Kontribusi pengalaman kerja, sikap terhadap pekerjaan, dan kemampuan kerja terhadap produktivitas kerja perajin industri kerajinan topeng di Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul.

(1)

PEKERJAAN, DAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP

PRODUKTIVITAS KERJA PERAJIN INDUSTRI KERAJINAN

TOPENG DI DESA PUTAT, KECAMATAN PATUK,

KABUPATEN GUNUNG KIDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh: Herry Istanto NIM: 061324010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

i

PEKERJAAN, DAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP

PRODUKTIVITAS KERJA PERAJIN INDUSTRI KERAJINAN

TOPENG DI DESA PUTAT, KECAMATAN PATUK,

KABUPATEN GUNUNG KIDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh: Herry Istanto NIM: 061324010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(3)

(4)

(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 15 Juli 2013 Penulis


(6)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA LMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Herry Istanto

Nomor Mahasiswa : 061324010

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul

KONTRIBUSI PENGALAMAN KERJA, SIKAP TERHADAP PEKERJAAN, DAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

PERAJIN INDUSTRI KERAJINAN TOPENG DI DESA PUTAT, KECAMATAN PATUK, KABUPATEN GUNUNG KIDUL

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 15 Juli 2013 Yang menyatakan


(7)

vi

ABSTRAK

KONTRIBUSI PENGALAMAN KERJA, SIKAP TERHADAP PEKERJAAN, DAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PERAJIN INDUSTRI KERAJINAN TOPENG DI DESA PUTAT, KECAMATAN PATUK, KABUPATEN

GUNUNG KIDUL

Herry Istanto

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat kontribusi pengalaman kerja, sikap terhadap pekerjaan, dan kemampuan kerja terhadap produktivitas kerja perajin industri kerajinan topeng di Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanatif. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2013. Populasi dari penelitian ini adalah para perajin topeng di Desa Putat yang berjumlah 358 orang. Sampel yang diteliti sebanyak 76 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Random Sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Pengujian kuesioner penelitian menggunakan uji validitas dan relibilitas. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja perajin

industri kerajinan topeng (kontribusi = 46,92% dengan sig = 0,00 < α = 0,05), (2)

Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan sikap pada pekerjaan terhadap produktivitas kerja perajin industri kerajinan topeng (kontribusi = 8,67% dengan

sig = 0,045 < α = 0,05), (3) Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan

kemampuan kerja terhadap produktivitas kerja perajin industri kerajinan topeng

(kontribusi = 38,25% dengan sig = 0,00 < α = 0,05), (4) Pengalaman kerja, sikap

terhadap pekerjaan, dan kemampuan kerja dapat menjelaskan produktivitas kerja perajin industri kerajinan topeng sebesar 84,6%.


(8)

vii

ABSTRACT

THE CONTRIBUTION OF WORKING EXPERIENCE, ATTITUDE TOWARDS OCCUPATION, AND THE ABILITY OF WORKING TOWARD THE PRODUCTIVITY OF MASK CRAFTERS HANDICRAFT

INDUSTRY IN PUTAT VILLAGE, PATUK DISTRICT, GUNUNG KIDUL REGENCY

Herry Istanto

Sanata Dharma University Yogyakarta

This study aims to find out if there is contribution of working experience, attitude towards occupation, and the ability of working toward the productivity of mask crafters handicraft industry in Putat Village, Patuk District ,Gunung Kidul Regency.

This research is an explanatory research. The study was conducted from April to June 2013. The population of this study are 358 mask crafters in the village of Putat. 76 samples were examined. The sampling technique is random sampling. Data were collected by using questionnaires, interviews, and documentation. The validity and reliability of the questionnaires were tested. Data were analyzed by using multiple regression analysis.

The results show that: (1) There is a positive and significant contribution towards productivity of working experience of mask crafters handicraft industry

(contribution = 46,92% with sig = 0,00 < α = 0,05), (2) There are significant and

positive conrtibution towards working productivity of working crafters handicraft

industry (contribution = 8,67% with sig = 0,045 < α = 0,05), (3) There is a

positive and significant contribution toward the ability of working of crafters

handicraft industry (contribution = 38,25% with sig = 0,00 < α = 0,05), (4)

Working experience, attitude towards occupation, and the ability of working can explain the productivity of crafters handicraft industry at 84,6%.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan karuniaNya yang telah dilimpahkan sehingga dengan keterbatasan yang ada,

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KONTRIBUSI

PENGALAMAN KERJA, SIKAP TERHADAP PEKERJAAN, DAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PERAJIN INDUSTRI KERAJINAN TOPENG DI DESA PUTAT, KECAMATAN

PATUK, KABUPATEN GUNUNG KIDUL”. Skripsi ini diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Banyak pihak yang telah memberi kasih, bantuan, perhatian, dorongan, dan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih dan penghormatan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Kepala Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Kepala Program Studi Pendidikan Ekonomi, dan dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing penyusunan skripsi, memberikan masukan, semangat, dan pelajaran hidup yang sangat berharga.


(10)

ix

3. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing penyusunan skripsi, memberikan masukan, semangat, dan pelajaran hidup yang sangat berharga

4. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S. selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik

5. Bapak Drs. Joko Wicoyo yang telah bersedia memberikan bimbingan abstrak dalam bahasa Inggris

6. Mbak Titin selaku sekretariat Prodi Ekonomi yang telah memberikan pelayanan yang baik dan ramah

7. Segenap warga Desa Putat yang telah bersedia memberikan banyak informasi tentang kerajinan topeng dan banyak membantu dalam pengisian kuesioner penelitian

8. Orang tua (Bapak Isbani dan Ibu Sumilah), adik (Bimas Febriyanto), dan saudara-saudara keluarga di Jakarta dan di Wonosari yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, nasihat, doa, dorongan moral dan material

9. “My Soulmate” (Kiki Sugiyanti) yang telah memberikan semangat dan doanya

10. Bapak Karno yang telah memberikan bantuan doa dan bimbingannya secara tulus dalam memaknai suatu kehidupan dengan lebih dalam 11. Teman-teman Pendidikan Ekonomi 06, temen-teman kos, dan


(11)

x

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karenanya segala kritik dan saran sangat diharapkan untuk lebih memperbaiki skripsi ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 15 Juli 2013


(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJAN BIMBINGAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Variabel Operasional Penelitian ... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Produktivitas Kerja ... 1. Pengertian Produktivitas ... 2. Produktivitas Tenaga Kerja ... 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja ...

8 8 10 13 B. Pengalaman Kerja ...

1. Pengertian Pengalaman Kerja ... 2. Pengukuran Pengalaman Kerja ...

14 14 16 C. Sikap terhadap Pekerjaan ...

1. Pengertian Sikap terhadap pekerjaan ... 2. Pengukuran Sikap terhadap Pekerjaan ...

17 17 18


(13)

xii

D. Kemampuan Kerja ... 1. Pengertian Kemampuan Kerja ... 2. Jenis-Jenis Kemampuan Kerja ...

19 19 20 E. Transformasi Industri Kecil Menjadi Industri Kreatif ...

1. Konsep Industri ... 2. Pengertian, Ciri-Ciri, dan Karakteristik Industri Kecil ... 3. Pengertian dan Jenis Industri Kreatif ...

23 23 25 26 F. Topeng Kayu sebagai Warisan Budaya Indonesia ...

1. Arti istilah Topeng ... 2. Fungsi Topeng ... 3. Perkembangan Topeng di Indonesia ...

29 29 30 30 G. Penelitian Pendahuluan ...

1. Prasetyanto, 2006 ... 2. Kurniawan, 2010 ... 3. Dongoran, 2006 ...

37 37 38 39 H. Kerangka Berpikir ...

1. Kontribusi Pengalaman Kerja terhadap Produktivitas Kerja ... 2. Kontribusi Sikap terhadap pekerjaan terhadap produktivitas kerja 3. Kontribusi Kemampuan Kerja terhadap Produktivitas Kerja ...

40 40 41 41 I. Hipotesis Penelitian ... 42 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 43 B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43 C. Subjek dan Objek Penelitian ... 44 D. Variabel Penelitian dan Operasionalnya ...

1. Variabel Terikat/Dependen... 2. Variabel Bebas/Independen...

44 44 45 E. Populasi dan Sampel Penelitian ...

1. Populasi Penelitian ... 2. Sampel Penelitian ... 3. Teknik Pengambilan Sampel ...

47 47 47 48


(14)

xiii

F. Teknik Pengumpulan Data ... 49 G. Pengujian Instrumen ...

1. Pengujian Validitas ... 2. Pengujian Reliabilitas ...

50 50 52 H. Teknik Analisis Data ...

1. Pengujian Normalitas dan Linearitas ... 2. Uji Asumsi Klasik ... 3. Uji Hipotesis ...

54 54 55 58 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Profil Kabupaten Gunung Kidul ... 1. Kondisi Geografi ... 2. Pemerintahan ... 3. Kondisi Demografi ...

61 61 61 62 B. Profil Kecamatan Patuk ...

1. Kondisi Geografi ... 2. Pemerintahan ... 3. Kondisi Demografi ...

64 64 64 65 C. Profil Desa Putat ...

1. Kondisi Geografi ... 2. Pemerintahan ... 3. Kondisi Demografi ...

66 66 66 67 D. Industri Kreatif di Gunung Kidul ...

1. Industri Kreatif Kerajinan di Gunung Kidul ... 2. Sentra Kerajinan Topeng Kayu ...

68 69 70 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Responden ... 1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 2. Responden Berdasarkan Usia ... 3. Responden Berdasarkan Daerah Asal ...

72 72 73 73 B. Deskripsi Data Pengalaman Kerja, Sikap terhadap Pekerjaan,


(15)

xiv

1. Analisis Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 2. Analisis Responden Berdasarkan Sikap terhadap Pekerjaan ... 3. Analisis Responden Berdasarkan Kemampuan Kerja ... 4. Analisis Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja ...

74 75 76 76 C. Analisis Data ...

1. Uji Prasyarat ... 2. Uji Asumsi Klasik ... 3. Analisis Regresi Berganda ...

79 79 83 86 D. Pembahasan Hasil Penelitian ...

1. Kontribusi Pengalaman Kerja terhadap Produktivitas Kerja ... 2. Kontribusi Sikap terhadap Pekerjaan terhadap Produktivitas Kerja 3. Kontribusi Kemampuan Kerja terhadap Produktivitas Kerja ...

92 92 93 94 BAB VI KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 99

C. Keterbatasan Penelitian ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN A. Kuesioner Penelitian ... 108

B. Data Induk Penelitian ... 112

C. Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 116

D. Uji Normalitas dan Uji Linearitas ... 117

E. Uji Asumsi Klasik ... 118

F. Uji Hipotesis ... 119

G. Perhitungan PAP II ... 120

H. Tabel Distribusi F, t, dan Durbin – Watson ... 122

I. Surat Ijin Penelitian ... 125


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Pengukuran Skala Likert ... 46

Tabel III.2 Pengukuran PAP II ... 46

Tabel III.3 Instrumen untuk Mengukur Kontribusi Pengalaman Kerja, Sikap pada Pekerjaan, dan Kemampuan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja pada Industri Kerajinan Topeng ... 46

Tabel III.4 Kisi-Kisi Instrumen untuk Mengukur Kontribusi Pengalaman Kerja, Sikap pada Pekerjaan, dan Kemampuan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja pada Industri Kerajinan Topeng 49 Tabel III.5 Uji Validitas ... 51

Tabel III.6 Ringkasan Hasil Uji Validitas Butir Kuesioner ... 52

Tabel III.7 Tingkat Keterandalan Instrumen Penelitian ... 53

Tabel III.8 Reliability Statistic ... 53

Tabel III.9 Aturan Keputusan Uji Autokorelasi ... 57

Tabel IV.1 Kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul 2012 ... 60

Tabel IV.2 Jumlah Penduduk di Kabupaten Gunung Kidul 2012 ... 61

Tabel IV.3 Angkatan Kerja di Kabupaten Gunung Kidul 2012 ... 62

Tabel IV.4 Desa di Kecamatan Patuk 2012 ... 64

Tabel IV.5 Jumlah Penduduk di Kecamatan Patuk 2012 ... 64

Tabel IV.6 Dusun di Desa Putat 2012 ... 65

Tabel IV.7 Jumlah Penduduk Desa Putat 2012 ... 66

Tabel IV.8 Angkatan Kejra di Desa Putat 2012 ... 67

Tabel IV.9 Sentra Industri Kecil dan Menengah 2012 ... 68

Tabel IV.10 Sentra Kerajinan Terbesar di Kabupaten Gunung Kidul 2012 68 Tabel IV.11 Sentra Kerajinan Topeng Kayu di Desa Putat 2013 ... 69

Tabel V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

Tabel V.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Perajin ... 72

Tabel V.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal ... 72

Tabel V.4 Analisis Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 73


(17)

xvi

Tabel V.6 Analisis Responden Berdasarkan Kemampuan Kerja ... 75

Tabel V.7 Analisis Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja ... 75

Tabel V.8 Rekapitulasi Produktivitas Kerja ... 77

Tabel V.9 Uji Normalitas ... 79

Tabel V.10 Uji Linearitas Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja ... 80 Tabel V.11 Uji Linearitas Sikap pada Pekerjaan Terhadap Produktivitas Kerja ... 81 Tabel V.12 Uji Linearitas Kemampuan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja ... 82 Tabel V.13 Uji Multikolinearitas ... 83

Tabel V.14 Uji Heterokedastisitas ... 84

Tabel V.15 Uji Autokorelasi ... 85

Tabel V.16 Uji F ... 86

Tabel V.17 Analisis Regresi Ganda ... 87


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia saat ini sudah memasuki era industri pada gelombang keempat, yakni industri ekonomi kreatif. Negara-negara maju telah cukup lama menyadari bahwa saat ini mereka tidak bisa mengandalkan supermasi dibidang industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kreatif. Industri kreatif telah mampu memberikan sumbangan pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional tahun 2010 sebesar 7,29%. Berdasarkan segi ekspor, terdapat 14 subsektor industri kreatif yang menyumbang sekitar Rp 131,3 triliun atau sekitar 9,25% dari total ekspor nasional (economy.okezone.com, 2011).

Kementrian Perdagangan Republik Indonesia mengelompokan industri kreatif menjadi 15 kelompok bidang industri, diantaranya: (1) periklanan; (2) arsitektur; (3) pasar seni dan barang antik; (4) kerajinan; (5) desain; (6) fashion; (7) video, film, dan fotografi; (8) permainan interaktif; (9) musik; (10) seni pertunjukan; (11) penerbitan dan percetakan; (12) layanan komputer dan piranti lunak; (13) televisi dan radio; (14) riset dan pengembangan; (15) kuliner (Undang-Undang No. 20 Tahun 2008).

Walaupun industri kreatif memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PDB pada tahun 2010, dalam kenyataannya usaha industri kreatif masih mengalami pasang surut pada segi produktivitas. Salah satu contohnya


(20)

terjadi pada industri kreatif kerajinan topeng kayu di Desa Putat, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berdasarkan observasi yang dilakukan pada bulan Juli 2012, diketahui bahwa industri kreatif kerajinan topeng kayu di Desa Putat masih terkendala dengan masalah produktivitas kerja. Menurut keterangan salah seorang ketua pengurus kerajinan Desa Putat, dahulu mampu memproduksi hingga 23.000 sampai 25.000 topeng/tahun sedangkan saat ini hanya 15.000 sampai 20.000 topeng/tahun.

Sumber daya manusia merupakan peran pokok dari suatu perusahaan, dimana perusahaan itu sendiri dijalankan oleh sekumpulan orang yang dibutuhkan untuk melakukan suatu kegiatan usaha. Hasil yang diperoleh dari kinerja-kinerja yang telah dilakukan oleh sumber daya manusia tersebut dapat menunjukkan tingkat produktivitas kerjanya, yakni sesuai dengan harapan atau target perusahaan atau tidak. Terdapat banyak faktor yang berkontribusi terhadap penurunan atau peningkatan produktivitas kerja, pada penelitian ini faktor-faktor tersebut antara lain pengalaman kerja, sikap terhadap pekerjaan, dan kemampuan kerja dari setiap sumber daya manusia yang ada di perusahaan tersebut. Produktivitas kerja pada dasarnya dapat diukur dengan pencapaian tujuan baik material maupun non material yang dapat dinilai dengan uang ataupun bukan uang.

Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap tingkat produktivitas kerja industri kerajinan topeng di Desa Putat dapat dilihat dari pengalaman kerja para perajin. Berdasarkan observasi diketahui bahwa pengalaman kerja


(21)

dari para tenaga perajin topeng di desa Putat rata-rata memiliki pengalaman selama 5 sampai 20 tahun. Pengalaman kerja menjadi pertimbangan sendiri bagi sebuah perusahaan dalam mempekerjakan karyawannya. Masa kerja yang cukup lama juga akan membentuk pola kerja yang efektif dan efisien. Dengan adanya pengalaman kerja dari para tenaga perajin topeng dipandang mampu melaksanakan pekerjaan atau cepat menyesuaikan diri dengan pekerjaannya. Dengan kata lain, semakin para tenaga perajin berpengalaman maka pekerjaan akan terselesaikan lebih cepat hingga batas waktu yang ditentukan.

Faktor lain yang berkontribusi terhadap tingkat produktivitas kerja industri kerajinan topeng di Desa Putat dapat dilihat dari sikap terhadap pekerjaan yang dimiliki para perajin. Berdasarkan observasi diketahui adanya kendala mengenai sikap kerja para tenaga perajin, yakni pada saat panen hasil pertanian, dimana para perajin cenderung lebih mengutamakan pekerjaan sebagai petani. Sikap kerja yang baik adalah sikap kerja yang berorientasi pada peningkatan produktivitas kerja, yakni dengan lebih mengutamakan atau melaksanakan tugas dan kewajiban utamanya sebagai karyawan pada suatu perusahaan.

Faktor lain yang berkontribusi dan tidak kalah pentingnya untuk menentukan tingkat produktivitas kerja industri kerajinan topeng di Desa Putat yakni dapat dilihat dari kemampuan kerja para perajin. Kemampuan kerja yang baik dapat diperoleh dari pendidikan dan latihan yang dijalaninya, sehingga orang tersebut dapat bekerja dengan lebih efisien dan efektif dalam


(22)

melakukan tugas dan kewajibannya. Berdasarkan observasi yang dilakukan, para perajin di desa tersebut didominasi oleh perajin muda. Dimana asumsi pada umumnya yakni kemampuan kerja yang dimiliki perajin tua lebih baik dibandingkan dengan perajin muda.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini ingin mengetahui bagaimana kontribusi pengalaman kerja, sikap terhadap pekerjaan, dan kemampuan kerja terhadap produktivitas kerja perajin industri kerajinan topeng di Desa Putat, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Penelitian terhadap ketiga faktor tersebut guna untuk mencari tahu atau mengetahui apakah masalah penurunan produktivitas kerja yang dialami oleh industri kerajinan topeng disebabkan oleh pengalaman kerja, sikap terhadap pekerjaan, dan kemampuan kerja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian yang akan dilakukan, yakni sebagai berikut: 1. Seberapa besar dan signifikan, jika ada, kontribusi pengalaman kerja

terhadap produktivitas kerja industri kerajinan topeng kayu di Desa Putat? 2. Seberapa besar dan signifikan, jika ada, kontribusi sikap terhadap

pekerjaan terhadap produktivitas kerja industri kerajinan topeng kayu di Desa Putat?

3. Seberapa besar dan signifikan, jika ada, kontribusi kemampuan kerja terhadap produktivitas kerja industri kerajinan topeng kayu di Desa Putat?


(23)

4. Seberapa besar dan signifikan, jika ada, kontribusi pengalaman kerja, sikap terhadap pekerjaan, dan kemampuan kerja terhadap produktivitas kerja industri kerajinan topeng di Desa Putat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kontribusi pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja perajin topeng kayu.

2. Mengetahui kontribusi sikap terhadap pekerjaan terhadap produktivitas kerja perajin topeng kayu.

3. Mengetahui kontribusi kemampuan kerja terhadap produktivitas kerja perajin topeng kayu.

4. Mengetahui kontribusi pengalaman kerja, sikap terhadap pekerjaan, dan kemampuan kerja terhadap produktivitas kerja perajin topeng kayu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Industri

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk evaluasi terhadap pelaksanaan kerja para perajin dan digunakan untuk membandingkan penilaian antara penelitian yang digunakan penulis dengan penilaian dari perusahaan.


(24)

2. Bagi Universitas

Penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran peneliti dari bebagai macam mata kuliah yang telah diperoleh dan menambah koleksi kepustakaan universitas.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan penerapan dan sekaligus sebagai ujian terhadap diri sendiri mengenai sejauh mana penulis mampu mengaktualisasikan hasil perkuliahan selama ini.

E. Definisi Variabel Operasional Penelitian

1. Variabel Dependen (Y)

a. Produktivitas kerja adalah perbandingan antara besarnya output yang diproduksi per satuan input yang digunakan perajin untuk memproduksi topeng kayu.

2. Variabel Independen (X)

a. Pengalaman kerja (X1) adalah proses pembentukan pengetahuan atau ketrampilan tentang metode suatu pekerjaan yang dilakukan oleh perajin topeng, baik sebelum menjadi perajin maupun setelah menjadi perajin.

b. Sikap terhadap pekerjaan (X2) adalah keyakinan, perasaan, dan kemauan para perajin topeng dalam menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya sebagai perajin.


(25)

c. Kemampuan kerja (X3) adalah potensi berfikir atau menalar saat menggunakan anggota tubuh yang dilakukan oleh perajin untuk membuat kerajinan topeng. Indikator dari variabel kemampuan kerja ini adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan berbagai aktivitas mental–berfikir, menalar, dan memecahkan masalah. Pengukuran kemampuan ini disesuaikan dengan profesi perajin topeng kayu yang cenderung menggunakan daya ingat, yakni kemampuan menyimpan dan mengingat pengalaman masa lalu.

2) Kemampuan fisik adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas dengan menggunakan tubuh atau anggota tubuh. Pengukuran kemampuan ini disesuaikan dengan profesi perajin topeng kayu yang cenderung menggunakan kekuatan statis, yakni kemampuan menggunakan kekuatan terhadap objek eksternal.


(26)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Produktivitas Kerja

1. Pengertian Produktivitas

Dalam teori ekonomi mikro, produktivitas diartikan sebagai produk yang diciptakan oleh seorang pekerja pada suatu waktu tertentu (Sukirno, 2005:353), sedangkan menurut Samuelson (2003:134), produktivitas adalah satuan konsep yang mengukur rasio dari total output terhadap rata-rata tertimbang output. Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas merupakan rasio hasil antara input dan output yang dihasilkan oleh seseorang dalam satuan waktu tertentu.

Secara lebih dalam lagi, menurut Simanjuntak (1985:30) bahwa produktivitas memiliki pengertian secara filosofis, yakni mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Pandangan lain menurut Sinungan (2003:17), produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya alam dan keterampilan, barang modal, teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat. Berdasarkan kedua pandangan tersebut, tujuan dari produktivitas adalah peningkatan mutu atau standar kehidupan yang dihasilkan dari faktor internal maupun faktor eksternal dari individu yang bersangkutan.


(27)

Berdasarkan keempat pemikiran para ahli di atas, produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara besarnya output yang dihasilkan oleh perusahaan per satuan input yang digunakan perusahaan untuk melakukan produksi dalam kurun waktu tertentu.

Untuk melihat lebih jelas lagi tentang konsep umum produktivitas, diperlukan metode pengukuran. Menurut Sinungan (2003:23), metode pengukuran produktivitas terdiri dari 2 pendekatan, yakni sebagai berikut: a. Pendekatan produksi total

Produktivitas total sering disebut juga produktivitas multi faktor, dimana merupakan ukuran produktivitas yang dihitung dengan membagi output (Hasil Total) dengan dua atau lebih faktor input (Masukan Total), seperti: tenaga kerja, kapital, sumber daya alam, dan sebagainya. Produktivitas total juga merupakan rasio dari output bersih terhadap banyaknya input modal atau tenaga kerja yang digunakan. Output bersih adalah output total dikurangi dengan barang-barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan definisi tersebut, jenis input yang digunakan dalam pengukuran produktivitas total hanya berasal dari faktor tenaga kerja dan modal. Formula pengukuran adalah sebagai berikut:

Produktivitas Total = Hasil Total (Output) Masukan Total (Input) b. Pendekatan produksi parsial

Produktivitas parsial sering disebut juga sebagai produktivitas faktor tunggal yang merupakan ukuran produktivitas yang dihitung


(28)

dengan membagi output dengan hanya satu jenis input. Misalnya input yang digunakan adalah tenaga kerja maka disebut produktivitas tenaga kerja, atau input yang digunakan adalah modal maka disebut produktivitas modal, dan sebagainya. Seluruh pengukuran produktivitas dengan masukan tunggal merefleksikan pengaruh gabungan dari berbagai faktor termasuk substitusi satu faktor dengan faktor yang lainnya. Formula pengukuran adalah sebagai berikut:

Produktivitas Parsial = Hasil Parsial (Output) Masukan Parsial (Input)

Menurut Washnis dan Willey (Syarif, 1991:1), produktivitas mencakup dua konsep dasar yaitu daya guna (efisiensi) dan hasil guna (efektivitas). Daya guna menggambarkan tingkat sumber-sumber manusia, dana, dan alam yang dipergunakan untuk mengusahakan hasil tertentu, sedangkan hasil guna menggambarkan akibat dari kualitas dari hasil yang diusahakan. Hal ini menggambarkan peran pentingnya manusia sebagai modal utama penggerak produktivitas dengan ketepatan efisiensi dan efektivitas agar terwujudnya peningkatan standar atau mutu kehidupan bersama.

2. Produktivitas Tenaga Kerja

Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja, dimana berusia 15 tahun atau lebih. Menurut Simanjuntak (1985:3), terdapat klasifikasi tenaga kerja, yakni sebagai berikut:


(29)

Angkatan kerja adalah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara mereka, sebagian ada yang sudah aktif dalam kegiatan menghasilkan barang atau jasa, dan sebagian lagi tergolong siap bekerja atau sedang berusaha mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang sekolah, mengurus rumah tangga, dan penerima pendapatan tanpa adanya kegiatan usaha.

b. Angkatan kerja terdiri dari orang yang bekerja dan pengangguran. Orang yang bekerja (menurut sensus penduduk 1987) adalah orang yang memperoleh penghasilan paling sedikit 2 hari dalam seminggu sebelum hari diadakannya sensus penduduk. Sedangkan pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari 2 hari selama seminggu sebelum sensus penduduk dan berusaha memperoleh pekerjaan.

c. Bukan angkatan kerja terdiri dari orang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan golongan lain-lain.

Orang bersekolah adalah mereka yang kegiatannya hanya bersekolah, sedangkan mengurus rumah tangga adalah mereka yang mengurus rumah tangga dan tidak mendapatkan upah. Golongan lain-lain dapat digolongkan menjadi 2, yakni: mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan ekonomi tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pensiun, bunga atas simpanan atau sewa atas milik; dan mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain karena lanjut usia, cacat, berada dalam penjara, atau sakit kronis.


(30)

d. Orang yang bekerja terdiri dari bekerja penuh dan setengah pengangguran.

Bekerja penuh (menurut sensus penduduk 1987) adalah mereka yang bekerja lebih dari 35 jam selama seminggu, sedangkan setengah pengangguran adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam dan lebih dari 14 jam selama seminggu.

e. Setengah pengangguran terdiri dari kentara (jam kerja sedikit) dan tidak kentara.

Pengangguran kentara adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu, sedangkan pengangguran tidak kentara adalah mereka yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah atau kurang dari 14 jam dalam seminggu.

Menurut Sinungan (2003:12), pengukuran produktivitas tenaga kerja pada umumnya menggunakan pendekatan parsial, karena hanya membagi output dengan satu jenis input, yaitu tenaga kerja. Ukuran produktivitas tenaga kerja tergantung dari bagaimana definisi masukan tenaga kerjanya, yakni per minggu, per tahun, atau per jumlah jam kerja. Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara hasil keluaran yang diukur dalam satuan fisik dan nilai dengan masukan tenaga kerja, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Produktivitas Tenaga Kerja= Jumlah kesatuan fisik dan nilai Masukan tenaga kerja


(31)

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja

Menurut Simanjuntak (1985:30), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja antara lain:

a. Kualitas dan kemampuan

Kualitas dan kemampuan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental, dan kemampuan fisik karyawan yang bersangkutan. Pendidikan memberikan pengetahuan secara langsung tentang pelaksanaan tugas dan juga landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana yang ada disekitarnya untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

b. Sarana pendukung

Sarana pendukung untuk meningkatkan produktivitas kerja para tenaga kerja dapat dikelompokkan pada dua golongan, yaitu:

1) Menyangkut lingkungan kerja, termasuk teknologi dan cara produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja, serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri.

2) Menyangkut kesejahteraan karyawan yang tercemin dalam sistem pengupahan dan jaminan sosial, serta jaminan kelangsungan kerja. c. Supra sarana

Apa yang terjadi dalam perusahaan dipengaruhi oleh apa yang terjadi di luarnya, seperti sumber-sumber faktor produksi yang akan


(32)

digunakan, prospek pemasaran, perpajakan, perijinan, lingkungan hidup, dan lain-lain. Hubungan antara pengusaha dengan karyawan juga mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari.

Menurut Suyati (1995:71), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan b. Motivasi c. Disiplin kerja d. Ketrampilan

e. Sikap dan etika kerja f. Gizi dan kesehatan g. Tingkat penghasilan

B. Pengalaman Kerja

1. Pengertian Pengalaman Kerja

Terdapat beberapa pengertian pengalaman kerja yang dikemukakan oleh para ahli, yakni sebagai berikut:

a. Menurut Manullang (1984:15), pengalaman kerja adalah proses pembentukan pengetahuan atau ketrampilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan karyawan tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan.

b. Menurut Ranupandojo (1984:71), pengalaman kerja adalah ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang


(33)

untuk dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.

Menurut Murtoyo (2000:52), suatu perusahaan akan lebih cenderung memilih pelamar yang sudah berpengalaman karena mereka yang dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas yang nantinya akan dikerjakan. Kenyataan menunjukkan bahwa ada kecenderungan makin lama masa kerja karyawan maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh karyawan yang bersangkutan. Sebaliknya, jika semakin singkat masa kerja karyawan maka hanya sedikit saja pengalaman kerja yang diperolehnya. Pengalaman kerja yang banyak memberikan kecenderungan bahwa calon karyawan atau karyawan tersebut memiliki keahlian dan ketrampilan yang relatif tinggi. Sebaliknya, jika terbatasnya pengalaman kerja yang dimiliki maka tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki oleh karyawan yang bersangkutan juga rendah. Jadi pengalaman kerja merupakan suatu hal yang sangat penting bagi para karyawan atau calon karyawan.

Menurut Hitzman (Syah, 1995:89), pengalaman yang mempengaruhi tingkah laku organisme dapat dianggap sebagai kesempatan belajar. Hasil belajar dari pengalaman kerja akan membuat orang tersebut bekerja dengan lebih efektif dan efisien. Pengalaman akan membentuk pengetahuan dan ketrampilan serta sikap yang lebih menyatu pada diri seseorang, jika bidang yang ditanganinya selama masih bekerja merupakan bidang yang sejenis. Dimana pada akhirnya akan membentuk spesialisasi


(34)

pengalaman kerja yang diperoleh selama seseorang bekerja pada suatu perusahaan dari mulai masuk hingga saat ini. Banyak sedikitnya pengalaman kerja akan menentukan atau menunjukkan bagaimana produktivitas kerjanya, artinya mudah-sukarnya atau cepat-lambatnya seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh seberapa banyak orang tersebut memiliki pengalaman kerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pengalaman kerja adalah berapa lama seseorang menekuni pekerjaannya, baik tempat kerjanya yang sekarang atau yang sebelumnya.

2. Pengukuran Pengalaman Kerja

Pengukuran pengalaman kerja merupakan sarana untuk menganalisa dan mendorong efisiensi dalam pelaksanaan tugas pekerjaan. Menurut Asri (1986:131), terdapat beberapa hal yang digunakan untuk mengukur pengalaman kerja, yakni sebagai berikut:

a. Gerakannya mantap dan lancar; Setiap karyawan yang berpengalaman akan melakukan gerakan yang mantap dalam bekerja tanpa disertai keraguan.

b. Gerakannya berirama; Tercipta dari kebiasaannya dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.

c. Lebih cepat menanggapi tanda-tanda; Tanda-tanda yang dimaksud ialah tanda jika akan terjadi kesalahan/kecelakaan kerja.


(35)

d. Dapat menduga akan timbulnya kesulitan; Hal ini membuat orang tersebut dapat menduga akan adanya kesulitan dan lebih siap untuk menghadapinya.

e. Bekerja dengan tenang; seorang karyawan yang berpengalaman akan memiliki rasa percaya diri yang cukup besar.

Menurut Foster (2001:43), ada beberapa hal untuk menentukan berpengalaman atau tidaknya seorang karyawan, yakni sebagai berikut: a. Lama waktu atau masa kerja

b. Tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki c. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan.

C. Sikap Terhadap Pekerjaan

1. Pengertian Sikap Terhadap Pekerjaan

Azwar (2010:5) menyatakan bahwa, selalu saja ada mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku kita terhadap manusia atau sesuatu yang sedang kita hadapi, bahkan terhadap diri kita sendiri. Sikap sering diartikan sebagai proses mental yang berlaku secara individu. Setiap orang tidak akan sama pendapatnya dalam memandang stimulus yang disampaikan. Thurstone, Likert, dan Osgood yang dikutip Azwar, mengemukakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan


(36)

mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut.

Menurut Grifin (2003:14), sikap adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan yang dimiliki seorang individu menyangkut ide, situasi, dan orang lain. Definisi sikap menurut Robbins (2006:53) merupakan evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan mengenai benda, orang, atau peristiwa. Menurut Mann (Azwar, 2010:24), sikap merupakan kumpulan dari komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi.

Berdasarkan keempat definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, sikap kerja adalah perasaan senang atau tidak senang yang ditunjukkan oleh seseorang atau karyawan terhadap tugas atau pekerjaannya, baik yang akan dilakukan atau yang sedang dilakukannya.

2. Pengukuran Sikap Terhadap Pekerjaan

Menurut Robbins (2006:53), sikap terdiri dari tiga komponen yakni: a. Komponen kognisi sikap; terdiri dari keyakinan, pendapat,

pengetahuan, atau informasi yang dimiliki oleh seseorang.

b. Komponen afeksi sikap; adalah bagian sikap yang berupa emosi atau perasaan.

c. Komponen perilaku sikap; merupakan bagian sikap yang merujuk kepada kemauan untuk bertindak dengan cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.


(37)

Menurut Mann (Azwar, 2010:24), sikap terdiri dari 3 komponen yang saling berinteraksi, yakni sebagai berikut:

a. Komponen kognisi; berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen ini merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.

b. Komponen afeksi; berkaitan dengan perasaan emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen ini merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. c. Komponen konasi; berisi kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu dengan cara tertentu, ditunjukan dengan seberapa keras usaha individu dalam mempelajari suatu objek. Komponen ini merupakan perilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap yang dipengaruhinya.

D. Kemampuan Kerja

1. Pengertian Kemampuan Kerja

Kemampuan seseorang akan turut serta menentukan perilaku dan hasilnya. Karyawan dalam suatu organisasi, meskipun lingkungan kerja mendukung, belum tentu semua karyawan memiliki kemampuan untuk bekerja dengan baik. Kamampuan memiliki peran utama dalam perilaku dan kinerja individu. Terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai kemampuan, antara lain:


(38)

a. Thoha (1994:154), kemampuan adalah suatu kondisi yang menunjukkan unsur kematangan yang berkaitan pula dengan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, latihan, dan pengetahuan.

b. Soehardi (2003:24), kemampuan adalah bakat yang melekat pada seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan secara fisik atau mental yang ia peroleh sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman.

c. Sedarmayanti (2001:112), kemampuan kerja adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental ataupun fisik.

d. Robbins (2009:57), kemampuan kerja adalah keterpaduan intelektual dan fisik dari seluruh kapasitas yang dimiliki individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan kerja adalah potensi yang dimiliki setiap orang atau karyawan, baik secara intelektual maupun fisik untuk melaksanakan beragam tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.

2. Jenis – Jenis Kemampuan Kerja

Menurut Robbins (2009:57), jenis-jenis kemampuan terdiri dari: a. Kemampuan intelektual

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan berbagai aktivitas mental–berfikir, menalar, dan


(39)

memecahkan masalah. Individu dalam sebagian besar masyarakat menempatkan kecerdasan pada nilai yang tinggi dan untuk alasan yang tepat. Individu cerdas biasanya mendapatkan lebih banyak dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Individu yang cerdas juga mungkin menjadi pemimpin dalam suatu kelompok. Terdapat 7 dimensi intelektual, yakni sebagai berikut:

1) Kecerdasan angka, yaitu kemampuan melakukan aritmatika dengan cepat dan akurat.

2) Pemahaman verbal, yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar dan hubungan antar kata-kata.

3) Kecepatan persepsi, yaitu kemampuan mengidentifikasi kemiripan dan perbedaan visual secara cepat dan akurat.

4) Penalaran induktif, yaitu kemampuan mengidentifikasi urutan logis dalam sebuah masalah dan kemudian memecahkan masalah tersebut. 5) Penalaran deduktif, yaitu kemampuan menggunakan logika dan

menilai implikasi dari sebuah argumen.

6) Visualisasi spasial, yaitu kemampuan membayangkan bagaimana sebuah objek akan terlibat bila posisinya dalam ruang diubah.

7) Daya ingat, yaitu kemampuan menyimpan dan mengingat pengalaman masa lalu.

b. Kemampuan fisik

Kemampuan intelektual memainkan sebuah peran yang lebih besar dalam pekerjaan kompleks dengan tuntutan kebutuhan


(40)

pemrosesan informasi, sedangkan kemampuan fisik tertentu bermakna penting bagi keberhasilan pekerjaan yang kurang membutuhkan ketrampilan dan lebih standar. Misalnya, pekerjaan yang menuntut stamina, ketangkasan fisik, kekuatan kaki, atau bakat-bakat serupa yang membutuhkan fisik seseorang. Terdapat 9 (sembilan) kemampuan fisik utama, yakni sebagai berikut:

1) Kekuatan dinamis, yaitu kemampuan untuk menggunakan kekuatan otot secara berulang atau terus-menerus.

2) Kekuatan tubuh, yaitu kemampuan memanfaatkan kekuatan otot tubuh, khususnya otot perut.

3) Kekuatan statis, yaitu kemampuan menggunakan kekuatan terhadap objek eksternal.

4) Kekuatan eksplosif, yaitu kemampuan mengeluarkan energi maksimum dalam satu atau serangkaian tindakan eksplosif.

5) Fleksibilitas luas, yaitu kemampuan menggerakkan tubuh dan otot punggung sejauh mungkin.

6) Fleksibilitas dinamis, yaitu kemampuan membuat gerakan-gerakan lentur yang cepat dan berulang-ulang.

7) Koordinasi tubuh, yaitu kemampuan mengkoordinasikan tindakan secara bersamaan dari bagian-bagian yang berbeda.

8) Keseimbangan, yaitu kemampuan mempertahankan keseimbangan meskipun terdapat gaya yang mengganggu keseimbangan.


(41)

9) Stamina, yaitu kemampuan mengerahkan upaya maksimum yang membutuhkan usaha berkelanjutan.

c. Kesesuaian kemampuan pekerjaan

Kemampuan intelektual atau fisik tertentu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan memadai, dimana tergantung pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan tersebut. Sebagai contoh: pilot pesawat terbang membutuhkan kemampuan visualisasi spasial yang kuat, petugas penjaga pantai membutuhkan kemampuan visualisasi spasial dan koordinasi tubuh yang baik, dan perajin membutuhkan kemampuan daya ingat dan kemampuan kekuatan statis.

E. Transformasi Industri Kecil Menjadi Industri Kreatif 1. Konsep Industri

Pengertian industri sering dihubungkan dengan adanya mekanisasi, teknologi, dan hal-hal lain yang datang dari negara yang sudah lebih maju. Menurut Swasta dan Sukotjo (1993:10), industri merupakan suatu kelompok perusahaan yang memproduksi barang yang sama dan untuk pasar yang sama, sedangkan perusahaan tersebut tidak selalu menggunakan material atau proses produksi yang sama dengan yang lainnya.

Menurut Dumairy (1996:227) pengertian industri mempunyai 2 arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis, dan yangkedua, industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang


(42)

didalamya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan, industri merupakan suatu kelompok usaha kegiatan ekonomi yang memproduksi barang atau jasa yang sama dan untuk pasar yang sama juga.

Adapun klasifikasi industri menurut Prawirosentono (2002:24), adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan hubungan vertikal

Hubungan vertikal adalah adanya hubungan dalam bentuk penggunaan produk hasil akhir suatu kelompok perusahaan sebagai bahan baku pada kelompok usaha lain. Hubungan vertikal terdiri dari: 1) Industri hulu adalah sekelompok perusahaan yang membuat produk

agar dapat digunakan oleh perusahaan lain.

2) Industri hilir adalah sekelompok perusahaan yang menggunakan produk perusahaan lain sebagai bahan baku untuk kemudian diproses menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

b. Berdasarkan hubungan horizontal

Hubungan horizontal adalah peninjauan atas dasar hubungan sejajar antara produk yang dihasilkan masing-masing perusahaan. c. Berdasarkan skala usahanya

Berdasarkan skala usahanya adalah besar-kecilnya usaha ekonomi yang ditentukan oleh kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan


(43)

usaha. Industri berdasarkan skala usahanya terdiri dari (UU No. 20 Tahun 2008):

1) Industri skala usaha mikro, dimana kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta dan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta. 2) Industri skala usaha kecil, dimana kekayaan bersih lebih dari Rp 50

juta hingga Rp 500 juta dan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta hingga Rp 2,5 milyar.

3) Industri skala usaha menengah, dimana kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta hingga Rp 10 milyar dan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5 milyar hingga Rp 50 milyar.

4) Industri skala usaha besar, dimana kekayaan bersih lebih dari Rp 10 milyar dan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 50 milyar.

2. Pengertian, Ciri – Ciri dan Karakteristik Industri Kecil

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, industri kecil adalah perusahaan atau usaha industri pengelolaan yang mempunyai tenaga kerja (termasuk pengusaha) 5 sampai 19 orang. Menurut Departemen Keuangan Indonesia, industri kecil adalah yang mempunyai modal usaha sebesar Rp 10 juta sampai dengan paling banyak Rp 300 juta.

Menurut Tambunan (1993:83), industri kecil adalah kegiatan industri yang dikerjakan disekitar rumah-rumah penduduk yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Industri kecil disini merupakan usaha produktif di luar usaha pertanian, baik itu merupakan mata pencaharian utama atau sampingan.


(44)

Menurut Martani (1993:153), industri kecil memiliki beberapa ciri-ciri tertentu, yakni sebagai berikut:

a. Tipe kepemilikan perorangan b. Jumlah anggota relatif stabil c. Menggunakan energi tradisional

d. Teknologi yang digunakan masih sederhana dan tradisional e. Output merupakan barang tradisional dan relatif kecil f. Pemasaran pada pasar lokal dan terbatas

g. Biasanya bersifat informal

h. Pola kegiatan yang tidak teratur, baik dalam arti waktu dan pemasaran i. Tidak mempunyai tempat usaha yang permanen, dan biasanya tidak

terpisah dengan tempat tinggal.

Karakteristik industri kecil menurut Tambunan (1999:20), yakni sebagai berikut:

a. Proses produksi lebihmechanized, dan kegiatannya dilakukan di tempat khusus yang lokasinya bersebelahan dengan rumah pemilik usaha. b. Sebagian tenaga kerja yang bekerja di industri ini adalah pekerja

bayaran (wage labor).

c. Produk yang dibuat termasuk golongan barang-barang yang cukup canggih (sophisticated).

3. Pengertian dan Jenis Industri Kreatif

Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,


(45)

ketrampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Sedangkan menurut sumber Wikipedia, industri kreatif adalah kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi.

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, industri kreatif adalah suatu kelompok usaha kegiatan ekonomi yang berasal dari kreativitas individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan kerja dengan memanfaatkan pengetahuan dan informasi yang berkembang.

Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang merujuk pada Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008, terdapat 15 jenis industri kreatif yang terdiri dari:

a. Periklanan; kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan yang meliputi proses kreasi, produksi, dan distribusi dari iklan yang dihasilkan.

b. Arsitektur; kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro sampai dengan level mikro.

c. Pasar barang seni; kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi.


(46)

d. Kerajinan; kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga perajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur.

e. Desain; kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, dan sebagainya.

f. Fashion; kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya.

g. Video, film, dan fotografi; kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film.

h. Permainan interaktif; kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi.

i. Musik; kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

j. Seni pertunjukkan; kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan.

k. Penerbitan dan percetakan; kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, dan sebagainya.


(47)

l. Layanan komputer dan piranti lunak; kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, dan sebagainya. m. Televisi dan radio; kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi,

produksi dan pengemasan acara televisi.

n. Riset dan pengembangan; kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru.

o. Kuliner; kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk makanan olahan.

F. Topeng Kayu sebagai Warisan Budaya Indonesia 1. Arti Istilah Topeng

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, topeng atau kedok adalah penutup muka yang terbuat dari kayu (kertas dan sebagainya) berupa orang, binatang, dan sebagainya (Poerwadarminta, 1976:1087). Pada umumnya raut muka pada topeng dibentuk karakteristik dilebih-lebihkan untuk memperoleh citra yang berkesan (Shaddly, 1984:2359).

Menurut kata sifatnya, topeng merupakan sikap kepura-puraan untuk menutupi maksud yang sebenarnya (Prayitno, 1999:111). Sedangkan menurut Suryaatmadja (1980:27), secara estimologis kata topeng terbentuk


(48)

dari asal kata: ping, peng, dan pung yang artinya bergabung ketat kepada sesuatu.

2. Fungsi Topeng

Menurut Margianto dan Munardi (1980:17-25), berdasarkan sifatnya topeng dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni topeng yang bersifat religiomagis dan topeng yang bersifat profan. Adapun fungsi topeng berdasarkan sifatnya, adalah sebagai berikut:

a. Topeng yang bersifat religiomagis

Topeng jenis ini umumnya berfungsi sebagai topeng upacara atau seremonial, kematian, dan hiasan magis.

b. Topeng yang bersifat profan

Topeng jenis ini umumnya berfungsi sebagai alat perlengkapan drama tari pesta atau festival, hiasan dinding, dan sebagai benda tontonan atau pajangan.

3. Perkembangan Topeng di Indonesia

a. Topeng pada zaman prasejarah

Menurut Yudoseputro (1991:1), kehidupan manusia pada tingkat awal prasejarah masih sangat sederhana tempat tinggalnya, mereka berpindah-pindah tergantung pada situasi dan kondisi alam setempat yang dapat memberikan kehidupan. Pada umumnya mereka mendapatakan makanan dari umbi-umbian dan daging binatang dengan cara berburu di hutan untuk memenuhi kehidupan batin dan kepuasan jiwa. Dalam menghadapi berbagai hal yang berada di luar jangkauan


(49)

pikiran mereka, munculah pikiran tentang kekuatan-kekuatan gaib dan arwah yang disebut dengan animisme dan dinamisme. Hal ini tercermin dari hasil-hasil karya yang dapat digolongkan ke dalam benda seni rupa, baik yang berlatar belakang gagasan magis maupun religius yang lebih mempertimbangkan unsur praktis ketimbang estetis.

Ditinjau dari nilai kegunaan sejak zaman prasejarah, topeng sudah dipergunakan dalam upacara kepercayaan, lukisan dinding gua dalam tema perburuan dan peperangan. Dari zaman batu dapat menjelaskan adanya kebiasaan pemakaian topeng sebagai media peragaan dalam berbagai upacara. Hal ini juga dibuktikan dengan adat dari topeng dalam masyarakat yang meneruskan tradisi prasejarah. Topeng atau kedok semula tercipta berdasarkan gagasan-gagasan yang bersifat religius dan digunakan sebagai media peragaan dalam upacara pemujaan.

Topeng diperagakan dalam tarian yang diiringi dengan bunyi-bunyian yang menimbulkan ketegangan suasana sesuai dengan tujuan upacara. Semua kegiatan ini hadir terpadu sebagai sarana dalam berbagai ritual yang bersifat religius. Hal tersebut sesuai dengan kepercayaan masyarakat waktu itu bahwa agar berhasil dalam melakukan suatu kegiatan harus didahului dengan rangkaian upacara tertentu.

Kebiasaan berburu untuk mendapatkan makanan dari hutan, merupakan kegiatan rutin manusia prasejarah yang selalu didahului


(50)

dengan upacara. Topeng menjadi salah satu media peragaan dalam upacara menjelang perburuan. Para penari memakai topeng yang menggambarkan binatang tertentu sambil bergerak mengelilingi patung perwujudan binatang yang akan diburu dengan tujuan dapat berhasil dalam berburunya.

Peperangan antara kelompok wilayah karena perebutan wilayah, tempat tinggal, dan sebagainya, merupakan peristiwa yang sering terjadi pada masa prasejarah. Topeng merupakan perlengkapan yang dipakai ketika berperang waktu itu, baik sebagai alat penutup muka maupun sebagai hiasan magis pada peralatan perang. Hal ini dibuktikan dari adanya bentuk topeng pada perisai sebagai peralatan perang masyarakat yang masih meneruskan tradisi budaya prasejarah. Kepercayaan mereka bahwa memakai topeng dengan penampilan yang fanatik dan seram akan menimbulkan kekuatan bagi pemakainya, sehingga dianggap akan mudah mengalahkan dan menaklukkan musuhnya.

Topeng juga sebagai sarana dalam pengobatan, baik yang disebabkan oleh pengaruh alam maupun karena kecelakaan. Dalam praktek proses penyembuhannya, para leluhur atau ketua adat dibantu para penari topeng untuk memanggil roh leluhur atau dewa untuk masuk ke dalam topeng tersebut. Selain itu juga untuk memberikan berkah dan kesembuhan pada yang sakit.


(51)

Dalam pemujaan memanggil roh nenek moyang dengan memakai topeng, para ketua adat dan dukun melakukan gerakan-gerakan tertentu seperti menari. Berdasarkan gerakan-gerakan ketua adat dan dukun inilah diperkirakan kemudian jadi berkembang gerakan tarian topeng, dengan demikian budaya topeng terbukti berumur amat panjang.

b. Topeng pada zaman Hindu

Menurut Yudoseputro (1991:6), sebagai ragam hias yang mengandung nilai magis, topeng pada zaman Hindu di Indonesia tampak pada motif hias “Kala” atau “Kirtimukha”. Kala merupakan motif raut muka raksasa, biasanya berada di bagian atas dari lubang pintu masuk atau pelengkungan relung pada dinding bangunan candi.

Sebagai karya seni rupa Indonesia–Hindu yang mengandung nilai perlambangan, topeng juga tampil sebagai media pemujaan roh leluhur yang disebut upacara Sharaddha dengan salah satu alat kelengkapannya menggunakan topeng yang disebut topeng Sang Hyang Puspasharira. Upacara Sharaddha dilaksanakan 12 tahun sesudah meninggalnya Sri Rajapathi. Dalam keperluan upacara tersebut, dibuatkan Sang Hyang Puspasharira berupa boneka yang terbuat dari bahan logam yang bentuknya merupakan perwujudan dari wajah leluhur yang diupacarakan. Upacara Sharaddha dilakukan di malam hari dengan mengucapkan mantra untuk memanggil dewa atau arwah nenek moyang agar turun dan masuk ke dalam boneka Puspasharira.


(52)

Dengan adanya upacara Sharaddha yang menggunakan topeng sebagai salah satu alat untuk memanggil dewa atau roh leluhur, menunjukan bahwa topeng telah dikenal sejak zaman Majapahit. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari keberadaan topeng sebagai sarana drama tari. Menurut kepercayaan zaman itu, orang memanggil roh nenek moyang sudah diiringi dengan bunyi-bunyian gamelan. Roh nenek moyang sangat dihormati sebagai cikal bakal yang merupakan pelindung adat dan keselamatan anggota keluarga.

Sebagai media peragaan dalam drama tari, topeng pada saat itu merupakan perlambang hinduistik yang bersumber dari cerita wayang. Unsur ekspresi topeng dalam drama tari tidak berdiri sendiri, dimana merupakan media rupa yang berfungsi sebagai alat penutup muka penari yang penampilannya sangat ditentukan oleh perlengkapan lain dalam memerankan tokoh tertentu.

c. Topeng pada zaman Islam

Menurut Rasjoyo (1994:91), seperti pada zaman Hindu, para raja dan bangsawan pada zaman Islam melanjutkan dan mengembangkan berbagai bentuk seni yang sudah dikenal sebelumnya, dimana disesuaikan dengan kepentingan Islam. Sesuai dengan fungsi seni sebagai media dakwah, penyebaran seni rupa Islam semakin giat dilakukan ke daerah-daerah yang makin luas.

Seni topeng yang telah dikenal sejak zaman prasejarah dan berkembang di zaman Hindu, oleh para raja Islam dan Wali Sanga terus


(53)

dikembangkan dan disempurnakan. Dalam perkembangan sampai mencapai bentuk dan jenis seni topeng di zaman Islam di Indonesia, sebenarnya sudah mulai berkembang di kalangan istana sejak abad ke-9 M, kemudian berkembang menjadi tontonan atau kesenian rakyat dan menjadi popular sejak abad ke-11 M. Mulai pada abad ke-15 topeng memasuki lingkungan istana dan menjadi kesenian keraton yang berkembang dan popular sekitar abad ke-19.

Kesenian topeng oleh para raja Islam dan Wali Sanga diberi sentuhan-sentuhan nilai baru, baik nilai kesenirupaan maupun nilai drama tarinya. Unsur-unsur kesenian topeng lama diolah dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan baru yang didukung oleh keyakinan terhadap hikmah kebenaran dari tasawuf dan mistikisme Islam.

Menurut Pigeaud (Pringgokusumo, 1991:45), yang pertama kali menciptakan topeng pada zaman Islam ialah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga mengikuti bentuk Wayang Gedog, tetapi dari depan dan hanya wajahnya yang dibuat. Topeng yang dibuatnya berjumlah sembilan, yakni: Panji Ksatrian, Candrakirana, Gunungsari, Andaga, Reton, Klana, Danawa, Benco, dan Turas.

Tari topeng tertua di zaman tersebut dimainkan oleh dua orang laki-laki yang asalnya dalang dari Sela (Grobogan, Purwodadi) bertempat tinggal di desa Palat. Mereka diberi pelajaran oleh Sunan Kalijaga, kemudian diberi nama Widiguna dan Widiyana. Setelah


(54)

mereka mempelajari berbagai jenis topeng, sudah mengetahui sejarah Kerajaan-Kerajaan (Jenggala, Kediri, Ngurawan, dan Singosari), Kelana dari Bali, dan mengetahui cerita-cerita Wayang Gedog, maka dua orang itu dianggap telah memiliki pengetahuan yang paling tinggi tentang tari topeng. Pembuatan topeng-topeng itu selesai pada tahun 1058 saka (tahun Jawa) atau tahun 1586 M.

Menurut Masunah dan Karwati (2003:12), bentuk topeng yang pertama kali diciptakan pada zaman tersebut belum diukir pada kayu dan belum dilukis dengan berbagai macam warna, dimana pada bagian muka hanya ditandai dengan warna merah atau hitam saja. Berperannya para Wali Sanga dalam perkembangan topeng telah memunculkan interpretasi yang berbeda pada tokoh-tokoh topeng yang ditawarkan. Topeng tidak hanya menggambarkan tokoh-tokoh dan cerita Panji, tetapi juga sebagai gambaran perkembangan jiwa manusia yang baik dan yang buruk.

Memasuki abad ke-17, seni topeng di lingkungan istana atau keraton mulai turun, akan tetapi di kalangan masyarakat banyak topeng sebagai bentuk pertunjukan masih terus bertahan sesuai dengan tradisi daerah masing-masing. Sebagai contoh: di Madura, Malang, Bali, Yogyakarta, Lampung Selatan, Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Sumedang masih ditemukan adanya kesenian topeng.


(55)

d. Topeng pada zaman modern

Kesenian topeng tidak hanya dimiliki budaya tradisional, dimana hingga sekarang berbagai bentuk topeng bermunculan, yakni mulai dari karya seniman modern sampai karya anak-anak. Bahannya pun sangat beraneka ragam, yakni mulai dari logam, kayu, kertas, dan bahkan barang bekas. Bahkan dalam kehidupan keseharian, baik dewasa maupun anak-anak, kehadiran topeng dapat disaksikan. Kesimpulannya topeng dikenal sejak zaman prasejarah sampai sekarang, baik dalam dunia seni panggung, ritual masyarakat, atau kehidupan sehari-hari.

G. Penelitian Terdahulu 1. Prasetyanto (2006)

Prasetyanto (2006) menulis penelitian dengan judul Pengaruh Motivasi Kerja, Kemampuan Kerja, dan Kesempatan untuk Bekerja Terhadap Kinerja Karyawan. Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui kinerja PT. PLN (Persero) cabang Klaten; 2) untuk mengetahui ada pengaruh motivasi kerja, kemampuan kerja, dan kesempatan untuk bekerja terhadap kinerja karyawan PT. PLN (Persero) cabang Klaten; 3) untuk mengetahui kebutuhan yang menjadi prioritas dalam memotivasi kinerja karyawan PT. PLN (Persero) cabang Klaten. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah metode regresi berganda untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja, kemampuan kerja, dan kesempatan


(56)

kerja untuk bekerja terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) kinerja karyawan sangat baik, yakni sebesar 107,76; 2) terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja, kemampuan kerja, dan kesempatan untuk bekerja terhadap kinerja karyawan; 3) kebutuhan fisiologis merupakan prioritas utama yang memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik atau meningkatkan kinerja.

2. Kurniawan (2010)

Kurniawan (2010) menulis penelitian dengan judul Hubungan Motivasi Kerja, Pengalaman Kerja, dan Iklim Kerja dengan Produktivitas Kerja Karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan; 2) hubungan pengalaman kerja dengan produktivitas kerja karyawan; 3) hubungan iklim kerja dengan produktivitas kerja karyawan; dan 4) hubungan motivasi kerja, pengalaman kerja, dan iklim kerja dengan produktivitas kerja karyawan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 35 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi product moment dan analisis korelasi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada hubungan motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan, dimana r hitung = 0,845 > 0,000 dan nilai t hitung = 2,526 > t tabel = 2,035; 2) ada hubungan pengalaman kerja dengan produktivitas kerja karyawan, dimana r hitung = 0,824 > 0,000 dan nilai t hitung = 2,259 > t tabel = 2,035; 3) ada hubungan iklim kerja dengan produktivitas kerja karyawan, dimana r hitung


(57)

= 0,075 > 0,000 dan nilai thitung= 2,591 > t tabel= 2,035; 4) ada hubungan motivasi kerja, pengalaman kerja, dan iklim kerja dengan produktivitas kerja karyawan, dimana Rhitung = 0,795 > 0,000 dan nilai Fhitung= 39,980 > Ftabel= 2,910.

3. Dongoran (2006)

Dongoran (2006) menulis penelitian dengan judul Pengaruh Sikap Kerja Terhadap Kinerja pada Hotel Bintang di Jawa Tengah dan DIY. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sikap kerja terhadap kinerja pada hotel bintang di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Variabel dependen (Y) ialah kinerja karyawan dan variabel independen (X) ialah sikap kerja. Populasi dalam penelitian ini 886 hotel di Jawa Tengah dan 950 hotel di DIY. Sampel yang digunakan 47 hotel (37,3% dari 126 hotel) dan 169 responden (26,5% dari 630 responden). Pengukuran variabel X dan Y menggunakan Skala Likert. Teknik analisis data menggunakan regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Uji realibilitas dan validitas diukur dengan menggunakan corrected item total correlation dan cronbach’s alpha. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1) Indikator empiris komitmen organisasional valid tetapi tidak realibel karena hanya memiliki tingkat realibel sebesar 0,232 jauh dari yang dipersyaratkan yaitu sebesar 0,60; 2) Berdasarkan analisis sederhana sikap kerja, kepuasan kerja, dan keterlibatan kerja, hanya dapat menjelaskan variasi P, P1, P2, dan P3 secara terbatas, hasil hipotesis menyatakan bahwa sikap kerja


(58)

berpengaruh positif terhadap kinerja hotel bintang. 3) Menurut model persamaan regresi berganda, kepuasan kerja dan keterlibatan kerja secara bersama-sama dapat menjelaskan kinerja hotel bintang sebesar 10,5%, dan uji hipotesis menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara kepuasan kerja dan keterlibatan kerja.

H. Kerangka Berfikir

1. Kontribusi Pengalaman Kerja terhadap Produktivitas Kerja

Produktivitas mengadung 2 (dua) konsep makna yakni efisiensi dan efektivitas, dimana efisiensi dan efektivitas digunakan untuk mengetahui rasio produktivitas antara hasil produksi dengan seluruh biaya produksi. Perusahaan akan lebih cenderng memilih pelamar yang sudah berpengalaman karena mereka yang dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas yang nantinya akan dikerjakan. Dalam rangka mencapai tujuan tesebut, maka setiap perusahaan akan berusaha memperoleh sumber daya manusia yang potensial dan berpengalaman. Pertimbangan lain yang digunakan perusahaan untuk memilih karyawan yang berpengalaman yakni diyakini lebih memiliki sikap pada pekerjaan yang baik saat melakukan tugas-tugasnya.

Ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki seseorang yang diterapkan dalam bekerja, dapat menjadi pengalaman yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Oleh karena itu, semakin berpengalaman seseorang maka semakin meningkatkan produktivitas perusahaan.


(59)

2. Kontribusi Sikap terhadap Pekerjaan terhadap Produktivitas Kerja

Sikap mengandung unsur positif dan negatif seseorang untuk mengevaluasi suatu objek yang dihadapinya, maka variabel sikap tidak dapat berdiri sendiri. Dalam hal ini, sikap yang dimaksud adalah sikap seseorang pada pekerjaannya. Unsur positif dari sikap pada pekerjaan ialah sikap seseorang untuk mau atau senang melakukan pekerjaannya, sedangkan sikap negatifnya ialah sikap seseorang untuk tidak mau atau tidak senang terhadap pekerjaan yang dilakukannya.

Sikap positif seseorang atau karyawan pada pekerjaan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk mewujudkan tujuannya. Dengan sikap positif karyawan pada pekerjaan, pada akhirnya akan dapat memenuhi tujuan dari perusahaan yakni meningkatkan produktivitas kerja perusahaan.

3. Kontribusi Kemampuan Kerja terhadap Produktivitas Kerja

Kemampuan kerja merupakan potensi yang dimiliki oleh karyawan untuk menjalankan tugas-tugas pada pekerjaannya. Potensi yang diharapkan oleh perusahaan yakni berkaitan dengan kemampuan intelektual dan fisik yang baik dan sesuai dengan tugas-tugas dari pekerjaan yang dijalani oleh karyawan tersebut.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan harus selalu berorientasi pada efektivitas dan efisiensi. Efektvitas dan efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan dapat terwujud, salah satunya dengan kemampuan kerja baik yang dimiliki oleh setiap karyawannya. Pada


(60)

akhirnya, kemampuan kerja karyawan yang baik akan meningkatkan produktivitas kerja perusahaan.

Gambar II.1 Kerangka Berfikir

I. Hipotesis Penelitian

Ha1: Terdapat kontribusi signifikan pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja para perajin topeng

Ha2: Terdapat kontribusi signifikan sikap kerja terhadap produktivitas kerja para perajin topeng.

Ha3: Terdapat kontribusi signifikan kemampuan kerja terhadap produktivitas kerja para perajin topeng.

Pengalaman Kerja

Kemampuan Kerja

Sikap Terhadap Kerja Produktivitas Kerja


(61)

43 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif. Penelitian

eksplanatif digunakan untuk menguji hubungan antar variabel yang

dihipotesiskan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sifat hubungan

antara dua variabel atau lebih (Mantra, 2004:41).

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti hubungannya

adalah pengalaman kerja, sikap terhadap pekerjaan, dan kemampuan kerja

terhadap produktivitas kerja perajin industri kerajinan topeng. Kesimpulan

yang akan diperoleh dari penelitian ini hanya berlaku pada daerah yang

bersangkutan dan tidak secara umum.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di Desa Putat, Kecamatan

Patuk, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan salah satu tempat

yang dijadikan desa wisata di Kabupaten Gunung Kidul, sehingga sangat

berpotensi sebagai salah satu sumber pendapatan di daerah tersebut, yang


(62)

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk penelitian selama bulan April 2013

sampai dengan bulan Juni 2013.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang mempunyai kompetensi

untuk dimintai data atau keterangan yang berkaitan dengan objek penelitian

(Winarsunu, 2002:2). Subjek penelitian ini adalah para tenaga perajin topeng

kayu.

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dari

suatu penelitian (Winarsunu, 2002:2). Objek penelitian ini adalah pengalaman

kerja, sikap pada pekerjaan, kemampuan kerja, dan produktivitas kerja para

tenaga perajin topeng kayu.

D. Variabel Penelitian dan Operasionalisasinya 1. Variabel Terikat /Dependen

Variabel terikat adalah himpunan seluruh gejala yang memiliki

berbagai aspek atau unsur didalamnya yang berfungsi untuk menyesuaikan

diri dengan kondisi lain atau variabel bebasnya. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah produktivitas kerja para perajin berupa hasil produksi

topeng. Pengukuran produktivitas kerja industri kerajinan dalam penelitan

ini dikelompokan kedalam 3 kategori, yakni: tinggi, sedang, dan rendah.


(63)

Produktivitas = ௃௨௠௟௔௛ ௞௘௦௔௧௨௔௡ ௙௜௦௜௞ ெ௔௦௨௞௔௡ ௧௘௡௔௚௔ ௞௘௥௝௔

2. Variabel Bebas /Independen

Variabel bebas adalah himpunan seluruh gejala yang memiliki

berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau menentukan

munculnya variabel lain yang disebut variabel terikat. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengalaman kerja

Pengalaman kerja adalah lamanya usaha-usaha yang dilakukan

para perajin, baik sebelum atau saat menjadi perajin dalam menekuni

usaha kerajinan topeng kayu. Pengukuran pengalaman kerja para

perajin dalam penelitian ini menggunakan metode skala Likert.

Distribusi frekuensi data dan kategorisasi digunakan model Penilaian

Acuan Patokan (PAP) tipe II.

b. Sikap pada pekerjaan

Sikap kerja adalah perasaan senang atau tidak senang yang

ditunjukkan oleh para perajin terhadap kegiatan produksi topeng kayu

yang ditekuninya. Pengukuran sikap kerja para perajin dalam penelitian

ini menggunakan metode skala Likert. Distribusi frekuensi data dan

kategorisasi digunakan model Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II.

c. Kemampuan kerja

Kemampuan kerja adalah potensi yang dimiliki para perajin baik


(64)

Pengukuran kemampuan kerja para perajin dalam penelitian ini

menggunakan metode skala Likert. Distribusi frekuensi data dan

kategorisasi digunakan model Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II.

Tabel III.1

Pengukuran Skala Likert

Jawaban Skor

Positif Negatif Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3

Tidak Setuju 2 4 Sangat Tidak Setuju 1 5

Tabel III.2 PAP II

Skor Penilaian

81% - 100% Sangat tinggi 66% - 80% Tinggi 56% - 65% Cukup 46% - 55% Rendah

< 46% Sangat rendah

Tabel III.3

Instrumen yang Diperlukan untuk Mengukur Kontribusi Pengalaman Kerja, Sikap pada Pekerjaan, dan Kemampuan Kerja terhadap Produktivitas Kerja pada

Industri Kerajinan Topeng Variabel

Penelitian Dimensi Indikator

1. Pengalaman Kerja

1.1. Lamanya waktu atau usia bekerja

1.1.1. Lama waktu dan usia perajin saat belajar membuat kerajinan topeng.

1.2. Pengupayaan atas penguasaan

pengetahuan

1.2.1. Cara perajin memperoleh pengetahuan membuat topeng. 1.2.2. Cara perajin menguasai

pengetahuan membuat topeng. 1.3. Pengupayaan atas

penguasaan ketrampilan

1.3.1. Cara perajin memperoleh ketrampilan membuat topeng. 1.3.2. Cara perajin menguasai

ketrampilan membuat topeng. 2. Sikap Kerja 2.1. Kognitif 2.1.1. Mengekspresikan gagasan atau

ide yang dimiliki perajin.

2.1.2. Pengetahuan atas peraturan di tempat kerja.


(65)

Variabel

Penelitian Dimensi Indikator

2.2. Afektif 2.2.1. Semangat, komitmen, dan tanggung jawab perajin saat bekerja.

2.2.2. Kebanggaan perajin atas pekerjaan yang dilakukan.

2.3. Konatif 2.3.1. Hubungan kerja perajin dengan rekan kerja dan atasannya. 2.3.2. Pemberian loyalitas kerja perajin

kepada tempat bekerjanya. 3. Kemampuan

Kerja

3.1. Kemampuan fisik 3.2.1. Kekuatan statis yang digunakan para perajin dalam bekerja. 3.2. Kemampuan

intelektual

3.2.2. Daya ingat para perajin dalam menjalankan tugasnya.

4. Produktivitas Kerja

4.1. Jumlah produk yang dihasilkan selama 1 bulan

4.1.1. Banyaknya topeng kayu yang dihasilkan.

E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini,

yang menjadi populasi adalah 358 orang tenaga perajin topeng kayu di

Desa Putat.

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sekumpulan objek atau unsur dalam populasi

untuk digunakan sebagai sampel yang akan diteliti sifat-sifatnya. Sampel

yang diambil merupakan bagian dari populasi yang harus dapat mewakili

populasinya sehingga dapat menggambarkan karakteristik atau sifat-sifat

populasi yang bersangkutan.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus


(66)

n =

ଡ଼మ.୒.୔(ଵି୔) (୒ିଵ)ୢమା ଡ଼మ.୔(ଵି୔)

Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi X2 = Nilai chi kuadrat P = Proporsi populasi d = Galat pendugaan Asumsi:

a. Tingkat keandalan 95%, dimana nilai X2= 3,841

b. Keragaman populasi yang dimasukkan dalam perhitungan adalah P(1 – P), dimana P = 0,5

c. Nilai galat pendugaan 10% (d = 0,1)

Berdasarkan rumus di atas, banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

n = ଷ,଼ସଵ×ଷହ଼(଴,ହ×଴,ହ)

(ଷହ଼ ି ଵ)଴,ଵమା ଷ,଼ସଵ(଴,ହ×଴,ହ)

n = ଷ,଼ଵସ×ଷହ଼(଴,ଶହ) ଷହ଻×଴,଴ଵ ା ଷ,଼ସଵ×଴,ଶହ

n = ଷ,଼ସଵ×଼ଽ,ହ ଷ,ହ଻ ା ଴,ଽ଺଴ଶହ

n =ଷସଷ,଻଺ଽହ ସ,ହଷ଴ଶହ

n = 75,883 atau dibulatkan menjadi 76 responden 3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah sampel purposive sampling

(Sugiyono, 2005:61), yaitu pengumpulan data dari anggota populasi yang

dengan senang hati bersedia memberikannya. Dalam teknik ini,


(67)

pengambilan sample berstrata proposional, dimana proporsi orang yang

telah ditetapkan sebelumnya di dalam sampel dari kelompok berbeda,

tetapi berdasarkan kemudahan.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode kuesioner

Metede kuesioner adalah pengumpulan data atau informasi dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dengan jawaban lisan.

2. Metode wawancara

Metode wawancara ialah metode pengumpulan data atau informasi

dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan degan jawaban lisan.

3. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan mencatat

atau mengutip keterangan-keterangan yang ada pada perusahaan yang

berhubungan dengan objek penelitian.

Tabel III.4

Kisi-Kisi Instrumen yang Diperlukan untuk Mengukur Kontribusi Pengalaman Kerja, Sikap pada Pekerjaan, dan Kemampuan Kerja terhadap Produktivitas

Kerja pada Industri Kerajinan Topeng

No. Data yang Dicari Jumlah

Item

No. Item Instrumen Positif Negatif 1 Lama waktu dan usia perajin saat

belajar membuat kerajinan topeng.

2 1,2

2 Cara perajin memperoleh pengetahuan membuat topeng.

2 3,4

3 Cara perajin menguasai pengetahuan membuat topeng.

2 5,6

4 Cara perajin memperoleh ketrampilan membuat topeng.

2 7,8

5 Cara perajin menguasai ketrampilan membuat topeng.


(68)

No. Data yang Dicari Jumlah Item

No. Item Instrumen Positif Negatif 6 Mengekspresikan gagasan atau ide yang

dimiliki perajin.

2 11 12

7 Pengetahuan atas peraturan di tempat perajin bekerja.

2 13,14 8 Semangat, komitmen, dan tanggung

jawab perajin saat bekerja.

2 15,16 9 Kebanggaan perajin atas pekerjaan yang

dilakukan.

2 17,18 10 Hubungan kerja perajin dengan rekan

kerja dan atasannya.

2 19 20

11 Pemberian loyalitas kerja perajin kepada tempat bekerjanya.

2 21 22

12 Kekuatan statis yang digunakan para perajin dalam bekerja.

5 23,24,25, 26,27 13 Daya ingat para perajin dalam

menjalankan tugasnya.

5 28,29,30, 31

32

G. Pengujian Instrumen 1. Pengujian Validitas

Tujuan dari pengujian validitas adalah untuk menguji ketepatan

dalam penggunaan suatu alat ukur terhadap suatu kejadian. Dalam hal ini

yang diuji adalah butir-butir pertanyaan. Untuk menguji validitas

kuesioner tersebut dapat digunakan teknik yang kemukakan Pearson, yaitu

teknik korelasi product moment (Sugiyono, 2005:275).

Rumus:

ri= n∑x12− (∑x1)(∑x2 )

ට൛n (∑x12) −(∑x1)2ൟ {n (∑x22) −(∑x2)2} Keterangan:

ri = koefisien korelasi antara x1dan x2 x1 = skor total dari responden x1 x2 = skor total dari responden x2 n = jumlah responden


(69)

Dalam pengujian koefisien ini digunakan taraf signifikansi 5%. Jika

r hitung > r tabel, maka suatu butir instrumen mampu mengukur apa yang

diinginkan (valid). Sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka suatu butir

instrumen adalah tidak valid. Adapun hasil uji validitas pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tabel III.5 Uji Validitas

No. Item r hitung r tabel Keterangan 1 0,604 0,361 valid 2 0,126 0,361 tidak valid 3 0,541 0,361 valid 4 0,507 0,361 valid 5 0,728 0,361 valid 6 0,744 0,361 valid 7 0,656 0,361 valid 8 0,672 0,361 valid 9 0,56 0,361 valid 10 0,752 0,361 valid 11 0,804 0,361 valid 12 0,569 0,361 valid 13 0,684 0,361 valid 14 0,694 0,361 valid 15 0,573 0,361 valid 16 0,456 0,361 valid 17 0,678 0,361 valid 18 0,284 0,361 tidak valid 19 0,499 0,361 valid 20 0,495 0,361 valid 21 0,184 0,361 tidak valid 22 0,351 0,361 tidak valid 23 0,442 0,361 valid 24 0,762 0,361 valid 25 0,499 0,361 valid 26 0,746 0,361 valid 27 0,779 0,361 valid 28 0,517 0,361 valid 29 0,163 0,361 tidak valid 30 0,45 0,361 valid 31 0,026 0,361 tidak valid 32 0,322 0,361 tidak valid Sumber Diolah dengan SPSS 17, 2013


(70)

Tabel III.5 menunjukkan bahwa dari 32 butir kuesioner terdapat 25

butir kuesioner yang valid dan 7 butir kuesioner yang tidak valid.

Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung

dengan nilai r tabel, dan dengan derajat keyakinan (α) 5%. Perlakuan

untuk 7 butir kuesioner yang tidak valid, tidak digunakan dalam penelitian

ini karena tidak memenuhi kriteria perhitungan validitas.

Tabel III.6

Ringkasan Hasil Uji Validitas Butir Kuesioner

Variabel Jumlah No. Butir Jumlah Jumlah

Butir Awal Gugur Butir Gugur Butir Valid

Pengalalman Kerja 10 2 1 9

Sikap pada Pekerjaan 12 18,21,22 3 9 Kemampuan Kerja 10 29,31,32 3 7

Total 32 7 25

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data

karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menghitung reliabilitas

kuesioner dalam penelitian ini menggunakan Koefisien Alpha Croanbach

dengan taraf signifikansi 5% (Sugiyono, 2005:282), yakni dengan rumus:

ri= k

(k − 1) ൝1 −

∑Si2 St2

Keterangan:

ri = reliabilitas instrument /Koefisien Alpha Cronbach k = mean kuadrat antara subyek

∑St2 = mean kuadrat kesalahan St2 = variansi total


(71)

Reliabilitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha

Cronbach. Jika koefisien alpha lebih besar dari r tabel dengan taraf

signifikansi 5% maka data kuesioner tersebut reliabel. Sebaliknya, jika

koefisien alpha lebih kecil dari r tabel dengan taraf signifikansi 5% maka

data kuesioner tersebut tidak reliabel. Pedoman untuk menentukan

keterandalan instrumen penelitian, digunakan interpretasi nilai r, yakni

sebagai berikut:

Tabel III.7

Tingkat Keterandalan Instrumen Penelitian No. Koefisien Alpha Tingkat Keterandalan

1 0,800 – 1 Sangat Kuat 2 0,600 – 0,799 Kuat 3 0,400 – 0,599 Sedang 4 0,200 – 0,399 Rendah 5 0 < 0,199 Sangat Rendah

Adapun hasil uji reliabilitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel III.8 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

0,93 32

Sumber: Diolah dengan SPSS 17, 2013

Berdasarkan Tabel III.8 nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,93 dan

berdasarkan Tabel III.7 koefisien alpha berada pada nilai 0,8 – 1, yang


(1)

LAMPIRAN

Dokumentasi


(2)

Topeng Panji Topeng Klana


(3)

Topeng Punokawan

Topeng Bancak Doyok


(4)

Proses Pengukiran Proses Pengamplasan

Topeng Setengah Jadi Peralatan yang Digunakan


(5)

vi ABSTRAK

KONTRIBUSI PENGALAMAN KERJA, SIKAP TERHADAP PEKERJAAN, DAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PERAJIN INDUSTRI KERAJINAN TOPENG DI DESA PUTAT, KECAMATAN PATUK, KABUPATEN

GUNUNG KIDUL

Herry Istanto

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat kontribusi pengalaman kerja, sikap terhadap pekerjaan, dan kemampuan kerja terhadap produktivitas kerja perajin industri kerajinan topeng di Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanatif. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2013. Populasi dari penelitian ini adalah para perajin topeng di Desa Putat yang berjumlah 358 orang. Sampel yang diteliti sebanyak 76 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Random Sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Pengujian kuesioner penelitian menggunakan uji validitas dan relibilitas. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja perajin

industri kerajinan topeng (kontribusi = 46,92% dengan sig = 0,00 < α = 0,05), (2)

Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan sikap pada pekerjaan terhadap produktivitas kerja perajin industri kerajinan topeng (kontribusi = 8,67% dengan

sig = 0,045 < α = 0,05), (3) Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan

kemampuan kerja terhadap produktivitas kerja perajin industri kerajinan topeng

(kontribusi = 38,25% dengan sig = 0,00 < α = 0,05), (4) Pengalaman kerja, sikap

terhadap pekerjaan, dan kemampuan kerja dapat menjelaskan produktivitas kerja perajin industri kerajinan topeng sebesar 84,6%.


(6)

vii ABSTRACT

THE CONTRIBUTION OF WORKING EXPERIENCE, ATTITUDE TOWARDS OCCUPATION, AND THE ABILITY OF WORKING TOWARD THE PRODUCTIVITY OF MASK CRAFTERS HANDICRAFT

INDUSTRY IN PUTAT VILLAGE, PATUK DISTRICT, GUNUNG KIDUL REGENCY

Herry Istanto

Sanata Dharma University Yogyakarta

This study aims to find out if there is contribution of working experience, attitude towards occupation, and the ability of working toward the productivity of mask crafters handicraft industry in Putat Village, Patuk District ,Gunung Kidul Regency.

This research is an explanatory research. The study was conducted from April to June 2013. The population of this study are 358 mask crafters in the village of Putat. 76 samples were examined. The sampling technique is random sampling. Data were collected by using questionnaires, interviews, and documentation. The validity and reliability of the questionnaires were tested. Data were analyzed by using multiple regression analysis.

The results show that: (1) There is a positive and significant contribution towards productivity of working experience of mask crafters handicraft industry

(contribution = 46,92% with sig = 0,00 < α = 0,05), (2) There are significant and

positive conrtibution towards working productivity of working crafters handicraft

industry (contribution = 8,67% with sig = 0,045 < α = 0,05), (3) There is a

positive and significant contribution toward the ability of working of crafters

handicraft industry (contribution = 38,25% with sig = 0,00 < α = 0,05), (4)

Working experience, attitude towards occupation, and the ability of working can explain the productivity of crafters handicraft industry at 84,6%.


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI PENGALAMAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DAN KEMAMPUAN SOFT SKILLS TERHADAP KESIAPAN KERJA Kontribusi pengalaman praktik kerja industri dan Kemampuan soft skills terhadap kesiapan kerja Siswa kelas xII akuntansi SMK Negeri 1 Klaten Tahun ajaran 2016

0 3 12

KONTRIBUSI PENGALAMAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DAN KEMAMPUAN SOFT SKILLS TERHADAP KESIAPAN KERJA Kontribusi pengalaman praktik kerja industri dan Kemampuan soft skills terhadap kesiapan kerja Siswa kelas xII akuntansi SMK Negeri 1 Klaten Tahun ajaran 2016

0 2 16

PENGARUH PENGALAMAN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIFITAS KERJA KARYAWAN PADA INDUSTRI KERAJINAN PENGARUH PENGALAMAN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIFITAS KERJA KARYAWAN PADA INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA DAN KUNINGAN MUDA TAMA DI TUMANG BOYOLALI SK

0 0 14

PENGARUH INSENTIF DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN PLUMBON-KABUPATEN CIREBON: Survey pada Tenaga Kerja Industri Kerajinan Rotan di Kecamatan Plumbon-Kabupaten Cirebon.

2 6 44

Kontribusi pengalaman kerja, sikap terhadap pekerjaan, dan kemampuan kerja terhadap produktivitas kerja perajin industri kerajinan topeng di Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul

0 7 157

TAP.COM - PENGARUH UPAH, KEMAMPUAN DAN PENGAN KERJA TERHADAP ... 213 438 1 PB

1 1 9

ANALISIS PRINSIP DESAIN DAN SOUVENIR PADA PRODUK KERAJINAN LORO BLONYO DI BOBUNG, PUTAT, PATUK, GUNUNG KIDUL

3 1 149

KEBERADAAN TOPENG KLASIK DAN TOPENG KREASI DI DUSUN BOBUNG, DESA PUTAT, KECAMATAN PATUK, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA - Institutional Repository ISI Surakarta

0 1 167

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN PROSES KERJA PERAJIN BAMBU KARYA UTAMI DUSUN GUMAWANG, PUTAT, PATUK, GUNUNGKIDUL

0 0 8

INDUSTRI KERAJINAN TOPENG KAYU BATIK DI DESA PUTAT, KECAMATAN PATUK, KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 1980-2006

0 0 21