Strategi Kampanye Calon Legislatif Pemula DPR RI Dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) (Studi Kasus : Strategi Kampanye Caleg Pemula DPR RI dari Partai PPP Dapil Jabar Dalam Memenangkan Pemilihan Umum 2014).

(1)

STRATEGI KAMPANYE CALON LEGISLATIF PEMULA DPR

RI DARI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)

(Studi Kasus : Strategi Kampanye Caleg Pemula DPR RI dari Partai PPP Dapil

JABAR Dalam Memenangkan Pemilihan Umum 2014)

Ana Fitriana

1

Universitas Padjadjaran

ABSTRACT

For legislative candidates, the campaign is very important and crucial, because wrong campaign strategy could lead to defeat in the ballot.

This research examines group of communication strategies, interpersonal communication strategies and outdoor media strategies candidate of the PPP party to win the election.

The conclusion is before doing the group communication, the PPP candidates determined the group by "proximity". The principle of proximity is considered effective because candidates can directly lead to the groups were considered as potential voters at election time. Form of group communication is silaturahmi, socialization, family communication, communication through community leaders and reunion. In interpersonal communication strategy use the proper language became one strategy. While outdoor media placement strategy is different every candidates, including boarding schools, area residents, homes of relatives, family and coordinator of each region.

ABSTRAK

Bagi para calon legislative, kampanye merupakan hal yang sangat penting dan sangat menentukan, karena salah strategi kampanye bisa mengakibatkan kekalahan dalam pemilihan suara.

Dalam penelitian ini, dikaji strategi komunikasi kelompok, strategi komunikasi antar pribadi dan strategi media luar ruang calon legislatif pemula dari partai PPP dalam memenangkan pemilihan.

Kesimpulannya adalah sebelum melakukan komunikasi kelompok, para caleg PPP ini melakukan penentuan kelompok dengan cara “kedekatan”. Prinsip kedekatan dianggap efektif karena caleg bisa langsung mengarah pada kelompok yang dianggap potensial menjadi pemilih pada saat pemilu. Bentuk komunikasi kelompok yang dilakukan yakni dengan cara silaturahmi, sosialisasi, melakukan bentuk komunikasi kelompok yang bersifat kekeluargaan, dengan berkomunikasi melalui tokoh masyarakat dan reuni Dalam strategi komunikasi antar pribadi penggunaan bahasa yang tepat menjadi salah satu strategi. Sedangkan strategi penempatan media luar ruang berbeda-beda setiap Caleg, diantaranya pesantren, tempat atau wilayah yang banyak didiami oleh keluarga, rumah kerabat, keluarga dan coordinator masing-masing wilayah.


(2)

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Penelitian

Menjelang pemilu 2014, dinamika politik di Indonesia semakin hari semakin tinggi, mengingat jadwal pemilihan umum 2014 tinggal sesaat lagi. Tidak hanya calon Presiden dan Wakil Presiden yang meramaikan pesta politik tahun ini tetapi juga para calon legislative (Caleg). Berbagai strategi dilakukan untuk memenangkan pemilihan, diantaranya menggerakan seluruh tim sukses untuk mempersiapkan para calon legislative ini, serta merancang strategi kampanye. Menurut Rogers dan Storey (1987) yang dikutip oleh Venus (2007:7) kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Venus juga menjelaskan salah satu jenis kampanye adalah candidate-oriented campaigns atau disebut juga dengan political campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum (Venus, 2007: 11). Sementara Firmanzah, dalam bukunya Marketing Politik menyebutkan bahwa ada dua jenis kampanye, yaitu kampanye Pemilu yang hanya dilakukan menjelang Pemilu dan kampanye politik yang sifatnya jangka panjang dan terus menerus (2008: 275).

Bagi para calon legislative, kampanye merupakan hal yang sangat penting dan sangat menentukan, karena salah strategi kampanye bisa mengakibatkan kekalahan dalam pemilihan suara. Seiring dengan yang dikatakan Mulyana (2013:103) bahwa banyak cara digunakan untuk mengkonstruksi kampanye dan pemilu dalam masyarakat demokratis, sehingga para calon legislative “dibentuk” sedemikian rupa sehingga bisa menumbuhkan citra yang positif baik bagi dirinya maupun bagi partai.


(3)

Apalagi menghadapi pemilihan umum kali ini banyak bermunculan para calon-calon legislative dari pekerja seni atau sering kita kenal dengan istilah “artis.”

Munculnya artis-artis ini tentu saja semakin meramaikan situasi kampanye di Indonesia. Bagi para artis, sosok mereka menjadi daya tarik tersendiri unutk masyarakat, karena sosoknya dikenal banyak orang, sehingga mempermudah jalan mereka untuk memenangkan pemilihan. Namun bagi calon legislative lain yang tidak dikenal masyarakat, ini menjadi satu hambatan tersendiri karena mereka membutuhkan strategi kampanye yang lebih tepat untuk bisa “mempromosikan” dirinya sendiri, apalagi bagi para calon legislative pemula.

Para calon-calon legislative pemula ini berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, sosok mereka yang masih fresh dan muda dianggap oleh partai pengusung sebagai sosok yang bisa merepresentasikan visi dan misi partai dalam memenangkan pemilihan. Tentu saja ini tidak mudah, karena caleg pemula ini harus mencari strategi yang jitu dalam memenangkan suara. Dan ini menjadi “pekerjaan rumah” tim sukses dalam menjalankan strategi kampanye yang tepat.

Selain strategi pencitraan, partai politik dan calon legislatif juga seringkali melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan cara melakukan kampanye komunikasi juga kampanye melalui media.

Kampanye komunikasi adalah tindakan komunikasi yang terorganisasi yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode tertentu guna mencapai tujuan tertentu (Gudykunts & Mody, 2002 dalam Venus, 2007: 8). Melalui media, kampanye adalah alat partai untuk mencapai tujuannya memenangkan Pemilu, dengan meraih simpati masyarakat.


(4)

tanggal 5 Januari 1973, sebagai hasil fusi politik empat partai Islam, yaitu Partai Nadhlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Perti. Fusi ini menjadi simbol kekuatan PPP, yaitu partai yang mampu mempersatukan berbagai faksi dan kelompok dalam Islam. Untuk itulah wajar jika PPP kini memproklamirkan diri sebagai “Rumah Besar Umat Islam.” Dengan mengusung slogan Rumah Islam. PPP memiliki strategi yang cukup brilian, karena ceruk pemilih Islam yang ditinggalkan PKS, PAN, PKB ‘diambil alih’ oleh PPP dengan jargon partai Islam. Partai yang sudah merakyat karena punya riwayat panjang sebagai fusi dari partai-partai yang berbasis Islam dijaman orde baru (orba). Kekuatan PPP adalah tokoh-tokoh senior yang ternostalgia oleh satu partai islam dijaman orba. (Hasan, Peta Kekuatan Partai 2014 dalam politik.kompasiana.com, dikutip tanggal 7 Februari 2014 pukul 03.45 wib).

Namun menghadapi pemilihan umum 2014 ini tidak dipungkiri bahwa partai-partai Islam mengalami penurunan termasuk PPP. Banyak faktor yang menyebabkannya tetapi hal yang paling mendasar terus merosotnya suara PPP adalah tidak adanya figur kuat dan corak khas partai, yang membedakannya dengan Partai Islam lain.

Oleh karena itu, PPP mendorong figur caleg yang merupakan tokoh masyarakat dan memiliki tanggung jawab kepada konstituennya sehingga diharapkan nantinya masyarakat akan memilih caleg yang bermanfaat bagi wilayahnya. Selain itu PPP juga memiliki keunikan dalam strategi kampanyenya yaitu mengedepankan silaturahmi dan pendekatan bagi pemilih per wilayah pemilihan.

Dalam kampanye pemilihan calon legislatif 2014 ini PPP banyak mengusung tidak hanya calon laki-laki, tetapi juga perempuan. Selain karena memang perempuan memiliki kuota 30 persen dalam kancah politik, keberadaan perempuan dalam politik


(5)

dilegislatif juga merupakan modal untuk tampil dan menunjukkan keahliannya. Sehingga PPP bisa mendapatkan suara di seluruh wilayah Indonesia, dan juga memenangkan pemilihan, terutama di wilayah atau daerah yang paling kuat persaingannya.

Salah satu daerah yang paling kuat dalam persaingan pemilihan adalah Jawa Barat. Pertarungan calon anggota legislatif (caleg) DPR di daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat pada Pemilihan Legislatif 2014 sangat ketat, sehingga untuk wilayah ini PPP harus memiliki strategi yang jitu untuk mendapatkan pemilih. Selain diisi para politisi senior dan orang-orang top, tantangan terberat yang harus dihadapi para caleg adalah tingkat pemikiran dan pendidikan masyarakat yang lebih maju. Terlebih, mayoritas caleg yang bertarung di dapil tersebut sudah memiliki nama di bidang pekerjaannya masing-masing.

Untuk bertahan pada kondisi ini, salah satu strategi kampanye komunikasi yang dilakukan oleh PPP adalah strategi komunikasi kelompok. komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil ( small-group communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan komunikasi antar pribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok (Mulyana, 2005: 74).

Mengenai penggunaan media dalam pemilu kali ini PPP banyak menggunakan media luar ruang sebagai alat untuk mempromosikan calon legislatifnya, diantara media luar yang banyak dipergunakan adalah baliho, yang dianggap sebagai salah satu media luar ruang yang paling mudah digunakan untuk “mengenalkan” caleg-caleg-nya. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Suryadi bahwa kemunculan baliho caleg bukan saja mewadahi kebebasan berekspresi, tetapi diyakini sebagai cara instan


(6)

untuk memperkenalkan diri, mempersuasi calon pemilih, sekaligus ijtihad baru dalam mengisi komposisi lembaga legislative secara lebih terbuka. (Suryadi, 2009: ix)

1.1.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengkaji strategi komunikasi kelompok calon legislatif pemula dari partai PPP dalam memenangkan pemilihan.

2. Untuk mengkaji strategi komunikasi antar pribadi calon legislatif pemula dari partai PPP dalam memenangkan pemilihan.

3. Untuk mengkaji strategi media luar ruang calon legislatif pemula dari partai PPP dalam memenangkan pemilihan.

1.1.2. Kegunaan Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu acuan secara akademis menyangkut ilmu komunikasi, khususnya komunikasi politik mengenai strategi kampanye. Dan pada akhirnya penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan rujukan ilmiah atau referensi untuk penelitian selanjutnya.

Secara praktis, hasil penelitian ini akan memperlihatkan bagaimana strategi kampanye calon legislatif pemula, sehingga nantinya dapat memberikan gambaran pelaksaan strategi kampanye dalam memenangkan pemilihan calon legislative, khusunya calon pemula.

1.2. Fokus Penelitian dan Pernyataan Masalah 1.2.1. Fokus Penelitian

Bagaimana strategi kampanye calon legislative pemula dari partai PPP dalam memenangkan pemilihan

1.2.2. Pertanyaan Penelitian


(7)

1. Bagaimana strategi komunikasi kelompok calon legislatif pemula dari partai PPP dalam memenangkan pemilihan?

2. Bagaimana strategi komunikasi antarpribadi calon legislatif pemula dari partai PPP dalam memenangkan pemilihan?

3. Bagaimana strategi media luar ruang calon legislative pemula dari partai PPP dalam memenangkan pemilihan?

1.3. Metodologi

1.3.1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan bentuk studi kasus. Menurut Creswell Case Study, atau diterjemahkan sebagai studi kasus, adalah suatu eksplorasi atas sebuah “bounded system” atau sebuah kasus (bisa juga beragam kasus) pada kurun waktu tertentu melalui pengumpulan data mendalam secara teperinci, melibatkan sumber-sumber informasi yang kaya dalam konteks kegunaan. (Creswell, 2007: 73).

1.3.2. Sumber dan jenis Data

Dalam penelitian ini yang menjadi subjekpenelitiannya adalah informan yang terkait dengan kampanye calon legislative pemula dari partai PPP dalam memenangkan pemilihan, alasan pemilihan sumber karena dianggap memiliki keterkaitan langsung maupun tak langsung dengan pelaksanaan kampanye calon legislative dari partai PPP, diantaranya yaitu; Tim sukses caleg 2 orang dan para caleg pemula DPR RI Pada partai PPP Dapil Jabar, sebagai kader baru yang dianggap memiliki kualitas oleh partai PPP, sebanyak 4 orang Caleg. Sedangkan objek

penelitiannya yaitu strategi strategi komunikasi kelompok dan strategi media luar ruang yang dilakukan para calon legislatif dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).


(8)

Berdasarkan sumber data, penelitian ini menggunakan data primer berupa kata-kata dan perilaku data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mewawancarai tim sukses kampanye masing-masing kandidat dan juga Caleg partai PPP, serta melakukan observasi partisipan. Peneliti ikut serta selama kampanye dilakukan. Sedangkan data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan.

1.3.3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang sumber datanya utamanya adalah berupa data-data hasil wawancara, observasi dan studi kepustakaan.

1.3.4. Teknik Analisis data

Teknik analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2006:280).

Data diperoleh dari lapangan dianalisis melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Tahap Pertama, kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan

terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian.

2. Tahap Kedua, data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

3. Tahap Ketiga, melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan apa yang telah diinterpretasikan nara sumber terhadap masalah yang diteliti.

4. Tahap Keempat, pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberi jawaban atas masalah penelitian.


(9)

5. Tahap Kelima, melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada simpul tahap empat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan yang dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari fokus penelitian.

1.3.5. Teknik Validitas Data

Untuk mendapatkan keabsahan data, diperlukan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkantriangulasi penelitia.

Pengukuran tingkat kredibilitas dilakukan melalui :

a. Perpanjangan keikutsertaan, yaitu peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrument. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. b. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu. Teknik ini memanfaatkan penggunaan sumber (data), metode, dan teori. c. Pemeriksaan sejawat (peer review) melalui diskusi, yaitu kegiatan dilakukan

dengan cara mengekspose hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat dan orang yang ahli dibidangnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan dalam menginterpretasikan data, sehingga penelitian ini mendapat keabsahan data yang tinggi dan dapat menjawab permasalahan yang diteliti (Moleong, 2006 :327-324).

1.3.6. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan didDaerah pemilih Jawa Barat, khususnya Dapil Jabar 2, dapil Jabar 4, Dapil 9, dan Dapil Jabar 10. Dimulai dari bulan Januari 2014 sampai dengan 8 April 2014.


(10)

1.4. Landasan Teoretis 1.4.1. Teori Konstruktivis

Penelitian kualitatif berlandaskan paradigma konstruktivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran. (Arifin, 2012: 140)

Konstruktivisme, dalam artian yang paling luas, menyatakan bahwa realitas dikonstruksi dalam pikiran individu. Tiap individu memaknai pengalaman yang sama secara berbeda, tergantung pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Karena dimaknai secara subjektif, realitas masih dapat berubah seiring dengan berjalannya proses ekstraksi pengetahuan dari responden oleh peneliti.

1.5. Landasan Konseptual 1.5.2. Komunikasi Politik

Komunikasi politik merupakan jalan mengalirnya informasi melalui masyarakat dan melalui berbagai struktur yang ada dalam sistem politik (Mas’oed dan Andrew, 1990:130).

Tujuan komunikasi politik sangat terkait dengan pesan politik yang disampaikan komunikator politik. Sesuai dengan tujuan komunikasi, maka tujuan komunikasi politik itu adakalanya sekedar penyampaian informasi politik, pembentukan citra politik, pembentukan publik opinion (pendapat umum). Selanjutnya komunikasi politik bertujuan menarik simpatik khalayak dalam rangka meningkatkan partisipasi politik saat menjelang pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah (PILKADA).


(11)

Citra politik komunikasi politik bertujuan untuk membentuk dan membina opini publik (pendapat umum) serta mendorong partisipasi politik.

1.5.3. Pengertian Strategi

Kata strategi adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, strategos. Adapun strategos dapat diterjemahkan sebagai 'komandan militer' pada zaman demokrasi Athena. Menurut Mintzberg (2007), konsep strategi itu sekurang-kurangnya mencakup lima arti yang saling terkait, dimana strategi adalah suatu:

1) Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya.

2) Acuan yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsistensi perilaku serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi.

3) Sudut yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan aktivitasnya.

4) Suatu perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara organisasi dengan lingkungannya yang menjadi batas bagi aktivitasnya.

5) Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk mengelabui para pesaing.

(Dikutip dalam : http://perkuliahankomunikasi.blogspot.com/2013/12/strategi-kampanye-politik.html tanggal 12 Maret, pukul 23.00 WIB)

1.5.4. Kampanye

Kampanye adalah tindakan mempengaruhi dengan cara apapun untuk membuat komunikan berpihak kepada komunikator. Setiap aktivitas kampanye


(12)

ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, (2) jumlah khalayak sasaran yang besar (3) biasanya dipusatkan dalam kurun waktu dan (4) melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir. Disamping keempat hal tersebut kampanye juga memiliki karakter yaitu sumber yang jelas yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggungjawab suatu produk kampanye, sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengindetifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat. (Venus, 2007:7).

1.5.5. Pesan Kampanye

Menurut Venus (2007 : 70), Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan-pesan dari pengirim kepada khalayak. Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk mulai dari poster, spanduk, baligo (billboard), pidato, diskusi, iklan hingga selebaran. Apapun bentuknya pesan-pesan selalu menggunakan simbol, baik verbal maupun non verbal yang diharapkan dapat memancing respon khalayak.

Melalui simbol-simbol, pesan kampanye dirancang secara sistematis agar memunculkan respon tertentu dalam pikiran khalayak. Agar respon tersebut muncul maka prasayarat yang harus dipenuhi adalah adanya kesamaan pengertian tentang symbol-simbol yang digunakan antara pelaku dan penerima.

1.5.6. Jenis Kampanye

Kampanye dibedakan menjadi kampanye informatif dan persuasive. Dalam konteks ini suatu kampanye disebut informative apabila bertujuan memberikan informasi, melakukan perubahan pada tataran kognitif, menggugah kesadaran khalayak tentang isu tertentu. Bila dalam jangka panjang terjadi perubahan sikap atau perilaku akibat informasi, maka hal itu diluar “tujuan langsung” kampanye tersebut. Sementara kampanye persuasive ditandai oleh tujuannya yang bersifat mengajak dan menganjurkan perubahan pada tataran afektif dan behavior. (Venus, 2007: 28).


(13)

1.5.7. Saluran Kampanye

Secara umum Schramm (1973) mengartikan saluran (kampanye) sebagai “perantara apapun yang memungkinkan pesan-pesan sampai kepada penerima. Sementara Klingemann dan Rommele (2002) secara lebih spesifik mengartikan saluran kampanye sebagai segala bentuk media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak. Bentuknya dapat berupa kertas yang digunakan untuk menulis pesan, telepon, internet, radio bahkan televise . Venus (2007:84).

1.5.8. Sasaran Kampanye

McQuail dan Windahl (1993) dalam Venus (2007:98) mendefinisikan khalayak sasaran sebagai sejumlah besar orang yang berpengetahuan, sikap dan perilakunya akan diubah melalui kegiatan kampanye. Besarnya jumlah khalayak sasaran ini mengindikasikan bahwa mereka memiliki karakteristik yang beragam. Akibatnya cara mereka merespon pesan-pesan kampanye akan berbeda-beda. (Venus, 2007 :98).

1.5.9. Komunikasi Kelompok

Dalam kegiatan kampanye, para calon-calon legislatif benyak melakukan kegiatan komunikasi dengan kelompok-kelompok masyarakat sebagai strategi dalam memenangkan hati para konstituen.

Komunikasi dalam kelompok itu disebut sebagai komunikasi kelompok, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil (small-group communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan komunikasi antar pribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok (Mulyana, 2005: 74).


(14)

Salah satu teori psikologi social yang ada dalam komunikasi kelompok adalah teori pertukaran social. Menurut Thibaut dan Kelley (dalam Goldber & Larson, 1985:54), usaha memahami tingkah laku yang kompleks dari kelompok-kelompok besar mungkin dapat diperoleh dengan cara menggali hubungan diadis (2 orang). Meskipun penjelasan mereka tentang pola tingkah laku diadis bukan sekedar suatu pemnahasan tentang proses komunikasi dalam kelompok dua-anggota, beberapa rumusan mereka mempunyai relevansi langsung dengan studi tentang komunikasi kelompok.

1.5.11. Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Dalam kampanye politik, komunikasi antarpribadi dilakukan untuk lebih mendekatkan calon legislati dengan konstituen. Komunikasi antarpribadi adalah bentuk khusus dari komunikasi manusia yang mendeskripsikan bagaimana kita berinteraksi secara terus menerus dan saling mempengaruhi satu sama lain. (Suminar, 2013:1).

Keberhasilan komunikasi antarpribadi menjadi tanggungjawab para peserta komunikasi. Sehingga para caleg memiliki peranan yang sangat penting dalam melakukan komunikasi antarpribadi, tidak hanya dalam berbicara tetapi juga penggunaan bahasa non verbal lainnya, karena kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin dari jenis-jenis pesan atau respons non verbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif dan jarak fisik yang sangat dekat (Mulyana, 2005:73 dalam Suminar, 2013:15).

1.5.12. Media Luar Ruang

Menurut Santosa (2009:168) Media Luar ruangan adalah media yang berukuran besar dipasang ditempat-tempat terbuka seperti dipinggir jalan, dipusat


(15)

keramaian atau tempat-tempat khusus lainnya, seperti di dalam bus kota, gedung, pagar tembok dan sebagainya.

Dalam kegiatan politik, para caleg juga berlomba memasang iklan-iklan melalui media luar ruang, diantaranya adalah baliho sebagai media untuk menarik dukungan dari calon pemilih. (Suryadi, 2009:111).

1.5.13. Pengertian Calon Legislatif

Calon Legislatif adalah orang-orang yang berdasarkan per-timbangan, aspirasi, kemampuan atau adanya dukungan masyarakat, dan dinyatakan telah memenuhi syarat oleh peraturan diajukan partai untuk menjadi anggota legislatif (DPR) dengan mengikuti pemilihan umum yang sebelumnya ditetapkan KPU sebagai caleg tetap. (dikutip dalam http://www.pemiluindonesia.com. Tanggal 20 Februari pukul 10.55 wib).

1.5.3. Kerangka Pemikiran

Dinamika politik banyak dipengaruhi oleh berbagai macam factor, diantaranya adalah factor budaya yang ada dalam masyarakat, yang memainkan peranan dalam nilai, norma dan symbol politik. Namun semuanya itu adalah suatu bentukan atau konstruk yang sengaja di buat oleh kaum-kaum kapitalis yang memiliki kepentingan tertentu. Demikian juga dalam kehidupan politik. Apa yang disuguhkan merupakan hasil dari konstruksi atau representasi dari realitas yang tidak ditampilkan secara utuh, termasuk dalam kegiatan kampanye para caleg pemula, yang melakukan strategi kampanye.

Strategi kampanye yang biasa dilakukan oleh para celag ini adalah kampanye politik, meliputi kampanye komunikasi dan kampanye melalui media. Kampanye komunikasi adalah tindakan komunikasi yang terorganisasi yang diarahkan pada


(16)

Mody, 2002 dalam Venus, 2007: 8). Melalui media, kampanye adalah alat partai untuk mencapai tujuannya memenangkan Pemilu, dengan meraih simpati masyarakat.

2. Hasil dan Pembahasan

2.1. Gambaran Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

2.1.1. Sejarah Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Partai Persatuan Pembagunan (PPP) didirikan tanggal 5 Januari 1973, sebagai hasil fusi politik empat partai Islam, yaitu Partai Nadhlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Perti. Fusi ini menjadi simbol kekuatan PPP, yaitu partai yang mampu mempersatukan berbagai faksi dan kelompok dalam Islam. Untuk itulah wajar jika PPP kini memproklamirkan diri sebagai “Rumah Besar Umat Islam.”

PPP didirikan oleh lima deklarator yang merupakan pimpinan empat Partai Islam peserta Pemilu 1971 dan seorang ketua kelompok persatuan pembangunan, semacam fraksi empat partai Islam di DPR.

PPP berasaskan Islam dan berlambangkan Ka'bah. Akan tetapi dalam perjalanannya, akibat tekanan politik kekuasaan Orde Baru, PPP pernah menanggalkan asas Islam dan menggunakan asas Negara Pancasila sesuai dengan sistem politik dan peratururan perundangan yang berlaku sejak tahun 1984. Pada Muktamar I PPP tahun 1984 PPP secara resmi menggunakan asas Pancasila dan lambang partai berupa bintang dalam segi lima. Setelah tumbangnya Orde Baru, PPP kembali menggunakan asas Islam dan lambang Ka'bah. Secara resmi hal itu dilakukan melalui Muktamar IV akhir tahun 1998. Walau PPP kembali menjadikan Islam sebagai asas, PPP tetap berkomitemen untuk mendukung keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 5 AD PPP yang ditetapkan dalam Muktamar VII Bandung 2011 bahwa: “Tujuan PPP adalah terwujudnya masyarakat


(17)

madani yang adil, makmur, sejahtera lahir batin, dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila di bawah rida Allah Subhanahu Wata’ala.”

2.1.2. Visi PPP

Visi PPP adalah “Terwujudnya masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT dan negara Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, bermoral, demokratis, tegaknya supremasi hukum, penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), serta menjunjung tinggi harkat-martabat kemanusiaan dan keadilan sosial yang berlandaskan kepada nilai-nilai keislaman”.

2.1.3. Misi PPP (Khidmat Perjuangan)

PPP berkhidmat untuk berjuang dalam mewujudkan dan membina manusia dan masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, meningkatkan mutu kehidupan beragama, mengembangkan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim). Dengan demikian PPP mencegah berkembangnya faham-faham atheisme, komunisme/marxisme/leninisme, serta sekularisme, dan pendangkalan agama dalam kehidupan bangsa Indonesia.

2.2. Strategi komunikasi kelompok calon legislatif pemula dari partai PPP dalam memenangkan pemilihan.

Untuk mempengaruhi khalayak, salah satu strategi kampanye yang dilakukan oleh caleg dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), adalah menggunakan strategi komunikasi kelompok.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama


(18)

Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Sebelum melakukan komunikasi kelompok, para caleg PPP ini melakukan penentuan kelompok dengan cara “kedekatan”. Salah satu Caleg, Bapak Zaki menyatakan bahwa dalam menentukan kelompok “Intinya yang terdekat yang dijadikan prioritas, orang-orang terdekat yang dijadikan prioritas” (Wawancara dengan Bapak Zaki, 13 April 2014). Jadi kelompok yang menjadi sasaran adalah keluarga, teman dan lingkungan tempat tinggal caleg. Tidak jauh berbeda dengan Bapak Zak, caleg lainnya juga mengatakan bahwa dalam penentuan kelompok sudah dilakukan sejak awal, dimana penentuan dimulai dari lingkungan terdekat terlebih dahulu, diawali dari keluarga, saudara-saudara, teman sekolah, teman kerja dan komunitas, karena dianggap lebih mudah untuk dihubungi baik oleh telepon atau pun melalui media social.

Sedangkan caleg lain, sedikit berbeda dalam penentuan kelompoknya, meskipun sama-sama berangkat dari kedekatan. Penentuan kelompok dilakukan dengan cara penelusuran alumni-alumni tempat Caleg meniti ilmu di pesantren, dan juga tokoh-tokoh masyarakat yang paling sering bersentuhan dengan masyarakat umum, namun juga memiliki hubungan dengan pesantren. Pesantren memang dijadikan acuan dalam menentukan kelompok sasaran, karena di wilayah Caleg ini pesantren memiliki peranan penting bagi masyarakat termasuk petani. Oleh karena itu kelompok masyarakat ditentukan dari kedekatan pesantren.


(19)

Prinsip kedekatan dianggap efektif karena caleg bisa langsung mengarah pada kelompok yang dianggap potensial menjadi pemilih pada saat pemilu. Salah satu caleg mengatakan bahwa dengan memilih kedekatan maka tidak adakan ada suara yang terbuang sia-sia karena kelompok lebih mudah untuk didekati dan diberikan sosialisasi mengenai caleg, baik dari profilnya maupun program-programnya .

Tujuan dari penentuan kelompok tentu saja untuk mempermudah para caleg memenuhi tujuan yang diinginkan, di pilih orang-orang yang dianggap dekat tentu saja juga dengan harapan bahwa orang-orang tersebut bisa mempengaruhi anggota kelompok yang lain sehingga bisa mendukung pencalonan Caleg menuju kursi DPR RI.

Namun tentu saja ketika kelompok sudah ditentukan, maka para caleg ini harus menentukan bentuk komunikasi kelompok yang sesuai dengan karakteristik kelompok ataupun sesuai dengan budaya di daerah sasaran kelompok pemilih. Beberapa caleg melakukan komunikasi kelompok dengan cara silaturahmi sekaligus sosialisasi, “kebanyakan dilakukan secara langsung tatap muka dengan cara silaturahim dan sosialisasi” (Wawancara, 13 April 2014).

Sedangkan caleg lain melakukan bentuk komunikasi kelompok yang bersifat kekeluargaan, dengan bekomunikasi melalui tokoh masyarakat atau pun langsung mengimbangi rumah-rumah warga, tidak mengumpulkan massa dalam jumlah yang besar.

Tokoh masyarakat sebagai opinion leader dalam masyarakat, dianggap efektif karena tokoh masyarakat bisa mempengaruhi warga secara langsung. peranan tokoh masyarakat baik formal maupun non-formal sangat penting terutama dalam mempengaruhi, memberi contoh, dan menggerakkan keterlibatan seluruh warga


(20)

masyarakat pedesaan, peran tersebut menjadi faktor determinan karena kedudukan para tokoh masyarakat masih sangat kuat pengaruhnya, bahkan sering menjadi tokoh panutan dalam segala kegiatan hidup sehari-hari warga masyarakat. Persepsi warga masyarakat terhadap program tertentu merupakan landasan atau dasar utama bagi timbulnya kesediaan untuk ikut terlibat dan berperan aktif dalam setiap kegiatan program tersebut. (Lestari, dkk. 2007 : 2)

Sementara caleg lain memanfaatkan kegiatan atau moment yang berkaitan dengan acara-acara reuni sehingga di harapkan dengan bentuk komunikasi kelompok melalui kegiatan alumni ini bisa membantu caleg supaya dikenalkan pada lingkungan teman-teman yang lain, di luar lingkungan dirinya. Diharapkan teman atau kerabat yang dekat dan mengenai dirinya menjadi agen sosialisaisi efektif untuk mengenalkan dan mensosialisasikan dirinya di masyarakat.

Selain itu bentuk komunikasi kelompok diselenggarakan dalam bentuk pertemuan arisan atau pun komunitas melalui pelantara orang yang dikenal.“Biasanya kalo ada arisan atau pertemuan komunitas dan ada temen yang kenal ya saya diajak untuk ikut, nanti kan dikenalin jadi bisa menjadi ajang untuk memperkenalkan diri juga” (Wawancara, 3 April 2014)

Bentuk-bentuk komunikasi lain sebetulnya sudah dirancang oleh tim sukses dari partai, dimana para caleg diharuskan memberikan ceramah, pencerahan dalam bentuk diskusi di berbagai wilayah sesuai dengan daerah pemilihannya masing-masing, Para caleg ini ada kalanya di tandem-kan dengan caleg-caleg yang lain namun dalam naungan partai yang sama. Ini dikarenakan batas waktu kampanye yang sangat terbatas, sehingga diharapkan dengan system tandem seperti ini akan lebih mempersingkat waktu dan efektif. Selain itu tim sebetulnya sudah membuat kelompok-kelompok sendiri dari tiap-tiap daerah, muali dari pembentukan kelompok


(21)

setingkat desa, RW bahkan sampai RT, namun tingkat koordinasi dan ke-solid-an tim minim sehingga pembentukan kelompok ini dianggap kuarng efektif dalam mengenalkan para caleg. Sehingga akhirnya caleg membentuk sendiri kelompoknya dengan pendekatan yang berbeda-beda. (Wawancara dengan Tim Sukses, 23 April 2014).

2.3. Strategi komunikasi antar pribadi calon legislatif pemula dari partai PPP dalam memenangkan pemilihan.

Diungkapkan oleh Tabroni (2012 : 41-42) dalam kajian komunikasi, komunikasi interpersonal (tatap muka) tergolong komunikasi yang tradisional. Namun sampai saat ini, sesungguhnya tidak ada yang dapat menggantikan fungsi komunikasi manusia yang selalu dinamis dan memiliki kelebihan aspek pendekatan humanitasnya. Ditengah perkembangan teknologi yang sangat canggih sekalipun, sentuhan komunikasi secara langsung memiliki tingkat efektifitas tersendiri.

Dalam kampanye nya, para caleg juga melakukan strategi komunikasi antar pribadi untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat atau calon pemilih, sehingga pemilih simpati terhadap caleg. Seiring dengan itu menurut E. Sidik salah satu Koordinator Desa yang menjadi bagian dari tim suskses menyatakan, “Tatap muka dalam memasarkan caleg pada prinsipnya dapat mempengaruhi pemilih, yang pada akhirnya akan melahirkan simpati dari kelompok masyarakat, namun bila tidak dilakukan sekalipun oleh caleg, maka dianggap cukup oleh delegator atau timses sebagai perwakilan komunikasi/” (Wawancara 25 April 2014).

Namun tentu saja diperlukan cara berkomunikasi yang tepat sehingga apa yang ingin disampaikan bisa diterima baik oleh masyarakat atau calon pemilih. Karena komunikasi inter personal dipengaruhi oleh persepsi interpersonal, konsep


(22)

Penggunaan bahasa yang tepat menjadi salah satu trategi komunikasi inter personal yang dilakukan oleh para caleg. Bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi disesuaikan denga kelompok yang menjadi sasaran komunikasi. Hamper semua caleg mengatakan bahwa penggunaan bahasa berbeda-beda tergantung dari situasi yang dihadapi, salah satu caleg menyatakan, “kalau misalkan yang sudah dekat mah bahasa sehari-hari, kalo kelompok yang baru langsung pada intinya program apa yang mau dijual” (Wawancara, 13 April 2014).

Sedangkan caleg yang lain menyatakan bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi, ketika yang menjadi sasaran komunikasi adalah ibu-ibu atau orang tua maka bahasa yang dipergunakan seperti layaknya anak berbicara kepada orangtua, tidak terlalu formal namun sopan dan bersifat santai. Sama halnya ketika berinteraksi dengan teman-teman atau lingkungan kerabat yang sudah dikenal maka digunakan bahasa non formal namun sopan. Berbeda ketika Caleg menghadapi kelompok masyarakat yang baru dikenal, biasanya menggunakan bahasa yang sedikit formal tapi tetap bersifat santai, dengan tujuan agar mempermudah interaksi.

Seiring dengan itu caleg yang lain juga menyatakan bahwa dalam melakukan komunikasi antar pribadi, bahasa yang digunakan sesuai dengan kondisi, “biasanya menyesuaikan diri dengan datang hanya sebagai pribadi, dengan gaya bahasa ya kalo ke orangtua saya akan menggunakan gaya bahasa ya seperti anaknya” (Wawancara 1 April 2014).

Caleg yang lain juga menyatakan bahwa penggunaan bahasa non formal dalam komunikasi antar pribadi dianggap lebih menyentuh perasaan komunikan dibandingkan dengan komunikasi formal. Komunikan akan merasakan kedekatan secara personal ketika diajak berbicara dengan menggunakan bahasa sehari-harinya atau bahasa yang biasa dipergunakan oleh kelompoknya, berbeda jika menggunakan


(23)

bahasa formal, biasanya masyarakat juga sungkan atau enggan untuk terlibat secara mendalam dalam diskusi yang dilakukan.

Strategi dalam melaksanakan komunikasi antarpribadi menjadi salah satu strategi unggulan yang diharapkan bisa mempengaruhi para pemilih memilih caleg dari partai PPP. Oleh para tim sukses biasanya para caleg dibekali dulu mengenai pengenalan karakter-karakter kelompok dan masyarakat sehingga ketika melakukan komunikasi antar pribadi, para caleg sudah memahami betul bagaimana pilihan bahasa yang tepat dalam menjelaskan berbagai macam program ataupun mengenalkan dirinya secara pribadi. (Observasi, 23 April 2014).

2.1.2. Strategi media luar ruang calon legislatif pemula dari partai PPP dalam memenangkan pemilihan.

Media luar ruang adalah media yang berukuran besar yang dipasang ditempat-tempat terbuka seperti dipinggir jalan, dipusat keramaian, atau ditempat-tempat-ditempat-tempat khusus lainnya, seperti didalam bus kota, gedung, pagar tembok dan sebagainya. (Santosa, 2009 : 168). Media luar ruang bersifat situasional, artinya dapat ditunjukkan untuk orang spesifik pada waktu yang paling nyaman dan menarik.

Media luar ruang ini menjadi salah satu media yang banyak dipergunakan oleh para calon legislative untuk memperkenalkan dirinya. Masa kampanye yang berlangsung kurang lebih 2 bulan ini, dimanfaatkan secara maksimal oleh para caleg untuk mensosialisasikan dirinya, salah satunya melalui penggunaan media luar ruang.

Demikian juga caleg dari partai PPP banyak memanfaatkan media luar ruang. Namun tidak semua media luar ruang dipergunakan. Beberapa media luar ruang yang dipergunakan diantaranya adalah spanduk, baligho, banner, dan poster. Selain itu dibantu dengan penyebaran kartu nama, salah satu caleg mengenai penggunaan media


(24)

kalender” yang dijadikan media sebagai alat bantu memperkenalkan dirinya. (Wawancara, 1 April 2014). Sedangkan caleg yang lain ada yang hanya menggunakan banner dan poster, mengingat dana kampanye yang terbatas. Namun penempatan banner dan poster yang tepat dan langsung kepada masyarakat menjadi strategi utama. Strategi penempatan media luar ruang juga berbeda-beda, salah satu caleg dapi Cimahi menyatakan bahwa penempatan media luar ruang disesuaikan dengan partai PPP yang beraldaskan Islam, jadi pempatannya pun dekat dengan ruang yang banyak dipergunakan untuk kegiatan keagamaan, seperti pesantren. Namun selain itu juga memanfaatkan tempat atau wilayah yang banyak didiami oleh keluarga, diantaranya di kabupaten.

Namun salah satu caleg menyatakan bahwa penempelan media luar ruang, tidak cukup mengenalkan caleg secara mendalam, diperlukan kemampuan dari orang yang memasang banner untuk juga menjelaskan dan mensosialisasikan caleg yang dipromosikan dalam media tersebut.

Penempatan media luar ruang oleh tim suskes partai PPP, dilakukan berdasarkan aturan dari KPU sendiri. Selain itu penggunaan media luar ruang seperti baligho atau banner hanya 20% saja dari media-media lain, diantra media lain adalah kartu nama dan stiker.

Media luar ruang ditempatkan di semua tempat dapil, dengan titik-titik yang berbeda tergantung wilayah dapil, diantaranya di rumah kerabat, keluarga dan coordinator masing-masing wilayah. Sedangkan menurut Koordinator Desa, penempatan media luar ruang dipilih berdasarkan focus garapan massa yang akan dijadikan taget sasaran. Pemilihan tempat juga disesuaikan dengan aktivitas para konstituen.


(25)

Pada masa sebelum kampanye, penempatan media luar ruang sudah banyak dilakukan oleh para partai politik. Hal ini ditujukan untuk lebih awal memperkenalkan calonnya. Namun tentu saja pemilihan angel yang tepat juga menjadi salah satu dasar ketertarikan masyarakat terhadap media luar ruang yang ditempatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012.Penelitian Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Creswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design, Second Edition. California: Sage Publication

Creswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design, Second Edition. California: Sage Publication

Firmanzah. 2008.Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Goldberg, Alvin dan Carl. E. Larson, Terjemahan Koesdarini, Soemiati dan Gary R. Yusuf. 1985. Komunikasi Kelompok; Proses-proses Diskusi dan Penerapannya. Jakarta. UI-Press.

Mas'oed, Mochtar & Andrews, Collin. 1990. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Tabroni, Roni. 2012. Komunikasi Politik Pada Era Multimedia. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Venus, Antar. 2007.Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama. Sumber Lain :

ppp.or.id, dalam lintasan sejarah

Hasan, Peta Kekuatan Partai 2014 dalam politik.kompasiana.com Wahyudi, Caleg perempuan dan Marketing Politik, dalam unair.ac.id

http://www.pemiluindonesia.com.

Suryadi (2009). Tesis. Analisis Pengaruh Persepsi Mutu Layanan Antenatal Care (ANC) Terhadap Kepuasan Ibu hamil di Puskesmas Lamepayung Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat.


(1)

masyarakat pedesaan, peran tersebut menjadi faktor determinan karena kedudukan para tokoh masyarakat masih sangat kuat pengaruhnya, bahkan sering menjadi tokoh panutan dalam segala kegiatan hidup sehari-hari warga masyarakat. Persepsi warga masyarakat terhadap program tertentu merupakan landasan atau dasar utama bagi timbulnya kesediaan untuk ikut terlibat dan berperan aktif dalam setiap kegiatan program tersebut. (Lestari, dkk. 2007 : 2)

Sementara caleg lain memanfaatkan kegiatan atau moment yang berkaitan dengan acara-acara reuni sehingga di harapkan dengan bentuk komunikasi kelompok melalui kegiatan alumni ini bisa membantu caleg supaya dikenalkan pada lingkungan teman-teman yang lain, di luar lingkungan dirinya. Diharapkan teman atau kerabat yang dekat dan mengenai dirinya menjadi agen sosialisaisi efektif untuk mengenalkan dan mensosialisasikan dirinya di masyarakat.

Selain itu bentuk komunikasi kelompok diselenggarakan dalam bentuk pertemuan arisan atau pun komunitas melalui pelantara orang yang dikenal.“Biasanya kalo ada arisan atau pertemuan komunitas dan ada temen yang kenal ya saya diajak untuk ikut, nanti kan dikenalin jadi bisa menjadi ajang untuk memperkenalkan diri juga” (Wawancara, 3 April 2014)

Bentuk-bentuk komunikasi lain sebetulnya sudah dirancang oleh tim sukses dari partai, dimana para caleg diharuskan memberikan ceramah, pencerahan dalam bentuk diskusi di berbagai wilayah sesuai dengan daerah pemilihannya masing-masing, Para caleg ini ada kalanya di tandem-kan dengan caleg-caleg yang lain namun dalam naungan partai yang sama. Ini dikarenakan batas waktu kampanye yang sangat terbatas, sehingga diharapkan dengan system tandem seperti ini akan lebih mempersingkat waktu dan efektif. Selain itu tim sebetulnya sudah membuat kelompok-kelompok sendiri dari tiap-tiap daerah, muali dari pembentukan kelompok


(2)

setingkat desa, RW bahkan sampai RT, namun tingkat koordinasi dan ke-solid-an tim minim sehingga pembentukan kelompok ini dianggap kuarng efektif dalam mengenalkan para caleg. Sehingga akhirnya caleg membentuk sendiri kelompoknya dengan pendekatan yang berbeda-beda. (Wawancara dengan Tim Sukses, 23 April 2014).

2.3. Strategi komunikasi antar pribadi calon legislatif pemula dari partai PPP dalam memenangkan pemilihan.

Diungkapkan oleh Tabroni (2012 : 41-42) dalam kajian komunikasi, komunikasi interpersonal (tatap muka) tergolong komunikasi yang tradisional. Namun sampai saat ini, sesungguhnya tidak ada yang dapat menggantikan fungsi komunikasi manusia yang selalu dinamis dan memiliki kelebihan aspek pendekatan humanitasnya. Ditengah perkembangan teknologi yang sangat canggih sekalipun, sentuhan komunikasi secara langsung memiliki tingkat efektifitas tersendiri.

Dalam kampanye nya, para caleg juga melakukan strategi komunikasi antar pribadi untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat atau calon pemilih, sehingga pemilih simpati terhadap caleg. Seiring dengan itu menurut E. Sidik salah satu Koordinator Desa yang menjadi bagian dari tim suskses menyatakan, “Tatap muka dalam memasarkan caleg pada prinsipnya dapat mempengaruhi pemilih, yang pada akhirnya akan melahirkan simpati dari kelompok masyarakat, namun bila tidak dilakukan sekalipun oleh caleg, maka dianggap cukup oleh delegator atau timses sebagai perwakilan komunikasi/” (Wawancara 25 April 2014).

Namun tentu saja diperlukan cara berkomunikasi yang tepat sehingga apa yang ingin disampaikan bisa diterima baik oleh masyarakat atau calon pemilih. Karena komunikasi inter personal dipengaruhi oleh persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal dan hubungan interpersonal.


(3)

Penggunaan bahasa yang tepat menjadi salah satu trategi komunikasi inter personal yang dilakukan oleh para caleg. Bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi disesuaikan denga kelompok yang menjadi sasaran komunikasi. Hamper semua caleg mengatakan bahwa penggunaan bahasa berbeda-beda tergantung dari situasi yang dihadapi, salah satu caleg menyatakan, “kalau misalkan yang sudah dekat mah bahasa sehari-hari, kalo kelompok yang baru langsung pada intinya program apa yang mau dijual” (Wawancara, 13 April 2014).

Sedangkan caleg yang lain menyatakan bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi, ketika yang menjadi sasaran komunikasi adalah ibu-ibu atau orang tua maka bahasa yang dipergunakan seperti layaknya anak berbicara kepada orangtua, tidak terlalu formal namun sopan dan bersifat santai. Sama halnya ketika berinteraksi dengan teman-teman atau lingkungan kerabat yang sudah dikenal maka digunakan bahasa non formal namun sopan. Berbeda ketika Caleg menghadapi kelompok masyarakat yang baru dikenal, biasanya menggunakan bahasa yang sedikit formal tapi tetap bersifat santai, dengan tujuan agar mempermudah interaksi.

Seiring dengan itu caleg yang lain juga menyatakan bahwa dalam melakukan komunikasi antar pribadi, bahasa yang digunakan sesuai dengan kondisi, “biasanya menyesuaikan diri dengan datang hanya sebagai pribadi, dengan gaya bahasa ya kalo ke orangtua saya akan menggunakan gaya bahasa ya seperti anaknya” (Wawancara 1 April 2014).

Caleg yang lain juga menyatakan bahwa penggunaan bahasa non formal dalam komunikasi antar pribadi dianggap lebih menyentuh perasaan komunikan dibandingkan dengan komunikasi formal. Komunikan akan merasakan kedekatan secara personal ketika diajak berbicara dengan menggunakan bahasa sehari-harinya atau bahasa yang biasa dipergunakan oleh kelompoknya, berbeda jika menggunakan


(4)

bahasa formal, biasanya masyarakat juga sungkan atau enggan untuk terlibat secara mendalam dalam diskusi yang dilakukan.

Strategi dalam melaksanakan komunikasi antarpribadi menjadi salah satu strategi unggulan yang diharapkan bisa mempengaruhi para pemilih memilih caleg dari partai PPP. Oleh para tim sukses biasanya para caleg dibekali dulu mengenai pengenalan karakter-karakter kelompok dan masyarakat sehingga ketika melakukan komunikasi antar pribadi, para caleg sudah memahami betul bagaimana pilihan bahasa yang tepat dalam menjelaskan berbagai macam program ataupun mengenalkan dirinya secara pribadi. (Observasi, 23 April 2014).

2.1.2. Strategi media luar ruang calon legislatif pemula dari partai PPP dalam memenangkan pemilihan.

Media luar ruang adalah media yang berukuran besar yang dipasang ditempat-tempat terbuka seperti dipinggir jalan, dipusat keramaian, atau ditempat-tempat-ditempat-tempat khusus lainnya, seperti didalam bus kota, gedung, pagar tembok dan sebagainya. (Santosa, 2009 : 168). Media luar ruang bersifat situasional, artinya dapat ditunjukkan untuk orang spesifik pada waktu yang paling nyaman dan menarik.

Media luar ruang ini menjadi salah satu media yang banyak dipergunakan oleh para calon legislative untuk memperkenalkan dirinya. Masa kampanye yang berlangsung kurang lebih 2 bulan ini, dimanfaatkan secara maksimal oleh para caleg untuk mensosialisasikan dirinya, salah satunya melalui penggunaan media luar ruang.

Demikian juga caleg dari partai PPP banyak memanfaatkan media luar ruang. Namun tidak semua media luar ruang dipergunakan. Beberapa media luar ruang yang dipergunakan diantaranya adalah spanduk, baligho, banner, dan poster. Selain itu dibantu dengan penyebaran kartu nama, salah satu caleg mengenai penggunaan media luar ruang menyatakan “hanya spanduk, baligho, banner, kartu nama sama stiker..oo


(5)

kalender” yang dijadikan media sebagai alat bantu memperkenalkan dirinya. (Wawancara, 1 April 2014). Sedangkan caleg yang lain ada yang hanya menggunakan banner dan poster, mengingat dana kampanye yang terbatas. Namun penempatan banner dan poster yang tepat dan langsung kepada masyarakat menjadi strategi utama. Strategi penempatan media luar ruang juga berbeda-beda, salah satu caleg dapi Cimahi menyatakan bahwa penempatan media luar ruang disesuaikan dengan partai PPP yang beraldaskan Islam, jadi pempatannya pun dekat dengan ruang yang banyak dipergunakan untuk kegiatan keagamaan, seperti pesantren. Namun selain itu juga memanfaatkan tempat atau wilayah yang banyak didiami oleh keluarga, diantaranya di kabupaten.

Namun salah satu caleg menyatakan bahwa penempelan media luar ruang, tidak cukup mengenalkan caleg secara mendalam, diperlukan kemampuan dari orang yang memasang banner untuk juga menjelaskan dan mensosialisasikan caleg yang dipromosikan dalam media tersebut.

Penempatan media luar ruang oleh tim suskes partai PPP, dilakukan berdasarkan aturan dari KPU sendiri. Selain itu penggunaan media luar ruang seperti baligho atau banner hanya 20% saja dari media-media lain, diantra media lain adalah kartu nama dan stiker.

Media luar ruang ditempatkan di semua tempat dapil, dengan titik-titik yang berbeda tergantung wilayah dapil, diantaranya di rumah kerabat, keluarga dan coordinator masing-masing wilayah. Sedangkan menurut Koordinator Desa, penempatan media luar ruang dipilih berdasarkan focus garapan massa yang akan dijadikan taget sasaran. Pemilihan tempat juga disesuaikan dengan aktivitas para konstituen.


(6)

Pada masa sebelum kampanye, penempatan media luar ruang sudah banyak dilakukan oleh para partai politik. Hal ini ditujukan untuk lebih awal memperkenalkan calonnya. Namun tentu saja pemilihan angel yang tepat juga menjadi salah satu dasar ketertarikan masyarakat terhadap media luar ruang yang ditempatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012.Penelitian Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Creswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design, Second Edition. California: Sage Publication

Creswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design, Second Edition. California: Sage Publication

Firmanzah. 2008.Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Goldberg, Alvin dan Carl. E. Larson, Terjemahan Koesdarini, Soemiati dan Gary R. Yusuf. 1985. Komunikasi Kelompok; Proses-proses Diskusi dan Penerapannya. Jakarta. UI-Press.

Mas'oed, Mochtar & Andrews, Collin. 1990. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Tabroni, Roni. 2012. Komunikasi Politik Pada Era Multimedia. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Venus, Antar. 2007.Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama. Sumber Lain :

ppp.or.id, dalam lintasan sejarah

Hasan, Peta Kekuatan Partai 2014 dalam politik.kompasiana.com Wahyudi, Caleg perempuan dan Marketing Politik, dalam unair.ac.id http://www.pemiluindonesia.com.

Suryadi (2009). Tesis. Analisis Pengaruh Persepsi Mutu Layanan Antenatal Care (ANC) Terhadap Kepuasan Ibu hamil di Puskesmas Lamepayung Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat.


Dokumen yang terkait

Strategi Kampanye Humas Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Dalam Meningkatkan Citra Partai Menjelang Pemilu 2014

2 29 122

Marketing politik calon anggota DPR RI Ledia Hanifa Amaliah dalam pemilihan anggota DPR RI periode 2014-2019

1 15 154

Sikap Politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dalam Suksesi Kepemimpinan Negara Pada Pemilu 2014

0 5 0

Pragmatisme partai islam : studi tentang perekrutan calon legislatif artis oleh Partai Persatuan Pembangunan

2 7 99

Strategi Kampanye Pemilihan Komunitas 81 Dalam Memenangkan Calon Legislatif DPR (Studi Kasus Mengenai Strategi Komunitas 81 Dalam Memenangkan Calon Legislatif DPR Dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Rian Firmansyah di Daerah Pemilihan Jawa Barat II

0 3 1

STRATEGI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN UNTUK DPRD PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMENANGAN PEMILU 2014 STUDI PADA PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)

0 19 84

Pandangan dan Strategi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mengenai Calon Legislatif Perempuan Kabupaten Bekasi Periode 2009-2014

0 8 73

PETA POLITIK PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 1999 DI JAWA BARAT.

0 3 46

HUBUNGAN STRATEGI POLITIK PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) DENGAN HASIL PEROLEHAN SUARA PPP DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009 DI KOTA PARIAMAN.

0 0 6

ANALISIS KOMPARATIF MARKETING POLITIK ANTARA PARTAI GERINDRA DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) (STUDI PADA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009)

0 0 151