1,81

6 Pendidikan, rekreasi dan

olahraga 1,35 0,59 0,38 1,21 -0,67 1,10 1,58 0,89

7 Transpor, komunikasi dan jasa

keuangan 18,13 5,76 4,80 17,87 15,43 17,83 12,26 11,93

Umum 8,79 3,98 2,87 6,54 8,50 4,67 5,02 4,41

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Tabel 2.D. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) di Jawa Barat Menurut Kota dan Kelompok

Barang dan Jasa Bulan Juni 2008 (%)

Kota

No. Kelompok

Bd Bks Bgr Skbm Cn Tsm Bjr Gab.

1 Bahan makanan 15,86 21,40 16,68 15,52 20,65 15,91 17,62 17,96

2 Makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau 14,43 5,39 9,48 8,83 10,07 8,61 13,51 9,21

3 Perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar 7,38 11,11 5,22 9,11 7,78 8,08 13,71 8,28

4 Sandang 14,88 11,79 14,52 6,39 8,77 10,66 20,82 13,21

5 Kesehatan 16,40 5,31 4,82 10,15 12,08 8,70 11,91 10,10

6 Pendidikan, rekreasi dan

olahraga 10,68 5,52 11,90 6,44 6,41 4,57 3,84 8,75

7 Transpor, komunikasi dan jasa

keuangan 18,69 6,13 5,16 18,77 15,92 19,23 16,75 12,57

Umum 13,52 11,17 9,61 12,03 13,19 11,53 15,08 11,83


(3)

3.

D

ATA

P

ERBANKAN

Tabel 3.A. Indikator Bank Umum di Jawa Barat Posisi bulan Maret 2008 (Rp Triliun)

Bank Umum Konvensional

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 TW I q-t-q y-o-y Total Aset 118,82 122,65 124,99 136,39 133,59 139,72 4,58% 13,92% DPK 92,24 95,80 95,91 105,57 101,76 105,98 4,15% 10,64% Kredit bank pelapor 58,67 62,39 66,03 69,74 70,98 77,92 9,78% 24,88% Kredit lokasi proyek 102,05 109,46 115,50 122,52 127,22 135,29 *) 6,34% 23,60%

LDR % 63,60 65,13 68,85 66,06 69,75 73,52

Rasio NPLs (%) 4,31 4,13 3,92 3,44 3,78 3,63

*) Posisi bulan Mei 2008

2007 2008 Pertumbuhan

Pos Tertentu Tw 2

Sumber: LBU KBI Bandung

Bank Umum Syariah

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I Tw.II*) qtq yoy

Total Aset (Rp Triliun) 3,32 3,41 3,55 4,07 4,10 4,40 7,32% 28,92% DPK (Rp Triliun) 2,46 2,5 2,59 3,14 3,21 3,56 10,90% 42,28% Pembiayaan (Rp Triliun) 2,39 2,56 2,76 2,84 2,84 2,81 -1,11% 9,92% - FDR (%) 96,97 102,21 106,77 90,34 88,40 78,98

NPF (%) 6,6 8,2 7,87 5,83 5,63 7,06 *) Posisi bulan Mei 2008

Indikator

2007 2008 Pertumbuhan


(4)

LAMPIRAN

98

Tabel 3.B. DPK, Kredit, dan NPL Kabupaten/Kota Bank Umum di Jawa Barat (Rp Juta) Maret

2008.

NOMINAL %

Kota Bogor 10,252,988 5,122,884 49.96479075 275,381 5.38

Kota Tasikmalaya 2,526,201 2,824,071 111.7912233 128,842 4.56

Kab. Cianjur 1,332,051 1,138,806 85.49267258 50,405 4.43

Kab. Bandung 1,578,714 1,295,231 82.04342268 56,722 4.38

Kab. Tasikmalaya 119,859 258,761 215.8878349 10,963 4.24

Kota Bandung 54,810,965 34,165,964 62.33417711 1,411,064 4.13

Kab. Purwakarta 979,048 1,427,520 145.8069472 57,463 4.03

Kota Bekasi 4,462,963 4,997,644 111.980404 187,889 3.76

Kota Cirebon 5,511,266 4,423,189 80.25722221 154,136 3.48

Kab. Sukabumi 431,568 511,692 118.565788 17,327 3.39

Kota Sukabumi 2,400,476 1,710,768 71.26786521 54,641 3.19

Kab. Indramayu 765,309 966,216 126.2517493 30,282 3.13

Kab. Karawang 2,561,552 1,781,836 69.56079752 52,034 2.92

Kab. Garut 958,246 1,324,141 138.1838275 35,481 2.68

Kab. Ciamis 382,588 451,268 117.9514256 11,313 2.51

Kab. Sumedang 658,366 983,912 149.4475717 24,201 2.46

Kota Banjar 493,384 615,368 124.7239473 13,533 2.20

Kab. Subang 823,479 1,194,668 145.0757093 25,994 2.18

Kab. Bekasi 3,002,312 1,296,360 43.1787236 27,379 2.11

Kab. Bogor 1,846,193 1,367,681 74.0811497 23,523 1.72

Kota Depok 3,950,722 1,052,800 26.64829365 17,441 1.66

Kota Cimahi 1,418,356 1,182,500 83.37117057 11,199 0.95

Kab. Kuningan 284,578 461,442 162.1495688 3,469 0.75

Kab. Majalengka 206,405 422,552 204.7198469 664 0.16

Jawa Barat 101,757,589 70,977,274 69.75133226 2,681,346 3.78 NPL

KABUPATEN/KOTA DPK KREDIT LDR


(5)

(6)

D

AFTAR

I

STILAH

100

D

AFTAR

I

STILAH

Qtq

Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

PDRB

Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Share of Growth

Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB.

Investasi Kegiatan

meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan

modal.

Yoy

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Mtm

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Sektor ekonomi

dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai

pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Migas

Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri

minyak dan gas.

Omzet

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

Share effect

Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1–

100.

Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa

yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi

Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1–100.

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1–100.

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak

daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah.

Dana

Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi daerah.

Indeks

Pembangunan

Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata

3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan dan daya beli.

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan

pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah

dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Volatile food

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya

sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered

Price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya

diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota

terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

Bobot inflasi

Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi

masyarakat terhadap komoditas tersebut.