Analisis laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 29 tahun 2010
ANALISIS LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 29 TAHUN 2010
(Studi Kasus di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Perpetua Saras Wulansuci NIM : 132114062
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
ANALISIS LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 29 TAHUN 2010
(Studi Kasus di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Perpetua Saras Wulansuci NIM : 132114062
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(3)
(4)
(5)
MOTTO HIDUP DAN PERSEMBAHAN
Tuhan tak pernah menjanjikan langit akan senantiasa biru,
seluruh jalan hidup dipenuhi bunga-bunga,
matahari tanpa mendung dan kabut.
Tapi percayalah bahwa Tuhan memberikan kita kekuatan,
cita-cita dan cinta untuk menjalani hidup dan kerja keras untuk
selalu maju.
Yakinlah usai kabut matahari akan bersinar terang
dan kehidupan akan terjaga kembali.
(Anonim)
“Therefore I tell you, whatever you ask for in
prayer, believe that you have received it, and it will
be yours”
(Mark 11:21)
Skripsi ini ku persembahkan kepada Yesus dan Bunda Maria
kepada keluarga Kudus, kepada keluargaku,
kepada sahabat-sahabatku dan
kepada almamaterku
(6)
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI- PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul : Analisis Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010
(Studi Kasus di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman) dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 18 Juli 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya telah melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Juli 2017 Yang membuat pernyataan,
(7)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Perpetua Saras Wulansuci
NIM : 132114062
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 29 TAHUN 2010
(Studi Kasus di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolah dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 31 Juli 2017
Yang membuat pernyataan,
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menulis skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertai dan membimbing sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.
3. Antonius Diksa Kuntara, S.E., MFA., QIA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh staff dan pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Orang tuaku tercinta Bapak FDH. Supirma dan Ibu Yuliana Kristina Susilawati yang selalu memberikan doa, dukungan dan nasehat kepada penulis hingga skripsi ini dapat selesai.
(9)
6. Kakakku tersayang Heribertus Hari Bekti Pratama dan Bernadheta Wahyu Wulandari yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
7. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan semangat, doa dan dukungan dalam bentuk apapun.
8. Sahabat-sahabatku tercinta, Sita, Novera, Asta yang tidak pernah letih juga untuk selalu mengingatkan dan selalu ada setiap aku membutuhkan. Aku sayang kalian semua.
9. Keluarga “Tahu Bulat” Ruth, Dita, Arne, Karin yang selama ini telah berjuang bersama dan memberikan dukungan serta motivasi. Aku mengasihi kalian semua.
10.Teman-teman Akuntansi 2013 khususnya kelas B, terimakasih untuk canda tawa, dukungan dan motivasi dari awal perkuliahan hingga akhir. 11.Teman-teman MPAT Bapak Diksa yang selama ini telah berjuang bersama
dan saling memberikan dukungan, terimakasih atas kebersamaannya selama MPAT.
12.Teman-teman “Pejuang Toga” yang selalu memberikan dukungan dan informasi-informasi penting terkait dengan penelitian peneliti.
(10)
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 31 Juli 2017
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Batasan Masalah ... 4
D.Tujuan Penelitian... 4
E.Manfaat Penelitian ... 5
F.Sistematika Penulisan ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A.Organisasi Sektor Publik ... 8
B.Kinerja dan Pengukuran Kinerja ... 10
1.Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja ... 10
2.Komponen Rencana Kinerja ... 11
3.Indikator Kinerja ... 13
C.Kinerja Instansi Pemerintah ... 14
D.Evaluasi Kinerja ... 15
E.Akuntabilitas ... 16
(12)
H.Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ... 20
I.Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ... 21
1.Pengertian LAKIP ... 21
2.Penanggung Jawab Penyusunan LAKIP ... 22
3.Prinsip-Prinsip LAKIP ... 22
4.Format dan Isi LAKIP ... 23
5.Waktu Penyampaian LAKIP ... 26
6.Manfaat LAKIP ... 26
7.Mekanisme Pelaporan ... 27
BAB III METODE PENELITIAN... 28
A.Jenis Penelitian ... 28
B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
C.Subjek dan Objek Penelitian ... 28
D.Metode dan Desain Penelitian ... 29
E.Data yang dibutuhkan ... 29
F.Teknik Pengumpulan Data ... 30
G.Teknik Analisa Data. ... 31
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 32
A.Profil Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman ... 32
B.Visi dan Misi ... 34
C.Tujuan dan Sasaran... 36
D.Tugas dan Fungsi ... 39
E.Sumber Daya Manusia ... 40
F.Stuktur Organisasi ... 41
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 47
A.Deskripsi Data ... 47
B.Analisis Data ... 48
C.Pembahasan ... 57
BAB VI PENUTUP ... 60
A.Kesimpulan ... 60
(13)
C.Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
LAMPIRAN ... 65
1. Surat Ijin Penelitian ... 66
2. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 67
3. Daftar Pedoman Wawancara ... 68
4. Struktur Organisasi DPUP Sleman ... 70
(14)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Tujuan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan………..36
Tabel 2 Sasaran Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan……….37
Tabel 3 Jumlah pegawai berdasarkan golongan……….…40
Tabel 4 Jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan……….41
(15)
ABSTRAK
ANALISIS LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 29 TAHUN 2010
(Studi Kasus di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman)
Perpetua Saras Wulansuci NIM : 132114062 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesesuaian format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan (DPUP) Kabupaten Sleman berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010. LAKIP merupakan pertanggungjawaban pemerintah terhadap kegiatan yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran dan sebagai salah satu perwujudan
good governance.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan format pada LAKIP dan format pada peraturan
Hasil penelitian menunjukkan adanya ketidaksesuaian format LAKIP DPUP Kabupaten Sleman dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010. Dari sepuluh unsur dalam peraturan, terdapat satu unsur yang belum dapat dipenuhi dan terdapat tiga unsur yang tidak sama dengan peraturan. Dapat disimpulkan LAKIP DPUP Kabupaten Sleman belum sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010.
(16)
ABSTRACT
ANALYSIS OF PERFORMANCE ACCOUNTABILITY REPORT OF GOVERNMENT INSTITUTION BASED ON REGULATION OF STATE
MINISTER OF ADMINISTRATIVE REFORM AND BUREAUCRACY REFORM NUMBER 29 YEAR 2010.
(A Case Study at Public Works and Housing Department of Sleman Regency) Perpetua Saras Wulansuci
NIM: 132114062 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2017
The research aims to determine the consistency of Performance Accountability Report of Government Institution (LAKIP) of Public Works and Housing Department (DPUP) of Sleman based on Regulation of State Minister of Administrative Reform and Bureaucracy Reform Number 29 Year 2010. LAKIP is the government's accountability for activities carried out within one budget year and as one of the realization of good governance.
This research is case study. The data was obtained by interview and documentation. Data analysis technique used was descriptive comparative by comparing the format on LAKIP and format on the regulation.
The result of this research showed an inconsistency of LAKIP DPUP of Sleman if compared with Regulation of State Minister of Administrative Reform and Bureaucracy Reform Number 29 Year 2010. From ten elements in the regulation, there is one element that can not be fulfilled and there are three elements which is not in accordance with the regulation. It can be concluded that LAKIP DPUP of Sleman is not fully in accordance with the Regulation of State Minister of Administrative Reform and Bureaucracy Reform Number 29 Year 2010
(17)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintahan yang bersih atau good governance ditandai dengan tiga pilar utama yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar tersebut adalah partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang baik harus membuka pintu yang seluas-luasnya agar semua pihak yang terkait dalam pemerintahan tersebut dapat berperan serta atau berpartisipasi secara aktif. Jalannya pemerintahan harus diselenggarakan secara transparan dan pelaksanaan pemerintahan tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan.
Menurut Mardiasmo (2002: 17) “good governance adalah suatu konsep pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh pemerintahan yang baik”. Sedangkan menurut Mahsun, dkk (2013:
20) “good governance merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah
kepada organisasi sektor publik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjalankan aspek-aspek fungsional dari pemerintahan secara efektif dan efisien”. Good governance dapat terwujud apabila diperlukan adanya akuntabilitas di organisasi sektor publik dan untuk mewujudkan akuntabilitas tersebut dibutuhkan kerja sama yang baik antar departemen yang bersangkutan (Ryan, 2004).
(18)
Pemerintah mengeluarkan TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dan Undang-Undang No 28 Tahun 1999 untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai tindak lanjut dari produk hukum tersebut kemudian diterbitkanlah Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Inpres tersebut mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategik yang ditetapkan oleh masing-masing instansi.
Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran visi, misi dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan dan kegiatan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik (LAKIP 2015).
Akuntabilitas merupakan konsep yang kompleks yang lebih sulit mewujudkannya daripada memberantas korupsi. Terwujudnya
(19)
akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban horisontal (horizontal
accountability) yaitu pertanggungjawaban kepada masyarakat luas, bukan
hanya sekedar pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) yaitu pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi.
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan (DPUP) merupakan salah satu instansi pemerintah yang memiliki misi meningkatkan layanan sarana, prasarana, penataan bangunan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan dengan melibatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaannya. Dalam mewujudkan misi tersebut diperlukan nilai-nilai yang melandasi jalannya pemerintahan yang baik yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi. Misi tersebut dapat terlaksana apabila mengacu juga pada pedoman yang berlaku.
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan wajib menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang merupakan wujud pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan kinerjanya yang disampaikan setiap akhir tahun anggaran. Laporan tersebut menguraikan tingkat capaian kinerja baik keberhasilan maupun kegagalan semua program dan kegiatan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis melakukan penelitian mengenai “Analisis Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor
(20)
29 Tahun 2010” Studi kasus pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini:
Apakah format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman tahun 2015 sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010?
C. Batasan Masalah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dapat dianalisis dari berbagai aspek antara lain: analisis terhadap kesesuaian format penyusunan, mekanisme penyusunan, mekanisme pelaporan, serta evaluasi terhadap LAKIP. Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup pada format penyusunan LAKIP Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian format LAKIP Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman
(21)
berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan bagi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman tentang kesesuaian format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) berdasarkan peraturan yang berlaku. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan bagi Universitas serta dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian topik serupa di masa yang akan datang.
3. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) pada organisasi sektor publik.
(22)
F. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disusun dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan teori-teori pendukung sebagai acuan penelitian ini.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, peran peneliti, metode dan desain penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
Bab IV Gambaran Umum
Bab ini menjelaskan secara singkat mengenai objek penelitian yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian, analisis data, dan pembahasannya.
(23)
Bab VI Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran yang diharapkan bermanfaat bagi pihak berkepentingan.
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Organisasi Sektor Publik
Organisasi sektor publik adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat secara bertahap baik dalam kebutuhan dasar dan kebutuhan lainnya baik jasmani maupun rohani. Organisasi sektor publik juga melakukan transaksi-transaksi ekonomi dan keuangan tetapi berbeda dengan entitas ekonomi yang lain khususnya perusahaan komersial yang mencari laba, sumber daya ekonomi organisasi sektor publik dikelola tidak untuk tujuan mencari laba. Organisasi sektor publik ini muncul dalam berbagai bentuk di masyarakat antara lain: organisasi pemerintah pusat, organisasi pemerintah daerah, organisasi partai politik, organisasi LSM, organisasi yayasan, organisasi pendidikan seperti sekolah, organisasi kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit, organisasi tempat peribadatan seperti Gereja, Masjid, Vihara, Pura (Bastian, 2006: 19). Organisasi sektor publik menjadi berbeda dan unik karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Nordiawan, 2006:2):
a. Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan finansial b. Dimiliki secara bersama oleh publik
c. Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham yang dapat diperjual belikan
d. Keputusan-keputusan yang tekait kebijakan maupun operasi didasarkan pada konsensus.
(25)
Organisasi sektor publik adalah organisasi yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan hukum (Mahsun, 2006:11). Pemerintah merupakan organisasi sektor publik terbesar yang bertanggungjawab untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjunjung tinggi keinginan rakyat, melaksanakan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan sosial, menjalankan aspek - aspek fungsional dari pemerintahan secara efisien dan efektif sehingga bisa terwujud good governance. Beberapa alasan mengapa organisasi sektor publik dibutuhkan bisa diuraikan sebagai berikut (Mahsun, 2006:17):
a. Menjamin pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi, perlindungan hukum dapat disediakan untuk masyarakat secara adil dan merata tanpa memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayarnya.
b. Memastikan bahwa layanan publik tertentu ditempatkan pada wilayah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, misalnya museum, perpustakaan, tempat parkir dan sebagainya.
c. Memastikan bahwa public goods and services disediakan dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan jika membeli dari perusahaan swasta, misalnya perusahaan transportasi, rumah sakit, sekolah, dan perusahaan jasa lainnya yang menyediakan layanan yang serupa.
(26)
d. Menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa karena adanya perbedaan agama maupun suku.
e. Melindungi hak dan kemerdekaan masyarakat dengan menetapkan peraturan perundang-udangan yang kuat dan jelas.
B. Kinerja dan Pengukuran Kinerja
1. Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja
Kinerja merupakan sebuah istilah yang mempunyai banyak arti. Menurut (Bastian 2006: 274), kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi suatu organisasi yang tertuang dalam perumusan rencana strategis (strategic planning) suatu organisasi. Menurut (Mahsun 2014: 25) kinerja bisa diketahui jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau individu tidak mungkin dapat dicapai karena tidak ada tolok ukurnya.
Pengukuran kinerja merupakan suatu penilaian terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya untuk menilai efisiensi penggunaan sumber daya, kualitas barang dan jasa yang dihasilkan serta menilai efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson, 2002) yang dikutip dari (Mahsun dkk, 2013: 141). Pengukuran kinerja adalah suatu alat atau metode yang digunakan untuk menilai
(27)
pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi sehingga kemajuan suatu organisasi dapat diketahui serta dapat meningkatkan kualitas dalam pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja memiliki empat elemen pokok penting, yaitu :
1) Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi 2) Merumuskan indikator dan ukuran kinerja
3) Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi
4) Evaluasi kinerja (feedback, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas)
2. Komponen Rencana Kinerja
Dokumen rencana kinerja memuat informasi tentang sasaran yang ingin dicapai dalam tahun yang bersangkutan, indikator sasaran, dan rencana capaiannya, program, kegiatan, serta kelompok indikator kinerja dan rencana capaiannya. Selain itu dimuat pula keterangan yang menjelaskan keterkaitan kegiatan dengan sasaran, kebijakan dengan programnya, serta keterkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi/sektor lain. Adapun komponen rencana kinerja meliputi:
a. Sasaran
Sasaran yang dimaksud pada rencana kinerja ini adalah sasaran sebagaimana dimuat dalam dokumen renstra. Selanjutnya
(28)
diidentifikasi sasaran mana yang akan diwujudkan pada tahun yang bersangkutan beserta indikator dan rencana tingkat capaiannya. b. Program
Program-program yang ditetapkan merupakan program-program yang berada da!am lingkup kebijakan tertentu sebagaimana dituangkan dalam strategi yang diuraikan pada dokumen rencana strategik. Selanjutnya perlu diidentifikasi dan ditetapkan program-program yang akan dilaksanakan pada tahun bersangkutan, sebagai cara untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
c. Kegiatan
Kegiatan adalah tindakan nyata dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah sesuai dengan kebijakan dan program yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu. Dalam komponen kegiatan ini perlu ditetapkan indikator kinerja kegiatan dan rencana capaiannya.
d. Indikator Kinerja Kegiatan
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan.
(29)
3. Indikator Kinerja
Menurut LAN (2003:13) indikator didefinisikan sebagai ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja memperhitungkan indikator masukan (input), keluaran (output), hasil
(outcome), manfaat (benefit), dan dampak (impact). Indikator kinerja
kegiatan yang akan ditetapkan dikategorikan ke dalam kelompok sebagai berikut:
a. Masukan (Input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi, dan sebagainya.
b. Keluaran (Output) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan.
c. Hasil (Outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes
merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.
d. Manfaat (Benefit) adalah kegunaan suatu keluaran (output) yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses oleh publik.
(30)
e. Dampak (Impact) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.
Penetapan indikator kinerja yang baik sangatlah penting karena indikator kinerja dapat dijadikan suatu dasar dalam mengukur suatu kinerja. Dengan adanya indikator kinerja kita dapat mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien dan efektif. Oleh sebab itu, penetapan indikator kinerja kegiatan harus didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta data pendukung yang harus diorganisasikan.
C. Kinerja Instansi Pemerintah
Pengukuran kinerja pemerintah daerah harus mencakup kinerja keuangan dan non keuangan. Definisi kinerja instansi pemerintah sendiri menurut Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara No:239/IX/6/8/2003 adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Kinerja instansi pemerintah didasarkan pada masing-masing satuan kerja (Dinas) yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana bidangnya.
Kinerja instansi pemerintah difokuskan pada pengukuran kinerja terhadap satuan kerja atau entitas di lingkungan pemerintah. fokus
(31)
pengukuran kinerja dapat untuk setiap satuan kinerja atau entitas yang mencakup (Mahsun 2006: 198):
1. Visi, misi, tujuan dan sasaran 2. Tugas pokok dan fungsi
3. Struktur organisasi dan personalia 4. Program kerja
5. Anggaran
D. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja bertujuan untuk mengetahui pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang. Dalam evaluasi kinerja dilakukan analisis efisiensi dengan cara membandingkan antara output dengan input baik untuk rencana maupun realisasi (LAN, 2003:25). Analisis ini menggambarkan tingkat efisiensi yang dilakukan oleh instansi dengan memberikan data nilai output per unit yang dihasilkan oleh suatu input
tertentu. Selanjutnya dilakukan pula pengukuran/penentuan tingkat efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan dengan hasil, manfaat atau dampak
Evaluasi kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana dana publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi apakah dana tersebut dibelanjakan secara ekonomis,
(32)
efektif, dan efisien. Evaluasi kinerja merupakan alat yang digunakan oleh instansi pemerintahan atau organisasi tertentu untuk menilai kinerja para aparatur yang lamban. Evaluasi kinerja untuk memotivasi para aparatur untuk meningkatkan kinerjanya dan melakukan perbaikan pada waktu mendatang
.
E. Akuntabilitas
Kata akuntabilitas berasal dari bahasa Inggris accountability yang berarti keadaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Itulah sebabnya, akuntabilitas menggambarkan suatu keadaan atau kondisi yang dapat dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik (Mahsun dkk, 2007: 56).
Akuntabilitas publik menjadi landasan utama proses penyelenggaraan pemerintahan yang baik, oleh karena itu aparatur pemerintah harus mempertanggungjawabkan seluruh aktivitas dan pelaksanaan kerjanya kepada publik. Akuntabilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanat untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Renyowijoyo 2003: 21).
(33)
Akuntabilitas publik terdiri dari 2 macam:
1. Akuntabilitas vertikal adalah pertanggung jawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi. Misalnya pertanggung jawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah, kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR. 2. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada
masyarakat luas. Tuntutan akuntabilitas publik lebih menekankan pada akuntabilitas horizontal tidak hanya akuntabilitas vertikal.
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas beberapa dimensi. Ellwood (1993) dalam buku (Mardiasmo 2002: 22) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik yaitu :
a. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum
Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan, sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.
b. Akuntabilitas proses
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi.
(34)
c. Akuntabilitas program
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya minimal.
d. Akuntabilitas kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun daerah atau kebijakan-kebijakan yang diambil terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.
F. Analisis Akuntabilitas Kinerja
Akuntabilitas kinerja merupakan kewajiban pemegang amanah
(agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewajiban untuk meminta pertanggung jawabannya tersebut (Mahsun 2006: 83).
Menurut (LAN, 2003:26) penjelasan akuntabilitas kinerja dipaparkan sebagai berikut:
Analisis akuntabilitas kinerja meliputi keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, dan misi serta visi sebagaimana ditetapkan dalam rencana strategik. Dalam analisis ini perlu pula dijelaskan perkembangan kondisi pencapaian sasaran dan tujuan secara efisien dan efektif, sesuai dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan. Analisis tersebut dilaukan dengan menggunakan informasi/data yang diperoleh secara lengkap dan akurat dan bila memungkinkan dilakukan pula evaluasi kebijakan untuk mengetahui ketepatan dan efektivitas baik kebijakan itu sendiri maupun sistem dan proses pelaksanaannya
(35)
G. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik PERMENPAN (2013: 3). Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dapat terwujud dengan baik apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut LAN (2003: 5): a) Beranjak dari sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya yang konsisten dengan asas-asas umum penyelenggaraan negara
b) Komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang bersangkutan
c) Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
d) Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat yang diperoleh
e) Jujur, obyektif, transparan, dan akurat
f) Menyajikan keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
(36)
H. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah dalam rangka mempertanggungjawaban dan meningkatkan kinerja instansi pemerintah. Dalam Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 dikatakan bahwa tujuan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya good governance.
Sasaran Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah: 1. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat
beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya
2. Terwujudnya transparansi instansi pemerintah
3. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional
(37)
I. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 1. Pengertian LAKIP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah dokumen yang berisi gambaran perwujudan AKIP yang disusun dan disampaikan secara sistematik (LAN 2003: 4). LAKIP harus menyajikan data dan informasi relevan bagi pembuat keputusan agar dapat menginterpretasikan keberhasilan dan kegagalan secara lebih luas dan mendalam. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu analisis tentang pencapaian akuntabilitas kinerja instansi secara keseluruhan.
Setiap instansi pemerintah berkewajiban untuk menyiapkan, menyusun dan menyampaikan laporan kinerja secara tertulis, periodik dan melembaga. Laporan kinerja ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja instansi pemerintah dalam suatu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Instansi pemerintah yang bersangkutan harus mempertanggungjawabkan dan menjelaskan keberhasilan dan kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya. Pelaporan kinerja oleh instansi pemerintah ini kemudian dituangkan dalam dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP dapat dikategorikan sebagai laporan rutin karena paling tidak disusun dan disampaikan kepada pihak – pihak yang berkepentingan setahun sekali.
(38)
2. Penanggung Jawab Penyusunan LAKIP
Penanggung jawab penyusunan LAKIP adalah pejabat yang secara fungsional bertanggung jawab melakukan dukungan administratif di instansi masing-masing. Pimpinan instansi, sebagaimana tersebut dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999, dapat menentukan tim kerja yang bertugas membantu penanggung jawab LAKIP di instansinya masing-masing.
3. Prinsip-Prinsip LAKIP
Penyusunan LAKIP harus mengikuti prinsip-prinsip pelaporan pada umumnya, yaitu laporan harus disusun secara jujur, obyektif, akurat dan transparan. Selain itu penyusunan laporan harus memperhatikan prinsip-prinsip lain agar kualitas laporan menjadi baik yaitu : (LAN, 2003: 28)
1. Prinsip Lingkungan Pertanggungjawaban
Isi laporan harus proporsional dengan lingkup kewenangan dan tanggungjawab masing-masing, dan memuat keberhasilan maupun kegagalan
2. Prinsip Prioritas
Isi laporan adalah hal-hal yang penting dan relevan bagi pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang diperlukan dan upaya-upaya tindak lanjutnya
(39)
3. Prinsip Manfaat
Manfaat laporan harus lebih besar daripada biaya penyusunannya dan laporan harus mempunyai manfaat bagi peningkatan pencapaian kinerja
4. Format dan Isi LAKIP
LAKIP dapat lebih berguna sebagai umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila bentuk dan isinya diseragamkan. Format LAKIP ini dimaksudkan untuk mengurangi perbedaan isi dan cara penyajian yang dimuat dalam LAKIP sehingga memudahkan pembandingan ataupun evaluasi akuntabilitas yang harus dilakukan.
LAKIP menyajikan uraian tentang kinerja instansi pemerintah dalam arti keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran tujuan instansi pemerintah. Di samping itu, perlu juga dimasukkan dalam LAKIP aspek keuaangan yang secara langsung mengkaitkan hubungan antara anggaran Negara yang dibelanjakan dengan hasil atau manfaat yang diperoleh. Format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah minimal terdiri dari; Ikhtisar eksekutif, pendahuluan, perencanaan dan perjanjian kinerja, akuntabilitas kinerja, penutup, lampiran (PERMENPAN: 2010)
a. Ikhtisar Eksekutif (Executive summary )
Pada bagian ini disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis serta sejauh mana instansi pemerintah mencapai tujuan dan sasaran utama tersebut, serta kendala-kendala
(40)
yang dihadapi dalam pencapaiannya. Disebutkan pula langkah-langkah apa yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dan langkah antisipatif untuk menanggulangi kendala yang mungkin akan terjadi pada tahun mendatang.
b. Bab I - Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum organisasi yang melaporkan dan sekilas pengantar lainnya.
c. Bab II - Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
Dalam bab ini diuraikan mengenai beberapa hal penting dalam perencanaan dan perjanjian kinerja (dokumen penetapan kinerja). Dokumen penetapan kinerja tersebut berupa:
1) Rencana strategis
Pada bagian ini berisi uraian singkat tentang rencana strategis instansi mulai dari visi, misi, tujuan, sasaran 2) Formulir indikator kinerja utama (IKU)
Formulir IKU berisikan sasaran strategis serta indikator sasaran disertai cara perhitungan untuk mengukur capaian indikator sasaran
3) Rencana kinerja tahunan (RKT)
Formulir RKT berisi mengenai sasaran strategis dari suatu instansi sesuai dengan indikator kinerja atas sasaran strategis dari instansi.
(41)
4) Perjanjian kinerja
Formulir perjanjian kinerja berisikan target tahunan dari setiap sasaran dan indikator sasaran
d. Bab III - Akuntabilitas Kinerja
Pada bagian ini disajikan uraian hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk di dalamnya menguraikan secara sistematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala, dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil.
e. Bab IV - Penutup
Mengemukakan tinjauan secara umum tentang keberhasilan dan kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja instansi yang bersangkutan serta strategi pemecahan masalah yang akan dilaksanakan di tahun mendatang.
f. Lampiran-lampiran
Setiap bentuk penjelasan lebih lanjut, perhitungan-perhitungan, gambar, dan aspek pendukung seperti SDM, sarana prasarana, metode, dan aspek lain dan data yang relevan, hendaknya tidak diuraikan dalam badan teks laporan, tetapi dimuat dalam lampiran. Keputusan-keputusan atau peraturan-peraturan dan perundang-undangan tertentu yang merupakan kebijakan yang ditetapkan dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran perlu dilampirkan.
(42)
5. Waktu Penyampaian LAKIP
Penyusunan LAKIP harus dilandasi dengan pengertian dan kesadaran bahwa laporan akan dapat bermanfaat bagi terwujudnya pemerintahan yang baik, pemerintahan yang bersih, dan produktivitas di lingkungan instansi pemerintah. Mengingat LAKIP merupakan media pertanggungjawaban dan juga menjadi bahan evaluasi untuk menilai kinerja instansi pemerintah, maka LAKIP harus dibuat secara tertulis dan disampaikan secara periodik. LAKIP tersebut harus disampaikan seiambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
6. Manfaat LAKIP
Dengan adanya pelaksanaan reformasi maka dapat diketahui bahwa LAKIP memiliki manfaat menurut LAN (1994:4) adalah sebagai berikut :
a. Mendorong instansi pemerintah untuk menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan secara baik dan benar yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya
(43)
c. Menjadi masukan dan umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kinerja instansi pemerintah
d. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
7. Mekanisme Pelaporan
LAKIP disampaikan melalui mekanisme pelaporan yang melibatkan pihak yang berwenang membuat dan menerima LAKIP, serta pengguna LAKIP. Instansi yang harus dan berwenang membuat LAKIP adalah Kementerian, Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Markas Besar TNI (meliputi: Markas Besar TNI Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut), Kepolisian Republik Indonesia, Kantor Perwakilan Pemerintah RI di Luar Negeri, Kejaksaan Agung, Perangkat Pemerintahan Provinsi, Perangkat. Pemerintahan Kabupaten/Kota, dan lembaga/badan lainnnya yang dibiayai dari anggaran negara. Setiap pemimpin Departemen/LPND, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja di dalamnya wajib membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada atasannya.
(44)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah jenis penelitian dengan mengambil atau menggunakan objek tertentu yang kemudian elemen-elemen datanya dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan. Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian ini hanya berlaku bagi objek yang diteliti (Prastowo 2011: 129). Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman tahun 2015.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman yang berlokasi di Jalan Magelang, Tridadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55511.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2017.
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah staf Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman yang berhubungan dengan penyusunan LAKIP yaitu bagian perencanaan dan evaluasi.
(45)
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman.
D. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif, dimana metode penelitian ini bersifat membandingkan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu (Prastowo 2011: 210). Metode penelitian komparatif ini bersifat ex post facto artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian telah berlangsung. Peneliti dapat melihat akibat dari suatu fenomena dari data yang tersedia untuk ditarik suatu kesimpulan.
Desain penelitian deskriptif komparatif dirancang oleh peneliti untuk membandingkan antara Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah DPUP Sleman dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010. Langkah selanjutnya peneliti menarik kesimpulan dari hasil perbandingan.
E. Data yang dibutuhkan 1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara yang berkaitan langsung dengan format penyusunan
(46)
LAKIP dengan anggota Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman khususnya tim penyusun LAKIP.
2. Data sekunder
Dalam sekunder dalam penelitian ini adalah visi dan misi organisasi, gambaran umum organisasi serta LAKIP untuk suatu periode tertentu.
F. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran umum organisasi, visi dan misi, serta LAKIP.
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam sebuah topik tertentu (Sugiyono 2014: 231). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada anggota Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman yaitu pejabat yang secara fungsional bertanggung jawab melakukan dukungan administratif terhadap penyusunan LAKIP (tim penyusun LAKIP). Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan data primer yang terkait dalam LAKIP, proses penyusunan LAKIP, informasi-informasi yang
(47)
diperlukan dalam penyusunan LAKIP serta peraturan yang terkait dengan penyusunan LAKIP.
G. Teknik Analisa Data.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif, yaitu teknik yang mengungkapkan persamaan dan perbedaan unsur suatu objek penelitian (Prastowo 2011: 210). Unsur-unsur yang dibandingkan sebagai berikut:
a. Ikhtisar eksekutif b. Pendahuluan
c. Perencanaan dan perjanjian kinerja d. Akuntabilitas kinerja
e. Rencana strategis
f. Formulir rencana kinerja (RKT) g. Indikator kinerja utama (IKU) h. Formulir perjanjian kinerja i. Penutup
j. Lampiran.
Langkah selanjutnya untuk menjawab rumusan masalah, peneliti membuat kesimpulan tentang penerapan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 pada LAKIP DPUP dengan menggunakan kriteria tertentu. Format LAKIP dinyatakan sesuai apabila unsur yang terdapat dalam LAKIP sama dengan unsur yang terdapat di peraturan.
(48)
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Profil Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan merupakan instansi yang mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang pekerjaan umum, penataan ruang dan perumahan. Secara garis besar, dinas ini harus dapat atau mampu memberikan pelayanan umum kepada masyarakat dalam bidang-bidang pekerjaan umum, penataan ruang dan bangunan serta perumahan. Hanya saja sampai dengan saat ini pelayanan tersebut baru dapat dilaksanakan dalam batas yang minimal. Banyak permasalahan yang menjadi penyebab minimalnya layanan tersebut antara lain kurangnya sarana dan prasarana operasional pelayanan, peralatan yang belum memadai serta kinerja aparatur yang belum profesional dan belum menempatkan kepuasan pengguna sebagai sebuah keharusan.
Dalam hal ini kebijakan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan telah menjadi motivator bagi masyarakat untuk membangun fasilitas umum dan fasilitas sosial. Permasalahan ini mengakibatkan perawatan dan pemeliharaan fasilitas umum dan fasilitas sosial menjadi sangat tergantung kepada pemerintah sehingga pembangunan yang bertumpu pada peran serta masyarakat (community base development) haruslah ditingkatkan. Sistem manajemen kepegawaian harus mulai benahi secara menyeluruh untuk mendukung maksud tersebut.
(49)
Harapan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut:
a. Terciptanya tata ruang yang nyaman dan mampu menjamin
suistainability terhadap eksploitasi lahan
b. Pelayanan yang berkualitas yaitu dari segi kecepatan, ketepatan dan dari segi pembiayaan
c. Sistem transportasi yang mampu memberikan ruang yang lapang bagi dinamika masyarakat serta memberikan rasa nyaman dan aman baik dari segi infrastruktur maupun sistemnya itu sendiri d. Pembangunan-pembangunan fisik yang memenuhi standar kualitas
yang bisa dipertanggung jawabkan
Harapan masyarakat tersebut adalah sesuai dengan ukuran-ukuran yang ada dalam 4 prinsip “tempat hidup” (living environment) yang dikeluarkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu Safety (Aman),
Healthy (Sehat), Convinience (Nyaman) dan Amenity (Berbudaya). Dari
harapan tersebut akan dapat diidentifikasikan peluang dan ancaman yang dimiliki untuk dikelola agar dapat dimanfaatkan maupun diminimalkan akses negatifnya. Agar hal tersebut dapat dikelola dengan tepat, maka perlu adanya penyusunan perencanaan yang didasarkan atas potensi dan permasalahan yang ada, disamping itu perlu juga diketahui kondisi-kondisi perangkat kerja pada saat starting point.
(50)
B. Visi dan Misi 1. Visi
Di dalam menyusun Rencana Strategis Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, perlu mencanangkan visi dan misi Dinas dimana visi dan misi itu haruslah searah dengan visi dan misi Kabupaten Sleman. Visi Kabupaten Sleman: “Terwujudnya Masyarakat Sleman yang Lebih Sejahtera Lahir Batin, berdaya saing, dan berkeadilan gender pada Tahun 2015”. Pencapaian visi tersebut perlu didukung oleh tempat beserta sarana dan prasarana yang memadai yang menampung seluruh aktivitas individu atau kelompok dalam rangka menuju tercapainya visi Kabupaten Sleman.
Berdasarkan Visi Kabupaten tersebut maka visi dan misi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan dibuat. Visi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman adalah: “ Terwujudnya pelayanan kebinamargaan, permukiman, sanitasi, penataan bangunan dan perumahan yang lebih berkualitas dan responsif gender”.
2. Misi
Misi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan yaitu:
a) Menyiapkan dan memantapkan pelaksanaan regulasi pelayanan Misi ini dimaksudkan untuk menyiapkan dasar hukum yang jelas bagi pelaksanaan pelayanan bidang ke Pekerjaan Umum dan Perumahan terutama pelayanan perizinan.
(51)
b) Meningkatkan kapasitas manajemen pelayanan
Misi ini dimaksudkan untuk memperluas cakupan pelayanan meliputi sumber daya alat dan sumber daya manusia dalam rangka untuk mewujudkan prasarana dan sarana pelayanan publik dalam kondisi yang siap pakai melalui pengelolaan yang berkualitas. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah prasarana pemerintahan (gedung, kantor, lapangan olah raga, dll) dan sarana prasarana perhubungan meliputi jalan, jembatan, taman kota dan tempat pemakaman umum.
c) Meningkatkan layanan sarana, prasarana, penataan bangunan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan dengan melibatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaannya
Misi ini merupakan upaya untuk menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak dalam arti tertata, harmonis, lengkap dan nyaman serta membuka peluang-peluang bagi masyarakat dan swasta untuk berperan aktif dalam pembangunan/pemeliharaan di bidang kebinamargaan, permukiman, perumahan, persampahan, sanitasi dan pertamanan.
(52)
C. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan
Tabel 1.Tujuan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
MISI TUJUAN
Menyiapkan dan memantapkan pelaksanaan regulasi pelayanan
1. Meningkatkan regulasi bidang ke PU an dan Perumahan
Meningkatkan kapasitas manajemen pelayanan.
1. Meningkatkan sarpras aparatur sebagai unsur manajemen
2. Terlaksanannya pengelolaan pelayanan ketata usahaan;
3. Tertingkatnya kemampuan pegawai dalam menyelesaikan tugas;
4. Tertingkatnya hasil pekerjaan yang berkualitas dan dapat
dipertanggungjawabkan. Meningkatkan layanan sarana, prasarana, penataan bangunan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan dengan melibatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaannya
1. Mewujudkan ketersediaan prasarana dan sarana permukiman
2. Meningkatkan prasarana dan sarana jalan dan jembatan
3. Meningkatkan prasarana dan sarana pemerintahan
4. Meningkatkan penataan bangunan dan lingkungan
5. Meningkatkan pelaksanaan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat
6. Meningkatkan layanan perijinan dan menjalin kerjasama kemitraan yang bertanggung jawab
Sumber : LAKIP 2015:23 2. Sasaran
Sasaran adalah penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan oleh organisasi dalam jangka waktu tahunan, semesteran, triwulan atau bulanan. Sasaran ini akan diterjemahkan
(53)
menjadi program yang dirinci dalam kegiatan-kegiatan. Proses pencapaian hasil sasaran sangat tergantung dari keberhasilan implementasi kegiatan/program.
Tabel 2. Sasaran Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
TUJUAN SASARAN
Meningkatkan regulasi bidang ke PU an dan Perumahan
Meningkatnya regulasi bidang ke PU an dan Perumahan
Meningkatkan sarana prasarana aparatur sebagai unsur manajemen
Tersedianya sarana prasarana aparatur
sebagai unsur manajemen Terlaksananya pengelolaan
pelayanan ketata usahaan
Terlaksananya penyelenggaraan pelayanan kesekretariatan Tertingkatnya kemampuan
pegawai dalam menyelesaikan Tugas
Tertingkatnya pemahaman petugas terhadap tugas dan
Pekerjaannya Tertingkatnya hasil pekerjaan
yang berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan
Tertingkatnya kualitas perencanaan, pelaksanaan, pelaporan program kegiatan Dinas
Mewujudkan ketersediaan prasarana dan sarana permukiman
1. Tertingkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur perdesaan
2. Tersedianya prasarana dan sarana air bersih
3. Tersedianya akses air minum yang yang aman
4. Pengelolaan sampah 5. Air limbah permukiman 6. Rumah layak huni terjangkau 7. Lingkungan yang sehat dan
aman yang didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU)
8. Penanganan permukiman kumuh perkotaan
(54)
Tabel 2. Sasaran Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan (lanjutan)
TUJUAN SASARAN
Meningkatkan prasarana dan sarana jalan dan jembatan
1. Tertingkatnya kualitas dan kuantitas jalan, jembatan dan gorong-gorong
2. Aksebilitas 3. Mobilitas 4. Keselamatan 5. Kondisi jalan 6. Kecepatan
7. Tertingkatnya kualitas dan kuantitas drainase primer dan sekunder serta gorong-gorong 8. Drainase
9. Tertingkatnya kualitas dan kuantitas peralatan dan perbekalan dan laboratorium pekerjaan umum
Meningkatkan prasarana dan sarana pemerintahan
1. Tersedianya gedung SKPD baik
2. Tersedianya gedung non SKPD lainnya baik
3. Tersedianya gedung kantor desa baik
Meningkatkan penataan bangunan dan lingkungan
1. Pemanfaatan Ruang 2. Harga Standar Bangunan
Gedung Negara (HSBGN) 3. Pemanfaatan Ruang Terbuka
(RTH) Publik Meningkatkan pelaksanaan
pembangunan yang bertumpu pada masyarakat
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
Meningkatkan layanan perijinan dan menjalin kerjasama
kemitraan bertanggung jawab
1. Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK)
2. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
(55)
D. Tugas dan Fungsi 1. Tugas
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang pekerjaan umum, penataan ruang dan perumahan.
2. Fungsi
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada poin pertama menyelenggarakan berbagai fungsi antara lain:
a. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan
b. Pelaksanaan tugas bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan
c. Penyelenggaraan pelayanan umum bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan
d. Pembinaan dan pengembangan bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
(56)
E. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang ada di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman per bulan Desember 2015 berjumlah 317 orang, yaitu terdiri dari PNS sebanyak 126 orang, pegawai harian lepas (PHL) sebanyak 191 orang. Berdasarkan gender (jenis kelamin), dari jumlah PNS sebanyak 126 orang tersebut terdiri dari 112 laki-laki dan 14 perempuan. Jumlah pejabat struktural 25 orang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 7 orang perempuan, dan 1 orang pejabat fungsional. Penempatan pegawai dinas adalah berdasarkan kompetensi pada basis pendidikan, diklat struktural, diklat fungsional, diklat teknis maupun pengalaman. a. Jumlah Pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan menurut
golongan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Jumlah Pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan menurut golongan
Sumber: Profil DPUP 2015: 13
No Unit Kerja Golongan Jumlah IV III II I
1 Kepala 1 1
2 Sekretariat / TU 3 16 7 1 27 3 Bidang Bina Marga 2 10 10 1 23 4 Bidang Cipta Karya 4 10 4 1 19 5
Bidang Penataan Ruang &
Bangunan 2 12 4 18
6 Bidang Perumahan 1 5 3 9
7 UPT Permakaman 3 3 6
8 UPT Rusunawa/Rusunami 1 1 10 12
9 UPT Alkal 1 2 7 10
10 Fungsional Arsiparis 1 1 Jumlah 15 60 48 3 126
(57)
b. Jumlah Pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan menurut tingkat pendidikan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.. Jumlah Pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan menurut tingkat pendidikan
No Unit Kerja Golongan Jumlah
S-2 S-1 DIII SLTA SLTP SD
1 Kepala 1 1
2 Sekretariat / TU 4 8 2 11 1 1 27 3 Bidang Bina Marga 3 6 1 10 3 23 4 Bidang Cipta Karya 4 8 6 1 19 5
Bidang Penataan
Ruang & Bangunan 4 4 2 8 18
6 Bidang Perumahan 1 3 1 4 9
7 UPT Permakaman 2 2 2 6
8 UPT
Rusunawa/Rusunami 1 1 10 12
9 UPT Alkal 1 8 1 10
10 Fungsional Arsiparis 1 1 Jumlah 18 33 6 60 7 2 126 Sumber: Profil DPUP 2015: 13
F. Stuktur Organisasi
Susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman terdiri dari:
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat terdiri dari:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 2. Sub Bagian Keuangan
(58)
c. Bidang Penataan Ruang dan Bangunan terdiri dari: 1. Seksi Penataan Ruang Rinci
2. Seksi Pengawasan Bangunan. 3. Seksi Pembinaan Jasa Konstruksi d. Bidang Cipta Karya terdiri dari:
1. Seksi Prasarana dan Sarana Dasar 2. Seksi Bangunan Gedung
3. Seksi Drainase.
e. Bidang Bina Marga terdiri dari:
1. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan 2. Seksi Pemeliharaan Jalan
3. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jembatan. f. Bidang Perumahan terdiri dari:
1. Seksi Perumahan Formal 2. Seksi Perumahan Swadaya. g. Unit Pelaksana Teknis Dinas h. Kelompok Jabatan Fungsional
Adapun rincian tugas dan fungsi dari struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut
1. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan umum, kepegawaian, keuangan dan perencanaan, evaluasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas satuan organisasi. Dalam
(59)
melaksanakan tugas tersebut Sekretariat mempunyai fungsi: penyelenggaraan urusan umum, penyelanggaraan urusan kepegawaian, penyelenggaraan urusan keuangan dan penyelenggaraan urusan perencanaan.
Tugas dan fungsi ini dirinci sesuai struktur organisasi yang ada, sebagai berikut:
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas menyiapkan bahan pelaksanaan urusan umum dan kepegawaian b. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas menyiapkan bahan
pelaksanaan urusan keuangan
c. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi mempunyai tugas menyiapkan bahan pelaksanaan urusan perencanaan dan evaluasi. 2. Bidang Bina Marga
Bidang Bina Marga mempunyai tugas dalam merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan membina pembangunan, peningkatan, dan pemeliharaan jalan dan jembatan.
Tugas dan fungsi bidang ini, kemudian dirinci sesuai dengan struktur organisasi dinas;
a. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan mempunyai tugas menyiapkan bahan perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian pembangunan dan peningkatan jalan;
(60)
b. Seksi pemeliharaan jalan mempunyai tugas menyiapkan bahan perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian pemeliharaan jalan.
c. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jembatan mempunyai tugas menyiapkan bahan perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian pembangunan dan pemeliharaan jembatan. 3. Bidang Cipta Karya
Bidang ini mempunyai tugas dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan mengendalikan pembangunan, pemeliharaan, dan pengelolaan sarana prasarana dasar permukiman, bangunan gedung dan drainase kawasan.
Tugas dan fungsi ini kemudian dirinci sesuai dengan struktur organisasi Dinas sebagai berikut :
a. Seksi Prasarana dan Sarana Dasar mempunyai tugas menyiapkan bahan perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian pembangunan, pemeliharaan, dan pengelolaan prasarana dan sarana permukiman
b. Seksi Bangunan Gedung mempunyai tugas menyiapkan bahan perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian pembangunan dan rehabilitasi bangunan gedung pemerintah c. Seksi Drainase mempunyai tugas menyiapkan bahan
perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian pembangunan dan pemeliharaan drainase kawasan.
(61)
4. Bidang Penataan Ruang dan Bangunan
Bidang ini mempunyai tugas dalam melaksanakan, membina dan mengendalikan perencanaan detail tata ruang, tata bangunan dan lingkungan serta usaha jasa konstruksi.
Tugas dan fungsi ini kemudian dirinci sesuai dengan struktur organisasi Dinas,
sebagai berikut:
1. Seksi Penataan Ruang Rinci mempunyai tugas menyiapkan bahan pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian perencanaan detail tata ruang, tata bangunan dan lingkungan.
2. Seksi Pengawasan Bangunan mempunyai tugas menyiapkan bahan pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan bangunan gedung
3. Seksi Pembinaan Jasa Konstruksi mempunyai tugas menyiapkan bahan pelaksanaan, pembinaan, dan pelayanan usaha jasa konstruksi
5. Bidang Perumahan
Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan, membina dan mengendalikan/mengawasi pembangunan perumahan formal dan swadaya. Tugas dan fungsi ini dirinci kedalam struktur organisasi Dinas, sebagai berikut:
(62)
1. Seksi Perumahan Formal mempunyai tugas menyiapkan bahan fasilitasi pembinaan, dan pengendalian perumahan formal dan prasarana, sarana dan utilitas perumahan formal
2. Seksi Perumahan Swadaya mempunyai tugas menyiapkan bahan fasilitasi pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian pembangunan perumahan swadaya.
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
Unit Pelaksana Teknis Dinas mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan.
(63)
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan analisis deskriptif hasil penelitian berdasarkan data primer yang diperoleh di lapangan dari hasil temuan dan wawancara maupun data sekunder. Pembahasannya akan berdasarkan temuan-temuan yang penulis dapatkan.
A. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini yang menjadi dasar penelitian adalah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ini sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban suatu organisasi yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan (DPUP) kepada Bupati Sleman tentang pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang dipercayakan berdasarkan perencanaan strategi yang telah dirumuskan. LAKIP ini kemudian akan disesuaikan dengan pedoman Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tentang pedoman penyusunan penetapan kinerja instansi pemerintah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja disusun oleh sub bagian perencanaan dan evaluasi kemudian akan diperiksa oleh kepala Dinas sebagai pengambil keputusan untuk kemudian dikirim ke Inspektorat. Laporan Akuntabilitas Kinerja yang telah dikirim ke Inspektorat kemudian
(1)
191
30 Terselenggaranya Layanan Penerbitan IUJK dalam waktu
Ijin Usaha Jasa Konstruksi
10 (sepuluh) hari kerja sete-
lah persyaratan lengkap
Tersedianya sistem Informasi
Jasa Konstruksi setiap tahun
100
Rumus :
SPM =
Σ Permohonan yang terlayani (diterbitkan IUJK nya) paling lama 10 hari kerja
x 100 %
Σ
Seluruh Permohonan IUJK yang persyaratannya dinyatakan lengkap
52 Rumus :
Total jenis layanan minimal terevaluasi
SPM
= Σ Jenis layanan minimal terupdate
x 100 %
Tingkat pelayanan
Total jenis layanan minimal
Σ Jenis layanan minimal
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
-
Pelayanan IUJK
Program Pembinaan Jasa konstruksi
(2)
192
1
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
2
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kantor
3
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
4
Program
daerah
Penyelamatan dan Pelestarian dokumen/arsip
5
Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan
Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH
6
ProgramMassa
Pengembangan Komunikasi, Informasi danMedia Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan,
7
Capaian Kinerja dan Keuangan8
Program Perencanaan Pembangunan Daerah
9
Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
10
Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
11
Program Pembangunan Sistem Informasi/Data Base Jalan danJembatan
12Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Kebinamargaan
13Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan
14
Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat
15
Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan
16
Program Pembangunan Saluran Drainase Gorong-gorong
17
Program Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
18
Program Pembangunan dan Rehabilitasi Gedung Pemerintah
19
Program Pengembangan Perumahan
20
Program Pengelolaan Areal Pemakaman
21
Program Perencanaan Tata Ruang
22
Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang
23
Program Penanggulangan Kemiskinan
24
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga
25
Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Ekonomi
26
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Sampah
Sleman,
Kepala Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Ir. H. Nurbandi
(3)
193
PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
NO SASARAN INDIKATOR SASARAN
CARA PENGUKURAN PERHITUNGAN
1 2 3 4 5
1 Tertingkatnya kualitas Jalan/jembatan yang Rumus :
dan kuantitas menghubungkan antar desa
infrastruktur perdesaan dalam kondisi baik Panjang Jalan Desa/Lingkungan dalam kondisi baik X 100% 1,489.84 : 2,046.40 x 100% = 72.80
Panjang Jalan Desa/Lingkungan
2 Tesedianya prasarana Cakupan air bersih Rumus :
dan sarana air bersih perpipaan
Jumlah Penduduk yang terlayani air bersih perpipaan X 100% 580,436 : 1,164,903 x 100% = 49.83
Jumlah Penduduk
3 Tersedianya akses air Tersedianya akses air Rumus :
Sangat buruk Minum dengan jaringan
Buruk perpipaan dan bukan SPM = Σ Masyarakat terlayani x 100 % 580,436 : 1,164,903 x 100% = 49.83
Sedang jaringan perpipaan Cakupan Σ Proyeksi total masyarakat
Baik terlindungi dengan Pelayanan
Sangat baik kebutuhan pokok minimal 60
liter/orang/ harI
4 Rumah layak huni Cakupan ketersediaan Rumus :
terjangkau rumah layak huni
Cakupan Rumah = Jml rumah layak huni di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x 100%
321,491 : 328,185 x 100% = 97.96
layak huni
Jml rumah di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Cakupan layanan rumah Rumus :
layak huni yang terjangkau
Cakupan Rumah = Jml rumah tangga MBR yg menempati rumah layak huni yg terjangkau pada kurun
22,375 : 28,859 x 100% = 77.53
waktu tertentu x 100%
layak huni
Jml rumah tangga MBR pada kurun waktu tertentu
yang terjangkau
5 Lingkungan yang sehat Cakupan lingkungan yang Rumus :
dan aman yang didukung sehat dan aman yang didu-
dengan prasarana, sarana kung dengan PSU Cakupan lingkungan = Jumlah lingkungan yg didukung PSU pada kurun waktu tertentu x 100% 39.642 : 57.482 x 100% = 68.96
dan utilitas umum (PSU) yang sehat dan aman Jumlah lingkungan perumahan pada kurun waktu tertentu
yang didukung PSU
6 Penanganan Permukiman Berkurangnya luasan Rumus :
Kumuh Perkotaan permukiman kumuh di
kawasan perkotaan. SPM tingkat = Jumlah permukiman kumuh yang tertangani di kota A x 100% 23.56 : 41.4 x 100% = 56.91
pelayanan Total permukiman kumuh yang telah ditetapkan di kota A
7 Tertingkatnya kualitas Jalan Kabupaten Rumus :
dan kuantitas jalan, dalam kondisi baik
jembatan dan gorong-
Panjang jalan Kabupaten Dalam Kondisi baik (km) X 100% 379.6 : 699.5 x 100% = 54.26
gorong
Panjang Jalan Kabupaten
(4)
8Aksebilitas
9Mobilitas
10Keselamatan
11Kondisi Jalan
12Kecepatan
13Tertingkatnya kualitas
dan kuantitas drainase primer dan sekunder serta gorong-gorong
14Drainase
15Tertingkatnya kualitas
dan kuantitas peralatan dan perbekalan dan laboratorium pekerjaan umum
Tersedianya jalan yang Rumus :
menghubungkan pusat-
pusat kegiatan dalam SPM
= Σ Panjang jalan PK (pencapaian)
x 100 %
wilayah kabupaten/kota Aksebilitas
Σ Panjang jalan penghubung PK seluruhnya
Tersedianya jalan yang Rumus :
memudahkan masyarakat
perindividu melakukan SPM =
Angka mobilitas yang ditentukan apada akhir tahun pencapaian SPM x 100 %
perjalanan Mobilitas
Angka mobilitas yang ditentukan
Tersedianya jalan yang Rumus :
menjamin pengguna
jalan berkendara dengan SPM
=
Σ Panjang jalan yang memenuhi kriteria keselamatan x 100 %
selamat Keselamatan
Σ Panjang jalan penghubung PK seluruhnya
Tersedianya jalan yang Rumus :
menjamin kendaraan
dapat berjalan dengan SPM
=
Σ Panjang jalan yang memenuhi kriteria kondisi jalan x 100 %
selamat dan nyaman Kondisi jalan
Σ Panjang jalan penghubung PK seluruhnya
Tersedianya jalan yang Rumus :
menjamin pejalanan
dapat dilakukan sesuai SPM
=
Σ Panjang jalan yang memenuhi kecepatan x 100 %
dengan kecepatan rencana Kecepatan
Σ Panjang jalan penghubung PK seluruhnya
Jembatan Kabupaten Rumus :
dalam kondisi baik
Σ Panjang jembatan dalam kondisi baik x 100 %
Σ Panjang jembatan total
Gorong-gorong jalan Rumus :
Kabupaten dalam kondisi
baik
Jumlah Gorong-gorong pada Jalan Kabupaten dalam kondisi baik X100%
Jumlah Gorong-gorong pada Jalan Kabupaten
Drainase dalam kondisi Rumus :
baik
Panjang jaringan Drainase dalam kondisi baik X 100%
Panjang Jaringan Drainase
Tersedianya sistem jaringan Rumus :
drainase skala kawasan
dan skala kota sehingga SPM = Σ Infrastruktur drainase yang dikelola x 100 %
tidak terjadi genangan (lebih
Σ Infrastruktur drainase yang harus dibangun
dari 30 cm, selama 2 jam)
dan tidak lebih dari 2 kali
setahun
Peralatan dan perbekalan Rumus :
laboratorium
pekerjaan umum dalam
Jumlah Peralatan dan Perbekalan dalam Kondisi baik X100%
kondisi baik
Jumlah Peralatan dan Perbekalan
699.5: 699.5 x 100%= 100
6.0 : 3.0 x 100%= 200
487.33 : 699.5 x 100%= 69.67
487.33 : 699.5 x 100%= 69.67
487.33 : 699.5 x 100%= 69.67
293 : 385 x 100% = 76.10
1,495 : 2,737 x 100% = 54.62
82,765 : 169,739 x 100% = 48.76
176,228 : 352,796 x 100% = 49.95
(5)
195
16Tersedianya gedung skpd
baik
17Tersedianya gedung non
skpd lainnya baik
18Tersedianya gedung
kantor desa baik
19Pemanfaatan Ruang
20 Informasi Penataan Ruang
21
Pelibatan PeranMasyarakat dalam proses Penyusunan RTR
22Pelayanan Pengaduan
Pelanggaran Tata Ruang
Gedung SKPD dalam kondisi baik
Gedung non SKPD milik Pem. Kab dalam kondisi baik
Gedung Desa dalam kondisi baik
Pengawasan dan pengendalian bangunan
Perencanaan tata bangunan dan lingkungan
Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog
Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta digital
Terlaksananya penjaringan aspirasi masyarakat melalui forum konsultasi publik yang memenuhi syarat inklusif dalam proses penyusunan RTR dan program pemanfaatan ruang, yang dilakukan 2 (dua) kali setiap disusunnya RTR
Terlaksananya tindakan awal terhadap pengaduan masyarakat tentang pelanggaran di bidang penataan ruang dalam waktu 5 (lima) hari kerja
Rumus :
Jumlah Gedung SKPD dalam Kondisi baik X 100% Jumlah Gedung SKPD Rumus :
Jumlah Gedung milik Pemerintah lainnya dalam kondisi baik X 100% Jumlah Gedung milik Pemerintah lainnya
Rumus :
Jumlah Gedung Kantor Desa dalam kondisi baik X 100% Jumlah Kantor Desa
Rumus :
Pelanggaran = Jumlah bangunan yang melanggar TBL x 100%
Bangunan Jumlah bangunan yang ada
Rumus :
Jumlah Rencana TBL (Kecamatan) x 100% Jumlah seluruh Kecamatan
∑Jumlah kumulatif peta analog yang tersedia di Kab/Kota/ Kecamatan/Kelurahan pada akhir
tahun pencapaian SPM.
∑Jumlah kumulatif peta analog yang seharusnya tersedia di Kab/Kota/ Kec./ Kelurahan
∑Jumlah kumulatif peta digital yang tersedia di Kab/Kota/ Kecamatan/Kelurahan pada akhir
tahun pencapaian SPM.
∑Jumlah kumulatif peta digital yang seharusnya tersedia di Kab/Kota/ Kec./ Kelurahan
∑Jumlah kumulatif konsultasi publik yang terlaksana pada proses penyusunan rencana
tata ruang/program pemanfaatan ruang di Kab/Kota sampai akhir tahun pencapaian SPM .
∑Jumlah kumulatif konsultasi publik yang seharusnya terlaksana pada proses penyusunan
rencana tata ruang/program pemanfaatan ruang di Kab/Kota sp akhir tahun pencapaian SPM
∑ Jumlah kumulatif kasus pengaduan pelanggaran di bidang penataan ruang yang dapat ditangani di tingkat Kab/Kota/Kecamatan sampai akhir tahun pencapaian SPM
∑Jumlah kumulatif kasus pengaduan pelanggaran di bidang penataan ruang yang diterima laporannya dan
seharusnya ditangani di tingkat Kab/Kota/ Kecamatan sampai akhir tahun pencapaian SPM
40 : 49 x 100% = 81.63
53 : 64 x 100% = 82.81
52 : 86 x 100% = 60.47
110,205 : 1,348,525 x 100% = 8.17
9 : 17 x 100% = 52.94
17 :
17 x 100% = 100
17 : 17 x 100% = 100
33 : 69 x 100% = 47.83
21 : 21 x 100% = 100
(6)
23Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN)
24Meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pem-bangunan
25Ijin Usaha Jasa
Konstruksi (IUJK)
Tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara dalam penyusunan harga konstruksi bangunan
Harga Standar Bangunan Gedung Negara di kabupaten/kota.
Banyaknya kegiatan yang be Banyaknya peran serta masyarakat dalam pembangunan tumpu pada pemberdayaan
masyarakat
Penerbitan IUJK dalam waktu Rumus : 10 (sepuluh) hari kerja sete-
lah persyaratan lengkap SPM = Σ Permohonan yang terlayani (diterbitkan IUJK nya) paling lama 10 hari kerja x 100 %
Σ Seluruh Permohonan IUJK yang persyaratannya dinyatakan lengkap
Tersedianya sistem Informasi Rumus : Jasa Konstruksi setiap tahun
Total jenis layanan minimal terevaluasi SPM = Σ Jenis layanan minimal terupdate x 100 %
Tingkat pelayanan Total jenis layanan minimal
Σ Jenis layanan minimal
Ya = 100
50
137 : 150 x 100% = 91.33
4 : 7 x 100% = 57.14
Sleman, Desember 2015 Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Ir. H. Nurbandi NIP. 19561206 198603 1 005