HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN KENAKALAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA KRISTEN 2 SURAKARTA 20102011

(1)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN KENAKALAN SISWA DENGAN PRESTASI

BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA KRISTEN 2 SURAKARTA

2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

RIAS SULISTYOWATI NIM. X8406002

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN KENAKALAN SISWA DENGAN PRESTASI

BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA KRISTEN 2 SURAKARTA

2010/2011

Oleh :

RIAS SULISTYOWATI NIM. X 8406002

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Sosiologi-Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN KENAKALAN SISWA DENGAN PRESTASI

BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA KRISTEN 2 SURAKARTA

2010/2011

Oleh :

RIAS SULISTYOWATI NIM. X 8406002

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Sosiologi-Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(4)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Januari 2011

Pembimbing I

Drs. Noor Muhsin Iskandar, MPd NIP. 195112151983011001

Pembimbing II

Atik Catur Budiati, Sos. MA NIP. 198009292005012021


(5)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada Hari : Rabu

Tanggal : 19 Januari 2011

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Tentrem Widodo,M.Pd ………...

Sekretaris : Drs. Slamet Subagya,M.Pd ...

Anggota I : Drs. Noor Muhsin Iskandar, MPd ...

Anggota II : Atik Catur Budiati, Sos. MA ...……….

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600 727 198702 1 001


(6)

commit to user

v ABSTRAK

Rias Sulistyowati, HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN KENAKALAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI SMA KRISTEN 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakulatas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang antara: (1) bimbingan orang tua dengan prestasi belajar, (2) kenakalan dengan prestasi belajar, dan (3) bimbingan orang tua dan kenakalan dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional. Populasinya adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011, sebanyak 75 siswa. Sampel yang digunakan sebanyak 50 siswa yang terbagi atas 3 kelas. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dan tes, dan teknik dokumentasi sebagai metode Bantu. Teknik analisis data yang dipakai menggunakan analisis statistik dengan teknik regresi ganda dengan bantuan computer seri program statistik ( SPS–2000 ) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) hubungan antara bimbingan orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa, berdasarkan perhitungan diperoleh : rx1y = 0,328 dan p= 0,019, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan positif antara bimbingan orang tua dengan prestasi belajar sosiologi dengan Sumbangan Efektif (SE)= 10,775% dan Sumbangan Relatif (SR)= 77,615% dapat diterima. (2) hubungan antara kenakalan siswa dengan prestasi belajar sosiologi, berdasarkan perhitungan diperoleh rx2y= - 0,268 dan p = 0,057, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan negatif antara kenakalan dengan prestasi belajar sosiologi dengan Sumbangan Efektif (SE)= 3,108% dan Sumbangan Relatif (SR)= 22,385% dapat diterima. (3) hubungan antara bimbingan orang tua dan kenakalan dengan prestasi belajar sosiologi berdasarkan perhitungan diperoleh Rx(12)y = 0,373 dan p = 0,029 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bersama antara bimbingan orang tua dan kenakalan dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.


(7)

commit to user

vi ABSTRACT

Rias Sulistyowati, NIM X 8406002The Relationship of Parental Guidance and Delinquency Students To Sociology Learning Achievement in the XI Graders of SMA Kristen 2 Surakarta in the School Year of 2010/2011.Essay, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, Januari 2011.

The research aims to find out whether or not there is a relationship between : ( 1 ) parental guidance with academic achievement, ( 2 ) delinquency students with academic achievement, and ( 3 ) parental guidance and deliquenc students and sociology learning achievement in the XI Graders of SMA Kristen 2 Surakarta in the school year of 2010/2011.

Based on the problem and research objective, this research employed a correlational descriptive method. The population was XI graders of SMA Kristen 2 Surakarta in the School Year of 2010/2011 consisted of 75 students. Technique sample used as much 50 students are divided into 3 classes. Sampling technique used was cluster sampling technique of data with statistical computer program series ( SPSS 2000 ) of Sutrisno Hadi and Yuni Parmadiningsih version.

Based on research results : ( 1 ) the relationship between parental guidance and academic achievement sociology students, based on calculations derived rx1y = 0,328 and p = 0.019, it can be concluded there is a positive relationship between parental guidance and academic achievement of sociology with effective aid = 10.775% and Relative contribution = 77.615% accepted. ( 2 ) relationship between student delinquency and academic achievement, of sociology, based on calculation derived rx2y = -0.268 and p = 0.057, then to conclude there is a

negative relationship between delinquency and academic archievement sociology student with Effective Contribution = 3.108% and relative contribution = 22.385% accepted. ( 3 ) relationship between parental guidance and delinquency sociology student learning archievement based on calculations derived Rx(12)y = 0.373 and

p = 0.029, it ca be concluded that there is a mutual commitment between parental guidance and delinquency sociology student learning a archievement in the XI Graders of SMA Kristen 2 Surakarta in the School Year of 2010/2011.


(8)

commit to user

vii MOTTO

...Dan aku mengatakan bahwa kehidupan memang kegelapan jika tanpa keinginan; dan semua keinginan adalah buta tanpa pengetahuan; dan semua pengetahuan adalah kosong jika tanpa disertai kerja; dan kerja adalah hampa kecuali jika ada cinta; kerja membuat cinta menjadi nyata...


(9)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibu tersayang, yang telah membesarkan serta mendidik dengan penuh cinta kasih.

2. Kakak Roy Tony, Sita dan Ratih terimakasih atas semuanya.

3. Sahabatku Freedom holic dan semua pihak yang dengan senang hati telah memberikan bantuan, motivasi dan semangat.


(10)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga skripsi dengan judul Hubungan Antara Bimbingan Orang Tua dan Kenakalan Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Pada Siswa Kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sosiologi-Antropologi.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Atas segala bentuk bantuannya, penulis berterima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.

2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd Ketua Program Studi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini. 3. Drs. H MH. Sukarno, M.Pd Ketua Program Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Jurusan P. IPS FKIP UNS yang telah berkenan memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Noor Muksin Iskandar, M.Pd Pembimbing I atas segala arahan dan bimbingannya.

5. Atik Catur Budiati, Sos.MA Pembimbing II atas segala arahan dan bimbingannya.

6. Kepala Sekolah SMA Kristen 2 Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.


(11)

commit to user

x

7. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik dari pembaca yang budiman sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

Surakarta, Januari 2011


(12)

commit to user

xi DAFTAR ISI

JUDUL ... ... i

PENGAJUAN ... ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN. ... iv

ABSTRAK ... ... v

ABSTRACT ... ... vi

MOTTO ... ... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN . ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 10

1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar Sosiologi ... 10

2. Tinjauan Tentang Bimbingan Orang Tua. ... 31

3. Tinjauan Tentang Kenakalan Siswa ... 44

B. Kerangka Berpikir ... 75

C. Hipotesis ... 77

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 78

B. Populasi Dan Sampel ... 79


(13)

commit to user

xii

D. Rancangan Penelitian ... 104

E. Teknik Analisis Data ... 110

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 116

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 121

C. Pengujian Hipotesis ... 129

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 134

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 138

B. Implikasi ... 139

C. Saran ... 140

DAFTAR PUSTAKA ... 143


(14)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Uraian waktu penelitian... 78

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Bimbingan Orang Tua. ... 117

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Kenakalan Siswa... 118

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Sosiologi ... 120

Tabel 5. Uji Normalitas Sebaran Variabel Prestasi Belajar ( Y ) ... 122

Tabel 6. Uji Normalitas Sebaran Variabel Bimbingan Orang Tua ... 123

Tabel 7. Uji Normalitas Sebaran Variabel Kenakalan Siswa. ... 124

Tabel 8. Rangkuman Analisis Linearitas X1Dengan Y... 125

Tabel 9. Rangkuman Analisa Linearitas X2Dengan Y ... 126

Tabel 10. Matriks Interkorelasi... 129

Tabel 11. Koefisien Beta Dan Korelasi Parsial. ... 130

Tabel 12. Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh... 131


(15)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 77

Gambar 2. Grafik Histogram Data Variabel Bimbingan Orang Tua ( X1) ... 117

Gambar 3. Grafik Histogram Data Variabel Kenakalan Siswa. ... 119


(16)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Koesioner / Angket Try Out ... 148

Lampiran 2. Koesioner / Angket Try Out ... 151

Lampiran 3. Data Try Out Analisis Kesahihan Butir ( Validity ) Bimbingan Orang Tua... 162

Lampiran 4. Data Try Out Keandalan Teknik Alpha Cronbach Bimbingan Orang Tua... 164

Lampiran 5. Data Try Out Analisis Kesahihan Butir ( Validity ) Kenakalan Siswa. ... 168

Lampiran 6. Data Try Out Uji Keandalan Teknik Alpha Cronbach Kenakalan. 170 Lampiran 7. Data Sebaran Frekuensi dan Histogram ... 172

Lampiran 8. Data Uji Normalitas Sebaran ... 177

Lampiran 9. Data Uji Linearitas . ... 182

Lampiran 10. Data Anareg Model Penuh dan Strewise ... 185

Lampiran 11. Data Kurva fit Bimbingan Orang Tua dan Kenakalan Siswa .. 188

Lampiran 12. Surat Perijinan Skripsi Nomor / H27. 1. 2 / PP/ 2010... 190

Lampiran 13. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ... 191

Lampiran 14. Surat Ijin Permohonan Research / Try Out Nomor 665 / H 27. 1. 2/ PP / 2010 ... 192

Lampiran 15. Surat Ijin Permohonan Research / Try Out Nomor 665 / H 27. 1. 2/ PP / 2010 ... 193

Lampiran 16. Permohonan Ijin Research Nomor 665/H27. 1. 2/PP/ 2010 .... 194

Lampiran 17. Surat Keterangan Bukti Telah Melakukan Research Dari Kepala Sekolah SMA Kristen 2 Surakarta Nomor : 432.7 / 2010. ... 196

Lampiran 18. Pengantar Koesioner / Angket Penelitian. ... 197


(17)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha kepribadian dan kemampuan manusia seumur hidup baik jasmani dan rohani serta suatu proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dilihat dari segi ilmu jiwa, pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan kehidupan yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sosial sehingga meningkatkan perkembangan material dan spiritual. Oleh karena itu, upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menuju pencapaian generasi berkualitas merupakan tanggung jawab bersama. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa :

“Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.( UU Sisdiknas 2003 : 2 )

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memegang peranan penting dalam menyiapkan generasi penerus. Proses pendidikan di sekolah dilaksanakan dalam bentuk belajar. Bagi siswa, belajar merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan. Keberhasilan siswa dalam belajar ditandai dengan prestasi belajar yang tinggi. Tujuan setiap proses pembelajaran adalah diperolehnya hasil yang optimal. Hal ini dapat dicapai apabila siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional dalam belajar.

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya


(18)

commit to user

untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi perlu dimiliki oleh setiap siswa, karena itu modal awal untuk kemajuan anak itu sendiri. Apabila setiap siswa memiliki semangat belajar yang tinggi, maka hasil atau tujuan yang diinginkan siswa itu akan tercapai. Orang yang memiliki semangat belajar tinggi, akan tercermin dari dirinya sehingga lebih cenderung aktif dalam mengerjakan tugas-tugas menantang. Dalam batas kemampuannya, memiliki rasa keinginan kuat untuk maju dalam mencapai taraf keberhasilan dari taraf yang dicapai sebelumnya. Semangat belajar ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sikap, perilaku, keharmonisan keluarga, lingkungan pergaulan siswa, dan bimbingan orang tua.

Di Indonesia adanya batas kelulusan untuk setiap mata pelajaran dari tahun ke tahun selalu meningkat, ini membuat pihak sekolah bekerja keras untuk membantu siswanya mencapai batas kelulusan tersebut. Pihak sekolah dan orang tua dituntut untuk mengadakan kerjasama guna meningkatkan prestasi siswa dalam belajar.

Pendidikan tidak hanya terbatas pada saat terjadi interaksi belajar mengajar di sekolah, akan tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan keluarga antara orang tua dengan siswa. Komunikasi sebagai alat transfer


(19)

commit to user

ilmu sangat penting, artinya komunikasi sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang bersangkutan. Komunikasi, baik verbal maupun nonverbal pada dasarnya merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses pendidikan anak, juga merupakan sumber-sumber rangsangan untuk membentuk kepribadian anak. Apabila komunikasi antara orang tua dan siswa dapat berlangsung dengan baik, maka masing-masing pihak dapat saling memberi dan menerima informasi, perasaan dan pendapat sehingga dapat diketahui apa yang diinginkan, dan konflikpun dapat dihindari. Keterbukaan melalui komunikasi ini akan menumbuh kembangkan bahwa siswa dapat diterima dan dihargai sebagai manusia. Sebaliknya bila tidak ada komunikasi yang baik maka besar kemungkinan kondisi kesehatan mentalnya mengalami hambatan. Tinggi rendahnya suatu capaian mutu pendidikan yang dipengaruhi oleh komunikasi antara orangtua dengan siswa, sering disebut komunikasi pendidikan.

Orang tua yang dimaksud dalam hal ini adalah ayah, ibu, atau orang yang bertanggung jawab dalam perkembangan kepribadian mereka. Menurut Suherman (2000: 8) menyatakan bahwa “Ada tiga jenis sikap orang tua dalam keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang siswa yaitu sikap otoriter, sikap liberal dan sikap demokratis ”. Bimbingan orang tua merupakan salah satu faktor untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Bimbingan orang tua di rumah akan membantu menumbuhkan semangat belajar siswa. Orang tua juga berperan sebagai pendidik yaitu bertugas untuk menanamkan nilai-nilai moral dan kehidupan yang akan menjadi landasan yang kuat bagi tumbuhnya jiwa dan pribadi siswa. Keluarga merupakan wahana bagi siswa untuk menimba berbagai ilmu pengetahuan. Melalui bimbingan orang tua siswa mengenal nilai-nilai moral, mengenal tindakan yang baik dan yang buruk sebelum ia mengembangkan interaksi sosial di luar lingkungan keluarganya. Keberhasilan orang tua dalam mengembangkan nilai-nilai moral bukan


(20)

commit to user

disebabkan karena otoritasnya tetapi lebih pada bagaimana mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektualnya.

Bimbingan sangat diperlukan bagi siswa, terutama pada siswa menginjak remaja seperti siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Mereka sangat membutuhkan pengawasan dan bimbingan dari orang tua yang ketat. Di lingkungan kampung Jetis Rt 01 Rw. 02 Gentan Baki Sukoharjo pada jam-jam wajib belajar di rumah, banyak siswa-siswa sekolah tingkat lanjutan kurang mendapat pengarahan dari orang tuanya. Ini terbukti dengan mereka berkeliaran di jalan yang tidak ada manfaatnya. Diilihat dari prestasi sekolahnya juga terlihat lebih kurang, dibanding dengan siswa-siswa yang mendapat pengawasan dari orang tuanya. Bimbingan orang tua sangat dibutuhkan untuk membantu mengarahkan anaknya dalam memecahkan masalah, mengarahkan waktu belajar dengan baik, membantu siswa di dalam kesulitan belajar, dan sebagainya.

Bimbingan orang tua sangat dibutuhkan untuk membantu pencapaian prestasi siswa secara maksimal, hal ini dikarenakan orang tua yang mengetahui kebutuhan anaknya akan memberikan pengawasan belajar siswa, pemberian semangat siswa dalam belajar. Orang tua juga harus berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif dilingkungan keluarga, karena lingkungan keluarga sangat berpengaruh besar terhadap semangat belajar siswa di rumah.

Keluarga melalui orang tua harus memberikan bimbingan pada anaknya mengenai pengertian atau pendidikan yang sesuai dengan norma keluarga, sekolah, masyarakat dan agama. Menurut Yuliani Prestyaningrum (2006. Solo Pos IX) menyebutkan bahwa:

Sumber pertama yang paling mungkin sebagai tempat bagi siswa untuk mencurahkan rasa ingin tahunya, tentu adalah orang tua. Pertama, orang tua sudah berpengalaman; kedua, orang tua adalah orang yang seharusnya menjadi orang terdekat, sehingga bisa


(21)

commit to user

menjelaskan masalah dengan lebih jelas dan lugas (Solo Pos, 29 Oktober 2006).

Tinggi rendahnya prestasi siswa selain disebabkan oleh bimbingan orang tua, faktor sosial juga berpengaruh sehingga siswa menjadi sangat semangat dalam belajarnya. Memasuki usia siswa yaitu masa transisi dari masa siswa-siswa menuju dewasa dengan rentang umur 14 tahun keatas biasanya dimulai siswa memasuki bangku SLTA, maka rasa keingintahuan remaja kadang-kadang kurang disertai berbagai pertimbangan rasional dan pengetahuan yang cukup akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. Fenomena pergaulan siswa saat ini sudah sangat mengerikan. Hedonisme nyaris menjadi panutan, sementara norma-norma hidup yang tercipta selalu dilanggar. Menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama didalam hidup. Mereka cenderung lebih bersenang-senang, pesta pora, hidup sebebas-bebasnya, mengikuti hawa nafsu tanpa batas, sehingga mereka beranggapan bahwa hidup ini hanya sekali dan mereka ingin menikmati hidup tanpa menghiraukan orang lain disekitarnya.

Keadaan keluarga yang tidak lagi memberikan rasa aman, yang akhirnya menyebabkan banyak terjadi konflik batin yang serius sehingga pada umumnya mereka menderita kekalutan mental dengan satu atau dua ciri penyimpangan seperti kenakalan remaja dengan merancang kegiatan-kegiatan yang dianggap melanggar norma masyarakat, agama, dan hukum.

Pendapat umum tentang kenakalan adalah tindakan yang melanggar norma yang biasanya dilakukan oleh siswa. Kenakalan remaja yang dilakukan sendiri maupun berkelompok, bervariasi dari ringan sampai yang berat dan sampai dihukum pidana. Kenakalan siswa yang dikategorikan ringan misalnya membolos sekolah. Di Surakarta misalnya, dari sedikitnya 15 pelajar masih menggenakan seragam jenjang sekolah SMP dan SMA terkena razia Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surakarta pada tanggal 12 Januari 2010. Seorang dari Satpol mengatakan, para pelajar


(22)

commit to user

ditemukan petugas berkeliaran di luar sekolah saat jam pelajaran sekolah masih berlangsung, para pelajar itu kedapatan bermain play station (PS) dan ada pula yang sedang asyik di warnet, padahal jam sekolah belum usai, di seputar Kampus AUB (Universitas Adi Unggul Bhirawa), dan yang lain di daerah sekitar jalan Adi Sucipto. Sebagian dari mereka kedapatan sedang main PS.

( Solopos 14 Januari 2010)

Kenakalan siswa yang berat sebagai contoh adalah peristiwa kenakalan siswa khususnya penyalahgunaan narkoba dan seks bebas oleh siswa telah sangat menggelisahkan masyarakat dan keluarga-keluarga di Indonesia.

Hasil survai Badan Narkoba Nasional (BNN) Tahun 2005 terhadap 13.710 responden di kalangan pelajar menunjukkan penyalahgunaan narkoba usia termuda 7 tahun dan rata-rata pada usia 10 tahun. Survai dari BNN ini memperkuat hasil penelitian Prof. Dr. Dadang Hawari pada tahun 1991 yang menyatakan bahwa 97% pemakai narkoba yang ada selama tahun 2005, 28% pelakunya adalah remaja usia 17-24 tahun. Perilaku seks bebas di kalangan remaja juga sudah sangat mengkhawatirkan. Menurut Dr. Boy Abidin, SpOG sebagaimana dipaparkan pada Rubrik Seputar Kita 2008 dalam www.concern.net, angka seks remaja Indonesia telah mencapai 22,6%. Data yang tidak jauh berbeda dipaparkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang menyatakan, sekitar 23 persen remaja usia sekolah SMP dan SMA di Indonesia mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks dan 21 persen di antaranya melakukan aborsi.

(Rubrik Sekitar Kita 2008 waktu akses kamis 18 mei 2010 )

Pada dasarnya kenakalan-kenakalan tersebut dilakukan oleh siswa yang menyebabkan siswa lupa akan belajar, usia remaja yaitu masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa dengan masa transisi yang mudah goyah dan mudah terombang-ambing membawa mereka lebih mudah untuk terpengaruh dengan kegiatan-kegiatan yang mereka anggap menyenangkan. Siswa yang tidak mampu mengendalikan diri, dan menganggap di rumah


(23)

commit to user

tidak diterima oleh orang tua dan keluarganya, siswa akan berusaha lari ke kelompok yang dapat menerima dan merasa mereka aman di dalam kelompok tersebut. Akibatnya kenakalan tersebut dapat merugikan diri mereka sendiri sekaligus juga merugikan orang lain. Kenakalan yang dilakukan siswa itu menyebabkan siswa malas untuk belajar dan nilai-nilai raport mereka menurun tajam, sehingga pergaulan anak dipersalahkan, ini disebabkan karena anak kurang dapat membatasi diri dalam membagi waktu belajar dengan pergaulannya di luar sekolah. Kurangnya perhatian dan pengawasan dari orangtua pun salah satu faktor penyebab terjadinya kenakalan siswa dan yang dapat mempengaruhi penurunan dalam prestasi belajar. Dengan demikian bimbingan orang tua mempunyai pengaruh yang penting dalam pembentukan sikap ataupun perilaku siswa dan memberikan semangat belajar dalam prestasi belajar siswa di sekolah. Sehingga tingkah laku siswa yang menyimpang dapat dicegah sedini mungkin dan siswa dapat lebih fokus untuk meningkatkan prestasi belajar .

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan judul “Hubungan Antara Bimbingan Orang Tua dan Kenakalan Siswa Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa kelas XI Sma Kristen 2 Surakarta Tahun 2010-2011”

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:

1. Adakah hubungan yang signifikan antara bimbingan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa SMA Kristen 2 kelas XI Surakarta? 2. Adakah hubungan yang signifikan antara Kenakalan Siswa dengan

Prestasi Belajar Sosiologi Siswa SMA Kristen 2 kelas XI Surakarta ? 3. Adakah hubungan yang signifikan antara Bimbingan Orang Tua dan

Kenakalan Siswa dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa SMA Kristen 2 kelas XI Surakarta?


(24)

commit to user C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Bimbingan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kristen 2 kelas XI Surakarta 2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Kenakalan Siswa

dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa SMA Kristen 2 kelas XI Surakarta

3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Bimbingan Orang Tua dan Kenakalan Siswa dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa SMA Kristen 2 kelas XI Surakarta

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara praktis maupun teoritis yaitu :

1. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan bagi orang tua agar dapat membimbing siswa dengan pencapaian prestasi belajar sehingga siswa merasa aman dan semangat dalam belajar.

b. Sebagai masukan orang tua sehingga dapat mengawasi perkembangan transisi siswa agar tidak terpengaruh pada kenakalan remaja.

c. Sebagai landasan bagi penelitian lebih lanjut yang ada hubungannya dengan bimbingan orang tua dan prestasi belajar siswa.

2. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada peneliti lain untuk mengembangkan penelitian lain yang sejenisnya


(25)

commit to user

b. Menambah pengetahuan penelitian pada Program Sosiologi -Antropologi Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta guna menambah pengetahuan dalam sosiologi khususnya perkembangan peserta didik dan sosiologi keluarga untuk mengukur tingkat prestasi belajar siswa.


(26)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

Di dalam penelitian kuantitatif, landasan teori memiliki peranan yang penting, dikarenakan sebagai upaya dalam merumuskan hipotesis penelitian yang nantinya akan diuji di lapangan. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai bimbingan orang tuakenakalan siswa dan prestasi belajar sosiologi sebagai permasalahan atau variabel dalam penelitian ini.

1. Tinjauan tentang Prestasi Belajar Sosiologi a. Mata Pelajaran Sosiologi

Pada dasarnya sosiologi mempunyai dua pengertian dasar yaitu sosiologi sebagai ilmu dan sosiologi sebagai metode. Sosiologi sebagai ilmu artinya bahwa sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaanya yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis berpikir yang logis. Sedangkan sebagai metode artinya bahwa sosiologi adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial dan budaya yang ada di dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Secara etimologi sosiologi berasal dari kata socius yang berarti masyarakat atau sosial danlogosberarti ilmu, jadi sosiologi adalah ilmu sosial atau ilmu tentang masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto (1990:57 ) “ Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk di dalamnya perubahan-perubahan sosial “.

b. Pengertian Prestasi

Dalam kegiatan belajar mengajar, setelah terjadi proses belajar mengajar, perlu bagi seorang pendidik untuk mengetahui keberhasilan


(27)

commit to user

proses belajar mengajar tersebut. Seberapa jauh kemampuan siswa dalam memahami dan menerima berbagai hal yang telah disampaikan oleh guru. Hasil yang dicapai oleh seorang siswa ditunjukkan dengan prestasi belajar siswa.Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu

prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “pestasi” yang

berarti “hasil usaha”. Untuk itu perlu diketahui berbagai pengertian prestasi menurut para ahli yang berkaitan dengan prestasi belajar tersebut sebagai berikut :

Syaiful Bahri Djamarah (1990:19) mengatakan bahwa “Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.”

Hal ini dapat dijelaskan bahwa prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataannya, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya baik itu secara individual maupun kelompok. Prestasi merupakan jerih payah yang harus diperjuangkan baik itu secara individu maupun secara kelompok. Keberhasilan dalam sebuah aktivitas tertentu menghasilkan prestasi sebagai hasil cipta dan karsa manusia dalam mendapatkan sesuatu.

Ketut Sukardi (1983 : 26) bahwa “Prestasi adalah suatu hasil yang maksimal yang diperoleh dalam usaha mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar”.

Prestasi merupakan titik kulminasi dalam sebuah kesesuaian dan perjuangan akan kemenangan dan hasil maksimal. Dalam usaha untuk mengaktualiasikan diri dan kemampuan menjadikan prestasi adalah buah manis dalam sebuah hasil usaha dan kerja keras. Jalur perjuangan


(28)

commit to user

dan usaha panjang inilah akan memacu seluruh potensi diri untuk memaksimalkan kinerja dan usaha dengan belajar.

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat peneliti simpulkan prestasi bukan datang secara tiba-tiba, namun prestasi adalah akumulasi upaya dan cipta usaha manusia untuk mendapatkan hasil maksimal dalam bentuk kerja dan inisiatif usaha baik diciptakan secara individu maupun diusahakan scara kelompok. Batasan-batasan manusia itu menjadi sebuah hasil upaya dan usaha manusia dalam mendapatkan hasil yang terbaik. Potensi diri dan aktualisasi kemampuan dalam kehidupan dan persaingan itulah menjadikan manusia harus selalu berusaha menjadi lebih baik dengan segala upaya dalam proses pembelajaran hidup. Dalam hal ini prestasi adalah suatu hasil, kemampuan, ketrampilan yang maksimal yang diperoleh dalam usaha mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar.

c. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup. Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Berdasarkan kemampuan itu, manusia telah berkembang selama berabad-abad dan telah mengalami perkembangan dengan cara membuka kesempatan yang luas baginya untuk memperkaya diri dan mencapai taraf yang lebih tinggi. Masing-masing manusia pun mengalami banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan. Perkembangan ini dimungkinkan karena adanya kemampuan untuk belajar, yaitu mengalami perubahan-perubahan mulai saat lahir sampai umur tua. Berikut disajikan pendapat beberapa pakar yang berbicara tentang belajar :

Ngalim Purwanto (2003:84) menyatakan bahwa “ Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah


(29)

commit to user

laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman “.

Pendapat Ngalim Purwanto mengandung arti bahwa adanya kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa ditandai dengan adanya perubahan yang relatif tetap akibat latihan dan pengalaman yang diperolehnya dalam proses belajar. Belajar merupakan sebuah gejolak relatifitas kemungkinan-kemungkinan perubahan dan tingkah laku manusia sebagai dampak dari sebuah perngalaman hidup dan latihan yang terus menerus.

Sardiman A.M. (1990:23) menyatakan bahwa“ Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik “

Pendapat dari Sardiman A.M mengandung maksud bahwa proses belajar melibatkan keseluruhan aspek diri manusia baik psikologis maupun fisiologis dalam rangka pengembangan dirinya. Dalam proses pengembangan pribadi seseorang adalah perpaduan beberapa aspek dalam diri manusia, aspek cipta, rasa, dan karsa. Aspek itu menjadi perpaduan dalam diri manusia dan selanjutnya menjadi rangkaian utuh perilaku manusia. Di samping aspek tersebut ada pengaruh lain yang selalu menjadi penilaian belajar seseorang. Aspek sikap, pengetahuan, dan juga pola gerak manusia atau kognitif, afektif dan psikomotorik akan menghantarkan manusia dalam keterpaduan tiga ranah tersebut untuk memaksimalkan potensi belajar.

Menurut Slameto (1995 : 2) menyatakan bahwa“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam


(30)

commit to user interaksi dengan lingkungannya”.

Pendapat dari Slameto mengandung maksud bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa ditandai dengan suatu perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sebagai pengalaman empiris manusia dan interaksi dengan lingkungan menjadi sebuah dialektika pembelajaran bagi manusia.

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas pengalaman dan latihan pada hubungan sebab-akibat merupakan gabungan cantik dari sebuah pembelajaran yang efektif. Ketergantungan manusia pada lingkungan juga tidak dapat lepas untuk membentuk pengalaman dan pembelajaran hidup manusia. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu usaha secara sadar yang dilakukan oleh individu yang menghasilkan perubahan tingkah laku baik sikap, kebiasaan maupun pengetahuan, sebagai hasil dari pengalaman yang diperoleh individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, dan proses perubahan bersifat tetap, dilakukan secara sengaja dan menghasilkan perubahan yang bersifat permanen.

d. Pengertian Prestasi Belajar

Proses belajar mengajar, perlu bagi seorang pendidik untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar tersebut. Seberapa jauh kemampuan siswa dalam memahami dan menerima berbagai hal yang telah disampaikan oleh guru. Rangkaian kegiatan peserta didik yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, serta ranah kognitif, afektif dan psikomotorik adalah sebuah siklus tak terputus dalam penilaian dan evaluasi prestasi belajar peserta didik. Beberapa ahli mendefinisikan prestasi belajar sebagai berikut :


(31)

commit to user

Singgih D. Gunarso (1990:57), mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar.”

Memaksimalkan potensi diri dalam tujuan mendapatkan hasil terbaik adalah sebuah usaha yang tidak akan sia-sia. Kemampuan manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangannya menjadikan sebuah kekuatan spesial yang diberikan Tuhan. Anugerah itu yang akan memacu manusia untuk berusaha maksimal untuk mendapatkan keinginan terbaik.

Sutartinah Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu”.

Ketercapain peserta didik dalam hitungan angka dan huruf merupakan kumpulan sebuah penilaian panjang dalam proses belajar mengajar. Proses yang terakumulasi itulah menjadi sebuah tolak ukur pendidik dalam menentukan keberhasilan proses mengajar. Proses bertemunya pendidik dan peserta didik, dalam sebuah pembelajaran panjang akan mencerminkan sebuah hubungan simbiosis mutualisme

pembelajaran. Keterikatan inilah menjadikan penilaian hati yang tentunya tak hanya sekedar angka dan huruf. Sikap dan karakter peserta didik menjadi sebuah ukuran wajib dalam penilai proses pembelajaran.

Syaiful Bahri Djamarah (1990:24) mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah penilaian tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan, kecakapan atau ketrampilan yang dinyatakan sesudah penilaian.”

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas hasil usaha maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar akan menampakkan potensi diri dalam tujuan mendapatkan hasil terbaik


(32)

commit to user

adalah sebuah usaha yang tidak akan sia-sia. Dapat peneliti simpulkan bahwa prestasi belajar adalah sebagai hasil perubahan yang telah dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar dalam suatu waktu tertentu yang dibuktikan dengan keberhasilan menguasai sejumlah pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya dinyatakan dalam bentuk huruf dan angka yang diperoleh melalui tes.

e. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia, karena manusia selalu butuh akan pengukuran dan sekaligus sebagai sarana untuk mengukur kemampuan dirinya. Bagi siswa di sekolah prestasi merupakan faktor penting bagi siswa untuk mengetahui sejauh mana ia telah berhasil menguasai materi yang dipelajari. Prestasi juga berfungsi sebagai alat ukur untuk mengungkapkan kebanggaan dan kepuasannya terhadap prestasi yang diraihnya.

Adapun fungsi utama dari prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990 : 3-4) adalah :

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

2) Prestasi belajar sebagai lambangan pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

5) Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) siswa.

Lebih jelasnya dapat peneliti jelaskan maksud dari pernyataan di atas:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Dengan melihat hasil prestasi belajar


(33)

commit to user

siswa kita akan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diterimanya dan seberapa banyak pengetahuan yang telah siswa serap terhadap materi yang telah diterimanya. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

Seberapa besar pemuasan hasrat keingintahuan siswa bisa dilihat dari prestasi belajar. Adanya hasrat ingin tahu akan mendorong siswa berusaha secara maksimal sehingga apa yang diperoleh sesuai dengan apa yang diinginkan dan diusahakan. Keinginan ini merupakan landasan kebutuhan umum pada manusia, siswa akan puas jika kebutuhan terpenuhi.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi dapat dijadikan pendorong bagi siswa untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari sesuatu institusi pendidikan. Arti indikator intern yaitu apakah kurikulum yang digunakan oleh institusi pendidikan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan siswa atau tidak. Dengan kata lain prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama dan pertama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Dalam hal ini prestasi belajar mencerminkan apa yang telah diusahakan oleh siswa atau sebagai gambaran mengenai kemampuan siswa. Sehingga dengan prestasi belajar dapat diketahui seberapa jauh siswa dapat menyerap materi


(34)

commit to user pelajaran yang telah diajarkan.

Sardiman A.M. (1990:69) mendefinisikan kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, namun diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar.

2) Prestasi belajar digunakan oleh guru untuk mengukur kemampuannya dalam memberikan materi kepada anak didiknya. 3) Untuk keperluan diaknostik.

4) Prestasi belajar berfungsi untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam suatu hal atau bagian pelajaran tertentu atau untuk mengetahui kesulitan-kesulitan atau hal-hal yang belum diketahui oleh siswa terhadap pelajaran yang telah diberikan.

5) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan.

Dengan mengetahui prestasi belajar siswa maka dapat diketahui karakteristik siswa dengan segala kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat membantu siswa dalam berbagai kepentingan yang berhubung dengan studi dan pilihan pekerjaan.

1) Untuk keperluan seleksi.

Prestasi belajar digunakan untuk mengambil keputusan yang dapat diterima secara rasional dan dianggap adil. Keadaan ini terutama akan terjadi dalam hal penerimaan siswa baru.

2) Untuk keperluan penempatan dan penjurusan.

Prestasi belajar berfungsi dalam memberikan pelayanan yang sesuai

dengan ! masing-masing anak, mungkin guru

memandang perlu untuk mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok. Dengan adanya kelompok yang sesuai dengan kemampuannya ini maka guru dapat memberikan perhatian dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok.


(35)

commit to user 3) Untuk menentukan isi kurikulum.

Prestasi belajar sangat bernilai dan bermanfaat untuk mengambil keputusan dalam berbagai program pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Program-program pembelajaran disini termasuk upaya-upaya inovasi baik yang dilakukan oleh institusi maupun atas inisiatif guru itu sendiri.

4) Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah.

Prestasi belajar digunakan untuk mengetahui kualitas dan tingkat relevansi dan efisiensi suatu sekolah, apakah termasuk sekolah yang baik atau kurang baik. Selanjutnya akan dapat diambil beberapa tindakan untuk kepentingan perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang dialami.

Dari berbagai uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi prestasi belajar adalah sebagai pendorong bagi anak didik atau warga belajar dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan sebagai umpan balik bagi para guru atau tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar. Selain berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan dalam bidang studi atau materi pembelajaran, prestasi belajar juga berfungsi sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan lembaga pendidikan dalam menghantar anak didik atau warga belajar menyelesaikan belajar mereka.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pada hakikatnya sama dengan faktor prestasi yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam membantu siswa mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.


(36)

commit to user

pendapat Slameto (2003 : 54) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi faktor fisiologis, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Penjelasan dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis dalam belajar dapat dibedakan lagi menjadi dua macam, yakni keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi fisiologis tertentu. Lebih lanjut dijabarkan sebagai berikut: 1) Keadaan Jasmani

Keadaan jasmani yang dimaksudkan disini adalah berkaitan dengan kondisi fisik individu belajar, yakni kondisi badan saat belajar. Keadaan fisik yang yang segar dengan yang tidak baik, akan berpengaruh tersendiri dalam belajar mengenai keadaan jasmani. Proses belajar memerlukan nutrisi yang cukup mengingat proses belajar memerlukan energi, dimana energi tersebut dihasilkan oleh nutrisi yang dikonsumsi oleh individu yang bersangkutan. Proses belajar juga akan dipengaruhi oleh beberapa faktor kesehatan individu yang sedang belajar, dimana beberapa penyakit yang diderita sedikit banyak juga akan berpengaruh terhadap belajar. Proses belajar akan terganggu apabila kesehatannya terganggu, sehingga akan berpengaruh pula pada hasil belajar yang akan dicapai.


(37)

commit to user 2) Keadaan Fungsi Fisiologis

Keadaan fungsi fisiologis yang dimaksudkan adalah segala sesuatu yang berkaitan erat dengan fungsi panca indera. Fungsi panca indera sangat berpengaruh, terutama fungsi mata dan telinga mengingat proses belajar melibatkan proses komunikasi antara guru dengan siswa. Selain itu indera yang lain juga mempunyai peranan tersendiri dan perlu dijaga kondisinya, seperti peraba, penciuman, perasa, yang biasanya sangat bermanfaat dalam mata pelajaran praktikum.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, yang berkaitan erat dengan sisi kejiwaannya. Faktor psikologis ini lebih lanjut merupakan faktor yang mendorong mengapa seseorang melakukan perbuatan belajar. Mengenai hal yang mendorong seseorang belajar, hal-hal yang mempengaruhi belajar berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang ingin disalurkan oleh individu dalam kegiatan belajarnya. Dalam pandangan ini seorang individu belajar karena ingin mengetahui sesuatu, ingin mencapai kemajuan, ingin membuktikan atau mengaktualisasikan diri, ingin memperbaiki kegagalan untuk berprestasi, mendapatkan rasa aman dalam menghadapi suatu masalah ataupun untuk mendapatkan imbalan dari belajar yang dilakukannya.

c. Faktor Kelelahan

Kelelahan dapat mempengaruhi belajar, karena apabila jasmani dan rohani mengalami kelelahan maka sulit sekali untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan jasmani terlihat dari lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan


(38)

commit to user

rohani dapat dilihat dari adanya kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Faktor ini sering timbul pada siswa yang membantu orang tuanya untuk mencari nafkah, sehingga disaat ia harus belajar ia sudah kelelahan dan menjadikannya malas belajar.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ialah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Faktor eksternal tersebut dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, dan faktor lingkungan. Uraian berikut membahas kedua faktor tersebut.

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa tingkat pendidikan orang tua, relasi antara anggota keluarga, perhatian orang tua.

a) Tingkat pendidikan orang tua

Tingkat pendidikan orang tua sangat mempengaruhi pandangan anak-anaknya dalam menempuh pendidikan yang dijalaninya sebab semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua semakin tinggi pula kemampuan untuk membimbing dan mengarahkan anaknya untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu di dalam masyarakat maupun di lingkungan sekolahnya.

b) Relasi antara Anggota Keluarga

Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan siswa, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga siswa tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman


(39)

commit to user

untuk mensukseskan belajar siswa itu sendiri. c) Perhatian Orang Tua

Orang tua yang banyak memberi perhatian dalam belajar anaknya tentu akan berhasil mencapai prestasi yang baik, akan tetapi orang tua yang kurang memberikan perhatian pada anaknya juga akan mempengaruhi prestasi belajarnya. 2) Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a) Lingkungan alami, seperti : keadaan suhu, kelembaban udara, cuaca dan lain sebagainya.

b) Lingkungan sosial, seperti : suasana ramai, kehadiran orang lain, dan lain sebagainya.

Menurut Slameto (1995:120) Ada beberapa faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut adalah: intelegensi, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Uraian berikut akan membahas faktor-faktor tersebut, yaitu :

a) Intelegensi

Kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyelesaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi maka lebih berhasil dari pada siswa yang memiliki tingkat intelegensi rendah.

b) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya


(40)

commit to user

terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sehingga prestasinyapun akan rendah. Badan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.

c) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terelisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia seneng belajar dan pasti selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya. d) Motif

Motif erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam proses belajar harus diperhatikan yang dapat mendorong siswa agar belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. Motif yang kuat sangat perlu di dalam belajar, untuk membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaaan dan pengaruh lingkungan.

e) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Siswa yang sudah (siap) dapat melaksanakan kecakapan melalui belajar. Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan atau belajar.


(41)

commit to user f) Kesiapan

Kesiapan adalah ketersediaan untuk member respon atau reaksi. Ketersediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan. Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan baik.

g) Kemandirian

Kemandirian adalah suatu sikap dimana seseorang mampu berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Kemandirian dalam belajar mempengaruhi prestasi belajarnya karena siswa akan berusaha memecahkan kesulitan belajarnya sendiri, mencari sumber belajar sendiri sehingga akan dapat menambah ilmunya yang nantinya akan dapat meningkatkan prestasi.

g. Cara Mengukur Prestasi Belajar

Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, prestasi siswa dapat diketahui dari hasil evaluasi. Menurut Muhibbin Syah (1995 : 141)” Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”. Sedangkan menurut Tardif, yang dikutip oleh Muhibbin Syah (1995 : 141) menyebutkan “Evaluasi berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan criteria yang telah ditetapakan”. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat dipahami bahwa evaluasi ialah proses penilaian untuk menggambarkan prestasi belajar siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program melalui kegiatan yang berencana dan berkesinambungan.

Muhibbin Syah (1995 : 143) menyebutkan berbagai macam evaluasi mulai yang sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu :


(42)

commit to user 1) Pre Test dan Post Test

2) Evaluasi Prasyarat 3) Evaluasi Diagnostik 4) Evaluasi Formatif 5) Evaluasi Sumatif

Uraian berikut merupakan penjelasan dari macam-macam evaluasi di atas :

1) Pre Test dan Post test

Kegiatan Pre test dilakukan oleh guru secara rutin sebelum dimulai penyajian materi pelajaran. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Post test ialah kegiatan yang dilakukan guru setiap akhir penyajian materi, tujuannya untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.

2) Evaluasi Prasyarat

Penilaian ini meliputi sejumlah bahan dengan ajaran atau bahan yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.

3) Evaluasi Diagnostik

Evaluasi ini dilakukan setelah selesai sebuah penyajian Satuan Pelajaran dngan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian yang belum dikuasai siswa.

4) Evaluasi Formatif

Evaluasi ini dilakukan pada akhir penyajian Satuan Pelajaran/modul. Tujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan belajar siswa tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial (perbaikan).


(43)

commit to user 5) Evaluasi Sumatif

Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur kinerja akademik/prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir semester/akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik tidaknya siswa kekelas yang lebih tinggi.

Penilaian prestasi belajar haruslah mencakup tiga aspek atau ranah, yakni :

1) Ranah kognitif 2) Ranah afektif 3) Ranah psikomotor

Keterangan dari masing-masing aspek atau ranah adalah sebagai berikut :

1) Ranah kognitif

Ranah kognitif bertujuan mengarahkan siswa untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya. Sedangkan kemampuan intelektual secara hirarkis dikelompokan menjadi lima secara berturut-turut yaitu :

(a) Pengetahuan

Kemampuan ini merupakan hasil belajar yang paling rendah. Tujuan ini bermaksud agar siswa mengenal kembali bahan pelajaran yang telah diberikan. Untuk mengukur hasil belajar ini guru dapat menggunakan kata-kata operasional seperti mendifinisikan, melukiskan, mengidentifikasikan.

(b) Pemahaman

Memahami yang dimaksud disini adalah mampu menangkap arti. Dengan demikian maka siswa setelah


(44)

commit to user

mempelajari materi yang diberikan akan dapat mengerti apa yang telah diajarkan. Kata-kata operasional yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan ini antara lain membedakan, mengestimasi, menerangkan, menarik kesimpulan, merangkum.

(c) Penerapan

Adalah kemampuan menggunakan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi nyata (realita) atau situasi baru, termasuk dalam kemampuan ini adalah kemampuan menggunakan konsep, teori, hukum, prinsip atau rumus-rumus.

(d) Menganalisis

Analisis merupakan kemampuan yang lebih tinggi daripada penerapan. Kemampuan analisis adalah kemampuan untuk mengurai atau menjabarkan menjadi bagian-bagian, hubungan antara bagian, serta mengenali kembali organisasi secara keseluruhan. Kata-kata yang menggambarkan tingkah laku analisis ini antara lain menguraikan, memisahkan, menjabarkan dan menurunkan.

(e) Mensitesis

Pada tingkat kemampuan ini siswa memiliki kemampuan untuk merangkai atau mensintesiskan bagian-bagian menjadi satu kebulatan yang terorganisasikan yang bermakna. Termasuk dalam kemampuan ini adalah menyusun suatu karangan, merencanakan suatu persoalan atau masalah. Perilaku yang menggambarkan kemampuan mensintesis ini antara lain mengkatagorisasi, mengkombinasikan, mengkomposisi, merakit,


(45)

commit to user merekonstruksi.

(f) Evaluasi

Kemampuan menilai adalah kemampuan untuk menerapkan ukuran-ukuran atau criteria atau hal yang akan dinilai. Kata-kata yang menggambarkan perilaku atau kemampuan ini antara lain menghargai, mengkritik dan menilai hasil karya.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenan dengan sikap dan nilai yang bertujuan mengembangkan ketajaman emosi. Tipe hasil belajar ranah afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.

Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.

a) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam

menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasinya yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.


(46)

commit to user

kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dan sebagainya.

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhikepribadian dan tingkah lakunya.

3) Ranah Psikomotor

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk ketrampilan dan kemampuan bertindak individu. Ranah psikomotor bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan.

Menurut Muhibbin Syah (1995 : 142) kegiatan evaluasi bertujuan untuk :

a) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam kurun waktu proses belajar tertentu. b) Untuk mengetahui posisi/kedudukan seorang siswa dalam

kelompok kelasnya.

c) Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.

d) Untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kongnitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.


(47)

commit to user

Penilaian dalam proses belajar mengajar menjadi tolak ukur dalam sebuah proses panjang pembelajaran tatap muka dan pertemuan dalam proses belajar pendidik dengan peserta didik yang menghasilkan sebuah kesimpulan utuh untuk menilai kemampuan dan penerimaan peserta didik.

Keberlangsungan pembelajaran tidak dapat lepas dari proses penilaian dan penerimaan pengetahuan dan kecakapan. Proses yang terakumulasi usaha dan kerja keras pembelajaran menjadi sebuah tolak ukur pendidik dalam menentukan keberhasilan proses mengajar. Proses yang terakumulasi itulah menjadi sebuah tolak ukur pendidik dalam menentukan keberhasilan proses mengajar Dalam proses menentukan inilah prestasi belajar siswa dapat diukur dalam proses penilaian akhir pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan juga bahwa pengukuran prestasi belajar sosiologi adalah cara mengukur tingkat prestasi siswa yang dapat memberikan gambaran tentang prestasi rendah, sedang, atau tinggi yang dapat dicapai oleh seorang siswa terhadap mata pelajaran sosiologi.

2.Tinjauan Tentang Bimbingan Orang Tua

a) Pengertian Bimbingan

Dalam mengartikan bimbingan akan dijumpai pengertian yang berbeda-beda namun pada dasarnya pengertian tersebut sama, sehingga dapat saling melengkapi antara pengertian satu dengan yang lain. Bimbingan adalah suatu proses membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuanya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebenar-benarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. Pada hakikatnya bimbingan orang tua merupakan suatu usaha yang dilakukan orang tua dalam membantu anaknya menuju suatu kedewasaan. Siswa bukan sebagai sasaran atau objek bimbingan maka dalam membimbing,


(48)

commit to user

orang tua tidaklah selalu terus menerus mendampingi. Ada saat-saat tertentu dimana siswa harus dilepas dan diberi kebebasan untuk berdiri sendiri.

Menurut Bimo Walgito (1995:4) “bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya,agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.”

Dari pernyataan di atas memiliki makna bahwa bimbingan yang di berikan dapat dilakukan oleh satu orang maupun kelompok yang mempunyai tujuan agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi sehingga ia mampu menjalani hidup dengan kesejahteraan. Dengan memberikan bimbingan siswa mampu menambah pengetahuan, pengalaman dan informasi yang belum pernah ia ketahui. Untuk itu diperlukan seseorang atau ahli yang mempunyai kemampuan dalam memberikan pertolongan supaya dapat membentuk pribadi yang berkualitas.

Menurut Siti Rahayu Haditono dalam Saring Marsudi et al (2003:33) mengemukakan “bimbingan adalah bantuan dari seseorang kepada orang lain, baik siswa, orang muda, maupun orang tua untuk mengembangkan pandangannya sendiri, membuat keputusan sendiri dan mencari cara pengemasannya sendiri.”

Berdasarkan pernyataan di atas mengandung arti bahwa bimbingan merupakan proses yang bertujuan untuk membantu individu agar dapat mandiri. Untuk menjalani suatu kehidupan seseorang harus mendapatkan bimbingan agar hidupnya terarah. Berbagai pelayanan diberikan orang-orang supaya mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan.


(49)

commit to user

Sahlan Syafei (2002:17) menyatakan bahwa “Bimbingan adalah proses untuk membantu siswa untuk mengenal dirinya sendiri dan keluarganya.”

Pernyataan di atas ini memiliki makna bahwa suatu perbuatan yang dilakukan membimbing adalah suatu bentuk usaha mengantar siswa atau individu untuk melepaskan diri dan mandiri. Pemberian bantuan dan pertolongan dalam membimbing dimasukkan supaya individu mampu memahami dirinya sendiri terhadap lingkungan serta digunakan untuk memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Berdasarkan pengertian bimbingan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok, yang diberikan oleh seseorang yang mempunyai kemampuan untuk membimbing, batuan itu diberikan supaya mampu mengenal dirinya sendiri dan keluarganya. Pemberian bantuan ini diberikan kepada individu atau sekelompok individu yang membutuhkan bantuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dan bijaksana. Hal ini dimaksud agar tercapai kemampuan untuk memahami, menerima, mengarahkan dan merealisasikan dirinya dengan lingkungan.

b) Pengertian Orang Tua

Orang tua bertanggung jawab terhadap perkembangan siswa saat berada di rumah. Orang tua dapat membimbing siswa menentukan pilihan-pilihan dan membuat penyesuaian diri dengan lingkungan yang bermanfaat bagi kehidupan mereka juga berperan membimbing siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam proses pencarian jati diri. Bimbingan mencakup pemberian pertolongan pada siswa untuk


(50)

commit to user memecahkan masalah yang di hadapi.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:629) mengatakan bahwa “Orang tua ialah ayah dan ibu kandung.”

Dari peryataan di atas mengandung arti bahwa orang tua adalah orang dewasa yang telah berhasil membina suatu rumah tangga dan mendapatkan suatu keturunan seorang anak dari Tuhan. Orang tua adalah orang yang melahirkan anak-anaknya dan wajib mendidik, membimbing dan mencukupi kebutuhan hidupnya orang tua menjadi suri teladan anaknya, dan orang tua berperan menjadi pendidik pertama karena orang tua sebagai tempat interaksinya anak yang pertama dan bertanggung jawab untuk mendidik, membimbing dan membinanya.

Thamrin Nasution (1986:1) mengemukakan bahwa “Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, yang dalam kehidupannya sehari-hari lazim disebut ibu-bapak”.

Berdasarkan pernyataan di atas ini mengandung arti bahwa orang tua sangat bertanggung jawab terhadap keluarganya. Orang tua setelah melahirkan anak ke dunia ini juga telah mengasuh dan membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Orang tua bisa menjadi suri teladan yang baik, karena anak selalu menjadikan tingkah laku orang tuanya sebagai patokan dasar dalam bertindak. Orang tualah menjadi pendidik pertama dan utama bagi siswa dalam mengarungi kehidupan dan jalan menuju lingkungan sosial yang lebih luas.

Ngalim Purwanto (1988:9) “orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya, oleh karena itu kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya hendaknya kasih sayang sejati yang berarti pendidik atau orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anaknya, dengan menyampingkan keinginan dan kesenangan sendiri.”


(51)

commit to user

Berdasarkan pengertian di atas yang di maksud dengan orang tua adalah pendidik yang kodrati bahwa orang tua telah dikaruniai seorang anak maka secara otomatis orang tua berkewajiban mendidik putra-putrinya agar berkembang menjadi yang dewasa. Sebagai ayah atau ibu mereka bertanggung jawab atas semua kehidupan baik pendidikan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tua, karena orang tua berperan sebagai pembentuk kepribadian kehidupan rohani si individu, dan sebagai penyebab untuk bisa berkenalan dengan alam luar.

Soedomo Hadi (2005:22) ” Orang tua ( ayah dan ibu), menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Orang tua sebagai pendidik adalah kodrati. Dengan kesadaran yang mendalam disertai rasa cinta kasih, orang tua mengasuh dan mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab. Orang tua sering disebut sebagai pendidik kodrat atau pendidik asli, dan berperan dalam lingkungan pendidikan in-formal atau keluarga.”

Berdasarkan pengertian orang tua di atas dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua adalah orang yang melahirkan dan bertanggung jawab atas berlangsungnya kehidupan keluarga, yaitu yang bisa disebut bapak dan ibu. Orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan dan berlangsungnya kehidupan anak-anaknya. Dalam keluarga terjadi pendidikan yang pertama oleh siswa, sehingga orang tua berperan sebagai pembentuk kepribadian kehidupan rohani, dan sebagai penyebab untuk bisa mengenal lingkungannya.

c) Pengertian Bimbingan Orang Tua

Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan seseorang yang diberikan oleh seseorang yang diberikan oleh seseorang yang mempunyai kemampuan untuk membimbing, bantuan itu diberikan suapaya mampu mengenal dirinya sendiri dan keluarganya. Pemberian bantuan ini diberikan kepada individu atau kelompok individu yang


(52)

commit to user

membutuhkan bantuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dan bijaksana. Hal ini dimaksud agar tercapai kemampuan untuk memahami, menerima, mengarahkan dan merealisasikan dirinya dengan lingkungan.

Berbicara mengenai bimbingan kita harus mengulas lebih lanjut siapa yang akan membimbing para siswa. Bimbingan untuk siswa dilakukan oleh seseorang yang dekat dan ada selalu yaitu orang tua. Orang tua adalah pendidik sejati dan pendidik utama serta yang pertama bertanggung jawab atas berlangsungnya kehidupan keluarga, yang biasa disebut dengan ibu dan bapak. Orang tua merupakan orang yang lebih dewasa atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu ibu dan bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, juga telah mengasuh dan membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Orang tua juga memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia dan menjawab secara jelas sesuatu yang tidak di mengerti anaknya. Dalam keluarga terjadi pendidikan yang pertama oleh siswa yaitu dari orang tua, karena orang tua berperan sebagai pembentuk kepribadian kehidupan rohani si siswa, dan sebagai penyebab siswa bisa berkenalan dengan dunia sekelilingnya.

Dari uraian mengenai bimbingan dan orang tua di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan orang tua adalah pemberian bantuan atau pertolongan dari bapak atau ibu sebagai orang yang bertanggung jawab dalam keluarga untuk melakukan secara terus menerus bimbingan dan sistematis pendidikan kepada anaknya, dengan memberikan bimbingan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.


(53)

commit to user d) Tujuan Bimbingan

Dalam kehidupan sehari-hari orang tua selalu memberikan bimbingan pada anaknya dalam berbagai macam hal. Bimbingan yang diberikan oleh orang tua pada anaknya tentu saja bukan tanpa tujuan. Dalam memberikan bimbingan, orang tua memiliki tujuan agar siswa menjadi dewasa dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Menurut Aunur Rahim Fiqih (2001:36) juga mengatakan bahwa tujuan bimbingan meliputi :

1) Tujuan umum

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2) Tujuan khusus

a)Membantu individu agar tidak menghadapi masalah; b)Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapinya;

c)Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

Tujuan bimbingan di atas dapat di uraikan sebagai berikut : 1) Tujuan umum

Tujuan umum bimbingan yaitu untuk membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi sehingga ia mampu menjalani hidup dengan kesejahteraan. Bimbingan yang di berikan ini dapat memberikan bantuan dan pertolongan. Dalam membimbing dimaksudkan supaya individu mampu memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri terhadap lingkungan serta dengan apa yang ia inginkan. Orang tua


(54)

commit to user

memberikan bimbingan agar siswa mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2) Tujuan khusus

Tujuan khusus dari bimbingan yaitu tujuan yang di khususkan untuk melakukan bimbingan seperti membantu individu agar dapat mengahadapi masalah. Dengan memberikan bimbingan dimaksudkan agar individu mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi secara bijaksana. Bantuan yang diberikan termasuk bantuan mengarahkan siswa untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang selalu dilakukan atau sikap hidup yang sering kali menyebabkan timbulnya suatu masalah. Selain itu bimbingan dapat juga membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya dengan adanya bimbingan siswa dapat memilih, memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara bijaksana baik dalam pendidikan, pekerjaan dan sosial-pribadi. Berbagai masalah yang dihadapi biasanya berupa sikap dan kebiasaan yang buruk, atau tidak dapat menyesuaikan diri secara baik dengan lingkungan, sehingga dengan bimbingan mereka mampu mengatasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Bimbingan juga dapat membantu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

e) Jenis Bimbingan

Berbagai macam bimbingan dilakukan oleh orang tua untuk tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dengan demikian macam atau bentuk bimbingan yang diberikan harus diberikan sedemikian rupa, sehingga tujuan tersebut dapat tercapai. Berbagai jenis bimbingan yang harus


(55)

commit to user

diberikan agar seseorang individu, agar mampu menjalankan kehidupannya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Untuk itu perlu dibedakan antara bimbingan yang satu dengan yang lain.

Menurut Winkel (1991:124) mengatakan jenis bimbingan meliputi: 1) Bimbingan karir

2) Bimbingan akademik 3) Bimbingan pribadi 4) Bimbingan sosial

Adapun penjelasan sebagai berikut : 1) Bimbingan Karir

Bimbingan karir digunakan orang tua untuk membantu siswa mengatasi persoalan masa depannya serta untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia pekerjaan. Dalam memilih pekerjaan ataupun dalam bekerja harus menyesuaikan diri dengan dunia kerjanya, maka dari pada itu seorang siswa perlu bimbingan dari orang tuanya yang memberikan tuntutan bimbingan. Bimbingan orang tua diberikan kepada siswa sangat membantu dalam kelangsungan hidupnya. Selain bimbingan dilakukan untuk memilih lapangan pekerjaan, jabatan atau profesi tertentu, bimbingan juga digunakan untuk membekali diri dalam memangku jabatan pekerjaaannya. Bimbingan karir yang di berikan orang tua mampu membantu siswa untuk lebih sukses dan mampu memjalankan karirnya dengan baik.

2) Bimbingan Akademik

Bimbingan akademik dalam keluarga yang dilakukan oleh orang tua adalah bimbingan dalam rangka menemukan cara belajar yang mampu meningkatkan prestasi siswa dan dapat berkreatifitas dalam proses belajar. Keluarga harus mewujudkan suasana belajar yang nyaman pada siswa sehingga mampu belajar kondusif di dalam


(56)

commit to user

rumah. Memilih program studi yang sesuai, orang tua dapat memberikan bimbingan yang sesuai bakat kemampuan dan keinginan siswa sehingga mampu mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar. Dengan bimbingan akademik, orang tua dapat membantu siswa dalam pengenalan terhadap situasi pendidikan, pengenalan terhadap studi lanjutan, dan perencanaan pendidikan untuk masa depannya. Pengenalan terhadap situasi pendidikan sangat diperlukan oleh siswa, khususnya pada masa awal pendidikan. Pengenalan terhadap situasi pendidikan dan pengenalan terhadap studi lanjutan, orang tua perlu membantu dalam hal perencanaan pendidikan. Perencanaan pendidikan ini perlu diperhatikan cita-cita, bakat, minat, dan kemampuan siswa.

1) Bimbingan Pribadi

Bimbingan masalah pribadi yang diberikan pada siswa bertujuan membantu mengatasi masalah pribadi, sebagai akibat kurangnya kemampuan siswa untuk mengadakan penyesuaian diri dengan aspek-aspek perkembangan, keluarga, persahabatan, belajar cita-cita, konflik pribadi, sosial, seks dan lain-lainnya. Bimbingan masalah pribadi lebih bersifat individual dan personal. Karena masing-masing siswa memiliki masalah yang berbeda-beda atau berlainan, sehingga bersifat individual. Maka bimbingan yang diberikanpun juga secara personal atau dengan metode individual yang dilakukan oleh orang tua.

2) Bimbingan Sosial

Dengan memberikan bimbingan sosial pada siswa bertujuan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam kehidupan sosialnya, sehingga ia mampu mengadakan hubungan-hubungan sosial dengan baik. Dalam kesehariannya siswa tidak pernah


(57)

commit to user

lepas dari kehidupan sosialnya. Hal ini disebabkan karena seseorang selalu membutuhkan adanya orang lain, karena manusia hakikatnya sebagai makhluk sosial, yaitu dalam kehidupannya berinteraksi satu dengan yang lain. Namun tidak jarang permasalahan ditemui dalam interaksi tersebut. Maka di sinilah peran bimbingan sosial. Bimbingan sosial yang diberikan oleh orang tua diharapkan mampu membimbing anak-anak mereka dalam mengatasi permasalahan-permasalahan sosialnnya yang berkaitan dengan lingkungan sosial yang diharapkan. Sebagai contoh saat membantu mencari dan menunjukkan cara bergaul dalam kehidupan berkelompok (sosial), membantu dalam memperoleh kesesuaian dalam kehidupan bermasyarakat, dan sebagainya.

f) Fungsi bimbingan

Dalam perkembangan kehidupan siswa, bimbingan yang diberikan oleh orang tua memiliki peran tujuan tertentu. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka bimbingan tersebut harus diberikan dan dilakukan sebaik-baiknya atau semaksimal mungkin. Bimbingan yang dilakukan memiliki fungsi yang beranekaragaman sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. Dengan memperhatikan tujuan dari bimbingan orang tua yang diberikan kepada anaknya tersebut diatas maka dapat dirumuskan fungsi dari bimbingan itu yaitu menurut Aunur Rahim Faqih (2001:37) mengatakan bahwa fungsi bimbingan dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu 1) fungsipreventif, 2) fungsi kuratif dan korektif, 3) fungsi preveservatif, 4) fungsidevelopmentalatau pengembangan.


(58)

commit to user

Fungsi bimbingan tersebut akan penulis uraikan sebagai berikut :

1) FungsiPreventif

Fungsi preventif yaitu berfungsi membantu individu menjaga atau memcegah timbulnya masalah bagi dirinya. Melalui bimbingan yang diberikan orang tua diharapkan dapat membantu siswa dalam berfikir maupun dalam bersikap. Dengan demikian siswa tidak akan salah atau terperosok dalam mengambil keputusan maupun dalam mengambil keputusan maupun dalam melangkah, namun apabila apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau apa yang diinginkan, dalam arti bahwa siswa sudah terlanjur terbentur pada masalah, maka orang tua tetap harus turut ambil bagian, baik secara langsung ataupun tidak langsung, sebagai usaha pemecahan dari masalah tersebut.

2) FungsiKuratifatauKorektif

Fungsi kuratif atau korektif yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. Melalui bimbingan yang diberikan, orang tua dapat membantu siswa dalam menemukan pemecahan atas permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian diharapkan siswa dapat mengambil keputusan secara cermat dan tepat. Orang tua harus dapat membimbing anaknya untuk mememukan jalan keluar dan mengambil keputusan dalam mengatasi masalah tersebut. Upaya ini dapat dirumuskan sebagai fungsi kuratif atau fungsi korektif dari bimbingan yang dilakukan oleh orang tua.

3) FungsiPreservatif

Fungsi preservatif adalah membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good) .” Situasi yang tadinya tidak nyaman dan tidak terkendali


(1)

commit to user

bimbingan dari orang tuanya seperti bimbingan yang menggunakan waktu senggang dan pengawasan dalam belajar maka akan mampu mendampingi dan membantu anak didalam belajar sehingga anak akan lebih memaksimalkan belajar mereka dan dapat meningkatkan prestasinya.

Selain faktor bimbingan orang tua, faktor kenakalan juga dapat mempengaruhi prestasi belajar. Bentuk bimbingan orang tua yang diterapkan pada anak harus sesuai dengan situasi, kondisi dan kepribadian anak agar tidak menyebabkan timbulnya kenakalan. Orang tua memberikan kebebasan bagi anak, namun kebebasan yang bertanggung jawab. Usaha dilakukan dengan untuk mendidik dan menindak remaja yang akan melakukan tindakan kenakalan. Kenakalan dapat terbentuk melalui perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketidak ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan keteriban. Seorang siswa dikatakan memiliki kenakalan yang tinggi apabila ia tidak mau mengikuti dan mentaati peraturan yang telah ditetapkan, melakukan penyimpangan dalam bertindak. Sedangkan prestasi belajar dapat dilihat dari adanya pengetahuan, kecakapan serta keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian. Untuk memperbaiki prestasi belajar anak dapat dilakukan dengan cara membimbing dan menasihati anak agar mau memperbaiki prestasi belajarnya. Dalam hal ini dapat diperkuat dengan hasil penelitian bahwa ada hubungan yang positif antara bimbingan orang tua dan kenakalan siswa dengan prestasi belajar. Jadi hipotesis yang berbunyi : “Ada hubungan yang positif antara bimbingan orang tua dan kenakalan siswa dengan prestasi belajar mata pelajaran

sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 tahun ajaran 2010/2011”,


(2)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1) Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang positif antara bimbingan orang tua dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas XI SMA SMA Kristen 2 tahun ajaran 2010/2011. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa keberhasilan siswa itu tidak hanya berasal dari diri siswa itu sendiri, melainkan didukung dengan adanya bimbingan dari orang tua untuk mengawasi pergaulan anak dan membimbing anak. Hal ini berdasarkan hasil analisis data diperoleh

rx1y = 0,328 dan p = 0,019 hal ini menunjukkan bahwa “ada hubungan

yang positif” (sesuai dengan kaidah uji hipotesis, yaitu p < 0,05 ).

Sumbangan Efektif (SE) Variabel bimbingan orang tua sebesar 10,775%.

2) Terdapat adanya hubungan yang terbalik antara kenakalan siswa dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 tahun ajaran 2010/2011. Kenakalan siswa merupakan suatu kondisi mempengaruhi penurunan prestasi siswa dalam belajar. Kenakalan siswa dapat membuat siswa malas dalam bertanggung jawab akan pentingnya belajar, sehingga hasil belajarnya yang dicapai tidak maksimal. Dengan memiliki rasa tanggung jawab belajar yang tinggi, dan menjaga diri agar tidak terjerumus dalam lingkungan yang salah maka siswa dapat selalu berusaha untuk mencapai prestasi yang optimal. Hal ini berdasarkan hasil analisis yang menunjukkan rx2y =

-0,268 dan p = 0,057 hal ini menunjukkan bahwa “Ada hubungan

yang negatif” (sesuai dengan kaidah uji hipotesis, yaitu p < 0,15 ).


(3)

commit to user

Sumbangan Efektif (SE) Variabel kenakalan siswa sebesar 03,108%. 3) Terdapat adanya hubungan yang cukup signifikan antara bimbingan

orang tua dan kenakalan siswa dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa kelas XI SMA Kristen 2 tahun ajaran 2010/2011. Sebab dengan adanya bimbingan dari orang tua untuk lebih mengawasi pergaulan dan membimbing anak dengan menunjukkan adanya kecenderungan yang mengarah pada pengelolaan dan pengawasan terhadap anak sebagai usaha dalam mencapai kebahagiaan maka dengan sendirinya anak yang bersekolah/siswa akan memiliki kesadaran untuk lebih giat dan menjaga agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja dalam meningkatkan pencapaian prestasi belajar secara optimal. hal ini terbukti dengan hasil analisis yang menunjukkan

rx1x2y = 0,373, p = 0,029 dan F= 3,788 hal ini menunjukkan bahwa

“Ada hubungan yang cukup signifikan” (sesuai dengan kaidah uji

hipotesis, yaitu p < 0,15 ). Sumbangan Efektif (SE) Variabel bimbingan orang tua dan Sumbangan Efektif (SE) kenakalan siswa dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi mempunyai Sumbangan Efektif yang besar yaitu 13,882%.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa implikasi, sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara bimbingan orang tua dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi. Bimbingan orang tua terhadap anak perlu ditingkatkan pengawasan dan membimbing anak yang dapat mendukung untuk meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal. 2. Dengan adanya hubungan yang negatif antara kenakalan siswa dengan


(4)

commit to user

memberikan kesadaran dirinya dalam belajar. Siswa yang tidak mempunyai rasa semangat dan tanggungjawab belajar, secara langsung ataupun tidak langsung mempunyai tidak memiliki tingkat pemahaman serta pengetahuan yang lebih luas untuk menguasai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Sehingga dengan demikian siswa yang nakal mempunyai prestasi yang menurun/buruk.

3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara bimbingan orang tua dan kenakalan siswa dengan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi. Adanya bimbingan orang tua untuk menjaga, mengawasi dan membimbing anak yang baik akan membantu anak dalam pencapaian hasil prestasi belajar yang lebih mudah. Selain itu prestasi belajar juga berhubungan dengan kenakalan siswa. Dalam hal ini kenakalan mempengaruhi dalam pencapaian prestasi belajar. Apabila dalam pengawasan pergaulan orang tua lengah dan anak menjadi malas dan tidak bertanggung jawab serta tidak mau belajar dan lebih cenderung melakukan hal - hal yang negatif maka pencapaian nilai dalam prestasinyapun menurun, dalam meningkatkan prestasi belajar, peran penting bimbingan dari orang tua dapat mencegah

timbulnya kenakalan – kenakalan yang dapat menurunkan prestasi

belajar siswa.

C. Saran

Dari apa yang penulis uraikan dalam sekripsi ini penulis mencoba untuk memberikan saran pada berbagai pihak dalam rangka meningkatkan prestasi belajar Siswa SMA Kristen 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 1. Bagi Guru

Setelah diketahui, bahwa prestasi belajar siswa yang rendah maka dari guru khususnya mata pelajaran sosiologi hendaknya memberikan


(5)

commit to user

perhatian dan pemahaman kepada siswa akan arti penting belajar sehingga secara sadar dapat membiasakan diri untuk belajar yang baik untuk meraih prestasi yang optimal. Oleh karena itu, guru selaku pengajar dan pendidik di sekolah diharapkan senantiasa memperhatikan kondisi perkembangan anak didiknya baik bersifat akademis maupun non akademis atau yang bersifat pribadi yang menyebabkan prestasi belajar siswa menurun.

Sebagai contoh guru tidak segan-segan menanyakan kepada siswa yang prestasinya menurun ketika hasil ulangan dibagikan, apakah dikarenakan faktor keluarga, teman atau lingkungan dan sebagainya. Setelah diketahui penyebabnya, alangkah baiknya guru selalu memberikan dorongan atau motivasi untuk belajar. Agar siswa tidak terjerumus dalam kenakalan maka guru harus memberikan penjelasan tentang kenakalan yang berdampak buruk bagi prestasi belajar dan guru hendaknya memberikan solusi yang tepat tentang cara belajar yang tepat kepada siswa, sehingga siswa secara ikhas mengikuti kegiatan belajar dengan baik.

2. Bagi Orang Tua Siswa

Masih rendahnya prestasi belajar siswa juga disebabkan kurangnya pengawasan dan bimbingan dari orang tua. Kurangnya pengawasan membuat anak merasa bebas melakukan apa saja, dengan kebebasan yang tidak dibatasi tersebut mereka menyalahgunakan keadaan untuk melakukan tindakan penyimpangan.

Agar tidak timbul kenakalan kepada anak dan membuat prestasi belajar anak menurun maka orang tua hendaknya menerapkan bimbingan terhadap anak yang dapat mendukung terciptanya suasana belajar yang kondusif. Orang tua hendaknya memberikan perhatian dalam membimbing putera-puterinya baik yang menyangkut belajar. Disamping itu, setiap hari orang tua dapat meluangkan waktu menyuruh


(6)

commit to user

anaknya untuk belajar termasuk mengingatkan jam belajar dirumah, mendampingi anak dalam belajar. kondisi psikologis serta pandangannya terhadap masa depan. Orang tua hendaknya meningkatkan perhatiannya kepada anak pada waktu anak belajar, sehingga anak dapat mencapai prestasi belajar yang memuaskan serta mengawasi dalam pergaulan anak.

3. Bagi Siswa

Sebagaimana sudah dikemukakan bahwa prestasi belajar yang rendah dapat disebabkan karena pergaulan yang bebas yang mengakibatkan penyimpangan/kenakalan, maka siswa diharapkan

berhati – hati dalam memilih teman bergaul dan dapat menciptakan

lingkungan pergaulan yang baik agar tidak terjerumus dalam tindakan kenakalan.

Siswa hendaknya menyadari arti pentingnya keluarga, karena dari keluarga mereka dapat belajar tumbuh dan berkembang serta membentuk kepribadian yang baik agar bermanfaat bagi diri dan lingkungan sekitar. Memahami keadaan atau suasana di rumah, sehingga remaja dapat membina hubungan baik dengan orang tua atau anggota keluarga lainnya. Disamping itu, remaja hendaknya juga mempunyai tanggung jawab dalam belajar yang tinggi sehingga dapat meningkatkan prestasi. Dan sebagai remaja yang memiliki kewajiban sebagai siswa, hendaknya remaja menyadari arti penting belajar bagi dirinya dan masa depannya, karena ada hubungannya dalam pencapaian cita-citanya.


Dokumen yang terkait

Tingkat pendidikan orang tua dan hubungannya dengan prestasi belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah Hayatul Islam Tanah Abang Jakarta Pusat

0 4 68

Hubungan antara komunikasi orang tua dan siswa dengan prestasi belajar siswa : studi penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pamulang

0 5 94

Hubungan Antara Perhatian Orangtua Dengan Prestasi Belajar Siswa

1 6 100

HUBUNGAN ANTARA PERAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KARANGDOWO, KLATEN TAHUN AJARAN 2009 2010

1 5 115

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PURWANTORO 2009 2010

0 3 115

HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

0 11 193

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN METODE MENGAJAR GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK PADA Hubungan Bimbingan Orang Tua dan Metode Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Siswa di SMP Penda Tawangmangu.

0 1 20

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 1 11

HUBUNGAN FASILITAS DAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MINAT BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BANYUDONO

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD KRISTEN KALAM KUDUS TAHUN PELAJARAN 20102011

0 0 175