Analisis Pendapatan Industri Ayam Potong

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Nama

:

Dedy

Suprihatin

Nomor Mahasiswa

: 00313053

Program Studi

: Ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI


(2)

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna

memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1

Program Studi Ilmu Ekonomi,

pada Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia

Oleh :

Nama

:

Dedy

Suprihatin

Nomor Mahasiswa

: 00313053

Program Studi

: Ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA

2008


(3)

ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak ada bagian yang merupakan penjiplakan karya orang lain seperti dimaksud dalam buku pedoman penyusunan skripsi Program Studi Ilmu Ekonomi FE UII. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka Saya sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.“

Yogyakarta, 28 Februari 2008 Penulis,


(4)

Nama

:

Dedy

Suprihatin

Nomor Mahasiswa

: 00313053

Program Studi

: Ilmu Ekonomi

Yogyakarta, 28 Januari 2008

Telah disetujui dan disahkan oleh

Dosen Pembimbing


(5)

(Studi Kasus di Kota Jakarta Selatan)

Disusun Oleh : DEDY SUPRIHATIN

Nomor Mahasiswa : 00313053

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan LULUS Pada tanggal : 17 Maret 2008

Penguji/Pembimbing Skripsi : Drs. Nur Feriyanto M.Si ……… Penguji I : Drs. Priyonggo Suseno, M.Sc ……... Penguji II : Dra. Indah Susantun, M.Si ……...

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia


(6)

Karya kecil ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku yang

tak pernah berhenti menyayangiku, saudara-saudaraku tercinta dan


(7)

Pa da h a r i it u be r ge m bir a la h or a n g- or a n g be r im a n k a r e n a pe r t olon ga n Alla h . D ia m e n olon g sia pa y a n g dik e h e n da k i- N ya . D ia la h Ya n g M a h a pe r k a sa la gi M a h a Pe n y a y a n g ( se ba ga i) j a n j i y a n g se be n a r

-be n a r n y a da r i Alla h . Alla h t ida k a k a n m e n y a la h i j a n j i- N y a . Ak a n t e t a pi, k e ba n ya k a n m a n u sia t ida k m e n ge t a h u i. ( QS a r - Ru u m

[ 3 0 ] : 4 - 6 ) .

D ia ( Alla h ) t e la h m e n a m a i k a lia n ( se ba ga i) or a n g- or a n g M u slim da r i du lu , da n ( be git u pu la ) da la m ( a l- Qu r a n ) in i, su pa y a Ra su l it u m e n j a di sa k si a t a s dir i k a lia n da n su pa y a k a lia n se k a lia n m e n j a di sa k si a t a s se ge n a p m a n u sia . Ole h k a r e n a it u , dir ik a n la h ole h k a lia n

sh a la t , t u n a ik a n la h z a k a t , da n be r pe ga n gla h k a lia n pa da t a li Alla h . D ia a da la h Pe lin du n g k a lia n . D ia la h se ba ik ba ik Pe lin du n g da n se ba ik

-ba ik Pe n olon g. ( TQS. a l- H a j j [ 2 0 ] : 7 8 ) .

Sia pa sa j a y a n g m a t i se m e n t a r a di pu n da k n y a t ida k a da ba ia t ( k e pa da k h a lifa h ) , m a t in y a a da la h m a t i j a h ilia h . ( H R M u slim ) .


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin dan kepada-Nya kami memohon bantuan atas segala urusan duniawi dan agama, sholawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W, serta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Pengusaha Ayam Potong “ ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar S-1 pada Jurusan Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas, Islam Indonesia.

Pada kesempatan ini, kendati belum setimpal penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Drs. Nur Feriyanto M. Si, selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan dan meluangkan begitu banyak waktu, arahan serta bimbingannya.

Bapak – Ibu atas segalanya yang telah diberikan, cintanya, kasihnya, kesabarannya, tak bisa ku sebutkan satu persatu dan tak akan pernah bisa ku menggantinya dengan apapun dalam seluruh hidupku.

Saudaraku tercinta Mbak Nti, Budi dan si kecil Irul yang tiada pernah bosan memberikanku semangat, ejekan, motivasi, dan kasih, aku tahu kalian sangat menyayangi aku.

Teman – teman seperjuangan di basecamp EP 2000 ( Eko, Oki Kancil, Oki Jeruk, Dod y Jemblung and Pandu ) friends for ever!!, my team “||Brigade||”


(9)

dalam permainan Counter Strike (Deny, Topan, Aji, Endra) jangan berhenti berlatih siapa tau suatu saat kita bisa menjuarai World Cyber Game.

Untuk temen-temen EP ; Bondan, Dandi, Big, Rano, Kincex, Pras, Itong, Bagus, Lia, Melani, Savitri dan semua teman-teman yang mustahil disebutkan satu persatu.

Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pengusaha ayam potong Kota Jakarta, pegawai Badan Pusat Statistik Pusat DKI Jakarta dan semua pihak yang telah meluangkan waktunya dalam membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini

Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan permohonan maaf apabila di dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Mengingat skripsi ini adalah tulisan pertama dan keterbatasan penulis dalam pikiran dan waktu. Dan pada akhirnya mudah – mudahan skripsi ini akan memberikan manfaat bagi pembacanya.

Amiiin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta, 28 Januari 2008


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Pernyataan Bebas Plagiarisme Lembar Pengesahan

Lembar Berita Acara Halaman Persembahan Halaman Motto

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

1.4 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN UMUM SUBJEK PENELITIAN ... 8

1.1 Geografis ... 8

2.2 Keadaan Alam ... 8


(11)

2.4 Kesehatan dan Keluarga Berencana ... 11

2.5 Pertanian ... 12

2.6 Keadaan Ekonomi ... 12

BAB III KAJIAN PUSTAKA ... 15

BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 18

A. Landasan Teori... 18

4.1 Teori Produksi ... 18

4.2 Hukum Penambahan Hasil yang Semakin Berkurang ... 20

4.3 Pendapatan ... 23

4.4 Penjualan ... 25

4.5 Persaingan Pasar... 26

B. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB V METODOLOGI PENELITIAN... 28

5.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 28

5.2. Metode Dasar ... 28

5.2.1. Jenis dan Sumber Data ... 29

5.2.2 Populasi dan Sampling ... 30

5.2.3 Definisi Variabel ... 31

5.3. Metode Analisis Data ... 31

5.3.1 Metode Regresi Kuadrat Terkecil ... 32

5.3.2 Pemilihan Model Regresi... 33

5.3.3 Uji Statistik ... 34


(12)

a. Multikolinieritas... 37

b. Heteroskedastisitas... 38

c. Autokorelasi ... 39

BAB IV ANALISIS DATA ... 41

6.1. Diskripsi Data ... 41

a. Jenis Usaha ... 41

b. Umur ... 42

c. Tingkat Pendidikan ... 42

d. Lama Berusaha... 43

e. Jumlah Pekerja ... 43

f. Prospek Usaha ... 44

6.2. Analisis Hasil Regresi dan Pengujian Hipotesis ... 45

6.2.1 Pemilihan Model Regresi ... 45

6.2.2. Hasil Regresi ... 46

6.2.3 Analisis Statistik ... 47

1. Uji Tanda ... 47

2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial ... 48

6.2.4 Uji F-Statistik ... 54

6.2.5 Penaksiran Koefisien Determinasi (R²) ... 55

6.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 56

6.3.1 Uji Heteroskedastisitas... 56

6.3.2 Uji Autokorelasi ... 58


(13)

6.4 Pembahasan Hasil Analisis ... 60

6.4.1 Jumlah Pesaing (X1) ... 60

6.4.2 Biaya Transportasi (X ) ... 61 2 6.4.3 Jumlah Ayam Terjual (X ) ... 62 3 6.4.4 Variabel Dummy Flu Burung (dm)... 62

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 64

7.1. Kesimpulan ... 64

7.2. Implikasi ... 65 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 :Data Kasus Flu Burung pada Manusia di Indonesia Sampai

Dengan 28 Januari 2008 3

Tabel 2.1 :Persentase Luas Tanah menurut Penggunaannya menurut

Kecamatan 2005 9

Tabel 2.2 :Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Sex Ratio menurut

Kecamatan 2004 10

Tabel 2.3 :Jumlah kelahiran bayi, Kematian Bayi dan Kematian Anak

Balita Menurut Kecamatan, 2005 11

Tabel 2.4 :Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku

menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 14 Tabel 6.1 : Karakteristik Responden Menurut Jenis Usaha 42 Tabel 6.2 : Karakteristik Responden Menurut Umur 42 Tabel 6.3 : Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan 43 Tabel 6.4 : Karakteristik Responden Menurut Lama Berusaha 44 Tabel 6.5 :Karakteristik Responden Menurut Jumlah Pekerja 44

Tabel 6.6 :Uji Statistik Durbin-Watson 45

Tabel 6.7 :Hasil Regresi LogLinear 46

Tabel 6.8 :Nilai t Hitung Tiap Variabel Bebas 49

Tabel 6.9 :Hasil Uji White Test 57


(15)

Tabel 6.11 :Hasil Pengujian Multikolinearitas 60 DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Kurva Hukum Pertambahan yang Semakin Berkurang ... 21

Gambar 5.1 : Statistik Durbin-Watson ... 43

Gambar 6.1 : Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Pesaing ... 50

Gambar 6.2 : Kurva Uji t-Statistik Variabel biaya transportasi ... 51

Gambar 6.3 : Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Ayam Terjual ... 52


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pendapatan penduduk Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari hewan terutama daging. Salah satu jenis ternak yang yang menjadi sumber utama penghasil daging adalah ayam di mana pemeliharaan dan konsumsi sudah menyebar di seluruh Indonesia, di samping itu, beberapa kelebihan yang dimiliki ayam sebagai bahan konsumsi telah menyebabkan terdapatnya preferensi yang tinggi dari masyarakat terhadap daging ayam potong. Di DKI Jakarta saja, kebutuhan ayam potong mencapai 1,5 juta ekor per hari. Sementara di Tanah Air kebutuhan ayam potong diperkirakan mencapai tiga juta sampai lima juta ekor per hari.(Tim Liputan 6 SCTV, Dusta Pedagang Atam Potong, Diambil 2 Mei 2007, dari http://www.Liputan6.com). Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga yang relatif murah dengan akses yang mudah karena sudah merupakan barang publik dan merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional.

Namun dewasa ini terdapat beberapa permasalahan yang menghambat usaha daging ayam potong di Indonesia. Beberapa masalah tersebut adalah merebaknya kasus flu burung pada pertengahan 1997 dan kenaikan BBM yang mencapai 100% pada akhir 2005.


(17)

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.

Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat dengan kematian 1.541.427 ekor.

Flu burung pada mulanya hanya menyerang burung sampai pada tahun 1997 di Hongkong, 18 orang tertular dan 6 di antaranya meninggal dunia. Pada Januari 2004 virus ini telah menyebar hampir ke seluruh kawasan Asia dan ditemukan di Indonesia pada Februari 2004. Hingga 28 Januari 2008 Departemen Kesehatan RI telah mencatat 124 kasus dengan 100 kematian pada manusia yang disebabkan virus flu burung dengan rincian sebagai berikut :


(18)

Tabel 1

Data Kasus Flu Burung pada Manusia di Indonesia Sampai Dengan, 28 Januari 2008

Posit if Flu Bu r u n g N o Pr opin si

Ju m la h Ka su s M e n in gga l

1 Jaw a Bar at 31 25

2 DKI Jakar t a 29 25

3 Bant en 24 20

4 Sum at er a Ut ar a 8 7

5 Jaw a Tim ur 7 5

6 Jaw a Tengah 9 8

7 Lam pung 3 0

8 Sulaw esi Selat an 1 1

9 Sum at er a Bar at 3 1

10 Sum at er a Selat an 1 1

11 Riau 6 5

12 Bali 2 2

Ju m la h 1 2 4 1 0 0

Sumber : Depkes RI, 2008

Di Kota Jakarta Selatan, upaya pencegahan dilakukan dengan melarang warga untuk memelihara unggas-unggas tanpa sertifikat. Bagi mereka yang melanggar akan dikenakan sanksi kurungan penjara 3 bulan dan denda maksimal 50 juta rupiah.

Beberapa kasus di Kota Jakarta Selatan yang berhubungan dengan flu burung di antaranya adalah pada 16 februari 2006 seorang warga meninggal di Kebayoran Baru yang merupakan korban meninggal ke delapan akibat flu burung di Jakarta Selatan, kemudian hal tersebut ditindak lanjuti dengan merazia rumah-rumah penduduk di Kel.Pondok Pinang oleh para aparat kota dan ditemukan 1500 unggas yang kemudian didepopulasi pada 4 Maret 2008. Kebun Raya Ragunan juga pernah ditutup beberapa hari untuk memeriksa kesehatan hewan terutama unggas.


(19)

Flu burung telah mengakibatkan banyak pengusaha daging ayam mulai dari peternak sampai penjual gulung tikar karena masyarakat menjadi takut untuk mengkonsumsi daging ayam. Menurut data terdapat lebih dari 600 pangkalan ayam, 1200 rumah potong, dan ribuan pedagang daging ayam yang tersebar di seluruh pasar tradisional di Jakarta terancam gulung tikar karena secara rata – rata, total kebutuhan daging ayam di Jakarta adalah 500 ribu hingga 600 ribu ekor perhari, setelah kasus flu burung mencuat, permintaan itu menurun 60% ( Kompas 28 Juli 2005). Penjualan ayam potong di pasar tradisional Pasar Minggu Jakarta Selatan juga turun 25-50 persen

Pada tanggal 1 Oktober 2005 pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Harga bensin jenis premium yang semula Rp 2.400,00 naik menjadi Rp 4.500,00/liter dan solar yang sebelumnya Rp 2.100,00 naik menjadi Rp 4.300,00/liter. Secara langsung kenaikan harga BBM tersebut akan menaikkan beban biaya transportasi hingga 100%. Kenaikan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden No. 55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri, tertanggal 30 September 2005.

1.2. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu

1. Apakah jumlah pesaing mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?

2. Apakah biaya transportasi mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?


(20)

3. Apakah banyaknya jumlah ayam terjual mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?

4. Apakah flu burung dianggap mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?

5. Apakah secara bersama-sama jumlah pesaing, biaya transportasi dan jumlah ayam terjual serta variabek dummy flu burung mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian :

1. Menganalisis pengaruh jumlah pesaing terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.

2. Menganalisis pengaruh biaya transportasi terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.

3. Menganalisis pengaruh banyaknya jumlah ayam terjual terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.

4. Menganalisis pengaruh Flu burung terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.

5. Menganalisis pengaruh secara bersama-sama jumlah pesaing, biaya transportasi dan jumlah ayam terjual serta variabek dummy Flu burung terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.


(21)

1.3.2. Manfaat Penelitian : 1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, selain itu penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan.

2. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran atau studi banding bagi mahasiswa atau pihak yang melakukan penelitian yang sejenis. Di samping itu, guna meningkatkan, memperluas dan memantapkan wawasan dan keterampilan yang membentuk mental mahasiswa sebagai bekal memasuki lapangan kerja.

1.4. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian.

BAB II TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN

Bab ini menerangkan mengenai diskripsi wilayah penelitian yang menguraikan tentang keadaan wilayah Kotamadya Jakarta Selatan.


(22)

BAB III KAJIAN PUSTAKA

Berisi penelitian sebelumnya yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Dalam bab ini memuat teori – teori yang relevan yang menjadi acuan dalam penulisan dan hipotesa penelitian.

BAB V METODE PENELITIAN

Akan dijelaskan tentang metode pengambilan sampel serta definisi operasional penelitian

BAB VI ANALISIS DATA

Berisi tentang analisis data yang diperoleh dalam penelitian serta pengujian – pengujian terhadap hasil estimasi data yang diperoleh dan pembahasannya.

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi pembahasan, kesimpulan dan saran-saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya.


(23)

BAB II

TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN

2.1. Geografis

Kota Jakarta Selatan merupakan salah satu dari 5 kota yang terdapat di Propinsi DKI Jakarta. Kota ini mempunyai luas daerah seluruhnya 145,73 km (22,41% dari Luas DKI Jakarta) yang berada pada posisi 06 15 40.8 Lintang Selatan dan 106 45 0.00 Bujur barat. Kota Jakarta Selatan terbagi menjadi 10 kecamatan yaitu Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Pesanggrahan, Cilandak, Pasar Minggu, Jagakarsa, Mampang Prapatan, Pancoran, Tebet, dan Setiabudi. Secara administratif batas – batas wilayah dari Kota Jakarta Selartan adalah sebagai berikut :

2

- Sebelah Utara : Banjir kanal, Jalan Sudirman, Kecamatan Tanah Abang, Jalan Kebayoran Lama dan Kebon Jeruk (Kota Jakarta Barat)

- Sebelah Timur : Kali Ciliwung (Kota Jakarta Timur) - Sebelah Selatan : Kotamadya Depok

- Sebelah Barat : Kecamatan Ciputat dan Cileduk, Kabupaten Tangerang, Propinsi Jawa Barat)

2.2. Keadaan Alam

Kotamadya Jakarta Selatan terletak pada ketinggian 26,2 m di atas permukaan laut, bercirikan daerah yang beriklim khas tropis dengan tempratur udara sekitar 27,5 celcius dan kelembaban udara rata-rata 80 o


(24)

persen, yang disapu angin dengan kecepatan sekitar 0,2 knot sepanjang tahun. Curah hujan mencapai ketinggian rata-rata 1999,5 mm per-hari yang terjadi selama 210 hari dalam setahun. Penggunaan tanah 71,56% untuk perumahan, 12,26% untuk perkantoran, 1,62% untuk perindustrian, 1,06% untuk taman, 1,04% untuk tempat tidur, 10,48% untuk waserda dan 1,93% untuk lahan pertanian.

Tabel 2.1

Persentase Luas Tanah menurut Penggunaannya menurut Kecamatan 2005

Sumber:Survei Fisik Kecamatan, BPS Jakarta Selatan

Kecamatan Perumahan Industri

Kantor dan

Gudang Taman Pertanian

Lahan

Tidur Waserda

1 Jagakarsa 52,76% 1,54% 3,81% 2,48% 19,13% 4,44% 15,84%

2 Pasar Minggu 78,01% 0,43% 6,44% 3,38% 0,06% 0,53% 11,15%

3 Cilandak 77,61% 1,50% 6,65% 0,09% 0,23% - 13,92%

4 Pesanggrahan 80,61% 1,33% 1,22% 0,54% 1,62% 1,62% 13,06%

5

Kebayoran

Lama 70,01% 8,00% 18,58% 0,48% - 0,5% 2,43%

6

Kebayoran

Baru 68,25% 0,08% 19,97% 2,32% 0,03% 0,2% 9,15%

7

Mampang

Prapatan 77,13% 0,01% 3,03% - - - 19,83%

8 Pancoran 77,42% 3,67% 10,71% 1,21% 0,08% 0,83% 6,08%

9 Tebet 73,94% 0,38% 14,57% 0,31% - 0,29% 10,51%

10 Setia Budi 65,42% 0,78% 22,82% 0,97% - 2,17% 7,84%

Jumlah 71,56% 1,62% 12,06% 1,31% 1,93% 1,04% 10,48%

2004 71,56% 1,62% 12,06% 1,31% 1,93% 1,04% 10,48%

2.3. Keadaan Penduduk

Pada tahun 2004 jumlah penduduk di Jakarta Selatan 1.707.767 jiwa kemudian pada tahun 2005 naik menjadi 1.745.195 jiwa, dengan kepadatan penduduk mencapai 11.976 per Km . Dari Jumlah tersebut, jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari penduduk perempuan seperti terlihat pada sex ratio yang lebih besar dari 100 yaitu 110. Penduduk laki-laki berjumlah 914.951 jiwa dan penduduk perempuan 830.244 jiwa.


(25)

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Sex Ratio menurut Kecamatan 2004

Penduduk Hasil Registrasi Kecamatan

Laki-laki Perempuan Jumlah Kepadatan

Sex Ratio

1 Jagakarsa 111.781 102.817 214.598 8.580 108,72

2 Ps. Minggu 141.038 111.284 252.322 11.522 126,74

3 Cilandak 76.546 76.821 153.367 8.427 99,64

4 Pesanggrahan 82.099 73.829 155.928 11.576 111,20

5 Keb. Lama 120.850 108.585 229.435 11.876 111,30

6 Keb. Baru 74.837 72.322 147.159 11.399 103,48

7 Mp. Prapatan 54.779 49.235 104.014 13.456 111,26

8 Pancoran 63.886 59.577 123.463 14.474 107,23

9 Tebet 127.310 115.171 242.481 26.793 110,54

10 Setia Budi 61.825 60.603 122.428 12.740 102,00

Jumlah Total 914.951 830.244 1.745.195 11.976 110,20

2004 894.784 812.983 1.707.767 11.719 110,06

2003 892.059 809.317 1.701.376 11.675 110,00

Sumber : Statistik Wilayah DKI Jakarta

Status kewarganegaraan di Jakarta Selatan terdiri WNA sebanyak 574 jiwa, sementara warga negara asing yang terbanyak adalah warga Cina. Kegiatan penduduk berusia 10 tahun ke atas dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja; yang masing-masing tercatat 58,39 persen dan 41,61 persen. Dari angkatan kerja tersebut terdapat 49,51 persen penduduk bekerja dan 8,88 persen yang mencari pekerjaan.

Pada kelompok bukan angkatan kerja terdapat 17,31 persen yang sekolah 19,89 mengurus rumah tangga dan 4,39 persen lainnya. Dibandingkan tahun 2004, jumlah penduduk yang bekerja naik, jika pada tahun 2004 ada 57,95 persen penduduk bekerja dan 42,60 persen tidak


(26)

bekerja. Jumlah rumahtangga miskin di Jakarta Selatan ada sebanyak 11.196 rumahtangga.

2.4. Kesehatan dan Keluarga Berencana

Fasilitas kesehatan di Jakarta Selatan terdiri dari 66 rumah sakit (3.398 tempat tidur), 130 poliklinik atau balai kesehatan, 78 puskesmas, 19 laboratorium, 283 apotik, 101 toko obat, 1.037 dokter praktek, 750 praktek dokter gigi dan 103 praktek bersama. Infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA) masih menunjukkan persentase tertinggi dibandingkan dengan penyakit lain yang berarti pencemaran lingkungan masih tinggi, sedangkan penderita diare mengalami kenaikan pada tahun ini dibandingkan tahun lalu. Peserta KB Aktif perbulan rata-rata 178.688 akseptor, sedangkan peserta KB baru 45.843 akseprot.

Tabel 2.3

Jumlah kelahiran bayi, Kematian Bayi dan Kematian Anak Balita Menurut Kecamatan, 2005

Kecamatan

Lahir Hidup

Lahir Mati

Jumlah bayi mati 0-28 Hari

Jumlah Bayi Mati 0-<1 Tahun

Jagakarsa 0 0 0 0

Pasar Minggu 1.385 55 55 3

Cilandak 2.373 94 72 135

Pesanggrahan 1.200 4 0 0

Keb. Lama 4.579 12 7 1

Keb. Baru 5.777 60 31 0

Mp.Prapatan 0 0 0 0

Pancoran 1.561 14 2 0

Tebet 201 2 0 0

Setiabudi 2.683 15 11 3

Jumlah 19.759 250 178 248


(27)

2.5. Pertanian 1. Pertanian

Produk tanaman jagung tahun 2005 sekitar 167 ton, ubi kayu 414 ton dan kacang tanah 45 ton. Komoditi ekspor tanaman hias jenis anggrek merupakan komoditi unggulan, produksi tanaman anggrek segala jenins mencapai lebih dari 1,6 juta tangka dengan nilai mencapai hampir 5 milyar lebih.

2. Perikanan

Produksi ikan darat selama 2005 sebanyak 365.758 kg dengan nilai lebih dari 30 juta rupiah.

3. Peternakan

Pada tahun 2005 populasi kambing 2.465 ekor, sapi perah 2.432 ekor, kuda 74 ekor dan kambing 2.465 ekor. Produksi susu sebanyak 4.553.352 liter, telur 217.058 butir dan ayam buras 25.000 ekor.

2.6. Keadaan Ekonomi

Perekonomian Jakara selatan tahun 2005 (angka sementara) didominasi oleh empat sektor utama, yaitu sektor keuangan (45,04%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (0,18%), sektor bangunan (13,46) dan sektor jasa (13,46%). Jumlah pasar wilayah di Jakarta Selatan sebanyak 27 pasar yang menyediakan fasilitas tempat usaha/dagang sebanyak 22.944 tempat usaha dagang atau jualan, yang terdiri dari 9.639 kios, 4.860 kios, 4.860 counter, 2.600 tempat jualan sayur dan buah, 644 tempat jualan daging sapi, 26 tempat jualan daging babi, 375 tempat jual


(28)

ikan basah, 47 tempat jual ikan hidup, 352 tempat jual ayam potong, 43 tempat jual ayam hidup, 1.118 tenda, 2.020 kaki lima dalam pasar, 1.120 kaki lima di luar pasar. Adapun jenis barang yang diperdagangkan meliputi kebutuhan pokok, mulai dari jasa konsumsi, logam mulia, barang teknik, restoran dan warung, kelontong, tekstil dan jasa produksi.

Realisasi penerimaan pajak-pajak sebagian didapat dari denda pajak yang antara lain dari pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, PPABT dan parkir sebesar 168,920 milyar rupiah. Selama lima tahun terakhir sejak tahun 2000 sampai tahun 2005, nilai produk domestik regional bruto (PDRB) Kotamadya Jakarta Selatan setiap tahunnya telah mengalami peningkatan yang cukup berarti. Nilai PDRB pada tahun 2003 atas harga berlaku menurut lapangan usaha adalah sebesar 75.078.360 juta rupiah, naik sekitar 54,87 persen dari tahun sebelumnya. Nilai PDRB tahun 2005 atas harga berlaku menurut lapangan usaha adalah sebesar 97.352.170 juta rupiah. Angka PDRB perkapita secara tidak langsung bisa dijadikan salah satu indikator untuk mengukur kemakmuran suatu wilayah dan keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Pada tahun 2005 PDRB perkapita penduduk Jakarta Selatan atas dasar harga kosdtan 2000 mencapai hampir 60 juta rupiah.


(29)

Tabel 2.4

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

Lapangan usaha 2003 2004* 2005**

(1) (5) (6) (7)

1 Pertanian 84.748 90.498 91.934

2 Industri 1.516.588 1.640.447 1.900.262

3 Listrik, gas dan air bersih 302.584 442.934 497.199

4 Bangunan 9.897.863 10.964.039 13.111.757

5 Perdagangan, hotel dan restoran 13.954.404 15.615.757 17.893.349

6 Pengangkutan dan komunikasi 3.960.043 4.950.506 6.097.015

7

Keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan 34.998.025 38.862.567 43.848.334

8 Jasa-jasa 10.364.104 11.869.681 13.912.318

Produk Domestik Regional Bruto 75.078.360 84.436.429 97.352.170

Sumber : BPS Kotamadya Jakarta Selatan Keterangan :

*) angka perbaikan **) angka sementara


(30)

Laporan penelitian M.Faisal,Drs,MM (2008) yang berjudul "Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam Pedaging/potong" yang merupakan suatu studi di Desa Blabak, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri Jawa Timur.

Perumusan masalah adalah variabel manakah yang signifikan pengaruhnya serta memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan peternak. Alat analisis yang digunakan adalah analisa regresi Linier Berganda, yaitu suatu analisa untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas yang meliputi jumlah ayam (X1), biaya pakan (X2), biaya pemeliharaan (X3), dan upah tenaga kerja (X4) serta variabel terikat (Y), yaitu tingkat pendapatan peternak.

Dari hasil analisa ditunjukkan bahwa budidaya ternak ayam potong dipengaruhi oleh jumlah ayam (ekor), biaya pakan (Rp), biaya pemeliharaan (Rp) dan upah tenaga kerja (Rp). Demikian pula pada analisa secara keseluruhan juga menunjukkan bahwa keempat variabel bebas tersebut mempengaruhi tingkat pendapatan peternak sebesar 99,98%. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang diluar perhitungan regresi. Kesimpulan yang didapat adalah perlu adanya pengembangan dan peningkatan budidaya ternak ayam potong, selain sebagai penunjang ekspor non migas juga untuk meningkatkan pendapatan peternak dan masyarakat sekitarnya.


(31)

Pallangga Kabupaten Gowa” yang bertujuan untuk megetahui tingkat pendapatan yang diperoleh peternak ayam broiler pada skala usaha yang berbeda, dan mengetahui pada skala usaha berapa yang memberikan efesiensi finansial yang paling tinggi pada peternak ayam broiler. Penelitian ini menggunakan metode stratified purposive random sampling, yaitu mengambil peternak yang menggunakan jenis pakan dan bibit yang sama dari berbagai skala usaha dengan wawancara langsung pada peternak ayam yang berpedoman pada kusioner yang telah dibuat..Sampel penelitian ini sebanyak 50% dari keseluruhan peternak di Kecamatan Palangga yang jumlahnya 62 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan peternak semakin bertambah seiring dengan bertambahnya skala usaha yang dipelihara, dimana pendapatan tertinggi pada skala usaha 2500 yaitu Rp. 8.363.748,- Efesiensi finansial semakin meningkat dengan bertambahnya skala usaha yang dipelihara, dimana pada skala 2500 memperoleh efesiensi finansial tertinggi yaitu 1.37554428.

Ibnu Edy Wiyono (2007) dalam Analisis ekonomi mingguan Charoen Pokphand Indonesia yang berjudul “Peluang dan Tantangan Industri Peternakan” mengungkapkan beberapa hal penting yang mampu merangsang pertumbuhan usaha peternakan di Indonesia, yaitu :

a. Pertumbuhan pendapatan dan laju urbanisasi berdampak pada meningkatnya asupan protein hewani masyarakat Indonesia, dimana daging dan telur ayam masih menjadi sumber utama protein hewani daging.


(32)

konsumsi daging ayam perkapita sebesar 2 kg melalui kampanye sadar gizi.

c. Dampak negatif flu burung telah dapat dikelola dengan baik. Meskipun demikian, Industri peternakan masih harus mencari solusi efektif untuk mengurangi tekanan biaya produksi akibat kenaikan harga jagung dan bungkil kacang kedelai.


(33)

BAB IV

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

4.1. Teori Produksi

Dalam penelitian ini, landasan teori yang digunakan mengacu pada teori perilaku produsen, khususnya teori produksi. Teori produksi merupakan analisa mengenai bagaimana seharusnya seorang pengusaha atau produsen, dalam teknologi tertentu memilih dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu, seefisien mungkin ( Ari Sudarman, 1989 : 120 )

Produksi adalah suatu proses pengubahan faktor produksi atau input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah Penentuan kombinasi faktor – faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi sangatlah penting agar proses produksi yang dilaksanakan dapat efisien dan hasil produksi yang didapat menjadi optimal. Input pada suatu proses produksi terdiri dari tanah, tenaga kerja, kapital dan bahan baku, jadi input adalah barang atau jasa yang digunakan sebagai masukan pada suatu proses produksi sedangkan yang dimaksud dengan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi.

Suatu perekonomian senantiasa menggunakan teknologi yang dimiliki untuk mengkombinasikan berbagai input guna menghasilkan output.


(34)

4.1.1. Fungsi Produksi

Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara faktor produksi dengan hasil produksi. Fungsi produksi menunjukkan bahwa jumlah barang yang diproduksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan.

Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :

Q = f (K, L, R, T) Keterangan :

Q = output

K = kapital / modal L = labour / tenaga kerja

R = resuources / sumber daya T = teknologi

Dari persamaan tersebut berarti bahwa besar kecilnya tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat produksi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda – beda tentunya memerlukan faktor produksi yang berbeda pula. Tetapi ada juga bahwa jumlah produksi yang tidak sama akan dihasilkan oleh faktor produksi yang dianggap tetap, biasanya adalah faktor produksi seperti modal, mesin, peralatannya serta bangunan perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah


(35)

tenaga kerja. Berkaitan dengan periode produksi, situasi produksi dimana perusahaan tidak dapat mengubah outputnya disebut jangka waktu yang sangat pendek sedangkan situasi produksi dimana output dapat dirubah namun demikian ada sebagian faktor produksi yang bersifat tetap atau input tetap dan sebagian lagi faktor produksinya dapat dirubah atau input variabel disebut produksi jangka pendek dan produksi jangka panjang yaitu suatu produksi tidak hanya output dapat berubah tetapi mungkin semua input dapat diubah dan hanya teknologi dasar produksi yang tidak mengalami perubahan.

4.2. Hukum Pertambahan Hasil yang Semakin Berkurang

Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang menerangkan arah umum dan tingkat perubahan umum output perusahaan bila salah satu sumber yang digunakan berubah – ubah jumlahnya. Hukum ini menerangkan jika salah satu input ditambah secara terus – menerus maka produksi total akan semakin meningkat sampai pada suatu tingkat tertentu ( titik maksimum ) dan apabila sudah pada tingkat maksimum tersebut faktor produksinya terus ditambah maka produksi total akan semakin menurun.


(36)

Q Q3

Q2 TP

Q1

0 L1 L2 L L 3 4 L

Q

Tahap 1 Tahap II Tahap III

AP

L

0 L2 L3 MP L L

Gambar 4.1 Kurva Hukum Pertambahan yang Semakin Berkurang

Keterangan :

TP adalah total produksi L adalah tenaga kerja

MP adalah marginal produk tenaga kerja L


(37)

Dimana :

L TP MPL

Δ Δ =

L TP APL =

Gambar diatas merupakan cara lain untuk menggambarkan fungsi produksi yang menggunakan kombinasi faktor produksi tidak sebanding, dimana modal dan teknologi dianggap tetap. Sumbu horisontal menunjukkan jumlah input tenaga kerja dan sumbu vertikal menunjukkan jumlah produksi yang dihasilkan. Tahap I menunjukkan penggunaan tenaga kerja yang masih sedikit dan apabila diperbanyak tenaga kerjanya menjadi L2 maka total produksinya akan meningkat dari Q1 menjadi Q , produksi rata-rata dan produksi marjinalnya juga turut meningkat. Produsen yang rasional jelas akan memilih menambah jumlah tenaga kerjanya. Pada tahap ini kita juga dapat melihat bahwa laju kenaikan produksi marjinal juga semakin besar sehingga dalam tahap ini dikatakan berlaku hukum pertambahan hasil yang semakin meningkat. Hal tersebut terjadi kemungkinan karena adanya spesialisasi faktor produksi tenaga kerja, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan semakun memungkinkan produsen melakukan spesialisasi tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. Sementara itu produksi rata-rata pada tahap ini terus meningkat hingga mencapai titik puncak pada saat penggunaan tenaga kerja sebanyak L dan pada saat itu kurva MP berpotongan dengan kurva AP . Pada kondisi demikian jika tenaga kerja terus ditambah lagi

2

2 L


(38)

penggunaannya hingga mencapai L3 atau masuk pada tahap II maka total

produksi terus meningkat hingga mencapai Q3 atau mencapai titik optimum produksi. Pada tahap II tersebut produksi total terus meningkat sedangkan produksi rata-rata mulai menurun dan produksi marjinal bertambah dengan proporsi yang semakin menurun pula hingga pada akhirnya produksi marjinal mencapai titik nol. Hal demikian berlaku hukum penambahan hasil produksi yang semakin berkurang dan jika pada kondisi tersebut penggunaan tenaga kerja masih saja ditambah maka memasuki tahap III, dimana penambahan tenaga kerja akan menyebabkan turunnya total produksi. Jadi penggunaan tenaga kerja sudah terlalu banyak hingga produksi rata-rata menurun dan produksi marjinal menjadi negatif. ( Ida Nuraini, 2001 : 57 )

4.3. Pendapatan

Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. (Samuelson dan Nordheus, 1995:255). Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. (Samuelson dan Nordhaus, 1995:258)


(39)

Dalam hal ini pendapatan juga bisa diartikan sebagai pendapatan bersih seseorang baik berupa uang atau natura. Secara umum pendapatan dapat digolongkan menjadi 3

1. Gaji dan upah

Suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah.

2. Pendapatan dari kekayaan

Pendapatan dari usaha sendiri. Merupakan nilai total produksi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk uang atau lainnya, tenaga kerja keluarga dan nilai sewa kapital untuk sendiri tidak diperhitungkan

3. Pendapatan dari sumber lain

Dalam hal ini pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja antara lain penerimaan dari pemerintah, asuransi pengangguran, menyewa aset, bunga bank serta sumbangan dalam bentuk lain. Tingkat pendapatan (income level) adalah tingkat hidup yang dapat dinikmati oleh seorang individu atau keluarga yang didasarkan atas penghasilan mereka atau sumber-sumber pendatapan lain. (Samuelson dan Nordhaus, 1995:250) 4.3.1. Hubungan Pendapatan dengan Produksi

Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha dan sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat gaji dan upah, tanah memperoleh


(40)

sewa, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing – masing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing – masing faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut. ( Sadono Sukirno, 1996 : 329)

4.4 . Penjualan

Adalah ilmu dan seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual pada umumnya untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkan oleh si penjual. Penjualan sangat penting dalam mekanisme pasar karena dapat menciptakan seatu proses pertukaran barang atau jasa antara penjual dan pembeli. Dalam perekonomian kita (perekonomian uang), seseorang yang menjual sesuatu akan mendapatkan imbalan berupa uang. Oleh karena itu, jika seseorang makin pandai untuk menawarkan barang atau jasanya akan semakin cepat pula mencari kesuksesan dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sehingga tujuan yang diinginkan akan segera terlaksana. Dalam segala bidang dan tingkatan, taktik penjualan harus digunakan agar pelayanan yang diberikan kepada orang lain dapat memberikan kepuasan. (Basu, 1993:8)


(41)

4.5 Persaingan Pasar

Para pesaing adalah perusahaan-perusahaan yang memuaskan kebutuhan konsumen yang sama Ada lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang. Lima kekuatan tersebut adalah para pesaing industri, calon pendatang, substitusi, pembeli dan pemasok. ( Philip Kotler, 2006:417)

Mengindentifikasi pesaing sepertinya merupakan tugas sederhana perusahaan. Akan tetapi perusahaan bahkan lebih mungkin terpukul oleh pesaing yang baru muncul atau teknologi terbaru ketimbang oleh pesaing sekarang. Berfokus pada pada pesaing saat ini dan bukan pada pesaing tersembunyi telah menyebabkan beberapa perusahaan tersingkir.

Setelah mengidentifikasi para pesaing utamanya, perusahaan harus mengetahui dengan pasti kekuatan dan kelemahan serta tujuan strategis mereka. Hal yang harus segera dilakukan adalah menentukan strategi, tujuan dan menganalisis kekuatan dan kelemahan.

Secara umum setiap perusahaan harus memantau tiga variabel ketika menganalisis para pesaingnya. ( Philip Kotler, 2006:419 )

1. Pangsa pasar atau sasaran pasar

2. Pangsa ingatan, atau persentase pelanggan yang menyebut nama pesaing dalam menanggapi pertanyaan, “sebutkan perusahaan pertama di Industri ini yang ada dalam pikiran anda.”


(42)

3. Pangsa hati atau persentase pelanggan yang menyebut nama pesaing dalam menanggapi pertanyaan, “Sebutkan perusahaan yang produknya lebuh anda sukai untuk dibeli.”

Setelah perusahaan melakukan analisis nilai pelanggannya, ia dapat memusatkan serangannya pada salah satu kelas pesaing yaitu pesaing kuat versus lemah, pesaing dekat versus jauh dan kelas pesaing yang “baik” versus “buruk”.

Untuk bertahan, perusahaan dituntut untuk melakukan tindakan di tiga bidang. Pertama, perusahaan tersebut harus mencari cara untuk memperbesar permintaan pasar keseluruhan, melindungi pangsa pasar dan tetap berusaha meningkatkan pangsa pasarnya lebih jauh walaupun ukuran pasarnya tetap sama. ( Philip Kotler, 2007:417)

B. Hipotesis Penelitian

Sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian ini disusun hipotesis sebagai berikut :

1. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh jumlah pesaing.

2. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh besarnya biaya transport per bulan.

3. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh jumlah ayam terjual per bulan.

4. Pendapatan pengusaha ayam potong dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh pengaruh kasus flu burung.


(43)

BAB V

METODOLOGI PENELITIAN

5.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengusaha ayam potong sebagai unit analisisnya. Pengertian pengusaha ayam potong di sini adalah pengusaha ayam potong yang melayani pembelian maupun penjualan ayam potong hidup ataupun mati, termasuk di dalamnya adalah peternak, rumah potong dan penjual. Daerah penelitian yang diambil adalah Kota Jakarta Selatan.

5.2 Metode Dasar

Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriptis analitis, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan pada penemuan fakta-fakta atau keadaan yang sebenarnya (Nawawi dan Martini, 1994). Tujuan digunakannya metode ini adalah untuk menggali faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha ayam potong.

Teknik pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan studi kasus. Studi kasus adalah teknik studi dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Obyek yang diteliti terdiri dari satu unit atau kesatuan unit yang dipandang sebagai suatu kasus (Surakhmad, 1990).


(44)

5.2.1. Jenis dan Sumber Data

a. Data primer

Adalah merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner (Umar, 2002). Penelitian ini menggunakan data

Croos Section yaitu data yang dikumpulkan dalam kurun waktu

tertentu dari sample. Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan september sampai dengan bulan oktober tahun 2007.

Cara memperoleh data : - Interview (wawancara)

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada responden. Wawancara dilakukan kepada pengusaha ayam potong yang terpilih sebagai sampel.

- Observasi

Yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan secara cermat dan sistematis terhadap pola perilaku orang, obyek, atau kejadian-kejadian tanpa bertanya atau berkomunikasi dengan orang, obyek, atau kejadian tersebut. Metode ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal tentang seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.


(45)

- Metode Angket / Kuisioner

Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempersiapkan daftar pertanyaan yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti yang kemudian dibagikan kepada responden untuk diisi.

b. Data Sekunder

Adalah data-data pendukung yang diperoleh dari buku-buku, majalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian atau dengan mengambil dari sumber lain yang diterbitkan oleh lembaga yang dianggap kompeten.

5.2.2. Populasi dan Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha ayam potong yang berdomisili di Kota Jakarta Selatan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi. Pada penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling menggunakan metode purposive random sampling yaitu teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan, keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empiris dan lainnya (H.B. Sutopo, 2002 : 185).


(46)

Selanjutnya dari seluruh populasi pengusaha ayam potong di Kota Jakarta Selatan diambil 100 pengusaha ayam potong yang tersebar di wilayah Kota Jakarta Selatan sebagai sample.

5.2.3. Definisi Variabel

Definisi variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pendapatan pengusaha ayam potong (Y) adalah pendapatan kotor atau besarnya rata – rata pendapatan yang diterima oleh pengusaha ayam potong sebelum dikurangi dengan total biaya operasional usaha dan dihitung dalam satuan Ribu rupiah.

2. Jumlah pesaing (X1) adalah jumlah pesaing usaha menurut persepsi sampel dan dinyatakan dalam satuan unit.

3. Biaya transportasi (X2) yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarakan untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lainnya dan dinyatakan dalam satuan ribu rupiah.

4. Jumlah ayam yang terjual (X3) yaitu jumlah ayam yang terjual dalam satu bulan dan dinyatakan dalam satuan kilogram.

5. Dummy flu burung (Dm) adalah persepsi responden tentang pengaruh penyakit flu burung terhadap usaha ayam potong. Dinyatakan dengan nilai “1” apabila flu burung dianggap berpengaruh dan diberi nilai “0” apabila flu burung dianggap tidak berpengaruh.

5.3. Metode Analisa Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif.


(47)

1. Metode kualitatif adalah metode mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian terhadap pendapat dan tanggapan responden, serta teori-teori yang ada dengan masalah penelitian.

2. Metode kuantitatif adalah metode yang disarankan pada dianalisis variabel-variabel yang dapat dinyatakan dengan jelas atau menggunakan rumus yang pasti yaitu:

5.3.1. Metode Regresi Kuadrat Terkecil

Analisis data yang dilakukan dengan Metode Regresi Kuadrat Terkecil/OLS (ordinary least square), dengan fungsi Produksi Cobb Douglass. Model hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Y = f (X1, X2, X3, DM)

Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi maka dapat ditarik suatu model ekonometrik sebagai berikut:

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2+ β3 X3+ DM + e Keterangan:

Y = Pendapatan Pengusaha Ayam Potong (Rp/Bulan) X1 = Jumlah Pesaing (unit)

X2 = Biaya Transportasi (Rp/Bulan) X3 = Jumlah ayam terjual (ekor) Dm = Dummy Variabel

1 = Terpengaruh flu bururng 0 = Tidak terpengaruh flu burung


(48)

β0 = Konstanta regresi

β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi

e = Kesalahan pengganggu 5.3.2. Pemilihan Model Regresi

Pemilihan model regresi ini menggunakan uji Mackinnon, white and Davidson (MWD) yang bertujuan untuk menentukan apakah model yang akan di gunakan berbentuk linier atau log linier. Persamaan matematis untuk model regresi linier dan regresi log linier adalah sebagai berikut :

Linier Y = βo + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + dm X4+ e Log Linier LnY = βo + β1 lnX1 + β2 lnX2 + β3 lnX3 + dm X4+e Untuk melakukan uji MWD ini kita asumsikan bahwa

Ho :Y adalah fungsi linier dari variabel independen X (model linier) Ha :Y adalah fungsi log linier dari varibel independen X (model log linier)

Adapun prosedur metode MWD adalah sebagai berikut :

1. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksinya (fitted value) dan selanjutnya dinamai F1.

2. Estimasi model log linier dan dapatkan nilai prediksinya, dan selanjutnya dinamai F2.

3. Dapatkan nilai Z1 = ln F1-F2 dan Z2 = antilog F2-F1 4. Estimasi persamaan berikut ini :


(49)

Jika Z1 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak hipotesis nul dan model yang tepat untuk digunakan adalah model log linier dan sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis nul dan model yang tepat digunakan adalah model linier 5. Estimasi persamaan berikut :

LnY = βo + β1 lnX1 + β2 lnX2 + β3 lnX3 + dm X4+ β5 Z1 + e

Jika Z2 signifikan secara statistik malalui uji t maka kita menolak hipotesis alternatif dan model yang tepat untuk digunakan adalah model log linier dan sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis alternatif dan model yang tepat untuk digunakan adalah model linier. (Agus Widarjono ; 2005).

5.3.3. Uji Statistik

Selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu dilakukan beberapa pengujian : (Gujarati, 2003)

a. Uji t Statistik

Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.

1. Hipotesis yang digunakan : a. Jika Hipotesis positif

Ho : βi ≤ 0 Î variabel independent tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan Ha : βi > 0 Î variabel independen mempengaruhi


(50)

b. Jika Hipotesis negatif

Ho : βi ≥ 0 Î variabel independent tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan Ha : βi < 0 Î variabel independent mempengaruhi

variabel dependen secara negatif dan signifikan 2. Pengujian satu sisi

Jika T table ≥ t hitung, Ho diterima berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Jika T table < t hitung, Ho ditolak berarti variabel independen secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

b. Uji F statistik

Uji F digunakan untuk menghitung apakah model yang digunakan secara keseluruhan tepat digunakan dengan tingkat kepercayaan tertentu (Sritua Arief, 1993 : 13)

Adapun langkah – langkah pengujian untuk uji f adalah sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis 0 :β1234 = o

H

(tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel indipenden

terhadap variabel dependen secara bersama – sama) 0

1 ≠β2 ≠β3 ≠β4o


(51)

(ada pengaruh yang signifikan dari variabel indipenden

terhadap variabel dependen secara bersama – sama) 2. Perhitungan nilai F-tes:

( )

(

R

)

(

N k

)

k

R Fhitung

− −

= 2

2

1

1

keterangan :

k = jumlah variabel N = jumlah sample

2

R = koefisien determinasi

Daerah Ho ditolak Daerah

Ho diterima

f-tabel

3. Pengambilan keputusan uji f

Apabila F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak berarti secara bersama – sama variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen

Apabila F-hitung < F-tabel maka Ho diterima yang berarti secara bersama – sama variabel independen secara signifikan tidak mempengaruhi variabel dependen.


(52)

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar varian dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independent. Nilai R2 paling besar 1 dan paling kecil 0 (0<R2<1). Bila R2 sama dengan 0 maka garis regresi tidak dapat digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab variabel-variabel yang dimasukan kedalam persamaan regresi tidak mempunyai pengaruh varian variabel dependen adalah 0. Semakin dekat R2 dengan 1, maka semakin tepat regresi untuk meramalkan variabel dependen, dan hal ini menunjukan hasil estimasi keadaan yang sebenarnya.

5.4. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinearitas, dan heterokedastisitas. Apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut uji t dan uji F yang dilakukan sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan

a. Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari variabel lainya. Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan pengujian terhadap masing-masing variabel independen untuk mengetahui seberapa jauh korelasinya (r2) yang


(53)

dapat kemudian dibandingkan dengan R2 yang didapat dari hasil regresi secara bersama variabel independent dengan variabel dependen. Jika r2 melebihi R2 pada model regresi maka dari hasil regresi tersebut terdapat multikolinearitas, sebaliknya apabila R2 lebih besar dari semua r2 maka ini menunjukan tidak terdapatnya multikolinearitas pada model regresi yang diuji.

b. Heteroskedastisitas

Adanya heteroskedastisitas dalam model analisis mengakibatkan varian dan koefisien-koefisien OLS tidak lagi minimum dan penaksir-penaksir OLS menjadi tidak efisien meskipun penaksir-penaksir OLS tetap tidak bias dan konsisten. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah pengujian White, langkah pengujiannya antara lain:

Estimasi persamaan model dan dapatkan residualnya.

a. Melakukan regresi pada persamaan berikut yang disebut regresi auxiliary

b. Hipotesis nul dalam uji ini adalah tidak ada heteroskedastisitas. Uji White didasarkan pada jumlah sampel (n) dikalikan dengan R2 yang akan mengikuti distribusi Chi-squares dengan degree of

freedom sebanyak variabel independen tidak termasuk konstanta

dalam regresi auxiliary. Nilai hitung statistik Chi-squares (χ2) dapat dicari dengan formula sebagai berikut:


(54)

c. Jika nilai Chi-squares hitung (n. R2) lebih besar dari nilai χ2 kritis dengan derajat kepercayaan tertentu (α) maka ada heteroskedastisitas dan sebaliknya jika Chi-squares hitung lebih kecil dari nilai χ2 kritis menunjukkan tidak adanya heteroskedastisitas

c. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar anggota serangkaian observasi menurut waktu. Dalam konteks regresi, model linear klasik mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak terdapat dalam disturbansi atau gangguan Ui dengan menggunakan lambang:

E (Ui Uj) = 0 ; 1 ≠J

Secara sederhana dapat dikatakan model klasik mengasumsikan bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain yang manapun (Gujarati, 2003)

GAMBAR 5.1

STATISTIK DURBIN-WATSON

autokorelasi positif

Ragu-ragu

tidak ada autokorelasi

ragu-ragu

autokorelasi negatif


(55)

Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dalam gambar 5.1 berikut ini :

TABEL 5.6

UJI STATISTIK DURBIN-WATSON

Nilai Statistik Hasil 0<d<dl

dl≤d≤du du≤d≤4-du 4-du≤d≤4-dl 4-dl≤d≤4

Menolak hipotesis nul; ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan Menurut hipotesis nul; tidak ada autokorelasi positif/negatif

Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

Menolak hipotesis nul; ada autokorelasi negative

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi digunakan Durbin Watson (DW test), dengan hipotesa sebagai berikut:

1) Jika nilai DW statistik < DL, atau DW statistik > 4-DL, maka Ho ditolak yang berarti terdapat autokorelasi

2) Jika nilai DU < DW < 4-DU, maka Ho diterima, berarti tidak terdapat autokorelasi.

3) Jika DL ≤ DW ≤ DU atau 4- DU ≤ DW ≤ 4-DL, berarti dianggap tidak meyakinkan (Widarjono, 2005)


(56)

BAB VI ANALISIS DATA

6.1. Diskripsi Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari sejumlah pengusaha ayam potong di Kota Jakarta Selatan melalui metode observasi, wawancara dan kuisioner sebagaimana disebutkan dalam bab sebelumnya.

Dari seluruh populasi pengusaha ayam di Kota Jakarta Selatan diambil 100 pengusaha untuk dijadikan sample dengan karakterisrik responden sebagai berikut :

a. Jenis Usaha

Jenis usaha ayam potong bisa dibedakan menjadi 3, yaitu peternak, rumah potong dan penjual. Namun hasil data primer menunjukkan bahwa di Kota Jakarta Selatan tidak terdapat peternakan ayam potong. Hal tersebut bisa dimengerti dengan alasan bahwa peternakan membutuhkan lahan yang luas dan jauh dari pemukiman. Sedangkan data primer menunjukkan 73 responden merupakan penjual dan sisanya adalah rumah potong. Secara rinci jumlah responden yang dikelompokkan menurut jenis usaha disajikan dalam tabel 6.1 :


(57)

Tabel 6.1

Karakteristik Responden Menurut Jenis Usaha

Jenis Usaha Jumlah

Peternakan 0

Rumah Potong 27

Penjual 73 Total 100 Sumber Data : Data Hasil survei, 2007

b. Umur

Data primer yang diperoleh dari pengusaha ayam potong di Kota Jakarta Selatan menunjukkan bahwa pengusaha ayam potong di Kota Jakarta Selatan paling banyak berusia antara 39 sampai umur 45 tahun yaitu sebesar 37% dan rata-rata pengusaha ayam potong berumur 39,69 tahun. Umur terendah 19 tahun sedangkan umur tertinggi 61 tahun. Secara rinci jumlah responden yang dikelompokkan menurut umur disajikan dalam tabel 6.2 :

Tabel 6.2

Karakteristik Responden Menurut Umur

Umur Jumlah responden Persentase

18 - 24 3 3%

25 - 31 16 16%

32 - 38 22 22%

39 - 45 37 37%

46 - 52 16 16%

53 - 59 4 4%

60 - 66 2 2%

100 100%

Sumber Data : Data Hasil survei, 2007 c. Tingkat Pendidikan

Menurut data primer yang diperoleh dari para dari pengusaha ayam potong di Kota Jakarta Selatan, para pengusaha ayam potong paling


(58)

banyak berpendidikan tamatan SLTP yaitu sebesar 36% dari jumlah responden, dan sebagian kecil tamatan perguruan tinggi yaitu sebesar 7 pengusaha atau sebesar 7% dari jumlah sample pengusaha ayam potong. Secara rinci jumlah responden menurut tingkat pendidikan ditunjukkan pada tabel 6.3 sebagai berikut :

Tabel 6.3

Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan terakhir Jumlah responden Persentase

Sekolah dasar 29 29%

Sekolah Menengah Pertama 36 36% Sekolah Menengah Atas 28 28%

Sarjana 7 7%

Total 100 100%

Sumber Data : Data Hasil survei, 2007 d. Lama Usaha

Menurut data primer yang diperoleh dari para pengusaha ayam potong di Kota Jakarta Selatan, lama usaha dari para pengusaha ayam potong paling banyak antara 2 - 5 tahun yaitu sebesar 27 pengusaha atau 27% dari total responden, paling sedikit antara 26-29 tahun yaitu ada 3 pengusaha atau sebesar 3% , dengan rata-rata lama usaha adalah 11,34 tahun. Secara rinci lama usaha dalam menjalankan usaha ayam potong ditunjukkan pada tabel 6.4. sebagai berikut :


(59)

Tabel 6.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berusaha

Lama Berusaha (tahun) Jumlah responden Persentase

2 – 5 27 27%

6 – 9 15 14%

10 – 13 22 22%

14 – 17 17 17%

18 – 21 12 12%

22 – 25 4 4%

26 – 29 3 4%

Total 100 100%

Sumber Data : Data Hasil survei, 2007 e. Jumlah Pekerja

Menurut data primer yang diperoleh dari para pengusaha ayam potong di Kota Jakarta Selatan, 85 pengusaha ayam potong mempekerjakan 0 – 5 karyawan, dengan rata-rata jumlah karyawan adalah 3 orang. Secara rinci karakteristik pengusaha ayam berdasarkan jumlah karyawan dalam menjalankan usaha ayam potong ditunjukkan pada tabel 6.5. sebagai berikut :

Tabel 6.5

Karakteristik Sample Berdasarkan Jumlah Karyawan

Jumlah Karyawan Jumlah responden Persentase

0 - 4 85 85%

5 - 9 11 11%

10 - 14 2 2%

15 - 19 2 2%

Total 100 100%

Sumber Data : Data Hasil survei, 2007 f. Prospek Usaha

Kebanyakan pengusaha ayam potong mengeluhkan tentang lambatnya penanganan kasus flu burung sehingga banyak dari mereka merasa pendapatannya merosot dengan tajam. Flu burung


(60)

masyarakat untuk mengkonsumsi. Hal tersebut diperparah dengan tingginya harga ayam potong pada saat masyarakat banyak yang takut mengkonsumsi ayam potong akibat flu burung, sehingga para pengusaha sulit menentukan harga jual.

Namun ada juga yang merasa bahwa usaha ayam potong ini masih menguntungkan karena mereka merasa kasus flu burung tidak mempengaruhi pendapatan mereka.

6.2 Analisis Hasil Regresi dan Pengujian Hipotesis 6.2.1. Pemilihan Model Regresi

Spesifikasi model untuk menentukan bentuk suatu fungsi suatu model empirik dinyatakan dalam bentuk linier ataukah nonlinier dalam suatu penelitian, maka dalam penelitian ini juga akan dilakukan uji tersebut. Dalam penelitian kali ini, peneliti akan menggunakan uji MacKinnon, White, Davidson (MWD test). Hasil estimasi dari uji MWD dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 6.6 Hasil Uji MWD

Variabel Nilai Statistik t

Nilai Tabel t α

(=5%) Probabilitas

Z1 13,46416 1,658 0,0000

Z2 -1,359798 1,658 0,1771

Sumber: Data diolah dengan Eviews (lampiran)

Berdasarkan dari hasil regresi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan uji MWD ditemukan adanya perbedaan antara kedua bentuk fungsi model empiris (linier dengan log - linier).


(61)

Dengan derajat kepercayaan 95% (α = 5%) bentuk fungsi model empiris linier tidak bisa digunakan untuk analisis karena Z1 signifikan sedangkan untuk log linear bisa digunakan untuk analisis karena Z2 tidak signifikan secara statistik.

6.2.2. Hasil Regresi

Tabel 6.7

Hasil Regresi LogLinear Dependent Variable: LOG(Y)

Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:07 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X1) -0.033245 0.014276 -2.328768 0.0220

LOG(X2) -0.001583 0.015466 -0.102368 0.9187

LOG(X3) 0.956544 0.018464 51.80643 0.0000

DM -0.051521 0.019951 -2.582334 0.0113

C 3.308057 0.200084 16.53334 0.0000

R-squared 0.990817 Mean dependent var 10.56886

Adjusted R-squared 0.990430 S.D. dependent var 0.593124 S.E. of regression 0.058022 Akaike info criterion -2.807267

Sum squared resid 0.319827 Schwarz criterion -2.677009

Log likelihood 145.3634 F-statistic 2562.521

Durbin-Watson stat 1.902686 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data diolah dengan Eviews (lampiran)

Dari hasil regresi tersebut di atas dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut : E Dm LogX LogX LogX

LogY =3,308057−0,033245 1 −0,001583 2 +0,956544 3 −0,051521 +

) 53334 , 16

( (−2,328768) (-0.102368) (51.80643) (-2.582334) R-squared = 0,990817

Adjusted R-squared = 0,990430 F-statistic = 2562,521 Di mana :

Y adalah rata – rata pendapatan kotor pengusaha ayam potong (Rupish/bulan) X1 adalah jumlah pesaing usaha menurut persepsi sampel (Unit usaha)


(62)

X2 adalah biaya transportasi perbulan (Rupiah/bulan) X3 adalah jumlah ayam terjual (Kilogram/bulan)

Dm adalah dummy variabel pengaruh flu burung terhadap usaha menurut persepsi sample

6.2.3 Analisisi Statistik

Untuk menentukan parameter dalam model, metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Dengan metode ini diharapkan dapat diperoleh penaksiran tidak bias linier terbaik (Best Linear Unbiased

Estimator / BLUE), pada dasarnya isi dari metode tersebut adalah

penentuan normal melalui peminimuman jumlah error kuadrat. 1. Uji Tanda

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel independen yaitu jumlah pesaing, biaya transport dan dummy variabel flu burung mempunyai koefisien regresi negatif. Hal ini menunjukkan suatu hubungan negatif antara variabel independen

dan variabel dependen (pendapatan pengusaha ayam potong) artinya jika terjadi peningkatan dalam jumlah pesaing, biaya transport dan pengaruh flu burung maka pendapatan pengusaha ayam potong akan menurun.

Sedangkan variabel independen jumlah ayam terjual memiliki koefisien regresi positif. Hal ini menunjukkan suatu hubungan positif antara variabel independen dan variabel dependen (pendapatan pengusaha ayam potong) yang berarti jika terjadi peningkatan dalam


(63)

jumlah ayam yang terjual maka pendapatan pengusaha ayam potong juga akan meningkat.

2. Pengujian Hipotesisi Secara Parsial

Pengujian secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji t statistik satu sisi terhadap masing-masing variabel independen, dari hasil pengujuan regresi didapat nilai t hitung dari masing-masing variabel

independen untuk selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel. Cara

yang dilakukan untuk menentukan t tabel adalah : T tabel = α df (n-k)

Di mana :

α adalah tingkat signifikansi df adalah derajat bebas n adalah jumlah data

k adalah jumlah variabel independen yang digunakan termasuk konstanta kemudian dicari pada tabel t

Dengan demikian dapat ditentukan nilai t tabel yang dipakai dalam penelitian ini, dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 dan derajat bebas (100-5) sebesar 95 maka nilai t tabel didapat 1,658. Apabila nilai t hitung > t tabel; maka variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, dan sebaliknya jika t hitung < t tabel; berarti variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.


(64)

Dari hasil pengujian regresi didapat t hitung seperti tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 6.8

Nilai t Hitung Tiap Variabel Bebas

Variabel t-hitung t-tabel Keterangan

X1 |-2,328768| |-1,658| Signifikan

X2 |-0,102368| |-1,658| Tidak signifikan

X3 51,806434 1,658 Signifikan

Dm |-2,582334| |-1,658| Signifikan

Sumber : Data priner diolah

2.1Uji t-Statistik terhadap variabel jumlah pesaing (β1) Hipotesanya

Bila Ho : β1≤ 0 Variabel jumlah pesaing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha ayam potong.

Bila Ha : β1 > 0 Variabel jumlah pesaing berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha ayam potong.

Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen secara individual berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel dependen.


(65)

Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100 - 5) Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = -2,328768

Karena nilai t hitung > t tabel atau │-2,328768 │> │-1,658│ maka Ho ditolak, sehingga jumlah pesaing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.

Gambar 6.1

Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Pesaing

Daerah Ho diterima Daerah

Ho ditolak

│-1,658│

│-2,328768│

2.2Uji t-Statistik terhadap variabel biaya transportasi (β2) Hipotesanya

Bila Ho : β2≤ 0 Variabel biaya transportasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha ayam potong.

Bila Ha : β2 > 0 Variabel biaya transportasi berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha ayam potong.

Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(66)

Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen secara individual berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel dependen.

Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100-5) Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = -0,102368

Karena nilai t hitung < t tabel atau │-0,102368│ < │ -1,658 │ maka Ho ditolak, sehingga biaya transportasi berpengaruh secara negatif namun tidak signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.

Gambar 6.2

Kurva Uji t-Statistik Variabel biaya transportasi

Daerah Ho diterima Daerah

Ho ditolak

│-0,102368│

│- 1,658│

2.3Uji t-Statistik terhadap variabel jumlah ayam terjual (β3) Hipotesanya

Bila Ho : β3 ≤ 0 Variabel jumlah ayam terjual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha ayam potong.


(67)

Bila Ha : β3 > 0 Variabel jumlah ayam terjual berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha ayam potong.

Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen secara individual berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel dependen.

Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100-5) Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = 51,80643

Karena nilai t hitung > t tabel atau 51,80643 > 1,658 maka Ho ditolak, sehingga jumlah ayam terjual berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.

Gambar 6.3

Kurva Uji t-Statistik Variabel Jumlah Ayam Terjual

1,658 51,8064 Daerah Ho ditolak Daerah


(68)

2.4Uji t-Statistik terhadap variabel dummy variabel pengaruh flu burung (β4)

Hipotesanya

Bila Ho : β4 ≤ 0 Variabel pengaruh flu burung tidak berpengaruh terhadap variabel pendapatan pengusaha ayam potong. Bila Ha : β4 > 0 Variabel pengaruh flu burung berpengaruh secara

negatif dan signifikan terhadap variabel pendapatan pengusaha ayam potong.

Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, berarti variabel independen secara individual berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel dependen.

Derajat kebebasan α = 0,05 dan df = 95 (100-5) Nilai t tabel = 1,658 ; t hitung = -2,582334

Karena nilai t hitung > t tabel atau │-2,582334│ >│-1,658│ maka Ho ditolak, sehingga jumlah pesaing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha ayam potong.


(69)

Gambar 6.4

Kurva Uji t-Statistik Variabel Dummy

Daerah Ho diterima Daerah

Ho ditolak

│-2,582334│ │-1,658│

6.2.4. Uji F-Statistik

Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian F-statistik ini dilakukan dengan cara membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel. (Gujarati, 2003)

F-hitung = ) /( ) 1 ( ) /( 2 2 k n R I k R − − −

F-tabel = ( α : k-1, n-k ) α = 5 %, ( 5 - 1= 4 ; 100 - 5 = 95 )

Jika F-tabel < F-hitung berarti Ho ditolak atau variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel independen, tetapi jika F-tabel ≥ F-hitung berarti Ho diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(70)

Hipotesis yang digunakan adalah :

Ho : β1 = β2 = β3 = 0, berarti variabel independen secara keseluruhan tidak berpengaruh terhadap variabel independen.

Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, berarti variabel independen secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel independen.

Hasil perhitungan yang didapat adalah F-hitung = 2562,521 sedangkan F-tabel = 2,53 ( α = 0,05 ; 4, 95),sehingga hitung > F-tabel (2562,521 > 2,53 ).

Perbandingan antara F-hitung dengan F-tabel yang menunjukkan bahwa F-hitung > F-tabel, menandakan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, sehingga bahwa variabel jumlah pesaing (X1), biaya transportasi (X2) dan jumlah ayam terjual (X3) serta dummy variabel flu burung secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendpatan pengusaha ayam potong.

6.2.5. Penaksiran Koefisien Determinasi (R²)

Untuk mengukur koefisien garis regresi dengan sebaran data/dengan kata lain R² digunakan untuk mengukur proporsi/prosentase dari variasi total variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh model regresi yang diperoleh. Dari hasil R² 0,990817 artinya variabel independen (jumlah pesaing, biaya transportasi dan jumlah ayam terjual serta dummy ) variabel adanya flu burung mampu menjelaskan variasi total variabel dependen (pendapatan


(71)

pengusaha ayam potong) sebesar 99,08 % sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain.

6.3. Pengujian Asumsi Klasik

Adanya penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut di atas akan menyebabkan uji statistik (uji t-statistik dan f-statistik) yang dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik akan mengacaukan kesimpulan yang diperoleh.

6.3.1. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 ) dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Dapatkan nilai R2 untuk menghitung χ2, di mana χ2 = Obs*R square (Gujarati, 2003).

Uji Hipotesis untuk menetukan ada tidaknya heterokedastisitas. Ho : ρ1 = ρ2 = ....= ρq= 0 , Tidak ada heterokedastisitas

Ha : ρ1 ≠ρ2≠....≠ρq≠ 0 , Ada heterokedastisitas

Hasil perhitungan yang didapat adalah Obs*R square ( χ2 -hitung ) = 18,37865 sedangkan χ2 -tabel = 23,6848 ( df =14 ,α = 0,05 ), sehingga χ2 -hitung < χ2 –tabel (18,37865 < 23,6848). Perbandingan antara χ2 -hitung dengan χ2 –tabel, yang menunjukkan bahwa χ2 -hitung <


(72)

χ2 –tabel, berarti Ho tidak dapat ditolak. Dari hasil uji White Test tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada heterokedastisitas

Tabel 6.9 Hasil Uji White Test White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.489584 Probability 0.137812

Obs*R-squared 18.37865 Probability 0.143664

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:03 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.398615 0.436123 0.913996 0.3633

LOG(X1) -0.050545 0.045411 -1.113071 0.2688

(LOG(X1))^2 0.004166 0.002221 1.875308 0.0641

(LOG(X1))*(LOG(X2)) -0.002518 0.002752 -0.915025 0.3627

(LOG(X1))*(LOG(X3)) 0.005909 0.003993 1.480069 0.1425

(LOG(X1))*DM 0.003192 0.003541 0.901244 0.3700

LOG(X2) -0.040104 0.054496 -0.735906 0.4638

(LOG(X2))^2 0.002844 0.002578 1.103365 0.2729

(LOG(X2))*(LOG(X3)) -3.04E-06 0.004319 -0.000704 0.9994

(LOG(X2))*DM -0.000104 0.004381 -0.023758 0.9811

LOG(X3) -0.039991 0.068406 -0.584615 0.5603

(LOG(X3))^2 0.001476 0.003753 0.393254 0.6951

(LOG(X3))*DM 0.001565 0.008089 0.193424 0.8471

DM -0.019593 0.070736 -0.276980 0.7825

R-squared 0.183787 Mean dependent var 0.003198

Adjusted R-squared 0.060405 S.D. dependent var 0.004353 S.E. of regression 0.004219 Akaike info criterion -7.969138

Sum squared resid 0.001531 Schwarz criterion -7.604414

Log likelihood 412.4569 F-statistic 1.489584

Durbin-Watson stat 2.046813 Prob(F-statistic) 0.137812


(1)

LAMPIRAN IV. HASIL MWD LINEAR

Dependent Variable: Y

Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:07 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1 -40.01019 17.71813 -2.258150 0.0262

X2 -0.144994 0.142138 -1.020088 0.3103

X3 16.50380 0.166403 99.17980 0.0000

DM -1834.916 569.5159 -3.221886 0.0018

Z1 41282.90 3066.133 13.46416 0.0000

C 3732.485 1165.255 3.203149 0.0019

R-squared 0.996955 Mean dependent var 46572.50

Adjusted R-squared 0.996793 S.D. dependent var 30592.76 S.E. of regression 1732.506 Akaike info criterion 17.81065

Sum squared resid 2.82E+08 Schwarz criterion 17.96696

Log likelihood -884.5325 F-statistic 6155.009

Durbin-Watson stat 2.088359 Prob(F-statistic) 0.000000

LAMPIRAN V. HASIL MWD LOGLINEAR

Dependent Variable: LOG(Y) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:02 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X1) -0.033716 0.014217 -2.371603 0.0198

LOG(X2) -0.001470 0.015398 -0.095480 0.9241

LOG(X3) 0.955587 0.018395 51.94736 0.0000

DM -0.053372 0.019909 -2.680763 0.0087

Z2 -1.23E-06 9.05E-07 -1.359798 0.1771

C 3.317965 0.199329 16.64566 0.0000

R-squared 0.990994 Mean dependent var 10.56886

Adjusted R-squared 0.990515 S.D. dependent var 0.593124 S.E. of regression 0.057765 Akaike info criterion -2.806747

Sum squared resid 0.313658 Schwarz criterion -2.650437

Log likelihood 146.3373 F-statistic 2068.708


(2)

LAMPIRAN VI. HASIL UJI LM UNTUK MENDETEKSI

AUTOKORELASI

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.162424 Probability 0.097786

Obs*R-squared 6.586913 Probability 0.086297

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:04

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X1) 0.002392 0.014184 0.168632 0.8665

LOG(X2) 0.003344 0.015499 0.215741 0.8297

LOG(X3) 0.007157 0.018754 0.381626 0.7036

DM 0.007340 0.020019 0.366678 0.7147

C -0.095004 0.201284 -0.471991 0.6381

RESID(-1) 0.033103 0.105833 0.312786 0.7552

RESID(-2) -0.191287 0.102204 -1.871616 0.0644

RESID(-3) -0.162931 0.105188 -1.548951 0.1248

R-squared 0.065869 Mean dependent var 2.29E-15

Adjusted R-squared -0.005206 S.D. dependent var 0.056838 S.E. of regression 0.056986 Akaike info criterion -2.815406

Sum squared resid 0.298761 Schwarz criterion -2.606992

Log likelihood 148.7703 F-statistic 0.926753


(3)

LAMPIRAN VII. HASIL UJI WHITE UNTUK MENDETEKSI

HETEROKEDASTISITAS

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.489584 Probability 0.137812

Obs*R-squared 18.37865 Probability 0.143664

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:03 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.398615 0.436123 0.913996 0.3633

LOG(X1) -0.050545 0.045411 -1.113071 0.2688

(LOG(X1))^2 0.004166 0.002221 1.875308 0.0641

(LOG(X1))*(LOG(X2)) -0.002518 0.002752 -0.915025 0.3627

(LOG(X1))*(LOG(X3)) 0.005909 0.003993 1.480069 0.1425

(LOG(X1))*DM 0.003192 0.003541 0.901244 0.3700

LOG(X2) -0.040104 0.054496 -0.735906 0.4638

(LOG(X2))^2 0.002844 0.002578 1.103365 0.2729

(LOG(X2))*(LOG(X3)) -3.04E-06 0.004319 -0.000704 0.9994

(LOG(X2))*DM -0.000104 0.004381 -0.023758 0.9811

LOG(X3) -0.039991 0.068406 -0.584615 0.5603

(LOG(X3))^2 0.001476 0.003753 0.393254 0.6951

(LOG(X3))*DM 0.001565 0.008089 0.193424 0.8471

DM -0.019593 0.070736 -0.276980 0.7825

R-squared 0.183787 Mean dependent var 0.003198

Adjusted R-squared 0.060405 S.D. dependent var 0.004353 S.E. of regression 0.004219 Akaike info criterion -7.969138

Sum squared resid 0.001531 Schwarz criterion -7.604414

Log likelihood 412.4569 F-statistic 1.489584


(4)

LAMPIRAN VIII. HASIL UJI KLIEN UNTUK MENDETEKSI

MULTIKOLINEARITAS

Dependent Variable: LOG(X1) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:05 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X2) -0.007057 0.110572 -0.063826 0.9492

LOG(X3) -0.631025 0.115226 -5.476402 0.0000

DM -0.153391 0.141775 -1.081931 0.2820

C 8.220196 1.158598 7.094950 0.0000

R-squared 0.376075 Mean dependent var 3.171394

Adjusted R-squared 0.356577 S.D. dependent var 0.517144 S.E. of regression 0.414820 Akaike info criterion 1.117235

Sum squared resid 16.51928 Schwarz criterion 1.221442

Log likelihood -51.86174 F-statistic 19.28821

Durbin-Watson stat 1.397684 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: LOG(X2) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:05 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X1) -0.006013 0.094203 -0.063826 0.9492

LOG(X3) 0.232355 0.119511 1.944205 0.0548

DM 0.285943 0.128381 2.227291 0.0283

C 6.136999 1.162318 5.279966 0.0000

R-squared 0.056871 Mean dependent var 8.107368

Adjusted R-squared 0.027398 S.D. dependent var 0.388242 S.E. of regression 0.382887 Akaike info criterion 0.957022

Sum squared resid 14.07381 Schwarz criterion 1.061229

Log likelihood -43.85111 F-statistic 1.929615


(5)

Dependent Variable: LOG(X3) Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:06 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X1) -0.377229 0.068883 -5.476402 0.0000

LOG(X2) 0.163038 0.083859 1.944205 0.0548

DM -0.793855 0.074819 -10.61033 0.0000

C 8.148327 0.729124 11.17550 0.0000

R-squared 0.709709 Mean dependent var 7.749853

Adjusted R-squared 0.700638 S.D. dependent var 0.586193 S.E. of regression 0.320730 Akaike info criterion 0.602742

Sum squared resid 9.875286 Schwarz criterion 0.706949

Log likelihood -26.13711 F-statistic 78.23433

Durbin-Watson stat 2.105402 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: DM Method: Least Squares Date: 09/26/07 Time: 14:07 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X1) -0.078535 0.072588 -1.081931 0.2820

LOG(X2) 0.171839 0.077152 2.227291 0.0283

LOG(X3) -0.679901 0.064079 -10.61033 0.0000

C 4.785037 0.899524 5.319521 0.0000

R-squared 0.623095 Mean dependent var 0.660000

Adjusted R-squared 0.611317 S.D. dependent var 0.476095 S.E. of regression 0.296819 Akaike info criterion 0.447789

Sum squared resid 8.457742 Schwarz criterion 0.551996

Log likelihood -18.38945 F-statistic 52.90210


(6)