UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BIDANG PERKALIAN DENGAN KARTU BILANGAN PADA SISWA KELAS V (LIMA) TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB NEGERI KOTA PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2010 – 2011

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BIDANG PERKALIAN DENGAN KARTU BILANGAN PADA SISWA KELAS V (LIMA) TUNAGRAHITA RINGAN

DI SDLB NEGERI KOTA PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2010 – 2011

Oleh :

Suwartono

X5209023

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BIDANG PERKALIAN DENGAN KARTU BILANGAN PADA SISWA KELAS V (LIMA) TUNAGRAHITA RINGAN

DI SDLB NEGERI KOTA PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2010 – 2011

Oleh : Suwartono

X5209023

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Gunarhadi, Ma.Ph.D NIP. 19550210 198203 1 004

Pembimbing II

Sugini, M.Pd


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan TIM Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebalas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Jum’at

Tanggal : 8 Juli 2011

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd __________________

Sekretaris : Dewi Sri Rejeki, S.Pd. M.Pd __________________

Anggota I : Drs. Gunarhadi, MA. Ph.D __________________

Anggota II : Sugini, M.Pd __________________

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah. M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v ABSTRAK

Suwartono, UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA BIDANG PERKALIAN DENGAN KARTU BILANGAN PADA SISWA KELAS V (LIMA) TUNAGRAHITA RINGAN Di SDLB

NEGERI KOTA PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2010 – 2011, Skripsi.

Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar matematika bidang perkalian siswa kelas V (Lima) Tunagrahita Ringan di SDLB Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2010/2011.

Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar dengan penekanan penggunaan Kartu Bilangan dalam perkalian. Subyek penelitian anak kelas V (Lima) Tunagrahita Ringan di SDLB Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2010 / 2011 yang berjumlah 8 siswa. Tehnik analisa data yang digunakan diskriptiuf kompetitif artinya peristiwa / kejadian yang timbul dibandingkan, kemudian dideskripsikan ke dalam bentuk data penilaian penggunaan Kartu Bilangan dalam perkalian.

Dari hasil penelitian tindakan kelas, dapat disimpulkan bahwa : 1) Nilai kondisi awal dengan rata – rata 5,0 (lima koma nol), pada siklus I nilai rata - ratanya 6,5 (enam koma lima), dan pada siklus II nilai rata – ratanya 8,06 (delapan koma nol enam). 2) Melalui penggunaan Kartu Bilangan dalam proses pembelajaran perkalian dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada kelas V (Lima) Tunagrahita Ringan di SDLB Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2010/2011.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi ABSTRACT

Suwartono. THE ATTEMPT OF IMPROVING THE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT IN MULTIPLICATION SUBJECT MATTER USING NUMBER CARD FOR THE MILD MENTAL RETARDED V GRADERS OF SDLB NEGERI PEKALONGAN CITY IN THE SCHOOL YEAR OF 2010-2011. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. June. 2011.

The objective of research is to improve the mathematics learning achievement in multiplication subject matter using number card for the mental retarded IV graders of SLDB Negeri Pekalongan City in the School Year of 2010-2011.

The research approach method used was a Classroom Action Research, the one conducted by the teacher in the class where he/she teaches by emphasizing on the use of money toys use. The subject of research was the V graders of SLDB Negeri Pekalongan City in the School Year of 2010/2011, consisting of 8 students. Technique of analyzing data used was a descriptive comparative one meaning that the events/happenings emerging were compared, then described into the form of assessment data on the use of number card in multiplication.

From the result of classroom action research, it can be concluded that: 1) the mean prior condition value is 5.0 (five point zero), in cycle I, the mean is 6.5 (six point five), and in cycle II the means is 8.06 (eight point zero six). 2). The use of number card in the learning process of multiplication can improve the mathematics learning achievement in the V (fifth) graders of SDLB Negeri Pekalongan City in the School Year of 2010/2011.


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

“Sebaik-baik manusia adalah orang yang dapat bermanfaat bagi orang lain.”

(Penulis)

“Dapat mengentaskan orang lain dari keterpurukan menuju ke kebaikan adalah

merupakan kebahagiaan yang tidak ternilai harganya”.


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

Istriku tercinta, yang selalu mendukung dan memberi semangat serta doanya.

Keempat putra putriku tersayang yang telah memberi dorongan untuk sukses di dalam meneruskan pendidikan.

Rekan-rekan seperjuangan yang selalu membantu saya dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah.


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT), Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang yelah memberikan nikmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan, dan kekurangan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari Dosen Pembimbing, pada akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian

2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu pendidikan, yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

3. Drs. Gunarhadi, MA. Ph.D selaku Ketua Program Pendidikan Khusus (PKh)/PLB yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan yang telah memberikan motivasi, masukan dan saran

4. Sugini, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan motivasi, masukan, dan saran

5. Seluruh staf pengajar di Program Studi Pendidikan Khusus (PKh)/PLB yang telah memberikan Ilmu yang bermanfaat bagi penulis

6. Kepala SDLB Negeri Kota Pekalongan yang telah memberikan ijin untuk

melaksnakan penelitian

7. Seluruh staf pengajar di SDLB Negeri Kota Pekalongan, yang telah membantu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

8. Seluruh Siswa SDLB Negeri Kota Pekalongan yang telah membantu dan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini

9. Berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala amal baik dan keikhlasan dari semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini mendapatkan imbalan dari Allah SWT dan semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.

Suarakarta, Juni 2011


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A.Kajian Teori ... 6

1. Anak Tunagrahita ... 6

a. Pengertian Anak Tunagrahita ... 6

b. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 7

c. Karakteristik Anak Tunagrahita ... 10

2. Pengertian Matematika ... 12

3. Belajar Matematika. ... 13

a. Pengertian Belajar ... 13

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi ... 14

4. Tinjauan Tentang Kartu Bilangan ... 19

a. Pengertian Tentang Kartu Bilangan ... 19


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

c. Kelemahan Media Kartu Bilangan Bagi Anak Tunagrahita... 21

B. Kerangka Berfikir... 21

C. Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 24

A.Seting Penelitian ... 24

1. Tempat Penelitian ... 26

2. Waktu Penelitian ... 26

B. Subyek Penelitian ... 26

C. Data dan Sumber Data ... 27

D.Teknik Pengumpulan Data ... 27

1. Observasi. ... 27

2. Dokumen ... 28

3. Tes ... 28

E. Teknik Validitas Data ... 28

F. Teknik Analisa Data ... 29

G.Indikator Kinerja/Keberhasilan ... 29

H.Prosedur Penelitian... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A.Pelaksanaan Penelitian ... 35

1. Deskripsi Kondisi Awal ... 35

2. Deskripsi Siklus I ... 36

3. Deskripsi Siklus II ... 39

B. Hasil Penelitian ... 41

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 42

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 44

A.Kesimpulan ... 44

B. Implikasi. ... 44

C. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN ... 49-100


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Klasifikasi IQ Menurut Grosman ... 9

Tabel 2 Klasifikasi Tunagrahita Dari Berbagai Pandangan ... 9

Tabel 3 Nilai Kondisi Awal (Pre Test) ... 35

Tabel 4 Nilai Hasil Post Test Sklus I. ... 38

Tabel 5 Perbandingan Nilai Kondisi Awal (Pre Test dengan Post Test Siklus I) ... 39

Tabel 6 Nilai Hasil Post Test Siklus II ... 41

Tabel 7 Nilai Rata-Rata Hasil Evaluasi Belajar dari Kondisi Awal sampai Siklus II ... 41


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Silabus Bahasa Indonesia Siklus I ... 49

2. Silabus Matematika Siklus I. ... 52

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 55

4. Lampiran RPP Siklus I ... 62

5. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 71

6. Foto Kegiatan Implementasi RPP Siklus I. ... 72

7. Silabus Matematika Siklus II ... 75

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II. ... 78

9. Lampiran RPP Siklus II ... 83

10.Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 91

11.Foto Kegiatan Implementasi Siklus II ... 92

12.Soal Pre Test ... 95


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ABSTRAK

Suwartono, UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA BIDANG PERKALIAN DENGAN KARTU BILANGAN PADA SISWA KELAS V (LIMA) TUNAGRAHITA RINGAN Di SDLB

NEGERI KOTA PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2010 – 2011, Skripsi.

Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar matematika bidang perkalian siswa kelas V (Lima) Tunagrahita Ringan di SDLB Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2010/2011.

Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar dengan penekanan penggunaan Kartu Bilangan dalam perkalian. Subyek penelitian anak kelas V (Lima) Tunagrahita Ringan di SDLB Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2010 / 2011 yang berjumlah 8 siswa. Tehnik analisa data yang digunakan diskriptiuf kompetitif artinya peristiwa / kejadian yang timbul dibandingkan, kemudian dideskripsikan ke dalam bentuk data penilaian penggunaan Kartu Bilangan dalam perkalian.

Dari hasil penelitian tindakan kelas, dapat disimpulkan bahwa : 1) Nilai kondisi awal dengan rata – rata 5,0 (lima koma nol), pada siklus I nilai rata - ratanya 6,5 (enam koma lima), dan pada siklus II nilai rata – ratanya 8,06 (delapan koma nol enam). 2) Melalui penggunaan Kartu Bilangan dalam proses pembelajaran perkalian dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada kelas V (Lima) Tunagrahita Ringan di SDLB Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2010/2011.


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ABSTRACT

Suwartono. THE ATTEMPT OF IMPROVING THE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT IN MULTIPLICATION SUBJECT MATTER USING NUMBER CARD FOR THE MILD MENTAL RETARDED V GRADERS OF SDLB NEGERI PEKALONGAN CITY IN THE SCHOOL YEAR OF 2010-2011. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. June. 2011.

The objective of research is to improve the mathematics learning achievement in multiplication subject matter using number card for the mental retarded IV graders of SLDB Negeri Pekalongan City in the School Year of 2010-2011.

The research approach method used was a Classroom Action Research, the one conducted by the teacher in the class where he/she teaches by emphasizing on the use of money toys use. The subject of research was the V graders of SLDB Negeri Pekalongan City in the School Year of 2010/2011, consisting of 8 students. Technique of analyzing data used was a descriptive comparative one meaning that the events/happenings emerging were compared, then described into the form of assessment data on the use of number card in multiplication.

From the result of classroom action research, it can be concluded that: 1) the mean prior condition value is 5.0 (five point zero), in cycle I, the mean is 6.5 (six point five), and in cycle II the means is 8.06 (eight point zero six). 2). The use of number card in the learning process of multiplication can improve the mathematics learning achievement in the V (fifth) graders of SDLB Negeri Pekalongan City in the School Year of 2010/2011.


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak Tunagrahita ringan memiliki karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dengan anak normal, tetapi menurut Astati dalam Mumpuniarti (2007:

17) “Ketrampilan motoriknya lebih rendah dari anak normal”. Karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dengan anak normal ini menyebabkan tidak terdeteksi sejak awal sebelum masuk sekolah. Anak baru terdeteksi ketika mulai masuk sekolah baik di sekolah tingkat pra sekolah atau sekolah dasar. Anak dapat terdeteksi dengan menampakkan ciri ketidakmampuan di bidang akademik maupun kemampuan pelajaran di sekolah yang membutuhkan ketrampilan motorik.

Anak tunagrahita ringan menurut AAMR dalam Mumpuniarti (2007: 18) memiliki tingkat kecerdasan (Intelligence Quotient/IQ) berkisar 55 – 77, dan sebagian dari mereka mencapai usia kecerdasan/mental (Mental Age/MA) yang sama dengan anak normal usia 12 tahun ketika mencapai usia kronologis (Chronologis Age/CA) dewasa. Jadi MA tunagrahita ringan berkembang tidak sejalan dengan bertambahnya CA-nya, hal inilah yang dianggap keterbelakangan mental anak. Mereka mengalami ketertinggalan 2 atau 5 tingkatan di bidang kognitif dibanding anak normal yang usianya sebaya. Semakin bertambah usia hambatan yang dialami anak tunagrahita ringan dibanding anak usia sebayanya semakin jauh, karena perkembangan kognitifnya terbatas pada tahap operasional konkrit. Anak tunagrahita ringan kesulitan berpikir abstrak walaupun sebetulnya anak tunagrahita ringan memiliki tingkat kecerdasan paling tinggi diantara semua anak tunagrahita. Anak tunagrahita memiliki hambatan termasuk hambatan akademis, tak terkecuali dengan mata pelajaran Matematika.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran pokok. Mata pelajaran yang wajib diberikan/disampikan di setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Begitu juga di pendidikan anak berkebutuhan khusus, yaitu di SDLB/SLB. Namun sampai sekarang pelajaran matematika sebagai momok sebagian besar


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

siswa. Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran Matematika yang dilakukan oleh peneliti di SDLB Negeri Kota Pekalongan pada kelas V (lima) tunagrahita ringan dari jumlah 8 (delapan) siswa yang mampu mengerjakan dengan sedikit bantuan hanya 2 siswa atau sekitar 25%, sedang yang 6 siswa memerlukan banyak bantuan atau bimbingan sebanyak 75%. Apabila digambarkan dengan angka dari 8 siswa yang mendapat nilai 6 keatas hanya 2 siswa atau 25% dan yang mendapat nilai kurang dari sebanyak 6 siswa atau 75% karena siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika sehingga prestasi pelajaran matematikanya menunjukkan hasil kurang optimal.

Sebagai contoh pada anak tunagrahita ringan, mereka IQnya di bawah rata-rata/tingkat kecerdasannya di bawah anak normal dan anak tunagrahita ringan perkembangan kognitifnya terbatas pada tahap operasional konkrit dan kesulitan berpikir abstrak. Seperti yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :

Menurut Moh. Amin (1995 : 11) menyebutkan :

Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya di bawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari, atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan bukan hanya dalam satu atau dua hal tetapi hampir segala hal, lebih-lebih dalam pelajaran seperti mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbul-simbul, menghitung, dan dalam semua pelajaran bersifat teoritis. Dan kurang/ terlambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Tjatju Sutjihati Somantri (1993: 159) mengemukakan bahwa “Tunagrahita

atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang

optimal”.

Definisi menurut American Association an Mental Deficiency (AAMD)

dengan menyebut retardasi mental adalah “Yang meliputi fungsi intelektua;

umum di bawah rata-rata (sub average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasar tes individual, muncul sebelum usia 16 tahun, dan menunjukkan hambatan pada


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Mengingat permasalahan pada anak tunagrahita ringan dalam bidang akademik sangat komplek, sehingga dalam memberikan materi pelajaran matematika khususnya pada bidang perkalian tidak bisa disamakan mengajar anak normal. Anak tunagrahita ringan tidak bisa diberikan metode atau cara-cara pembelajaran anak normal, sehingga perlu metode/cara-cara khusus agar anak tunagrahita ringan dapat dengan mudah memahami materi-materi pembelajaran matematika, mengingat tingkat kecerdasan anak tunagrahita ringan di bawah rata-rata. Untuk itu guru harus dapat menemukan metode/cara yang tepat salah satunya dengan kartu bilangan. Dengan demikian sebagai upaya peningkatan hasil belajar mata pelajaran matematika bidang perkalian pada anak tunagrahita ringan yang memerlukan gambaran yang konkrit. Gambaran yang konkrit tersebut dapat diwujudkan dengan kartu bilangan. Penggunaan media kartu bilangan dalam pembelajaran matematika dimaksudkan supaya : pembelajaran dikelas lebih hidup, dapat membangkitkan minat belajar siswa, memudahkan guru dalam menyampaikan materi, memudahkan siswa dalam menerima materi pembelajaran, siswa tidak mudah bosan dan unsur kesalahan dalam menghitung bagi anak tunagrahita sangat kecil.

Berangkat dari paparan tersebut, peneliti dalam penelitian tindakan kelas

mengangkat judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Bidang

Perkalian dengan Kartu Bilangan pada Siswa Kelas V (Lima) Tunagrahita Ringan

di SDLB Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2010 –2011”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

Apakah dengan penggunaan kartu bilangan dapat meningkatkan hasil belajar matematika bidang perkalian pada siswa kelas V (lima) tunagrahita ringan di SDLB Negeri Kota Pekalongan?


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan : untuk meningkatkan hasil belajar matematika bidang perkalian pada siswa kelas V (lima) tunagrahita ringan di SDLB Negeri Kota Pekalongan.

D. Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian ini diantaranya : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk memperbaiki dan mengembangkan kualitas pendidikan atau pembelajaran, khususnya yang bersangkutan dengan kartu bilangan untuk meningkatkan hasil belajar matematika bidang perkalian.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa

1) Untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi peserta didik.

2) Memudahkan anak tunagrahita ringan dalam menerima materi

perkalian, karena dengan kartu bilangan memudahkan anak tunagrahita ringan dalam mengerjakan perkalian.

3) Dapat memberikan rangsangan atau ketertarikan pada anak tunagrahita ringan dalam pelajaran matematika dengan adanya gambar-gambar yang menarik karena anak tunagrahita ringan memerlukan pemahaman secara konkrit.

b. Manfaat bagi guru

1) Mengetahui strategi pembelajaran matematika bidang perkalian

dengan kartu bilangan. Karena cara ini belum pernah dilaksanakan guru baik di sekolah umum dan sekolah luar biasa.

2) Memudahkan guru dalam menyampaikan materi perkalian kepada


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

c. Manfaat bagi sekolah

1) Dapat memberikan pengalaman pada guru yang lain untuk dapat mencari strategi pembelajaran atau agar dapat menemukan metode yang lain dalam pembelajaran matematika.

2) Dapat memberikan motivasi pada guru yang lain dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar yang kreatif, inovatif dan menarik.

3) Dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah khususnya pada mata pelajaran matematika.


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Anak Tunagrahita a. Pengertian Anak Tunagrahita

Istilah tunagrahita dahulu dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah bodoh, tolol, dungu, bebal, cacat mental, tunamental, terlambat mental, dan sejak dikeluarkan Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Luar Biasa Nomor 72 Tahun 1991 digunakan istilah Tunagrahita. Istilah tunagrahita berasal dari bahasa Sansekerta tuna yang artinya rugi, kurang; dan grahita artinya berpikir. Namun disini peneliti mengemukakan berbagai pendapat menurut para ahli tentang anak tunagrahita adalah sebagai berikut :

Definisi anak tunamental menurut Nurhadi (2009: 7) adalah :

“Keadaan gangguan maupun hambatan dalam perkembangan mental

sedemikian rupa sehingga seseorang tidak dapat mengambil manfaat

sebagaimana mestinya dari pendidikan dan pengalaman biasa”.

Sedangkan menurut Moh. Amin dengan Nurhadi (2009: 7) menyebutkan :

Anak tunagrahita ringan adalah mereka yang kecerdasannya di bawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari, atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan bukan hanya dalam satu atau dua hal tetapi hampir segala hal, lebih-lebih dalam pelajaran seperti : mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran bersifat teoritis. Dan kurang/terlambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Definisi menurut American Association an Mental Deficiency

(AAMD) dengan menyebutkan retardasi mental adalah :

“Yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (sub average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes individual, muncul sebelum usia 16 tahun, dan menunjukkan hambatan pada perilaku adaptif” (Nurhadi, 2009:8).

Anak tunagrahita sebagai salah satu jenis penyandang cacat, dampak dari kecacatannya dapat berpengaruh dalam kehidupan termasuk dalam pendidikan. Dalam proses belajar mengajar misalnya, tidak sedikit anak tunagrahita yang mengalami hambatan dalam beradaptasi, baik secara akademis, sosial maupun psikologis (Murniati Sulastri dalam Siti Mahmudah JRR, Tahun 13, No. 1 Juni 2003).

“Prevalensi tunagrahita adalah 20 per 1000, ini berarti 2% dari

populasi adalah tunagrahita (Ingals dalam Siti Mahmudah JRR, Tahun 13, No. 1 Juni 2003). Sedang angka kejadian retardasi mental berat sekitar 3% dari

seluruh populasi, dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70” (Soetjiningsih

dalam Siti Mahmudah JRR, Tahun 13, No. 1 Juni 2003).

Menurut (Ingals dalam Siti Mahmudah JRR, Tahun 13, No. 1 Juni 2003) :

Sebanyak 86,7% anak tunagrahita adalah tunagrahita ringan, 10% tunagrahita sedang dan 3,3% tunagrahita berat. Dari sejumlah tunagrahita belum seluruhnya dapat ditampung oleh pendidikan formal. Di Surabaya jumlah penyandang cacat usia sekolah yang sedang memperoleh layanan pendidikan formal sebanyak 1.586 anak dan hanya 328 anak yang tunagrahita, selebihnya 474 anak tunanetra, 256 anak tuna runguwicara, 528 anak tuna daksa (cacat fisik) (Dinas Sosial Kota Surabaya, 1999/2000).

Pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita adalah rendahnya intelegensi (IQ) seseorang dibandingkan dengan rata-rata anak pada umumnya. Anak tunagrahita memiliki hambatan-hambatan tertentu, maka mereka membutuhkan pendidikan dan bimbingan khusus serta layanan khusus agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

b. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Pengklasifikasian anak tunagrahita perlu dilakukan untuk


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Perlu diperhatikan bahwa perbedaan individu pada anak tunagrahita sangat bervariasi, demikian juga dalam pengklasifikasi terdapat cara yang sangat bervariasi tergantung dasar pandang dalam pengelompokkannya. Contoh cara pandang pengklasifikasian anak tunagrahita sebagai berikut :

1) Sistem klasifikasi yang berpandangan pendidikan, yang memandang

variasi anak tunagrahita dalam kemampuannya mengikuti pendidikan.

Kalangan American Education (Moh. Amin, dalam Mumpuniarti,

2007:15) mengelompokkan menjadi “Educable mentally retarded,

Trainable mentally retarded dan Totally / costudial dependent” yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : mampu didik, mampu latih, dan perlu rawat. Pengelompokkan tersebut sebagai berikut :

a) Mampu didik, anak ini setingkat Mild, Borderline, Marginally dependent, Moron dan debil. IQ mereka berkisar 50/55 -70/75.

b) Mampu latih, setingkat dengan Morderate, semi dependent, imbesil, dan memiliki tingkat kecerdasan IQ berkisar 20/25 – 50/55.

c) Pelru rawat, mereka termasuk Totally dependent or profoundly mentally retarded, severe, idiot, dan tingkat kecerdasannya 0/5 – 20/25.

2) Sistem klasifikasi yang berpandangan sosiologis yang memandang variasi

keterlambatan mental dalam kemampuannya mandiri di masyarakat, atau peran yang dapat dilakukan masyarakat.

Menurut AAMD (Amin, dalam Mumpuniarti, 2007:15) klasifikasi itu sebagai berikut :

a) Tunagrahita ringan; tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 50-70, dalam penyesuaian sosial maupun bergaul, mampu menyesuakan diri pada lingkungan sosial yang lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan setingkat semi terampil.

b) Tunagrahita sedang; tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar antara 30-50; mampu melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (Self-helf); mampu mengadakan adaptasi sosial di lingkungan terdekat; dan mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu pengawasan atau bekerja di tempat kerja terlindung (sheltered work-shop).

c) Tunagrahita berat dan sangat berat; mereka sepanjang

kehidupannya selalu tergantung bantuan dan perawatan orang lain. Ada yang masih mampu dilatih mengurus sendiri dan berkomunikasi secara sederhana dalam batas tertentu, mereka memiliki tingkat kecerdasan (IQ) kurang dari 30.


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

3) Sistem klasifikasi menurut kecerdasan (IQ), dikemukakan oleh Grosman (Hallahan & Kauffman, dalam Mumpuniarti, 2007:16-17) sebagai berikut :

Tabel 1

(Klasifikasi IQ menurut Grosman)

TERM IQ RANGE FOR

LEVEL Mild Mental Retardation

Moderate Mental Retardation Severe Mental Retardation Profound Mental Retardation

55-70 Aprox, 70 35-40 to 50-55 20-25 to 35-40 Bellow 20 or 25

Klasifikasi penyandang tunagrahita dari berbagai pandangan tersebut jika dipadukan akan membentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 2

(Klasifikasi Tunagrahita dari berbagai pandangan) Kemampuan

dalam pendidikan

Sosiologis Tingkat

Kecacatan

Tingkat Kecerdasan (IQ)

Mampu didik Ringan, mild,

marginally, dependent,

moron

Debil 55-70 to Aproc 70

Mampu latih Sedang,

moderate, semi dependent

Imbesil 35-40 to 50-55

Perlu rawat Berat, severe,

totally dependent,

profound

Idiot 20-25 to 35-40

bellow 20 or 25

Dari pendapat beberapa ahli tersebut di atas peneliti dapat simpulkan : beberapa sistem pengklasifikasian tunagrahita tersebut di muka memberi manfaat secara masing-masing.

Sistem klasifikasi atas dasar pendidikan berguna untuk predisi program pendidikan, sistem klasifikasi atas dasar kemampuan kemandirian

di masyarakat berfungsi sebagai dasar mengarahkan bentuk


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

menentukan kondisi kemampuan mental yang dapat dicapai oleh penyandang tunagrahita.

c. Karakteristik Anak Tunagrahita

Karakteristik anak tunagrahita menurut Nurhadi (2009:10) adalah sebagai berikut :

1) Anak tunagrahita :

(a) Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil atau besar.

(b) Tidak bisa mengurus diri sendiri sesuai usia. (c) Perkembangan bicara/bahasa lambat.

(d) Koordinasi gerak kurang (gerakan tidak terkendali).

(e) Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong)

(f) Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)

2) Anak lamban belajar

(a) Rata-rata prestasi belajarnya selalu rendah (kurang dari 6,0) (b) Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat

dibanding teman-teman seusianya. (c) Daya tangkap terhadap pelajaran rendah. (d) Pernah tidak naik kelas.

Beberapa hal karakteristik yang nampak tentang jenis tunagrahita, menurut Munzayanah (2000:23) adalah sebagai berikut :

1) Anak Idiot

a) Mereka tidak dapat diajak bercakap-cakap, karena kemampuan berfikir rendah.

b) Tidak mampu mengerjakan atau mengurus diri sendiri

c) Hidupnya seperti bayi yang selalu membutuhkan perawatan dan pertolongan.

d) Kadang-kadang tingkah lakunya dikuasai oleh gerakan-gerakan yang berlangsung dari luar kesadarannya, jadi bersifat otomatis.

e) Jarang mencapai umur panjang, karena adanya proses

kemunduran organ-organ di dalam tubuhnya.

2) Anak Embisil

a) Dapat mengucapkan kata-kata yang sederhana

b) Dapat dilatih untuk merawat dirinya sendiri. c) Dapat dilatih untuk aktifitas hidup sehari-hari.

d) Masih membutuhkan pengawasan orang lain


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

3) Anak mongolism atau mongoloid

Ciri-ciri anak ini adalah seperti tipe orang mongol. Ciri-ciri yang nampak adalah :

a) Mata letaknya miring dan biasanya jarak antara mata lebih jauh bila dibandingkan dengan mata anak normal, seperti mata sipit. b) Muka datar, bundar dan lebar

c) Bibir tebal dan lebar

d) Lidah panjang dan lebar sampai biasanya menjulur keluar. e) Hidung pesek, pangkal hidung melebar.

f) Tengkorak dan muka sampai ke daerah belakang kepala pendek.

g) Leher belakang pendek.

h) Tangan, jari kelima pendek dan membengkak, jari pertama

tertanam lebih rendah, dan ada juga garis lurus di telapak tangan di bawah jari kedua sampai jari kelima.

i) Kaki, antara jari kaki pertama dan kedua ada jarak yang lebar, dan ada garis pendek melurs ke bawah. Telapak kaki datar, tidak lengkungan.

j) Jari-jari pendek, dan telapak tangan halus/lembut.

Karakteristik anak tunagrahita menurut Salim Choiri dan Munawir Yusuf (2008:36) ciri-ciri fisik dan penampilan anak tunagrahita adalah :

a. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar b. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia.

c. Perkembangan bicara/bahasa terlambat

d. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan

(pandangan kosong)

e. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali) f. Sering keluar ludah (cairan) dan mulut.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas penulis dapat simpulkan sebagai berikut bahwa anak tunagrahita mempunyai karakteristik dan kemampuan yang sangat terbatas, diantaranya : keterlambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, ketidakmampuan dalam perilaku adaptif, terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun. Sehingga mereka membutuhkan pendidikan khusus serta pelayanan khusus agar mereka dapat hidup mandiri, menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan tidak banyak bergantung pada orang lain.


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2. Pengertian Matematika

Mata pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan berfikir secara logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasif dan kompetitif.

Menurut Johnson dan Rising yang dikutip oleh Tombokan Runtukahu dalam Nurhadi (2009 : 20-21) memberikan pengertian sebagai berikut :

a) Matematika adalah pengetahuan terstruktur dimana sifat dan teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan dan berdasarkan sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.

b) Matematika adalah bahasa simbul tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinikasi secara cermat, jelas dan akurat.

c) Matematika adalah seni dimana keindahannya terdapat dalam

kelembutan dan keharmonisan.

Menurut Zamzali dalam Parwoto (2007: 175) matematika adalah “Ilmu

yang mempelajari konsep bilangan dan ruang”.

Menurut Supartinah Takasi dalam Ponijan (2000:15) “Matematika adalah

dapat diartikan bekerja dengan bilangan dengan kata lain kalau matematika kita meletakkan hubungan atau relasi antara dua buah bilangan”.

Menurut Doli S. Naga dalam Ponijan (2000:16) “Merumuskan berhitung

sebagai cabang matematika yang berkenaan sifat dan hubungan nyata dan dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian

dan pembagian”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1976:356) “Matematika diartikan sebagai mengerjakan hitungan seperti penjumlahan, pengurangan,

perkalian dan pembagian”.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan serta


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

melaksanakan hubungan antara bilangan yang satu dengan bilangan yang lain terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

3. Belajar Matematika a. Pengertian Belajar

Pelajaran matematika pada umumnya tidak disenangi para siswa, karena merasa sulit untuk dipahami, sehingga siswa malas-malasan untuk belajar baik di sekolah maupun di rumah yang mengakibatkan hasil belajar yang dicapai tidak memuaskan.

Menurut Poerwodarminto (1990:22) “Belajar adalah berusaha supaya peroleh kepandaian (ilmu dan sebagainya) dengan menghafal (melatih siri dan

sebagainya)”.

Sedangkan WS. Winkel (1996:53) Belajar adalah “Suatu aktifitas

mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dalam nilai sikap, perubahan ini bersifat relatif konstan dan

berbekas”. “Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil utama, dapat juga berupa hasil sebagai efek sampingan. Proses belajar

dapat berlangsung dengan penuh kesadaran, dapat juga tidak demikian”.

Sumadi Suryabrata (1993: 56) mengidentifikasi ciri-ciri kegiatan yang disebut “belajar” yaitu :

1) Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada individu yang belajar (dalam arti behavioral changes), baik aktual maupun potensial.

2) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kemampuan baru,

yang berlaku dalam waktu relatif lama. 3) Perubahan itu terjadi karena usaha.

Sedangkan keberhasilan belajar seseorang itu tergantung pada berbagai faktor belajar dan lingkungan sekitar yang mempengaruhinya. Muhibbin Syah (2003: 132) menyatakan :


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Secara global, faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam :

1) Faktor internal (faktor dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa belajar adalah untuk memperoleh perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas menjadi cerdas, dan dari sikap belum baik menjadi baik dan sebagainya. Sehingga dengan belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum

Prestasi belajar siswa satu dengan lainnya berbeda-beda, ada yang baik, ada yang sedang, ada yang kurang. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang turut mempengaruhi prestasi belajar, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991 : 130-131) adalah :

1) Faktor Internal

a) Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran dan sebagainya.

b) Faktor psikologis, misalnya kecerdasan, bakat dan sebagainya. 2) Faktor Eksternal, ini meliputi :

a) Faktor sosial

b) Faktor budaya

c) Faktor lingkungan fisik

d) Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan

Menurut Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 130-131) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

1) Faktor Internal

a) Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh, yang termasuk faktor jasmaniah misalnya

penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya

b) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun

diperoleh, yang terdiri atas : (1) Faktor intrinsif yang meliputi :

(a) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat

(b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki (2) Faktor non intrinsif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap kebiasaan, minat, kebutuhan dan motivasi, emosi dan penyesuaian diri

2) Faktor Eksternal

a) Faktor sosial, yang terdiri atas :

(1) Lingkungan keluarga

(2) Lingkungan sekolah

(3) Lingkungan masyarakat

(4) Lingkungan kelompok

b) Faktor budaya, seperti adat istiadat, kesenian, ilmu

pengetahuan dan teknologi

c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim

d) Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan

Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1993: 249) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah :

1) Faktor Non Sosial dalam belajar 2) Faktor Sosial dalam belajar 3) Faktor Fisiologis dalam belajar 4) Faktor Psikologis dalam belajar

Dari keempat faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Faktor-faktor non sosial dalam belajar

Yang termasuk faktor non sosial dalam belajar adalah : keadaan udara, suhu, udara, cuaca, waktu (pagi, siang maupun malam), tempat, alat-alat yang digunakan untuk belajar. Semua faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan proses belajar-mengajar yang maksimal.


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

2) Faktor-faktor sosial dalam belajar

Yang dimaksud faktor sosial di sini adalah faktor manusia, baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu tidak secara langsung, misalnya kehadiran orang lain pada waktu seseorang sedang belajar maka hal itu akan mengganggu proses belajar anak. Selain kehadiran langsung seperti yang telah dikemukakan di atas, mungkin juga orang lain itu hadir secara tidak langsung misalnya, potret dapat merupakan representasi dari seseorang suara nyanyian dari radio atau tape rekorder juga dapat merupakan representasi dari kehadiran seseorang. Faktor-faktor sosial tersebut pada umumnya dapat mengganggu proses belajar dan hasil belajar.

3) Faktor-faktor fisiologi dalam belajar

Faktor-faktor fisiologi ini masih dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.

a) Keadaan jasmani pada umumnya

Keadaan jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar belakangi aktifitas belajar, dalam hubungannya dengan hal ini ada dua macam hal yang perlu dikemukakan yaitu :

(1) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan menurunnya kondisi jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, mudah lelah, dan lain sebagainya.

(2) Beberapa penyakit yang kronis dapat mengganggu proses belajar. Misalnya penyakit influenza, sakit gigi, batuk dan lain sebagainya yang sering diabaikan tetapi dalam kenyataannya penyakit semacam ini dapat mengganggu aktifitasnya belajar.

b) Keadaan fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca indra. Panca indra dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh kedalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan menggunakan panca indranya. Berfungsi dengan baik panca indra merupakan syarat untuk dapat belajar dengan baik.


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

4) Faktor-faktor psikologis dalam belajar

Yang termasuk faktor psikologis dalam belajar antara lain yaitu : perhatian, pengamatan, impian dan perasaan. Selain itu pendorong yang biasanya besar pengaruhnya dalam belajar anak-anak adalah cita-cita. Cita-cita merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, artinya kebutuhan disentralisasikan disekitar cita-cita, sehingga dorongan tersebut mampu memobilisasi gerakan psikis untuk belajar.

Menurut Bimo Walgito (1986: 124) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :

1) Faktor anak atau individu yang belajar 2) Faktor lingkungan anak

3) Faktor bahan atau materi yang dipelajari

Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Faktor anak atau individu yang belajar

Faktor anak ini sangat penting dalam aktifitas belajar, sebab anak itu belajar atau tidak tergantung dari anak yang bersangkutan faktor anak atau individu ini terdiri dari faktor fisik dan psikis, dimana antara kedua faktor ini saling berhubungan dan tidak dapat dipisah-pisahkan.

a) Faktor Fisik

Faktor fisik ini sangat erat hubungannya dengan kesehatan jasmani. Bila fisik sedang lelah atau sakit, maka akan dapat mengganggu proses kegiatan anak yang bersangkutan.

b) Faktor Psikis

Faktor psikis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut :

(1) Perhatian

Bila belajar tidak disertai dengan perhatian yang baik, dimungkinkan dalam belajarnya anak akan kurang berhasil untuk mencapai hasil yang baik.


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

(2) Minat

Apabila dalam kegiatan belajar minat anak rendah, hal ini akan mempengaruhi konsentrasi terdapat masalah yang dipelajari. Keadaan ini secara langsung atau tidak langsung dapat berpengaruh pada hasil belajar yang akan dicapai.

(3) Dorongan ingin tahu

Semakin besar dorongan ingin tahu seseorang semakin esar pula minat dan perhatiannya dalam belajar. Dengan minat dan perhatian yang besar dalam belajar, kemungkinan besar anak akan mampu mencapai hasil belajar yang tinggi.

(4) Disiplin diri

Anak yang memiliki disipilin tinggi dalam kegiatan belajar akan membantu dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

(5) Intelegensi

Faktor intelegensi ini sangat dominan dalam mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Semakin tinggi intelegensi anak, dimungkinkan semakin tinggi pada tingkat prestasi belajarnya. 2) Faktor lingkungan anak

Lingkungan sekitar anak sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan belajar. Faktor lingkungan ini dapat berupa lingkungan alam, keluarga dan masyarakat. Lingkungan alam yang kurang menguntungkn akan mempengaruhi pengaruh yang negatif terhadap kegiatan belajar anak. Begitu juga dengan lingkungan keluarga, besar sekali pengaruh pada keberhasilan belajar anak. Keluarga yang broken home misalnya, keadaan keluarga ini akan dapat menimbulkan pengaruh yang negatif pada aktivitas belajar anak. Di samping itu pengaruh lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar anak. Lingkungan masyarakat yang kurang baik akan dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak.

3) Faktor bahan atau materi yang dipelajari

Bahan atau materi yang dipelajari siswa atau peserta didik dalam belajar, sangat berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar. Anak yang


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

mempelajari mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki akan mengakibatkan anak mengalami kesulitan belajar, sehingga hasil belajar yang dicapai rendah.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, faktor yang lebih kuat adalah faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, karena keberhasilan siswa dapat dipengaruhi oleh kecerdasan atau bakat yang telah dimiliki siswa. Keberhasilan siswa akan tercapai bila kecerdasan yang dimiliki siswa didukung dengan adanya lingkungan yang baik dan strategi belajar yang tepat.

4. Tinjauan Tentang Kartu Bilangan a. Pengertian Tentang Kartu Bilangan

Menurut Nur Ashari (2005:4) “Kartu bilangan adalah kartu yang

berisikan lambang bilangan”.

Menurut John D. Patuheru M.P dalam Ponijan (2000:23-25)

mengemukakan bahwa :”Permainan kartu bilangan adalah suatu bentuk

kegiatan dimana peserta yang terlibat di dalamnya atau pemain-pemainnya bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan untuk mencapai

suatu tujuan”.

Menurut Poerwodarminto dalam Ponijan (2000: 23-25) “Media

permainan kartu bilangan adalah perbuatan yang dilahirkan dengan tidak sungguh-sungguh, biasa saja, pada umumnya untuk menyenangkan hati, yang

dilakukan dengan alat atau tanpa alat”.

Kartu bilangan yang dimaksudkan peneliti adalah sebuah kartu terbuat dari kertas tebal berbentuk pesegi panjang, yang tertuliskan bilangan diwujudkan gambar yang menarik seperti gambar : binatang, buah – buahan, alat trasportasi, dan lain sebagainya. Kartu bilangan terebut sebagai alat bantu untuk menghitung operasi perkalian anak tunagrahita ringan karena anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan berpikir abstrak, sehingga dengan kartu bilangan akan memudahkan anak tunagrahita ringan untuk mengerjakan perkalian. Yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Contoh kartu bilangan yang dimaksud adalah :

Contoh :

Penggunaan dalam perkalian

3 x 5 = ……

1 x 5 = 5 2 x 5 = 10 3 x 5 = 15

Jadi = 3 x 5 = 15

Keterangan penggunaanya :

1. Mengambil kartu bilangan 5

2. Menuli / meletakkan perkalian 1 x 5 = ……

2 x 5 = …. 3 x 5 = …

Di bawah kartu bilangan 3. Dihitung secara bertahap

4. Pada hitungan tahap terakhir menunjukkan hasil perkalian tersebut

b. Kelebihan Media Kartu Bilangan Bagi Anak Tunagrahita

Menurut John D. Putuheru M.P dalam Ponijan (2000: 23) mengemukakan bahwa keuntungan media kartu bilangan sebagai berikut :

1) Melalui Media Kartu Bilangan anak didik dapat dengan segera melihat atau mengetahui hasil dari pekerjaan mereka

2) Media Kartu Bilangan memungkinkan peserta didik untuk


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

3) Biaya untuk latihan-latihan dapat dikurangi dengan adanya Media Kartu Bilangan

4) Media Kartu Bilangan memberikan pengalaman-pengalaman nyata

dapat diulangi sebanyak yang dikehendaki.

5) Media Kartu Bilangan dapat digunakan hampir di semua bidang pelajaran.

c. Kelemahan Media Kartu Bilangan Bagi Anak Tunagrahita

Menurut John D. Putuheru M.P dalam Ponijan (2000: 23) mengemukakan bahwa kelemahan media kartu bilangan sebagai berikut :

1) Ketepatgunaan (efektifitas) belajar dengan melalui Media Kartu Bilangan tergantung dari materi yang dipilih secara khusus serta bagaimana memanfaatkannya.

2) Poenggunaan bahan untuk Media Kartu Bilangan biasanya

memerlukan suatu pengaturan kelompok secara khusus bila ada siswa yang sudah melakukan biasanya mengganggu/menghambat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan.

3) Bahan Media Kartu Bilangan mungkin sekedar membutuhkan

biaya yang cukup besar serta membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

4) Membutuhkan adanya diskusi-diskusi sesudah pelajaran Media Kartu Bilangan ini dilaksanakan demi keberhasilan pembelajaran tersebut.

5) Waktu dalam hal ini merupakan suatu rintangan yang sangat berarti belajar secara induktif memang membutuhkan waktu jika dibanding dengan mengajar secara langsung.

B. Kerangka Berpikir

Adapun kerangka berpikir yang ditunjukkan untuk mengarahkan jalannya penelitian tindakan kelas ini agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka berpikir di atas dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar peneliti mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian.


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Adapun skema itu adalah sebagai berikut :

Gambar 1 : Bagan Kerangka Berpikir

Di dalam penerapan pembelajaran perkalian dengan alat bantu kartu bilangan akan memudahkan guru dalam menyampaikan materi perkalian terhadap anak tunagrahita ringan dan memudahkan anak tunagrahita ringan untuk memahami perkalian.

1. Siswa mengalami kesulitan

mengerjakan perkalian

2. Metode pembelajaran yang biasa

diterapkan guru adalah metode pembelajaran umum untuk anak normal

3. Guru belum menemukan metode/alat

bantu pembelajaran

1. Guru menggunakan metode/alat bantu

pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami siswa

2. Guru menerapkan metode/alat bantu

pembelajaran perkalian dengan kartu bilangan

Hasil belajar siswa mata pelajaran matematika bidang perkalian meningkat Kondisi Awal

Tindakan


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika bidang perkalian.

C. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis tindakan kelas sebagai berikut : “Dengan pembelajaran

matematika bidang perkalian menggunakan alat bantu kartu bilangan, ada peningkatan hasil belajar matematika bidang perkalian siswa kelas V (lima)


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

BAB III

METODE PENELITIAN

d. Seting Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Adapun pengertian penelitian tindakan kelas menurut para ahli sebagai berikut :

“Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di

dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat”.

(I.G.A.K. Wardani, 2004: 4).

Menurut John Eliot dalam Sarwiji Suwandi (2009: 9) mengemukakan : Penelitian tindakan adalah suatu kajian tentang situasi sosial dengan tujuan memperbaiki mutu tindakan dalam situasi sosial tersebut. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk memperoleh penilaian prkatis dalam situasi konkret. Oleh sebab itu, kesahihan teori atau hipotesis tidak terlalu tergantung pada tes kebenaran ilmiah, melainkan pada manfaatnya dalam membantu masyarakat agar mereka dapat berperilaku secara lebih cerdas dan terampil. Teori divalidasi melalui tindakan praktis.

Sementara itu, menurut Kemmis dan McTanggart dalam Sarwiji Suwandi (2009: 9-10) mengemukakan :

Penelitian tindakan adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri. Sebagai bentuk penelitian ini mengacu pada apa yang dilakukan guru untuk memperbaiki proses pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Penelitian ini dapat dilakukan guru secara perorangan untuk kepentingan perbaikan pengajarannya di kelas atau dilakukan oleh sekelompok atau seluruh guru untuk memperbaiki keadaan di sekolah.

Suharsimi Arikunto dalam Sarwiji Suwandi (2009: 10) menjelaskan : Frasa penelitian tindakan kelas dari unsur kata pembentuknya, yakni penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian mengacu pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara atau aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan mengacu pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian tindakan kelas tindakan itu berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. Kelas


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

mengacu pada pengertian yang tidak terikat pada ruang kelas, tetapi pada pengertian yang lebih spesifik. Istilah kelas mengacu pada sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. Kelas bukan wujud ruang, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dengan semikian, penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi di mana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak belajar. Pembelajaran dapat terjadi di laboratorium, di perpustakaan, di lapangan olahraga, di tempat kunjungan, atau tempat lain.

Dengan menggabungkan batasan pengertian ketiga kata tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa.

Dari pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternative pemecah masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur. Hal penting dalam PTK adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan guru (dan bersama pihak lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat keberhasilannya dalam pemecahan masalah tersebut. Jika ternyata program itu belum dapat memecahkan masalah yang ada, maka perlu dilakukan penelitian siklus berikutnya (siklus kedua) untuk mencoba tindakan lain (alternatif pemecahan yang lain sampai permasalahan dapat diatasi)

Berdasarkan uraian di atas jelaslah dalam kegiatan penelitian tindakan, guru merupakan faktor utama yang harus memainkan perannya secara baik. Guru dituntut memiliki kepekaan terhadap setiap permasalahan dalam proses belajar mengajar. Tanpa kepekaan itu guru sulit menemukan permasalahan yang layak untuk diteliti atau diperbaiki. Dan jika itu terjadi, maka sulit bagi guru untuk memperbaiki kinerjanya, terlebih memperbaiki system yang ada.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDLB Negeri Kota Pekalongan yang terletak di Kelurahan Bendan, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di SDLB Negeri Kota Pekalongan, yaitu :

a. SDLB Negeri Kota Pekalongan merupakan tempat bekerja peneliti, sehingga akan memudahkan peniliti untuk melaksanakan penelitian. b. Pembelajaran perkalian menggunakan kartu bilangan belum pernah

diteliti di SDLB Negeri Kota Pekalongan.

c. Peniliti ingin mengetahui apakah melalui kartu bilangan dapat meningkatkan hasil belajar matematika bidang perkalian.

2. Waktu Penelitian

Penetapan waktu penelitian memudahkan di dalam menentukan langkah-langkah penelitian. Waktu penelitian ini adalah pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 dimulai pada bulan Februari 2011 sampai Mei 2011, yang diawali dengan kegiatan observasi sebagai penjajagan untuk memperoleh informasi dan gambaran terhadap permasalahan di kelas yang akan diteliti sebagai data awal dan dilanjutkan dengan membawa hasil observasi serta merancang dan penetapkan tindakan kelas. Adapun pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal yang ada.

Proses penelitian pada siklus pertama (I) mulai tanggal 18 April 2011 Sampai tanggal 09 Mei 2011, sedangkan siklus ke dua (II) mulai tanggal 12 Mei 2011 sampai tanggal 23 Mei 2011.

e. Subyek Penelitian

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas V (lima) Tunagrahita ringan SDLB Negeri Kota Pekalongan, Tahun Pelajaran 2010/2011 Semester II. Adapun jumlah siswa yang diteliti 8 siswa, terdiri 3 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

f. Data dan Sumber Data

Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji akan diperoleh sebagai data kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari beragam sumber data dan jenis data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi :

a. Informan atau nara sumber terdiri dari siswa, guru lain, kepala sekolah, wali murid kelas V.

b. Arsip nilai hasil belajar perkalian sebelum penelitian ini

c. Hasil pengamatan pelaksanaan pengajaran pada saat tindakan kelas dilaksanakan

d. Hasil kerja siswa / evaluasi pada akhir pelaksanaan tindakan kelas. g. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian diperlukan teknik tertentu yang mendukung keberhasilan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, dokumen, tes yang masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, seperti keaktifan bertanya, menanggapi stimulus baik yang datang dari guru maupun teman lain, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas dan sebagainya.

Menurut Nana Sujana (2008:85) bahwa observasi dibagi menjadi 3 jenis antara lain :

a. Observasi langsung

b. Observasi tidak langsung c. Observasi partisipasi

Adapun penjelasannya sebagai berikut :

a. Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

b. Observasi tidak langsung adalah pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan alat

c. Observasi partisipasi adalah pengamatan harus melibatkan diri dalam kegiatan individu atau kelompok.

Berdasarkan uraian tersebut di atas peniliti dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan observasi langsung untuk mengamati kemampuan siswa dalam bidang membilang dan menghitung.

2. Dokumen

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen adalah melihat catatan / rekaman peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang digunakan disini berisi data-data, berupa daftar nilai hasil ulangan matematika. Dokumen ini digunakan untuk mengetahui prestasi siswa mata pelajaran matematika.

Kajian dokumen juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada seperti kurikulum rencana pelaksanaan pembelajaran, buku materi pelajaran dan lain sebagainya.

3. Tes

Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes diberikan pada awal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa dalam mengikuti pelajaran matematika dan tes setelah pemberian tindakan untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan matematika siswa sesuai siklus yang ada. Dalam penelitian ini menggunakan tes pre test dan post test. Pre test untuk mengukur kemampuan anak sebelum diberikan tindakan dan post test untuk mengukur kemampuan anak setelah diberikan tindakan.

h. Teknik Validitas Data

Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah menggunakan trianggulasi.

Teknik trianggulasi data diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih tepat sesuai dengan keadaan siswa. Adapun trianggulasi metode adalah


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

mengumpulkan data dengan metode pengumpulan data yang berbeda mengarah pada sumber data yang sama.

i. Teknik Analisa Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisa data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistic deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistic deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antar siklus. Misal : membandingkan rerata nilai kemampuan siswa pada kondisi sebelum tindakan, setelah siklus I dan setelah siklus II. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normative yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisa tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada.

j. Indikator Kinerja / Keberhasilan

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan penelitian tentang upaya meningkatkan hasil belajar matematika bidang perkalian menggunakan kartu bilangan pada siswa kelas V (lima) Tunagrahita ringan di SDLB Negeri Kota Pekalongan.

Untuk mengetahui keberhasilan apabila siswa setelah diadakan pembelajaran perkalian menggunakan kartu bilangan hasil belajarnya meningkat dari sebelumnya baik nilai individu siswa maupun rata-rata kelas yang memperoleh skor minimal 6,5 lebih dari 80% dari jumlah anak dalam satu kelas dan nilai rata-rata kelas meningkat minimal 6,0 dari sebelumnya 5.

k. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) dengan bagan seperti di bawah ini, secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim yaitu :

1. Perencanaan


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

3. Pengamatan

4. Refleks

PENETAPAN FOKUS MASALAH

SIKLUS I

SIKLUS II

Apakah indikator SUDAH tercapai ?

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus. Oleh karena itu, rancangan tindakan pada masing-masing siklus, seperti di bawah ini :

1. Siklus I a. Perencanaan

Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut :

1) Merumuskan pokok bahasan yang disampaikan pada kegiatan pembelajaran

Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2) Menyusun rencana pembelajaran (RPP) yang akan diberikan dengan tema: diri sendiri

3) Menyusun rencana pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan

4) Memilih metode dan alat peraga yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik.

5) Menyusun soal pre tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

6) Menyusul soal post tes untuk mengetahui hasil pembelajaran putaran I (Siklus I)

b. Pelaksaaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kelas V (lima) tunagrahita ringan menggunakan pembelajaan tematik, adapun langkah-langkah yang akan ditempuh sebagai berikut :

1) Kegiatan Awal (Pendahuluan)

a) Mengkondisikan siswa agar siap belajar b) Berdo’a bersama sebelum pelajaran dimulai c) Mengabsen kehadiran siswa

d) Guru memberikan pre tes pada siswa untuk mengetahui kemampuan awal sebelum ada tindakan

2) Kegiatan Inti

c. Guru menjelaskan tentang kartu bilangan

d. Guru menjelaskan cara mengerjakan perkalian menggunakan kartu bilangan

e. Guru bersama-sama siswa mencoba mengerjakan perkalian

menggunakan kartu bilangan

f. Siswa satu persatu disuruh maju mengerjakan perkalian menggunakan

kartu bilangan, guru membimbing

g. Siswa mencatat di buku cara mengerjakan perkalian menggunakan kartu bilangan yang dijelaskan oleh guru.


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

a) Siswa mengerjakan post tes sebagai evaluasi kegiatan pembelajaran putaran I (Siklus I), untuk mengetahui taraf serap materi pembelajaran Matematika bidang perkalian menggunakan kartu bilangan yang dikuasai oleh siswa pada putaran ke I (Siklus I)

b) Guru memberikan tugas rumah (PR) 4) Tindak Lanjut

Guru memberikan program perbaikan bagi siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 6,5 dan guru memberikan program pengayaan bagi siswa yang mendapat nilai 6,5 ke atas.

c. Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan kepada siswa pada waktu mengerjakan tugas di sekolah dengan menggunakan lembar pengamatan, tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh anak tersebut dapat mengerjakan tugas tanpa bantuan dan bimbingan orang lain.

d. Refleksi

Dari hasil pengamatan guru, yang diperoleh ada waktu anak mngerjakan tugas di sekolah. Sebagai dasar acuan bagi guru untuk mengetahui kekurangan, kelemahan, serta hambatan (kendala) yang dihadapi siswa. Untuk perbaikan pada siklus ke II.

2. Siklus II

Siklus kedua tersebut dilaksanakan untuk menangani anak yang belum sesuai dengan standard belajar minimal.

a. Perencanaan

1) Merumuskan masalah yang muncul pada pembelajaran siklus I

2) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran dengan indikator “Perkalian

menggunakan kartu bilangan” pada mata pelajaran matematika kelas V

(Lima) SDLB.


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

pelajaran yang akan disampaikan.

4) Menyusun lembar observasi yang akan dipergunakan untuk menilai siswa

dalam proses kegiatan.

5) Menyusun soal post tes untuk mengetahui kemampuan akhir pada

pembelajaran putaran II (Siklus II)

b. Pelaksanaan

1) Kegiatan Awal

a) Mengkondisikan siswa agar siap belajar dengan mengatur posisi tempat duduk.

b) Berdo’a bersama sebelum pelajaran dimulai c) Mengabsen kehadiran siswa

d) Siswa disuruh membilang 1 sampai dengan 80, setiap anak membilang sepuluh bilangan secara berurutan

2) Kegiatan Inti

a) Guru menjelaskan tentang kartu bilangan

b) Guru menjelaskan cara mengerjakan perkalian menggunakan kartu bilangan

c) Siswa disuruh maju satu persatu mencoba mengerjakan perkalian menggunakan kartu bilangan dengan bimbingan guru

d) Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa tentang perkalian

menggunakan kartu bilangan

e) Siswa mencatat penjelasan dari guru tentang perkalian menggunakan kartu bilangan.

3) Kegiatan Akhir

a) Siswa mengerjakan soal post test pada putaran II (Siklus II), untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan pembelajaran perkalian menggunakan kartu bilangan pada akhir siklus II yang telah dicapai oleh siswa.

b) Guru memberikan tugas/Pekerjaan Rumah.


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Guru memberikan program perbaikan bagi siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 6,5 dan guru memberikan program pengayaan bagi siswa yang mendapat nilai 6,5 ke atas.

c. Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan kepada siswa pada waktu mengerjakan tugas dalam proses kegiatan belajar mengajar, untuk mengetahui seberapa jauh siswa dapat menyerap materi tentang perkalian menggunakan kartu bilangan.

d. Refleksi

Melalui hasil yang diperoleh dari kegiatan pegamatan, pre test dan post test dapat diketahui indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas jika peserta didik mampu memperoleh nilai minimal 6,5 atau lebih, jika dibandingkan dengan nilai sebelumnya yang hanya memiliki nilai rata kelas 50, artinya nilai yang dicapai oleh peserta didik sudah sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil. Jadi peserta didik mampu memahami dan menguasai materi tentang perkalian menggunakan kartu bilangan pada Bidang Studi Matematika Kelas V (Lima) SDLB Negeri Kota Pekalongan.


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Pelaksanaan Penelitian 3. Deskripsi Kondisi Awal

Sebagaimana uraian pada latar belakang diatas bahwa kondisi awal siswa SDLB Negeri Kota Pekalongan Kelas V Tunagrahita Ringan nilai rata-rata mata pelajaran Matematika masih rendah.

Hasil belajar yang masih rendah dapat dilihat dari hasil pre test sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan. Hasil pre test diperoleh nilai tertinggi 7,0 (tujuh koma nol), nilai terendah 4,0 (empat koma nol), dan diperoleh nilai rata-rata 5,0 (lima koma nol).

Tabel 3. Nilai Kondisi Awal (Pre Test)

No Inisial Siswa Nilai Keterangan

1 FH 7,0 Tuntas

2 FN 4,0 Belum Tuntas

3 GA 7,0 Tuntas

4 ID 4,0 Belum Tuntas

5 MB 5,0 Belum Tuntas

6 MJ 5,0 Belum Tuntas

7 RS 4,0 Belum Tuntas

8 RZ 4,0 Belum Tuntas

Jumlah 40

Rata-rata 5,0

Keterangan : Standar KKM-nya adalah 6,5

Perolehan hasil belajar yang masih dibawah KKM menggambarkan belum maksimalnya cara penyampaian materi yang cenderung monoton dan kurang kreatif, hal ini disebabkan guru kurang bisa memanfaatkan metode/teknik belajar mata palajaran matematika, disamping itu metode ceramah masih menjadi hal yang dominan, sehingga perlu adanya cara baru melalui metode/teknik yang lebih menarik bagi siswa. Dengan menggunakan kartu bilangan diharapkan mendorong


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

siswa agar tertarik, senang dan akhirnya siswa dengan mudah menerima materi pelajaran matematika terutama dalam hal perkalian.

4. Deskripsi Siklus I 5. Tahap Perencanaan (Planning)

Pelaksaan tindakan kelas pada siklus I pelaksanaannya sesuai jadwal yang telah ditentukan, yaitu pada hari Selasa, 3 Mei 2011.

Planning (perencanaan tindakan) meliputi tiga kehidupan yaitu : pendahuluan, inti, dan penutup.

6. Pendahuluan

Guru menyampaikan contoh perkalian dalam kehidupan sehari-hari. Contoh pada aturan minum obat 3 x 1 tablet dan 2 x 1 tablet.

7. Inti

Inti pembelajaran dalam mata pelajaran matematika bidang perkalian menggunakan kartu bilangan.

8. Penutup

Pada akhir siklus I dilaksanakan evaluasi sebagai post test siklus I untuk mengetahui seberapa hasil tindakan yang telah dilakukan.

9. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksaan tindakan pada siklus I sesuai dengan rencana yaitu pada hari Selasa, 3 Mei 2011 menyampaikan materi pelajaran matematika tentang perkalian menggunakan kartu bilangan.

Langkah-langkah pembelajaran siklus I yaitu : 10.Pendahuluan

11.Guru bersama-sama dengan siswa melakukan doa bersama sebagai awal pelajaran

12.Guru mengkondisikan kelas, agar setiap siswa siap menerima pelajaran 13.Inti

14.Guru menjelaskan tentang kartu bilangan


(1)

commit to user

tes akhir Siklus II dapat diketahui bahwa peserta tes yang berjumlah 8 siswa, semua mendapatkan nilai sesuai dengan Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Tabel 6. Nilai Hasil Post Test Siklus II

No Inisial Siswa Nilai Keterangan

1 FH 10 Tuntas

2 FN 7,0 Tuntas

3 GA 10 Tuntas

4 ID 8,0 Tuntas

5 MB 8,0 Tuntas

6 MJ 8,0 Tuntas

7 RS 7,0 Tuntas

8 RZ 6,5 Tuntas

Keterangan : Standar KKMnya adalah 6,5

F. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti melalui evaluasi dalam bentuk tes dari kondisi awal siklus I, dan siklus II terjadi peningkatan-peningkatan terhadap hasil belajar, hasil tersebut dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 7. Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal sampai siklus II No Inisial

siswa

Nilai Pre Test

Nilai Post Test Siklus I

Nilai Post Test

Siklus II Keterangan

1. FH 7,0 9,0 10 Meningkat

2. FN 4,0 5,0 7,0 Meningkat

3. GA 7,0 9,0 10 Meningkat

4. ID 4,0 6,0 8,0 Meningkat

5. MB 5,0 7,0 8,0 Meningkat

6. MJ 5,0 7,0 8,0 Meningkat

7. RS 4,0 5,0 7,0 Meningkat

8. RZ 4,0 4,0 6,5 Meningkat

Jumlah 40 52 64,5 Meningkat


(2)

commit to user

Evaluasi hasil belajar dari kondisi awal, kondisi akhir siklus I, dan kondisi akhir II dapat dilihat dalam diagram dibawah ini :

0 1 2 3 4 5 6 7 8

K.Awal SIKLUS I SIKLUS II

Grafik I. Nilai rata-rata hasil Evaluasi Belajar dari kondisi awal sampai siklus II

Dari hasil evaluasi belajar pada subyek penelitian dari kondisi awal dengan rata-rata nilai 5,0 (lima koma nol) ke akhir siklus I mencapai nilai rata-rata 6,5 (enam koma lima) berarti mengalami kenaikan 1,5 (satu koma lima), dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan rata-rata nilai hasil belajar 6,5 (enam koma lima) menjadi 8,06 (delapan koma nol enam). Dengan demikian dari kondisi awal ke kondisi akhir pada akhir siklus II dari rata-rata nilai 5,0 (lima koma nol) menjadi 8,06 (delapan koma nol enam) jadi ada peningkatan yang signifikan.

G. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian bila dikaitkan dengan teori faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar masih relevan. Seperti pendapat para ahli di bawah ini :

Menurut Bimo Walgilo (1986:124), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :

1. Faktor anak atau individu yang belajar 2. Faktor lingkungan anak


(3)

commit to user

Sedang menurut Sumardi Suryabrata (1993:249) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah :

1. Faktor non sosial dalam belajar 2. Faktor sosial dalam belajar 3. Faktor fisiologis dalam belajar 4. Faktor psikologis dalam belajar

Menurut Muhibbin Syah (2003:132) menyatakan secara global, faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga hal :

l. Faktor internal (faktor dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa

m. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa

n. Faktor pendekata belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran

Dengan demikian agar siswa dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal guru harus memperhatikan hal-hal diatas terlebih harus mau mencoba atau memilih strategi dan metode yang sesuai agar siswa dapat termotivasi dan tertarik dengan senang hati mau belajar tanpa ada paksaan. Sehingga hasil belajar yang dicapai siswa dapat maksimal.

Dari hasil hipotesa tindakan yang diajukan berbunyi : “ Dengan

pembelajaran matematika bidang perkalian menggunakan alat bantu kartu bilangan, ada peningkatan hasil belajar matematika bidang perkalian pada siswa kelas V (lima) Tunagrahita Ringan di SDLB Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2010 / 2011 terbukti kebenarannya. Dari hasil penelitian tersebut, penggunaan kartu bilangan dalam pembelajaran perkalian memiliki kelebihan yang dapat dijadikan pedoman yang baik untuk meningkatkan hasil belajar matematika kelas V (lima) Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Kota Pekalongan, karena dengan menggunakan kartu bilangan anak Tunagrahita Ringan apat berpikir kongkrit dan dapat mempermudah cara menghitung. Sebab anak Tunagrahita kesulitan berpikir abstrak dan kebanyakan dalam menghitung bilangan tidak urut atau sering lompat, contoh setelah membilang 13 kemudian 15, 14 tidak diucapkan. Dengan menggunakan kartu bilangan terbukti dapat mengatasi kesulitan – kesulitan di atas.


(4)

commit to user BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

o. Kesimpulan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam Bab IV tentang pembahasan hasil penelitian dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran perkalian dengan menggunakan Kartu Bilangan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika dari rata-rata nilai 5,0 (lima koma nol) menjadi rata-rata nilai 8,06 (delapan koma nol enam) pada siswa kelas V (lima) Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Kota Pekalongan pada Tahun Pelajaran 2010/2011.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan Kartu Bilangan dalam pembelajaran perkalian dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas V (lima) Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Implikasi

Berkaitan dengan pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, upaya yang dilakukan dengan penggunaan kartu bilangan membuktikan terjadinya peningkatan hasil belajar matematika bidang perkalian. Sehingga hal tersebut mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran. Penggunaan media karu bilangan dalam penelitian ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menghadirkan media pembelajaran yang baru dalam pembelajaran matematika bidang perkalian. Sehingga media ini dapat dijadikan pertimbangan bagi guru yang akan menyampaikan materi pelajaran matematika bidang perkalian. Media ini juga dapat digunakan sebagai suatu cara alternatif untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa tunagrahita ringan, karena media ini menarik sehingga siswa tertarik dalam mengikuti proses belajar mengajar dan mudah dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu, penggunaan kartu bilangan perlu diterapkan pada kegiatan belajar mengajar untuk mata pelajaran matematika dengan materi perkalian.


(5)

commit to user

Penelitian ini memberikan gambaran bahwa keberhasilan proses dan hasil pembelajaran ditunjang oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari guru dan siswa. Faktor yang berasal dari guru yaitu : kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, metode yang digunakan guru dalam pembelajaran, serta media yang digunakan sebagai alat untuk menyampaikan materi yang digunakan guru didalam kelas. Sedangkan faktor-faktor dari siswa adalah minat siswa dalam mengikuti pelajaran dan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran.

Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain sehingga harus diupayakan maksimal agar semua faktor tersebut dapat membuat proses belajar mengajar berjalan dengan efektif. Karena itu seorang guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar haruslah memiliki persiapan yang matang seperti penguasaan terhadap materi pelajaran, keterampilan dalam mengelola kelas, pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan perencanaan media yang akan digunakan saat pembelajaran.

C. Saran

Dari hasil simpulan yang telah disampaikan, saran-saran yang bisa diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

H. Saran untuk Kepala SDLB Negeri Kota Pekalongan

a. Sebaiknya Kepala Sekolah memberikan sosialisasi kepada guru yang belum mengenal dan guru yang sudah mengenal agar menerapkan media kartu bilangan dalam pembelajaran matematika di kelas

b. Sebaiknya kepala Sekolah lebih mengoptimalkan pemanfaatan media kartu bilangan yang telah ada agar dapat digunakan di kelas sebagai media pembelajaran.

I. Saran untuk guru SDLB Negeri Kota Pekalongan

a. Guru sebaiknya lebih berusaha menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga siswa merasa nyaman dalam mengikuti pembelajaran


(6)

commit to user

b. Sebaiknya guru mengoptimalkan penggunaan Kartu bilngan untuk pembelajaran matematika dalam materi perkalian.

J. Saran untuk Peneliti yang akan datang

Disarankan kepada peneliti yang akan datang supaya dapat mengkaji, menelaah, dan memperdalam pengelolan pembelajaran dalam penelitian kelas dengan kajian yang lebih komplek. Hasil penelitian ini sebagai alternatif atau salah satu untuk menjadikan pijakan penelitian yang lebih jauh.