ANALISIA KUALITAS MANAJEMEN PERUSAHAAN DENGAN DEMING PRIZE DI. PT TEMPRINA MEDIA GRAFIKA SURABAYA.

(1)

ANALISIA KUALITAS MANAJEMEN PERUSAHAAN

DENGAN DEMING PRIZE

DI. PT TEMPRINA MEDIA GRAFIKA SURABAYA

SKRIPSI

Disusun Oleh :

RENDHI TADHIKA FURI

0432010154

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir (Skripsi) dengan judul “Analisis Kualitas Manajemen Perusahaan Dengan Deming Prize Di PT. Temprina media grafika”, yang merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh mahasiswa jenjang pendidikan Strata satu (S-1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur untuk meraih gelar Kesarjanaan.

Atas tersusunnya penulisan Tugas Akhir (Skripsi) ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ir. M. Tutuk Safirin, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ir. Erlina Puramawati, MT selaku Dosen Pembimbing Pertama dalam

penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan yang bapak berikan kepada penulis.

5. Ir. Endang Pudji Widjajati, MMT selaku Dosen Pembimbing Kedua dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan yang bapak berikan kepada penulis.

6. Semua Dosen Pengajar serta Staff Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur atas segala bantuannya.


(3)

7. Teman-temanku angkatan 2004 terlebih pararel C, terima kasih atas dukunganya selama ini.

8. Dan semua pihak yang telah banyak membantu di dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikannya yang telah bersedia membantu dan membimbing penulis didalam menyusun Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir (Skripsi) ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita.

Hormat Kami,


(4)

ABSTRAKSI

Dalam era indusrtialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, cakupan persaingan telah berubah karena itu semakin banyak perusahaa telah mengubah strateginya untuk dapat bersaing dalam pasar domestik maupun luar negeri. Untuk menjaga konsistensi mutu produk dilakukan pengendalian mutu atau kualitas suatu produk.

PT. Temprina Media Grafika adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri percetakan. Kondisi sistem manajemen perusahaan secara umum telah melakukan Quality Control

(QC) terhadap perusahaannya. Namun Quality Control (QC) yang dilakukan oleh perusahaan lebih banyak difokuskan terhadap kualitas produknya, sehingga belum terlihat jelas bagaimana usaha-usaha perusaha-usahaan tersebut dalam menangani ha;-hal yang berhubungan dengan internal perusaha-usahaan, karena kondisi internal yang baik merupakan awal dari kesuksesan. Untuk meningkatkan kualitas internal, maka PT. Temptina Media Grafika harus menjadi organisasi yang selalu mengutamakan

Continous Improvement Quality dan menerapkan Manajemen Kualitas dengan tepat dan benar. Dalam penelitian ini, peneliti ingin membandingan quality management PT. Temprina Media Grafika dengan kriteria yang ditetapkan Deming melalui media kuisioner. Kriteria yang diambil yaitu berdasarkan 10 kategori Deming Prize, dimana Deming Prize sendiri dibentuk dari 14 point Deming (Deming’s Management). Deming Prize adalah penghargaan yang diberikan kepada suatu organisasi atau perusahaan yang secara konsisten menerapkan quality control.

Berdasarkan hasil analisa data, maka didapatkan hasil dimana nilai (score) performansi untuk keadaan organisasi / perusahaan sebesar 4,09 ; proses kerja yang dilakukan sebesar 2,32 ; tools / alat manajemen sebesar 1,57 ; dan analisa output organisasi / perusahaan sebesar 3,61. Nilai – nilai tersebut telah melebihi target score yang telah ditetapkan masing – masing variabel. Hal ini berarti secara umum variabel – variabel yang diteliti telah sesuai dengan kebijakan Total Quality Management berdasarkan Deming’s management. Pada kategori visi untuk masa depan perbaikan dilakukan dengan membentuk wadah organisasi yang menampung masukan para karyawan, kategori orientasi pelanggan perbaikan dilakukan dengan mengadakan pelatihan tentang customer oriented. Untuk perbaikan kategori wewenang tertinggi dengan meminta opini secara langsung dan menyediakan kotak saran, perhatian akan kualitas memberikan pengarahan kepada karyawan dalam menjalankan kebijakan Quality Improvement (Perbaikan Kualitas),pada kategori ide baru memberikan sarana untuk para karyawan agar dapat memberi masukan-masukan kepada pengambil keputusan, kategori pengukuran memberikan pelatihan keterampilan dan pemahaman pentingnya kualitas dan untuk kategori penghargaan melakukan penghargaan dengan memberikan penghargaan berupa kenaikan jabatan/gaji. Untuk Kategori komunikasi melakukan workshop dan menerbitkan koran/majalah perusahaan yang memuat informasi tentang perbaikan kualitas dan untuk kategori pelatihan memberikan pelatihan dan pendidikan yang berhubungan dengan pengendalikan kualitas.

Keywords : Manajemen Kualitas, Deming Prize, Continous Improvement Quality, target score


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu perusahaan perlu meningkatkan performansinya terutama dari segi kualitas dalam usaha mempertahankan diri dan bersaing dengan perusahaan lain, karena kualitas merupakan faktor yang penting dalam persaingan era global saat ini. Oleh karena itulah, perusahaan perlu melakukan pengukuran terhadap performansinya sehingga dapat mengetahui dimana posisi perusahaan saat ini, dan bagaimana dapat meningkatkan performansinya tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengetahui persepsi para karyawannya mengenai perusahaan berdasarkan ukuran–ukuran yang telah ditetapkan sehingga perusahaan dapat mengetahui performansinya dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

PT. Temprina Media Grafika terletak di jalan Kebon Agung 45 Surabaya, yang bergerak dalam industri percetakan, proses produksinya berdasarkan pemesanan (Job Order). Sistem manajemen mutu hanya menekan pada upaya peningkatan terus menerus berdasarkan kesadaran mandiri tetapi belum ada pengukuran kualitas secara baku.

PT. Temprina Media Grafika mempunyai misi sebagai berikut menjadikan perusahaan dengan kinerja sehat yang dikelola secara profesional dan inovatif dengan berorientasi pada peningkatan kualitas produk dan pelayanan pelanggan. Secara umum perusahaan ini telah melakukan Quality Control (QC) namun QC


(6)

yang dilakukan perusahaan lebih banyak dititik beratkan pada kualitas produknya dan kualitas yang berfokus pada pelanggan. Dalam perbaikan kualitas tidak hanya pada produk namun juga elemen yang mendukung terciptanya produk itu sendiri, seperti tenaga kerja, mesin dan lain – lain. Pada kualitas produk harus ditunjang oleh kualitas internal perusahaan sehingga dengan sendirinya akan mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Dan hal – hal yang berkaitan dengan kualitas internal perusahaan seperti, komunikasi yang masih kurang, pelatihan terhadap karyawan yang masih kurang, job description yang belum terstruktur, kebanggaan karyawan atas pekerjaan masih perlu ditingkatkan, dan lain – lain yang masih kurang diperhatikan.

Upaya peningkatan kualitas dapat dilakukan dengan penerapan manajemen kualitas terpadu ( Total Quality Management ), salah satunya dengan menggunakan suatu pemantauan yang didasarkan pada Deming Prize. Deming Prize adalah suatu penghargaan yang diberikan pada perusahaan baik itu jasa maupun manufaktur yang berhasil atau sukses dalam menjalankan kriteria – kriteria yang ada dalam Deming Prize, dan selalu mengadakan perbaikan kualitas secara terus – menerus.

Berdasarkan gambaran umum aplikasi Deming diatas, peneliti berusaha membandingkan quality management di perusahaan dengan kategori Deming. Deming Prize memiliki 10 kategori yang dibentuk dari 14 point Deming, yang intinya perusahaan dituntut untuk selalu mengadakan perbaikan akan kualitas secara terus menerus, baik secara eksternal maupun secara internal.


(7)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

“Sebarapa besar kualitas pelaksanaan manajemen perusahaan untuk pencapaian Total Quality Management yang sesuai Deming Prize di PT. Temprina Media Grafika”

1.3. Batasan Masalah

Batasan dari permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain : 1. Pengamatan khusus mengarah pada kualitas internal perusahaan berdasarkan

kategori/ kriteria Deming Prize, dan tidak melibatkan pada kualitas eksternal. 2. Penelitian di lakukan pada juli 2009 hingga selesai.

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk menganalisis kualitas pelaksanaan manajemen perusahaan berdasarkan deming prize.

2. Usulan perbaikan pada kategori-kategori yang tidak memenuhi.

1.5. Asumsi

Adapun asumsi – asumsi yang dibuat berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah :


(8)

1. Data-data internal yang diambil dari data perusahaan dapat dipercaya (data struktur organisasi, job discription, srategi dan target saat ini, dsb).

2. Kondisi tenaga kerja dan peralatan berjalan dengan normal.

3. Kategori/kriteria-kriteria yang terdapat dalam kuesioner sudah baik dan benar dianggap sudah baik (kuisioner dibuat didasarkan atas kategori Deming).

1.6. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari peneilitan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Universitas

- Universitas dapat mengetahui sejauh mana ilmu-ilmu yang telah diberikannya kepada mahasiswa sehingga dapat diaplikasikan kedalam kehidupan nyata.

- Diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang mengadakan penelitian dengan permasalahan yang serupa dan untuk penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang.

2. Bagi perusahaan :

-Mengetahui prosedur kerja yang ada pada deming.

-Perusahaan bagian produksi dan pengawasan mutu dapat merencanakan kriteria dalam Deming Prize atau 14 point deming.


(9)

3. Bagi peneliti :

-Menambah pengetahuan mengenai manajemen kualitas suatu perusahaan, karena peniliti terjun langsung mengamati kejadian riil dilapangan untuk kemudian dibandingkan dengan kategori yang terdapat pada Deming Prize. -Mampu merencanakan suatu kebijakan strategi bagi perusahaan khususnya

bagian produksi dan pemasaran, baik jangka panjang maupun pendek.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan dalam penyajian, penyusunan, dan pembahasan laporan ini, maka penulisan laporan tugas akhir pada PT. Temprina Media Grafika Surabaya, ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas hal-hal yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini, permasalahan yang akan diselesaikan, tujuan, manfaat, dan batasan masalah dari penelitian ini, dan sitematika penulisan laporan tugas akhir ini.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bagian ini menguraikan tentang teori, pendapat pakar, tulisan ilmiah dan sejenisnya yang dibutuhkan untuk mendukung dan memberi landasan konsep berpikir yang kuat dalam penelitian ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan langkah-langkah penelitian, mulai dari tahap rumusan masalah, penilaian kinerja yaitu dari pembagian kuisioner,


(10)

pengolahan dan analisa kuisioner, dilanjutkan dengan perencanaan strategi berdasarkan analisa kecocokan kriteria Deming.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab akan membahas proses pengolahan data dan analisis data (kuisioner) untuk mendapatkan hasil yang diharapkan berdasarkan rumusan yang ada pada bab tinjauan pustaka.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diberikan kesimpulan atas seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan dan akan diberikan saran-saran untuk penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA

2.1. Kualitas

Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karateristik langsung dari suatu produk seperti: performansi (performance), keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (easy of use), estetika (esthetics), dan sebagainya.

Bagaimanapun para manajer dari perusahaan yang sedang berkompetisi dalam pasar global harus memberikan perhatian serius pada definisi strategik, yang menyatakan bahwa : kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the need of customers).

Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary), kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari karateristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau diterapkan. Kualitas seringkali diartikan sebagai konformansi terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance to the requirement) atau kepuasan pelanggan (customer satisfaction).

Dengan demikian kualitas diartikan sebagai segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan dan upaya perubahan ke arah perbaikan terus-menerus sehingga dikenal istilah Q-MATCH (Quality = Meet Agreed Term and Changes).


(12)

Kualitas mengacu pada pengertian pokok sebagai berikut :

1. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu. 2. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau

kerusakan.

Berdasarkan pengertian kualitas, tampak bahwa kualitas selalu berfokus pada pelanggan (customers focused quality). Dengan demikian produk-produk didesain dan diproduksi diberikan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Karena kualitas mengacu kepada segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan, suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat dimanfaatkan dengan baik serta diproduksi (dihasilkan) dengan cara yang baik dan benar.

2.2. Manajemen Kualitas

Pada dasarnya Manajemen Kualitas (Quality Management) didefinisikan sebagai satu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus (continous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan sumber daya manusia dan modal yang tersedia. (Gaspersz, 2003)

ISO 8402 (Quality Vocabulary) mendifinisikan Manajemen Kualitas sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitasn tujuan-tujuan dan tanggung jawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan kualitas (quality


(13)

control), jaminan kualitas (quality assurance) dan peningkatan kualitas (quality improvement). Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top management) dan implementasinya harus melibatkan seluruh anggota organisasi.

Meskipun manajemen kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada dasarnya menejemen kualitas berfokus pada perbaikan terus menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Dengan demikian manajemen kualitas berorientasi pada proses yang mengintegrasikan semua Sumber Daya Manusian pemasok-pemasok (suppliers), dan pelanggan (customer), di lingkungan perusahaan (corporate process), dan bukan suatu kebetulan belaka.

Dr. Joseph M. Juran salah seorang guru dalam manajemen kualitas memberikan definisi tentang manajemen kualitas sebagai suatu kumpulan aktivitas yang berkaitan dengan kualitas tertentu yang memiliki karakteristik (Nasution, 2005) :

1. Kualitas menjadi bagian dan sikap agenda manajemen atas. 2. Sasaran kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis.

3. Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking, fokus adalah pada pelanggan-pelanggan pada kesesuaian kompetisi ; di sana adalah sasaran untuk peningkatan kualitas tahunan.

4. Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan. 5. Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat.

6. Pengukuran ditetapkan seluruhnya.

7. Manajemen atas secara teratur maninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan sasaran.


(14)

8. Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik. 9. Sistem imbalan (reward system) diperbaiki.

Manajemen Kualitas (Quality Management) meninjau di mana ispeksi dilakukan. Beberapa Modus manajemen kualitas antara lain (Hardjosoedarmo, 2004) :

I. Quality by inspection

Tujuan :

1. Mencegah defect atau non-conforming product masuk pasar atau sampai pada pelanggan.

2. Mencegah bahan baku yang buruk masuk proses produksi. Kelemahan :

- Kesalahan baru diketahui pada akhir produksi.

- Umpan balik yang diperlukan untuk analisis persoalan dan pencegahan sering terlambat sampai pada bagian yang membuat kesalahan dan harus membetulkannya.

- Operator tidak peduli terhadap kesalahan yang dilakukan karena sudah ada bagian yang menanganinya.

- Pekerjaan ulang kadang-kadang dilakukan tanpa sepengetahuan bagian yang bertanggung jawab akan kesalahan yang terjadi.

A B C


(15)

II. Quality Control

Para inspektur ditempatkan pada awal dan akhir tiap proses.

Kerugian :

- Membutuhkan lebih banyak inspektur

- Para operator hanya bergantung pada hasil evaluasi inspektor. III. Built-in Quality Control

Inspeksi dilakukan oleh operatornya sendiri. Mereka diberdayakan untuk mencek pekerjaannya sendiri. Pada awal proses ditempatkan inspektur. Dengan cara ini setiap pekerja dimotivasi untuk melakukan pekerjaannya secara benar sejak awal dan bertanggung jawab penuh untuk mencegah defect

pada proses atau operator berikutnya yang berfungsi sebagai internal

customer. Untuk melakukan cara ini secara berhasil maka kecakapan tentang kualitas harus dilatih terlebih dahulu dan juga ditanamkan sikap kualitas. IV. Total Quality

A B C

Supplier I I I I Customer

A+I

Supplier I B+I C+I Customer

A+I


(16)

Di sini seluruh inspektur ditiadakan, termasuk inspektur untuk bahan baku yang masuk. Hal ini dimungkinkan karena ada supplier-customer partership

sehingga supplier dilatih pelanggan tentang quality management. Dengan melatih supplier dan operator untuk melakukan pekerjaannya secara benar sejak awal maka kualitas tinggi dapat dicapai pada seluruh tahap produksi. Dengan modus total quality dan tanpa inspeksi maka akan menurunkan biaya operasi, memperpendek manufacturing lead time dan dapat mengendalikan inventories dengan baik.

2.3. Dimensi Kualitas Produk

Menurut David Garvin (dalam Gaspersz, 2000) dimensi yang digunakan untuk menganalisis karateristik kualitas produk manufaktur adalah sebagai berikut :

1. Performansi (performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu dan merupakan karateristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli produk itu.

2. Feature merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pegembangannya.

3. Keandalan (reliability) berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu dibawah kondisi tertentu. Dengan demikian keandalan merupakan karateristik yang merefleksikan kemungkinan atau probabilitas tingkat keberhasilan dalam penggunaan produk itu.


(17)

4. Konformansi (conformance) berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan berdasarkan keinginan pelanggan. Konformansi merefleksikan derajat dimana karateristik desain produk dan karateristik operasi memenuhi standar yang telah diteteapkan atau disebut konformansi terhadap kebutuhan (conformance to requirement).

5. Durability merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karateristik ini berkaitan ddengan daya tahan dari produk itu.

6. Kemampuan pelayanan (serviceability) merupakan karateristik yang berkaitan dengan kecepatan, keramahan, kesopanan, kompetisi, kemudahan dalam melakukan reparasi, penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika (aesthetics) merupakan karateristik yang bersifat subyektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual. Karateristik ini berkaitan dengan daya tarik produk terhadap panca indera.

8. Kualitas yang dirasakan (perceived quality) bersifat subyektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk itu. Kualitas yang dipresepsikan yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

2.4. Deming Prize

Deming prize adalah suatu penghargaan diberikan pada suatu perusahaan, baik itu jasa maupun manufaktur yang berhasil atau sukses dalam menjalankan kriteria yang ada pada deming prize dan selalu mengadakan perbaikan akan kualitas secara terus-menerus.


(18)

Beberapa penjelasan mengenai Deming Prize antara lain:

a. Deming Prize di Jepang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1951. Deming telah menyebarkan virus di Jepang yang dikenal dengan “wabah Quality control” yang telah membuat negara ini cepat pilih dari situasi krisis. Ia secara khusus dikenal dengan ajarannya tentang Deming PDCA cycle.

(http://valessentia-id.com)

b. Deming Prize, terutama Deming Application Prize yang diberikan kepada perusahaan, yang telah memberikan pengaruh yang sangat besar baik secara langsung atau secara tidak langsung terhadap pengembangan pengendalian kualitas/manajemen.

(http://www.deming.org/demingprize/)

c. Deming Prize: penghargaan yang diberikan setiap tahun kepada suatu organisasi, menurut garis pedoman penghargaan, yang secara sukses diterapkan bagi perusahan luas dengan dasar pengendalian kualitas pada statistikal pengendalian kualitas dan akan terus menerus diberikan sepanjang masa.

(http://www.gkmin.net/download/istilahkualitas/)

Untuk mengenang Dr. Deming yang dikeluarkan oleh The Union of Scientist and Engineering (JUSE). Penghargaan ini dikeluarkan pada tahun 1950 dan diberikan tiap tahun pada perusahaan yang berhasil menerapkan quality control dan management dengan baik. Tiap tahun JUSE memberikan 4 Deming Prize dan satu award yaitu : Deming Award untuk individual yang berjasa pada pengendalian kualitas dan metode statistika serta Deming Aplication Prize untuk


(19)

perusahaan yang melaksanakan dengan baik pengendalian kualitas perusahaannya dan pengendalian mutu statistiknya.

Deming Application Prize untuk perusahaan adalah suatu penghargaan tahunan yang diberikan kepada perusahaan yang telah mencapai suatu tingkatan tertentu (menjalankan prinsip 14 point deming) dalam menerapkan total quality management, tanpa memperhatikan jenis perusahaan, organisasi atau yang biasa disebut divisi, dapat mengajukan permohonannya untuk mendapatkan prize yang terpisah dari perusahaannya. Perusahaan maupun divisi perusahaan yang mengajukan aplikasi akan mendapatkan form aplikasi (kuisioner) dari Deming Application Prize Subcommitte untuk kemudian diisi dan diserahkan kembali kepada pada badan tersebut untuk kemudian dianalisa, apakah perusahaan maupun suatu divisi dalam perusahaan tersebut layak mendapatkan prize atau tidak. Disini tidak ada batasan jumlah penerima penghargaan per tahunnya asalkan perusahaan disini tidak ada batasan jumlah penerima penghargaan maupun divisi perusahaan tersebut mampu memenuhi score yang ditetapkan, akan mendapatkan deming prize.

Seleksi penerimaan itu sendiri dilakukan oleh The Deming Prize Communitte. Mereka menerima usulan nama kandidat-kandidat individual yang dicalonkan baik oleh perusahaan tempat bekerja maupun inisiatif sendiri untuk kemudian diberi form aplikasi (kuisioner). Deadline aplikasi ini adalah tanggal 31 juli tiap tahunnya, tidak ada perbedaan atau pemisahan untuk kandidat yang merekomendasikan oleh perusahaannya maupun yang mendaftar atas inisiatif sendiri. Pertengahan oktober para kandidat mengisi form aplikasi (kuisioner). Penghargaan ini sendiri diberikan oleh Nippon Keizai Shimbun (Japan Economic


(20)

Journal) dan nantinya akan dimuat dalam majalah bulanan yang diterbitkan oleh JUSE yang berjudul “ Total Quality Management And Engineering “. Penyerahan penghargaan ini sendiri pada bulan november dan mendapatkan medali Deming, sertifikat dari Deming Prize Communitte serta hadiah dari Nippon Keizai Shimbun.

Dasar terbentuknya kesepuluh kategori diatas adalah dari nilai-nilai inti dan konsep Deming yaitu 14 point Deming dan Siklus Deming.

Keuntungan dari penerapan model ini adalah : 1. konsisten dalam mengelola system kualitas

2. Fokus pada inovasi, kreatifitas dan nilai tambah pada konsumen.

3. Kebijakan manajemen lebih kepada tujuan jangka panjang dibandingkan dengan pendapatan keuangan tahunan.

4. Berbagai variasi metode dalam mengelola kualitas setiap harinya, seperti penerapan seven tools dan teknik-teknik statistika lainnya.

Keuntungan non teknis lainnya dari Deming Prize adalah diperbolehkannya organisasi perusahaan dari Negara lain selain Jepang untuk menjadi peserta, dan jenis organisasi boleh dari sector industri apapun.

Dr. Deming adalah bapak gerakan total quality management dengan memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan masalah dan pengendalian proses statistic. Deming menganjurkan penggunaan SPC agar perusahaan dapat membedakan penyebab sistematik dan penyebab khusus dalam menangani kualitas. Ia berkeyakinan bahwa perbedaan atau variasi merupakan suatu fakta yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan industri, kontribusi utama yang membuatnya terkenal adalah Deming Cycle, Fourteen Points dan Seven Deadly Diseases.


(21)

2.5. Siklus Deming (Deming Cycle)

Menurut Mardiono (2000) Deming Cycle dikembangkan untuk menghubungkan antara produksi suatu produk dengan kebutuhan pelanggan, dan memfokuskan sumber daya semua departemen (riset, desain, produksi, pemasaran) dalam suatu usaha kerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Gambar 2.1Siklus Deming

(Sumber : Tjiptono & Diana, Total Quality Management, 2003, hal.51)

Tahap-tahap dalam Siklus Deming terdiri dari :

The Deming Cycle

Analyze Do

Act Cheek

Plan

1. Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk (plan).

2. Menghasilkan produk (do)

3. Memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana (cheek) 4. Memasarkan produk tersebut (act)


(22)

5. Menganalisis bagaimana produk tersebut diterima dipasar dalam hal kualitas, biaya, dan kriteria lainnya (analyze)

Ulangi lagi mulai dari langkah perencanaan diikuti dengan pengetahuan yang baru dan ulangi juga langkah pengerjaan, Check, Act, Analyze sampai terbentuk suatu proses peningkatan kinerja dari yang sebelumnya. Siklus deming ini selalu berputar dan tidak akan pernah berhenti, karena perbaikan akan sesuatu tidak akan pernah berhenti demikian pula halnya dengan kepuasan.

Siklus deming ini dikembangkan untuk menghubungkan antara suatu produk dengan kebutuhan pelanggan dan memfokuskan sumber daya semua departemen (riset, desain, produksi, pemasaran) dalam suatu usaha kerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

2.6. Kriteria Deming Prize

Menurut Besterfield (1995) Empat belas point Deming ini merupakan ringkasan dari keseluruhan pandangan W. Edwards Deming terhadap apa yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melakukan transisi positif dari bisnis sebagaimana biasanya sehingga menjadi bisnis berkualitas tingkat dunia.

Keempat belas point Deming terdiri dari :

1. Ciptakan keajegan tujuan dalam menuju perbaikan produk dan jasa, dengan maksud untuk menjadi lebih dapat bersaing, tetap berada dalam bisnis, dan untuk menciptakan lapangan kerja.

2. Adopsilah falsafah baru. Manajemen harus memehami adanya era ekonomi baru dan siap menghadapi tantangan, belajar bertanggung jawab, dan mengambil alih kepemimpinan guna menghadapi perubahan.


(23)

3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi dalam bentuk mutu produk. Bentuklah mutu sejak awal.

Biasanya bila pemeriksaan mutu kualitas dilakukan pada akhir proses, apabila mutu/kualitas produk sudah baik, maka cenderung puas sampai disana. Sedangkan bila mutu kualitas jelek atau cacat, akan susah dicari penyebab cacatnya pada proses bagaimana terjadi cacat karena dilakukannya pengamatan mulai dari awal sampai akhir.

4. Hentikan praktik menghargai kontrak berdasarkan tawaran yang rendah. Harga tidak menentukan apakah produk baik atau tidak. Baik atau tidaknya suatu produk dilihat atau ditentukan dari kualitas produk itu. Untuk melihat produk tersebut berkualitas atau tidak, kita harus mengetahui bagaimana produk itu dibuat atau asal mula produk tersebut.

5. Perbaiki secara konstan dan terus menerus sistem produksi dan jasa, untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas, yang pada gilirannya secara konstan menurunkan biaya.

6. Lembagakan on the job training.

Pembinaan untuk semua organisasi (mulai pimpinan sampai level karyawan paling bawah) sangat diperlukan. Hal ini dilakukan dalam usaha menjaga agar kualitas dapat terjaga dengan baik. Apakah itu kualitas produk ataupun kualitas sumber daya manusia. Karena untuk membentuk kualitas seperti diatas, diperlukan keahlian SDM yang memadai. On the job training sangat diperlukan bagi semua lapisan karyawan mulai level pimpinan sampai pekerja. Hal ini dimaksudkan untuk membiasakan diri atas pekerjaan. Kerja akan lebih mudah untuk dikerjakan lebih baik.


(24)

7. Lembagakan kepemimpinan. Tujuan dari kepemimpinan haruslah untuk membantu orang dan teknologi dapat bekerja dengan lebih baik.

8. Hapuskan rasa takut sehingga setiap orang dapat bekerja dengan lebih baik. 9. Hilangkan dinding pemisah antara departemen sehingga orang dapat bekerja

sebagai suatu team.

10.Hilangkan slogan, desakan, dan target bagi tenaga kerja. Hal-hal tersebut dapat menciptakan permusuhan.

11.Hilangkan kuota dan manajemen berdasarkan sasaran. Gantikan dengan kepemimpinan.

12.Hilangkan penghalang yang dapat merampok kebanggaan karyawan atas keahliannya.

13.Giatkan program pendidikan dan self improvement.

14.Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap orang untuk mengerjakannya.

Deming’s Seven Deadly Diseases ini merupakan ringkasan dari pandangan deming terhadap factor-faktor yang dapat merintangi transformasi menuju bisnis berkualitas tingkat dunia. Ketujuh factor tersebut yaitu :

1. Kurangnya keajegan tujuan yang merencanakan produk dan jasa yang memiliki pasar yang cukup untuk dapat mempertahankan perusahaan dalam bisnis dan menyediakan lapangan kerja.

2. Penekanan pada laba jangka pendek; pemikiran jangka pendek yang didorong oleh ketakutan akan usaha-usaha pengambil alihan dan tekanan dari banker dan pemilik saham untuk menghsilkan dividen.


(25)

3. Sistem pemeriksaan personal bagi manajer dan manajemen berdasarkan sasaran tanpa menyediakan metode-metode atau sumber daya untuk mencapai sasaran tersebut. Evaluasi prestasi, merit ratings, dan penilaian tahunan merupakan bagian dari penyakit ini.

4. Job hopping oleh para manager

5. Hanya menggunakan data dan informasi yang tampak dalam pengambilan keputusan, hanya memberikan sedikit pertimbangan atau bahkan tidak sama sekali terhadap apa yang tidak diketahui atau tidak dapat diketahui.

6. Biaya medis yang terlalu berlebihan.

7. Biaya hutang yang berlebihan, yang dikarenakan pada pengacara yang bekerja berdasarkan tariff kontingensi.

2.7. Kategori Deming Prize

The Deming Prize mempunyai 10 kategori, ke 10 kategori tersebut adalah : 1. kebijakan dan sasaran

Penilaian didasarkan pada kekonsistenan pada kebijakan yang dikeluarkan dan dilakukan top manajemen.

2. Organisasi dan Manajemen

Penilaian didasarkan pada Company Wide Quality Control (CWQC) iorganisasikan, dipromosikan dan diatur.

3. Information Accumulation and Utilization

Penilaian didasarkan pada cara pencarian data eksternal dan internal serta cara penggunaannya.


(26)

4. Standardization

Penilaian didasarkan pada pengaruh prosedur dan praktek.

5. Education dan Dissemination (Human Resources)

Penilaian didasarkan pada cara pelatihan karyawan untuk menerapkan metode statistika.

6. Quality Assurance

Penilaian didasarkan pada penggunaan pengembangan produk, dalam proses dan maintenance.

7. Control (Maintenance)

Penilaian didasarkan pada penggunaan Quality Control Chart dan informasi

Quality Control.

8. Analysis of problems (Improvement)

Penilaian didasarkan pada prioritas usaha. 9. Efektifitas

Penilaian didasarkan pada pengukurannya, peningkatan keuntungannya, peningkatan pangsa pasar, peningkatan kepuasan konsumen.

10. Future Planning

Penilaian didasarkan pada konsistensi rencana jangka panjang dan jangka pendek.

Dasar terbentuknya ke 10 kategori diatas, adalah dari nilai-nilai inti dan konsep deming (yaitu 14 point deming dan siklus deming), dimana dari masing-masing kategori memiliki beberapa item-item. Dari nilai inti dan konsep dan ke 10 kategori diatas, terbagi atas 4 elemen dasar kerangka kerja, yakni :


(27)

1. Keadaan perusahaan secara umum.

Keadaan perusahaan secara umum disini, ingin mengetahui apakah seluruh anggota (karyawan) di organisasi atau perusahaan atau divisi perusahaan mengetahui tempat kerjanya, pengetahuan para karyawan (mulai top manajer sampai lapisan karyawan yang paling bawah) ini meliputi awal dari perusahaan, visi, inovasi, kebijakan kualitas yang diterapkan, keterlibatan top manajemen, aturan penerapan dalam proses quality improvement, dll. Disini dapat diketahui gambaran awal dari perusahaan seperti apa dan dari perbaikan apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan tersebut.

2. Proses kerja yang dapat dilakukan.

Proses kerja yang diamati disini antara lain: job analisis, bagaimana sifat kepemimpinan top manajemen, pelayanan bagaimana yang diberikan oleh customer, tujuan dari divisi perusahaan, rencana kualitas apa yang diterapkan pada divisi perusahaan, evaluasi kerja yang dilakukan, dll.

3. Penerapan manajemen perusahan.

Sebelum menerapkan manajemen, bagaimana yang akan dijalankan oleh perusahaan. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain: alat apa yang digunakan untuk menjalankan manajemen yang baik, bagaimana menganalisa suatu proses, usaha apa yang dilakukan untuk mengembangkan perusahaan, dll. Dari hal-hal diatas, apakah dapat meningkatkan kualitas yang ada di perusahaan. 4. Analisa output perusahaan

Untuk menghasilkan output yang bagus, kita perlu mengetahui aturan kerja atau work flow, kerja dari para karyawan, struktur organisasi yang diharapkan,


(28)

fasilitas yang mendukung proses, training atau pelatihan diharapkan untuk memperbaiki skill para karyawan.

Keempat elemen dasar kerangka kerja diatas dibentuk, pada intinya ingin mengetahui bagaimana penerapan kualitas disuatu organisasi atau perusahaan

Berikut ini adalah scoring untuk masing-masing elemen dasar : 1. Keadaan perusahaan secara umum

Tabel 2.1 Target score untuk keadaan perusahaan

KATEGORI TARGET SCORE

1. Kesadaran akan strategi organisasi 2. Visi untuk masa depan

3. Inovasi

4. Kebijakan kualitas yang diterapkan 5. Value system / etika

6. Keterlibatan pihak top manajemen 7. Komitmen mewujudkan tujuan 8. Aturan peningkatan kualitas 9. Perhatian peningkatan kualitas 10. Struktur peningkatan kualitas 11. Sadar akan produktivitas 12. Sikap / moral

13. Kerjasama 14. Keterlibatan

15. Persepsi lingkungan kerja 16. Interaksi sosial

17. Karakteristik tugas karyawan 18. Konsekuensi pembatas 19. Orientasi pelanggan 20. Komunikasi

3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50

Total (rata-rata score dibagi 20) 3,50


(29)

2. Proses Kerja

Tabel 2.2 Target score untuk proses kerja

KATEGORI TARGET SCORE

1. Job Analysis 2. Wewenang tertinggi 3. Perhatian akan kualitas 4. Kepemimpinan top manajer 5. Aktivitas pelayanan pelanggan 6. Definisi improvement

7. Tujuan unit kerja 8. Tujuan organisasi

9. Rencana penerapan kualitas 10. Renacana Strategi

11. Effisiensi organisasi

12. Investasi/penerapan teknologi 13. Metode/proses peningkatan 14. Ide baru

15. Masukan karyawan 16. Peningkatan yang dicapai 17. Pengukuran

18. Feedback 19. Evaluasi

20. Hasil yang didapat 21. Penghargaan 1,50 1,50 1,70 1,55 1,60 1,60 3,50 3,50 1,50 1,50 3,50 3,50 3,50 3,50 1,40 3,50 1,50 1,40 1,50 1,00 1,50 Total (rata-rata score dibagi 21) 2,12


(30)

3. Manajemen Perusahaan

Tabel 2.3 Target score untuk manajemen perusahaan

KATEGORI TARGET SCORE

1. Definisi tool/alat kerja 2. Assement/penilaian 3. Proses/ukuran analisa 4. Komunikasi

5. Perkembangan organasasi

1,50 1,30 1,50 1,50 1,50

Total (rata-rata score dibagi 5) 1,46

(Sumber : V. Daniel Hunt, Integrating Quality And Business Strategy, 1993, hal.114)

4. Output yang dihasilkan

Tabel 2.4 Target score untuk output yang dihasilkan

KATEGORI TARGET SCORE

1. Aliran kerja/delay 2. Fasilitas

3. Peralatan/equipment 4. Staffing

5. Pemborosan 6. Pelatihan

7. Struktur organisasi/struktur kerja 8. Supply bahan-bahan

9. Survey kualitas pada pelanggan 10. Kuantitatif/jumlah

11. Reliabilitas

3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50

Total (rata-rata score dibagi 11) 3,50


(31)

2.8 Model – Model Kualitas

Selain model Deming Prize, masih banyak konsep-konsep penilaian kinerja yang hampir sejenis dengan deming prize, yaitu sama-sama award ataupun model yang hasilnya memperoleh pengakuan seperti sertifikasi dari lembaga internasional. Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk mencari model yang paling cocok dengan situasi dan kondisi perusahaan, yaitu PT. Lotus Indah Textile Industries Oleh karena itu berikut ini akan dijabarkan 6 model kualitas selain deming prize, berikut dengan penjelasan singkatannya.

Model mana yang memenuhi persyaratan untuk dipilih, perbandingan antar model dan kemudian kenapa model deming prize dipilih dari ke 6 model tersebut, adalah :

1. European Quality Award (EQA)

2. Australian Business Excellent Awards

3. The NASA Quality And Excellence Award

4. ISO 9000 Standarization 5. Malcolm Baldrige Award

6. McCarthy dan Keefe

Adapun masing-masing dari model kualitas diatas memiliki berbagai macam pengertian atau pembahasan yang mungkin dapat dimengerti untuk membedakan klasifikasi antara keenam model tersebut satu persatu.

2.8.1 European Quality Award (EQA)

Pada tahun 1988, 14 perusahaan Eropa Barat memprakarsai terbentuknya

European Foundation For Quality Management (EFQM) dengan focus memperluas kedudukan organisasi-organisasi Eropa Barat di pasar dunia, dengan


(32)

mendorong dan membantu mengembangkan kualitas. Dengan landasan penerimaan kualiats dipakai sebagai strategi untuk menghadapi persaingan global. EFQM didukung oleh Organisasi Eropa untuk kualitas dan Komisi Eropa mensposori pemberian European Quality Award kepada perusahaan yang telah memenuhi criteria yang diperlukan.

European Quality Award terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. The European Quality Prize, diberikan kepada perusahaan yang mampu menunjukkan praktek-praktek manajemen kualitas unggul dan cocok dengan criteria yang ditentukan.

2. The European Quality Award, diberikan kepada para pelamar yang paling sukses.

Misi dari European Quality Award adalah sebagai berikut :

1. Mendukung manajemen perusahaan-perusahaan Eropa Barat dalam mempercepat proses penciptaan kualitas untuk mencapai keunggulan kompetitif global.

2. Merangsang, dan apabila perlu, membantu semua segmen dari masyarakat Eropa Barat untuk berpartisipasi dalam aktivitas perbaikan kualitas serta mengembangkan kultur kualitas.

EQA menciptakan model sistem manajemen kualitas yang diberi nama model keunggulan bisnis Eropa, atau sering disebut sebagai model Kualitas

Eropa. Kerangka kerja dari model kualitas Eropa dapat ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.


(33)

Strategi dan Kebijakan (80) Manajemen Sumber Daya Manusia (80) Sumber Daya (9) P R O S E S (140) Kepuasan Karyawan (90) Kepuasan Pelanggan (200) Dampak pada Masyarakat (6) H A S I L H A S I L B I S N I S (150) K E P E M I M P I N A N M U T U (100)

Gambar 2.2 Model Sistem Kualitas Eropa (Sumber : Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 2001, hal.338)

2.8.2 Australian Business Excellent Awards

The Australian Quality Awards (sekarang dinamakan Business Excellent Awards) dikembangkan secara independent dari Baldrige Award, tahun 1988. penghargaan ini dikelola oleh the Australian Quality Award Foundation, cabang

Australian Quality Council. Empat level penghargaan yang diberikan adalah : 1. The Business Improvement Level, merupakan penghargan bagi perusahaan

Australia yang memperoleh peningkatan kerja dengan level tertentu.

2. The Award Level, merupakan penghargaan bagi perusahaan Australia dengan praktek-praktek terbaik, pengakuan sebagai pemenang atau finalis.

3. The Award Gold Level, terbuka untuk perusahaan yang telah memperoleh penghargaan level 2.


(34)

4. The Australian Business Excellent Prize, terbuka untuk perusahaan yang telah memperoleh penghargaan level 3, merupakan perusahaan yang memiliki praktek-praktek terbaik internasional.

Tabel 2.5 Kategori Australian Business Excellent Awards

ELEMEN EVALUASI KRITERIA POINTS

1.Leadership

Organizational Leadership (80 poin)

Public Responsibility and Citizenship (40 poin)

2. Strategic Planning

2.1 Strategic Developmnent (40 poin) 2.2 Strategy Development (45 poin)

3. Customer and Market Focus

3.1 Customer and Market Knowledge (40 poin) 3.1 Customer satisfaction and relationship (45 poin)

4. Information and Analysis

4.1 Measurement and Analysis of Organizational Performance (50 poin)

4.2 Information Management (40 poin)

5. Human Resources Focus

5.1 Work System (35 poin)

5.2 Employee Education, Training, and Development (25 poin)

5.3 Employee Well-Being and Satisfaction (25 poin)

6. Process Management

6.1 Product and Service Processes (55 poin) 6.2 Business Process (15 poin)

6.3 Support Process (15 poin)

7. Bussiness Result

7.1 Customer-Focused Result (125 poin) 7.2 Financial and Market Result (125 poin) 7.3 Human Resources Result (80 poin)

7.4 Organizational Effectiveness Result (120 poin)

TOTAL POINTS 120 85 85 90 85 85 450 1000 (Sumber : Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 2001, hal.329)

Kriteria penilaian diarahkan pada kepemimpinan, strategi dan perencanaan, informasi dan pengetahuan, people management 9manajemen orang), fokus terhadap konsumen, proses-prose, produk dan layanan, dan hasil-hasil bisnis sebagaimana dituangkan dalam tabel diatas. Dalam model tersebut, kepemimpinen dan fokus terhadap konsumen merupakan pendorong sistem


(35)

manajemen dan pemberi peluang kerja. Strategi, kebijakan dan perencanaan, informasi dan analisis, dan orang-orang merupakan komponen internal sistem manajemen. Kualitas proses, produk dan layanan difokuskan pada bagaimana pekerjaan dilaksanakan untuk mencapai hasil-hasil yang ditetapkan dan perbaikan.

2.8.3 The NASA Quality and Excellence Award

Award khusus ini diperuntukkan untuk industri penerbangan. Nama trophynya mengambil nama dari M.Low yang dikenal sebagai ilmuwan dan pendidik pada tahun 1950 sebagai penghargaan kepada beliau. Award ini diperuntukkkan untuk kontraktor, sub-kontraktor, dan supplier. NASA sebagai penghargaan kepada inovasi dan kesempurnaan mereka.

Tujuan dari Award ini :

1. meningkatkan kewaspadaan terhadap pentingnya kualitas. 2. mendorang majunya bisnis domestik dan persaingan di USA.

3. saling membuka informasi terhadap pengalaman dan metode yang sukses.

2.8.4 ISO 9000 Standardization

ISO 9000 adalah nomor acuan pada suatu sistem seri standar internasional yang menjabarkan kriteria sistem manajemen kualis, yang mulai dipublikasikan sejak tahun 1987 oleh the International Organisation for Standardisation di Jenewa, Swis. pada sub bab ini, tidak akan dijabarkan mengenai ISO 9000 secara detail dan bagaimana proses regrestasinya, namun lebih kepada konsepnya untuk dibandingkan dengan deming prize. Standard Internasional ISO 9000 tidak diatur atau dimonopoli oleh suatu negara tertentu. Setiap negara boleh menjadi badan sertifikasi asalkan dikelola secara professional menurut standard ISO internasional


(36)

dan bersifat independen, dalam arti tidak berbau politik. Sertifikat ISO ini dikeluarkan untuk beberapa lembaga yang berbeda, sehingga mungkin saja suatu perusahaan memperoleh sertifikat ISO dari negara lain.

Pada intinya ISO 9000 lebih menekankan kepada dokumentasi dan kesesuaian (conformity) dengan standard. Dari sekian banyak audit system kualitas seri manajemen ISO 9000, mulai ISO 9000 – 14.000 mengenai lingkungan, semuanya mempunyai system penilaian yang sama, yaitu suatu organisasi akan memperoleh sertifikat (dari lembaga yang berwenang) apabila dokumentasi system kualitasnya sesuai dengan standard yang berlaku dan operasionalnya juga sejalan dengan persyaratan yang dibutuhkan.

Dengan mendapatkan sertifikat ISO ini suatu organisasi dapat membuktikan bahwa dirinya sudah memenuhi persyaratan standard untuk melayani konsumen, demikian pula hubungan dengan supplier yang berarti barang yang dibeli sudah diuji sesuai dengan persyaratan yang diminta, sehingga disini dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menjalankan proses standarisasi ISO 9000 ini, organisasi ini akan menjadi lebih disiplin dalam menjalankan organisasi mereka.

2.8.5 Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA)

Malcolm Baldrige National Quality Award yang disingkat MBNQA adalah system manajemen kualitas formal yang berlaku di Amerika Serikat. MBNQA diciptakan sebagai penghormatan kepada Malcolm Baldrige, Commerce Departement Secretary, yang meninggal pada tahun 1987. The Baldrige Awards


(37)

mempromosikan beberapa karakteristik penting. Menurut Tummala dan Tang (1996), ketiga karakteristik penting tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kesadaran akan pentingnya kualitas sebagai suatu elemen kemampuan bersaing (awarness of quality to increase competitiveness)

2. Pengertian akan pentingnya keunggulan kualitas (understanding the requirement for excellence in quality).

3. Berbagi informasi mengenai strategi kualitas dan manfaat dari pelaksanaan strategi kualitas yang sukses yang diterapkan oleh organisasi atau perusahaan. (sharing the information and benefits derived from successful quality strategies that are employed by companies)

Kategori organisasi bisnis yang bias memperoleh MBNQA terdiri dari : 1. Perusahaan manufaktur

2. Perusahaan jasa 3. Perusahaan kecil

Namun mulai tahun 2001 sampai saat ini, partisipan ditambah 2 kategori lagi sehingga total ada 5 kategori arganisasi yaitu : institusi pendidikan, organisasi kesehatan.

Sistem penilaian manajemen kualitas MBNQA berdasarkan tiga tahapan proses penilaian, yaitu :

1. Evaluasi menggunakan pertanyaan tertulis

2. Visitasi ke perusahan-perusahaan yang memperoleh skor tertinggi berdasarkan evaluasi tertulis

3. Penilaian akhir setelah melakukan cek silang antara evaluasi dan visitasi untuk menentukan pemenang MBNQA


(38)

.

Sistem perspektif kerangka kerja Baldrige Criteria :

Customer

Gambar 2.3 Kategori Pengujian (Hubungan Dinamis) Baldrige (Sumber : Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 2001, hal.325)

2.8.6 McCarthy dan Keefe

McCarthy dan Keefe ( 1999 ) membuat suatu pengembangan terhadap kriteria – kriteria kualitas organisasi. Penelitian McCarthy dan Keefe dilakukan dengan mengintegrasikan kriteria Baldrige dan penelitian – penelitian sebelumnya yang relevan mengenai kualitas performansi organisasi. Kriteria – kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel 2.6

Tabel 2.6 Dimensi Kualitas Performansi Organisasi

McCarthy& Kriteria Corts& Porras& Burke& McCarthy Keefe(1999) Baldrige Gowing Robertson Litwin

(McCarthy (McCarthy (McCarthy (McCarthy (McCarthy &Keefe, &Keefe, &Keefe, &Keefe, &Keefe,

1999) 1999) 1999) 1999) 1999) Planning Strategic Planning Planning Organizing Mission& Planning - Mission Clarity - Vision Strategies - Vision/Mission

- Strategic Planning/ - Goal and - Goals/Strategies

goal setting strategics

Culture Culture Culture - C

orientation satisfaction Orientation ustomer Customer focus& Client

- Quality Leadership Leadership

improvement leadership

Management Of Human Resources Human Management Management of

Workforce development and resources workforce

Management management

( HRD & M )

Workforce quality Individuals Workforce quality

and training skills/abilities

- Support for work& Individuals

personal life quality needs/values

- Workforce Motivation Motivation

Leadership - Vision - Policy - Involvment - Management (100%) Quality System - Information (7%) - Strategic Plan (6%) - Human resource (15%) - Quality assurance (14%)

Quality Result - Improved quality - Lower cost - Productivity

gaines (18%)

Satisfaction

Market succes


(39)

McCarthy& Kriteria Corts& Porras& Burke& McCarthy Keefe(1999) Baldrige Gowing Robertson Litwin

(McCarthy (McCarthy (McCarthy (McCarthy (McCarthy &Keefe, &Keefe, &Keefe, &Keefe, &Keefe,

1999) 1999) 1999) 1999) 1999)

motivation

- Rewards / Rewards System System Management

recognition processes

- Participate Management style Management leadership/decision (cont.) – organizing practices

making structure

System Processes Process management Team focus Organizing System (cont.)+ structure(cont.) - structure+climate interaction process

+informal networks - Within – unit

coordination

- Between – unit Cros - functional

coordination coordination

- Fairness&treatment HRD & M System+Climate Management of other ( continue ) +Value (cont.) processes(cont.)

Performance Informantion and Evaluating System (cont.) Communication

Measurement and Analysis Business systems

Feedback Results - Evaluation

Outcomes HRD&M(cont.) - Job satisfaction Team focus

(continue)

- Organizational commitment

- Locus of control/ Empowerment empowerment

(Sumber : Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 2001, hal.342)

a. Planning

Dimensi pertama, adalah Planning. Dimensi Planning ini merupakan misi organisasi dan perencanaan perusahaan dalam melakukan pengembangan terhadap kualitas organisasinya secara keseluruhan.

b. Culture

Dimensi utama kedua, Culture, timbul dari pengakuan bahwa kualitas membutuhkan sebuah integrasi dari perilaku / sikap individu engan konteks budaya dalam organisasi. Budaya yang ada dalam organisasi akan sangat mempengaruhi kualitas performansi organisasi tersebut karena budaya ini akan mempengaruhi cara kerja karyawan dalam bekerja.


(40)

c. Management of the Workforce

Management of the Workforce merupakan pengelolaan perusahaan terhadap para karyawannya dari segala segi yang dibutuhkan karyawannya

d. System Processes

System Processes merupakan dimensi utama lainnya yang sesuai dengan

Proses Management dalam kriteria Baldrige. Dimensi ini merupakan proses – proses yang berlangsung dalam perusahaan dalam usahanya memenuhi kebutuhan konsumen.

e. Performance Measurement and Feedback

Dimensi utama lainnya adalah Performance Measurement and Feedback.

Dimensi ini merupakan cara perusahaan mengukur dan mengevaluasi performansinya dengan menerima dan memanfaatkan masukan dari karyawan dan konsumen.

f. Outcomes

Outcomes yang merupakan dimensi kualitas lainnya yang dikembangkan oleh McCarthy dan Keefe ( 1999 ) merupakan hasil dari proses – proses yang selama ini ada dalam perusahaan.

Inti dari dimensi – dimensi pengukuran kualitas performansi tersebut merupakan jawaban atas pertanyaan dasar, “ apa yang dibutuhkan perusahaan untuk cukup mengerti mengenai kualitas performansi perusahaan ? “.


(41)

2.9 Evaluasi Pemilihan Konsep Deming Prize

Setiap award / model kualitas pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan, tergantung pada persepsi, diskripsi dan penerapannya didalam suatu organisasi. Hal ini sangat dimungkinkan karena manajemen dan kebijakan setiap organisasi pasti berbeda meskipun jenis organisasinya sama.

Salah satu kelebihan The deming prize yang sesuai dengan pernyataan diatas, tertulis dalam karakteristik kriteria tersebut yaitu “ The criteria are non prespective and adaptable “ yang berarti bahwa meskipun the deming prize mempersyaratkan results-oriented namun kriteria ini tidak mengharuskan :

- Penggunaan metode, teknik, teknologi, sistem, pengukuran/persyaratan awal tertentu. Fokusnya adalah pada hasil, bukan pada prosedur, metode/struktur organisasi sehingga yang diutamakan adalah pengembangan pendekatan yang kreatif, adaptif dan fleksibel. Pemilihan dengan teknik, sistem dan metode tersebut tergantung pada tipe dan ukuran bisnis organisasi, kemampuan dan tanggung jawab dari personelnya.

- Suatu organisasi harus mempunyai departemen kualitas, departemen perencanaan atau sejenisnya.

- Bagaimana suatu organisasi harus berbentuk (struktur organisasi).

- Beberapa unit dalam suatu organisasi harus dikelola dengan prosedur yang sama.

Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis tidak membandingkan mana metode yang terbaik dan mana yang jelek, namun lebih kepada perbandingan letak kelebihan dan ketidaksesuaian (bukan kelemahan) yang sekali lagi


(42)

(penekanannya) lebih tergantung pada suatu penerapannya pada pengukuran kinerja di jenis organisasi apapun nantinya.

Karena penulis beranggapan bahwa yang paling penting adalah kemauan dan kerja keras dari pihak manajemen organisasi untuk selalu melakukan perbaikan terus menerus (continuous improvement) dan selalu meningkatkan kualitas kinerjanya, baik terhadap konsumen maupun hasil-hasil bisnis lainnya.

Namun karena pada penelitian tugas akhir ini, penulis menggunakan konsep dan prosedur dari The Deming Prize, maka berikut akan diberikan alasan kenapa dipilih model tersebut beserta perbandinagan the deming prize dengan 2 model kualitas lainnya yaitu Baldrige Award (MBNQA) dan ISO 9000. Kenapa kedua model ini ? karena seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, kedua model ini mempunayai data dan informasi yang cukup lengkap untuk dibandingkan dengan deming prize.

2.9.1 The Deming Prize dan MBNQA

Tabel 2.7 Perbandingan MBNQA dan Deming Prize

Pembanding BALDRIGE AWARD DEMING PRIZE Tujuan

Fokus Untuk

Waktu

Mendorong perusahaan untuk belajar sharing dalam persaingan secara nasional.

Kepuasan konsumen.

Terbatas hanya untuk perusahaan USA

Siklus 1 tahunan, diperbarui setelah 5 tahun.

Penghargaan diberikan kepada perusahaan yang secara kontinyu menjalankan pengawasan kualitas.

Metode statistik.

Individu, perusahaan dan bagiannya / perusahaan berskala kecil.

2-5 tahun, persiapan bersama JUSE.


(43)

Pembanding BALDRIGE AWARD DEMING PRIZE Sharing

Informasi

Penerima

Penilaian

Pemenang diminta untuk sharing informasi mengenai kualitas dengan perusahaan lain

Max 2 penghargaan / perkategori.

Tidak ada kesamaan penilaian, aplikasi ditinjau oleh 5-15 anggota dewan, kunjungan ke lokasi dilakukan dan bukti usaha improvement harus disiapkan.

Penyebaran informasi sukarela dan minimal

Siapa saja yang memenuhi kriteria. Bagi yang belum

memenuhi dilakukan perpanjangan 2x dalam masa 3

tahun.

Ujian / peninjauan dilakukan oleh para senior yang dipilih anggota JUSE

(Sumber : Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 2001, hal.355)

Dari tabel diatas, perbedaan yang paling mencolok adalah pada point tujuan dan fokus. Tujuan dari MBNQA lebih menekankan pada sharing informasi dalam persaingan skala nasional (USA), sedangkan pada Deming Prize memiliki tujuan utama yaitu menjalankan kualitas secara kontinyu, tanpa memperhatikan perusahaan lain (tidak melakukan sharing). Memperhatikan perusahaan lain hanya sebatas benchmarking untuk memperbaiki diri sendiri. Sedangkan pada point fokus, MBNQA lebih menekankan pada kepuasan konsumen, sedang pada Deming Prize fokusnya adalah menerapkan dasar-dasar metode statistik untuk meningkatkan kinerja perusahaannya.

Dari dua perbedaan tersebut diatas, penulis mencoba mencocokkan dengan kondisi perusahaan tempat penelitian berlangsung. Perusahaan ini umumnya memasarkan langsung hasil produknya ke pasaran, dan perusahaan sejenis yang


(44)

ada di Indonesia relatif banyak. Jika dilihat dari tujuan MBNQA yang lebih mengutamakan sharing, perusahaan justru lebih tertutup dalam menjalankan proses produksinya. Sebenarnya untuk semua perusahaan yang ada di Indonesia, baik itu manufaktur atau jasa cenderung menutup diri, hal ini bisa dikarenakan satu alasan yang klasik yakni takut ditiru. Ketakutan tersebut sangat beralasan untuk perusahaan yang ada di negara berkembang (Indonesia khususnya), karena dengan teknologi yang pas-pasan akan sulit bersaing dengan perusahaan yang lebih maju. Untuk itulah maka penulis lebih memilih tujuan Deming Prize yaitu meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara menjalankan kualitas secara kontinyu.

2.9.2 The Deming Prize dan ISO 9000

Tabel 2.8 Perbandingan Deming Prize dengan ISO 9000

Pembanding

DEMING PRIZE ISO 9000

Tujuan Fokus Untuk Waktu Sharing Informasi Penerima Penilaian

Penghargaan diberikan kepada perusahaan yang secara kontinyu menjalankan pengawasan kualitas. Metode statistik.

Individu, perusahaan dan bagiannya / perusahaan berskala kecil.

2-5 tahun, persiapan bersama JUSE. Penyebaran informasi sukarela dan minimal

Siapa saja yang memenuhi kriteria. Bagi yang belum memenuhi dilakukan perpanjangan 2x dalam masa 3 tahun.

Ujian / peninjauan dilakukan oleh para senior yang dipilih anggota JUSE

Menjamin pembeli akan produk yang dibelinya.

Kesesuaian dalam praktek. Perusahaan, divisi dan fasilitas diseluruh dunia.

6-12 bulan, tergantung dari kapan mulainya.

Tidak punya kewajiban untuk menyebarkan informasi kepada yang lain.

Perusahaan dilibatkan dalam perdagangan internasional untuk dapat diakui sebagai anggota EC (european commitee)

Menilai kualitas secara manual seperti dokumen kerja, audit tempat apakah ada kesesuaian kualitas/tidak.


(45)

Dari perbandingan diatas perbedaannya paling mencolok diantara keduanya adalah pada point penerima dan penilaian. Pada Deming, penerimaan bisa siapa saja, apakah individu, organisasi sedangkan pada ISO 9000 hanya pada perusahaan-perusahaan saja yang diakui keberadaannya oleh dunia internasional. Dari point ini, keikutsertaan perusahaan dalam ISO 9000 cenderung bersifat adanya keterpaksaan agar perusahaan bisa diakui oleh dunia internasional, dengan begitu produk yang ditawarkan memiliki nilai jual yang tinggi (profit oriented). Sedangkan pada Deming Prize cenderung bersifat sukarela, tidak adanya paksaan yang bersifat profit oriented (pada dasarnya model Deming tidak menganut profit oriented). Jadi perusahaan maupun individu yang ingin mengajukan Deming Prize, disebabkan karena mereka ingin mengetahui kinerja mereka sampai dimana dan penghargaan ini bisa menjadi prestisius sendiri.

Pada point penilaian, untuk Deming Prize dilakukan oleh beberapa anggota senior JUSE dengan cara meninjau langsung kinerja perusahaan, memberi lembar kuisioner dan dilakukan secara bertahap. Sedangkan pada ISO 9000, penilaian dilakukan atas dasar dokumen yang ada diperusahaan, jadi penilaian berdasarkan atas data / dokumen perusahaan bukan tinjauan langsung bagaimana keadaan perusahaan yang sebenarnya. Dari penelitian dilakukan sekali, apabila sesuai langsung mendapatkan sertifikat ISO 9000.

Berikut konsep dasar pada Deming Prize yang tidak terdapat pada ISO 9000 : 1. Proaktif dalam perbaikan terus menerus.

2. Keterlibatan semua pihak (mulai pimpinan sampai karyawan) dalam usaha peningkatan kualitas.


(46)

4. Komunikasi, kerja tim, serta tidak adanya perbedaan antara karyawan dan top manajemen.

5. Adanya faktor tidak puas akan kualitas yang ada sekarang. Konsep dasar pada ISO 9000 yang tidak terdapat pada Deming Prize :

1. Pengendalian dokumen. 2. Identifikasi produk.

3. Waktu kerja, kerja standart.

4. Penerimaan, inspeksi akhir dan ujian persyaratan. 5. Pengendalian pada bahan baku yang tidak sesuai.

Pada dasarnya sistem penilaian pada ISO 9000 lebih banyak pada evaluasi kualitas manual dan dokumen kerja dari organisasi. Audit untuk mengetahui sampai berapa kesesuaiannya standart operasi dan prosedur (SOP) kerja, dan kelengkapan sistem dokumentasi sistem kualitasnya. Oleh karena itu regrestasi pada ISO 9000 tidak berpatokan pada results-oriented ataupun suatu proses perbaikan. Yang dipentingkan adalah mencegah terjadinya ketidaksesuaian pada seluruh tahap, mulai dari proses sampai dengan kemasan yang diberikan. Dari uraian diatas sebenarnya model ISO 9000 pun sebenarnya bisa diterapkan pada penelitian ini, namun karena penerapannya lebih kepada kesesuaian dengan standart dan dokumentasi, bukan pada perbaikan dan kekuatan internal perusahaan seperti yang diinginkan untuk ditunjukkan pada penelitian ini, maka penulis bersama dengan pihak manajemen PT. Lotus Indah Textile Industries menganggap bahwa untuk perencanaan strategi kedepan yang diutamakan adalah analisa penilaian kinerja, khususnya kinerja internal dan penilaian ini membutuhkan sistem penilaian dengan point-point yang jelas dan bukan terpaku


(47)

pada regrestasi. Oleh karena itulah maka dipilih Model Deming Prize sebagai model dasar penelitian tugas akhir ini.

2.11 Penarikan Sampel

Penarikan sampel adalah suatu usaha pengambilan data statistic dari sebagian anggota populasi. Penarikan sample dilakukan apabila ukuran populasi yang terlalu besar sehingga dengan penariakn sample kita dapat menghemat waktu, dan biaya serta dapat menghindari percobaan yang bersifat merusak.

Penarikan sample ini dibedakan menjadi :

 Penarikan sample probabilitas

 Penarikan sample non probabilitas

2.11.1 Sampel Probabilitas

Dalam penarikan sample probabilitas setiap unsur populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sample. Sample ini mempertimbangkan perbedaan antara nilai populasi yang akan diteliti. Macam-macam sample probabilitas disini antara lain :

a. Pengambilan Sample Acak Sederhana

Pengambilan sample pada metode sample acak sederhana dilakukan sademikian rupa sehingga tiap satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sample. Apabila besar populasi adalah P, sedang unsur dalam sample atau sample size adalah p, besar kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk dapat dipilih dalam sample adalah P/p.


(48)

b. Pengambilan Sample Sistematis

Pengambilan sample sistematik adalah metode pengambilan sample, dimana hanya unsure pertama saja dari sample yang dipilih secara acak, sedangkan unsure-unsur selanjutnya dipilih secara sistematik menurut pola tertentu. c. Pengambilan Sampel Acak distrafikasi

Pada penarikan sample acak distrafiksi ini penarikan sample dilakukan dengan membagi populasi yang diteliti ke dalam strata-srata yang seragam, dan dari setiap strata dilakukan pengambilan sample secara acak.

d. Pengmbilan Sample Gugus Sederhana

Dalam penarikan sample gugus sederhan ini, populasi digolongkan kedalam gugus-gugus yang disebut cluster dan dari cluster ini akan dilakukan pengambilan sample. Jumlah gugus yang diambil harus asak, kemudian unsur-unsur penelitian dalam gugus tersebut harus diteliti semua.

e. Penarikan Sampel Gugus Bertahap

Dalam penarikan sample gugus bertahap ini populasi dibagi dalam gugus-gugus yang merupakan satuan dimana sample akan diambil. Pengambilan sample dilakukan melewati tahap-tahap tertentu. Pada aplikasinya populasi dibagi dalam gugus tingkat pertama, kemudian dari gugus tingkat pertama ini dibagi lagi dalam gugus-gugus tingkat kedua,dan gugus tingkat kedua ini kemudian masih dibagi lagi dalam gugus-gugus tingkat selanjutnya.

2.11.2.Sample Non Probabilitas

Yang termasuk metode penarikan sample non probabilitas adalah Purpsive Sampling, yaitu metode penarikan sample dimana sample dipilih berdasarkan


(49)

pertimbangan peneliti bahwa unit atau unsur penarikan sample tersebut akan dapat membantu menjawab pertanyaan riset yang sedang dikerjakan. Pada penarikan jenis sample non probabilitas ini, unsur dari suatu populasi memiliki peluang yang berbeda untuk terpilih menjadi sample untuk data metode ini dipertimbangkan yang menjadi sample hanya orang-orang yang dianggap ahli

2.12. Pengujian Data 2.12.1 Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur ( test ) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu test dapat dikatakan mempunyai validitas yang sangat tinggi apabila test tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dikenakannya tersebut.

Berkaitan dengan validitas, Arikunto (1995) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesalahan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Masalah validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Definisi yang paling lazim mengenai validitas tercerminkan dalam pertanyaan: Apakah kita benar-benar mengukur apa yang ingin kita ukur? Dalam pertanyaan ini yang ditekankan adalah apa yang sedang diukur (Kerlinger, 1986).

Suatu test yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai test yang memiliki validitas rendah. Sisi lain yang sangat penting dalam konsep validitas adalah kecermatan


(50)

pengukuran (Metodologi Penelitian, 2002). Suatu test yang validitasnya tinggi tidak saja akan menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, akan tetapi juga dengan kecermatan tinggi.

Untuk melakukan pengujian validitas, cara yang paling sering dilakukan adalah dengan menggunakan korelasi Product moment, yang rumusnya adalah sebagai berikut :

 

  2 2 2 2 Y Y n X X n Y X y x n rhitung Dimana :

r hitung = Koefisien korelasi ΣXi = Jumlah skor item ΣYi = Jumlah skor total n = Jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

2 1 2 r n r thitung    Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden.


(51)

2.12.2 Realibilitas

Pengertian reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. (www.pasca-unsoed.or.id)

Definisi lain menyatakan bahwa reliabilitas atau keterandalan merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk menilai apakah alat ukur yang digunakan mampu memberikan nilai pengukuran yang konsisten, atau dengan kata lain reliabilitas merupakan peluang mendapatkan hasil yang sama pada pengukuran yang dilakukan berulangkali. (http://ilmustatistik.org/node.13)

Reliabilitas yang diterjemahkan dari kata reliability, mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas disebut sebagaai reliable. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, konsistensi, kestabilan dan sebagainya namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya. Artinya hasil ukur adalah dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama, kalau aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Pengertian relative menunjukkan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil pengukuran. Bila perbedaan-perbedaan itu besar dari waktu ke waktu, maka hasil pengukuran itu tidak dapat dipercaya atau tidak reliabel.

Teknik yang digunakan untuk uji reliabilitas dalam penelitian ini adalah metode Spearman-Brown. Secara matematis, pengukurannya dapat dinyatakan sebagai berikut :

b

b

r r r

 

1 2


(52)

Dimana :

r11 = Koefisien reliabilitas internal seluruh item

= Korelasi Product Moment antar belahan (ganjil-genap) atau (awal- akhir).

b

r

2.13 Deskripsi Dengan Ukuran Numerik Pada Deming Prize.

Ukuran Tendensi Sentral.

Ukuran Tendensi Sentral adalah suatu ukuran yang mengukur tendensi suatu himpunan data yang mengelompok atau memusat dalam nilai numerik tertentu yaitu dengan menggunakan rata-rata.

Rata-rata hitung (arithmatic mean ) atau sering hanya disebut rata-rata, suatu himpuna data kuantitatif adalah menjumlahkan seluruh data dibagi dengan banyaknya data yang ada. Secara matematik, rata-rata adalah :

n x x

n

i i

     

1

Artinya rata-rata dihitung dari penjumlahan tiap data, dari x1 hingga xn ,

dibagi banyaknya data ( n ) yang ada. (Sumber : Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, 2003).


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Temprina Media Grafika Surabaya. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2009 hingga data-data yang dibutuhkan mencukupi.

3.2. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu :

1. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kinerja manajemen itu sendiri.

2. Variabel Bebas

Variabel merupakan segala sesuatu yang mempunyai variasi nilai yang terukur. Pada penelitian ini, variabel yang diteliti adalah yang mengarah pada internal perusahaan dan disesuaikan dengan kondisi/kemampuan perusahaan. Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel yang diambil dari kategori Deming Prize adalah sebagai berikut :

1. Keadaan perusahaan secara umum

Keadaan perusahaan secara umum disini, ingin mengetahui apakah seluruh anggota (karyawan) di organisasi atau perusahaan atau divisi perusahaan


(54)

mengetahui tempat kerjanya, pengetahuan para karyawan (mulai top manajer sampai lapisan yang paling bawah) ini meliputi awal dari perusahaan, visi, inovasi, kebijakan kualitas yang diterapkan, keterlibatan top manajemen, aturan penerapan dalam proses quality improvement, dll. Disini dapat diketahui gambaran awal dari perusahaan seperti apa dan dari perbaikan apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan tersebut.

2. Proses kerja

Proses kerja yang diamati disini antara lain: job analisis, bagaimana sifat kepemimpinan top manajemen, pelayanan bagaimana yang diberikan oleh customer, tujuan dari divisi perusahaan, rencana kualitas apa yang diterapkan pada divisi perusahaan, evaluasi kerja yang dilakukan,dll.

3. Manajemen perusahaan

Sebelum menerapkan manajemen, bagaimana yang akan dijalankan oleh perusahaan. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain: alat apa yang digunakan untuk menjalankan manajemen yang baik, bagaimana menganalisa suatu proses, usaha apa yang dilakukan untuk mengembangkan perusahaan, dll. Dari hal-hal diatas, apakah dapat meningkatkan kualitas yang ada di perusahaan. 4. Output yang dihasilkan

Untuk menghasilkan output yang bagus, kita perlu mengetahui aturan kerja atau work flow, kerja dari para karyawan, struktur organisasi yang diharapkan, fasilitas yang mendukung proses, training atau pelatihan diharapkan untuk memperbaiki skill para karyawan.


(55)

3.3. Metode Pengambilan Sampel

Dalam pengambilan sampel harus berhati – hati dan memenuhi aturan dalam pemilihan sampel, apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%. ( Sonny Sumarsono, 2004 : 81-82)

Maka jumlah responden : n25%N

N = Jumlah karyawan keseluruhan n = Jumlah responden / jumlah data

Jumlah sample / responden yang didapatkan harus lebih dari 30, karena memang dengan pertimbangan ukuran sampel tersebut dapat memberikan ragam sampel yang telah stabil sebagai pendugaan ragam populasi. (Sugiarto, dkk, 2003: 10).

3.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

a. Data Primer

Yaitu data riil yang dapat diperoleh dari hasil pengamatan atau pengukuran secara langsung terhadap suatu objek dari penelitian yang dilakukan. Yang antara lain dapat dikumpulkan melalui :


(56)

1. Wawancara

Proses pengumpulan data dengan cara menanyakan langsung mengenai masalah atau data yang diperlukan dengan bantuan daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti untuk responden.

2. Observasi

Metode pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung aktivitas pada objeknya.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian, melainkan telah tersusun dalam bentuk dokumen/catatan tertulis yang telah dimiliki oleh perusahaan. Yang antara lain terdiri dari :

1. Struktur organisasi beserta job descriptionnya. 2. Data manajemen, strategi, dan target saat ini, dsb.

3.5. Metode Analisis Data

Tahap analisa data merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian ini, yang menggunakan metode Deming Prize. Pada tahap ini, score yang didapat dari pengisian kuisioner kemudian dicocokan dengan target score pada Deming`s management. Dari sini akan diketahui apakah sudah sesuai atau belum dengan kriteria Deming Prize dan akan mengetahui kekurangan apa saja yang dimiliki perusahaan.


(57)

Secara garis besar kuisioner terdiri dari empat bagian sebagai berikut : a. Keadaan perusahaan, 20 karegori dan terdapat 25 pertanyaan :

KATEGORI TARGET SCORE

1. Kesadaran akan strategi organisasi 2. Visi untuk masa depan

3. Inovasi

4. Kebijakan kualitas yang diterapkan 5. Value system / etika

6. Keterlibatan pihak top manajemen 7. Komitmen mewujudkan tujuan 8. Aturan peningkatan kualitas 9. Perhatian peningkatan kualitas 10. Struktur peningkatan kualitas 11. Sadar akan produktivitas 12. Sikap / moral

13. Kerjasama 14. Keterlibatan

15. Persepsi lingkungan kerja 16. Interaksi sosial

17. Karakteristik tugas karyawan 18. Konsekuensi pembatas 19. Orientasi pelanggan 20. Komunikasi 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50

Total (rata-rata score dibagi 20) 3,50

(Sumber : V. Daniel Hunt, Integrating Quality And Business Strategy, 1993, hal.110)

b. Proses kerja, 21 kategori dan terdapat 39 pertanyaan :

KATEGORI TARGET SCORE

1. Job Analysis 2. Wewenang tertinggi 3. Perhatian akan kualitas 4. Kepemimpinan top manajer 5. Aktivitas pelayanan pelanggan 6. Definisi improvement

7. Tujuan unit kerja 8. Tujuan organisasi

9. Rencana penerapan kualitas 10. Renacana Strategi

11. Effisiensi organisasi

12. Investasi/penerapan teknologi 13. Metode/proses peningkatan 14. Ide baru

15. Masukan karyawan 16. Peningkatan yang dicapai 17. Pengukuran

18. Feedback 19. Evaluasi

20. Hasil yang didapat 21. Penghargaan 1,50 1,50 1,70 1,55 1,60 1,60 3,50 3,50 1,50 1,50 3,50 3,50 3,50 3,50 1,40 3,50 1,50 1,40 1,50 1,00 1,50

Total (rata-rata score dibagi 21) 2,12


(58)

c. Manajemen perusahaan, ada 5 kategori dan terdapat 7 pertanyaan :

KATEGORI TARGET SCORE

1. Definisi tool/alat kerja 2. Assement/penilaian 3. Proses/ukuran analisa 4. Komunikasi

5. Perkembangan organasasi

1,50 1,30 1,50 1,50 1,50

Total (rata-rata score dibagi 5) 1,46

(Sumber : V. Daniel Hunt, Integrating Quality And Business Strategy, 1993, hal.114)

d. Analisa output perusahaan, ada 11kategori dan terdapat 11 pertanyaan :

KATEGORI TARGET SCORE

1. Aliran kerja/delay 2. Fasilitas

3. Peralatan/equipment 4. Staffing

5. Pemborosan 6. Pelatihan

7. Struktur organisasi/struktur kerja 8. Supply bahan-bahan

9. Survey kualitas pada pelannggan 10. Kuantitatif/jumlah 11. Reliabilitas 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50

Total (rata-rata score dibagi 11) 3,50

(Sumber : V. Daniel Hunt, Integrating Quality And Business Strategy, 1993, hal.116)

Dalam kuisioner ini terdapat enam alternatif jawaban dengan score tertinggi adalah 6 dan score terendah adalah 1.

Adapun pilihan jawaban sebagai berikut :

- Pilihan 1 adalah Sangat Tidak Setuju (STS) dengan score 1 - Pilihan 2 adalah Tidak Setuju (TS) dengan score 2

- Pilihan 3 adalah Agak Tidak Setuju (ATS) dengan score 3 - Pilihan 4 adalah Agak Setuju (AS) dengan score 4

- Pilihan 5 adalah Setuju (S) dengan score 5

- Pilihan 6 adalah Sangat Setuju (SS) dengan score 6

Untuk mengetahui cocok atau tidaknya penerapan manajemen menurut Deming, perlu observasi ulang ke lapangan untuk melihat kebijakan Total Quality Management (TQM) sebelumnya dengan kondisi riil di lapangan. Data hasil kuisioner akan diolah dengan :


(1)

. Perbaikan yang dilakukan, perusahaan memberikan pelatihan dan pendidikan yang berhubungan dengan pengendalian kualitas, untik meningkatkan kualitas para karyawan

4.6.2 Rangkuman Hasil Pembahasan

Berdasarkan pembahasan diatas diperoleh kategori – kategori yang perlu ditingkatkan sebagai berikut :

4.14 Score untuk Keadaan Organisasi Secara Umum

No Kategori Score

perusahaan Target score Keterangan perlu diperbaiki/tidak Usulan Perbaikan

1. Visi untuk masa depan 3,34* 3,50 Perlu diperbaiki

Membentuk wadah organisasi yang menampung masukan

karyawan 2. Orientasi Pelanggan 3,44* 3,50 Perlu diperbaiki

Pelatihan karyawan tentang pemahaman Orientasi

Pelanggan

Tabel 4.11 Score Untuk Proses Kerja Yang Dilakukan

No Kategori Score

perusahaan Target score Keterangan perlu diperbaiki/tidak Usulan Perbaikan

1. Wewenang Tertinggi 1,48* 1,50 Perlu diperbaiki

Meminta opini secara langsung, menyediakan

kotak saran 2. Perhatian akan kualitas 1,54* 1,70 Perlu diperbaiki

Mejalankan kebijakan perbaikan kualitas secara

serius

3. Ide baru 3,44* 3,50 Perlu diperbaiki Mendorong karyawan agar memberikan masukan 4. Pengukuran 1,38* 1,50 Perlu diperbaiki

Memberikan pelatihan keterampilan dan pemahaman pentingnya

kualitas 5. Penghargaan 1,41* 1,50 Perlu diperbaiki

Memberikan penghargaan berupa kenaikan gaji atau


(2)

Tabel 4.12 Untuk Tools / Alat Management

No Kategori Score

perusahaan

Target score

Keterangan perlu diperbaiki/tidak

Usulan Perbaikan

1. Komunikasi 1,49* 1,50 Perlu diperbaiki

Menerbitkan koran/majalah yang memuat informasi tentang perbaiakan kualitas

Tabel 4.13 Score Untuk Analisa Output Perusahaan/ Organisasi

No Kategori Score

perusahaan

Target score

Keterangan perlu diperbaiki/tidak

Usulan Perbaikan

1. Pelatihan 3,34* 3,50 Perlu diperbaiki

Memberikan pelatihan dan pendidikan yang berhubungan dengan pengendalian kualitas


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kualitas internal di PT. Temprina Media Grafika secara umum sudah cukup baik, hal ini terbukti dari score-score yang didapat dari 4 variabel, yaitu : a. Untuk variabel keadaan perusahaan secara umum, rata-rata total score

perusahaan yang didapat yakni 4,09 sudah melebihi rata-rata total target score yang ditetapkan yaitu 3,50. Dimana ada dua kategori yang score dari perusahaan masih dibawah target score yang ditetapkan, yakni untuk visi masa depan yang scorenya 3,40 sedangkan target yang ditetapkan sebasar sebesar 3,50 dan orientasi pelanggan yang scorenya 3,36 sedangkan target yang ditetapkan sebasar sebesar 3,50.

b. Untuk variabel proses kerja yang dilakukan perusahaan, rata-rata total score perusahaan 2,32. Score ini melebihi rata-rata total nilai target score yang telah ditetapkan yaitu 2,12. Dimana ada dua kategori yang score dari perusahaan masih dibawah target score yang ditetapkan, yakni untuk wewenang tertinggi yang scorenya 1,48 sedangkan target yang ditetapkan sebasar sebesar 1,50 ,perhatian akan kualitas yang scorenya 1,54 sedangkan target yang ditetapkan sebasar sebesar 1,70 ,ide baru yang scorenya 3,46 sedangkan target yang ditetapkan sebasar sebesar 3,50 , pengukuran yang scorenya 1,38 sedangkan target yang ditetapkan sebasar


(4)

sebesar 1,50 dan penghargaan yang scorenya 1,45 sedangkan target yang ditetapkan sebasar sebesar 1,50.

c. Untuk variabel tools / alat manajemen, rata-rata total score perusahaan sebesar 1,57. Score ini sudah melebihi rata-rata total target score yang ditetapkan yaitu 1,46. Dimana ada satu kategori yang score dari perusahaan masih dibawah target score yang ditetapkan, yakni untuk komunikasi yang scorenya 1,49 sedangkan target yang ditetapkan sebasar sebesar 1,50.

d. Untuk variabel Analisis output organisasi / perusahaan, rata-rata total score perusahaan sebesar 3,61. Score ini melebihi rata-rata total nilai target score yang telah ditetapkan yaitu 3,50. Dimana ada satu kategori yang score dari perusahaan masih dibawah target score yang ditetapkan, yakni untuk komunikasi yang scorenya 3,42 sedangkan target yang ditetapkan sebasar sebesar 3,50.

2 Pada katogori deming prize, Kategori – kategori yang mempengaruhi kualitas perusahaan yang perlu diperhatikan dan perlu adanya perbaikan, antara lain :

Pada kategori visi untuk masa depan perbaikan dilakukan dengan membentuk wadah organisasi yang menampung masukan para karyawan, kategori orientasi pelanggan perbaikan dilakukan dengan mengadakan pelatihan tentang customer oriented. Untuk perbaikan kategori wewenang tertinggi dengan meminta opini secara langsung dan menyediakan kotak saran, perhatian akan kualitas memberikan pengarahan kepada karyawan dalam menjalankan kebijakan Quality Improvement (Perbaikan Kualitas),pada kategori ide baru memberikan sarana untuk para karyawan agar dapat


(5)

memberi masukan-masukan kepada pengambil keputusan, kategori pengukuran memberikan pelatihan keterampilan dan pemahaman pentingnya kualitas dan untuk kategori penghargaan melakukan penghargaan dengan memberikan penghargaan berupa kenaikan jabatan/gaji.

Untuk Kategori komunikasi melakukan workshop dan menerbitkan koran/majalah perusahaan yang memuat informasi tentang perbaikan kualitas dan untuk kategori pelatihan memberikan pelatihan dan pendidikan yang berhubungan dengan pengendalikan kualitas.

5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas, maka saran yang diberikan untuk meningkatkan kualitas internal PT. Temprina Media Grafika Surabaya berdasarkan Deming Prize adalah sebagai berikut :

1. Perlunya diadakan perbaikan pada kategori deming agar nilai target score dapat dipenuhi atau melebihi dari score yng sudah ditetapkan.

2. Melibatkan karyawan dalam usaha peningkatan kualitas ataupun pengembangan perusahaan, dengan pembentukan tim atau kelompok kecil. 3. Melakukan pengukuran masalah efisiensi, efektifitas, produktivitas, kualitas

produk, waktu kerja, inovatifitas, komunikasi dan kualitas kerja para karyawan.

4. Menambah bonus sesuai dengan kemampuan perusahaan, memberikan penghargaan dan peningkatan tanggung jawab bagi karyawan yang berprestasi.


(6)

5. Rencana perbaikan bagi perusahaan yang dapat diterapkan menyangkut beberapa kekurangan yang ada diperusahaan, antara lain :

a. Implementasi pelibatan dan pemberdayaan karyawan.

b. Pemberian kompensasi bagi karyawan dengan menggunakan prinsip – prinsip sistem kompensasi.