KEEFEKTIFAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS MASALAH OPEN ENDED DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN RASA INGIN TAHU PESERTA DIDIK KELAS VII SMPN 2 WATES KULON PROGO.

(1)

1 AB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang mencirikan kurikulum 2013. Pendekatan ini menuntut pembelajaran yang mencakup tiga ranah hasil belajar yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pembelajaran mengharuskan terwujudnya peserta didik yang produkif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui tiga ranah tersebut secara utuh.

Pada standar proses kurikulum 2013 terdapat 14 prinsip pembelajaran yang digunakan (Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013). Kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu merupakan dua hal penting yang perlu dikembangkan dari beberapa prinsip yang dijelaskan tersebut. Kemampuan berpikir kreatif ditunjukkan dengan prinsip dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pada pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multidimensi serta pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. Rasa ingin tahu ditunjukkan oleh prinsip dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu dan dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar.

Kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu penting untuk dikembangkan bahkan meskipun kurikulum 2013 masih pada proses evaluasi ulang. Kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu seharusnya dikembangkan apapun


(2)

2

kurikulumnya. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.

Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran (Erman Suherman, dkk., 2001: 18). Matematika berfungsi untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan mempelajari matematika menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah (Depdiknas, 2006: 346). Untuk mempelajari matematika, peserta didik dituntut memiliki kemampuan berpikir yang tinggi dalam memecahkan berbagai masalah tersebut.

Kemampuan berpikir dipandang sebagai kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah menggunakan nalarnya. Krulik (Tatag Yuli Eko Siswono, 2004) menjelaskan bahwa penalaran merupakan bagian dari berpikir yang tingkatnya di atas pengingatan (recall). Penalaran dikategorikan secara hirarkhis yaitu berpikir dasar (basic), berpikir kritis (critical) dan berpikir kreatif. Indikator yang menunjukkan berpikir dasar (basic) meliputi memahami konsep dan mengenali suatu konsep ketika konsep tersebut berada dalam suatu setting. Indikator yang menunjukkan berpikir kritis meliputi menguji, menghubungkan dan mengevalusi semua aspek suatu situasi atau masalah, menfokuskan pada bagian-bagian suatu situasi atau masalah, mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi, validasi dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiakan informasi-informasi yang dipelajari sebelumnya, menentukan jawaban yang beralasan (reasonable), menyimpulkan dengan valid, serta analitikal dan refleksif


(3)

3

secara alami. Sedangkan indikator yang menunjukkan berpikir kreatif meliputi asli, efektif dan menghasilkan suatu produk yang komplek, penemuan (inventive), sintesis ide-ide, membangun ide-ide, serta menerapkan ide-ide.

Pembahasan mengenai kemampuan berpikir dalam matematika lebih ditekankan pada prosesnya, yakni proses berpikir dasar, kritis, serta berpikir kreatif. Oleh karena itu, kemampuan berpikir dalam matematika lebih tepat diistilahkan sebagai kemampuan berpikir dasar, kemampuan berpikir kritis, serta kemampuan berpikir kreatif.

Menurut Nur Ghufron dan Rini Risnawita S. (2014), kemampuan berpikir kreatif memiliki peranan penting dalam kehidupan karena kreativitas merupakan unsur kekuatan sumber daya manusia yang handal untuk menggerakkan kemajuan manusia dalam hal penelusuran, pengembangan dan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta dalam semua bidang usaha manusia. Kemampuan berpikir kreatif diperlukan untuk mengembangkan diri manusia dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa kemampuan berpikir kreatif seseorang tidak akan menemukan jawaban untuk mengatasi permasalahannya sehingga dimungkinkan tidak akan pernah terjadi kemajuan dalam hidupnya. Kemampuan berpikir kreatif dapat meningkatkan pemahaman dan mempertajam bagian-bagian otak yang berhubungan dengan kognitif murni.

Selain kemampuan berpikir kreatif, salah satu kemampuan yang perlu dilatihkan pada peserta didik yaitu rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu merupakan kemampuan afektif yang penting untuk dimiliki karena rasa ingin tahu merupakan


(4)

4

cara berpikir, sikap, dan perilaku yang selalu terdorong untuk mengetahui segala sesuatu secara lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengarnya. Rasa ingin tahu yang rendah dapat menjadi masalah dalam pembelajaran matematika karena rasa ingin tahu merupakan salah satu faktor penting untuk terwujudnya prestasi belajar peserta didik yang baik dan memuaskan. Rasa ingin tahu merupakan dasar untuk mengetahui sejauh mana kemampuan yang telah dicapai peserta didik.

Namun, terkadang beberapa guru terlalu fokus pada bagaimana cara mengembangkan kemampuan kognitif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Masing-masing peserta didik memiliki rasa ingin tahu yang berbeda-beda dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari sikap peserta didik ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Sebagian besar peserta didik enggan bertanya hal-hal yang belum mereka pahami. Ketika guru memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya, sebagian besar peserta didik hanya diam. Selain itu jika diberikan satu cara penyelesaian masalah mereka hanya menurut saja tanpa mencari cara penyelesaian yang lainnya. Contoh perilaku-perilaku tersebut menggambarkan kurangnya rasa ingin tahu peserta didik.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik merupakan kemampuan yang penting dalam menunjang pelaksanaan pembelajaran matematika. Namun fakta dilapangan masih menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik belum berkembang secara optimal. Demikian juga yang terjadi di SMPN 2 Wates Kulon Progo. Berdasarkan


(5)

5

hasil pra-penelitian, kemampuan berpikir kreatif pada beberapa peserta didik di SMPN 2 Wates Kulon Progo belum berkembang secara optimal. Hal ini ditunjukkan ketika guru memberikan soal yang diujicobakan kepada peserta didik. Soal tersebut dimodifikasi dari soal yang telah ada sebelumnya yaitu sebagai berikut.

Gambar 1. Soal Prapenelitian

Dari 31 peserta didik hanya 4 orang peserta didik yang mengerjakan dengan 4 cara yang benar, 9 orang peserta didik mengerjakan dengan 2 cara benar, dan 18 orang peserta didik mengerjakan hanya dengan 1 cara sedangkan pada kunci jawaban telah ditemukan setidaknya ada 6 cara penyelesaian berbeda.

Hal ini juga didukung dengan pengamatan selama melakukan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) dan juga hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo, terdapat fakta bahwa peserta didik memiliki kecenderungan untuk bekerja dan berpikir berdasarkan dari apa yang disampaikan oleh guru saja, belum nampak adanya partisipasi aktif dari


(6)

6

peserta didik dalam proses pembelajaran. Ketika proses belajar mengajar berlangsung, mayoritas peserta didik lebih memilih untuk diam. Bahkan ada beberapa peserta didik yang asik berbicara dengan teman ketika guru menjelaskan. Peserta didik kurang berani menyampaikan pertanyaannya ketika mengalami kesulitan dalam mengikuti jalannya proses belajar mengajar, serta enggan mencari sebanyak mungkin jawaban yang mungkin atas suatu permasalahan. Ketika guru menyampaikan contoh soal, peserta didik lebih mengedepankan hasil dari permasalahan tersebut, tanpa memperhatikan pentingnya rangkaian proses dalam mendapatkan hasil dari permasalahn tersebut.

Hal tersebut akan berdampak negatif ketika peserta didik dihadapkan pada suatu permasalahan baru, peserta didik akan melakukan langkah penyelesaian yang sama seperti yang dicontohkan oleh guru sebelumnya. Selain itu jika peserta didik menjumpai bentuk soal yang merupakan pengembangan dari apa yang telah disampaikan sebagai contoh soal sebelumnya, peserta didik akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

Selain kemampuan berpikir kreatif, terdapat indikasi bahwa rasa ingin tahu beberapa peserta didik di SMPN 2 Wates Kulon Progo juga belum berkembang secara optimal. Misalnya ketika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, akan tetapi sebagian besar peserta didik enggan untuk bertanya. Juga ketika guru hanya memberikan satu contoh cara penyelesaian soal, mereka kurang tertarik untuk mengembangkan cara-cara lain yang mungkin serta enggan pula menyampaikan pendapatnya jika menemukan cara lain.


(7)

7

Bukti-bukti tersebut mengindikasikan bahwa aspek-aspek dalam kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo belum tercapai dengan optimal. Mengingat pentingnya kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik dalam belajar matematika, serta masih terdapatnya kesenjangan mengenai fakta di lapangan dengan apa yang menjadi tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan, maka tugas guru adalah menyusun rancangan pembelajaran sebaik mungkin, dalam upaya membantu peserta didik meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu.

Memperhatikan bahwa kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik penting untuk dikembangkan maka perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik. Kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik bergantung dari kesempatan yang diberikan oleh guru pada peserta didik untuk berkreasi dan toleransi terhadap perbedaan-perbedaan individual mereka. Salah satu pendekatan yang dapat membantu berkembangnya kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik yaitu pendekatan saintifik berbasis masalah open ended (masalah terbuka).

Erman Suherman, dkk. (2001) mendefinisikan open ended sebagai problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar. Jawaban disini bukan hanya merujuk pada jawaban akhir tetapi lebih pada proses atau cara yang digunakan untuk memperoleh jawaban tersebut. Informasi yang ada diolah dalam pikiran dan setelah paham, peserta didik dibawa menjawab permasalahan dengan


(8)

8

banyak cara sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman peserta didik dalam menemukan sesuatu yang baru.

Rasa ingin tahu merupakan salah satu faktor penting untuk mewujudkan prestasi belajar peserta didik yang baik dan memuaskan. Hal ini dikarenakan rasa ingin tahu merupakan dasar untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik. Aspek rasa ingin tahu peserta didik meliputi: mempertanyakan segala sesuatu, menjawab pertanyaan yang muncul selama pembelajaran, memperhatikan penjelasan guru, memiliki inisiatif dan antusias, memberikan kontribusi dalam diskusi, mencari informasi dari berbagai sumber, serta tidak takut mencoba sesuatu yang baru.

Berdasarkan penelitian yag dilakukan oleh Yuanita Endah Puspitasari (2009) menunjukkan bahwa pendekatan open ended mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rima Buana Prahastiwi, Subani dan Dwi Haryoto (2014) menunjukkan bahwa pendekatan saintifik mampu meningkatkan rasa ingin tahu. Pernyataan-pernyataan tersebut menguatkan bahwa pendekatan saintifik berbasis masalah open ended menempati posisi yang strategis dalam pembelajaran matematika, khususnya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik.

Melalui pendekatan ini peserta didik terangsang untuk mengembangkan pengetahuannya dengan cara yang ia pahami, meskipun cara-cara tersebut berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini memfasilitasi perkembangan kognitif peserta didik SMP yang menurut Piaget berada pada tahap operasional formal.


(9)

9

Pada tahap ini, peserta didik sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak. Kemampuan abstraksi masing-masing peserta didik tentu berbeda satu dengan yang lainnya. Kemampuan abstraksi tersebut bergantung pada pengalaman, pengetahuan dan kemampuan berpikir yang mereka miliki.

Selain itu, pendekatan ini dirasa mampu meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik karena dengan pembelajaran seperti ini akan merangsang rasa penasaran peserta didik dalam mencoba-coba cara menyelesaikan suatu masalah. Melalui penemuan cara-cara penyelesaian tersebut rasa ingin tahu peserta didik diasah sehingga lama kelamaan rasa ingin tahu peserta didik akan meningkat.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang keefektifan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan berpikir kreatif peserta didik penting tetapi belum berkembang secara optimal.

2. Rasa ingin tahu peserta didik penting tetapi beberapa peserta didik kurang memiliki rasa ingin tahu.


(10)

10

4. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended belum diterapkan di SMPN 2 Wates Kulon Progo sehingga belum diketahui keefektifannya terhadap kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, masalah dalam penelitian ini peneliti batasi pada kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi keliling dan luas segitiga dan segiempat menggunakan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah pendekatan saintifik berbasis masalah open ended efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo?

2. Apakah pendekatan saintifik berbasis masalah open ended efektif ditinjau dari rasa ingin tahu peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo?

3. Apakah pendekatan pembelajaran saintifik efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo?

4. Apakah pendekatan pembelajaran saintifik efektif ditinjau dari rasa ingin tahu peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo?


(11)

11

5. Jika keduanya efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo, manakah yang lebih efektif diantara pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dan pendekatan saintifik? 6. Jika keduanya efektif ditinjau dari rasa ingin tahu peserta didik kelas VII

SMPN 2 Wates Kulon Progo, manakah yang lebih efektif diantara pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dan pendekatan saintifik?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. mengetahui keefektifan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo,

2. mengetahui keefektifan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended ditinjau dari rasa ingin tahu peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo,

3. mengetahui keefektifan pendekatan saintifik ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo,

4. mengetahui keefektifan pendekatan pembelajaran saintifik ditinjau dari rasa ingin tahu peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo,

5. mengetahui pendekatan pembelajaran yang lebih efektif diantara pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dan pendekatan saintifik ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo, dan


(12)

12

6. mengetahui pendekatan pembelajaran yang lebih efektif diantara pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dan pendekatan saintifik ditinjau rasa ingin tahu peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain. 1. Bagi Peserta Didik

Manfaat penelitian ini bagi peserta didik yaitu menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu.

2. Bagi Guru dan Sekolah

Manfaat penelitian ini bagi guru dan sekolah yaitu memberikan alternatif pendekatan pembelajaran dan gambaran kepada guru mengenai pendekatan saintifik berbasis masalah open ended serta menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat bagi sekolah untuk perbaikan mutu pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu memperoleh pengalaman sebagai peneliti dalam penggunaan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended pada pembelajaran matematika serta mengimplementasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Manfaat penelitian ini bagi peneliti selanjutnya yaitu memberikan pertimbangan dan acuan/masukan bagi penelitian yang sejenis.


(13)

13 BAB II KAJIAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar yang diartikan sebagai suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya (Sugihartono, dkk., 2007: 74). Terdapat beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar yaitu bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis yang terjadi melalui latihan atau pengalaman serta bersifat relatif mantap (Ngalim Purwanto, 2002: 84-85).

Pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, yang berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar peserta didik di sekolah dan lingkungan sekitarnya (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008: 1). Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan yang ditunjukkan oleh perubahan kemampuan dan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dan perubahan itu relatif tetap.


(14)

14

Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta hasil yang optimal (Sugihartono, dkk., 2007: 81). Erman Suherman, dkk. (2001: 9) mendefinisikan pengertian pembelajaran menurut konsep sosiologi sebagai rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik. Dalam arti sempit, proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu peserta didik dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman sesama peserta didik.

Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara peserta didik dengan guru dan peserta didik dengan peserta didik, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, peserta didik sebagai komunikan, dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu pengetahuan. Gagne (Benny A. Pribadi 2009: 9) mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai "a set of events embedded in purposeful activities that facilitate learning". Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.


(15)

15

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien serta memperoleh hasil yang optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai masyarakat yang baik.

b. Matematika

Chambers (2010: 9) mengatakan bahwa, “Mathematics is a study of patterns, relationships and rich interconnected ideas (the purist view). It also a tool for solving problems in a wide range of contexts (the utilitarian view)”. Pendapat tersebut berarti bahwa matematika dalam pandangan murni adalah studi tentang pola, hubungan dan ide-ide yang saling berhubungan, sedangkan dalam pandangan utilitarian merupakan alat untuk memecahkan masalah dalam berbagai konteks. Ia juga menyebutkan karakteristik matematika sebagai sebuah alat untuk memecahkan masalah, dasar penelitian ilmiah dan teknologi serta menyediakan cara untuk model situasi nyata.

Menurut Erman Suherman, dkk. (2001: 17), matematika itu bahasa simbol; matematika itu bahasa numerik; matematika itu bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional; matematika itu metode berpikir logis; matematika adalah sarana berpikir; matematika adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah ratunya ilmu pengetahuan dan sekaligus pelayannya; matematika adalah sains mengenai kuantitas dan besaran; matematika adalah suatu sains yang bekerja menarik kesimpulan-kesimpulan yang perlu; matematika


(16)

16

itu suatu sains formal murni; matematika itu sains yang memanipulasi simbol; matematika itu ilmu tentang bilangan dan ruang; matematika itu ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk, dan struktur; matematika itu ilmu yang abstrak dan deduktif; matematika itu aktifitas manusia.

Ebbutt S. dan Straker A. (Marsigit, 2009) menyatakan bahwa “Mathematics is a search for patterns and relationship; mathematics is a creative activity, involving imajination, intuition dan discovery; mathematics is a way of solving problems; and mathematics is a means of communicating information or ideas”. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa matematika adalah kegitan mencari pola dan hubungan; matematika adalah kegiatan kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan; matematika adalah langkah penyelesaian masalah; serta matematika adalah komunikasi informasi atau ide-ide. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa matematika adalah hasil pemikiran yang berhubungan dengan proses dan penalaran yang logis yang mempelajari hubungan pola, bentuk, dan struktur.

c. Pembelajaran Matematika

Gagne (Bell, 1981: 108) mengatakan bahwa objek pembelajaran matematika terdiri dari objek langsung yang meliputi fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip serta objek tidak langsung yang meliputi penyampaian pembelajaran, kemampuan menyelidiki, kemampuan pemecahan masalah, belajar mandiri, dan bersikap positif terhadap matematika. Bell (1981: 194) menjelaskan bahwa objek langsung matematika diajarkan pada semua tingkatan kelas meskipun fakta-fakta dan keterampilan cenderung ditekankan di kelas yang lebih rendah, konsep-konsep


(17)

17

ditekankan di kelas menengah, dan prinsip-prinsip ditekankan pada kelas yang lebih tinggi.

Menurut Soedjadi (2006: 6), pembelajaran matematika merupakan upaya yang dilakukan oleh guru dalam membuat peserta didik belajar matematika secara optimal. Fungsi pembelajaran matematika menurut Erman Suherman, dkk. (2003: 57) adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah.

Pembelajaran matematika di sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membentuk pola pikir dalam memahami suatu pengertian dan penalaran. Hal ini mendorong guru untuk memilih dan menggunakan strategi, metode, pendekatan, serta teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 disebutkan bahwa tujuan mata pelajaran matematika di SMP yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah,

2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,


(18)

18

3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsir solusi yang diperoleh,

4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam memelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2. Pendekatan Saintifik

National Science Teacher Association (NSTA) mendefinisikan pendekatan saintifik sebagai belajar/mengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia (Daryanto dan Herry Sudjendro, 2014: 82). Pendekatan ini pada hakekatnya merupakan upaya pemahaman, penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang fenomena alam dan sosial yang meliputi produk dan proses.

Yunus Abidin (2014: 122) mendefinisikan pendekatan saintifik sebagai pendekatan pada proses pembelajaran yang dilakukan untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencangan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Untuk melaksanakan kegiatan ini peserta didik harus dibina kepekaannya, kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, ketelitiannya mengumpulkan data, dan kecermatannya mengolah data untuk menjawab pertanyaan dan akhirnya kemampuannya membuat simpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukannya.


(19)

19

Menurut M. Hosnan (2014: 34), pendekatan saintifik dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.

Menurut Barringer (2010) pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang menuntut peserta didik berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Pembelajaran ini melibatkan peserta didik dalam kegiatan memecahkan masalah yang kompleks melalui kegiatan menuangkan gagasan, berpikir kreatif, dan melakukan aktivitas penelitian.

Menurut Hariadi (Rima Buana Prahastiwi, Subani, dan Dwi Haryoto, 2014) pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1). berpusat pada peserta didik, 2). melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip, 3). melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan 4). dapat mengembangkan karakter peserta didik.


(20)

20

Pada Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi:

a. dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;

b. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar;

c. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;

d. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;

e. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;

f. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

g. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

h. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) danketerampilan mental (softskills);

i. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

j. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);


(21)

21

k. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; l. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,

siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;

m.pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan

n. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Menurut Hosnan (2014: 39) langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, pengumpulan data, mengasosiasi, serta mengkomunikasikan.

a. Mengamati (observing)

Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat).

b. Menanya (questioning)

Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan)

c. Pengumpulan data (experimenting)

Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen).


(22)

22 d. Mengasosiasi/Menalar (assosiating)

Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data / kategori. menyimpulkan dari hasil analisis data; dimulai dari unstructured - uni structure – multistructure – complicated structure. e. Mengkomunikasikan

Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.

Menurut Daryanto (2014) langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi mengamati (observasi), menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah informasi/menalar, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan. Menurut Yunus Abidin (2014: 141), ada empat tahapan dalam pendekatan saintifik. Keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Identifikasi masalah

Pembelajaran diawali dengan masalah yang kemudian dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan (rumusan masalah) yang dibuat peserta didik. Rumusan masalah merupakan pertanyaan pemandu pembelajaran yang harus peserta didik dapatkan jawabannya setelah selesai melaksanakan seluruh rangkaian pembelajaran.

b. Membuat hipotesis

Berdasarkan langkah kerja penelitian ini, dalam konteks model pembelajaran peserta didik harus menggunakan penalarannya baik secara induktif maupun deduktif untuk mampu merumuskan jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.


(23)

23 c. Mengumpulkan dan menganalisis data

Kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan baik secara eksperimen maupun studi lainnya. Hasil pengumpulan data tersebut selanjutnya diolah sehingga dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian ataupun untuk membuktikan hipotesis.

d. Menginterpretasi data dan membuat kesimpulan

Kegiatan interpretasi merupakan aktivitas yang dilakukan peserta didik untuk memaknai hasil penelitian sederhana yang telah dilakukannya. Hasil interpretasi adalah simpulan yang dibuat oleh peserta didik dan selanjutnya menjadi pengetahuan yang benar-benar dikonstruksi oleh peserta didik sendiri sehingga diyakini akan meningkatkan tingkat retensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan menyimak penjelasan guru.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan sehingga suatu masalah dapat diselesaikan. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi mengamati (observasi), menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan.

3. Masalah Open Ended

Open ended problems or incomplete problems are problems that are formulated to have multiple correct answer (S. Shimada and J.P. Becker, 1997). Dapat dikatakan bahwa masalah open ended atau masalah terbuka atau disebut


(24)

24

juga masalah tak lengkap merupakan masalah yang diformulasikan memiliki multijawaban benar. Menurut Maqsudah (Marina Putriyanti, 2007) masalah open-ended adalah masalah yang mengarahkan peserta didik untuk menggunakan keragaman cara atau metode penyelesaian sehingga sampai pada suatu jawaban yang diinginkan.

Menurut Hannafin, Hall, Land dan Hill (Miftahul Huda, 2013: 278-279), pembelajaran terbuka atau yang sering dikenal dengan istilah open ended learning (OEL) merupakan proses pembelajaran yang didalamnya tujuan dan keinginan individu/peserta didik dibangun dan dicapai secara terbuka. Pada metode pembelajaran, masalah terbuka diberikan kepada peserta didik terlebih dahulu, kemudian dari masalah tersebut dihasilkan banyak jawaban benar sehingga memberikan pengalaman dalam menemukan sesuatu yang baru selama proses pemecahan masalah (S. Shimada and J.P. Becker, 1997). Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan masalah open ended merupakan pembelajaran yang didalamnya tujuan dan keinginan peserta didik dibangun dan dicapai dengan cara terbuka, maksudnya masalah-masalah yang diselesaikan mempunyai multijawaban yang benar maupun beragam cara penyelesaian.

Ali Mahmudi (2008: 3) menyebutkan aspek keterbukaan dari masalah open ended diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yakni:

a. terbuka proses penyelesaiannya, artinya adalah soal tersebut memiliki strategi penyelesaian yang beragam,

b. terbuka hasil akhirnya, jawaban soal tersebut tidak unik atau mempunyai jawaban benar lebih dari satu, dan


(25)

25

c. terbuka pengembangan lanjutannya, bahwa peserta didik dapat mengubah syarat atau kondisi pada soal, setelah peserta didik menyelesaikan soal tersebut.

Contoh penerapan masalah open ended dalam pembelajaran adalah ketika peserta didik diminta mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang berbeda dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan, bukan berbasis pada jawaban (hasil) akhir. Tujuan utama peserta didik dihadapkan dengan masalah open ended bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada bagaimana cara sampai pada jawaban tersebut sehingga tidak hanya ada satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban namun beberapa atau banyak. Sifat keterbukaan dari masalah itu akan hilang jika guru hanya mengajukan satu alternatif cara dalam menyelesaikan permasalahan (Erman Suherman, dkk., 2001: 113).

Tujuan dari pembelajaran open ended menurut Nohda (Erman Suherman, dkk., 2001: 114) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis peserta didik melalui problem solving secara simultan. Kegiatan matematika dan kegiatan peserta didik disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut.

a. Kegiatan Peserta Didik Harus Terbuka

Kegiatan peserta didik harus terbuka, maksudnya kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan peserta didik untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka.


(26)

26

b. Kegiatan Matematika adalah Ragam Berpikir

Kegiatan matematika adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dan pengalaman nyata dalam kehidupan dalam ke dalam dunia matematika atau sebaliknya. Pada dasarnya kagiatan matematika akan mengundang proses manipulasi dan manifestasi dalam dunia matematika.

c. Kegiatan Peserta Didik dan Kegiatan Matematika Merupakan Satu Kesatuan

Kegiatan peserta didik dan kegiatan matematik dikatakan terbuka secara simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dan berpikir matematik peserta didik terperhatikan guru melalui kegiatan-kegiatan matematik yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan lainnya.

4. Pendekatan Saintifik Berbasis Masalah Open Ended

Berdasarkan definisi dari pendekatan saintifik dan masalah open ended dapat dikatakan bahwa pendekatan saintifik berbasis masalah open ended merupakan pendekatan pembelajaran dengan masalah terbuka sebagai dasarnya yang melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan sehingga masalah tersebut dapat terselesaikan. Langkah-langkah pendekatan saintifik berbasis masalah open ended meliputi mengamati masalah-masalah terbuka (open ended), menanya pertanyaan-pertanyaan terbuka, mengumpulkan informasi yang bersifat jamak, mengasosiasi/menalar dengan berbagai cara, serta mengkomunikasikan.


(27)

27 5. Kemampuan Berpikir Kreatif

Menurut Norris dan Ennis (Brookhart, Susan M., 2010: 125), Creative thinking is the brainstorming or putting together of new ideas. Creative thinking is reasonable, productive, and nonevaluative. Berpikir kreatif merupakan pengumpulan dari ide-ide baru. Berpikir kreatif merupakan sesuatu yang beralasan, produktif dan nonevaluatif. Creative thinking are based on one fundamental principle—a new idea is made up of old ideas combined in a new way. The simplest way to do this is by adding, replacing, or subtracting ideas (Lau, Joy Y. F., 2011: 223). Berpikir kreatif didasari oleh satu prinsip yang fundamental yaitu bahwa sebuah ide baru dibentuk dari kombinasi ide-ide lama dengan cara yang baru. Cara paling sederhana yaitu dengan menambah, mengganti, atau mengurangi ide-ide tersebut.

Tatag Yuli Eko Siswono (2005) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan peserta didik dalam memahami masalah dan menemukan penyelesaian dengan strategi atau metode yang bervariasi (divergen). Menurut McGregor (Ali Mahmudi, 2014) kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan berpikir yang mengarah pada cara memperoleh wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru pada saat memahami sesuatu.

Silver (Tatag Yuli Eko Utomo dan I Ketut Budayasa, 2006) memberikan indikator untuk menilai berpikir kreatif peserta didik (kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan) menggunakan pemecahan masalah. Masalah open ended merupakan bagian dari pemecahan masalah. Lebih lanjut ketiga indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut.


(28)

28

a. Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada keberagaman (bermacam-macam) jawaban masalah yang dibuat peserta didik dengan benar.

b. Fleksibilitas dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan peserta didik memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda.

c. Kebaruan dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan peserta didik menjawab masalah dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi bernilai benar atau satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh individu (peserta didik) pada tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya.

S. C. Utami Munandar (1997: 88-90) menjabarkan indikator kemampuan berpikir kreatif dalam 5 indikator yaitu kemampuan berpikir lancar, luwes/fleksibel, orisinal, kemampuan memperinci/mengelaborasi serta kemampuan menilai/mengevaluasi. Selanjutnya definisi dari indikator-indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Kemampuan Berpikir Lancar

Menemukan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

b. Kemampuan Berpikir Luwes/Fleksibel

Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari banyak


(29)

29

alternatif atau arah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

c. Kemampuan Berpikir Orisinal

Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

d. Kemampuan Memerinci/Mengelaborasi

Mampu memperkaya atau mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

e. Kemampuan Menilai/Mengevaluasi

Menentukan patokan nilai sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya.

Menurut Nur Ghufron dan Rini Risnawita S. (2014: 106-111), aspek kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai berikut.

a. Kelancaran Berpikir

Kemampuan untuk mengemukakan banyak ide atau gagasan secara lancar. b. Keluwesan Berpikir

Kemampuan untuk melihat berbagai macam sudut pandang dan memberikan berbagai macam jawaban dari suatu masalah.


(30)

30 c. Keaslian Berpikir

Kemampuan memberikan jawaban yang tidak diduga dan tidak terpikirkan oleh orang pada umumnya atau mempunyai gagasan yang belum atau jarang diberikan orang lain.

d. Elaborasi/Memerinci

Kemampuan memperkaya dan mengembangkan ide-ide serta kemampuan memperinci ide sampai ke hal-hal yang sekecil-kecilnya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan dalam memahami masalah dan menemukan penyelesaiannya dengan berbagai cara, metode, ide serta perspektif yang baru. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu:

a. Kelancaran

Peserta didik mampu menemukan banyak jawaban terkait suatu masalah matematika.

b. Keluwesan

Peserta didik mampu memberikan banyak cara penyelesaian berbeda pada suatu permasalahan matematika.

c. Kebaruan

Peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan matematika menggunakan cara yang baru, unik, atau berbeda dengan cara lainnya.


(31)

31 6. Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu didefinisikan selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi, serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti (S. C. Utami Munandar, 1997: 91). Pupuh Fathurahman, AA Suryana, dan Fenni Fitriany (2013: 104) mendeskripsikan rasa ingin tahu sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Suyadi (2013: 9) menjelaskan bahwa rasa ingin tahu yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajarai secara lebih mendalam.

Menurut S. C. Utami Munandar (1997), aspek ingin tahu meliputi mempertanyakan segala sesuatu, senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru, tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba sesuatu yang belum dikenal, menggunakan semua pancainderanya untuk mengenal, tidak takut menjajaki bidang-bidang baru, ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian, serta ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik. Ajeng Ginanjar (2013) mengatakan bahwa aspek rasa ingin tahu meliputi bertanya, menjawab pertanyaan yang muncul selama pembelajaran, merespon, memperhatikan penjelasannya, memiliki inisiatif dan antusias, memiliki sikap kreatif, kontribusi peserta didik dalam diskusi/proyek pembelajaran, serta pengayaan. A.M. Putri, S. Khanafiyah, dan H. Susanto (2014) mengatakan bahwa


(32)

32

aspek rasa ingin tahu yaitu bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran, mencari informasi dari berbagai sumber, serta bertanya kepada guru tentang pengetahuan umum.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa rasa ingin tahu adalah cara berpikir, sikap, dan perilaku yang selalu terdorong untuk mengetahui segala sesuatu secara lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Aspek rasa ingin tahu yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mempertanyakan segala sesuatu, menjawab pertanyaan yang muncul selama pembelajaran, memperhatikan penjelasan guru, memiliki inisiatif dan antusias, memberikan kontribusi dalam diskusi, mencari informasi dari berbagai sumber, serta tidak takut mencoba sesuatu yang baru.

7. Tinjauan Materi

Pada kurikulum 2006, memahami konsep segitiga dan segiempat serta menentukan ukurannya termasuk dalam materi semester 2 kelas VII. Oleh karena itu, peneliti mengambil materi luas dan keliling segitiga dan segiempat sesuai dengan SK, KD, dan Indikator dalam tabel 1 berikut.

Tabel 1. SK, KD, dan Indikator Standar Kompetensi

6 Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar

6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

Indikator

6.3.1 Menemukan rumus keliling, luas persegi panjang dan persegi 6.3.2 Menggunakan rumus keliling, luas persegi panjang dan persegi


(33)

33

6.3.3 Menemukan rumus keliling dan luas segitiga

6.3.4 Menggunakan rumus keliling dan luas segitiga untuk menyelesaikan masalah

6.3.5 Menemukan rumus keliling dan luas jajar genjang

6.3.6 Menggunakan rumus keliling dan luas jajar genjang untuk menyelesaikan masalah

6.3.7 Menemukan rumus keliling, luas belah ketupat dan layang-layang

6.3.8 Menggunakan rumus keliling, luas belah ketupat dan layang-layang untuk menyelesaikan masalah

6.3.9 Menemukan rumus keliling dan luas trapesium

6.3.10 Menggunakan rumus keliling dan luas trapesium untuk menyelesaikan masalah

6.3.11 Menghitung keliling gabungan bangun segitiga dan segiempat 6.3.12 Menghitung luas gabungan bangun segitiga dan segiempat

Keliling adalah jumlah panjang sisi-sisi suatu bangun sedangkan luas adalah banyaknya persegi satu satuan yang mengisi suatu bangun. Rumus keliling dan luas segitiga dan segiempat disajikan dalam tabel 2 berikut.

Tabel 2. Rumus Luas dan Keliling pada Segitiga dan Segiempat

No Nama Bangun Keliling Luas

1 Persegi Panjang

2 Persegi

3 Segitiga

4 Jajar Genjang

5 Belah Ketupat

6 Layang-layang

7 Trapesium

Keterangan:

: panjang : sisi keempat

: lebar : diagonal satu

: sisi : diagonal dua

: sisi pertama : alas

: sisi kedua : tinggi


(34)

34 8. Keefektifan Pembelajaran

Guru harus merencanakan pembelajaran dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan atau dengan kata lain pembelajaran akan efektif jika pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang baik sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Nightiangle dan O’Neil (Killen, 2009: 4) mendeskripsikan karakteristik pembelajaran yang efektif, yaitu sebagai berikut.

a. Peserta didik mampu menerapkan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah.

b. Peserta didik mampu mengkomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain.

c. Peserta didik mampu memahami hubungan dari pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajarinya.

d. Peserta didik mampu mempertahakan pengetahuan yang dimilikinya dalam waktu yang lama.

e. Peserta didik mampu menemukan atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

f. Peserta didik memiliki keinginan untuk terus belajar.

Nana Sudjana mengemukakan (2002: 34-35) bahwa pembelajaran efektif dapat ditinjau dari proses dan hasilnya. Prosesnya sesuai dengan apa yang direncanakan sedangkan hasilnya sesuai dengan kriteria yang ditentukan.


(35)

35

Keefektifan pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana proses pembelajaran berhasil membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang dapat dilihat dari kriteria yang telah ditentukan. Kriteria efektif untuk kemampuan berpikir kreatif yaitu rata-rata nilai posttest lebih dari nilai pretest dan rata-rata nilai posttest lebih dari 74,99. Kriteria efektif untuk rasa ingin tahu yaitu jika rata-rata skor rasa ingin tahu akhir lebih dari rata-rata skor rasa ingin tahu awal dan rata-rata skor rasa ingin tahu akhir lebih dari 56.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian sebelumnya yaitu:

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunita Sari, Ira Kurniawati, dan Getut Pramesti (2013) terhadap peserta didik kelas X SMA menunjukkan bahwa pendekatan open ended menghasilkan kemampuan berpikir matematis yang lebih baik daripada pendekatan konvensional pada materi trigonometri. 2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maria Puji Rahayu (2009) terhadap

peserta didik SMP menunjukkan bahwa pendekatan open ended mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuanita Endah Puspitasari (2009) terhadap peserta didik kelas VII SMP menunjukkan bahwa pendekatan open ended mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis.

4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri Nurhayati (2012) terhadap peserta didik kelas VIII SMP menunjukkan bahwa LKS dengan pendekatan open ended baik untuk memfasilitasi pemahaman konsep matematika dan kemampuan berpikir kreatif matematika.


(36)

36

5. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunaryo (2012) terhadap peserta didik kelas IX SMP menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif peserta didik mengalami peningkatan setelah diberikan pembelajaran matematika dengan pendekatan open ended melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS).

6. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi Rahman (2012) terhadap peserta didik kelas VII SMP menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik Indonesia efektif ditinjau dari pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematik dan karakter peserta didik SMP. Salah satu aspek dari karakter peserta didik SMP adalah rasa ingin tahu sehingga secara tidak langsung pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik Indonesia efektif ditinjau dari rasa ingin tahu peserta didik.

7. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ajeng Ginanjar (2013) terhadap peserta didik kelas VII SMP mengatakan bahwa karakter rasa ingin tahu peserta didik dapat berkembang melalui strategi pembelajaran inkuiri sosial.

8. Hasil penelitian yang dilakukan oleh A.M. Putri, S. Khanafiyah, dan H. Susanto (2014) terhadap peserta didik SMP mengatakan bahwa komunikatif dan rasa ingin tahu peserta didik dapat berkembang melalui model pembelajaran kontekstual dengan pendekatan snowball throwing.

9. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rima Buana Prahastiwi, Subani, dan Dwi Haryoto (2014) terhadap peserta didik kelas X SMA yang menunjukkan


(37)

37

bahwa pendekatan saintifik mampu meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangkat pikir dalam penelitian ini disajikan dalam gambar 2 berikut.

Kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu penting dalam kehidupan dan perlu dikembangkan di sekolah termasuk dalam pembelajaran matematika

Berdasarkan wawancara, observasi dan pra-penelitian di SMPN 2 Wates Kulon Progo kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik belum optimal

upaya

Pendekatan Saintifik Pendekatan Saintifik Berbasis

Masalah Open Ended

Kemampuan Berpikir Kreatif Menanya Mengumpulkan informasi yang bersifat jamak Menalar dengan banyak cara Mengkomunikasi-kan Mengamati masalah tertutup Menanya Mengumpulkan informasi yang bersifat tunggal Menalar Mengkomunikasi-kan Langkah-langkah Mengamati masalah terbuka Langkah-langkah Rasa Ingin Tahu


(38)

38 D. Hipotesis

Dari uraian tersebut, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pendekatan saintifik berbasis masalah open ended efektif ditinjau dari

kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo.

2. Pendekatan saintifik berbasis masalah open ended efektif ditinjau dari rasa ingin tahu peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo.

3. Pendekatan saintifik efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo.

4. Pendekatan saintifik efektif ditinjau dari rasa ingin tahu peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo.

5. Pendekatan saintifik berbasis masalah open ended lebih efektif daripada pendekatan saintifik ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo.

6. Pendekatan saintifik berbasis masalah open ended lebih efektif daripada pendekatan saintifik ditinjau dari rasa ingin tahu peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo.


(39)

39 AB III METODE PENELITIAN

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu atau kuasi eksperimen. Penelitian ini mendeskripsikan tentang keefektifan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Wates yang terletak di Jalan Wakhid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon Progo. Penelitian ini dilakukan di kelas VII pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2015.

Tabel 3. Waktu Penelitian

Kelas Kontrol (VII A) Kelas Eksperimen (VII B) Pretest Selasa, 17 Maret 2015 Selasa, 17 Maret 2015 Pertemuan I Selasa, 31 Maret 2015 Selasa, 31 Maret 2015 Pertemuan II Sabtu, 4 April 2015 Selasa, 14 April 2015 Pertemuan III Selasa, 14 April 2015 Jumat, 17 April 2015 Pertemuan IV Sabtu, 18 April 2015 Selasa, 21 April 2015 Pertemuan V Selasa, 21 April 2015 Jumat, 24 April 2015 Pertemuan VI Sabtu, 25 April 2015 Selasa, 28 April 2015 Posttest Selasa, 28 April 2015 Jumat, 8 Mei 2015


(40)

40 C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates, Kulon Progo tahun ajaran 2014/2015. Terdapat 4 kelas di SMPN 2 Wates yaitu VII A, VII B, VII C, dan VII D.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini dipilih dari 4 kelas secara acak yaitu kelas VII A, VII B, VII C, dan VII D. Setelah dilakukan undian diperoleh kelas VII A dan VII B. Hasil pengundian lagi kelas kontrol yaitu kelas VII A yang berjumlah 32 anak dan kelas eksperimen adalah kelas VII B yang berjumlah 31 anak. D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dan pendakatan saintifik. Kelas eksperimen menggunakan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended. Kelas kontrol menggunakan pendekatan saintifik.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik. Data kemampuan berpikir kreatif diperoleh dari tes yang dilaksanakan selama penelitian. Data rasa ingin tahu peserta didik diperoleh dari lembar angket.


(41)

41

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jumlah jam mata pelajaran, materi yang diajarkan, dan guru yang mengajar. Jumlah jam mata pelajaran sama yaitu jam pelajaran. Materi yang diajarkan sama yaitu tentang luas dan keliling segitiga dan segiempat. Guru yang juga sama yaitu peneliti. E. Definisi Operasional

Penelitian ini memberi batasan definisi operasional sebagai berikut:

1. Pendekatan saintifik berbasis masalah open ended adalah pendekatan pembelajaran dengan masalah terbuka sebagai dasarnya yang melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan sehingga masalah tersebut dapat terselesaikan. Pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah:

a. mengamati masalah-masalah terbuka (open ended), b. menanya pertanyaan-pertanyaan terbuka,

c. mengumpulkan informasi yang bersifat jamak, d. mengasosiasi/menalar dengan berbagai cara, e. mengkomunikasikan.

2. Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan sehingga suatu masalah dapat diselesaikan, yang dalam penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah:


(42)

42 a. mengamati,

b. menanya,

c. mengumpulkan informasi, d. mengasosiasi/menalar, e. mengkomunikasikan.

3. Kemampuan berpikir kreatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam memahami masalah dan menemukan penyelesaiannya dengan cara, metode, ide serta perspektif yang baru. Penulis menggunakan tiga indikator dalam penelitian ini yaitu kelancaran, keluwesan, serta kebaruan. Data kemampuan berpikir kreatif diperoleh dari hasil pretest dan posttest.

4. Rasa ingin tahu adalah adalah cara berpikir, sikap, dan perilaku yang selalu terdorong untuk mengetahui segala sesuatu secara lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Aspek rasa ingin tahu yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mempertanyakan segala sesuatu, menjawab pertanyaan yang muncul selama pembelajaran, memperhatikan penjelasan guru, memiliki inisiatif dan antusias, memberikan kontribusi dalam diskusi, mencari informasi dari berbagai sumber, serta tidak takut mencoba sesuatu yang baru. Data ini diperoleh dari lembar angket yang berisi pernyataan positif dan negatif yang diperoleh sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dan pendekatan saintifik.


(43)

43 F. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design.

Tabel 4. Desain Penelitian

Kelompok Sebelum

Perlakuan Perlakuan

Setelah Perlakuan

A Pretest X Posttest

Angket Angket

B Pretest Y Posttest

Angket Angket

Keterangan:

A = Kelas yang diberi perlakuan dengan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended.

B = Kelas yang menggunakan pendekatan saintifik.

X = Pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended. Y = Pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

a) Menentukan sampel yakni sampel kelas yang menggunakan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dengan kelas yang menggunakan pendekatan saintifik saja.

b) Memberikan pretest dan angket awal rasa ingin tahu untuk kedua kelas sampel.

c) Memberikan perlakuan dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dan pendekatan saintifik.

d) Memberikan posttest dan angket akhir rasa ingin tahu pada kedua kelas sampel.


(44)

44

e) Menghitung hasil posttest dan angket akhir rasa ingin tahu kedua kelas sampel dan menganalisisnya.

G. Perangkat Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perangkat pembelajaran yang digunakan yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP terdiri dari 2 jenis yaitu dengan menggunakan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dan pendekatan saintifik. RPP ini disusun oleh peneliti dan telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. RPP dapat dilihat pada lampiran 1.1 dan 1.2.

2. Lembar Kerja Peserta didik (LKS)

LKS dibuat untuk kelas ekperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen LKS didominasi dengan masalah-masalah yang bersifat terbuka sedangkan untuk kelas kontrol LKS didominasi dengan masalah-masalah yang bersifat tertutup. LKS ini didesain oleh peneliti dan telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. LKS dapat dilihat pada lampiran 2.1 dan 2.2.

H. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan kegiatan refleksi. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui. 1. Metode Tes

Tes yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kreatif yang terdiri dari pretest dan posttest sebagaimana terlampir pada lampiran 3.2 dan 3.3. Pretest dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis


(45)

45

masalah open ended dan pendekatan saintifik. Pretest ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif awal peserta didik dalam belajar matematika. Posttest dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dan pendekatan saintifik. Posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif akhir peserta didik.

Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal dalam bentuk uraian yang terdiri dari 3 nomor yang disusun berdasarkan kisi-kisi yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah diajarkan serta memuat indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif sebagimana terlampir pada lampiran 3.1. Soal tes tersebut dikerjakan dalam waktu menit. Rentang nilai pada tes tersebut adalah 0-100. Adapun penilaian tes kemampuan berpikir kreatif sesuai dengan rubrik penskoran pada lampiran 3.4.

2. Metode Non Tes a. Observasi

Metode ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan dilaksanakan untuk setiap pertemuan. Metode observasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dan pembelajaran dengan pendekatan saintifik serta untuk melihat informasi yang berkaitan dengan perilaku yang muncul dari peserta didik.


(46)

46

Observasi dalam penelitian ini berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dan pendekatan saintifik. Lembar observasi ini dapat dilihat pada lampiran 3.7. Kriteria untuk mengisi lembar observasi adalah dengan memberi tanda checklist

(√) pada kolom “ya” jika aspek yang diamati terlaksana dan memberi checklist (√)

pada kolom “tidak” jika aspek yang diamati tidak terlaksana. b. Angket

Angket digunakan dengan cara memberikan pernyataan-pernyataan positif dan negatif yang berhubungan dengan rasa ingin tahu yang berbentuk pilihan. Angket diberikan dua kali, pertama ketika peserta didik belum diberi perlakuan yang bertujuan untuk mengetahui rasa ingin tahu awal dan kedua setelah diberi perlakuan untuk mengetahui rasa ingin tahu akhir. Instrumen angket rasa ingin tahu disusun peneliti sesuai dengan indikator dan beberapa aspek yang mengungkap rasa ingin tahu peserta didik. Kisi-kisi angket rasa ingin tahu dapat dilihat pada lampiran 3.5.

Lembar angket ini berisikan jawaban “SL” untuk jawaban selalu, ”SR” untuk jawaban sering, ”JR” untuk jawaban jarang, dan “TP” untuk jawaban tidak

pernah. Selengkapnya angket rasa ingin tahu dapat dilihat pada lampiran 3.6. Sedangkan contoh hasil pekerjaan peserta didik dapat dilihat pada lampiran 3.9.

Skor penilaian angket untuk pernyataan positif dikategorikan menjadi “SL”=

4, “SR”= 3, “JR”= 2,”TP”= 1, sedangkan untuk pernyataan negatif dikategorikan


(47)

47

sedangkan skor minimumnya 20. Pedoman kategorisasi keefektifan berdasarkan pada kategori menurut Eko Putro Widoyoko (2009: 238), dengan rentang 20-80. Untuk menentukan kriteria hasil pengukuran digunakan klasifikasi berdasarkan rata-rata ideal ̅ dan simpangan baku ideal (Sbi).

̅ = (skor maksimal + skor minimal)/2 Sbi = (skor maksimal – skor minimal)/6

Untuk lebih jelasnya, kategori penilaian rasa ingin tahu peserta didik disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Kategorisasi Rasa Ingin Tahu

Interval Nilai Kriteria

> ̅ + 1,8 Sbi > 68 Sangat Baik

̅+ 0,6 Sbi ̅+ 1,8 Sbi 56 68 Baik

̅ – 0,6 Sbi ̅ + 0,6 Sbi 44 56 Cukup

̅ – 1,8 Sbi ̅ – 0,6 Sbi 32 44 Kurang

< ̅ – 1,8 Sbi < 32 Sangat Kurang

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam pengamatan dan memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan pembelajaran peserta didik. Dokumentasi kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 3.8. I. Validitas

Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu perlu adanya validitas. Instrumen pretest dan posttest yang digunakan harus valid. Validitas


(48)

48

yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Untuk mendapatkan validitas isi, instrumen dikonsultasikan kepada para ahli (expert judge) untuk diperiksa dan dievaluasi secara sistematis apakah instrumen tersebut telah mewakili apa yang diukur. Para ahli yang dimaksud adalah dosen pembimbing dan dosen validator. Setelah divalidasi, instrumen direvisi sesuai dengan masukan validator. Adapun surat keterangan validasi dan lembar validasi terlampir pada lampiran 5.1 dan 5.1.

J. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh bukti adanya keefektifan penggunaan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dan pendekatan saintifik ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu, perlu dilakukan analisis data. Tahap-tahap analisis data yang telah terkumpul meliputi (1) analisis deskriptif, (2) pengujian asumsi analisis, dan (3) pengujian hipotesis. Tahap-tahap analisis data adalah sebagai berikut.

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data hasil pretest dan posttest untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif peserta didik sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dan pendekatan saintifik serta data angket untuk mengetahui rasa ingin tahu awal dan akhir peserta didik.


(49)

49

Untuk mendeskripsikan data berupa kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu digunakan teknik statistik yang meliputi rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, rentang, ragam (variansi), dan simpangan baku.

2. Uji Asumsi Analisis

Pada uji asumsi analisis dilakukan uji normalitas, uji homogenitas serta kemampuan awal peserta didik. Uji ini dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui populasi darimana data diambil berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan dari hasil tes dan angket peserta didik kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Uji normalitas yang dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan software SPSS.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas adalah sebagai berikut.

H0 : Populasi darimana data diambil berdistribusi normal.

H1 : Populasi darimana data diambil tidak berdistribuasi normal.

Nilai signifikansi yang digunakan adalah dengan kriteria keputusan ditolak jika nilai signifikansi lebih kecil dari atau .


(50)

50 b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang sama atau tidak. Untuk uji homogenitas dilakukan menggunakan uji F dengan bantuan software SPSS 16.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas untuk adalah sebagai berikut:

H0 : (Kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai variansi yang

sama atau homogen)

H1 : (Kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mempunyai variansi

yang sama atau tidak homogen)

Kriteria keputusan pengujian homogenitas adalah H0 ditolak jika .

Rumus

Keterangan:

: varians kelas eksperimen

: varians kelas kontrol c. Uji Kemampuan Awal

Uji kemampuan awal bertujuan untuk melihat kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak. Uji kemampuan awal ini menggunakan data pretest dan angket awal yang telah dilakukan pada kedua kelas.


(51)

51

Perumusan hipotesis untuk uji kemampuan awal adalah sebagai berikut: (Kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama)

(Kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal berbeda)

Dengan taraf nyata: dan kriteria keputusan: ditolak jika atau . Statistik uji (Walpole, 1995: 305) jika variansi kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau

̅ ̅ √

dengan dan √

Jika variansi kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda atau maka

̅ ̅ √

dengan

( ) Keterangan:

̅ = rata-rata skor pretest kelas eksperimen dengan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended

̅ = rata-rata skor pretest kelas kontrol dengan pendekatan saintifik

= variansi skor pretest kelas eksperimen dengan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended


(52)

52

= variansi skor pretest kelas kontrol dengan pendekatan saintifik

= banyaknya peserta didik kelas eksperimen dengan pendekatan saintifik berbasis masalah open ended

= banyaknya peserta didik kelas kontrol dengan pendekatan saintifik 3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas, homogenitas, dan kemampuan awal, diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama sehingga dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis.

a. Uji Hipotesis Rumusan Masalah Pertama

Rumusan masalah yang pertama yaitu apakah pendekatan saintifik berbasis masalah open ended efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Untuk menguji rumusan masalah tersebut dilakukan 2 uji hipotesis yaitu:

1) menguji apakah rata-rata nilai posttest lebih dari rata-rata nilai pretest, 2) menguji apakah rata-rata nilai posttest lebih dari 74,99.

Pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dikatakan efektif terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik jika rata-rata nilai posttest lebih besar daripada rata-rata nilai pretest dan jika rata-rata nilai posttest lebih dari 74,99. 1) Uji-1

(rata-rata nilai posttest tidak lebih besar daripada rata-rata nilai pretest)

(rata-rata nilai posttest lebih besar daripada rata-rata nilai pretest)


(53)

53

Taraf signifikansi . Kriteria keputusan pada uji hipotesis adalah ditolak jika . Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

̅

√ ⁄ ( Walpole, 1995: 305)

Keterangan:

̅ = rata-rata , dimana = selisih nilai (posttest - pretest) masing-masing individu

= standar deviasi = jumlah responden 2) Uji-2

(rata-rata nilai posttest tidak lebih dari 74,99) (rata-rata nilai posttest lebih dari 74,99)

Taraf signifikansi . Kriteria keputusan pada uji hipotesis adalah ditolak jika . Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

̅ √ Keterangan:

̅ = rata-rata nilai posttest

= kriteria ketuntasan minimal yaitu lebih dari 74,99 = standar deviasi posttest


(54)

54 b. Uji Hipotesis Rumusan Masalah Kedua

Rumusan masalah yang kedua yaitu apakah pendekatan saintifik berbasis masalah open ended efektif ditinjau dari rasa ingin tahu peserta didik. Untuk menguji rumusan masalah tersebut dilakukan 2 uji hipotesis yaitu:

1) menguji apakah rata skor ingin tahu akhir lebih besar daripada rata-rata skor ingin tahu awal,

2) menguji apakah rata-rata skor ingin tahu akhir lebih dari 56.

Pendekatan saintifik berbasis masalah open ended dikatakan efektif terhadap rasa ingin tahu peserta didik jika rata-rata skor ingin tahu akhir lebih besar daripada rata-rata skor ingin tahu awal dan rata-rata skor ingin tahu akhir lebih dari 56. 1) Uji-1

(rata skor ingin tahu akhir tidak lebih besar daripada rata-rata skor ingin tahu awal)

(rata-rata skor ingin tahu akhir lebih besar daripada rata-rata skor ingin tahu awal)

Taraf signifikansi . Kriteria keputusan pada uji hipotesis adalah ditolak jika . Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

̅

√ ⁄ ( Walpole, 1995: 305)


(55)

55

̅ = rata-rata , dimana = selisih nilai (angket akhir – angket awal) masing-masing individu

= standar deviasi = jumlah responden 2) Uji-2

(rata-rata skor ingin tahu akhir tidak lebih dari 56) (rata-rata skor ingin tahu akhir lebih dari 56)

Taraf signifikansi . Kriteria keputusan pada uji hipotesis adalah ditolak jika . Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

̅ √ Keterangan:

̅ = rata-rata skor ingin tahu akhir = kriteria ketuntasan minimal yaitu 56 = standar deviasi rasa ingin tahu akhir

= banyak peserta didik yang mengisi angket akhir

c. Uji Hipotesis Rumusan Masalah Ketiga

Rumusan masalah yang ketiga yaitu apakah pendekatan saintifik efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Untuk menguji rumusan masalah tersebut dilakukan 2 uji hipotesis yaitu:

1) menguji apakah rata-rata nilai posttest lebih dari rata-rata nilai pretest, 2) menguji apakah rata-rata nilai posttest lebih dari 74,99


(1)

60

Kriteria keputusan pengujian hipotesis adalah H0 ditolak jika , dengan taraf signifikansi = 0,05.

f. Uji Hipotesis Rumusan Masalah Keenam

Rumusan masalah keenam yaitu jika keduanya efektif ditinjau dari rasa ingin tahu, manakah yang lebih efektif diantara pendekatan saintifik berbasis masalah

open ended dan pendekatan saintifik. Untuk menguji rumusan masalah tersebut

dilakukan uji beda rata-rata.

H0 : (rata-rata skor akhir rasa ingin tahu pada kelas eksperimen tidak lebih dari rata-rata skor akhir rasa ingin tahu pada kelas kontrol)

H1 : (rata-rata skor akhir rasa ingin tahu pada kelas eksperimen lebih dari rata-rata skor akhir rasa ingin tahu pada kelas kontrol)

Pengujian hipotesis menggunakan rumus uji t.

̅ ̅

,

( Walpole, 1995: 305) Keterangan:

̅ : rata-rata skor kelas eksperimen ̅ : rata-rata skor kelas kontrol

: variansi skor kelas eksperimen : variansi skor kelas kontrol


(2)

61 : banyaknya peserta didik kelas kontrol

Kriteria keputusan pengujian hipotesis adalah H0 ditolak jika , dengan taraf signifikansi = 0,05.


(3)

88

DAFTAR PUSTAKA

Adi Rahman. (2012). Keefektifan Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Ditinjau dari Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Karakter Peserta didik SMP. Skripsi. FMIPA UNY.

Ajeng Ginanjar. (2013). Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung. Tesis. Diakses dari repository.upi.edu pada 9 Juni 2015 pukul 05.51..

Ali Mahmudi. (2008). Mengembangkan Soal Terbuka (Open-Ended Problem) dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding, Seminar Nasional. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Ali Mahmudi. (2014). Pembelajaran Matematika untuk Masa Depan yang Lebih Baik. Prosiding, Seminar Nasional. Yogyakarta: FMIPA UNY.

A.M. Putri, S. Khanafiyah, dan H. Susanto. (2014). Penerapan model pembelajaran kontekstual dengan pendekatan snowball throwing untuk mengembangkan karakter komunikatif dan rasa ingin tahu peserta didik SMP. Jurnal. Diakses dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej pada 9 Februari 2015 pukul 04.32.

Asep Jihad dan Abdul Haris. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Press. Barringer, M.D., et al. (2010). School for All Kinds of Minds: Boosting Student

Succes by Embaracing Learning Variaton. Alexandria: ASCD.

Bell, F. H. (1981). Teaching and Learning Mathematics. USA: Wm. C. Brown Company Publishers.

Benny A. Pribadi. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Brookhart, S. M. (2010). How to Assess High-Order Thinking Skills in Your

Classroom. Virginia: ASCD.

Chambers, P. (2010). Teaching Mathematics: Developing as a Reflective


(4)

89

Daryanto. (2014). Pendekatan pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.

Daryanto dan Herri Sudjendro. (2014). Siap Menyongsong Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.

Depdiknas. (2006). Standar Nasional Pendidikan dan Panduan KTSP. Jakarta: BSNP.

Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Erman Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jica.

Fitri Nurhayati. (2012). Pengembangan LKS untuk Memfasilitasi Pemahaman Konsep Matematika dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dengan Pendekatan Open-Ended pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Skripsi. FMIPA UNY.

Herry Agus Susanto. (2011). Pemahaman Pemecahan Masalah Pembuktian sebagai Sarana Berpikir Kreatif. Prosiding, Seminar Nasional. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Killen, Roy. (2009). Effective Teaching Strategies: Lesson from Research and

Practise. South Melbourne: Cengage Learning Australia.

Lou, Joe Y. F. (2011). An Introduction to Critical Thinking and Creativity. Canada: Wiley.

Maria Puji Rahayu. (2009). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik SMPN 1 Wates dalam pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Open-Ended. Skripsi. FMIPA UNY.

Marina Putriyani. (2007). Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Open Ended Peserta didik Kelas VI Sekolah Dasar. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 6. Diakses dari http://dispendik.surabaya.go.id/surabayabelajar/jurnal/199/6.4.pdf pada 27 November 2014 pukul 11.38.

Marsigit. (2009). Philosophy of Mathematics Education. Diakses dari


(5)

90

M. Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran

Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Miftahul Huda. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nana Sudjana. (2002). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Agesindo.

Ngalim Purwanto. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Nur Ghufron dan Rini Risnawita. (2014). Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Pupuh Fathurrahman, A.A. Suryana, dan Fenni Fitriany. (2013). Pengembangan

Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.

Reni Sintawati. (2014). Implementasi Pendekatan Saintifik Model Disovery Learning dalam Pembelajaran Pendekatan Agama Islam di SMA Negeri 1 Jetis Bantul. Diakses dari digilib.uin-suka.ac.id pada 7 Juni 2015 pukul 11.44.

Rima Buana Prahastiwi, Subani, dan Dwi Haryoto. (2014). Penerapan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Karakter Rasa Ingin Tahu dan Prestasi Belajar Peserta didik Kelas X MIA 3 SMA Negeri 6 Malang. Diakses dari http://jurnal-online.um.ac.id pada 17 Januari pukul 03.32.

S. C. Utami Munandar. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak

Sekolah. Jakarta: Grafindo.

Shimada, S. & Becker, J.P. (1997). The Open Ended Approach: A New Proposal

for Teaching Mathematics. Virginia: NCTM.

Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia:Konstanta Keadaan

Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Dirjen Dikti,

Departemen Pendidikan Nasional.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:UNY Press. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta.


(6)

91

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Sumadi Suryabrata. (2013). Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sunaryo. (2012). Implementasi Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Open-Ended melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

(TPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Peserta didik Sekolah Menengah Pertama. Skripsi. FMIPA UNY.

Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tatag Yuli Eko Siswono. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta didik Melalui Pengajuan Masalah. Jurnal. Tahun X, No. 1, Juni 2005. ISSN 1410-1866.

Tatag Yuli Eko Siswono dan I Ketut Budayasa. (2006). Implementasi Teori tentang Tingkat Berpikir kreatif dalam Matematika. Seminar Konferensi

Nasional Matematika XIII dan Konggres Himpunan Matematika Indonesia.

Semarang: FMIPA UNS.

Walpole, Ronald E.. (1995). Pengantar Statistika. Penerjemah: Ir. Bambang Sumantri. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Yuanita Endah Puspitasari. (2009). Upaya Meningkatkan Kreativitas Belajar peserta didik SMPN 2 Depok dengan Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Skripsi. FMIPA UNY.

Yunita Sari, Ira Kurniawati, dan Getut Pramesti. (2013). Penerapan Pendekatan

Open Ended dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Matematis Peserta didik Ditinjau dari Respon Peserta didik terhadap Pembelajaran Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan

Matematika Universitas Sebelas Maret (Vol.1 No.1 Maret 2013).

Yunus Abidin. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum