Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto

(1)

(STUDI KASUS DI KOMUNITAS HOMESCHOOLING KAK SETO)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh: Arif Rachman 109013000045

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di Komunitas Kelas VIII SMP Homeschooling

Kak Seto, Parigi Lama – Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Studi Kasus di Komunitas

Homeschooling Kak Seto mengenai Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Masalah terfokus pada Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penelitian ini dilakukan di Komunitas Homeschooling Kak Seto. Populasi penelitian adalah siswa di Homeschooling Kak Seto yang berjumlah 201 siswa. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 10% dari populasi yang ada, dengan demikian sampelnya berjumlah 20 siswa. Peneliti melakukan penyebaran angket ke 20 siswa dengan 20 item pertanyaan dan melakukan wawancara dengan salah satu siswa di Homeschooling Kak Seto.

Metode penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif analisis untuk memperoleh gambaran tentang suatu kenyataan mengenai hubungan antara persepsi siswa terhadap keterampilan pedagogik guru bahasa dan Sastra Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto Pusat dengan menggunakan rumus frekuensi relatif.

Penelitian membuktikan bahwa kompetensi pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto menunjukkan positif. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase angket pernyataan positif sebesar 60%, sedangkan pernyataan negatif sebesar 40%.

Kata Kunci: Persepsi, Kompetensi, Pedagogik, Guru Bahasa dan Sastra Indonesia


(6)

ii

Competence Indonesian Language and Literature Teacher in Community Junior High Eighth Grade Homeschooling Kak Seto”, Pondok Aren - Parigi Lama, South Tangerang. Thesis. Jakarta: Indonesian Language and Literature., Faculty of Tarbiyah and Science Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.

The purpose of this research is to determine Case Study in Homeschooling Kak Seto on Student Perceptions of the Pedagogic Competence Language and Literature Teachers Indonesia. Problem focused on Student Perceptions of the Pedagogic Competence Language and Literature Teachers Indonesia.

This research was conducted in the Community Homeschooling Kak Seto. The study population is students in Homeschooling Kak Seto totaling 201 students. In this study the authors took a sample of 10% of the population, thus the sample amounted to 20 students. Researchers conducted a questionnaire to 20 students with 20 items of questions and conduct interviews with one of the students in Homeschooling Kak Seto.

The research method used quantitative research methods descriptive analysis approach to obtain a picture of the reality of the relationship between students 'perceptions of teachers' pedagogical skills of language and Literature Indonesia in Homeschooling Kak Seto Community Centre using the formula relative frequency.

Research shows that pedagogical competence Indonesian language and literature teacher in Community Homeschooling Kak Seto showed positive. It can be seen from the percentage of positive statements questionnaire by 60%, while the negative statements by 40%.

Keywords: Perception, Competence, Pedagogic, Language and Literature Teachers


(7)

iii

yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa cahaya bagi kehidupan, penerang kegelapan, dan penyegar kegersangan. Semoga kita termasuk umat yang mendapatkan syafaat di yaumil akhir. Aamiin

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari, bahwa dalam menyusun skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang menanamkan jasa dan kebaikan budi kepada penulis, di antaranya:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Makyun Subuki, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

3. Dona Aji Kurnia, M.A., Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. Dr. Nuryani, M.A., Dosen Pembimbing yang tulus memberikan arahan dan bimbingan terhadap penyelesaian skripsi.

5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh petugas perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu penulis dalam penyediaan referensi skripsi.


(8)

iv

SMP tersebut, memberikan bantuan dan informasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Orang tua tercinta Ibunda Siti Komariyah dan Ayahanda tercinta Alm. Udin Syamsudin yang telah banyak memberikan kasih sayang, cinta, pengertian, motivasi, dan bantuan berupa moril dan materil yang tidak putus-putus, semua itu tidak akan pernah terbalas. Semoga Allah SWT selalu menjaga dan membekahi mereka.

9. Kakak serta adik tercinta, Iwan Warya, S.Ap., dan Ratih Fazriyah, yang telah rela dan ikhlas membantu memberikan motivasi, doa, dan bantuan baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 10.Teman-teman PBSI Angkatan 2009, terlebih kepada sahabat pandawa

lima (Zaki, Zainal, Tantowi, Fadhlan, Bayu, Bohari) yang selalu memberikan kecerian dikala penulis menemui kegundahan dan selalu memberikan solusi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

11. Sahabat-sahabat hebatku Meri Kusriyani, S.H., yang telah memberikan solusi dan arahan, Anggit Robby Rahmudi yang telah menemani dan membantu penulis dalam memberikan saran dan semangat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

12.Sahabat sekaligus keluarga di Homeschooling Kak Seto, terlebih kepada TIM HOBA (Kak Aldi, Kak Ozi, Kak Pendi, Kak Sam, Kak Mirna, Kak Siska, Kak Erna, Kak Hanifah, Kak Ani, Kak Farida, Kak Anwar, Kak Lina, Kak Devi, dan Kak Huda) yang selalu memberikan keceriaan, arahan, motivasi, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13.Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang kalian berikan, dapat tergantikan oleh pahala dan rezeki berupa apa pun dari Allah SWT.


(9)

v

Jakarta, 26 Juli 2016


(10)

vi

HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah... 4

D. Rumusan Masalah... 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A. Kajian Teori ... 6

1. Hakikat Persepsi ... 6

a. Pengertian Persepsi... 6

b. Prinsip Persepsi ... 7

c. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi ... 10

d. Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi ... 11

e. Perubahan Persepsi ... 14

2. Kompetensi Pedagogik ... 15

a. Pengertian Kompetensi... 15

b. Pengertian Pedagogik ... 17

c. Pengertian Guru ... 18

d. Guru Bahasa Indonesia yang Ideal ... 20


(11)

vii

A. Metode Penelitian ... 23

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

C. Populasi dan Sampel ... 23

D. Teknik Pengumpulan Data ... 24

E. Instrumen Penelitian ... 25

F. Variabel Penelitian ... 26

G. Teknik Pengolahan Data ... 26

H. Teknik Analisis dan Interpretasi Data... 27

I. Sumber Data... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Gambaran Umum Homeschooling Kak Seto... 29

1. Profil Sekolah ... 29

2. Filosofi, Visi, Misi, dan Output ... 32

B. Deskripsi dan Analisis Data ... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... ... 64 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

viii

Tabel 1 Skor Penilaian ... 26

Tabel 2 Angka Persentase ... 27

Tabel 3 Jumlah Siswa SMP Komunitas Homeschooling

Kak Seto ... 31

Tabel 4 Gambaran umum Homeschooling Kak Seto ... 32

Tabel 5 Guru SMP Komunitas Homeschooling Kak Seto ... 34

Tabel 6 Sarana dan prasarana Komunitas Homeschooling

Kak Seto ... 36

Tabel 7 Guru dekat dengan siswa baik di dalam maupun

di luar kelas ... 39

Tabel 8 Guru dapat menjalankan pembelajarandi dalam kelas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh

masing-masing siswa ... 40

Tabel 9 Guru memanfaatkan fasilitas atau media yang tersedia di dalam kelas sebagai alat atau sumber

pembelajaran ... 41

Tabel 10 Guru dapat berperan sebagai fasilitator dan

motivator baik di dalam maupun di luar kelas ... 42

Tabel 11 Guru mengetahui dan mampu memaksimalkan

bakat yang dimiliki oleh siswa... 43

Tabel 12 Guru selalu menyampaikan tujuan pembelajaran

sebelum menyampaikan materi ... 44

Tabel 13 Guru dapat membantu apabila siswa mengalami

kesulitan belajar ... 45

Tabel 14 Guru mampu memaksimalkan kreativitas siswa dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum


(13)

ix

membosankan karena selalu diselingi permainan

yang menyenangkan ... 48

Tabel 17 Guru selalu memberikan apresiasi terhadap pembelajaran yang dialami siswa baik di dalam

maupun di luar kelas ... 49

Tabel 18 Guru tidak mengetahui sifat atau kepribadian

masing-masing siswa ... 50

Tabel 19 Guru selalu menyampaikan materi yang sulit

dipahami oleh siswa ... 51

Tabel 20 Guru selalu menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga terasa

membosankan ... 52

Tabel 21 Guru hanya dapat menyampaikan materi tanpa

memperhatikan kesulitan yang dialami oleh siswa ... 53

Tabel 22 Guru tidak dapat mengembangkan bakat yang

dimiliki oleh siswa ... 54

Tabel 23 Di dalam pembelajaran, guru lebih aktif

dibandingkan siswa ... 55

Tabel 24 Hampir disetiap pembelajaran guru tidak memberikan permainan agar siswa tidak merasa

jenuh ... 56

Tabel 25 Guru jarang melibatkan siswa untuk aktif dalam

kegiatan pembelajaran ... 57

Tabel 26 Setelah kegiatan pembelajaran guru jarang

mengevaluasi pembelajaran siswa ... 59

Tabel 27 Rekapitulasi angket persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru bahasa Indonesia di


(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sangat berperan penting dalam pembinaan bahasa Indonesia. Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia harus ditekankan di setiap bidang pendidikan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan di Indonesia disampaikan dengan bahasa Indonesia dalam setiap mata pelajaran. Sekolah sebagai tempat berkumpulnya siswa yang berlatar belakang berbeda-beda antara satu dengan lainnya, baik dari segi psikologis, seperti persepsi, bakat, dan minatnya. Maka, akan memunculkan persepsi siswa yang berbeda terhadap pembelajaran yang dibawakan oleh guru.

Tidak dapat disangkal bahwa dalam pembelajaran seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga bagi siswa menjadi penting untuk mengetahui faktor yang dimaksud. Hal ini menjadi lebih penting tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru di dalam mengatur dan mengendalikan faktor yang mempengaruhi pembelajaran hingga dapat terjadi proses pembelajaran yang optimal.

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi siswa, karena di dalamnya memiliki beberapa aspek yang harus dipelajari oleh siswa. Aspek tersebut tersebut meliputi aspek mendengarkan, aspek berbicara, aspek membaca, dan aspek menulis. Aspek-aspek tersebut diarahkan untuk memotivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Cara untuk membuat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menjadi menarik bagi siswa, selain media dan metode, peran seorang guru dalam menyajikan materi pelajaran juga menjadi penentu keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan guru yang memiliki kompetensi dalam menyajikan materi yang dapat menarik perhatian belajar siswa.

Setiap siswa tentu memiliki pemikiran atau persepsi masing-masing tentang suatu objek yang telah diamati. Persepsi bisa juga disebut dengan pandangan atau pemahaman yang merupakan perasaan senang atau kecewa siswa atau dalam konteks ini penulis menyamakan dengan siswa yang muncul setelah


(15)

membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil dalam hal ini bagaimana kompetensi pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia dalam menyampaikan materi pelajaran.

Penulis mencoba untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia. Karena dengan mengetahui persepsi siswa itu dapat mempengaruhi proses pembelajaran, khususnya bahasa Indonesi, sehingga guru atau semua pihak yang berkecimpung di dunia pendidikan dapat mengetahui bahwa sebenarnya cara penyampaian materi yang baik dan mudah dimengerti oleh siswa sehingga terjadi pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa seperti apa dan menjadi sebuah masukan untuk para guru agar lebih baik lagi dalam menjalankan pembelajaran di sekolah.

Peran sentral guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan sulit diabaikan. Guru secara khusus sering diistilahkan sebagai jiwa bagi tubuh pendidikan1. Pendidikan tidak akan berarti apa-apa tanpa kehadiran guru. Namun, peran tenaga kependidikan lainnya tidak kalah penting. Bahkan kemampuan kerja kolektif yang ditunjukkan oleh semua elemen tersebut menjadi kunci sukses proses pendidikan di sekolah.

Keberadaan guru yang profesional tidak bisa ditawar-tawar lagi. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki sejumlah kompetensi yang dapat menunjang tugasnya. Setidaknya ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Dalam hal menyampaikan materi yang dapat menarik perhatian belajar siswa, guru harus memiliki kompetensi pedagogik.

Sebagai unsur yang penting dalam suatu pendidikan, guru sebagai pengajar diharapkan memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya. Hal ini setidaknya dapat mempermudah dalam memberikan pengetahuan kepada siswa yang dapat menjembatani rasa ingin tahu atau senang dalam belajar pada mereka.

1

Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan; Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan (Jakarta; DEPAG, 2005), h. iii.


(16)

Di samping tugasnya untuk menerangkan hal yang terdapat dalam buku menjadi lebih menarik, guru juga harus mendorong dan membimbing siswa dalam usaha mereka melakukan dan mencapai tujuan yang diinginkan sehingga guru menjadi suri tauladan bagi siswa. Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, secara global dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor internal (dari dalam siswa), faktor eksternal (dari luar siswa), dan faktor pendekatan belajar (approach learning).2 Ketiga faktor ini memiliki keunggulan tersendiri dalam peningkatan kualitas bagi seorang siswa. Namun, secara umum ketiganya dapat saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar bahasa dan sastra Indonesia dan bagaimana hubungannya dengan kegiatan pembelajaran siswa, yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah:

“Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Dan Sastra Indonesia”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut:

1. Persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang masih kurang optimal.

2. Kurang maksimalnya guru dalam menyampaikan materi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas.

3. Persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia.

2


(17)

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan masalah dalam penelitian ini lebih terarah dan fokus, penulis membatasi masalah pada:

1. Persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang masih kurang optimal.

2. Persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang disebutkan di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya, yaitu “Bagaimana persepsi siswa Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui persepsi siswa

Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru dalam mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia.

2. Manfaat

a. Teoretis

Diharapkan dapat menambah atau memperkaya kepustakaan pendidikan, khususnya mengenai persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, serta dapat menjadi bahan masukan bagi mereka yang berminat menindaklanjuti hasil penelitian yang berbeda dan dengan sampel yang lebih banyak.

b. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi kepala sekolah dan guru untuk dapat meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia guna meningkatkan sekolah. Dengan semakin bagus kompetensi


(18)

yang dimiliki guru, maka makin baik pula kualitas pembelajaran yang terjadi. Bagi siswa manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sikap dan pandangan positif terhadap mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dengan demikian mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dapat diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari.


(19)

6

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A.Kajian Teori

1. Hakikat Persepsi a. Pengertian Persepsi

Kata “persepsi berasal dari kata “perception” yang berarti “penglihatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu yang diawali dengan penginderaan kemudian di transfer ke otak.”1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah “proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui

panca inderanya.”2

Persepsi dalam arti sempit ialah pengelihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah “pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.”3

Alisuf Sabri mendefinisikan persepsi sebagai proses di mana individu dapat mengenali objek, dan fakta-fakta objektif dengan menggunakan alat-alat indera. “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.”4

Sedangkan menurut Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, “persepsi didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.”5

Seseorang menangkap berbagai gejala di luar dirinya melalui lima indera

1

Jhon M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2000), Cet. 24, h. 424

2

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet. 2, h. 863

3

Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), Cet.2, h. 445

4

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung: Rosda Karya, 2008), Cet.26, h. 51

5

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. 2, h.88


(20)

yang dimiliki. Proses penerimaan rangsangan ini disebut penginderaan

(sensation). Akan tetapi, pengertian akan lingkungan atau dunia di sekitarnya bukan sekedar hasil penginderaan saja, ada unsur interpretasi terhadap rangsangan yang diterima. Interpretasi ini menyebabkan seseorang menjadi subjek dari pengalamannya sendiri. Rangsang-rangsang yang diterima dan inilah yang menyebabkan seseorang mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan. Proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti disebut persepsi. “Persepsi bukan sekedar penginderaan, karena persepsi terjadi setelah suatu penginderaan.”6

Berdasarkan definisi persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa, persepsi adalah aktivitas yang integrated dalam diri individu. Apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman individu yang tidak sama. Dengan demikian dalam mempersepsi sesuatu stimulus atau rangsangan, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Oleh sebab itu, individu (siswa) yang persepsinya positif tentang objek, ia akan bertingkah laku positif tentang objek itu.

Persepsi siswa terhadap pelajaran bahasa dan sastra Indonesia akan mempengaruhi prestasi belajar, jika siswa dalam belajar berperilaku positif. Apabila siswa memiliki persepsi yang positif atau baik terhadap mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia tersebut, maka ia akan memiliki prestasi belajar yang baik atau positif, demikian juga sebaliknya.

b. Prinsip-prinsip Persepsi

Prinsip-prinsip persepsi merupakan prinsip pengorganisasian berdasarkan teori gestalt. Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti keseluruhan. Dalam mengamati suatu objek sesungguhnya pikiran melihat objek itu secara keseluruhan dan bukan mengamatinya berdasarkan unsur terkecil dari objek tersebut. “Dalam menjelaskan persepsi ini teori gestalt memperkenalkan lima

6


(21)

buah hukum organisasi (prinsip-prinsip organisasi) sebagai berikut:”7

1) Hukum Pragnanz, hukum ini merupakan satu prinsip keseimbangan yang mengatakan bahwa setiap pengalaman cenderung menyempurnakan dirinya dalam keadaan sebaik mungkin, yaitu gestalt yang sempurna;

2) Hukum Kesamaan atau Persamaan, dalam persepsi situasi ransangan penuh menyatakan bahwa benda yang sama (misalnya sama bentuk atau sama warna) cenderung membentuk atau berkelompok sebagai satu keseluruhan; 3) Hukum Proksimiti atau Kedekatan menyatakan bahwa persepsi cenderung

menggabungkan benda-benda, peristiwa, dan hal-hal yang berkaitan satu sama lain dalam suatu ruang dan waktu;

4) Hukum Penutupan mengatakan bahwa bidang-bidang yang tertutup (maksudnya selesai dan wujud) lebih stabil dan lebih mudah untuk membentuk gambar dalam persepsi dibandingkan dengan bidang terbuka (maksudnya belum selesai dan belum berwujud);

5) Medan Kelanjutan Baik, hukum ini mengatakan bahwa persepsi kita cenderung melengkapkan bagian yang hilang dari peristiwa atau benda yang kita amati.

“Menurut Zikri Neni Iska ada beberapa prinsip-prinsip pengorganisasian persepsi, yaitu sebagai berikut:”8

1) Wujud dan latar, objek-objek yang diamati di sekitar kita selalu muncul sebagai wujud (figure) dengan hal lainnya sebagai latar (ground). Misalnya, kalau kita melihat sebuah meja dalam kamar, maka meja itu akan tampil sebagai wujud dan benda-benda lainnya di kamar itu akan menjadi latar; 2) Pola pengelompokan, hal-hal tertentu sering kita kelompokkan dalam

persepsi kita, dan bagaimana cara kita mengelompokkan akan menentukan bagaimana kita mengamati hal-hal tersebut. Pola pengelompokkan, terdiri dari beberapa prinsip yaitu: prinsip kedekatan, prinsip kesamaan, dan prinsip kelangsungan.

7

Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. II, h. 101

8

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), Cet.2, h. 54-55


(22)

Prinsip yang telah dikemukakan di atas merupakan dasar dari persepsi. Wujud atau barang yang diamati oleh seseorang dalam pembentukan persepsi akan menjadi dasar dalam persepsi. Pengelompokkan data yang berada pada seseorang akan terorganisasi dengan sendirinya dalam rangsangan yang diterimanya.

Dalam prinsip persepsi terdapat pola pengelompokkan yang dilakukan oleh panca indera dan pembedaan objek berdasarkan wujud dan latar. Selain itu individu biasanya berusaha melengkapi kekurangan yang terdapat pada objek yang diamati. Karena terkadang objek yang diamati tidak terbentuk secara sempurna. Sebagaimana pendapat Alisuf Subri, “bahwa prinsip-prinsip persepsi dibedakan menjadi tiga hal yaitu:”9

1) Grouping

Hal-hal tertentu cenderung kita kelompokkan dalam persepsi kita, dan bagaimana cara kita mengelompok kelompokkan itu akan menentukan bagaimana kita mengamati hal tersebut;

2) Figure ground relation

Dalam kenyataan ternyata bahwa objek yang kita amati itu seakan-akan timbul dari suatu latar belseakan-akang. Hal ini merupseakan-akan dasar dari segala pengamatan objek;

3) Clousure

Pengamatan kita terhadap objek seringkali menunjukkan kecenderungan menyempurnakan, memperlengkap, atau mengisi kekurangan yang terdapat pada stimulus/perangsangnya.

Menurut Levie sebagaimana dikutip oleh Dewi Salma Prawiradilaga “terdapat beberapa prinsip dasar persepsi yang perlu diketahui, yaitu:”10

9

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 47

10

Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 133-134


(23)

1) Persepsi bersifat relatif

Prinsip relatif menyatakan bahwa setiap orang akan memberikan persepsi yang berbeda, sehingga pandangan terhadap sesuatu hal sangat tergantung pada siapa yang melakukan persepsi;

2) Persepsi bersifat sangat selektif

Prinsip kedua menyatakan bahwa persepsi tergantung pada pilihan, minat, kegunaan, kesesuaiaan bagi seseorang;

3) Persepsi dapat diatur

Persepsi perlu diatur atau ditata agar lebih mudah mencerna lingkungan atau stimulus;

4) Persepsi bersifat subjektif

Persepsi seseorang dipengaruhi oleh harapan dan keinginan tersebut. Pengertian ini menunjukkan bahwa persepsi sebenarnya bersifat subjektif. Subjektif merupakan suatu pandangan atau perasaan sendiri. Manusia terlahir dengan cirinya tersendiri. Sifat, harapan, kebutuhan, dan keyakinan menjadikannya berbeda antara individu satu dengan yang lain dalam merespon stimulus;

5) Persepsi seseorang atau kelompok bervariasi, walau mereka berada dalam situasi yang sama. Prinsip ini berkaitan erat dengan perbedaan karakteristik individu, sehingga setiap individu bisa mencerna stimuli dari lingkungan tidak sama dengan individu yang lain.

Berdasarkan prinsip-prinsip persepsi yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa adanya kecenderungan untuk mengelompokkan dan mendekatkan makna, bentuk, ukuran, dan warna yang sama. Selain pengelompokan seseorang cenderung untuk menyempurnakan bentuk dengan cara melengkapi, menambahkan atau mengisi kekurangan agar menjadi bentuk yang sempurna. Objek yang menjadi fokus dari pengamatan muncul sebagi latar.

c. Ciri - ciri Umum Dunia Persepsi

Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi. “Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna, ada


(24)

ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi:”11

1) Modalitas: rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas

tiap-tiap indera, yaitu sifat sensorisdasar dan masing-masing indera (cahaya untuk pengelihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya);

2) Dimensi Ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang), kita dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, latar depan-latar belakang, dan lain-lain;

3) Dimensi Waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain-lain;

4) Struktur Konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu; 5) Dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Kita cenderung melakukan

pengamatan atau persepsi pada gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya dalam diri kita;

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi bukan hanya sekedar proses penginderaan saja, tetapi ada unsur interpretasi di dalamnya. Persepsi merupakan proses pengamatan individu terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungannya dengan menggunakan indera yang dimilikinya, hasil proses pengamatan tersebut menjadikan individu sadar terhadap segala sesuatu yang ada pada lingkungannya. Di samping itu, persepsi individu muncul karena adanya aktivitas mengindera, menginterpretasikan dan memberi penilaian terhadap objek fisik maupun sosial yang ada di lingkungannya.

d. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Persepsi

Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri atau terjadi begitu saja. Akan tetapi, dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam (internal) maupun yang berasal dari luar dirinya (eksternal). Oleh karena

11 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. 2, h. 89-90


(25)

itu, persepsi setiap orang dapat berbeda-beda terhadap objek yang sama. Menurut Sarlito Wirawan, “perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh perhatian, set, kebutuhan, sistem nilai, ciri kepribadian, dan gangguan kejiwaan. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:”12

1) Perhatian, biasanya kita dapat menangkap seluruh rangsang yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu atau dua obyek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya, menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka;

2) Set, yaitu harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis start terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari;

3) Kebutuhan, kebutuhan merupakan sesuatu yang perlu untuk dipenuhi oleh seseorang. Baik kebutuhan yang sifatnya sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, dan kebutuhan tersebut dapat mempengaruhi persepsi seseorang mengenai suatu objek;

4) Sistem nilai, sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempersepsi mata uang lebih besar daripada ukuran sebenarnya. Gejala itu ternyata tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya;

5) Ciri kepribadian, masing-masing individu sudah tentu memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Ciri kepribadian dalam diri individu itulah yang mempengaruhi persepsi. Misalnya, A dan B bekerja pada satu kantor yang sama di bawah pengawasan satu orang atasan. A yang pemalu dan penakut, akan mempersepsi atasannya sebagai tokoh yang menakutkan dan perlu dijauhi, sedangkan B yang mempunyai kepercayaan diri tinggi, menganggap atasannya sebagai tokoh yang dapat diajak bergaul seperti orang biasa lainnya;

12

Sarlinto Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), h. 43-44


(26)

6) Gangguan kejiwaan, gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi, halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja.

Menurut Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab berpendapat bahwa, faktor yang berpengaruh terhadap persepsi adalah perhatian yang selektif, ciri-ciri rangsangan, nilai, dan kebutuhan individu, dan pengalaman dahulu. Keempat faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Perhatian yang Selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu, individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian, objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek pengamatan;

2) Ciri-ciri Rangsang

Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara yang kecil; yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangannya paling kuat;

3) Nilai dan Kebutuhan Individu

Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding seorang bukan seniman. Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin lebih besar dari pada anak-anak orang kaya;

4) Pengalaman Dahulu

Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang baru. Akan tetapi lain halnya bagi orang Mentawai di pedalaman Siberut atau saudara kita di Irian;


(27)

Menurut Carole Wade, “faktor yang mempengaruhi persepsi adalah kebutuhan, kepercayaan, emosi, dan ekspektasi. Keempat faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:”13

1) Kebutuhan

Ketika kita membutuhkan sesuatu, atau memiliki ketertarikan akan suatu hal, atau menginginkannya, kita akan dengan mudah mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhan ini. Sebagai contoh, orang yang lapar akan lebih cepat melihat kata-kata yang berhubungan dengan makanan ketika kata-kata ini ditampilkan dalam waktu singkat;

2) Kepercayaan

Apa yang kita anggap sebagai benar dapat mempengaruhi interpretasi kita terhadap sinyal sensorik yang ambigu;

3) Emosi

Emosi dapat mempengaruhi interpretasi kita mengenai suatu informasi sensorik. Seorang anak yang takut gelap dapat saja melihat hantu dan bukan sebuah jubah yang tergantung pada pintu, atau sesosok monster dan bukan boneka kesayangan;

4) Ekspektasi

Pengalaman masa lalu sering mempengaruhi cara kita mempersepsikan dunia (Lachman, 1996). Kecenderungan untuk mempersepsikan sesuatu sesuai dengan harapan disebut sebagai set persepsi. Set persepsi dapat berguna, set persepsi membantu kita mengisi kata-kata dalam sebuah kalimat, misalnya, sebelum kita mendengar kalimat tersebut;

e. Perubahan Persepsi

Persepsi itu bukan sesuatu yang statis, melainkan bisa berubah-ubah. Proses perubahan pertama disebabkan oleh proses faal (fisiologik) dari sistem syaraf pada indera manusia. Jika suatu stimulus tidak mengalami perubahan, misalnya, maka akan terjadi adaptasi dan habituasi, yaitu respon terhadap

13

Carole Wade, Psikologi, Terj. Dari Psikologi oleh Benedictene Widyasinta, (Jakarta: Erlangga, 2007), jilid 1, h. 228


(28)

stimulus itu makin lama makin lemah. Habituasi menunjukkan kecenderungan fatal dari reseptor yang menjadi kurang peka setelah banyak menerima stimulus. Di pihak lain, adaptasi adalah berkurangnya perhatian jika stimulus muncul berkali-kali. Stimulus yang muncul secara teratur lebih mudah diadaptasi daripada stimulus yang munculnya tidak teratur. Perubahan selanjutnya disebabkan oleh proses psikologik.

Proses perubahan persepsi secara psikologi antara lain dalam pembentukan dan perubahan sikap. Pembentukan dan perubahan sikap itu dalam psikologi biasanya diterangkan sebagai proses belajar atau proses kesadaran (kognisi). “Dalam proses belajar, yang menjadi fokus adalah adanya rangsang dari luar (stimulus), sedangkan dalam proses kognisi yang utama adalah adanya dorongan atau kehendak dari dalam diri individu sendiri.”14

2. Kompetensi Pedagogik a. Pengertian Kompetensi

Sebagaimana diterangkan dalam UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam Pasal 10 ayat 1 menegaskan bahwa “Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi ini saling berkaitan.

Istilah kompetensi memiliki banyak makna, ada beberapa definisi tentang pengertian kompetensi yaitu:

a) Menurut R.M. Guion dalam Spencer and Spencer mendefinisikan bahwa “kompetensi adalah kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya.”15

b) Broke and Stone berpendapat bahwa kompetensi guru merupakan “Descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful”, pengertian tersebut dapat diartikan bahwasannya kompetensi

14

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. 2, h. 121-123

15

Hamzah B.Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 129


(29)

guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti.

c) Dalam UU RI No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen berpendapat bahwa kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Dari uraian di atas nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Dikatakan rasional karena memiliki arah dan tujuan, sedangkan performance adalah perilaku nyata dalam arti tidak hanya diamati tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.

Menurut Gordon sebagaimana yang dikutip oleh E. Mulyasa, ada enam aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu sebagai berikut:

1) “Pengetahuan, yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. 2) Pemahaman, yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu,

misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar melaksanakan pembelajaran berjalan secara efektif.

3) Kemampuan, adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik.

4) Nilai, adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain)


(30)

5) Sikap, yaitu perasaan (senang, tak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji, dan lain-lain.

6) Minat, adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan, misalnya minat untuk melakukan sesuatu atau untuk mempelajari sesuatu.”16

b. Pengertian pedagogik

Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld, “pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.”17 Sehingga guru dalam menjalankan tugas yang diembannya harus memliki dan memahami serta mampu mengaplikasikan kemampuan pedagogik agar mampu mengarahkan orang kepada hal yang lebih baik. “Karena pedagogik dipandang sebagai suatu proses atau aktivitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia mengalami perubahan.”18“Hal ini berkaitan dengan pengertai pendidikan yang sering diartikan sebagai suatu usaha manusia untuk membimbing anak yang belum dewasa ke tingkat kedewasaan, dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala perbuatannya dan dapat berbuat di atas kaki sendiri.”19

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Menurut Munif Chatib kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

16

Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 53

17

Uyoh Sadulloh, Pedagogik, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 2

18

Dewi Gusti, Kompetensi Pedagogik, (http://dewigusti.blogspot.com. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2014)

19


(31)

pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. “Lebih rinci, kompetensi pedagogik diuraikan sebagai:

1) Memahami karakteristik siswa

2) Memahami karakteristik siswa dengan kelainan fisik, sosial-emosional, dan intelektual yang membutuhkan penanganan khusus

3) Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat untuk menetapkan kebutuhan belajar siswa dalam konteks budaya yang beragam

4) Memahami cara dan kesulitan belajar siswa 5) Mampu mengembangkan potensi siswa

6) Menguasai prinsip-prinsip dasar belajar-mengajar yang mendidik

7) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran

8) Merancang aktivitas belajar-mengajar yang mendidik 9) Melaksanakan aktivitas belajar-mengajar yang mendidik

10)Menilai proses dan hasil pembelajaran yang mengacu pada tujuan utuh pendidikan.”20

Dari pemaparan tentang pedagogik di atas dapat kita maknai bahwa pedagogik merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam mendidik siswa. Guru bukan hanya terampil dalam menyampaikan ilmu, tetapi juga harus dapat mengembangkan pribadi anak dan segala potensi yang dimiliki olehnya demi sebuah perubahan yang lebih baik.

c. Pengertian guru

Guru bertugas dan bertanggung jawab sebagai agen pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih siswa sehingga menjadi manusia berkualitas yang mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara optimal, pada jalur pendidikan formal jenjang pendidikan dasar, menengah, dan termasuk pendidikan anak usia dini. Kecakapan dalam melaksanakan tugas sangat diperlukan supaya tujuan pendidikan yang sangat berat itu dapat dicapai

20


(32)

semaksimal mungkin. Hal ini berarti bahwa guru harus benar-benar profesional dalam melaksanakan tugasnya.

“Menurut Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, guru di Indonesia diharapkan punya empat kompetensi dalam menjalankan profesinya, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesionalisme, dan kompetensi sosial.”21 “Guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaannya mengajar.”22

Guru disebut pula sebagai pendidik. “Menurut Samsul Nizar dalam buku Filsafat Pendidikan Islam dijelaskan bahwa pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya pengembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas kemanusiaannya baik (sebagai kholifah fil ardh dan „abd) sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.”23

Guru adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata lain “guru adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.”24 Terdidik dan terlatih maksudnya bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan pembelajaran serta menguasai landasan kependidikan sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh guru.

Dari pemaparan di atas mengenai guru, dapat digarisbawahi bahwa guru adalah seorang pengajar. Dalam bahasa Indonesia, guru pada umumnya mempunyai tugas yang utama yaitu mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan menilai peserta didik.

21

Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2013), h. 28

22

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 1989), h. 288

23

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 42

24

Abd. Rozak, Bahan Ajar PLPG; Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: FITK UIN Jakarta), h. 11


(33)

d. Guru Bahasa Indonesia yang Ideal

Guru ideal adalah sosok guru yang mampu menjadi panutan dan selalu memberikan keteladanan. Guru yang mampu menguasai materi dengan baik, dan kemudian menyampaikan materi dengan baik sehingga enak didengar dan mudah dipahami juga merupakan sosok guru yang ideal. Guru, di satu sisi, bisa menarik manfaat dengan memperhatikan apa yang mungkin memang merupakan strategi umum bagi pembelajaran bahasa di berbagai konteks dan budaya. “Di sisi lain, ia perlu selalu peduli akan kebutuhan dan variasi perseorangan dalam pembelajaran, di luar konteks budaya.”25

Guru ideal yang diperlukan saat ini adalah guru yang memahami benar profesinya. Profesi guru adalah profesi yang mulia, karena mendidik siswa secara tulus tanpa mengharapkan imbalan kecuali ridho dari Tuhan.

Guru bahasa Indonesia yang ideal untuk era saat ini adalah guru yang mampu memanfaatkan fasilitas di era globalisasi atau di era informasi ini untuk kepentingan mengajar juga membimbing siswa untuk bisa meningkatkan keterampilan berbahasa (membaca, mendengar, berbicara, dan menulis), karena keterampilan berbahasa sangat diperlukan dalam setiap kegiatan. Guru bahasa Indonesia seharusnya mampu menjadi sebuah media untuk siswanya dalam segala hal permasalahan mengenai Bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia juga harus bisa menanamkan manfaat dari belajar Bahasa Indonesia. Tidak hanya bermanfaat dalam hal nilai yang dicapai di dalam kelas, tetapi juga untuk manfaat di luar kegiatan sekolah.

1) Penguasaan Kebahasaan

Agar pembelajaran bahasa dapat dilakukan secara maksimal dengan mengikuti kaidah bahasa yang berlaku. Setiap guru perlu melakukan analisis terhadap unsur kebahasaan yang digunakan pada setiap kompetensi dasar. Unsur kebahasaan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa termasuk jenis tata bahasa pedagogis yaitu tata bahasa yang dibuat untuk kepentingan pembelajaran.

25

H. Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, (Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, 2008),h. 143


(34)

2) Kemampuan Memahami

Untuk dapat berkomunikasi dengan lancar, baik secara lisan maupun tulis, diperlukan pemahaman kebahasaan. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, pengetahuan, pemahaman, dan penerapan harus selalu menjadi perhatian para guru. Ketiga ranah tersebut mendapat perhatian yang sama dengan fokus penekanan pada penerapan atau penggunaan bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa yang bersifat pengetahuan dan pemahaman harus selalu diarahkan untuk penerapan di sekolah-sekolah.

3) Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang saling berhubungan erat, yaitu meliputi:

a) Keterampilan menyimak: menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung kepada unsur yang mendukung, di antaranya pembicara, penyimak, bahan simakan, dan bahasa lisan yang digunakan;

b) Keterampilan berbicara: Kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan;

c) Keterampilan membaca: merupakan suatu proses rekonstruksi makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan pembaca, informasi yang tersaji dalam bahasa tulis, dan konteks bacaan; dan

d) Keterampilan menulis: melukiskan lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut yang di dalamnya mengandung pesan yang dibawa.

B.Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa sumber yang menjadi pegangan dalam melakukan penelitian ini. Pertama, Yuyun Mufarohah dari jurusan Pendidikan Agama Islam, yang berjudul Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa. Skripsi tersebut membicarakan


(35)

bagaimana guru yang seharusnya menurut siswa dalam menyampaikan materi, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami input yang diberikan, khususnya pelajaran agama Islam.

Kedua, Yuli Yuni dari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang berjudul Persepsi Siswa SMP PGRI 1 Ciputat Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi tersebut membicarakan skripsi berdasarkan sikap, motif/keinginan, keterkaitan, harapan, karakteristik objek dan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia. Pada penelitian ini hanya mencari tahu seberapa besar persepsi siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia tanpa menghubungkan dengan variabel lain;

Dari kedua penelitian yang relevan di atas terdapat beberapa poin yang membedakan dengan penelitian yang penulis lakukan. Di antaranya adalah objek penelitian, waktu, dan tempat penelitian. Yuyun Mufarohah meneliti tentang persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru Agama Islam dan Yuli Yuni meneliti tentang persepsi siswa SMP PGRI 1 Ciputat terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan penulis meneliti tentang persepsi siswa Komunitas kelas VIII Homeschooling Kak Seto terhadap kompetensi pedagogik guru Bahasa dan Sastra Indonesia.

C.Kerangka Berpikir

Seorang guru mata pelajaran, khususnya guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia haruslah menguasai materi ajar, menguasai strategi pembelajaran, dan metode pembelajaran, demi tercapainya sebuah tujuan pembelajaran. Salah satu cara untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran adalah kompetensi pedagogik yang dimiliki guru. Tujuan pembelajaran yang dapat dicapai tidak terlepas dari persepsi siswa yang positif terhadap kompetensi pedagogik guru pada mata pelajaran tersebut. Untuk itu, penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia.


(36)

23

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai fenomena sebanyak-banyaknya sesuai realitas sosial yang ada di masyarakat. Penelitian tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu memperoleh gambaran tentang suatu kenyataan atau mengungkapkan data secara jelas mengenai bagaimana persepsi siswa terhadap keterampilan pedagogik guru bahasa Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Homeschooling Kak Seto, yang beralamatkan di jalan Taman Makam Bahagia ABRI No.3A RT.003/04 Parigi Lama-Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Adapun penelitian ini dilaksanakan selama 1 tahun (Januari 2014 - Januari 2015) mengenai bagaimana persepsi siswa dengan keterampilan pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia di Homeschooling Kak Seto.

C. Populasi dan Sampel

“Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”23

Populasi siswa Homeschooling Kak Seto Program Distance Learning dan Komunitas tahun ajaran 2014-2015 berjumlah 201 siswa. Namun, peneliti tidak akan mengambil jumlah populasi secara keseluruhan, melainkan hanya mengambil sampel saja, agar subjek yang diteliti tidak terlalu banyak.

23


(37)

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Ada pun sampel yang akan diteliti berjumlah 20 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Penarikan sampel secara purposif merupakan cara penarikan sampel yang dilakukan dengan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti secara sengaja karena berdasarkan persyaratan sampel yang diperlukan. Peneliti menggunakan kelas VIII Komunitas sebagai sampel karena kelas tersebut memiliki persepsi pada kompetensi pedagogik guru Bahasa dan Sastra Indonesia cukup baik.

D. Teknik Pengumpulan Data

“Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah penelitian.”24Adapun dalam pengumpulan data tersebut diperlukan teknik tertentu sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini bersifat deskriptif analisis, yakni penulis menggambarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu berupa data dan informasi yang berkaitan dengan judul yang diteliti.

Untuk mengangkat data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan riset kepustakaan dan riset lapangan. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Library Research (PenelitianKepustakaan), yaitu data yang diperlukan untuk skripsi ini diperoleh dengan penelitian kepustakaan yaitu membaca buku, tulisan yang berkait dengan masalah yang diteliti. Dengan penelitian kepustakaan ini juga diperoleh teori mengenai variabel yang diteliti.

2. Field Research (Penelitian Lapangan), yaitu penelitian yang langsung ke dalam lingkungan obyek penelitian. Teknik yang digunakan dalam penelitian lapangan yang secara khusus penulis lakukan dalam upaya melengkapi data

24


(38)

akurat yang terkait dengan pembahasan dalam bab-bab selanjutnya. Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah:

a. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang mengadakan pengamatan secara langsung dan pencatatan sistematika terhadap fenomena yang ditelitidi

Homeschooling Kak Seto Pusat dilakukan untuk mencari data yang valid yang hendak diteliti, khususnya kelas VIII Komunitas yang menjadi subjek penelitian.

b. Angket

“Angket merupakan serangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada siswa mengenai masalah tertentu, yang bertujuan untuk mendapatkan pandangan dan tanggapan dari siswa tersebut.”25

Metode angket yang penulis lakukan adalah dengan mengajukan beberapa point pertanyaan kepada sejumlah responden penelitian yang terkait dengan masalah penelitian. Bentuk angket yang digunakan adalah angket langsung dan bersifat tertutup. Angket ini mengandung 20 butir pertanyaan. Setiap butir pertanyaan memiliki 5 alternatif jawaban, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Angket 1 – 10 merupakan butir pernyataan positif. Angket 11 – 20 merupakan butir pernyataan negatif.

c. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Dalam hal ini penulis mengadakan komunikasi langsung dengan siswa untuk mendapatkan data yang objektif mengenai bagaimana persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru Bahasa dan Sastra Indonesia.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah dengan memberikan angket/kuesioner tentang data persepsi siswa terhadap

25

Burhan Nurgiyantoro, PenilaiandalamPengajaranBahasadanSastra Indonesia, (Yohyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2001), Cet. Ke-1, h.54


(39)

kompetensi pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia. Angket/Kuesioner persepsi terhadap kompetensi pedagogik guru Bahasa dan Sastra Indonesia diberikan berbentuk pilihan ganda, sebuah daftar pertanyaan di mana responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sesuai cara mengungkapkan persepsinya terhadap kompetensi pedagogik guru Bahasa dan Sastra Indonesia masing-masing dengan memberi tanda ceklis () pada jawaban yang dipilih (angket terlampir).

F. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang penulis gunakan yaitu variabel bebas. Sebagai variabel bebasnya adalah persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru bahasa dan sastra Indonesia.

G. TeknikPengolahan Data

Prosedur yang dilaksanakan dalam menganalisis data sebagai berikut : a. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau

kuesioner yang berhasil dikumpulkan.

b. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai berikut: dalam skala ini terdapat lima kategori jawaban yaitu: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Berikut tabel skor penilaian:

Tabe 1

Skor Penilaian

No Alternatif Jawaban

Skor Pernyataan

Positif Negatif

1 SangatSetuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Ragu-ragu 3 3

4 Tidak Setuju 2 4


(40)

c. Tabulating, yaitu mentabulasi data jawaban yang telah diberikan ke dalam bentuk table. Selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan persentase.

H. Teknik Analalisis dan Interpretasi Data

1. Teknik Analisis

“Untuk menganalisis setiap variabel digunakan teknik analisis secara deskriptif (dengan persentase), yaitu dengan menggunakan rumus frekuensi relatif sebagai berikut:

Rumus :  100%

N f P Keterangan :

P = angka persentase

F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)”26 100% bilangan tetap (kostanta).

Setelah didapat hasil persentase dari angket yang disebarkan kepada siswa, maka akan menentukan kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut, penulis merumuskan sebagai berikut:

Tabel 2

Angka Persentase

26

Anas Sudijono,Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafido Persada, 2012), Ed. 1, h. 43

No Persentase % Penafsiran

1 100% Seluruhnya

2 90-99% Hampir Seluruhnya

3 60-89% Sebagian Besar

4 51-59% Lebih dari Setengah

5 50% Setengahnya


(41)

I. Sumber Data

Sumber data yang penulis lakukan yaitu: 1. Para Siswa

Sumber data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada responden yaitu para siswa di Komunitas Homeschooling Kak Seto tahun ajaran 2014-2015.

2. Kepala Sekolah

Sumber data yang penulis lakukan kepada kepala sekolah mengenai kondisi objektivitas sekolah.

7 10-39% Sebagian Kecil

8 1-9% Sedikit Sekali


(42)

29

Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang berupa hasil penghitungan akhir serta pembahasan hasil penelitian, sedangkan untuk perincian data hasil penghitungan dapat dilihat pada bagian lampiran-lampiran. Data yang didapat dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi dan menyebarkan angket.

A. Gambaran Umum Homeschooling Kak Seto

1. Profil Homeschooling Kak Seto

Seto Mulyadi atau lebih akrab dipanggil Kak Seto sudah lama mempraktekkan homeschooling atau sekolah rumah bagi anak-anak. Konsep sekolah rumah memang unik. Menurut Kak Seto, keluarganya menerapkan sekolah rumah bagi anak-anaknya. Awalnya, Minuk, anak pertama, mengalami tekanan di sekolah karena dihukum gurunya ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama favorit di Jakarta.” Lalu dia menyampaikan pada ibunya. Mula-mula dipaksa ibunya. Tetapi tetap tidak mau, dan mengatakan lebih baik saya ke sekolah tapi tidak belajar, atau di rumah tapi saya belajar. Akhirnya, dengan mengingat hak anak dan mengedepankan yang terbaik bagi anak, akhirnya saya beri kesempatan Minuk tetap berada di rumah. Tetapi dia menjalankan

aktivitas belajarnya,” Kak Seto menjelaskan ihwal mula mempraktekkan sekolah

rumah.

Menurut Kak Seto, berkat konsep sekolah rumah dengan kurikulum yang disusun bersama, motivasi belajar muncul dari dalam diri putrinya. Belajar sambil bermain, membuat anak merasa nyaman, meskipun belajar sepanjang hari. Anak-anak jadi senang belajar dengan motivasi internal, motivasi dari Anak-anak itu sendiri. Sehingga kegiatan homeschooling ini, jika ditanya kapan belajarnya, dari bangun tidur sampai tidur lagi. Di mana belajarnya. Di mana saja bisa di kamar tidur, ruang tengah, kamar tamu, di halaman, atau juga di luar. Mau pergi ke sawah, ke panti asuhan, penitipan bayi-bayi terlatar, sampai mungkin juga belajar di mall.


(43)

Tapi yang penting, anak-anak dilibatkan untuk menyusun kurikulumnya, mencari sumber belajar. Sama halnya dengan Dhea putri ke empat Kak Seto, belajar di rumah sangat menyenangkan. Ia mengaku ingin terus belajar di rumah sampai menyelesaikan pendidikan setara sekolah menengah atas.

Bagi kebanyakan orang, menempuh pendidikan formal masih merupakan pilihan utama. Bahkan, lembaga pendidikan formal yang tergolong favorit masih jadi incaran kebanyakan siswa dan orang tua. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Dan, setiap anak sedapat mungkin memperoleh pendidikan yang layak bagi dirinya. Namun, dalam pengalaman di lapangan menunjukkan bahwasanya banyak anak mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan selama bersekolah. Sebut saja, kasus Bullying, bentakan dan kekerasan dari guru bahkan pemasungan kreativitas anak. Pengalaman yang kurang berkesan tersebut menimbulkan Phobia terhadap sekolah (school phobia) bagi anak dan orang tua. Upaya penyeragaman kemampuan dan keterampilan anak di segala bidang turut mematikan minat dan bakat anak yang tentunya berbeda-beda, karena setiap anak adalah unik. Lebih jauh lagi, kurikulum yang terlalu padat dan tugas rumah yang menumpuk membuat kegiatan belajar menjadi suatu beban bagi sebagian anak. Melihat kondisi ini, maka perlu dicarikan solusi alternatif bagi anak-anak yang kurang cocok dengan sistem pendidikan formal, salah satu bentuknya adalah kegiatan homeschooling (sekolah rumah). Berdasarkan alasan ini lah maka Kak Seto sebagai tokoh pendidikan anak beserta tim, membangun komunitas sekolah rumah yang disebut dengan Homeschooling

Kak Seto (HSKS), yaitu sebuah institusi pendidikan alternatif yang senantiasa memperhatikan hak anak atas pendidikan. Di samping itu pengalaman yang ia dapat sendiri ketika anak tertuanya Minuk yang mengalami kesulitan sewaktu di sekolah formal membuat Kak Seto berpikir untuk mencari sekolah alternatif yaitu

homeschooling sebagai sebuah sistem pendidikan atau pembelajaran yang diselenggarakan di rumah. Homeschooling Kak Seto adalah sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan secara “at home” atau di rumah. Dengan pendekatan “at home” inilah anak-anak merasa nyaman belajar karena mereka dapat belajar apapun sesuai dengan keinginannya,


(44)

kapan saja dan dimana saja seperti ia tengah berada di rumahnya. Jadi, meski disebut homeschooling,tidak berarti anak akan terus menerus belajar di rumah, tapi anak-anak dapat belajar dimana saja dan kapan saja asal situasi dan kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti “at home”. “Maka dalam sistem Homeschooling, jam pelajaran bersifat fleksibel: mulai dari bangun tidur sampai berangkat tidur kembali.”1

Jenjang pendidikan pada Homeschooling Kak Seto mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Pada tingkat SD terdiri dari kelas I sampai kelas VI, pada tingkat SMP terdiri dari kelas VII sampai dengan IX, sedangkan pada tingkat SMA terdiri dari kelas X sampai dengan XII. Homeschooling Kak Seto secara resmi berdiri pada tanggal 4 April 2007. Kantor pusat “HOMESCHOOLING KAK SETO”

(HSKS) di Jl. Taman Makam Bahagia ABRI No. 3A Parigi Lama – Pondok Aren Bintaro Sektor 9, Tangerang Selatan 15227.

Tabel 3

Jumlah siswa-siswi SMP komunitas Homeschooling Kak Seto Tahun Ajaran 2014-2015

kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

VII VIII IX

7 8 13

8 12 14

15 20 27

Jumlah 28 34 62

Homeschooling Kak Seto diakui dan dilindungi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sesuai dengan pasal 4 dan pasal 27 sebagai jalur pendidikan informal, yaitu pendidikan mandiri oleh keluarga dan lingkungan. Antara jalur pendidikan formal (sekolah biasa), nonformal (pkbm) dan informal (Homeschooling) dapat saling pindah jalur dengan berkelanjutan dan melengkapi.

1


(45)

Tabel 4

Gambaran Umum Homeschooling Kak Eto

Nama Homeschooling Kak Seto

NSS 0000000000

Jenjang Pendidikan SD, SMP, SMA

Status Sekolah Swasta

Akreditasi B

Alamat Sekolah Jl. Taman Makam Bahagia Abri no, 3A RT.001 RW. 04 Perigi Lama-Pondok Aren. Tangerang Selatan 15227, Tlp. 021-7458942, 021-7451183

Telepon 021-7458942

Email info@hsks.sch.id

Website Homeschoolingkakseto.sch.id

Nama Kepala Sekolah SMP

Farida Yuli Avisena A.Md.

2. Filosofi, Visi, Misi dan Output a. Filosofi

Homeschooling Kak Seto” (HSKS) dilaksanakan berdasarkan filosofi sederhana “Belajar dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan dengan

siapa saja” b. Visi

Homeschooling Kak Seto sebagai salah satu institusi pendidikan anak yang unggul, menyediakan program pendidikan bagi anak, agar memiliki keterampilan, life skill, dan karakter yang kokoh sebagai calon pemimpin bangsa di masa depan.

c. Misi

1) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik sesuai dengan kebutuhan, gaya belajar, kekuatan dan


(46)

keterbatasan yang dimilikinya.

2) Membantu peserta didik menemukan minat, bakat, dan mengembangkan bakat, dan minat peserta didik secara optimal.

3) Membentuk peserta didik menjadi manusia pembelajar seumur hidup yang mempunyai kepedulian sosial yang tinggi dan karakter yang kuat.

4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh hubungan antara pelajaran yang dipelajarinya dengan kehidupan nyata.

5) Membantu mengatasi keterbatasan dan kelemahan peserta didik dengan melakukan pendekatan personal.

d. Output

Sesuai dengan motto “HOMESCHOOLING KAK SETO” (HSKS) belajar lebih cerdas, kreatif, dan ceria dengan menggabungkan konsep kreativitas, life skills dan karakter, menjadi dasar lulusan “HOMESCHOOLING KAK SETO” (HSKS), Yaitu:

1) Community Builder

Lulusan “HOMESCHOOLING KAK SETO” (HSKS) mempunyai kecakapan hidup yang bisa mendorong diri serta lingkungannya dan menjadi pemimpin dan pembaharu yang efektif, selalu berpikir kreatif, kritis dan inovatif.

2) Good Character

“Lulusan “HOMESCHOOLING KAK SETO” (HSKS) memiliki nilai-nilai yang mulia dalam membangun komunitas dan bangsa dimasa mendatang.”2

3) Daftar guru/tutor SMP Komunitas Homeschooling Kak Seto

Guru/ Tutor adalah orang tua dan atau guru purna waktu yang secara khusus membimbing anak pembelajar sekolah dalam pembelajaran kelas komunitas. Anak yang dibimbing adalah anak anggota komuunitas. Beberapa orang tua menyerahkan anaknya untuk dibimbing di kelas komunitas. Adapun data guru/ tutor di SMP komunitas Homeschooling Kak Seto sebagai berikut:

2


(47)

Tabel 5

Data Guru/Tutor SMP Komunitas Homeschooling Kak Seto Tahun Ajaran 2013/2014

No Nama Jabatan

1. Kak Farida Yuli Avisena, A.Md Kepala Sekolah

2. Kak Aldyan Saputra, S.Pd Tutor IPS

3. Kak Siska Yunita, S.Pd Tutor B. Inggris

4. Kak Hanifah, S.Pd Tutor PKN

5. Kak Mirna Ferdiyawati, S.Pd Tutor B. Indonesia

6. Kak Rahmat Efendi, S.Si Tutor Matematika

7. Kak Fahrurrozi, S.Si Tutor IPA

8. Kak Ernawati, A.Md Tutor IPA

9. Kak Arif Rachman Tutor B. Indonesia

10. Kak Sam’an Alyamani Tutor IPS

4. Program kerja SMP Komunitas Homeschooling Kak Seto

Adapun program kerja SMP Komunitas Homeschooling Kak Seto antara lain sebagai berikut:

a. Kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa/i yang kegiatan tersebut membantu siswa/i dalam proses belajar menjadi menyenangkan, seperti :

1) Friday Class

Friday Class merupakan proses pembelajaran melalui percobaan ilmiah dan keterampilan lainnya, dimana dengan melakukan Friday Class, siswa/i dapat mengembangkan kreativitasnya.

2) Outing

Outing merupakan proses pembelajaran dimana siswa/i belajar di luar kelas, baik berupa kunjungan ke tempat terbuka (outdoor) maupun di dalam ruangan (indoor) dengan tujuan tempat yang mempunyai nilai edukasi yang cukup baik. Adanya outing ini siswa/i menjadi tidak jenuh dengan pembelajaran yang berada di kelas, siswa/i dapat langsung


(48)

mempraktekkan dan melihat secara langsung, dan siswa/i dapat menambah wawasan yang lebih luas dan menambah pengetahuan tentang hal yang tidak diberikan di kelas.

3) Study Refresh

Study Refresh merupakan kegiatan nonton bareng ke bioskop untuk menyaksikan film sesuai dengan usia dan perkembangan siswa/i, agar siswa/i dapat belajar melalui film, baik di bioskop/teater maupun di komunitas. Study Refresh ini dilakukan 1 (satu) kali di akhir semester. b. Kegiatan yang berhubungan dengan orang tua/wali siswa/i seperti:

1) Parents Meeting

Suatu kegiatan yang dilakukan 2 (dua) kali dalam 1 (satu) semester dimana para orang tua/wali siswa/i dapat berdiskusi secara langsung dengan kak Seto dan tim manajemen dalam bentuk seminar atau

workshop. Kegiatan ini berfungsi untuk mempererat hubungan antara sesama orang tua/wali, orang tua/wali dengan kak Seto dan tim manajemen. Selain itu orang tua/wali dapat lebih mengetahui perkembangan anak dan pendidikannya.

Kegiatan yang dilakukan pada kegiatan Parents Meeting antara lain: a. Melakukan diskusi dengan Dr. Seto Mulyadi,Psi,M.Si (Kak Seto),

tema yang disampaikan berkaitan dengan pembahasan perkembangan kepribadian anak dan metode pembelajaran.

b. Memberikan informasi kegiatan yang akan dilaksanakan, yang terdapat pada kalender akademik.

c. Memberikan informasi seputar perkembangan dari HSKS.

d. Memberikan kesempatan kepada siswa/i untuk mengekspresikan kemampuan serta bakat yang dimiliki masing-masing.

e. Pembagian hasil ujian dan raport 2) Bimbingan konseling

Bimbingan konseling adalah salah satu bentuk pelayanan kepada siswa/i dan orang tua/wali untuk pelayanan konsultasi berkaitan dengan kondisi psikologis maupun sosial yang berkaitan dengan kegiatan belajar


(1)

Pernyataan tentang guru dapat berperan sebagai fasilitator dan motivator baik di dalam maupun di luar kelas.

Jawaban siswa:

Sangat setuju, guru dapat berperan sebagai fasilitator dan motivator baik di dalam maupun di luar kelas, karena supaya bisa mendorong siswa agar lebih semangat dalam belajar.

Pernyataan tentang guru dapat mengetahui dan mampu memaksimalkan bakat yang dimiliki oleh siswa.

Jawaban siswa:

Sangat setuju, guru dapat mengetahui dan mampu memaksimalkan bakat yang dimiliki oleh siswa, karena guru memiliki pengalaman yang lebih, sehingga lebih mengetahui dalam hal pengembangan bakat siswanya. Misalnya, ada siswa yang memiliki bakat dalam menulis, guru dapat memberikan contoh tulisan agar dapat menambahkan wawasan siswanya dalam menulis.

Pernyataan tentang guru selalu menyampaikan tujuan pembelajaran sebelum menyampaikan materi.

Jawaban siswa:

Sangat setuju, guru selalu menyampaikan tujuan pembelajaran sebelum menyampaikan materi, agar siswa dapat mengetahui arah dan memiliki gambaran pembelajaran yang akan diberikan. Misalnya, saat pembelajaran menanggapi pembacaan cerpen guru menerangkan bahwa tujuan pembelajarannya adalah melatih keberanian membaca cerpen dengan baik dan benar, sehingga siswa mempunyai gambaran pembelajaran yang akan diterima dan terjadi pembelajaran dua arah.

Pernyataan tentang guru membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Jawaban siswa:

Sangat setuju, merasa terbantu saat mengalami kesulitan belajar. Karena tugas utama guru yaitu agar siswanya paham mengenai materi apa yang diberikan. Misalnya, guru memberikan tugas individu, jika siswa belum paham akan tugas tersebut, maka guru bisa menjadi tempat bagi siswa untuk bertanya agar lebih paham mengenai tugas tersebut.


(2)

Pernyataan tentang guru memaksimalkan kreativitas siswa dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Jawaban siswa:

Setuju, guru mampu memaksimalkan kreativitas siswa dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Karena perkembangan pembelajaran siswa dapat dilihat juga dari kreativitasnya, sehingga dengan guru dapat mengembangkan kreativitasnya, perkembangan siswa tidak terhambat. Misalnya, dalam tugas pembuatan drama, guru memberikan topik atau tema saja, sehingga siswa dapat mengembangkan kreativitas dalam seni peran sesuai dengan topik yang diberikan.

Pernyataan tentang guru selalu memiliki ide menarik untuk membangun suasana belajar yang menyenangkan.

Jawaban siswa:

Sangat setuju, guru selalu memiliki ide yang menarik untuk membangun suasana belajar yang menyenangkan. Karena, dengan ide-ide yang menarik membuat siswa tidak cepat bosan dan niat belajar akan lebih baik. Misalnya, saat belajar tentang drama. Guru memberikan tantangan untuk membuat video tentang drama yang diunggah ke youtube, video siapa yang paling banyak dilihat maka akan mendapat apresiasi.

Pernyataan tentang materi yang dibawakan guru tidak pernah membosankan karena selalu diselingi permainan yang menyenangkan.

Jawaban siswa:

Sangat setuju, guru tidak pernah membosankan karena selalu diselingi permainan yang menyenangkan yang melibatkan siswa langsung dalam permainan. Misalnya, ketika siswa bosan belajar tentang drama atau cerpen, maka diselingi permainan seperti ABC lima dasar dengan menyebutkan nama-nama tokoh atau artis beserta karakter yang pernah dimainkannya.

Pernyataan tentang guru memberikan apresiasi terhadap pembelajaran yang dialami siswa baik di dalam maupun di luar kelas.

Jawaban siswa:

Sangat setuju, guru selalu memberikan apresiasi terhadap pembelajaran yang dialami siswa baik di dalam maupun di luar kelas. Karena apa yang dicapai oleh siswa baik di dalam atau di luar kelas guru memberikan penghargaan baik itu nilai, ataupun hanya sekedar perkataan


(3)

yang diucapkan guru untuk menambah semangat belajar. Misalnya, ada siswa yang mempunyai nilai yang biasa-biasa saja, namun prestasi pribadidi luar sekolah yang diraihnya cukup luar biasa. Sehingga guru memberikan apresiasi ucapan selamat atas prestasi yang telah diraihnya.

Pernyataan tentang guru tidak mengetahui sifat atau kepribadian siswa. Jawaban siswa:

Ragu-ragu, guru tidak mengetahui sifat atau kepribadian masing-masing siswa. Karena tidak mudah bagi guru untuk mengetahui sifat atau kepribadian siswa yang masih cukup labil. Sehingga butuh waktu yang lebih bagi guru untuk mengetahui sifat atau kepribadian siswa. Misalnya, ketika siswa sedang dalam keadaan mood yang bagus, maka akan mudah bagi guru untuk melakukan pendekatan secara individu. Lain halnya bila siswa sedang tidak dalam keadaan mood bagus, seperti jarang hadir di dalam kelas, maka sulit bagi guru untuk mengetahui sifat atau kepribadian siswa tersebut.

Pernyataan tentang guru selalu menyampaikan materi yang sulit dipahami oleh siswa. Jawaban siswa:

Tidak setuju, guru selalu menyampaikan materi yang sulit dipahami oleh siswa. Karena guru harus menyampaikan materi yang mudah dipahami oleh siswa. Misalnya, materi drama. Siswa akan mudah memahami materi tentang pengertian, unsur intrinsik drama, dan hal yang diperhatikan dalam pementasan drama. Jika guru menyampaikan materi tentang sejarah dan perkembangan drama, maka siswa akan kesulitan untuk memahami materi tersebut.

Pernyataan tentang guru selalu menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga terasa membosankan.

Jawaban siswa:

Tidak setuju, guru selalu menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga terasa membosankan. Karena siswa pasti butuh yang namanya cara belajar yang baru, bukan hanya mendengar guru ceramah. Lagi pula, pasti akan tidak cocok jika semua pelajaran bahasa Indonesia disampaikan dengan ceramah. Misalnya, saat belajar membaca teks berita. Tidak mungkin jika hanya guru yang ceramah menyampaikan materi


(4)

tanpa siswa yang langsung praktik membaca. Jadi disamping siswa akan merasa bosan, pasti ada beberapa materi yang tidak akan bisa siswa pahami dan kuasai.

Pernyataan tentang guru hanya dapat menyampaikan materi tanpa memperhatikan kesulitan yang dialami oleh siswa.

Jawaban siswa:

Tidak setuju, guru hanya dapat menyampaikan materi tanpa memperhatikan kesulitan yang dialami oleh siswa. Karena bagaimana siswa bisa memahami pelajaran yang sulit dipahami jika guru tidak mau memperhatikan kesulitan siswanya. Tentu materi yang dibawakan oleh guru tidak sampai kepada siswa. Misalnya, saat menerangkan pe;ajaran membaca teks berita. Tentu memakai unsur penting dalam membaca teks berita seperti artikulasi, intonasi, dan volume yang jelas. Jika murid mengalami kesulitan untuk mempraktikannya, maka harusnya gurulah yang membantu siswa untuk dapat mempraktikan membaca teks berita.

Pernyataan tentang guru tidak dapat mengembangkan bakat yang dimiliki oleh siswa. Jawaban siswa:

Tidak setuju, guru tidak dapat mengembangkan bakat yang dimiliki oleh siswa. Karena siswa akan merasa jauh dengan guru. Hal demikian akan membuat siswa beranggapan guru cuek dan tidak perhatian dengan siswanya. Sehingga akan berdampak pada rasa senang siswa terhadap guru dan akibatnya siswa akan kurang senang belajar. Misalnya, saat belajar membuat cerpen. Ada siswa yang memiliki bakat menulis. Tetapi gurunya tidak perhatian dengan siswa tersebut. Maka akan berdampak buruk terhadap pembelajaran siswa tersebut.

Pernyataan tentang guru lebih aktif dibandingkan siswa dalam pembelajaran. Jawaban siswa:

Ragu-ragu, guru lebih aktif dibandingkan siswa di dalam pembelajaran. Karena tidak selalu guru lebih aktif dibanding siswa. Terkadang siswa juga ikut aktif dalam pembelajaran. Misalnya saat belajar menjadi pembawa acara yang baik. Siswa dan guru bersama-sama mencari tahu pembawa acara dari Indonesia yang sudah terkenal. Kemudian mencari cara menjadi seorang pembawa acara yang baik hingga bisa terkenal. Kemudian siswa secara berkelompok menjadi pembawa acara untuk kemudian diberikan tanggapan atas kekurangan yang ada. Tapi kadang guru juga aktif sendiri saat menyampaikan materi seperti saat belajar menentukan dan membuat kalimat aktif dan pasif.


(5)

Pernyataan tentang guru tidak pernah memberikan permainan setelah atau sebelum. Jawaban siswa:

Sangat tidak setuju, hampir disetiap pembelajaran guru tidak memberikan permainan agar siswa tidak merasa jenuh. Karena sesuai dengan ketentuan sekolah, bahwa permainan untuk siswa diharuskan di detiap pembelajaran, baik saat jam belajar ataupun setelah jam belajar. Sehingga siswa tidak merasa terberatkan atas materi pelajaran yang harus mereka kuasai. Minimal guru memberikan free time bagi siswa selama 15 menit untuk menyegarkan otaknya.

Pernyataan tentang guru jarang melibatkan untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Jawaban siswa:

Sangat tidak setuju, guru jarang melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Karena siswa selama belajar merasa ikut berperan aktif dalam pembelajaran. Misalnya, saat menemukan informasi dari teks berita. Guru menyediakan media cetak yang tersedia di kelas untuk kemudian dibagikan kepada masing-masing siswa. Tugas siswa mencari satu teks berita dan menemukan informasi dengan menggunakan rumus Adiksimba. Tentu hal ini membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Pernyataan tentang guru jarang mengevaluasi siswa setelah kegiatan pembelajaran. Jawaban siswa:

Tidak setuju, guru jarang mengevaluasi pembelajaran siswa setelah kegiatan pembelajaran. Karena guru sebelum dan sesudah pembelajaran selalu memberikan penguatan buat siswa. Hal itu dapat memicu siswa untuk belajar. Misalnya, sebelum mulai belajar guru selalu menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan berlangsung. Setelah itu guru memberikan umpan balik atas pembelajaran yang sebelumnya. Sehingga memancing siswa untuk kembali berpikir dan mengingat materi pelajaran yang sudah pernah dipelajari. Ketika sudah terpancing semangat belajar siswa, biasanya guru baru menyampaikan materi yang akan dipelajari.

Pewawancara

Arif Rachman

Narasumber


(6)

BIOGAFI PENULIS

ARIF RACHMAN, lahir di Jakarta, 18 Desember 1988 dari seorang ibu yang bernama Siti Komariyah, dan seorang ayah alm. Udin Syamsudin. Menikmati masa pendidikan sejak Taman Kanak-Kanak hingga perguruan tinggi. Dimulai dari TK Al-Huda selama dua tahun, kemudian lanjut ke SD Mandalahayu selama enam tahun, kemudian lanjut ke SMP Abdi Negara selama tiga tahun, kemudian lanjut ke SMA Negeri 9 Bekasi. Anak kedua dari tiga bersaudara ini pernah menjabat sebagai Ketua Karang Taruna sejak tahun 2004 hingga tahun 2009. Hobinya adalah traveling ke tempat yang jauh dari keramaian kota seperti gunung dan pantai. Dari hobinya inilah yang mengantarkan penulis sampai kepada mempunyai usaha

dibidang jasa yaitu „Musafir Travel‟ bersama beberapa teman.

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dipilihnya mengantarkan penulis yang memiliki kakak kandung bernama Iwan Warya, S.Ap dan adik kandung bernama Ratih Fazriyah ini, mengajukan skripsi yang berjudul

“Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto”. Penulis kini beraktivitas sebagai guru Bahasa Indonesia di Komunitas Homeschooling Kak Seto khusus SMP dan sebagai agen travel.