ProdukHukum BankIndonesia
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
PROVINSI MALUKU UTARA
BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate
(2)
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
PROVINSI MALUKU UTARA
BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-31-24017
TRIWULAN II-2009
(3)
VISI BANK INDONESIA
“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercayasecara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
MISI BANK INDONESIA
“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melaluipemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang
negara Indonesia yang berkesinambungan”
TUGAS BANK INDONESIA
(Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999)1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, 2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran, 3. Mengatur dan mengawasi bank.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi :
Kelompok Kajian, Statistik, Survey dan Pengawasan Bank Kantor Bank Indonesia Ternate
Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate Telp : (0921) 3121217 Fax : (0921) 3124017
(4)
i
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.
Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara. Laporan ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah. Laporan Triwulan ini meliputi perkembangan inflasi regional; ekonomi, moneter dan Perbankan; sistem pembayaran dan prospek ekonomi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.
Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, 5 Agustus 2009 BANK INDONESIA TERNATE
Marlison Hakim Pemimpin
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH vii
RINGKASAN EKSEKUTIF iv
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1
1.1 Gambaran Umum 1
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 11 BOKS 1 Analisa Kinerja Ekspor Maluku Utara 24 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 28
2.1 Gambaran Umum 28
2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang 29 2.2.1. Inflasi IHK Triwulanan (q-t-q) 29 2.2.2. Inflasi IHK Tahunan (y-o-y) 33 BOKS 2 High Cost Economics dalam Bongkar-Muat Barang di Ternate
dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Harga Barang
38
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN 41
3.1 Perkembangan Perbankan 41
a. Perkembangan Aset Bank Umum 41 b. Penghimpunan Dana Bank Umum 45
c. Penyaluran Kredit 47
c.1. Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor 47 c.2 Persetujuan Kredit Baru 49 d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum 51 e. Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum 52 BOKS 3 Bank dan Pertumbuhan Ekonomi di Maluku Utara 54
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 57
4.1 Gambaran Umum 57
4.2 Pendapatan Daerah 58
4.3 Belanja Daerah 59
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 61
5.1 Transaksi RTGS 61
5.2 Transaksi Kliring 62
(6)
iii
5.4 Pemusnahan Uang 65
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 67
6.1 Kondisi Umum 68
6.2 Lapangan Pekerjaan Utama 68
6.3 Status Pekerjaan Utama 69
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 71 7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 71
(7)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (q-t-q) 30
Tabel 2.2 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (q-t-q)
31 Tabel 2.3 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar
(q-t-q)
31 Tabel 2.4 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q) 31
Tabel 2.5 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (q-t-q) 32
Tabel 2.6 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (q-t-q) 32 Tabel 2.7 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q) 33 Tabel 28 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (y-o-y)
Tabel 2.9 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (y-o-y)
34 Tabel 2.10 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar
(y-o-y)
35 Tabel 2.11 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y) 35
Tabel 2.12 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (y-o-y) 36
Tabel 2.13 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (y-o-y) 36 Tabel 2.14 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q) 37 Tabel 3.1 Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan di Maluku Utara (Milyar Rp) 43
Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar rupiah) 48
Tabel 5.1 Rata-rata Transaksi Harian 63
Tabel 5.2 Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong 63
Tabel 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor di Ternate 69
Tabel 6.2 Tenaga Kerja Bedasarkan Status Pekerjaan (Ribu orang) 70 Tabel 7.1 Indeks Ekspektasi terhadap Harga Umum & Suku Bunga Kredit 73
(8)
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara 1
Gambar 1.2 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y) 3
Gambar 1.3 Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara 4
Gambar 1.4 Konsumsi Riil Masyarakat Maluku Utara (Milyar Rupiah) 5
Gambar 1.5 Perkembangan Investasi Riil Maluku Utara 6
Gambar 1.6 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah 8
Gambar 1.7 Perkembangan Ekspor Riil 10
Gambar 1.8 Perkembangan Impor Maluku Utara 10
Gambar 1.9 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya (y-o-y) 12
Gambar 1.10 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 13
Gambar 1.11 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian 14 Gambar 1.12 Pertumbuhan Ekspor Nickel dan Harga Nickel Dunia 15 Gambar 1.13 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan 16 Gambar 1.14 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 17
Gambar 1.15 Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan 18
Gambar 1.16 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 19 Gambar 1.17 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 20 Gambar 1.18 Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 21
Gambar 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa 23
Gambar 2.1 Perbandingan Inflasi Triwulanan (q-t-q) 29
Gambar 2.2 Perbandingan Inflasi Tahunan (y-o-y) 29
Gambar 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Utara 42
Gambar 3.2 Perkembangan Aset Valuta Asing 44
Gambar 3.3 Proporsi DPK Perbankan 45
Gambar 3.4 Proporsi Persetujuan Kredit Baru 50
Gambar 3.5 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 52
Gambar 3.6 Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah 53
(9)
Gambar 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS Maluku Utara 62
Gambar 5.2 Rata-rata Transaksi Kliring Harian 63
Gambar 5.3 Arus Uang Tunai BI Ternate 65
Gambar 5.4 Perbandingan Inflow dengan Jumlah Kas Keliling 65 Gambar 5.5 Persentase Uang yang Diracik Terhadap Uang Masuk 66
Gambar 6.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja 67
Gambar 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka 68
(10)
vii TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
INFLASI & PDRB
INDIKATOR TAHUN 2008 TAHUN 2009
Tw. 4 Tw.1 Tw.2
MAKRO
Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 115,88 117,33 117,01
Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 11,25 7,64 4,34
PDRB - harga konstan (miliar Rp)
- Pertanian 240,33 241,67 248,33464
- Pertambangan & Penggalian 29,40 27,00 27,84503
- Industri Pengolahan 83,35 83,72 86,83
- Listrik, Gas & Air Bersih 3,27 3,20 3,31
- Bangunan 12,44 12,07 12,47
- Perdagangan, Hotel & Restoran 168,00 171,99 178,77
- Pengangkutan & Komunikasi 54,53 54,71 56,30
- Keuangan, Persewaaan & Jasa 23,92 24,40 25,10
- Jasa 51,38 51,09 53,45
Pertumbuhan PDRB (yoy %) 3,85 4,66 4,94
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 47,50 27,62 25,23*
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 971,48 815,45 816,96*
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) - - 0,68* Volume Impor Nonmigas (ribu ton) - - 0,05* Keterangan
(11)
PERBANKAN
INDIKATOR TAHUN 2008 TAHUN 2009
Tw. 4 Tw.1 Tw.2
PERBANKAN Bank Umum:
Total Aset (Rp triliun) 3,04 3,01 3,18
DPK (Rp triliun) 2,80 2,83 2,90
- Giro 0,80 1,01 0,99
- Tabungan 1,47 1,25 1,33
- Deposito 0,53 0,57 0,57
Kredit (Rp triliun) 1,27 1,38 1,53
- Modal Kerja 0,42 0,47 0,52
- Investasi 0,11 0,11 0,14
- Konsumsi 0,74 0,81 0,88
LDR 45,35% 48,94% 52,82%
Kredit UMKM (Rp juta)
Kredit Mikro (Rp juta) 606,712 623,267 658,338
- Modal Kerja 46,308 49,347 54,411
- Investasi 7,903 9,127 10,615
- Konsumsi 552,501 564,793 593,312
Kredit Kecil (Rp juta) 301,509 364,648 438,688
- Modal Kerja 121,484 130,857 147,178
- Investasi 28,186 28,145 37,665
- Konsumsi 151,839 205,646 253,845
Kredit Menengah (Rp juta) 327,212 343,813 366,353
- Modal Kerja 222,651 236,522 254,935
- Investasi 73,13 71,513 79,953
- Konsumsi 31,431 35,778 31,465
Total Kredit MKM (Rp juta) 1235,433 1331,728 1463,379
NPL MKM (%) 3,75 3,77 3,31
Keterangan:
Klredit Mikro (< Rp50 juta)
Klredit Kecil (Rp50 juta < X ≤ Rp500 juta) Klredit Mikro (Rp500 juta < X ≤ Rp5 miliar)
(12)
Ringkasan Eksekutif
GAMBARAN UMUM
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan II-2009 tumbuh secara moderat dibandingkan kondisi triwulan I-2009. Kinerja perekonomian yang terjadi pada triwulan laporan masih melanjutkan trend positif setelah kontraksi ekonomi yang terjadi pada triwulan IV-2008. Pada triwulan II-2009 angka pertumbuhan tahunan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 tercatat sebesar 4,94% (y-o-y), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 4,66% (y-o-y).
Tingkat inflasi di Ternate pada Triwulan II-2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan Triwulan I-2009, maupun bila dibandingkan terhadap periode yang sama tahun 2008. Secara triwulanan perkembangan harga di Ternate pada triwulan II-2009 tercatat mengalami deflasi sebesar minus 0,27%, dimana pada triwulan I-2009 masih terjadi inflasi sebesar 1,25%. Secara tahunan inflasi yang terjadi adalah sebesar 4,34%, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan I-2009 yang mencapai 7,64%.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Kinerja perekonomian Maluku Utara pada triwulan II-2009 menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini tergambar dari angka pertumbuhan tahunan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar 4,94% (y-o-y) yang meningkat secara moderat jika dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya yaitu 4,66% (y-o-y).
Perekonomian Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2009 mengalami
pertumbuhan sebesar 4,94% (y-o-y).
Tingkat inflasi tahunan di Ternate mengalami penurunan...
(13)
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 sebesar 4,94% (y-o-y) secara dominan masih ditopang oleh peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Kegiatan ekspor dari daerah Maluku Utara masih mengalami penurunan seiring dengan penurunan permintaan akibat krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia sejak awal triwulan IV-2008.
Beberapa faktor pendorong peningkatan konsumsi adalah peningkatan pendapatan masyarakat terkait adanya panen hasil bumi terutama komoditas pala dan kopra yang dimulai pada bulan Juni serta adanya musim tuna dan cakalang yang juga dimulai pada bulan Juni. Lalu mulai berjalannya proyek-proyek pemerintah serta cairnya gaji ke-13 di kalangan PNS juga diyakini sebagai faktor pendorong konsumsi.
Pertumbuhan investasi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 masih cukup tinggi meskipun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 investasi tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 33,51% (y-o-y) dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah 37,68% (y-o-y). Masih tingginya investasi disebabkan karena pelaksanaan proyek-proyek pembangunan Pemerintah Daerah, baik itu untuk daerah lama seperti Ternate dan Tidore, maupun pembangunan di daerah-daerah yang baru saja mengalami pemekaran.
Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi. Sektor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor pertanian serta Di sisi permintaan,
pertumbuhan tahunan didorong tingginya konsumsi...
Di sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian mengalami pertumbuhan ...
(14)
Apabila ditelaah secara lebih terperinci pada sektor pertanian, lonjakan pertumbuhan dialami oleh sub sektor kehutanan, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 28,87% (y-oy), sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya hanya sebesar 0,31% (y-o-y). Kondisi ini didorong oleh aktivitas kehutanan terutama untuk kayu damar dan rotan yang banyak berada di Kabupaten Halmahera Barat.
Pada triwulan II-2009 sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan I-2009. Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan adalah sebesar 7,30% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang sebesar 7,57% (y-o-y). Perlambatan ini terutama dipicu oleh perlambatan pada sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor hotel, sedangkan sub sektor restoran masih menunjukan kinerja pertumbuhan yang tinggi.
INFLASI REGIONAL
Secara triwulanan, inflasi tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (16,24%). Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah pendidikan yang inflasinya mencapai 24,01%. Kondisi ini disebabkan karena meningkatnya permintaan atas jasa pendidikan seiring terjadinya tahun ajaran baru dan penerimaan mahasiswa baru.
Deflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan dengan deflasi sebesar minus 1,89%. Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh deflasi pada sub kelompok ikan segar yang mengalami deflasi sebesar minus 7,20%, dan sub kelompok bumbu-bumbuan yang deflasinya sebesar minus 12,78%. Komoditas ikan segar yang mengalami penurunan harga yaitu cakalang, lolosi, kembung, Kelompok bahan makanan
secara triwulanan mengalami deflasi ...
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga secara triwulanan mengalami inflasi tertinggi ...
(15)
malalugis, tude, ekor kuning, goropa dan bubara. Penurunan harga ini disebabkan karena masa panen ikan khususnya tuna dan cakalang, sehingga pasokan menjadi banyak. Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan adalah cabe rawit dan bawang putih.
Jika dilihat secara tahunan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 16,24%, sedangkan penurunan harga terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus 3,41%. Pendidikan merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 24,01% pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sub kelompok yang mengalami deflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan adalah transpor yang mengalami penurunan harga mencapai minus 5,96%%.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Pada triwulan II-2009 kegiatan intermediasi perbankan mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan LDR bank umum tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 35,98% (y-o-y), dengan angka LDR sebesar 52,82%, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu LDR tercatat sebesar 39,10%.
Hingga triwulan II-2009, belum terjadi penambahan kantor bank umum yang beroperasi di Maluku Utara, meskipun telah ada rencana pembukaan kantor cabang baru oleh salah satu bank untuk lokasi diluar Kota Ternate. Data yang dimiliki oleh Bank Indonesia Ternate menunjukkan bahwa sampai dengan Bulan Juni 2009 terdapat 10 (sepuluh) bank umum (konvensional dan syariah) dan 1 (satu) bank BPR yang beroperasi. Dari seluruh Bank yang ada di Maluku Utara, pelayanan kepada nasabah dilakukan oleh perbankan Kegiatan intermediasi
perbankan mengalami peningkatan ...
Inflasi tahunan tertinggi dialami oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga...
(16)
serta beberapa ATM dan payment point yang masih terpusat kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Utara.
KEUANGAN DAERAH
Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Maluku Utara, tingkat realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-20091 mencapai 19,31%. Realisasi pendapatan hingga bulan maret 2009 adalah Rp 139,3 milyar rupiah dimana target anggaran yang ditetapkan adalah 721,4 milyar rupiah.
SISTEM PEMBAYARAN
Penyelesaian transaksi dengan menggunakan RTGS pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode triwulan II-2009 tercatat jumlah transaksi sebesar 2,3 triliun rupiah atau tumbuh sebesar 7,75% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Volume transaksi pada triwulan II-2009 tercatat sebanyak 4.648 transaksi, atau tumbuh sebesar 22,16%.
Rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan. Nilai rata-rata harian transaksi kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,35 miliar rupiah, atau tumbuh sebesar 0,61% (q-t-q) dimana pada triwulan I-2009 nilainya adalah 2,33 miliar rupiah. Jika dilihat rata-rata harian jumlah warkat, tidak terdapat peningkatan yang signifikan dimana jumlahnya pada triwulan I-2009 adalah 48 lembar, sedangkan pada triwulan II-2009 jumlahnya 49.
Pada triwulan II-2009 perkembangan total transaksi tunai di Ternate mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan
1
Data realisasi pendapatan daerah triwulan II-2009 belum tersedia Realisasi pendapatan daerah
hingga triwulan I-2009 mencapai 19,31% ...
Aliran uang kartal di Bank Indonesia Ternate mengalami peningkatan ...
Rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring mengalami peningkatan ... Penyelesaian transaksi dengan menggunakan RTGS mengalami peningkatan ...
(17)
2009, total transaksi (inflow dan outflow) mencapai 279,47 miliar rupiah, dimana pada triwulan I-2009 total transaksinya adalah 207,63 miliar rupiah. Dengan kata lain pada triwulan II-2009 terjadi peningkatan total transaksi tunai sebesar 34,60% (q-t-q). Jumlah dana yang keluar dari bank Indonesia Ternate (outflow) mencapai Rp 241,71 miliar, sedangkan jumlah dana yang masuk (inflow) hanya sebesar Rp 37,76 miliar. Tingginya outflow pada triwulan laporan disebabkan oleh dua hal, yaitu peningkatan kebutuhan uang tunai karena bertepatan dengan masa pemilu dan kenaikan pendapatan seiring terjadinya panen hasil bumi dan panen tuna.
TENAGA KERJA
Jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja di Ternate sampai dengan bulan Februari 2009 secara tahunan mengalami peningkatan, serta diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka. Pada posisi bulan Februari 2009 jumlah angkatan kerja di Ternate adalah 440,66 ribu jiwa atau mengalami kenaikan sebesar 5,56% (y-o-y) dimana jumlah angkatan kerja pada posisi Februari 2008 adalah 417,45 ribu jiwa. Karena penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan pertambahan angkatan kerja maka tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan sebesar minus 5,97% (y-o-y) dari 7,03% pada Februari 2008 menjadi 6,61% pada Februari 2009 .
Proporsi sektor primer dalam menyerap tenaga kerja secara tahunan mengalami penurunan. Pada Februari 2008 sektor primer menyerap 62,46% dari seluruh tenaga kerja yang ada di Maluku Utara sedangkan pada Februari 2009 penyerapan tenaga kerja di sektor ini sebesar 57,48%. Turunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor primer diikuti oleh peningkatan pada sektor sekunder dan tersier.
Tingkat pengangguran di Maluku Utara mengalami penurunan ...
(18)
PROSPEK EKONOMI REGIONAL
Dengan melihat kecenderungan dan arah perekonomian kedepan, pada triwulan III-2009 perekonomian Maluku Utara diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 5,8% ± 1% (y-o-y). Proyeksi ini searah
dengan hasil survei kegiatan dunia usaha yang dilaksanakan Bank Indonesia Ternate pada triwulan II-2009, dimana ekspektasi masyarakat terhadap kegiatan usaha untuk periode triwulan III-2009 optimis akan mengalami peningkatan. Dari sisi pengeluaran, sektor konsumsi diperkirakan masih akan menjadi motor penggerak ekonomi daerah, apalagi pada triwulan III-2009 merupakan masa ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sektor pertanian masih akan tumbuh seiring berlangsungnya panen hasil bumi sampai Juli serta tingginya produksi ikan laut hingga September. Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan akan mengalami peningkatan karena telah masuknya maskapai penerbangan baru dan sudah mulai beroperasi.
Pada triwulan III-2009 inflasi diproyeksikan akan berada pada tingkat 5,17% ± 1% (y-o-y). Tekanan inflasi
pada triwulan III-2009
kemungkinan besar akan
bersumber dari kelompok transportasi, komunikasi dan
jasa keuangan; kelompok bahan makanan; serta
kelompok makanan jadi, minuman dan rokok, seiring
dengan datangnya bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Perekonomian daerah masihakan mengalami
pertumbuhan pada triwulan III-2009 ...
Inflasi pada triwulan III-2009 diperkirakan mengalami kenaikan ...
(19)
Perkembangan
Ekonomi Makro
1.1 Gambaran Umum
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan II-2009 tumbuh secara moderat dibandingkan kondisi triwulan I-2009. Kinerja perekonomian yang terjadi pada triwulan laporan masih melanjutkan trend positif setelah kontraksi ekonomi yang terjadi pada triwulan IV-2008. Pada triwulan II-2009 angka pertumbuhan tahunan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 tercatat sebesar 4,94% (y-o-y), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 4,66% (y-o-y).
Gambar 1.1
Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 sebesar 4,94% (y-o-y) secara dominan masih ditopang oleh peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Kegiatan ekspor dari daerah Maluku Utara masih mengalami penurunan seiring dengan penurunan permintaan akibat krisis ekonomi yang melanda perekonomian
Bab
I
(20)
Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi. Sektor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada triwulan II-2009 pertumbuhan sektor pertanian tercatat sebesar 4,72% (y-o-y), sedangkan kontraksi sektor pertambangan dan penggalian mencapai minus 17,62% (y-o-y), sektor industri pengolahan mengalami petumbuhan sebesar 6,97% (y-o-y), sektor listrik, gas dan air bersih mengalami pertumbuhan sebesar 4,28% (y-o-y), Sektor bangunan tumbuh sebesar 8,16% (y-o-y), sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 7,30% (y-o-y), sektor pengangkutan dan komunikasi mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,17%, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 9,51% (y-o-y), sedangkan sektor jasa-jasa tumbuh 2,04% (y-o-y).
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan
Perkembangan ekonomi Maluku Utara pada triwulan II-2009 utamanya digerakan oleh konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Seperti yang ditunjukan dalam gambar 1.2., konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 6,88% sedangkan pengeluaran pemerintah kontribusinya sebesar 3,88%. Kontraksi ekspor selama beberapa triwulan belakangan, telah mengakibatkan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 menjadi minus 10,30%. Meskipun mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi, namun kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 1,95%.
Jika dibandingkan pertumbuhannya, pertumbuhan tertinggi terjadi pada investasi yang tumbuh sebesar 33,51% (y-o-y). Pengeluaran pemerintah tumbuh sebesar 15,50% (y-o-y), konsumsi mengalami pertumbuhan sebesar 9,04% (y-o-y), lalu impor tumbuh sebesar 4,55% (y-o-y), sedangkan ekspor mengalami kontraksi sebesar minus 25,61% (y-o-y). Jika dihitung secara net, net ekspor mengalami kontraksi yang semakin dalam hingga mencapai minus 69,90% (y-o-y).
(21)
Gambar 1.2
Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
A.Konsumsi
Konsumsi masyarakat yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi swasta di Maluku Utara pada triwulan II-2009 masih mengalami pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 konsumsi masyarakat tercatat sebesar Rp 548,17 milyar rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar 9,04% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 konsumsi tercatat sebesar 536,49 milyar rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar 8,22% (y-o-y).
Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY) Tw.II 2009* 4. 94 9. 04 33. 51 -25. 61 4. 55 15. 5 PDRB Konsumsi
Pengeluaran Pemeri nt ah Invest asi Ekspor Impor Tw.II 2009* 4, 94 6, 88 1, 95 -10, 3 1, 09 3, 88 PDRB Konsumsi
Pengeluaran Pemeri nt ah Invest asi
Ekspor Impor
Kontribusi Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)
(22)
Gambar 1.3
Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tumbuhnya konsumsi pada dua triwulan terakhir, sejak terjadinya kontraksi pada triwulan IV-2008 sebagai akibat dari terjadinya krisis global, mengindikasikan bahwa pengaruh krisis keuangan global terhadap perekonomian Maluku Utara telah hilang, bahkan dapat dikatakan bahwa krisis global tidak memiliki pengaruh jangka panjang terhadap tingkat konsumsi Maluku Utara.
Beberapa faktor pendorong peningkatan konsumsi pada triwulan II-2009 adalah peningkatan pendapatan masyarakat terkait adanya panen hasil bumi terutama komoditas pala dan kopra yang dimulai pada bulan Juni serta adanya musim tuna dan cakalang yang juga dimulai pada bulan Juni. Lalu mulai berjalannya proyek-proyek pemerintah serta cairnya gaji ke-13 di kalangan PNS juga diyakini sebagai faktor pendorong konsumsi.
Apabila ditelaah secara lebih mendalam, pertumbuhan sektor konsumsi terutama didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga, sedangkan konsumsi swasta tumbuh namun mengalami perlambatan. Pada triwulan II-2009 nilai konsumsi rumah tangga mencapai 542 miliar rupiah dengan pertumbuhan sebesar 9,12% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 nilai konsumsi rumah tangga adalah 530,35 miliar rupiah dengan angka pertumbuhan 8,29% (y-o-y). Konsumsi swasta tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pertumbuhan pada triwulan II-2009 adalah 1,82% sedangkan pertumbuhan pada
(23)
triwulan I-2009 adalah 2,49%. Nilai konsumsi triwulan II-2009 mencapai 6,168 milyar rupiah dimana nilainya pada triwulan I-2009 adalah 6,135 milyar rupiah.
Gambar 1.4
Konsumsi Riil Masyarakat Maluku Utara (Milyar Rupiah)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
B. Investasi
Pertumbuhan investasi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 masih cukup tinggi meskipun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 investasi tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 33,51% y) dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah 37,68% (y-o-y). Masih tingginya investasi disebabkan karena pelaksanaan proyek-proyek pembangunan Pemerintah Daerah, baik itu untuk daerah lama seperti Ternate dan Tidore, maupun pembangunan di daerah-daerah yang baru saja mengalami pemekaran. Pembangunan kompleks perkantoran Gubernur di Sofifi, Kantor Bupati Halmahera Timur dan Halmahera Tengah, pembangunan rumah-rumah dinas, dan pembangunan maupun perbaikan jalan dan jembatan menjadi penggerak sektor investasi. Investasi masih akan terus mengalami pertumbuhan seiring rencana investasi kedepan, seperti pembangunan pelabuhan alternatif bagi pelabuhan Ahmad Yani dan perluasan bandara Babullah.
(24)
Gambar 1.5
Perkembangan Investasi Riil Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Masih dominannya peran pemerintah dalam hal investasi juga terbukti dalam survei pemeringkatan iklim usaha di 33 provinsi pada tahun 2008, yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), dimana Maluku Utara termasuk dalam lima daerah terbawah pada: a) peranan dunia usaha dalam perekonomian daerah, b) infrastruktur, dan c) kondisi keamanan usaha.
Rendahnya peranan dunia usaha dalam perekonomian daerah terlihat pada tiga aspek, yaitu sektor perbankan, peran swasta dalam keuangan daerah, dan peran swasta dalam investasi dan penciptaan lapangan kerja. Seperti yang dapat dilihat pada data LDR1, penyaluran kredit oleh perbankan di Maluku Utara masih tergolong rendah, yakni hanya sebesar 52,82%, yang menunjukan bahwa perbankan belum secara optimal menjalankan fungsi intermediasinya. Selain itu penyaluran kredit perbankan masih didominasi oleh kredit konsumsi, dimana idealnya porsi lebih besar diberikan kepada kredit yang sifatnya produktif, sehingga bank dapat berperan dalam menggerakan perekonomian daerah.
Dalam kaitannya dengan keuangan daerah, peran swasta tampaknya masih kecil. Hal ini terlihat dari struktur APBD, dimana dalam RAPBD 2009 pendapatan daerah masih didominasi oleh dana alokasi umum dengan porsi sebesar 63,56% dari total anggaran pendapatan. Kondisi ini menggambarkan bahwa Maluku Utara sebagai
1
(25)
Provinsi yang sekitar satu dekade telah menikmati otonomi daerah, masih belum dapat mewujudkan kemandirian ekonomi.
Rendahnya peran swasta dalam investasi dan penciptaan lapangan kerja, terlihat dari masih dominannya tenaga kerja di Maluku Utara yang bekerja pada sektor informal. Sektor formal hanya mampu menyerap sebanyak 20,16% jumlah tenaga di Maluku Utara.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, Maluku Utara juga masih dianggap belum memiliki infrastruktur yang memadai. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka pembangunan perekonomian dan menarik investor. Tersedianya akses jalan darat ke provinsi terdekat, ketersediaan pelabuhan dan bandara, ketersediaan sambungan listrik hingga ke pelosok desa, frekuensi pemadaman, sambungan telepon dan sambungan internet, merupakan indikator baik atau tidaknya infrastruktur suatu daerah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi bandara di Kota Ternate memang belum memadai. Sebagai pusat aktivitas ekonomi Maluku Utara sudah sewajarnya apabila Ternate memiliki bandara udara yang representatif. Perluasan dan pembangunan fasilitas bandara yang telah dilaksanakan saat ini diharapkan dapat segera terealisasi, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pengguna jasa penerbangan, apalagi saat ini telah masuk maskapai baru, dan diharapkan dapat membantu meningkatkan kinerja perekonomian Maluku Utara.
Masalah urgen lainnya yang perlu diatasi adalah ketersediaan listrik. Masih banyaknya daerah yang belum teraliri listrik dan tingginya frekuensi pemadaman menjadi penghambat masuknya investasi. Investasi dalam bentuk pendirian pabrik tentu saja akan membutuhkan pasokan listrik yang cukup dan lancar. Tingginya frekeuensi pemadaman merupakan disinsentif bagi investor karena akan meningkatkan biaya pemeliharaan mesin, maupun biaya overhead karena harus menyediakan tenaga listrik alternatif berupa genset. Kedepan diharapkan hal ini dapat diatasi, mengingat listrik tidak saja penting bagi kehidupan masyarakat, tetapi juga bagi keberlangsungan usaha para pelaku ekonomi.
(26)
Meskipun kondisi Maluku Utara saat ini relatif lebih kondusif, namun hasil survei menemukan bahwa kondisi keamanan usaha di daerah Maluku Utara masih rendah, dimana hal ini dikaitkan dengan upaya Pemda dalam menjamin keamanan berusaha. Hal ini mengindikasikan bahwa masih adanya stereotipe negatif dimana masyarakat luar menganggap Maluku Utara merupakan daerah rawan konflik. Untuk merubah hal ini diperlukan kerjasama seluruh pihak, misalnya melalui penciteraan media, agar tercipta image bahwa Maluku Utara adalah daerah yang bersahabat dan memiliki iklim usaha yang kondusif.
C.Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah pada periode triwulan II-2009 masih menunjukan pertumbuhan walau mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan I-2009. Pertumbuhan pengeluaran pemerintah pada triwulan laporan adalah 15,50% (y-o-y) sedangkan pada triwulan sebelumnya pertumbuhannya mencapai 23,33% (y-o-y). Pada triwulan II-2009 nilai pengeluaran pemerintah mencapai 190,86 milyar rupiah sedangkan pada triwulan I-2009 nilainya adalah 188,15 milyar rupiah. Pertumbuhan pemerintah pada periode ini didorong oleh realisasi proyek-proyek yang biasanya telah ditenderkan pada triwulan pertama.
Gambar 1.6
Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah
(27)
Kegiatan goverment spending pada triwulan berikutnya diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan. Salah satu indikasinya adalah pada triwulan laporan beberapa proyek pemerintah baru memasuki tahap tender, sehingga pada triwulan berikutnya diperkirakan sudah memasuki tahapan pengerjaan/realisasi.
D.Kegiatan Ekspor dan Impor
Kinerja net ekspor pada triwulan II-2009 masih melanjutkan trend kontraksi yang telah dimulai sejak triwulan IV-2008. Pertumbuhan sebesar 0,77% (y-o-y) pada triwulan III-2008 tidak berlanjut pada triwulan berikutnya seiring terjadinya krisis keuangan global yang menurunkan permintaan dunia. Pada triwulan IV-2008 net ekspor mengalami kontraksi hingga mencapai minus 54,03% (y-o-y), dan berlanjut pada triwulan I-2009 dimana kontraksinya menjadi minus 67,54% (y-o-y), lalu pada triwulan II-2009 kontraksinya semakin dalam hingga mencapai minus 69,90% (y-o-y). Kondisi ini disebabkan karena semakin dalamnya kontraksi yang dialami ekspor, sedangkan impor masih mengalami pertumbuhan.
Seperti yang ditunjukan dalam gambar 1.7, kinerja ekspor pada triwulan II-2009 menunjukan kontraksi yang semakin dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan laporan ekspor tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 25,61%, sedangkan pada triwulan sebelumnya kontraksi ekspor tercatat sebesar minus 24,48%. Kontraksi ekspor secara keseluruhan dipicu oleh kontraksi komoditas nickel, sedangkan untuk ikan masih relatif stabil.
(28)
Gambar 1.7 Perkembangan Ekspor Riil
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Kinerja impor pada triwulan II-2009 masih mengalami pertumbuhan meskipun sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan impor tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,55% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya sebesar 4,58% (y-o-y).
Gambar 1.8
Perkembangan Impor Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tumbuhnya impor terutama didorong oleh impor antar pulau, dimana pada triwulan laporan pertumbuhannya tercatat sebesar 12,99% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya 12,18%. Meksipun pada triwulan II-2009 ini impor luar negeri mengalami kontraksi hingga mencapai minus 67,13% (y-o-y),
(29)
namun karena porsinya yang hanya sebesar 3%, maka hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja impor secara keseluruhan.
Pada triwulan II-2009, berdasarkan data impor dari bea cukai, volume impor Maluku Utara untuk periode April-Mei 2009 tercatat sebesar 52 ribu ton, dengan nilai impor sebesar 67.660 US$. Impor luar negeri pada periode ini terutama merupakan barang modal untuk industri perkapalan. Untuk impor antar pulau, data SIMOPPEL menunjukan bahwa pada bulan april 2009, volume bongkar barang mencapai 24.176 ton.
1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi. Sektor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Apabila dibandingkan pertumbuhan masing-masing sektor, maka pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 10,17% (y-o-y). Akan tetapi karena bobotnya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran maka kinerja sektor ini belum dapat mendorong kinerja perekonomian daerah secara kuat.
(30)
Gambar 1.9
Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya (y-o-y)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
A.Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan II-2009 masih menunjukan pertumbuhan meskipun melambat apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 pertumbuhan sektor pertanian sebesar 4,72% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 yang pertumbuhannya mencapai 7,91%.
Faktor pendorong pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan adalah di bulan Juni sudah dimulai panen hasil bumi seperti kopra dan pala. Walaupun panen kali ini tidak seberhasil seperti pada tahun-tahun sebelumnya, petani menikmati kenaikan harga hasil bumi yang signifikan pada triwulan II ini. Mulai bulan Juni, sub-sektor perikanan juga mulai menikmati peningkatan produksi khususnya tuna dan cakalang. Hal ini juga didorong oleh cuaca yang mendukung sehingga nelayan dapat terus melaut. Diperkirakan produksi akan terus meningkat sampai puncaknya pada Agustus dan September.
4. 94 4. 72 6. 97 4. 28 8. 16 7. 30 10. 17 9. 51 2. 04 -17. 62 PDRB Pert ani an
Pert ambangan & Penggali an Indust ri Pengolahan Li st ri k, Gas & Ai r Bersi h Bangunan
Perdagangan, Hot el & Rest oran Pengangkut an & Komuni kasi Keuangan, Persew aan & Jasa Perush Jasa-j asa 4. 94 1. 70 0. 86 0. 02 0. 14 1. 84 0. 79 0. 33 0. 16 -0. 90 PDRB Pert ani an
Pert ambangan & Penggali an Indust ri Pengolahan Li st ri k, Gas & Ai r Bersi h Bangunan
Perdagangan, Hot el & Rest oran Pengangkut an & Komuni kasi Keuangan, Persew aan & Jasa Perush Jasa-j asa
Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)
Tw.II 2009* Tw.II 2009*
Kontribusi Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)
(31)
Gambar 1.10
Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Apabila ditelaah secara lebih teperinci, lonjakan pertumbuhan dialami oleh sub sektor kehutanan, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 28,87% (y-oy), sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya hanya sebesar 0,31% (y-o-y). Kondisi ini didorong oleh aktivitas kehutanan terutama untuk kayu damar dan rotan yang banyak berada di Kabupaten Halmahera Barat.
Sub sektor lain yang masih mengalami pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya adalah sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, dimana pada triwulan laporan pertumbuhannya sebesar 0,64% (y-o-y), sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang pertumbuhannya sebesar 0,59% (y-o-y).
Tiga sub sektor lainnya, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, dan perikanan masih tumbuh meskipun mengalami perlambatan. Sub sektor tanaman bahan makanan mengalami perlambatan terbesar, dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya mencapai 14,87% (y-o-y), sedangkan pada triwulan II-2009 pertumbuhannya hanya sebesar 0,43% (y-o-y). Pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan pada periode ini didorong oleh peningkatan pada tanaman jagung, ubi jalar, kacang-kacangan dan hortikultura. Untuk pertanian beras memang mengalami penurunan, seperti yang tercatat dalam angka ramalan BPS. Hal ini disebabkan oleh pengalihan tanaman, dimana petani lebih memilih untuk menananam jagung dibandingkan beras, karena sulitnya memperoleh bibit
(32)
dan pupuk, selain karena prosesnya yang lebih rumit. Halmahera Utara bahkan memiliki alokasi dana APBD untuk pengembangan jagung di Kabupaten tersebut.
Untuk sub sektor tanaman pekebunan, pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan adalah 5,55% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 7,10% (y-o-y).
Sub sektor perikanan sedikit mengalami perlambatan, dimana pada triwulan II-2009 terjadi pertumbuhan sebesar 3,06% adapun pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 3,30% (y-o-y). Walaupun produksi ikan meningkat pada triwulan ini, namun nelayan harus menghadapi turunnya harga ikan. Hal ini disebabkan permintaan ekspor yang turun serta terbatasnya fasilitas cold storage sehingga pasokan akhirnya membanjiri pasar lokal.
B. Pertambangan & Penggalian
Pada triwulan II-2009 sektor pertambangan dan penggalian masih melanjutkan trend kontraksi yang cenderung semakin dalam. Pada triwulan laporan, kontraksi sektor ini mencapai minus 17,62% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 kontraksinya sebesar minus 17,58% (y-o-y).
Gambar 1.11
Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian
(33)
Kontraksi pada sektor ini, dipicu oleh kontraksi pada sub sektor pertambangan tanpa migas, yang porsinya hampir 90% dari keseluruhan sektor pertambangan dan penggalian. Kontraksi sub sektor ini yang tercatat pada triwulan II-2009 adalah minus 20,23% (y-o-y), sedikit melandai dibandingkan kontraksi yang terjadi pada triwulan I-2009 yaitu sebesar minus 21,09%. Komoditas utama pada sub sektor ini merupakan nickel, yang juga merupakan komoditas ekspor utama, sehingga penurunan kinerja pada komoditas ini juga tercermin dari penurunan ekspor.
Gambar 1.12
Pertumbuhan Ekspor Nickel dan Harga Nickel Dunia
Seperti yang terlihat pada gambar diatas, pertumbuhan ekspor nickel pada triwulan II-2009 sedikit membaik jika dibandingkan dengan triwulan I-2009. Namun kondisi demikian bukan semata-mata disebabkan oleh peningkatan volume ekspornya, tetapi juga oleh kenaikan harga nickel dunia, sehingga ikut mendongkrak nilai ekspor nickel. Pada triwulan II-2009 volume ekspor nickel mencapai 478.058 Mton, dengan nilai sebesar Rp 106,92 miliar rupiah.
Sub sektor penggalian masih mengalami pertumbuhan, meskipun jauh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sub sektor ini pada triwulan II-2009 sebesar 7,58% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-II-2009 pertumbuhannya mencapai 20,65% (y-o-y). Sub sektor ini masih didominasi oleh penggalian tipe C, berupa pasir dan batu, yang pengelolaannya masih dilakukan secara sederhana, dan banyak terkonsentrasi di daerah Kabupaten Halmahera Utara dan Halmahera Timur.
(34)
C.Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II-2009 menunjukan peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, tercatat sektor ini mengalami petumbuhan sebesar 6,97% (y-o-y), jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode sebelumnya dimana sub sektor ini mengalami kontraksi hingga mencapai minus 7,26% (y-o-y).
Gambar 1.13
Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan II-2009 didorong oleh membaiknya kinerja sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya. Setelah beberapa triwulan belakangan mengalami kontraksi, pada triwulan laporan tercatat sub sektor ini tumbuh sebesar 6,17% (y-o-y). Dengan share lebih dari 70%, maka tidak mengherankan apabila membaiknya kinerja sub sektor ini juga ikut mendongkrak kinerja sektor industri pengolahan. Pertumbuhan ini sejalan dengan kondisi pada sub sektor kehutanan yang juga mengalami pertumbuhan.
Sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau juga tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,19% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya sebesar 6,20% (y-o-y). Dua hal positif ini merupakan penyebab membaiknya kinerja sektor industri pengolahan.
(35)
D.Listrik, Gas & Air Bersih
Sektor listrik, gas dan air bersih menunjukan peningkatan kinerja dibandingkan dengan triwulan I-2009. Pada tiwulan II-2009 sektor ini tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,28% (y-o-y), lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang sebesar 1,37% (y-o-y).
Gambar 1.14
Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tumbuhnya sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan II-2009 terutama disebabkan karena membaiknya kinerja sub sektor listrik. Sub sektor ini tumbuh 3,26% (y-o-y), dimana pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar minus 0,95% (y-o-y). Sub sektor air bersih juga mengalami pertumbuhan sebesar 5,41% (y-o-y) dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 4,03% (y-o-y). Pertumbuhan sub sektor air bersih disebabkan oleh pemasangan jaringan PDAM baru pada wilayah Sanana, Halmahera Utara dan Bacan.
E. Bangunan
Kinerja sektor bangunan pada triwulan II-2009 masih menunjukan pertumbuhan, meksipun melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor bangunan tumbuh sebesar 8,16% (y-o-y), jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhannya mencapai 19,67% (y-o-y).
(36)
Gambar 1.15
Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Pertumbuhan sektor bangunan masih dimotori oleh pembangunan infrastruktur kedaerahan yang meliputi wilayah lama seperti Ternate dan Tidore, maupun pembangunan daerah baru, yang merupakan hasil pemekaran. Pertumbuhan sektor ini sejalan dengan pertumbuhan investasi, yang memang masih sangat didominasi oleh investasi pemerintah daerah.
F. Perdagangan, Hotel & Restoran
Pada triwulan II-2009 sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan I-2009. Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan adalah sebesar 7,30% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang sebesar 7,57% (y-o-y).
Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan didorong oleh naiknya permintaan masyarakat yang dipicu oleh meningkatnya pendapatan mereka seiring dengan adanya panen hasil bumi dan ikan laut serta mulai berjalannya proyek-proyek pemerintah.
Selain dari sisi permintaan, naiknya nilai perdagangan juga disebabkan oleh kenaikan harga beberapa barang seperti kendaraan dan produk-produk manufaktur yang bahan bakunya diimpor dari negara lain. Hal ini merupakan dampak dari melemahnya nilai rupiah beberapa waktu lalu akibat krisis global. Untuk volume
(37)
perdagangan komoditas energi juga mengalami sedikit kenaikan, hal ini disebabkan oleh adanya penambahan alokasi minyak tanah dari Pertamina serta peningkatan konsumsi BBM selama Pemilu dan Pilpres.
Pada sub-sektor hotel dan restoran, pertumbuhan dipicu oleh semakin banyaknya event yang diselenggarakan instansi pemerintah berkaitan dengan cairnya anggaran untuk tahun 2009. Beberapa manajemen hotel dan restoran juga mengatakan bahwa biasanya pada triwulan II akan memasuki middle period dimana permintaan masyarakat mulai naik dibandingkan triwulan I yang merupakan low period. Hal ini merupakan siklus tahunan yang dikaitkan dengan faktor musiman (panen/hari raya) serta konsumsi pemerintah.
Gambar 1.16
Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Jika dianalisa faktor perlambatannya, perlambatan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran terutama dipicu oleh perlambatan pada sub sektor perdagangan besar dan eceran, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 7,17% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 7,43% (y-o-y). Sub sektor hotel juga mengalami perlambatan, dimana pada triwulan II-2009 tercatat pertumbuhan sebesar 8,93% (y-o-y) sedangkan pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 9,90% (y-o-y). Sub sektor restoran masih menunjukan kinerja pertumbuhan yang tinggi, seperti yang terjadi pada beberapa triwulan sebelumnya,
(38)
dimana peretumbuhan pada triwulan II-2009 adalah 22,55% (y-o-y), sedangkan pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 22,33% (y-o-y).
G.Pengangkutan & Komunikasi
Pada triwulan II-2009 sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun demikian pertumbuhan sektor ini dapat dikatakan masih cukup tinggi, yaitu sebesar 10,17% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya sebesar 11,38% (y-o-y).
Gambar 1.17
Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Perlambatan pada sektor ini disebabkan karena melambatnya seluruh sub sektor yang ada, kecuali angkutan jalan raya. Sub sektor angkutan jalan raya tumbuh sebesar 6,64% (y-o-y), dimana pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 5,29% (y-o-y). Kondisi ini didorong oleh peningkatan aktivitas angkutan jalan raya untuk lintas Halmahera, seiring dengan penambahan rute penerbangan (Kao-Weda dan Kao-Sofifi) maupun perlintasan kapal. Seiring penambahan dua angkutan ini, maka jasa angkutan jalan raya sebagai feeder juga akan meningkat.
Sub sektor angkutan laut mengalami pertumbuhan sebesar 6,41% (y-o-y), sedikit menurun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 6,67% (y-o-y). Sub sektor angkutan sungai, danau dan penyebrangan tumbuh 16,16% (y-o-y), dimana pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 17,32% (y-o-y).
(39)
Sub sektor angkutan udara kinerjanya mengalami perlambatan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan I-2009, dimana pada triwulan laporan pertumbuhannya adalah 10,58% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 16,28% (y-o-y). Kedepan sub sektor ini diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya maskapai yang melayani penerbangan dari dan ke Ternate.
Pertumbuhan sub sektor jasa penunjang angkutan pada triwulan II-2009 adalah 11,31% (y-o-y), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I-2009 dimana pertumbuhannya adalah 13,56% (y-o-y). Sub sektor pos dan telekomunikasi pada triwulan II-2009 tumbuh sebesar 14,68% (y-o-y), sedangkan pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 1647 (y-o-y).
H.Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami perlambatan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 sektor ini tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 9,51% (y-o-y), adapun pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 12,11% (y-o-y).
Gambar 1.18
Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
(40)
tiwulan II-2009 tercatat sebesar 24,32% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 23,07% (y-o-y). Meskipun demikian karena share-nya yang kecil, maka hal ini tidak dapat menahan perlambatan yang terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan secara keseluruhan, apalagi sub sektor lainnya juga mengalami perlambatan.
Dibandingkan triwulan I-2009, sub sektor bank tumbuh melambat dimana pada triwulan laporan pertumbuhan sektor ini sebesar 16,58% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 18,76% (y-o-y).
Sub sektor sewa bangunan juga menunjukan perlambatan yang cukup signifikan, dimana pertumbuhannya pada triwulan laporan adalah 4,84% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009 tercatat pertumbuhan sebesar 8,31% (y-o-y).
Kinerja sub sektor jasa perusahaan melambat dibandingkan dengan triwulan I-2009, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 12,90% (y-o-y) sedangkan periode triwulan I-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah 14,65% (y-o-y).
I. Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II-2009, dibandingkan dengan kinerja yang ditunjukan pada triwulan I-2009. Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II-2009 adalah 2,04% (y-o-y), atau melambat lebih dari setengah, dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan I-2009 yang sebesar 4,26% (y-o-y).
Perlambatan pada sektor jasa ini terutama disebabkan oleh perlambatan pada sub sektor jasa pemerintahan umum yang berupa administrasi pemerintahan dan pertahanan, dimana pada triwulan sebelumnya tercatat administrasi pemerintahan dan pertahanan tumbuh sebesar 3,13% (y-o-y), sedangkan pada triwulan laporan kinerjanya menurun hingga pertumbuhan yang terjadi hanya sebesar 0,16%. Dengan porsi sebesar lebih dari 72%, tidak mengherankan apabila perlambatan pada sub sektor ini akan berpengaruh terhadap melambatnya sektor jasa-jasa secara keseluruhan.
(41)
Gambar 1.19
Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Pada sub sektor jasa-jasa swasta, hanya terdapat satu kelompok usaha yang mengalami pertumbuhan positif, sedangkan dua kelompok usaha lainnya mengalami perlambatan. Usaha sosial kemasyarakatan tumbuh sebesar 6,24% (y-o-y), masih mengalami peningkatan dibandingkan kinerja yang ditunjukan pada triwulan sebelumnya, dimana pertumbuhan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 5,80%.
Usaha hiburan dan rekreasi masih menunjukan pertumbuhan tahunan yang cukup tinggi, meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 tercatat usaha hiburan dan rekreasi megalami pertumbuhan sebesar 10,57% (y-o-y), sedikit lebih rendah jika dibandingkan terhadap kinerja tahunan triwulan I-2009 dimana pertumbuhan tercatat sebesar 10,90% (y-o-y).
Sektor usaha perorangan dan rumah tangga juga sedikit mengalami perlambatan jika dibandingkan terhadap pertumbuhan tahunan pada periode triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat pertumbuhan tahunan yang berhasil dicapai oleh sektor usaha perorangan dan rumah tangga adalah 8,14% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 8,61%.
(42)
Selama beberapa triwulan terakhir ekspor Maluku Utara selalu mengalami kontraksi. Seperti yang telah diuraikan pada bab pertama, kinerja ekspor pada triwulan II-2009 menunjukan kontraksi yang semakin dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan laporan ekspor tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 25,61%, sedangkan pada triwulan sebelumnya kontraksi ekspor tercatat sebesar minus 24,48%. Kondisi ini perlu mendapat perhatian mengingat ekspor menyumbang sepertiga dari total produk domestik regional bruto, sehingga turunnya ekspor juga akan berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan PDRB. Tulisan ini akan berupaya untuk menganalisa lebih jauh tentang kinerja ekspor Maluku Utara, dilihat dari sisi permintaan.
Tinjauan Teoritis
Fungsi dasar dari permintaan ekspor dapat digambarkan dengan persamaan sederhana sebagai berikut:
yt=f(xt,rt)
dimana yt adalah jumlah ekspor yang diminta oleh negara lain, xt adalah pendapatan riil negara
lain dan rt adalah harga ekspor relatif yang digambarkan oleh nilai tukar riil (real effective exchange rate). Kenaikan pendapatan negara lain akan meningkatkan permintaan terhadap ekspor, sedangkan penguatan nilai tukar rupiah akan menurunkan permintaan ekspor. Persamaan ini merupakan persamaan dasar dalam literatur ekspor (Goldstein dan Khan, 1985 dalam Cheung 20031).
Data dan Metode
Analisa atas kinerja ekspor Maluku Utara akan menggunakan data triwulanan periode 2000:1 hingga 2009:1. Mengingat ekspor Maluku Utara mayoritas ditujukan ke Jepang, maka pendapatan riil negara lain akan menggunakan PDRB riil Jepang yang bersumber dari Department of National Accounts – Economic and Social Research Institute – Cabinet Office Japan. Data ekspor menggunakan ekspor riil yang bersumber dari BPS. Adapun data real effective exchange rate diperoleh dari Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia. Pengolahan data akan dilakukan dengan metode regresi sederhana.
1
Cheung, Yin‐Wong, 2003, An Analysis of Hong Kong Export Performance, UC Santa Cruz Economics Working Paper, No.547.
(43)
diperoleh nilai R-squared sebesar 0,7832 yang menggambarkan bahwa seluruh variasi dari variabel-variabel yang ada, dapat dijelaskan oleh model sebanyak 78,32%. Dengan persentase sebesar ini dapat dikatakan bahwa model telah cukup baik. Probabilitas F-statistic yang sebesar 0,00 menunjukan bahwa seluruh variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Jika dilihat satu per satu, variabel real effective exchange rate tidak berpengaruh secara signifikan karena nilai probabilitasnya yang berada diatas 0,05, sedangkan variabel independen lainnya yaitu PDB Jepang dan ekspor periode sebelumnya mempengaruhi secara signifikan.
Tabel 1. Hasil Estimasi Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -12.06625 4.370239 -2.761005 0.0095
LPDBJP 1.515141 0.422174 3.588901 0.0011
LREER 0.082036 0.114766 0.714805 0.4799
LXPRT(-1) 0.493468 0.111431 4.428458 0.0001 R-squared 0.783176 Mean dependent var 12.16541
Adjusted R-squared 0.762848 S.D. dependent var 0.168021 S.E. of regression 0.081823 Akaike info criterion -2.064073 Sum squared resid 0.214241 Schwarz criterion -1.888126 Log likelihood 41.15331 Hannan-Quinn criter. -2.002663 F-statistic 38.52828 Durbin-Watson stat 1.584878
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah
Seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, PDB Jepang mempengaruhi secara signifikan permintaan ekspor Maluku Utara. Kenaikan PDB Jepang sebesar 1,00% akan meningkatkan permintaan ekspor sebanyak 1,52% dan sebaliknya penurunan PDB Jepang akan menurunkan permintaan ekspor.
Ekspor Maluku Utara selama ini memang lebih banyak didominasi ke benua Asia dibandingkan dengan benua lainnya, sedangkan sebagian tujuan ekspor lainnya adalah Eropa. Berdasarkan data Januari hingga April 2009, volume ekspor dengan tujuan Asia mencapai 82,29% dari total volume ekspor Maluku Utara, sedangkan nilainya mencapai 79,92% dari keseluruhan nilai ekspor.
(44)
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan ke Cina. Dengan masih dominannya Jepang sebagai tujuan ekspor, terutama ekspor Nickel maka tidak mengherankan apabila PDB Jepang mempengaruhi permintaan ekspor secara signifikan. Di negara tujuannya, output utama dari pengolahan nikel (stainless steel) paling banyak digunakan pada industri otomotif.
Tabel 1
Proporsi Volume dan Nilai Ekspor Malut ke Jepang dan Cina Tahun Volume Nilai
Jepang R.R.C Jepang R.R.C 2003 96,07% 0,00% 66,91% 0,00% 2004 97,49% 0,00% 79,00% 0,00% 2005 97,90% 0,00% 83,10% 0,00% 2006 79,88% 19,18% 77,78% 11,29% 2007 32,12% 67,67% 48,68% 49,15% 2008 34,39% 65,57% 54,97% 44,78% s/d Apr 09 44.96% 51.84% 59.61% 33.59% Sumber: DSM
Pada triwulan III-2008 PDB Jepang tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 0,3% (y-o-y), lalu pada triwulan IV-2008 kontraksinya semakin dalam hingga mencapai minus 4,3% (y-o-y), dan pada triwulan I-2009 kondisi ini semakin parah dengan kontraksi mencapai minus 8,8%. Dengan menurunnya PDB Jepang, maka tidak mengherankan apabila ekspor juga mengalami penurunan, karena seperti yang ditunjukan oleh model, PDB Jepang memang signifikan mempengaruhi permintaan ekspor Maluku Utara. Dan seperti yang pernah dibahas pada KER sebelumnya sampai triwulan pertama 2009, pasar otomotif dunia terus memburuk akibat turunnya permintaan seiring dengan adanya kirisis ekonomi global. Asosiasi Produsen Mobil Jepang melaporkan penjualan kendaraan di pasar domestik selama Maret mengalami penurunan hingga 32%. Selain itu akibat merosotnya permintaan dari Amerika Serikat dan Eropa, produksi otomotif Jepang anjlok hingga 56% pada bulan Februari lalu dibandingkan bulan sama pada 2008. Penurunan ini merupakan yang terburuk sejak tahun 1967. Dua belas pabrikan mobil Jepang hanya memproduksi 481.396 unit pada Februari lalu sehingga mendorong Nissan, Mazda, dan Mitsubishi memangkas produksi minimal 60%.
Variabel nilai tukar riil ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan ekspor. Kondisi ini cukup logis mengingat biasanya untuk ekspor pertambangan telah ada kesepakatan atau kontrak jangka panjang, sehingga naik-turunnya permintaan ekspor tidak terlalu dipengaruhi
(45)
Ekspor satu periode sebelumnya ternyata secara signifikan mempengaruhi permintaan ekspor untuk periode saat ini. Kenaikan ekspor satu periode lalu sebesar 1% akan menaikan permintaan ekspor saat ini sebesar 0,49%. Kondisi ini menggambarkan bahwa dalam permintaan ekspor Maluku Utara, Jepang akan memperhatikan kondisi ekspor Maluku Utara satu periode sebelumnya. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan kondisi perekonomian domestik Jepang, dimana kenaikan akan permintaan ekspor dari Maluku Utara, terutama nickel, berarti pula terjadi peningkatan aktivitas pengolahan nickel, yang berarti membaiknya permintaan domestik Jepang akan produk berbahan nickel.
Kesimpulan
Kinerja ekspor Maluku Utara sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi negara tujuan ekspor. Sebagai negara tujuan ekspor utama, naik-turunnya perekonomian Jepang akan berpengaruh secara signifikan terhadap naik-turunnya permintaan ekspor Maluku Utara. Mengingat besarnya potensi sumber daya alam yang ada di Maluku Utara, maka pengelolaan sumber daya alam tersebut harus dilakukan secara optimal agar memberikan manfaat yang seluas-luasnya kepada masyarakat. Diversifikasi tujuan ekspor bagi seluruh produk ekspor dapat dipertimbangkan, sehingga jika terjadi gangguan ekonomi di suatu negara tujuan ekspor, dapat diimbangi dengan peningkatan ekspor ke negara tujuan lainnya.
(46)
Perkembangan
Inflasi Regional
2.1 Gambaran Umum
Tingkat perkembangan harga di Ternate pada Triwulan II-2009 mengalami penurunan, baik itu secara triwulanan (q-t-q) maupun tahunan (y-o-y), dibandingkan dengan Triwulan I-2009. Secara triwulanan perkembangan harga di Ternate pada triwulan II-2009 tercatat mengalami deflasi sebesar minus 0,27%, dimana pada triwulan I-2009 masih terjadi inflasi sebesar 1,25%. Secara tahunan inflasi yang terjadi adalah sebesar 4,34%, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan I-2009 yang mencapai 7,64%. Penurunan tingkat inflasi pada bulan Juni 2009 terutama disebabkan oleh kelompok bahan makanan.
Jika dibandingkan dengan nasional stabilitas harga yang terjadi dikota Ternate secara triwulanan lebih baik namun secara tahunan lebih buruk. Secara triwulanan Ternate mengalami penurunan inflasi sebesar minus 0,27% sedangkan pada tingkat nasional terjadi penurunan inflasi sebesar minus 0,13%. Jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah SULAMPUA, Ambon merupakan provinsi yang mengalami penurunan inflasi tertinggi hingga mencapai minus 2,43% dan diikuti oleh Manado yang mengalami penurunan sebesar minus 2,08%, lalu Makassar sebesar minus 1,13%, Parepare sebesar minus 0,53%, Jayapura sebesar minus 0,36%, Palu sebesar minus 0,36% lalu Kendari sebesar minus 0,34%. Daerah-daerah yang tingkat inflasinya diatas nasional adalah Watampone (0,84%), Gorontalo (0,59%), Sorong (0,52%), Manokwari (0,36%) dan Mamuju (0,06%). Secara tahunan Ambon merupakan satu-satunya daerah yang mengalami deflasi yaitu sebesar minus 0,21%. Daerah-daerah lain yang inflasinya berada dibawah inflasi nasional adalah Manado (2,25%), Jayapura (2,77%) dan Makassar (3,34%). Daerah-daerah yang inflasinya diatas inflasi nasional yaitu Manokwari (13,24%), Gorontalo (7,22%), Watampone (7,02%), Kendari (6,81%), Sorong (6,66%), Palu (5,83%), Palopo (5,77%), Mamuju (5,24%) dan Parepare (4,53%).
Bab
II
(47)
Gambar 2.1
Perbandingan Inflasi Triwulanan (q-t-q)
Gambar 2.2
Perbandingan Inflasi Tahunan (y-o-y) 2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok
A. Inflasi Triwulanan (q-t-q)
Inflasi tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (16,24%). Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah pendidikan yang inflasinya mencapai 24,01%.
(48)
sub kelompok ikan segar yang mengalami deflasi sebesar minus 7,20%, dan sub kelompok bumbu-bumbuan yang deflasinya sebesar minus 12,78%.
Secara umum kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar minus 1,89%, dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar 3,73%. Terjadinya penurunan harga ini terutama disebabkan oleh penurunan harga pada sub kelompok ikan segar; telur, susu dan hasil-hasilnya; kacang-kacangan; buah-buahan; dan bumbu-bumbuan. Komoditas ikan segar yang mengalami penurunan harga yaitu cakalang, lolosi, kembung, malalugis, tude, ekor kuning, goropa dan bubara. Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan adalah cabe rawit dan bawang putih.
Tabel 2.1
Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (q-t-q)
Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0,35%
Daging dan Hasil-hasilnya 2,65%
Ikan Segar -7,20%
Ikan Diawetkan 14,25%
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -0,02%
Sayur-sayuran 6,78%
Kacang – kacangan -3,55%
Buah – buahan -1,80%
Bumbu – bumbuan -12,78%
Lemak dan Minyak 4,67%
Bahan Makanan Lainnya 2,08%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,74%, lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,07%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok makanan jadi sebesar 1,17%, dengan komoditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah mie.
(49)
Tabel 2.2
Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (q-t-q) Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi
Makanan Jadi 1,17%
Minuman yang Tidak Beralkohol -0,17%
Tembakau dan Minuman Beralkohol 0,51%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami inflasi 0,26% lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 1,48%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga, sedangkan pada sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air harganya relatif stabil. Komoditas penyumbang inflasi utama pada kelompok ini adalah cat tembok, kasur, air conditioner (AC), pompa air listrik dan pembasmi nyamuk bakar.
Tabel 2.3
Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q) Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas & BB Inflasi
Biaya Tempat Tinggal 0,26%
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,00%
Perlengkapan Rumahtangga 0,38%
Penyelenggaraan Rumahtangga 0,87%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok sandang mengalami deflasi sebesar minus 1,12% dimana pada triwulan sebelumnya kelompok ini mengalami inflasi sebesar 2,59%. Deflasi terutama disebabkan oleh penurunan harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain dengan deflasi mencapai minus 6,71%.
Tabel 2.4
Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)
Sub Kelompok Sandang Inflasi
Sandang Laki-laki 0,00%
Sandang Wanita 0,34%
Sandang Anak-anak 1,11%
(50)
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,54% lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 0,95%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang inflasinya mencapai 1,22% lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 0,22%. Inflasi pada sub kelomnpok ini disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga pada komoditas pasta gigi, bedak, hand body lotion, sabun mandi dan alas bedak. Sedangkan inflasi yang dialami oleh sub kelompok obat-obatan disebabkan oleh kenaikan harga vitamin.
Tabel 2.5
Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (q-t-q)
Sub Kelompok Kesehatan Inflasi
Jasa Kesehatan 0,00%
Obat-obatan 0,09%
Jasa Perawatan Jasmani 0,00%
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 1,22% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai inflasi sebesar 1,71% jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi harga pada triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar minus 0,07%. Kondisi ini dipicu oleh kenaikan harga pada sub kelompok rekreasi yang mencapai 5,80% dengan komditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya televisi berwarna.
Tabel 2.6
Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (q-t-q) Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Inflasi
Pendidikan 0,00%
Kursus-kursus / Pelatihan 0,00%
Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0,02%
Rekreasi 5,80%
Olahraga 0,68%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,23% dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar minus 4,00%. Hal ini terutama disebabkan karena kenaikan harga pada sub kelompok sarana dan
(51)
penunjang transpor yang mencapai 0,67% dengan komoditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya ban luar motor dan ban dalam motor. Untuk inflasi pada sub kelompok transpor utamanya dipicu oleh kenaikan harga pada komoditas mobil dan sepeda.
Tabel 2.7
Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q) Sub Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi
Transpor 0,30%
Komunikasi Dan Pengiriman 0,00%
Sarana dan Penunjang Transpor 0,67%
Jasa Keuangan 0,00%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
B. Inflasi Tahunan (y-o-y)
Jika dilihat secara tahunan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 16,24%, sedangkan penurunan harga terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus 3,41%. Pendidikan merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 24,01% pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sub kelompok yang mengalami deflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan adalah transpor yang mengalami penurunan harga mencapai minus 5,96%%.
Jika dilihat secara tahunan (y-o-y) inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II tahun 2009 adalah sebesar 5,63%, lebih kecil jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,59%. Hal ini disebabkan karena perlambatan inflasi pada sebagian besar sub kelompok bahan makanan yang ada, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok sayur-sayuran yang inflasinya mencapai 23,68%, dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar 20,72%. Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya juga mengalami inflasi tinggi hingga mencapai 15,61%, yang melambat jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 16,33%. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dengan penurunan harga sebesar minus 7,02% dimana pada triwulan sebelumnya sub kelompok ini mengalami inflasi
(52)
sebesar minus 6,11%, dimana pada triwulan sebelumnya penurunan harga yang terjadi jauh lebih besar yaitu sebesar minus 13,50%.
Tabel 2.8
Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (y-o-y)
Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0,71%
Daging dan Hasil-hasilnya 15,61%
Ikan Segar 7,79%
Ikan Diawetkan 2,29%
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 5,34%
Sayur-sayuran 23,68%
Kacang – kacangan 3,97%
Buah – buahan 3,70%
Bumbu – bumbuan -7,02%
Lemak dan Minyak -6,11%
Bahan Makanan Lainnya 2,84%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Inflasi tahunan yang terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau adalah 8,07% lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,31%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol dengan inflasi sebesar 12,34% lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,40%.
Tabel 2.9
Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (y-o-y) Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi
Makanan Jadi 7,35%
Minuman yang Tidak Beralkohol 12,34%
Tembakau dan Minuman Beralkohol 7,22%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 3,46% atau mengalami perlambatan jika dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 6,05%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga yaitu 6,39% jauh lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 12,69%.
(53)
Tabel 2.10
Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y) Sub KelompokPerumahan, Listrik, Air, Gas & BB Inflasi
Biaya Tempat Tinggal 4,13%
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,09%
Perlengkapan Rumahtangga 4,10%
Penyelenggaraan Rumahtangga 6,39%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 6,25% lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan harga pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 8,06%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain yang mencapai 13,76% meskipun memang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 19,81%.
Tabel 2.11
Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y)
Sub Kelompok Sandang Inflasi
Sandang Laki-laki 1,41%
Sandang Wanita 6,89%
Sandang Anak-anak 6,72%
Barang Pribadi dan Sandang Lain 13,76% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 3,70% sedikit meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,55%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang inflasinya mencapai 7,06% sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 7,05%. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok jasa perawatan jasmani yaitu minus 0,38% yang masih mengikuti trend penurunan pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar minus 1,13%.
(54)
Tabel 2.12
Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (y-o-y)
Sub Kelompok Kesehatan Inflasi
Jasa Kesehatan 2,37%
Obat-obatan 0,85%
Jasa Perawatan Jasmani -0,38%
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 7,06% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai inflasi sebesar 16,24% masih meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,50%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok pendidikan yang mencapai 24,01%, sedikit mengalami perlambatan dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 24,02%. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok olahraga yaitu sebesar minus 3,53% dimana pada periode sebelumnya masih mengalami inflasi sebesar 1,64%.
Tabel 2.13
Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (y-o-y) Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Inflasi
Pendidikan 24,01%
Kursus-kursus / Pelatihan 7,01%
Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 4,53%
Rekreasi 11,72%
Olahraga -3,53%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan harga sebesar minus 3,41% dimana penurunan harga ini lebih besar dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar minus 0,35%. Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 2,77%, dimana pada triwulan sebelumnya terjadi penurunan harga hingga mencapai minus 11,97%. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok transpor yaitu sebesar minus 5,96% dimana pada triwulan sebelumnya terjadi inflasi sebesar 4,88%.
(55)
Tabel 2.14
Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q) Sub Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi
Transpor -5,96%
Komunikasi Dan Pengiriman 2,77%
Sarana dan Penunjang Transpor 1,12%
Jasa Keuangan 2,55%
(1)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 68
Apabila dibandingkan dengan posisi Agustus 2009, tingkat pengangguran terbuka mengalami peningkatan sebesar 2,01%. Pada posisi Agustus 2008 tingkat pengangguran terbuka adalah 6,48% sedangkan posisi Februari 2009 menunjukan angka 6,61%. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2009 mengalami peningkatan 4,45% dimana pada posisi Agustus 2008 jumlahnya adalah 421,9 ribu jiwa. Peningkatan jumlah pengangguran ini karena penambahan jumlah orang yang bekerja dan yang menganggur pada posisi Februari 2009 mengalami peningkatan, dimana persentase kenaikan masing-masing adalah sebesar 4,29% dan 6,67% dimana posisinya pada Agustus 2008 adalah sebesar 394,6 ribu jiwa dan 27,3 ribu jiwa.
Gambar 6.2
Tingkat Pengangguran Terbuka
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
6.2. Lapangan Pekerjaan Utama
Proporsi sektor primer dalam menyerap tenaga kerja secara tahunan mengalami penurunan. Pada Februari 2008 sektor primer menyerap 62,46% dari seluruh tenaga kerja yang ada di Maluku Utara sedangkan pada Februari 2009 penyerapan tenaga kerja di sektor ini sebesar 57,48%. Turunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor primer diikuti oleh peningkatan pada sektor sekunder dan tersier. Pada periode Februari 2009 sektor sekunder menyerap 10,29% total tenaga kerja sedangkan tingkat penyerapannya pada Februari 2008 adalah 7,71%. Sektor tersier memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja sebesar 29,83% pada Februari 2008, sedangkan pada Februari 2009 penyerapannya adalah 32,23%.
(2)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 69
Tabel 6.1
Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor di Ternate
Sektor Lapangan Pekerjaan Utama
2008 2009 Share
Februari Februari Feb 08 Feb 09
Primer Pertanian 234,57 228,56 60,44% 55,54%
Pertambangan 7,84 7,99 2,02% 1,94%
Sekunder Industri 16,70 24,99 4,30% 6,07%
Listrik, Gas dan Air 0,43 3,61 0,11% 0,88%
Bangunan 12,78 13,74 3,29% 3,34%
Tersier Perdagangan 48,76 60,38 12,56% 14,67%
Angkutan dan Pergudangan 23,36 24,19 6,02% 5,88%
Keuangan dan Jasa Perusahaan 2,23 1,82 0,57% 0,44%
Jasa Kemasyarakatan 41,45 46,25 10,68% 11,24%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Pada sektor primer, baik untuk lapangan kerja bidang pertanian maupun pertambangan keduanya mengalami penurunan. Krisis global memang sangat dirasakan pengaruhnya terutama oleh sektor pertambangan, dimana pada akhir tahun 2008 hampir 2 ribu tenaga kerja di sektor ini mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh beberapa perusahaan pertambangan di Maluku Utara. Dalam situasi demikian mereka beralih bekerja dengan berusaha sendiri dan atau pekerja bebas non pertanian pada pertambangan rakyat yang terdapat di beberapa kawasan pulau Halmahera. Hingga triwulan II-2009 sektor pertambangan masih mengalami kontraksi, seperti yang dapat dilihat secara lebih rinci pada pembahasan mengenai perkembangan makro.
6.3. Status Pekerjaan Utama
Proporsi sektor formal dalam menyerap tenaga kerja mengalami peningkatan dibandingkan sektor informal. Hal ini diduga karena adanya peningkatan permintaan untuk posisi pegawai negeri sipil mengingat terjadi pemekaran daerah di Maluku Utara. Pada Februari 2009 sektor formal mampu menyerap sebanyak 20,16% tenaga kerja, dimana pada posisi Februari 2008 tingkat penyerapannya adalah 17,44%. Pertumbuhan ini terutama terjadi pada tenaga kerja yang statusnya bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai dimana pada Februari 2008 tenaga kerja yang memiliki status tersebut sejumlah 14,89% sedangkan pada Februari 2009 proporsinya menjadi 17,38%.
(3)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara
Ketenagakerjaan Daerah 70
Tabel 6.2
Tenaga Kerja Bedasarkan Status Pekerjaan (Ribu orang)
Status Pekerjaan
Jumlah Share Feb 08 Feb 09 Feb 08 Feb 09 F o r m a l
Berusaha dibantu buruh tetap 9,88 11,44 2,55% 2,78%
Buruh/ Karyawan/ Pegawai 57,8 71,53 14,89% 17,38%
I n f o r m a l
Berusaha sendiri 89,08 98,80 22,95% 24,01%
Berusaha dibantu buruh tidak tetap 111,39 101,67 28,70% 24,70%
Pekerja bebas di pertanian 12,65 13,76 3,26% 3,34%
Pekerja bebas di non pertanian 12,87 8,83 3,32% 2,15%
Pekerja tak dibayar 94,44 105,51 24,33% 25,64%
Sumber: BPS
Salah satu kondisi yang perlu mendapat perhatian adalah naiknya proporsi tenaga kerja yang memiliki status pekerja tak dibayar. Kondisi ini tentu memprihatinkan, dimana tenaga kerja dengan status ini hampir dapat dipastikan memiliki tingkat kesejahteraan yang sangat rendah.
(4)
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
69
Prospek
Perekonomian Daerah
7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan ekonomi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 masih sejalan dengan proyeksi ekonomi pada kajian ekonomi regional triwulan sebelumnya. Dengan melihat kecenderungan dan arah perekonomian kedepan, pada triwulan III-2009 perekonomian Maluku Utara diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 5,8% ± 1% (y-o-y).
Proyeksi ini searah dengan hasil survei kegiatan dunia usaha yang dilaksanakan Bank Indonesia Ternate pada triwulan II-2009, dimana ekspektasi masyarakat terhadap kegiatan usaha untuk periode triwulan III-2009 optimis akan mengalami peningkatan.
Grafik 7.1
Ekspektasi Kegiatan Usaha
Dari sisi permintaan, sektor konsumsi diperkirakan masih akan menjadi motor penggerak ekonomi daerah, apalagi pada triwulan III-2009 merupakan masa ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Bab
VII
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Tw.II-2007 Tw.III-2007 Tw.IV-2007 Tw.I-2008 Tw.II-2008 Tw.III-2008 Tw.IV-2008 Tw.I-2009 Tw.II-2009 Tw.III-2009
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Ekspektasi Keg. Usaha Realisasi Keg. Usaha
(5)
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
70
Investasi masih akan tumbuh dimana pada periode triwulan III-2009 masih akan didorong oleh proyek-proyek pembangunan infrastruktur, yang pada triwulan II-2009 sudah ditenderkan sehingga komponen pengeluaran pemerintah juga akan tumbuh.Dari sisi penawaran, sektor pertanian masih akan tumbuh seiring berlangsungnya panen hasil bumi sampai Juli serta tingginya produksi ikan laut hingga September.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan serta sektor pengangkutan dan komunikasi juga diyakini akan mengalami ekspansi pada Agustus dan September yang bersamaan dengan momen Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan akan mengalami peningkatan karena telah masuknya maskapai penerbangan baru dan sudah mulai beroperasi. Pertumbuhan ini akan didukung oleh tumbuhnya permintaan akan sektor ini khususnya pada saat menjelang dan sesudah hari raya Idul Fitri.
7.2 Prospek Inflasi Daerah
Pada triwulan III-2009 inflasi diproyeksikan akan berada pada tingkat 5,17% ± 1% (y-o-y). Tekanan inflasi pada triwulan III-2009 kemungkinan besar akan bersumber dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan; kelompok bahan makanan; serta kelompok makanan jadi, minuman dan rokok, seiring dengan datangnya bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Kenaikan harga ini juga sejalan dengan ekspektasi masyarakat menurut survei konsumen (SK) dan survei penjualan eceran (SPE). Berdasarkan hasil SPE, responden memperkirakan akan terjadi kenaikan harga pada 3 dan 6 bulan mendatang sebagaimana terlihat pada indeks ekspektasi harga umum pada 3 dan 6 bulan mendatang yang masing-masing mencapai 161,54 dan 160,00. Kenaikan harga diperkirakan akan terjadi seiring tingginya permintaan masyarakat terhadap barang/jasa. Pada 3 bulan mendatang, permintaan akan meningkat berkenaan dengan datangnya Ramadhan dan Idul Fitri. Sedangkan dalam 6 bulan mendatang, tingginya permintaannya disebabkan oleh datangnya Natal dan Tahun Baru (akhir
(6)
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
71
tahun). Responden memperkirakan bahwa dalam 6 bulan kedepan akan terjadi kenaikan harga barang/jasa rata-rata sebesar 8,27%.Sementara ekspektasi responden terhadap suku bunga kredit menunjukkan bahwa responden memperkirakan akan terjadi penurunan suku bunga kredit baik pada 3 maupun 6 bulan kedepan masing-masing dengan indeks sebesar 88,24 dan 82,35. Hal ini merupakan respon dari sinyal yang diberikan oleh Bank Indonesia dengan beberapa kali menurunkan suku bunga SBI belakangan ini.
Indeks Ekspektasi terhadap Harga Umum & Suku Bunga Kredit Variabel Tw. I - 2009 Tw. II - 2009
Ekspektasi Harga Umum
Ekspektasi 3 bulan y.a.d. 134.38 161.54
Ekspektasi 6 bulan y.a.d. 150.00 160.00
Ekspektasi Suku Bunga
Ekspektasi 3 bulan y.a.d. 86.21 88.24
Ekspektasi 6 bulan 86.21 82.35
Indeks Ekspektasi terhadap Penjualan
Variabel Tw. I - 2009 Tw. II - 2009
Ekspektasi Penjualan
Ekspektasi 3 bulan y.a.d. 93.75 144.44
Ekspektasi 6 bulan 109.38 137.04
Responden optimis bahwa pada 3 bulan mendatang akan terjadi peningkatan penjualan sebagaimana terlihat pada indeks ekspektasi penjualan sebesar 144,44. Optimisme ini dilatarbelakangi oleh masih berlanjutnya panen hasil bumi sampai Juli serta tingginya produksi ikan laut hingga September. Masyarakat juga optimis bahwa penjualan mereka terus meningkat terutama menjelang Idul Fitri pada bulan September serta menjelang akhir tahun. Hal ini dapat terlihat pada indeks ekspektasi penjualan 6 bulan mendatang yang mencapai 137,04.