ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS NEGERI LAMA KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2017

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED)DI PUSKESMAS NEGERI LAMA KABUPATEN LABUHAN BATU

TAHUN 2017

SKRIPSI OLEH :

BEBBY MAY SAN E NIM. 121000462

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS NEGERI LAMA KABUPATEN LABUHAN BATU

TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

BEBBY MAY SAN E NIM. 121000462

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS

PELAKSANAAN

OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS NEGERI

PROGRAM

PELAYANAN

LAMA KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2017” beserta isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2018 Yang membuat pernyataan

(Bebby May San E)

ABSTRAK

PONED merupakan pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal. Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ibu bersalin dan ibu nifas. Namun kebanyakan Puskesmas PONED belum mampu melaksanakan fungsinya dengan optimal. Dari hasil survei awal menunjukkan bahwa pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama belum terlaksana dengan baik.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan program pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (PONED) di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan metode domain dan disajikan dalam bentuk narasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PONED belum optimal. Hal ini disebabkan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum maksimal pemberdayaannya, kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana serta obat-obatan yang mendukung pelayanan PONED.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap puskesmas terkait pelaksanaan PONED serta kepada Puskesmas Negeri Lama agar meningkatkan pelayanan PONED kepada masyarakat serta memaksimalkan pelayanan dengan memperbaiki fasilitas kesehatan di puskesmas.

Kata Kunci : Pelaksanaan, Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).

ABSTRACT

Basic Emergency Obstetry and Neonatal Care (BEmONC) is a service to overcome obstetric and neonatal emergency cases.BEmONC health centre has the ability to provide direct services to pregnant mother/maternity, and postpartum

mother. But most of the BEmONC health centre haven’t been able to show the functions optimally. Based on the initial survey results that the implementation of the BEmONC in Puskesmas Negeri Lama has not done well.

This study is qualitative study aimed to analyze the implementation of BEmONC programs in Puskesmas Negeri Lama, Labuhan Batu regency. The data collection is done by in-depth interviews. Data analysis was done with domain method and presented in narrative form.

The results indicated that the implementation of BEmONC program had not been optimal. This was caused by the Human Resources were not maximized in the empowerment, the lack of availability of building and infrastructure and medicines that support BEmONC services.

Based on results of the study was expected to the Health Department of Labuhan Batu regency to improve more the supervision of community health centre related to the BEmONC and the Puskesmas Negeri Lama in order to improve BEmONC services for community and maximizing the services by improving health facilities in community health centre.

Keywords : Implementation, Basic Emergency Obstetric and Neonatal Care (BEmONC).

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pelaksanaan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten

Labuhan Batu Tahun 2017” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat dan saran serta kerjasama dari berbagai pihak secara moril maupun materil. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara (USU).

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Kepala Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan dosen penguji II yang telah memberikan saran, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. dr. Heldy BZ, MPH selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

banyak saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. dr. Fauzi, SKM selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan

saran, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Dr. Juanita, SE., M.Kes selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen khususnya dosen-dosen peminatan AKK dan seluruh staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani pendidikan.

8. Asih Hasibuan selaku Kepala Seksi Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu dan seluruh staf Dinas Kesehatan yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Puskesmas Negeri Lama.

9. Kepala Tata Usaha Puskesmas Negeri Lama beserta seluruh pegawai

puskesmas yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10. Terkhusus kepada orang tua tercinta, Bapak Efendy Sahputra dan Ibu Juliati, yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama penulisan skripsi sehingga mampu menyelesaikan skripsi sesuai rencana.

11. Adik-adik tersayang, Nicolaz E dan Vanken Davis Vincent E, yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

12. Seluruh keluarga yang telah banyak membantu, mengarahkan, dan meluangkan waktu selama penulis melaksanakan penelitian.

13. Sahabat terbaik penulis, Poppy Harizani Nst dan Nurul Husna, yang selalu ada di saat penulis membutuhkan semangat dan dorongan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih setiap semangat yang diberikan kepada penulis selama di perantauan.

14. Teman-teman PBL FKM USU Desa Bunuraya, Melisawati, Abdon, Rebeka, Dinda, Owel, Eri, Kak Desi, Poppy dan Sri Ramadhani, yang banyak memberikan dukungan, saran, dan arahan selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

15. Teman-teman seperjuangan di FKM USU, khususnya Kelas E stambuk 2012, yang banyak memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

16. Teman-teman seperjuangan di AKK FKM USU (Amriza, Arief, Budi, Taufik, Harun, Alwi, Sylvia, Rio, Dria, Susi, Tamara, Ester, dan lain-lain) yang memberikan semangat kepada penulis.

17. Semua pihak yang telah membantu penulis selama masa penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan dalam penyempurnaannya. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2018 Penulis

Bebby May San E

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1

Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2015 ..........................................41

Tabel 4.2

Sarana dan Prasarana Gedung Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu ...................................................... ........42

Tabel 4.3 Karakteristik Informan Penelitian .................................................43

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fasilitas Kesehatan pada berbagai tingkat pelayanan di Indonesia ................................................................. 30 Gambar 2.2 Skema Alur Rujukan Puskesmas Mampu PONED ...................... 31 Gambar 2.3 Kerangka Pikir ............................................................................. 34

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Hasil Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)

Lampiran 3 Peralatan Maternal di Puskesmas Negeri Lama

Lampiran 4 Peralatan Neonatal di Puskesmas Negeri Lama

Lampiran 5 Kebutuhan Obat di Puskesmas PONED

Lampiran 6 Surat Keterangan Selesai Penelitian

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Bebby May San E dilahirkan pada tanggal 16 Mei 1994 di Kota Rantauprapat. Beragama Islam, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Efendy Sahputra dan Ibunda Juliati. Alamat penulis Jalan Pasar 3 Tapian Nauli, Permata Setia Budi Residence 1, Blok C-15, Medan. Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan SD Swasta Perguruan Panglima Polem Rantauprapat 2000-2006, pendidikan SMP Swasta Perguruan Panglima Polem Rantauprapat 2006-2009, pendidikan SMA Negeri 3 Rantau Utara 2009-2012.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia

Puskesmas dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut terbagi atas Upaya Kesehatan Wajib dan juga Upaya Kesehatan Pengembangan, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- Puskesmas dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut terbagi atas Upaya Kesehatan Wajib dan juga Upaya Kesehatan Pengembangan, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

Salah satu sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 di bidang kesehatan adalah menurunkan AKB menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup dan AKI menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil SUPAS 2015, Indonesia baru dapat menekan AKB sebesar 22 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat penurunan angka-angka kematian, sehingga target RPJMN tahun 2015-2019 diperkirakan akan tercapai. Berdasarkan data di atas menunjukkan AKI dan AKB sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target agenda SDGs tahun 2030 yaitu AKI sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini memungkinkan disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).

Masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) juga dipengaruhi dan didorong berbagai faktor yang mendasari timbulnya risiko maternal dan neonatal, yaitu anemia, ibu hamil yang menderita hipertensi, diabetes, malaria, dan faktor 4T (terlalu muda dan tua untuk melahirkan, terlalu dekat jarak kehamilan/persalinan, terlalu banyak hamil dan melahirkan). Kondisi tersebut di atas diperparah lagi dengan terjadinya kejadian kegawatdaruratan yang tidak tertangani dengan baik disebabkan oleh 3T (terlambat) yaitu: 1) Terlambat Masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) juga dipengaruhi dan didorong berbagai faktor yang mendasari timbulnya risiko maternal dan neonatal, yaitu anemia, ibu hamil yang menderita hipertensi, diabetes, malaria, dan faktor 4T (terlalu muda dan tua untuk melahirkan, terlalu dekat jarak kehamilan/persalinan, terlalu banyak hamil dan melahirkan). Kondisi tersebut di atas diperparah lagi dengan terjadinya kejadian kegawatdaruratan yang tidak tertangani dengan baik disebabkan oleh 3T (terlambat) yaitu: 1) Terlambat

Berbagai upaya yang dilaksanakan dalam PONED antara lain peningkatan pengetahuan dan keterampilan tim dalam menyelenggarakan PONED, pemenuhan tenaga kesehatan, pemenuhan ketersediaan peralatan, obat dan bahan habis pakai, manajemen penyelenggaraan serta sistem rujukannya. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas juga sangat membutuhkan kerjasama yang baik dengan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit sebagai suatu kesatuan sistem rujukan mempunyai peran yang sangat penting (KEPMENKES RI, 2013).

Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) merupakan pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal. Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ ibu bersalin dan ibu nifas baik yang datang sendiri atau rujukan kader/masyarakat, bidan di desa dan Puskesmas.

Menurut hasil laporan nasional Riset Fasilitas Kesehatan (RIFASKES) tahun 2011 menyatakan bahwa 40% Puskesmas PONED mempunyai peralatan PONED yang jumlahnya kurang dari 40% standar alat PONED yang harus dipunyai oleh Puskesmas PONED dan ketersediaan obat PONED sangat kurang, karena lebih dari 80% Puskesmas PONED menyediakan obat kurang dari 40% standar obat yang semestinya ada di Puskesmas PONED. Hal ini dapat Menurut hasil laporan nasional Riset Fasilitas Kesehatan (RIFASKES) tahun 2011 menyatakan bahwa 40% Puskesmas PONED mempunyai peralatan PONED yang jumlahnya kurang dari 40% standar alat PONED yang harus dipunyai oleh Puskesmas PONED dan ketersediaan obat PONED sangat kurang, karena lebih dari 80% Puskesmas PONED menyediakan obat kurang dari 40% standar obat yang semestinya ada di Puskesmas PONED. Hal ini dapat

Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siregar (2016), menunjukkan bahwa Puskesmas PONED belum berjalan dengan optimal dikarenakan peralatan kesehatan yang belum memadai dan belum memenuhi standar minimal, kualitas sumber daya kesehatan yang rendah dalam memberikan pelayanan PONED, dan ketersediaan obat-obatan yang masih belum lengkap.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Amrillah (2016), menyatakan bahwa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan PONED adalah ada beberapa peralatan kesehatan dan obat-obatan yang masih belum lengkap dan tidak adanya kebijakan atau aturan khusus tentang pelaksanan PONED di Puskesmas.

Pada tahun 2015, dari 570 Puskesmas yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, terdapat 153 Puskesmas yang menyelenggarakan PONED atau 26,84%. Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014 yaitu 147 Puskesmas, tahun 2013 yaitu 137 Puskesmas, dan tahun 2012 yaitu 94 Puskesmas PONED. Jumlah Puskesmas PONED di Kabupaten Labuhan Batu adalah 6 Puskesmas PONED dan diantaranya adalah Puskesmas Negeri Lama (DINKES Provinsi Sumatera Utara, 2015).

Sejak tahun 2012, Kabupaten Labuhan Batu dijadikan wilayah intervensi program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) yaitu sebuah program kerjasama Kementerian Kesehatan RI dan USAID (United States Agency for International Development) selama lima tahun (2012-2016) dalam rangka mengurangi Angka Kematian Ibu dan Bayi baru lahir di Wilayah Provinsi

Sumatera Utara. Dari tahun 2013-2015 menunjukkan angka kematian ibu (AKI) menurun dan sudah menunjukkan angka yang cukup rendah. Untuk tahun 2012 sebanyak 33 kasus, tahun 2013 AKI sebanyak 16 kasus, tahun 2014 sebanyak 11 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 10 kasus. Sementara itu angka kematian bayi (AKB) juga menurun. Untuk tahun 2012 AKB sebanyak 11 kasus, tahun 2013 AKB sebanyak 12 kasus, tahun 2014 AKB sebanyak 8 kasus, dan tahun 2015 AKB sebanyak 1 kasus (DINKES Kabupaten Labuhan Batu, 2015).

Diperkirakan sekitar 20% dari bayi hidup akan mengalami komplikasi neonatal. Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Bayi baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat memburuk, sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian. Jumlah kunjungan neonatus di Puskesmas Negeri Lama tahun 2015 sebanyak 298 bayi atau 97,06% dari 307 bayi, dan tahun 2016 sebanyak 294 bayi atau 94,83% dari 310 bayi. Bayi yang lahir dengan BBLR di Puskesmas Negeri Lama tahun 2015 sebanyak 19 bayi dan tahun 2016 sebanyak

17 bayi (Puskesmas Negeri Lama, 2016). Sejak tahun 2013, Puskesmas Negeri Lama menjadi salah satu Puskesmas Mampu PONED yang ada di Kabupaten Labuhan Batu. Puskesmas Negeri Lama ditunjuk Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu untuk membantu masalah pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), khususnya untuk wilayah Kecamatan Bilah Hilir. Sebelum menjadi Puskesmas Mampu PONED, beberapa tenaga kesehatan di Puskesmas Negeri Lama telah mendapatkan pelatihan adalah 1 Dokter, 1 Bidan Koordinator, dan 1 Perawat.

Jarak Puskesmas Negeri Lama dengan Rumah Sakit PONEK sekitar 56 km. Puskesmas Negeri Lama memiliki sarana transportasi untuk rujukan yaitu ambulance sebanyak 2 unit. Puskesmas juga sangat mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraan umum. Dari hasil survei awal menunjukkan bahwa pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama belum terlaksana dengan maksimal, hal ini terlihat dari tidak adanya Petugas Kesehatan PONED dan masih rendahnya kunjungan ibu bersalin dalam memanfaatkan PONED pada tahun 2016.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada petugas kesehatan Puskesmas Negeri Lama terdapat hambatan yang dirasakan yaitu ketersediaan alat kesehatan yang belum memadai, ruangan rawat inap tidak sesuai dengan standar, dan tidak adanya dokter, perawat, dan bidan yang sudah mengikuti pelatihan PONED. Selain itu, ibu hamil juga masih belum memahami tentang Puskesmas PONED dan apabila terjadi persalinan dengan komplikasi seperti partus macet di bidan desa, ibu hamil tidak mau dibawa ke Puskesmas PONED karena merasa puskesmas tidak sanggup untuk mengatasi masalah tersebut dikarenakan tidak kesiagaan dokter di tempat dan ibu hamil tidak mau mengambil risiko besar maka dari itu ingin langsung dirujuk ke Rumah Sakit PONEK agar segera mendapat perawatan yang lebih baik.

Dari hasil survei awal menunjukkan bahwa masih rendahnya kunjungan ibu bersalin di Puskesmas Negeri Lama. Ada beberapa ibu hamil yang memilih untuk melahirkan di Rumah Sakit Swasta di daerah Kota Rantauprapat. Kasus persalinan dengan komplikasi tahun 2016 mencapai 191 orang. Bidan-bidan desa langsung merekomendasikan ibu hamil untuk langsung memeriksakan Dari hasil survei awal menunjukkan bahwa masih rendahnya kunjungan ibu bersalin di Puskesmas Negeri Lama. Ada beberapa ibu hamil yang memilih untuk melahirkan di Rumah Sakit Swasta di daerah Kota Rantauprapat. Kasus persalinan dengan komplikasi tahun 2016 mencapai 191 orang. Bidan-bidan desa langsung merekomendasikan ibu hamil untuk langsung memeriksakan

Dari laporan 9 desa yang ada di wilayah kerja Negeri Lama pada tahun 2016 bulan oktober persalinan dengan komplikasi sebanyak 31 orang dan yang dirujuk 25 orang, bulan november persalinan dengan komplikasi sebanyak 34 orang dan yang dirujuk 28 orang, dan bulan desember persalinan dengan komplikasi sebanyak 30 orang tetapi yang dirujuk 27 orang. Persalinan dengan komplikasi di Puskesmas Negeri Lama disebabkan oleh pre eklamsia, eklamsia, ketuban pecah dini, dan partus macet. Jumlah persalinan dengan komplikasi lebih besar dibanding jumlah rujukan (Puskesmas Negeri Lama, 2016).

Menurut hasil penelitian Susyanty (2016), menunjukkan bahwa kompetensi tenaga terlatih belum memadai dan beberapa kewenangan juga belum dilakukan, begitu juga dengan ketersediaan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta obat-obatan untuk PONED yang belum memadai. Hasil penelitian lain juga dilakukan oleh Surahwardy (2013), menyatakan bahwa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan PONED adalah ada beberapa alat yang tidak tersedia dan tidak ada dana operasional khusus yang diberikan untuk kegiatan PONED tetapi dana berasal dari operasional Puskesmas dan dari jasa hasil tindakan di PONED.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana ketersediaan sumber daya (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan obat-obatan) dalam pelaksanaan puskesmas PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017?

2. Bagaimana proses pelaksanaan puskesmas PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017?

3. Bagaimana cakupan program pelaksanaan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan pelayanan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu :

1. Menjelaskan ketersediaan sumber daya (SDM kesehatan, sarana dan prasarana, obat-obatan) pada pelaksanaan pelayanan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017.

2. Menjelaskan proses pelaksanaan PONED (penerimaan rujukan dari pelayanan kesehatan dibawahnya, penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal dalam PONED) di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017.

3. Menjelaskan cakupan pelayanan PONED pada pelaksanaan pelayanan PONED di Puskesmas Negeri Lama Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagi Puskesmas Negeri Lama, hasil peenelitian lain diharapkan dapat menjadi masukan untuk perbaikan dan kelanjutan dari pelaksanaan program PONED di Puskesmas Negeri Lama

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan dosen mengenai sistem pelaksanaan program PONED.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan bacaan maupun referensi oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan program PONED.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelaksanaan

2.1.1 Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau kegiatan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (Usman, 2002).

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan sebelumnya.

Menurut pendapat Syukur (1987), Dalam pelaksanaan, sebuah kegiatan harus berjalan sesuai dengan kondisi di lapangan maupun di luar lapangan yang mana dalam kegiatan tersebut melibatkan beberapa unsur disertai dengan usaha- usaha dan didukung alat-alat penunjang. Adapun faktor-faktor yang dapat menunjang program pelaksanaan adalah sebagai berikut : Menurut pendapat Syukur (1987), Dalam pelaksanaan, sebuah kegiatan harus berjalan sesuai dengan kondisi di lapangan maupun di luar lapangan yang mana dalam kegiatan tersebut melibatkan beberapa unsur disertai dengan usaha- usaha dan didukung alat-alat penunjang. Adapun faktor-faktor yang dapat menunjang program pelaksanaan adalah sebagai berikut :

b. Sumber daya, dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan guna pengambilan keputusan dan kewenangan yang cukup guna melaksankan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.

c. Disposisi, sikap dan komitmen daripada pelaksanaan terhadap program khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya dari mereka yang menjadi implementer program.

d. Struktur birokrasi, Standar Operating Procedures (SOP) yang mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus tanpa pola yang baku. Keempat faktor diatas dipandang mempengaruhi keberhasilan suatu proses

implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan saling mempengaruhi antara suatu faktor yang satu dan faktor yang lain. Selain itu dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur penting dan mutlak yaitu :

a. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan

b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program perubahan dan peningkatan b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program perubahan dan peningkatan

2.1.2 Penyusunan Pelaksanaan Pengembangan Fungsi Puskesmas PONED

Puskesmas dalam menjalankan program PONED sesuai dengan pedoman PONED yang berlaku, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

A. Persiapan Pengembangan Fungsi Puskesmas Mampu PONED

1. Menyusun rencana pemantapan fungsi Puskesmas mampu PONED yang ada

a. Menetapkan Puskesmas sebagai calon Puskesmas mampu PONED yang akan dikembangkan

b. Menyusun rencana pengembangan Puskesmas mampu PONED dengan tahapannya

2. Mempersiapkan pemantapan PONED yang sudah ada dan realisasi pengembangan fungsi Puskesmas menjadi Puskesmas mampu PONED, sesuai dengan tahapannya :

a. Melengkapi kebutuhan sumber daya (SDM, alat medis dan non medis, obat dan bahan habis pakai, ruangan, ambulan, biaya operasional dan pemeliharaan, dll) sesuai kebutuhan.

b. Melatih ulang SDM yang ada dan melatih SDM baru yang diperlukan

c. Melakukan pembinaan teknis, administrasi dan manajemen serta keuangan

B. Menetapkan realisasi sesuai dengan rencana dan tahapannya :

1. Memantapkan fungsi Puskesmas mampu PONED yang sudah ada

2. Mengembangkan Puskesmas yang dipilih untuk menjadi Puskesmas mampu PONED.

2.2 Pengertian Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah Puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas bersalin. PONED memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas. Selain itu juga memberikan pelayanan kesehatan terhadap bayi yang baru lahir dengan komplikasi, baik datang sendiri atau karena rujukan kader/masyarakat/bidan di desa, Puskesmas dan PONED melakukan rujukan ke Rumah Sakit PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani. PONED dapat diberikan oleh Puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh memberikan PONED adalah dokter, bidan, perawat, tim PONED, beserta penanggung jawab terlatih (Mubarak, 2012).

Pelayanan obstetri emergensi bertujuan untuk memastikan bahwa pelayanan emergensi untuk kelompok risiko tinggi dan berkomplikasi tersedia untuk setiap perempuan, dimanapun dia berada. Kegiatan intervensi dapat dilakukan melalui upaya mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan yang berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui pelayanan obstetri emergensi. Petugas kesehatan tersebut harus mampu memberikan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Kondisi saat ini menunjukkan kurangnya Pelayanan obstetri emergensi bertujuan untuk memastikan bahwa pelayanan emergensi untuk kelompok risiko tinggi dan berkomplikasi tersedia untuk setiap perempuan, dimanapun dia berada. Kegiatan intervensi dapat dilakukan melalui upaya mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan yang berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui pelayanan obstetri emergensi. Petugas kesehatan tersebut harus mampu memberikan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Kondisi saat ini menunjukkan kurangnya

Berdasarkan pendapat Walyani dan Purwoastuti, upaya pelayanan PONED (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar) merupakan pelayanan yang menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal tingkat dasar yang meliputi segi :

1. Pelayanan Obstetri : pemberian oksitosin parenteral, antibiotik parenteral dan sedatif parenteral pada tindakan kuretase digital dan plasenta manual, melakukan kuretase, plasenta manual, dan kompresi bimanual, serta memberikan pertolongan persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi/forcep ekstraksi

2. Pelayanan Neonatal : resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian antibiotik parenteral, pemberian anti konvulsan parenteral, pemberian phenobarbital, kontrol suhu, dan penanggulangan gangguan pemberian nutrisi.

2.3 Puskesmas

2.3.1 Pengertian Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia (KEPMENKES RI, 2013).

2.3.2 Tujuan dan Fungsi Puskesmas

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Maysyarakat dijelaskan bahwa Puskesmas mempunyai tujuan melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya Dalam menyelenggarakan fungsi ini, Puskesmas berwenang untuk :

a. Melaksanakan perencaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap aksesm mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya Dalam menyelenggarakan fungsi ini, Puskesmas berwenang untuk :

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan, dan bermutu

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung

f. Melaksanakan rekam medis

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan i.

Mengordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan

2.3.3 Azas Puskesmas

Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, pengelolaan program kerja Puskesmas berpedoman pada empat asas pokok yaitu:

A. Azas pertanggungjawaban wilayah, yaitu Puskesmas harus bertanggung jawab atas pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, artinya bila terjadi masalah kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas yang harus bertanggung jawab untuk mengatasinya.

B. Azas peran serta masyarakat, maksudnya Puskesmas dalam melakukan kegiatannya harus memandang masyarakat sebagai subjek pembangunan keshatan dan berupaya melibatkan masyarakat dalam menyelenggarakan program kerja Puskesmas.

C. Azas keterpaduan, yaitu Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya harus melakukan kerjasama C. Azas keterpaduan, yaitu Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya harus melakukan kerjasama

D. Azas rujukan, yaitu Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bila tidak mampu mengatasi masalah karena berbagai keterbatasan, bisa melakukan rujukan baik secara vertikal maupun horizontal ke Puskesmas lainnya (PERMENKES, 2014).

2.4 Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED)

2.4.1 Pengertian Puskesmas PONED

Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar langsung terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan neonatal dengan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan neonatus. Puskesmas PONED adalah Puskesmas yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi di tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu (KEPMENKES RI, 2013).

Keberadaan Puskesmas PONED menunjukkan bahwa sistem pelayanan kesehatan mampu merespon komplikasi yang terjadi pada ibu hamil dan bayi baru lahir, dan berkontribusi untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Puskesmas PONED juga dapat memberikan kontribusi pada upaya penurunan AKI dan AKN dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan maternal neonatal emergensi, maka fungsinya perlu dilaksanakan dengan baik secara optimal. Menurut the International Federal on of Gynecology Obstetrics (FIGO) ada 4 pintu untuk keluar dari kematian ibu, yaitu: 1) Status perempuan dan kesetaraan Keberadaan Puskesmas PONED menunjukkan bahwa sistem pelayanan kesehatan mampu merespon komplikasi yang terjadi pada ibu hamil dan bayi baru lahir, dan berkontribusi untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Puskesmas PONED juga dapat memberikan kontribusi pada upaya penurunan AKI dan AKN dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan maternal neonatal emergensi, maka fungsinya perlu dilaksanakan dengan baik secara optimal. Menurut the International Federal on of Gynecology Obstetrics (FIGO) ada 4 pintu untuk keluar dari kematian ibu, yaitu: 1) Status perempuan dan kesetaraan

Pengembangan dari Puskesmas Mampu PONED dengan melatih tenaga dokter, perawat, dan bidan, khususnya Puskesmas dengan rawat inap dikembangkan menjadi Puskesmas yang mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) menerangkan bahwa Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar yaitu Puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal tingkat dasar. Hal ini merupakan suatu langkah untuk menurunkan AKI dan AKB di Indonesia. Berikut adalah tujuan dari dilaksanakannya PONED di Puskesmas :

1. Untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal tingkat dasar sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB

2. Diharapkan dapat menurunkan derajat kesakitan dan meminimalkan jumlah kematian ibu dan bayi di Indonesia. Hal ini terkait pula dengan fakta bahwa AKI dan AKB di Indonesia yang menempati urutan atas di ASEAN

3. PONED dan PONEK diadakan juga bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari dua jam dan untuk memutuskan rantai rujukan itu sendiri.

2.4.2 Kriteria Puskesmas PONED

Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.02.03/11/1911/2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED), agar Puskesmas mampu PONED sebagai salah satu simpul dari sistem penyelenggaraan pelayanan maternal neonatal emergensi dapat memberikan kontribusi pada upaya penurunan AKI dan AKN maka perlu dilaksanakan dengan baik agar dapat dioptimalkan fungsinya. Adapun kriteria Puskesmas Mampu PONED adalah sebagai berikut :

a. Puskesmas rawat inap yang dilengkapi fasilitas untuk pertolongan persalinan, tempat tidur rawat inap sesuai kebutuhan untuk pelayanan kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi.

b. Letaknya strategis dan mudah diakses oleh Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan non PONED dari sekitarnya.

c. Puskesmas telah mampu berfungsi dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan tindakan mengatasi kegawatdaruratan, sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya serta dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

d. Puskesmas telah dimanfaatkan masyarakat dalam/luar wilayah kerjanya sebagai tempat pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat inap serta persalinan normal.

e. Mampu menyelenggarakan UKM dengan standar.

f. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan Puskesmas non PONED ke Puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam dengan transportasi umum mengingat waktu paling lama untuk mengatasi perdarahan adalah 2 jam dan jarak tempuh Puskesmas mampu PONED ke RS minimal 2 jam

g. Mempunyai tim inti yang terdiri atas dokter, perawat dan bidan sudah dilatih PONED, bersertifikat dan mempunyai kompetensi PONED, serta tindakanmengatasi kegawatdaruratan medik umumnya dalam rangka mengkondisikan pasien emergensi/komplikasi siap dirujuk dalam kondisi stabil.

h. Mempunyai cukup tenaga dokter, perawat dan bidan lainnya, yang akan mendukung pelaksanaan fungsi PONED di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan tingkat dasar.

i. Difungsikan sebagai Pusat rujukan antara kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi, dalam satu regional wilayah rujukan kabupaten

j. Puskesmas telah mempunyai peralatan medis, non medis, obat-obatan dan fasilitas tindakan medis serta rawat inap, minimal untuk mendukung penyelenggaraan PONED

k. Kepala Puskesmas mampu PONED sebagai penanggungjawab program harus mempunyai kemampuan manajemen penyelenggaraan PONED

l. Puskesmas mampu PONED mempunyai komitmen untuk menerima rujukan kasus kegawatdaruratan medis kasus obstetri dan neonatal dari fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya.

m. Adanya komitmen dari para stakeholder yang berkaitan dengan upaya untuk memfungsikan Puskesmas mampu PONED dengan baik.

n. Seluruh petugas Puskesmas Mampu PONED melakukan pelayanan dengan nilai-nilai budaya: kepuasan pelanggan adalah kepuasan petugas Puskesmas, berkomitmen selalu memberi yang terbaik, memberi pelayanan dengan hati (dengan penuh rasa tanggung jawab untuk berkarya dan berprestasi mandiri bukan karena diawasi), peduli pada kebutuhan masyarakat, selalu memberikan yang terbaik pada setiap pelanggan.

2.4.3 Sumber Daya Kesehatan PONED

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 menyebutkan kepala Puskesmas sebagai penanggungjawab pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, harus dapat menggali potensi- potensi sumberdaya khususnya SDM dengan perannya masing-masing, termasuk potensi para mitra kerja yang berada di wilayah kerja Puskesmasnya. Proses ini dapat dilakukan melalui Lokakarya Mini, baik yang diselenggarakan di Puskesmas maupun di tingkat lintas sektor. Penyiapan tenaga yang berperan dalam PONED di Puskesmas melalui pertemuan Mini Lokakarya Puskesmas. Perhitungan kebutuhan tenaga-tenaga dimaksud tidak dapat secara tegas dipisahkan dari kebutuhan pelayanan rawat inap lainnya, kecuali untuk kebutuhan Tim inti PONED.

Kebutuhan tenaga diperhitungkan berdasarkan beban kerja yang dihadapi dalam rangka mencakup pelayanan kasus yang seharusnya datang dilayani dan Kebutuhan tenaga diperhitungkan berdasarkan beban kerja yang dihadapi dalam rangka mencakup pelayanan kasus yang seharusnya datang dilayani dan

A. Menyiapkan Tim Kesehatan, terdiri atas:

1. Tim Inti sebagai pelaksana PONED Tenaga kesehatan yang berfungsi sebagai tim inti dan sebagai pelaksana

PONED harus yang sudah terlatih dan bersertifikat dari Pusat Diklat Tenaga Kesehatan yang telah mendapat sertifikasi sebagai penyelenggara Diklat PONED. Tenaga Tim Inti PONED tersebut harus selalu siap selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Tim Inti PONED (minimal) terdiri dari :

a. Dokter Umum sebanyak 1 orang.

b. Bidan, minimal D3 sebanyak 1 orang.

c. Perawat, minimal D3 sebanyak 1 orang.

2. Tim Pendukung PONED Dalam menyelenggarakan Puskesmas Mampu PONED, dibutuhkan juga

tenaga-tenaga pendukung. Kepala Puskesmas, dibantu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten menyiapkan calon tenaga pendukung PONED. tenaga kesehatan pendukung tersebut dapat diambil dari tenaga yang ditugaskan di ruang rawat inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang bertugas difasilitas rawat jalan. Tenaga-tenaga kesehatan tersebut harus dapat memenuhi kriteria tertentu untuk menjadi calon tenaga pendukung PONED. Kebutuhan tenaga kesehatan sebagai tim pendukung PONED adalah terdiri dari:

a. Dokter umum minimal berjumlah 1-2 orang

b. Perawat D3 minimal berjumlah 5 orang b. Perawat D3 minimal berjumlah 5 orang

d. Analis Laboratorium sebanyak 1 orang

e. Petugas administrasi minimal 1 orang

3. Tim Promosi Kesehatan Selain kemampuan Komunikasi Informasi Edukasi/Komunikasi Inter

Personal dan Konseling (KIE/KIPK) dan pemberdayaan masyarakat dengan difasilitasi Kepala Puskesmas, kemampuan tenaga promosi kesehatan ditingkatkan dalam bidang:

a. Pemasaran/marketing dan public relationship (PR) sebagaimana pernah dikembangkan melalui program Safe Motherhood a Partnership and Family Approach (SMPFA). Untuk kemampuan tersebut diperlukan pelatihan tambahan.

b. Penggerak demand target sasaran (Ibu dan keluarganya) untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan obstetri dan neonatal terutama dalam kondisi emergensi/komplikasi sekaligus akan diperankan secara aktif sebagai tenaga pendukung PONED untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan memuaskan.

c. Kemampuan menjalin kerjasama dengan mitra-mitra Puskesmas di wilayah kerjanya.

B. Menyiapkan tenaga non-kesehatan sebagai penunjang pelayanan Diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan di fasilitas perawatan,

sebagai tenaga penunjang untuk kelancaran penyelenggaraan PONED di Puskesmas. Tenaga penunjang dimaksud antara lain berupa: sebagai tenaga penunjang untuk kelancaran penyelenggaraan PONED di Puskesmas. Tenaga penunjang dimaksud antara lain berupa:

b. Petugas laundry

c. Penjaga malam

d. Cleaning service

e. Pengemudi Ambulan 1 orang (bertugas bergantian dengan pengemudi Puskesmas keliling)

2.4.4 Batas Kewenangan dalam Pelaksanaan Puskesmas PONED

Terselenggaranya pelayanan di Puskesmas mampu PONED yang bermutu dan profesional perlu dilakukan pembinaan baik terhadap Puskesmas, Dinas Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi. Pembinaan ini dilakukan secara berjenjang dan simultan dengan melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor. Dalam hal penyelenggaraan PONED terdapat batasan kewenangan Puskesmas dalam melaksanakan PONED. Adapun batasan kewenangan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan maternal yaitu :

1. Perdarahan pada kehamilan muda

2. Perdarahan post partum

3. Hipertensi dalam kehamilan

4. Persalinan macet.

5. Ketuban pecah sebelum waktunya dan sepsis

6. Infeksi nifas Batasan kewenangan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan neonatal

yaitu :

1. Asfiksia pada neonatal

2. Gangguan nafas pada bayi baru lahir

3. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

4. Hipotermi pada bayi baru lahir

5. Hipoglikemi dari ibu dengan diabetes mellitus

6. Ikterus

7. Kejang pada neonatus

8. Infeksi neonatus Kewenangan Puskesmas mampu PONED diatas dapat berubah sesuai

dengan kebijakan/ketentuan yang berlaku. Untuk kewenangan beserta kemampuan yang dapat ditangani Puskesmas yang lebih rinci terlampir. Sistem pelayanan kesehatan maternal dan neonatal tidak cukup dengan hanya melakukan standarisasi pelayanan dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia, tetapi juga perbaikan sistem rujukan maternal dan neonatal yang akan menjadi bagian dari tulang punggung sistem pelayanan secara keseluruhan.

Beberapa kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal memerlukan tempat rujukan antara sebagai sarana untuk melakukan stabilisasi, setelah itu pengobatan dan tindakan kasus harus dikerjakan di fasilitas pelayanan yang lebih baik oleh karena keterbatasan teknis baik di fasilitas pelayanan kesehatan primer maupun tempat rujukan antara Puskesmas. Kasus emergensi neonatal 80% dapat ditangani di tingkat pelayanan yang berkualitas sesuai standar, 20% perlu mendapatkan pelayanan rujukan yang berkualitas. Adapun kasus-kasus yang harus di rujuk ke rumah sakit :