Kompetensi pedagogik guru dan persepsi siswa tentang kompetensi tersebut dalam pembelajaran : studi kasus tentang tiga guru di dua sekolah.

(1)

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN

(STUDI KASUS TENTANG TIGA GURU DI DUA SEKOLAH)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Veronika Princesta Srikamti NIM : 081424016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN

(STUDI KASUS TENTANG TIGA GURU DI DUA SEKOLAH)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Veronika Princesta Srikamti NIM : 081424016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau sebagian dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Juli 2013

Penulis


(6)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Veronika Princesta Srikamti

NIM : 081424016

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan karya ilmiah saya

yang berjudul:

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN

(STUDI KASUS TENTANG TIGA GURU DI DUA SEKOLAH)

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 30 Juli 2013 Yang menyatakan


(7)

vi ABSTRAK

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN

(STUDI KASUS TENTANG TIGA GURU DI DUA SEKOLAH) Oleh:

Veronika Princesta Srikamti 081424016

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui (1) kompetensi pedagogik guru IPA (2) dan persepsi siswa tentang guru khususnya mengenai aspek-aspek guru terkait dengan kompetensi pedagogik.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP X dan SMP Y di kota Yogyakarta pada bulan Oktober – November 2012. Subyek penelitian ini adalah 3 guru IPA yang terdiri dari 2 guru senior dan 1 guru muda, serta siswa kelas 7A dan 7F dari SMP X, serta siswa kelas 7.1 dan 7.2 dari SMP Y. Instrumen pengumpulan dan pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari observasi kelas, wawancara, serta kuesioner persepsi siswa.

Penelitian diawali dengan penyusunan instrumen, observasi kelas, kuesioner persepsi siswa, dan wawancara guru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) masing-masing narasumber sebagai guru IPA kelas 7 telah berupaya memenuhi kompetensi pedagogik sebagaimana yang diidealkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, (2) Dalam realitasnya masing-masing narasumber sudah melaksanakan kompetensi pedagogik dengan baik namun belum dapat dikatakan sempurna bila dibandingkan dengan kompetensi pedagogik sebagaimana yang diidealkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. (3) dengan total skor maksimum 4,00 (sangat baik), keseluruhan siswa di masing-masing kelas dan sekolah memiliki persepsi yang baik tentang guru khususnya mengenai aspek-aspek guru terkait dengan kompetensi pedagogik, yaitu dengan masing-masing skor 2,87 oleh siswa kelas 7.1 SMP Y, 3,01 oleh siswa kelas 7.2 SMP Y, 2,68 oleh siswa kelas 7A SMP X, dan, 2,91 oleh siswa kelas 7F SMP X.


(8)

vii ABSTRACT

PEDAGOGICAL COMPETENCE OF SCIENCE TEACHERS AND STUDENTS' PERCEPTIONS ABOUT THE COMPETENCE OF

LEARNING

(CASE STUDIES OF THREE TEACHERS IN TWO SCHOOLS) By:

Veronika Princesta Srikamti 081424016

This research is a qualitative descriptive study aimed to determine (1) science teachers' pedagogical competence (2) and students' perceptions of teachers, especially regarding aspects related to teachers' pedagogical competence. The research was conducted in the junior X and Y in the city of Yogyakarta SMP in October-November 2012. The subjects of this study were 3 science teachers consisting of 2 senior teachersand a young teacher, and students of the class 7A and 7F Junior X, as well as class 7.1 and 7.2 grade students of SMP Y. Instrument collection and processing of data in this study consists of classroom observation, interviews, and questionnaire of student perceptions.

The research begins with the preparation of instruments, classroom observations, questionnaire of student perceptions, and teacher interviews.

The results showed that (1) each speaker as a 7th grade science teacher has tried to meet the pedagogical competence as idealized by Government Regulation No. 19 Year 2005 on National Education Standards and the Ministerial Regulation No. 16 of 2007, (2) In reality each sources already implement pedagogical well but can not say perfect when compared with pedagogical competence as an idealized by Government Regulation No. 19 Year 2005 on National Education Standards and the Ministerial Regulation No. 16 of 2007. (3) with a maximum total score of 4.00 (very good), the entire students in each class and the school has good perception of the teacher particularly on aspects related to teachers' pedagogic competence, with each score 2.87 by SMP 7.1 grade Y, 3.01 by 7.2 grade SMP Y, 2.68 by junior 7A grade X, and, by 2.91 7F junior grade X.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan karena atas segala rahmatNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan dengan baik penelitian dan penulisan skripsi dengan

judul Kompetensi Pedagogik Guru Ipa dan Persepsi Siswa Tentang Kompetensi

Tersebut Dalam Pembelajaran (Studi Kasus Tentang Tiga Guru Di Dua Sekolah). Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik karena bantuan baik dalam hal material, dukungan,

saran maupun gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

yang ini, penulis secara khusus mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim M.Ed.,Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah

dengan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, saran serta semangat

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Br. Valentinus Naryo FIC, M.Pd selaku kepala sekolah SMP Pangudi Luhur

1 Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada

penulis untuk melaksanakan penelitian.

3. Ibu Kristiyani, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Taman Dewasa Jetis

Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada


(10)

ix

4. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

dan semua dosen penguji atas semua saran dan masukan yang berguna demi

penyempurnaan skripsi ini.

5. Segenap dosen Jurusan Pendidikan Fisika yang telah sabar membimbing

serta telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Segenap staff karyawan Sekertariat JPMIPA, Pak Sugeng, Mbak Heni, Mas

Arif, atas segala bantuan yang telah diberikan.

7. Mama, Papa, Nio, Sio, Deo, Inma, dan semua kerabat dekat, atas segala

dukungan baik materi, spritual, atas kasih sayang dan doa yang tiada henti

kepada penulis.

8. Sahabat-sahabatku “Power Rangers” : Astrid, Berta, Laras, Siska, dan Yeni

serta Katrin, Eka, Taat, dan Yanti atas bantuan dan semangat yang diberikan

selama penelitian.

9. Sahabat-sahabatku “ORS” : Nana, Paskalis, Charles, dan Yosep yang telah

memberikan semangat dan dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi

ini.

10. Teman-teman seperjuangan dari Pendidikan Fisika angkatan 2008 atas

kebersamaan kita selama kuliah.

11. Teman-teman FKPMKS atas kebersamaan kita dalam berorganisasi dan

berjuang dalam suka dan duka sebagai teman satu daerah di kota

Yogyakarta ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas


(11)

x

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi

penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Penulis


(12)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... v

ABSTRAK ...vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. KAJIAN TEORI ... 6

A.Kompetensi Guru ... 6

1. Pengertian Kompetensi ... 7

2. Kompetensi Guru ... 7

3. Kompetensi Pedagogik ... 8

B.Persepsi ... 14

1. Pengertian Persepsi ... 14

2. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembelajaran ... 15

3. Aspek-aspek Persepsi ... 16


(13)

xii

5. Faktor-faktor Persepsi ... 18

6. Pengukuran Persepsi ... 18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 20

A.Jenis Penelitian ... 20

B.Subyek Penelitian ... 20

C.Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

D.Desain Penelitian ... 21

1. Tahap I : penyusunan instrumen ... 21

a. Kuesioner profil kompetensi pedagogik guru ... 21

b. Kuesioner persepsi siswa ... 21

2. Tahap II : pengamatan guru mengajar di kelas... 21

3. Tahap III: wawancara dengan guru ... 21

4. Tahap IV : pengisian kuesioner persepsi oleh siswa ... 22

E. Instrumen Penelitian ... 22

1. Observasi kelas ... 22

2. Kuesioner persepsi ... 23

3. Wawancara guru ... 24

F. Validitas dan Reliabilitas ... 24

G.Metode Analisis Data ... 25

1. Profil Kompetensi Pedagogik Guru ... 25

2. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembelajaran ... 26

BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A.Pelaksanaan Penelitian ... 31

B.Data, Analisis Data dan Pembahasan ... 32

1. Kompetensi Pedagogik Guru IPA ... 32

a. Pemahaman Terhadap Siswa ... 32

b. Perancangan Pembelajaran ... 48

c. Pelaksanaan Pembelajaran ... 55


(14)

xiii

e. Pengembangan Siswa Untuk Mengaktualisasikan Berbagai

Potensi Yang Dimilikinya ... 75

f. Pembelajaran Yang Mendidik dan Dialogis ... 80

g. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran... 87

2. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembelajaran ... 99

a. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembelajaran ... 99

b. Persepsi Siswa Tentang Guru Khususnya Mengenai Aspek-Aspek Guru Terkait Dengan Kompetensi Pedagogik ... 106

C.Keterbatasan Penelitian ... 107

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

A.Kesimpulan ... 110

B.Saran ... 111


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A1. Kuesioner Persepsi Siswa Oleh Pramusanti Nur ... 115

Lampiran A2. Kuesioner Persepsi Siswa ... 119

Lampiran B1. Hasil Pengisian Kuesioner Persepsi Siswa ... 124

Lampiran B2. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Persepsi Siswa ... 132

Lampiran B3. Fieldnotes ... 136

Lampiran B4. Kronologi Kejadian ... 164

Lampiran B5. Transkrip Wawancara ... 197

Lampiran B6. RPP Subyek Penelitian ... 232


(16)

xv DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Alternatif Jawaban Menurut Skala Likert ... 28

Tabel 3.2. Penggolongan Pernyataan Positif dan Negatif ... 28

Tabel 3.3. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Persepsi Siswa ... 29

Tabel 3.4. Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa ... 30

Tabel 3.5. Kategori Hasil Kuesioner Persepsi Siswa ... 31

Tabel 4.1.Data Tiga Guru Yang Menjadi Subyek Penelitian ... 31

Tabel 4.2.Kesimpulan Kompetensi Pemahaman Terhadap Siswa ... 47

Tabel 4.3.Kesimpulan Kompetensi Perancangan Pembelajaran ... 54

Tabel 4.4.Kesimpulan Kompetensi Pelaksanaan Pembelajaran ... 66

Tabel 4.5.Kesimpulan Kompetensi Evaluasi Hasil Belajar ... 75

Tabel 4.6.Kesimpulan Kompetensi Pengembangan Siswa Untuk Mengaktualisasikan Berbagai Potensi Yang Dimilikinya ... 80

Tabel 4.7.Kesimpulan Kompetensi Pembelajaran Yang Mendidik dan Dialogis ... 87

Tabel 4.8.Kesimpulan Kompetensi Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran ... 92

Tabel 4.9. Kesimpulan Kompetensi Pedagogik Masing-masing Subyek ... 94

Tabel 4.10Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa Kelas 7.1 SMP Y ... 99

Tabel 4.11. Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa Kelas 7.2 SMP Y ... 101

Tabel 4.12. Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa Kelas 7A SMP X ... 102

Tabel 4.13. Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa Kelas 7F SMP X ... 104

Tabel 4.14. Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa Secara Keseluruhan... 105

Tabel 4.15. Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa Tentang Guru Khususnya Mengenai Aspek-Aspek Guru Terkait Dengan Kompetensi Pedagogik... 107


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan dana

dan usaha yang cukup besar serta merupakan kebutuhan utama tiap manusia.

Hal ini dikarenakan pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam

meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan upaya mewujudkan cita-cita

bangsa yaitu kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sementara ini mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang

diharapkan, terbukti dengan masih banyaknya siswa yang belum lulus karena

tidak mencapai standar nilai yang sudah ditetapkan. Hal ini dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Salah satu faktor eksternal yang turut menentukan mutu pendidikan

adalah guru. Di dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “guru” adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. Hal ini sekaligus merupakan pengakuan bahwa guru


(18)

pengajaran yang dilaksanakan, hingga pada akhirnya berperan dalam

meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor

16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

sebagai standar kompetensi yang perlu dimiliki oleh guru dalam melaksanakan

profesinya. Standar kompetensi guru ini terdiri atas empat kompetensi utama,

yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Dari empat

kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, penelitian ini difokuskan pada

kompetensi pedagogik. Karena dalam proses belajar mengajar kompetensi

pedagogik lebih dominan berperan dalam mengelola pembelajaran peserta

didik.

Kompetensi pedagogik meliputi kemampuan merencanakan program

belajar-mengajar, kemampuan melaksanakan proses belajar-mengajar, dan

kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi. Kemampuan-kemampuan

tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa apabila dikelola dengan baik

oleh guru. Hal ini sejalan dengan pernyataan Farida (2008 : 19), bahwa

kompetensi pedagogik juga meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimiliki.

Dalam proses belajar-mengajar dapat timbul persepsi siswa terkait

dengan penglihatannya terhadap seorang guru. Persepsi adalah tanggapan


(19)

pancaindra. Persepsi siswa mengenai kompetensi guru dapat berbeda-beda. Hal

ini tergantung bagaimana penguasaan kompetensi yang baik oleh guru,

sehingga dapat memberikan persepsi siswa yang baik pula sehingga tercipta

keberhasilan siswa dalam belajar.

Jadi disini, persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik dalam

pembelajaran adalah sejauh mana seorang guru dapat mengaplikasikan

keterampilannya dalam proses belajar mengajar di kelas di mata siswa.

Berdasarkan hal tersebut di atas, untuk mengetahui sejauh mana

penguasaan kompetensi pedagogik guru IPA, serta persepsi siswa tentang

kompetensi tersebut dalam pembelajaran maka peneliti melakukan penelitian

dengan judul “Kompetensi Pedagogik Guru IPA dan Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Tersebut Dalam Pembelajaran (Studi Kasus Tentang Tiga Guru Di Dua Sekolah)”.


(20)

B. Batasan Masalah

Peneliti membatasi permasalahan untuk penelitian sebagai berikut:

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dibatasi pada 4 orang guru IPA yang terdiri dari 2 guru

senior dan 2 guru muda dengan masa pengalaman mengajar masih dibawah

5 tahun serta siswa-siswi dari kelas yang diampu oleh guru tersebut.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah kompetensi pedagogik guru serta bagaimana

persepsi siswa tentang guru khususnya mengenai aspek-aspek guru terkait

dengan kompetensi pedagogik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka

peneliti merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kompetensi pedagogik guru IPA yang menjadi responden?

2. Bagaimanakah persepsi siswa tentang guru khususnya mengenai


(21)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana kompetensi pedagogik guru IPA yang menjadi

responden.

2. Mengetahui persepsi siswa tentang guru khususnya mengenai aspek-aspek

guru terkait dengan kompetensi pedagogik.

E. Manfaat Penelitian

Dari informasi yang ada diharapkan penelitian ini dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru:

- Sebagai masukan dalam usaha meningkatkan kualitas kompetensi

pedagogik guru dalam mata pelajaran IPA sehingga diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat menumbuhkan persepsi yang

positif dalam diri siswa terhadap guru.

- Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

pelaksanaan pembelajaran.

2. Bagi Peneliti:

- Merupakan pengalaman melakukan penelitian ilmiah sehingga menambah wawasan dan kemampuan peneliti tentang penelitian ilmiah,


(22)

20 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kompetensi Guru

1. Pengertian Kompetensi

Menurut Lefrancois dalam Asmani (2009:37), kompetensi merupakan

kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar.

Kompetensi juga diartikan sebagai suatu keterampilan atau kemahiran

yang bersifat aktif. Kompetensi dikategorikan dari tingkat sederhana atau

dasar hingga tingkat lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan

berhubungan dengan proses penyusunan bahan atau pengalaman belajar,

yang lazimnya terdiri dari: (1) penguasaan minimal kompetensi dasar; (2)

praktik kompetensi dasar; (3) penambahan, penyempurnaan, atau

pengembangan terhadap kompetensi atau keterampilan. Tiga kategori

proses tersebut dapat terus berlanjut selama masih ada kesempatan untuk

melakukan penyempurnaan atau pengembangan kompetensi.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi

merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi,

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai terkait dengan profesi

tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan

diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi


(23)

2. Kompetensi Guru

Seorang guru baru dapat dikatakan sebagai guru yang profesional bila

sudah menguasai 4 kompetensi utama guru. Kompetensi guru

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Empat kompetesi utama guru dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta

didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang

mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian

dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif

dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,


(24)

d. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

3. Kompetensi Pedagogik

Pedagogik berasal dari kata Yunani “paedos”, yang berarti anak

laki-laki, dan “agogos” yang berarti mengantar, membimbing. Jadi pedagogik

secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada zaman Yunani kuno

yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian

secara kiasan pedagogik ialah seorang ahli yang membimbing anak ke

arah tujuan hidup tertentu.

Meskipun kompetensi pedagogik merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari empat kompetensi utama yang harus dimiliki oleh seorang

guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Kompetensi pedagogik sendiri merupakan kompetensi utama yang harus

dimiliki guru agar pembelajaran yang dilakukan efektif dan dinamis. Agar

mencapai perubahan yang pesat dan produktif, seorang guru harus belajar

secara maksimal untuk menguasai kompetensi pedagogik baik secara teori


(25)

Menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, kompetensi pedagogik

guru mata pelajaran pada tingkat SMP terdiri atas 37 buah kompetensi

yang dirangkum dalam 10 kompetensi inti yang disajikan berikut ini:

a. Menguasai karakteristik siswa dari aspek fisik, moral spiritual, sosial,

kultural, emosional, dan intelektual.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik.

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang

diampu.

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan pembelajaran.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimiliki.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan siswa.

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

i. Memanfaatkan hasil penilaian, evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

pembelajaran.

Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa kompetensi


(26)

siswa yang meliputi: pemahaman terhadap siswa, perancangan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, serta

pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

Dalam penelitian ini selain menggunakan 5 komponenutama

kompetensi pedagogik yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, peneliti juga

menambahkan 2 komponendari 10 inti kompetensi pedagogik guru yang

tertera dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, yaitu komponen

tentang pembelajaran yang mendidik serta pemanfaatan teknologi

pembelajaran.

a. Pemahaman terhadap siswa

Selama proses pembelajaran berlangsung tentu ada terjadinya

interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang terjadi antara guru dan

siswa menandakan bahwa adanya usaha untuk saling memahami.

Seorang guru harus terlebih dahulu memahami situasi siswanya, agar

kemudian guru dapat menentukan perlakuan apa yang paling tepat

untuk diterapkan pada siswa hingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Terdapat 5 hal yang harus dipahami guru dari siswa, yaitu tingkat

kecerdasan, kreativitas, kondisi fisik, perkembangan kognitif serta


(27)

b. Perancangan pembelajaran

Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi

pedagogik yang harus dimiliki oleh guru, karena hal ini akan menjadi

dasar pada pelaksanaan pembelajaran. Dalam merancang pembelajaran

guru pertama-tama harus mengetahui segala hal yang diperlukan dalam

pembelajaran nantinya, misalnya: materi apa yang akan disampaikan,

sumber belajar apa yang akan digunakan, metode maupun media apa

yang akan digunakan, apa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, serta

daya dukung lainnya. Setelah semua daya dukung telah diidentifikasi,

selanjutnya guru tinggal melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun

sebelumnya.

c. Pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan atau implementasi adalah proses yang memberikan

kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya

manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat

membentuk kompetensi danmencapai tujuan yang diinginkan.

d. Evaluasi hasil belajar

Tujuan dari evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui

efektivitas pembelajaran yang sudah dilakukan. Bentuk evaluasi belajar

pada siswa dapat berupa tes tertulis, tes lisan, tes praktik, pemberian

tugas, dan kumpulan hasil kerja siswa. Dengan melakukan evaluasi


(28)

permasalahan kiat mengembangkan proses pembelajaran, dan

mendapatkan suntikan semangat baru dalam melakukan modernisasi

proses pendidikan (Asmani, 2009 : 96).

e. Pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya

Pengembangan siswa merupakan kemampuan yang harus dimiliki

oleh seorang guru untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimiliki oleh siswa. Dalam prosesnya, guru harus memberikan

kesempatan aktualisasi potensi anak didik secara luas, maksimal, dan

memuaskan (Asmani, 2009 : 94). Pengembangan siswa dapat dilakukan

dengan berbagai cara, antara lain melalui pengayaan, remedial,

bimbingan dan konseling (BK), serta melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Apabila seorang guru dapat mengenali potensi masing-masing siswa,

menyediakan wahana aktualisasi, serta terus memberikan semangat

untuk mengeluarkan kemampuan terbaik dan pada akhirnya dapat

memperoleh prestasi yang optimal, maka pada akhirnya guru tersebut

akan terus dikenang siswanya sebagai sosok guru yang sangat

mendukung siswanya.

f. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

Dalam proses pembelajaran, guru tidak cukup hanya dengan

melakukan transfer limu pada siswa. Melainkan juga harus dapat

memberikan pengalaman yang mendidik bagi siswa. Selanjutnya,


(29)

mendidik hendaknya berlangsung sebagai proses atau usaha yang

dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

sebagai hasil pengalaman individu berinteraksi dengan lingkungannya.

Perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri individu banyak

ragamnya, baik sifatnya maupun jenisnya. Karena itu tidak semua

perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar.

Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran yang mendidik berupa

perubahan tingkah laku yang disadari, kontinu, fungsional, positif,

tetap, bertujuan, dan komprehensif.

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, pertama-tama guru harus

dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dan dialogis. Yaitu

dimana guru tidak melulu mendominasi pembelajaran yang dapat

mematikan kreativitas dan potensi siswa, melainkan siswa diberikan

kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan-kegiatan

yang dapat dilakukan untuk mendorong aktivitas dan kreativitas siswa

dalam pembelajaran, antara lain diskusi, pengamatan, penelitian,

praktikum, tanya jawab, karya wisata, studi kasus, bermain peran, dan

kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan

pembelajaran (Asmani, 2009 : 89).

g. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

Pada saat ini, teknologi informasi dan komunikasi sudah

merupakan hal yang sangat biasa. Sedangkan dalam pembelajaran di


(30)

teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajarannya

dikarenakan oleh alasan-alasan tertentu. Padahal dengan

mengikutsertakan unsur teknologi informasi dan komunikasi dalam

pembelajaran, tidak hanya dapat memacu semangat siswa dan

mengurangi rasa jenuh, tapi juga dapat membantu memudahkan serta

mengefektifkan proses pembelajaran. Selain itu hal ini juga merupakan

tantangan bagi guru untuk terus mengikuti dinamika publik yang ada.

Bentuk teknologi informasi dan komunikasi yang dapat digunakan

dalam pembelajaran, antara lain: komputer, internet, laboratorium,

digital library, kelompok diskusi, majalah dinding, lapangan olahraga,

serta lingkungan yang dapat membuat siswa merasa nyaman menikmati

proses pembelajaran.

B. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Menurut Slameto (2010:102), persepsi adalah proses yang

menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia.

Persepsi pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang dialami oleh

setiap individu dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik

itu obyek, peristiwa, maupun informasi. Selain itu menurut Rahmanto

(1985 : 64), persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hasil hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan


(31)

Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa

persepsi itu merupakan penafsiran yang unik terhadap suatu situasi.Oleh

karena persepsi merupakan proses individu dalam menafsirkan sesuatu,

tentunya persepsi akan dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan penerima

rangsangan. Sehingga dapat terjadi perbedaan persepsi antara seseorang

atau kelompok dengan persepsi seseorang atau kelompok lain.

Merujuk pada uraian di atas, maka yang dimaksud persepsi siswa

adalah suatu proses pengamatan, pemaknaan, dan penafsiran yang

dilakukan oleh siswa terhadap suatu objek, sehingga siswa dapat

menyadari, menanggapi, memperoleh kesan dan pandangan terhadap objek

tersebut.

2. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas terjadi

interaksi antara guru dan siswa. Selama proses interaksi ini terjadi, guru

dan siswa dapat saling mempersepsi satu sama lain. Dalam penelitian ini

peneliti mencoba mencari tahu bagaimana persepsi siswa terhadap realisasi

kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran IPA, dengan guru dan

segala aktifitasnya sebagai objek.

Berdasarkan uraian di atas maka persepsisiswa tentang kompetensi

pedagogik guru dalam pembelajaran diartikan sebagai proses siswa


(32)

menanggapi, memperoleh kesan dan pandangan terhadap segala aktivitas

guru selama kegiatan belajar mengajar.

3. Aspek-aspek Persepsi

Schiffman dalam Pramusanti (2011:34) memaparkan 2 aspek persepsi,

yaitu:

a. Kognisi

Aspek kognisi meliputi bagaimana pandangan atau pemaknaan

individu mengenai obyek sosial dan kejadian-kejadian yang dialami

individu dalam lingkungan sosialnya.

b. Afeksi

Aspek afeksi meliputi bagaimana perasaan individu terhadap obyek

sosial dan kejadian-kejadian yang dialami individu dalam lingkungan

sosialnya.

4. Prinsip Dasar Persepsi

Berikut adalah beberapa prinsip dasar tentang persepsi yang perlu

diketahui oleh seorang guru agar dapat mengetahui siswanya secara lebih

baik dan dengan demikian menjadi komunikator yang efektif.

a. Persepsi itu relatif bukan absolut

Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu tidak mampu


(33)

b. Persepsi itu selektif

Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari

banyak rangsangan yang ada di sekeliling pada saat-saat tertentu. Hal

ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa

yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya.

Ini berarti juga bahwa seseorang memiliki keterbatasan dalam

menerima rangsangan.

c. Persepsi itu mempunyai tatanan

Dalam menerima rangsangan, seseorang akan menerimanya dalam

bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Bila rangsangan

yang diterima tidak lengkap maka ia akan melengkapinya sendiri

hingga hubungan itu menjadi jelas.

d. Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan)

Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan

pesanmana yang akan dipilih untuk diterima. Selanjutnya bagaimana

pesan yang dipilih itu akan ditata dan bagaimana pula dengan pesan

tersebut akan diinterpretasikan.

e. Persepsi seseorang atau kelompok lain, sekalipun situasainya sama

Perbedaan persepsi ini dapat diakibatkan karena adanya perbedaan

individual. Perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau


(34)

5. Faktor-faktor Persepsi

Bimo (1994 : 54) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi

individu dalam membuat persepsi antara lain:

a. Internal (keadaan individu)

Terdapat dua keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil

persepsi yaitu: keadaan fisiologis dan keadaan psikologis individu.

Bila sistem fisiologis terganggu maka akan berpengaruh dalam

persepsi seseorang, sedangkan psikologis antara lain: pengalaman,

perasaan, kemampuan berpikir, kerangka acuan, maupun motivasi,

akan berpengaruh pada seseorang melakukan persepsi.

b. Eksternal (obyek itu sendiri dan lingkungan)

Agar suatu obyek dapat dipersepsi, maka obyek tersebut harus

cukup kuat. Hal ini bertujuan untuk mencapai ketepatan persepsi. Bila

suatu obyek bukan dalam bentuk fisik maka ketepatan persepsi jauh

lebih terletak pada individu yang mengadakan persepsi. Sedangkan

lingkungan atau situasi melatarbelakangi obyek persepsi. Obyek dan

lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor

internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi.

6. Pengukuran Persepsi

Menurut Azzahy (2008), mengukur persepsi hampir sama dengan

mengukur sikap. Walaupun materi yang diukur bersifat abstrak, tetapi


(35)

obyek diterjemahkan dalam sistem angka. Selanjutnya menurut Azwar

dalam Suparyanto (2011), memaparkan bahwa pengukuran persepsi dapat

dilakukan dengan menggunakan skala Likert.

Skala Likert sendiri merupakan suatu skala yang biasa digunakan

untuk menghitung skala yang berkaitan dengan teori dan teknik dalam

pengukuran pendidikan dan psikologis, mencakup pengukuran

pengetahuan, kemampuan, sikap, dan sifat kepribadian. Skala Likert

umum digunakan dalam kuesioner. Saat menanggapi

pernyataan/pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan

persetujuan mereka dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.

Dalam skala sikap model Likert biasanya terdiri atas beberapa

pertanyaan/pernyataan yang bersifat favourable dan unfavourable yang

sudah terpilih berdasarkan kualitas isi dan analisis statitiska terhadap

kemampuan pertanyaan/pernyataan tersebut dan mengungkap sikap

kelompok. Pilihan jawaban dalam skala Likert biasanya disediakan 5

pilihan kategori persetujuan sebagai berikut:

a. Sangat tidak setuju/sangat tidak sesuai (STS)

b. Tidak setuju/tidak sesuai (TS)

c. Ragu-ragu/netral (N)

d. Setuju/sesuai (S)


(36)

20 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

C. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif karena

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru IPA

dan persepsi siswa tentangguru khususnya mengenai aspek-aspek guru terkait

dengan kompetensi pedagogik. Penelitian ini juga bersifat naturalistic

observation, yaitu dimana peneliti meneliti subyek dalam setting yang

natural. Peneliti juga tidak membuat manipulasi apa pun, hanya mengamati,

mencatat, dan merekam apa yang terjadi (Suparno, 2010 : 155).

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah 4 orang guru IPA yang terdiri atas 2 guru

senior dan 2 guru muda, serta siswa-siswi yang berasal dari salah satu kelas

yang diampu oleh masing-masing guru.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP X dan SMP Y di kota Yogyakarta pada


(37)

F. Desain Penelitian

Penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu : (1) penyusunan instrumen

kuesioner persepsi siswa, (2) pengamatan guru mengajar di kelas, (3)

wawancara dengan guru, dan (4) pengisian kuesioner persepsi oleh siswa.

1. Tahap I : penyusunan instrumen kuesioner persepsi siswa

Kuesioner persepsi diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk

mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang realisasi kompetensi

pedagogik guru dalam pembelajaran.

2. Tahap II : pengamatan guru mengajar di kelas

Pengamatan guru mengajar di kelas dilakukan oleh peneliti dengan

mengikuti proses pembelajaran di kelas guru yang bersangkutan. Selama

mengikuti proses pembelajaran, peneliti melakukan kegiatan merekam,

mengamati, dan mencatat apa saja yang terjadi.

3. Tahap III : wawancara dengan guru

Wawancara bersama gurudilakukan setelah pengamatan guru

mengajar di kelas selesai dilaksanakan. Wawancara yang akan dilakukan

adalah wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas terpimpin adalah

wawancara yang bebas menanyakan apa saja yang diperlukan namun

tetap menggunakan pedoman wawancara berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan. Pertanyaan wawancara yang akan


(38)

4. Tahap IV : pengisian kuesioner persepsi oleh siswa

Kuesioner persepsi yang merupakan kuesioner tertutup diberikan pada

siswa dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang

realisasi kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian (Suparno, 2010:56). Instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data pada penelitian ini yaitu dengan observasi kelas,

wawancara guru, serta kuesioner untuk siswa.

1. Observasi kelas

Observasi kelas dilakukan beberapa kali di kelas X selama kegiatan

belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan handy camera.

Hal-hal yang akan direkam dalam penelitian ini adalah:

a. Situasi kelas saat guru mengajar

b. Situasi kelas saat guru berinteraksi dengan siswa

Selain itu peneliti juga menggunakan catatan lapangan deskriptif yaitu

semua catatan tentang segala sesuatu yang didengar, dilihat, diamati,

dialami, dipikirkan, dan direfleksikan oleh peneliti baik itu setting, orang,

tindakan, maupun pembicaraan yang terjadi di dalam proses pembelajaran


(39)

2. Kuesioner persepsi

Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis untuk

memperoleh informasi dari sampel yang ingin diketahui (Suparno, 2010 :

61). Ada pun kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner persepsi siswa

tentang realisasi kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran.

Kuesioner persepsi diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk

mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang realisasi kompetensi

pedagogik guru dalam pembelajaran.Kuesioner persepsi ini merupakan

kuesioner tertutup, yaitu dimana sampel tinggal menjawab sesuai dengan

pilihan yang sudah tersedia.

Item-item dalam kuesioner ini merupakan kombinasi antara aspek

persepsi dan ciri-ciri kompetensi pedagogik guru, yaitu kognisi dan afeksi

terhadap kompetensi guru. Secara kognisi, siswa akan memandang,

menafsirkan, menilai kemampuan dan keterampilan guru dalam hal

kompetensi pedagogik yang meliputi kemampuan mengelola

pembelajaran, pemahaman siswa, perancangan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi

pembelajaran, evaluasi pembelajaran serta pengembangan siswa.

Sedangkan aspek afeksi meliputi perasaan siswa mengenai

kemampuan dan keterampilan gurunya dalam hal kompetensi pedagogik

yang meliputi kemampuan mengelola pembelajaran, pemahaman siswa,


(40)

dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi pembelajaran

serta pengembangan siswa (Pramusanti, 2011 : 56).

Kuesioner persepsi dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk skala

likert dengan empat alternatif jawaban, sehingga sampel tinggal memberi

tanda lingkaran (O) pada jawaban yang tersedia. Jenis pernyataan ada dua

macam, yaitu pernyataan positif dengan skor 4, 3, 2, 1 dan pernyataan

negatif dengan skor 1, 2, 3, 4. Kuesioner ini terdiri dari 44 item pernyatan

yang dikembangkan oleh Nur Pramusanti (2011) yang telah diuji validitas

dan realibilitasnya.

3. Wawancara guru

Wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara bebas

terpimpin. Wawancara bebas terpimpin adalah wawancara yang bebas

menanyakan apa saja yang diperlukan namun tetap menggunakan

pedoman wawancara berupa garis-garis besar permasalahan yang akan

ditanyakan. Pertanyaan wawancara yang akan diberikan berdasarkan pada

hasil pengamatan di kelas. Proses wawancara akan direkam dalam bentuk

suara.

H. Validitas dan Reliabilitas

Perhitungan validitas pada instrumen kuesioner persepsi siswa dilakukan

dengan menggunakan teknik korelasi product momentdari Pearson.


(41)

skor total item dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product

and Service Solutions) for Windows Release 15.0.

Sedangkan uji reliabilitas yang digunakan yaitu formula Alpha Cronbach,

dimana data yang diperoleh dari hasil skoring akan diolah dengan

menggunakan SPSSfor Windows Release 15.0. Koefisien realibilitas yang

makin mendekati angka satu akan menunjukkan semakin reliabelnya variabel

yang sedang diteliti.

Subyek yang digunakan untuk uji coba berjumlah 100 responden. Dari

hasil uji validitas item terdapat 45 item yang valid. Item yang valid

mempunyai koefisien validitas corrected item-total correlation bergerak dari

0,204 sampai 0,620 dan koefisien reliabilitas alpha = 0,886 (Nur Pramusanti,

2011 : 73-74). Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan

44 item dari total 45 item yang sudah diuji validitas tersebut, dikarenakan ada

1 item pernyataan positif yang kemudian disebutkan lagi di nomor

selanjutnya namun pernyataan positif tersebut dikelompokkan sebagai

pernyataan negatif. Oleh sebab itu peneliti memutuskan untuk tidak

menggunakan 1 item yang dikelompokkan dalam pernyataan negatif tersebut.

(Kuesioner persepsi siswa oleh Pramusanti Nur terlampir pada lampiran A1).

I. Metode Analisis Data

1. Profil Kompetensi Pedagogik Guru

Untuk mengetahui profil kompetensi pedagogik guru, peneliti


(42)

Setelahsemua data terkumpul, kemudian peneliti membandingkan data

yang satu dengan yang lain untuk melihat apakah data tersebut konsisten

atau tidak. Setelah itu data-data tersebut dikumpulkan dan ditentukan

gagasan utama yang mewakili. Gagasan utama inilah yang disebut

dengan kategori dalam data dan kemudian dapat ditarik kesimpulannya.

2. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Gurudalam Pembelajaran

Untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap realisasi

kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran, peneliti menggunakan

analisis dari kuesioner yang diberikan pada siswa. Kuesioner yang

digunakan pada penelitian ini terdiri dari 44 item yang dikembangkan

oleh Nur Pramusanti (2011) yang telah diuji validitas dan realibilitasnya.

Dalam pernyataan pada kuesioner disediakan 4 alternatif jawaban

dimana siswa diminta untuk memilih salah satu jawaban yang dirasa

paling sesuai. Alternatif jawaban tersebut menggunakan skala Likert

yang terdiri atas pernyataan positif dan pernyataan negatif.

Setelah data terkumpul, kemudian langkah-langkah pengolahan data

dapat dibagi secara garis besar yaitu:

a. Pemeriksaan kuesioner.

Kuesioner yang terkumpul dan telah diisi responden,


(43)

b. Pemberian kode

Pemberian kode atau skor diberikan untuk setiap pilihan dari

setiap item berdasarkan ketentuan yang ada. Adapun pola

pembobotan untuk pemberian kode tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 : Alternatif Jawaban Menurut Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor Untuk Pernyataan Positif Negatif

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Sedangkan untuk penggolongan pernyataan positif dan negatif

pada kuesioner persepsi siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2 : Penggolongan Pernyataan Positif dan Negatif

No Aspek Nomor Item Jumlah

Positif Negatif 1 Kognisi terhadap kompetensi pedagogik guru:

Pemahaman terhadap siswa 1, 2, 11, 24

7, 10,

12 7 Perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran 3, 13

4, 14, 15, 16,

19

7

Pelaksanaan pembelajaran yang

mendidik dan dialogis 17, 21 - 2 Evaluasi hasil belajar 8, 18 20, 22 4 Pemanfaatan teknologi

pembelajaran 6, 9 - 2

Pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya

5 23 2

2 Afeksi terhadap kompetensi pedagogik guru: Pemahaman terhadap siswa 25, 26,

27

40, 41,


(44)

No Aspek Nomor Item Jumlah Positif Negatif

Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran

28, 30, 35, 39,

43

38 6

Pelaksanaan pembelajaran

yangmendidik dan dialogis - 34, 36 2 Evaluasi hasil belajar 37 29, 31 3 Pemanfaatan teknologi

pembelajaran 32 44 2

Pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya

- 33 1

TOTAL 23 21 44

c. Penyusunan dalam bentuk tabel

Yaitu dimana hasil pemeriksaan kuesioner dituangkan dalam

bentuk tabel rekapitulasi secara lengkap untuk seluruh item. Adapun

pola rekapitulasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3:RekapitulasiHasil Kuesioner Persepsi Siswa

Responden Skor Item Total 1 2 3 ... N

1 2 3 N

d. Pembagian kategori

Untuk menentukan kategori dari skor rata-rata, melalui

perhitungan frekuensi skor jawaban responden pada setiap alternatif

jawaban, dapat ditentukan skor rata-ratanya dengan menggunakan


(45)

Sesuai dengan skor alternatif jawaban kuesioner yang memiliki

rentang dari 1 hingga 4, maka banyak kelas interval adalah sebanyak

4 kelas, sehingga diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:

Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh skala penafsiran skor

rata-rata jawaban responden seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.4: Pembagian Kategori Kuesioner Persepsi Siswa

Skor rata-rata Kategori 1.00 – 1.74 Kurang 1.75 – 2.49 Cukup 2.50 – 3.24 Baik 3.25 – 4.00 Sangat Baik

Setelah hasil skor rata-rata masing-masing siswa diketahui, data

tersebut dimasukkan ke dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.5 : Kategori Hasil Kuesioner Persepsi Siswa


(46)

Sedangkan untuk mengetahui persepsi keseluruhan siswa dapat

dihitung dengan menggunakan rumus:

!

Dari hasil perhitungan tersebut kemudian diperoleh skor rata-rata

keseluruhan, yang kemudian dapat ditentukan dalam kategori persepsi


(47)

31 BAB IV

DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

J. Pelaksanaan Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan, subyek yang diteliti terdiri atas 2 guru

senior dari SMP X dan 1 guru muda dari SMP Y. Jumlah subyek guru yang

diteliti tidak sesuai dengan yang sudah peneliti rencanakan sebelumnya, yaitu

2 guru senior dan 2 guru muda. Hal ini disebabkan oleh sulitnya mencari guru

muda di wilayah Sleman, Yogyakarta. Baik dikarenakan sekolah yang dituju

tidak memiliki guru IPA muda atau ketika sudah menemukan guru IPA muda,

justru guru tersebut sedang berhalangan untuk menjadi subyek penelitian.

Setelah kurang lebih 1 bulan lamanya (19 September – 18 Oktober 2012)

peneliti mencari subyek guru untuk diteliti, dan setelah berkonsultasi dengan

dosen pembimbing akhirnya peneliti memutuskan untuk hanya meneliti 3

orang guru yang sudah bersedia untuk menjadi subyek penelitian peneliti.

Berikut data 3 guru yang menjadi subyek penelitian:

Tabel 4.1 : Data Tiga Guru Yang Menjadi Subyek Penelitian

No Subyek Sekolah Ket 1 Subyek I SMP X Guru senior

(1994 – sekarang) 2 Subyek II SMP X Guru senior

(1999 – sekarang) 3 Subyek III SMP Y Guru muda

(2012 – sekarang)

Sedangkan sampel siswa yang mengisi kuesioner adalah berasal salah


(48)

K. Data, Analisis Data dan Pembahasan

Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang memperlihatkan

bagaimana kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran serta persepsi

siswa tentang kompetensi tersebut dalam pembelajaran.

Data penelitian ini diolah dalam 2 cara yaitu secara kualitatif dan

kuantitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif yaitu data yang diperoleh

dari video pengamatan guru mengajar di kelas, fieldnotes dan transkrip

wawancara guru. Sedangkan data yang dianalisis secara kuantitatif adalah

hasil kuesioner persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dalam

pembelajaran.

1. Kompetensi Pedagogik Guru IPA

Pada penelitian ini, untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru

IPA masing-masing sampel, peneliti menggunakan data video

pengamatan guru mengajar di kelas, fieldnotes dan transkrip

wawancara guru. Adapun kompetensi pedagogik masing-masing guru

IPA adalah sebagai berikut:

a. Pemahaman Terhadap Siswa

1) Subyek I

Dalam usaha memahami karakter dan kemampuan siswa,

subyek I berusaha memperoleh informasi mengenai anak

didiknya baik dari pengamatan selama pembelajaran, informasi

dari orangtua maupun dari Bimbingan Konseling (BK) seperti


(49)

“Jadi segala informasi dibutuhkan, baik dari orang tua, dari anak itu sendiri, dari subyek, teman-temannya dan khususnya BK. Biasanya BK itu secara khusus memberikan dialog pribadi (dengan siswa), itu (dapat menjadi) masukan-masukan (sebagai penentu) prioritas bagi anak-anak tertentu.” Dari hasil wawancara dan pengamatan di kelas, subyek I

sudah hapal sebagian besar nama siswa terutama siswa yang

membutuhkan perhatian khusus. Siswa yang tergolong

membutuhkan perhatian khusus misalnya siswa yang menurut

subyek I belum memiliki mental untuk belajar. Hal ini

ditunjukkan dengan perilaku siswa yang lebih sering ngobrol

dengan sesama siswa dibandingkan memperhatikan pelajaran.

Siswa yang sudah terbentuk mental belajarnya sehingga sering

dijadikan contoh teladan bagi siswa lainnya juga lebih

gampang untuk diingat namanya. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara dengan subyek I:

“Ya sebagian besar hapal tapi tidak semua, khususnya anak-anak yang butuh perhatian khusus, taruhlah misalnya yang butuh perhatian khusus ada beberapa siswa yang mungkin agak, mungkin secara mental untuk anak, itu belum terbentuk mental belajar atau anak yang bisa dipakaisebagai teladan bagi teman temannya itu juga (gampang untuk dihapal namanya).”

Subyek I menyatakan bahwa dengan mengetahui

karakteristik siswa, selain dapat membantu dalam memetakan

kondisi siswa yang memang sudah menjadi kewajiban guru,

tapi juga sebagai langkah awal untuk menentukan


(50)

pendampingan belajar siswa yang sering dilakukan subyek I di

kelas berupa beberapa hal, misalnya pengkondisian tempat

duduk siswa. Siswa yang dilihat dari segi akademis dianggap

masih kurang oleh subyek I dan ternyata di kelas sering ribut

akan diminta untuk duduk di barisan depan agar lebih terpantau

oleh guru selama proses belajar berlangsung, serta agar tidak

mengganggu siswa lain sehingga suasana belajar dapat menjadi

lebih kondusif. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan

subyek I:

“Penempatan tempat duduk itu sudah mulai kita atur dengan melihat kondisi siswa. Kalau anak-anak misalnya si a secara akademis kurang dan ternyata dia di kelas ribut, ya ini kan harus kita sesuaikan, berarti anak ini supaya bisa konsentrasi dalam belajar, kita pindahkan (tempat duduknya). Selain itu juga agar terciptanya suasana belajar dengan baik.”

Selama 4 kali pengamatan di kelas, terjadi aktivitas

subyek yang mengatur tempat duduk. Aktivitas tersebut terjadi

pada pertemuan ke-3, pada hari Senin, tanggal 3 November

2012, menit ke-5. (Kronologi kejadian terlampir pada lampiran

B3).

Subyek I juga menyatakan bahwa siswa di kelas 7F ini

sering mengalami kesulitan ketika menghadapi soal hitungan

pengaplikasian rumus. Namun subyek beranggapan bahwa hal

ini dapat terjadi bukan karena siswa tidak bisa, namun karena

siswa kurang gigih dan sifat ingin serba instan dalam belajar.


(51)

dalam mendampingi siswa, karena masing-masing siswa

memiliki kondisi yang berbeda-beda. Bentuk pendampingan

siswa yang lain yaitu dapat berupa memanggil langsung siswa

yang bermasalah atau dengan pemanggilan orangtua siswa

untuk mengetahui apakah ada faktor penyebab yang berasal

dari luar sekolah. Berikut kutipan hasil wawancara dengan

subyek I:

“Kalau kesulitan belajar (pada siswa) secara makro gak ya, mungkin kalau dalam mengitung, mengaplikaskan (rumus). Tapi dari segi itu sebenarnya bukan karena anak itu tidak mampu, tapi anak itu kurang gigih dalam belajar. Jadi maunya kan (serba) instan (dalam mengerjakan soal). (Dalam menghadapi siswa yang kurang gigih dalam belajar) butuh kesabaran, butuh waktu, dan pendampingan. (Pendampingan dapat berupa) pemanggilan, kontak dengan orang tuanya, (agar orang tuanya) juga tahu (masalah yang terjadi pada analnya), dan minimal nanti kalau ada hal-hal yang terkait dengan siswa terutama tentang nilai dan lainnya, orang tua bisa tau.”

Dikarenakan kondisi kelas yang belum terlalu kondusif

untuk belajar, subyek I sering menggunakan metode mendikte

dalam menyampaikan materi pelajaran. Subyek I menyatakan

hal ini dilakukan untuk memancing siswa agar lebih

memperhatikan dan siswa menjadi terbiasa menulis. Kegiatan

tanya jawab dengan siswa juga sering dilakukan dengan tujuan

untuk merangsang siswa berpikir. Berikut kutipan hasil

wawancara dengan subyek I:

“Ya karena satu karena situasi kelas memang belum


(52)

memperhatikan dengan membaca/mendikte. Dengan membaca/mendikte, anak otomatis mau menulis.”

Pada pertemuan pertama, lama subyek I mendikte yaitu 10

menit 40 detik dari total mengajar 80 menit. Pada pertemuan

kedua, lama subyek I mendikte yaitu 16 menit 38 detik dari

total mengajar 40 menit. Pada pertemuan ketiga, lama subyek I

mendikte yaitu 24 detik dari total mengajar 40 menit. Dan pada

pertemuan keempat, lama subyek I mendikte yaitu 10 menit 37

detik dari total mengajar 80 menit. (Kronologi kejadian

terlampir pada lampiran B3).

“(Kegiatan tanya jawab dengan siswa) ya untuk

merangsang (siswa) yang lain juga (agar mau

bertanya/menjawab).”

(Wawancara dengan subyek I, guru IPA kelas 7F SMP X, tanggal 30 November 2012.)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa subyek I telah

melakukan upaya pemahaman terhadap siswa, khususnya siswa

kelas 7F dengan cara memperoleh informasi dari orangtua

siswa, memperoleh informasi dari bimbingan konseling, serta

melakukan interaksi komunikasi secara langsung dengan siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Dari upaya-upaya

yang telah dilakukan, subyek I menjadi tahu bagaimana

karakteristik siswa kelas 7F, seperti: siapa saja siswa yang

membutuhkan perhatian khusus selama pembelajaran


(53)

atau siswa yang dari segi akademis masih kurang,

kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa seperti ketika menghadapi

soal hitungan pengaplikasian rumus, serta sifat siswa yang

kurang gigih dalam belajar.

2) Subyek II

Dalam usaha memahami karakter dan kemampuan peserta

didik, berdasarkan pengalaman mengajar dibeberapa sekolah

dan setelah 10 tahun mengajar sebagai subyek IPA di SMP X,

subyek II berpendapat bahwa mengajar IPA pada siswa SMP

harus pertama-tama mengenalkan konsep-konsep yang

sederhana dikarenakan menurut subyek II, kebanyakan siswa

masih belum bisa untuk diajak berpikir asbtrak, seperti yang

dituturkan berikut ini:

“Susah memang anak SMP itu, kadang-kadang sangat sulit, hanya beberapa yang bisa berfikir abstrak. Makanya saya menyampaikan hal-hal yang sederhana saja, hal-hal yang berkaitan dengan hal yang dia kenal, kalau kita melampaui abstraknya dia, atau perkembangan, itu sulit sekali. (Siswa yang bisa diajak berpikir abstrak) hanya ada beberapa, bisa dihitung dengan jari lima.”

“Makanya saya memasukkan konsep-konsep yang

sederhana seperti misalnya rumus fisika massa jenis dan sebagainya gak pakai lambang. Sulit sekali, lambang massa jenis gak tau. Misalnya rumus massa jenis sama dengan m dibagi v (c = m/v) jarang sekali yang tahu. Kalau misal massa jenis, massa dibagi volume, mereka tau.”

“Makanya, kalau saya, jalan tengahnya dengan dihapal pelan-pelan. Dengan menghapal akan terbiasa, misalnya rumus kimia air H2O itu anak sudah tau tapi gak ngerti, H itu


(54)

Subyek II juga mengutarakan bahwa jumlah siswa di kelas

7A yang sudah terlihat memiliki potensi terutama dalam

pembelajaran IPA, jumlahnya masih sedikit, sisanya adalah

siswa dengan kemampuan yang sedang. Meskipun demikian,

subyek II mengakui bahwa keseluruhan siswa di sekolah

termasuk siswa di kelas 7A, memiliki tingkat motivasi yang

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dari sekolah lain.

Subyek II berpendapat bahwa tingginya motivasi belajar yang

dimiliki siswa bisa saja disebabkan karena sebagian besar siswa

yang berasal dari latar belakang keluarga dengan ekonomi yang

juga tinggi. Selanjutnya menurut subyek II, para orangtua siswa

yang berlatar belakang ekonomi tinggi ini cenderung untuk lebih

memperhatikan pendidikan anaknya, termasuk baik secara

langsung maupun tidak langsung menekan anaknya untuk

berprestasi di sekolah. Berikut kutipan wawancara dengan

subyek II:

“(Potensi siswa terutama dalam pelajaran IPA) kalau dilihat dalam satu kelas itu, mungkin bisa dihitung lima.”

“Siswa di sini tuh kalau saya bandingkan dengan SMP yang lain, mendingan di sini. Di sini motivasi belajarnya lebih tinggi. Mungkin karena taraf ekonomi juga. Anak-anak, kalau orang-orang yang punya taraf ekonomi (tinggi) itu motivasi belajarnya tinggi, paling tidak dikejar-kejar orangtua nya. Orang tua itu kadang, (sampai) tanya ke wali kelas (tentang

perkembangan anaknya), referensinya banyak sekali,


(55)

Subyek II mengakui bahwa penerapan gaya mengajar di

tiap kelas berbeda-beda, tergantung dengan kondisi kelas,

karakteristik siswa, serta komposisi tingkat kecerdasan siswa

dalam satu kelas. Menurut subyek II, siswa di kelas 7A

termasuk ramai. Meskipun demikian, siswa di kelas 7A

termasuk siswa dengan tingkat kecerdasan yang tinggi terutama

bila dibandingkan dengan kelas 7 lainnya, misalnya dengan

kelas 7B. Berikut kutipan wawancara dengan subyek II:

“Penerapan gaya ya berbeda-beda, pertimbangannya keadaan kelas. Misalnya, karakter anak yang satu kelas tenang, yang satu kelas ramai. Kemudian yang kedua pertimbangannya peta kelas, artinya oh kelas ini anak-anak dominasinya lebih bagus disini, tingkat kecerdasannya lebih bagus, perlakuannya jadi lebih santai. Jadi kalau yang (kelas dengan tingkat kecerdasan) agak rendah memang pertama harus banyak energi, lebih ekstra untuk memasukkan materi. Kalau yang seperti 7A ini termasuk kelas yang ramai tetapi tinggi tingkat Iqnya. (Kalau pun ada yang) tidak tinggi, tapi bisa. Saya juga kaget ketika dibandingkan dengan 7B, ternyata ulangannya lebih bagus rata-ratanya ketimbang 7B.”

Saat melakukan wawancara dengan subyek II, subyek II

sempat bercerita tentang salah satu kasus yang pernah

dialaminya bersama salah satu siswa, meskipun siswa tersebut

bukan merupakan siswa kelas 7A. Dari hal ini dapat dilihat

bahwa subyek II sungguh berusaha memahami permasalahan

yang sedang dihadapi siswa, seperti yang dituturkan berikut ini:

“Misalnya Clarissa, siswa 7B. (Selama ini) tugasnya baik, anaknya aktif, tapi akhirnya ulangannya kok 70. Sampai-sampai orangtuanya saya panggil. Dari penuturan orangtua, Clarissa belajarnya semangat sekali, bahkan sampai jam dua pagi. Tapi akhir akhir ini dia konsentrasinya agak terpecah karena sudah


(56)

banyak sosialisasi (sering main), kenal teman-teman dan sebagainya. Kemudian saya beri tahu Clarissa, Ibunya kemarin bertanya kenapa Clarissa nilainya kok gak seperti biasanya. Trus saya kroscek dengan Ibunya, ternyata Clarissa juga kurang konsentrasi (dalam belajar). Jadi match gitu (yang saya amati dengan yang terjadi di rumah).”

(Wawancara dengan subyek II, guru IPA kelas 7A SMP X, tanggal 3 Desember 2012).

Dari uraian di atas, terlihat bahwa subyek II telah

melakukan upaya pemahaman terhadap siswa, khususnya siswa

kelas 7A dengan cara memperoleh informasi dari orangtua

siswa, memperoleh informasi dari bimbingan konseling, serta

melakukan interaksi komunikasi secara langsung dengan siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Dari upaya-upaya

yang telah dilakukan, subyek II menjadi tahu bagaimana

karakteristik siswa kelas 7A, seperti: sebagian besar siswa yang

belum bisa untuk belajar tentang abstrak, siswa memiliki

motivasi belajar yang tinggi, siswa kelas 7A sering ramai

selama pembelajaran namun termasuk cerdas bila dibandingkan

dengan kelas 7 lain yang juga diajar oleh subyek II.

3) Subyek III

Subyek III selaku guru muda yang mengampu mata

pelajaran IPA kelas 7.1 dan 7.2 di SMP Y telah berusaha

memahami karakter dan kemampuan siswa, dengan cara

mencoba untuk akrab dengan para siswa. Usaha mengakrabkan


(57)

bercanda dengan siswa, hingga mencari tahu tingkat

kemampuan kognitif masing-masing siswa melalui

dokumentasi daftar nilai. Subyek III juga berpendapat bahwa

dengan mengakrabkan diri dengan siswa, maka dalam proses

belajar akan menjadi lebih gampang dalam berinteraksi dengan

siswa. Dengan cara-cara tersebut subyek III dapat mengetahui

bahwa para siswa kelas 7.1 dan 7.2 memiliki minat serta

perhatian yang bagus pada mata pelajaran IPA yang

diampunya.

Dalam wawancara, subyek III menuturkan bahwa

kemampuan kognitif siswa sangat mempengaruhi sikap siswa

tersebut di kelas. Selain itu, subyek III juga mengutarakan

bahwa meskipun pada dasarnya baik kelas 7.1 dan 7.2

sama-sama ramai, namun tetap ada yang membedakan kedua kelas

tersebut. Subyek III berpendapat bahwa siswa di kelas 7.1 lebih

baik dari aspek kognitifnya dibandingkan dengan siswa kelas

7.2. Berikut kutipan wawancara dengan subyek III:

Rata-rata semakin mereka pintar, makin anteng, manut, diam, gak berisik sama yang lain, gak ngerusuhi. Aku pernah bilang (ke siswa), 'yang rame-rame itu belum tentu pinter', mereka langsung komentar 'wo Bapak ki'. Tapi ya bener, yang nilainya 89 an, diem loh, biasa aja, manut aja. Yang rata-rata nilainya buruk ya itu, modelannya pecicilan gitu.”

“Tapi itu yang buat saya kagum, mereka (siswa kelas 7.1) pas dikasi tugas, (hasilnya) bagus-bagus terus. Dibanding 7.2.”


(58)

Salah satu upaya yang dilakukan oleh subyek III untuk

lebih memahami siswanya adalah dengan menghapal nama

siswa. Untuk dapat menghapal keseluruhan nama siswa kelas

7.1 dan 7.2 ini, subyek III mengaku memerlukan waktu selama

3 minggu. Menurut subyek III, dengan menghapal nama siswa

maka subyek III dapat lebih memahami dan merasa dekat

dengan siswa. Berikut kutipan wawancara dengan subyek III:

“Oo dengan sendirinya, tapi itu sekitar 3 minggu, 3 minggu awal. Karena saya ya lumayan sepat mengahapal kalo waktu gak ngajar kelas 9, yah hapal nama. Kadang ya akrab di facebook, ya jadi hapal.”

“Ya, ini kalo menurut saya ya, kita itu kan sebagai pendidik, ya mau gak mau kan harus kenal dulu. Serba salah kalo sebagai subyek itu. Kalo kita membatasi diri, anak kayak tertekan, kayak gimana. Tapi kalo misalnya saya membaur, ya anak kadang nyeleneh kadang gimana. Ini saya coba, ada

keuntungannya, untuk mengahapal itu dia merasa

diperhatikan. Sekarang kan udah mulai itu toh, kalo gak hapal berarti kan mereka (siswa bisa merasa) kayak gak diperhatikan.”

Di sela-sela pembelajaran IPA di kelas, subyek III sering

berinteraksi dalam bentuk bercanda dengan siswa. Hal ini

diakui karena subyek III berpendapat bahwa dengan bercanda

berarti mau terbuka dengan siswa dan siswa juga diharapkan

mau terbuka dengan guru. Selain itu subyek III juga

mengatakan bahwa apabila suatu saat ada kasus yang menimpa

salah satu siswanya, maka kedekatan yang sudah dibangun


(59)

menyelesaikan masalah tersebut. Berikut kutipan wawancara

dengan subyek III:

“Tapi intinya mereka itu senang bercanda ceria. Ya itu untuk mengetahui dalamnya mereka, karena kan nati kalo ada kasus-kasus, malah yang lebih hapal itu yang akrab. Hanya itu mengenal lebih dekat aja lah, biar mengenal informasi-informasi tentang siswa.”

Subyek III mengakui melalui aktivitas tanya jawab selama

pembelajaran, beliau dapat mengetahui kisaran jumlah siswa

yang benar-benar sudah paham dengan materi ajar yang

disampaikan, bukan hanya sekedar menghapal. Yaitu

masing-masing 60% pada kelas 7.1 dan 20% pada kelas 7.2. Berikut

kutipan wawancara dengan subyek III:

“Untuk apersepsi itu diwajibkan kalo dalam

pembelajaran. Apersepsi pertanyaan, jadi saya tahu indikator siswa ini menghapal tidaknya. Kan ada sebagian (siswa yang cuma menghapal). Kayak di kelas 7.1 itu kan 60% udah bisa, kalo di kelas 7.2 baru 20%.”

Dalam mengahadapi situasi kelas yang ramai, baik itu

kelas 7.1 atau 7.2, subyek III akan menangani dengan teguran

keras namun tanpa menggunakan kekerasan fisik, atau justru

dengan mendiamkan saja hingga pada akhirnya kelas menjadi

tenang sendiri, seperti yang dituturkan berikut ini:

“Kalo kelas 7 (ramai), langsung keras tapi pelan. Intinya kalo pas rame banget, keras langsung, tapi gak berani mukul. Sama kalo masih rame sedikit-sedikit, didiemin aja, dia nanti diam sendiri. Makanya, yah menurut subyek-subyek disini harus halus. Tetep kalo halus itu menangan, nanti dia manut sendiri.”


(60)

Subyek III juga mengutarakan bahwa ada beberapa siswa

baik di kelas 7.1 maupun 7.2 yang suka sekedar ikut-ikutan

menjawab saat subyek III mengajukan pertanyaan kepada

kelas. Oleh sebab itu subyek III mengadakan aktivitas tanya

jawab dengan individu siswa untuk mengetes kemampuan

siswa yang bersangkutan, seperti yang dituturkan berikut ini:

“Jadi intinya saya pengen tau (kemampuan) mereka sampe mana. Kalo belum tahu ya baru (materinya) diulangin lagi. Tapi itu aslinya ada (siswa) yang cuma bersuara tok. Yang pinter, misalnya Yani atau siapa gitu, nanti ada yang bersuara yang ikut-ikutan. Nah itu yang gak bisa dipercaya. Pas dibuktikan ya bingung. Kayak misalnya hitungan, kalo yang pinter pasti tau, (waktu anaknya) mau ngomong di depan umum kan (subyek bilang) 'jangan disebutin dulu', nanti ada yang ikut-ikutan.”

Selanjutnya, subyek III mengatakan bahwa pondasi

matematika yang dimiliki oleh siswanya masih kurang, hal ini

diketahui ketika subyek III memberi soal hitung-hitungan pada

siswa, dan siswa tidak bisa mengerjakannya, berikut kutipan

wawancaranya:

“Waktu saya kasi soal awal itu, mereka langsung bengong, kayak yang bingung gitu, padahal kan cuma 0, bagi. ‘Wah jangan-jangan parah ini’, ada feeling seperti itu. Ternyata malah bener. Awalnya gak ada pikiran (kalo siswa tidak bisa perhitungan matematika), ini paling udah bisa lah, karena udah dari SD. Wah ternyata parah, ini pondasi awalnya gak tahu, parah banget, perkalian aja masih dibimbing.”

“Jadi mau gak mau saya yang bertindak, dari pada nanti berantakan. Kan fisika perlu pembagian-pembagian gitu. Di kelas 7.1 aja masih ada 4-6 orang yang belum bisa pembagian-pembagian seperti itu.”


(61)

Selain itu, saat ulangan sedang berlangsung, sering terlihat

beberapa siswa yang kasak-kusuk meminta jawaban dari siswa

lain. Meskipun pada awalnya subyek III menegur siswa

tersebut namun pada akhirnya lebih sering mengacuhkan

perilaku siswa tersebut. Berikut alasan yang diutarakan oleh

subyek III:

“Ya iya lah temennya aja bodoh, ya gak bisa lah (percuma nyontek). Lah ini temennya udah salah, ya biarin aja lah. Tapi saya bilangin kok kadang, 'wes jangan nyontoh, temennnya aja belum tentu bener', (siswa) tetap aja gak ngerti.”

Dari hasil wawancara dengan subyek III, dapat diketahui

bahwa subyek III cenderung tidak mengalami kesulitan dalam

mengetahui karakter dan kemampuan siswa. Meskipun

demikian, masih ada beberapa siswa yang belum dapat

membuka diri sehingga subyek III mengalami kebingungan

bagaimana agar siswa yang bersangkutan mau ikut aktif selama

pembelajaran IPA. Dalam menghadapi kasus yang seperti ini,

subyek III biasanya langsung memasrahkan permasalahan

siswa yang bersangkutan langsung ke wali kelas, seperti yang

dituturkan berikut ini:

(Alexsius) jarang masuk sekolah. Mungkin dari latar belakang, mungkin keluarganya kurang mampu atau gimana.”

“Alexsius tadi, dari ulangan 2 sampe tadi (nilainya) belum masuk. Aku sudah tanya wali kelas, ya (wali kelas) diem aja. Kalo yang (siswa) lainnya gak ada (yang bermasalah seperti ini). Makanya tadi (Alexsius) dipanggil, mau saya marahin, malah anaknya hilang, yang datang malah Zaenal Arifin sama Ega. Alex ini malah tetap pergi.”


(1)

243

- perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk menyebutkan beberapa campuran homogen dan campuran heterogen yang biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

- peserta didik (dibimbing oleh guru) menuliskan penyusun campuran homogen dan campuran heterogen yang telah disebutkan oleh perwakilan dari tiap kelompok.

- peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan jenis-jenis campuran heterogen (suspensi dan koloid) berikut contohnya. - peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya untuk membuat

kesimpulan dari hasil diskusi.

- peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.

- guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

- maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

- memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,

- memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

- memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;

membantu menyelesaikan masalah;

memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;

memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

III. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

- guru memberi penghargaan kepada kelompok dengan kinerja baik. - peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat

rangkuman.

- guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal

-E. Sumber Belajar 1. Buku IPA Terpadu.

2. Buku referensi yang relevan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

244

F. Penilaian Hasil Belajar Indikator Pencapaian

Kompetensi

Teknik Penilaian

Bentuk

Instrumen Instrumen/ Soal • Membandingkan sifat

unsur, senyawa dan campuran berdasarkan pengamatan

• Membuat bagan

klasifikasi materi secara sederhana

• Mengelompokkan zat-zat kedalam campuran homogen dan heterogen dalam kehidupan sehari-hari Tes unjuk kerja Tes tulis Tes unjuk kerja Tes identifikasi Tes uraian Tes identifikasi

• Tentukan zat yang bersifat unsur , senyawa, dan campuran dari bahan yang disediakan

• Buatlah bagan materi secara sederhan • Disediakan

macam-macam zat, kelompokkan zat-zat tersebut ke dalam campuran homogen dan campuran heterogen

Mengetahui, Kepala Sekolah

Kristiyani, S.Pd

Yogyakarta, Juli 2012 Guru Mata Pelajaran

Subyek III


(3)

245

Lampiran C. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

246

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

vi ABSTRAK

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN

(STUDI KASUS TENTANG TIGA GURU DI DUA SEKOLAH) Oleh:

Veronika Princesta Srikamti 081424016

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui (1) kompetensi pedagogik guru IPA (2) dan persepsi siswa tentang guru khususnya mengenai aspek-aspek guru terkait dengan kompetensi pedagogik.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP X dan SMP Y di kota Yogyakarta pada bulan Oktober – November 2012. Subyek penelitian ini adalah 3 guru IPA yang terdiri dari 2 guru senior dan 1 guru muda, serta siswa kelas 7A dan 7F dari SMP X, serta siswa kelas 7.1 dan 7.2 dari SMP Y. Instrumen pengumpulan dan pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari observasi kelas, wawancara, serta kuesioner persepsi siswa.

Penelitian diawali dengan penyusunan instrumen, observasi kelas, kuesioner persepsi siswa, dan wawancara guru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) masing-masing narasumber sebagai guru IPA kelas 7 telah berupaya memenuhi kompetensi pedagogik sebagaimana yang diidealkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, (2) Dalam realitasnya masing-masing narasumber sudah melaksanakan kompetensi pedagogik dengan baik namun belum dapat dikatakan sempurna bila dibandingkan dengan kompetensi pedagogik sebagaimana yang diidealkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. (3) dengan total skor maksimum 4,00 (sangat baik), keseluruhan siswa di masing-masing kelas dan sekolah memiliki persepsi yang baik tentang guru khususnya mengenai aspek-aspek guru terkait dengan kompetensi pedagogik, yaitu dengan masing-masing skor 2,87 oleh siswa kelas 7.1 SMP Y, 3,01 oleh siswa kelas 7.2 SMP Y, 2,68 oleh siswa kelas 7A SMP X, dan, 2,91 oleh siswa kelas 7F SMP X.

Kata kunci : kompetensi pedagogik guru, persepsi siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

vii ABSTRACT

PEDAGOGICAL COMPETENCE OF SCIENCE TEACHERS AND STUDENTS' PERCEPTIONS ABOUT THE COMPETENCE OF

LEARNING

(CASE STUDIES OF THREE TEACHERS IN TWO SCHOOLS) By:

Veronika Princesta Srikamti 081424016

This research is a qualitative descriptive study aimed to determine (1) science teachers' pedagogical competence (2) and students' perceptions of teachers, especially regarding aspects related to teachers' pedagogical competence. The research was conducted in the junior X and Y in the city of Yogyakarta SMP in October-November 2012. The subjects of this study were 3 science teachers consisting of 2 senior teachersand a young teacher, and students of the class 7A and 7F Junior X, as well as class 7.1 and 7.2 grade students of SMP Y. Instrument collection and processing of data in this study consists of classroom observation, interviews, and questionnaire of student perceptions.

The research begins with the preparation of instruments, classroom observations, questionnaire of student perceptions, and teacher interviews.

The results showed that (1) each speaker as a 7th grade science teacher has tried to meet the pedagogical competence as idealized by Government Regulation No. 19 Year 2005 on National Education Standards and the Ministerial Regulation No. 16 of 2007, (2) In reality each sources already implement pedagogical well but can not say perfect when compared with pedagogical competence as an idealized by Government Regulation No. 19 Year 2005 on National Education Standards and the Ministerial Regulation No. 16 of 2007. (3) with a maximum total score of 4.00 (very good), the entire students in each class and the school has good perception of the teacher particularly on aspects related to teachers' pedagogic competence, with each score 2.87 by SMP 7.1 grade Y, 3.01 by 7.2 grade SMP Y, 2.68 by junior 7A grade X, and, by 2.91 7F junior grade X.

Keywords: pedagogical competence of science teachers, students' perceptions

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta

1 14 141

Peran Pengawas Sekolah dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

0 14 138

Pengaruh Persepsi Siswa MA tentang Kompetensi Guru Praktik Profesi Keguruan Terpadau (PPKT) terhadap Hasil Belajar Sosiologi (Studi Kasus Sekolah MA di Wilayah Bogor)

1 29 187

Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto

1 10 89

PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru Dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Piutang Pada Siswa Kelas XI Akuntansi SMK

0 1 19

PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru Dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Piutang Pada Siswa Kelas XI Akuntansi SMK

0 1 14

PERSEPSI SISWA TENTANG PUSTAKAWAN DI PER

0 0 11

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA.

0 0 10

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR PERPAJAKAN SISWA DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA

0 0 17

Kompetensi pedagogik guru dan persepsi siswa tentang kompetensi tersebut dalam pembelajaran : studi kasus tentang tiga guru di dua sekolah - USD Repository

0 0 263