PENGGUNAAN WEBSITE DALAM MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL DENGAN SETTING KOOPERATIF PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS.
PENGGUNAAN WEBSITE DALAM MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL DENGAN SETTING KOOPERATIF PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
OLEH : M. CHANDRA
NIM. 1202154
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
DENGAN SETTING KOOPERATIF PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS
Oleh:
M. Chandra NIM. 1201254
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing 1,
Dr. Ida Hamidah, M.Si. NIP. 1968092619993032002
Pembimbing 2,
Dr. Wawan Setiawan, M.Kom. NIP. 196601011991031005
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 1968070319920320
(3)
DENGAN SETTING KOOPERATIF PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS
Oleh M. Chandra
S.Pd FKIP Universitas Riau, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Fisika
© M. Chandra 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(4)
iv M.Chandra, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Perubahan Konseptual ... 9
B. Kooperatif Problem Solving ...13
C. Website Sebagai Media Pembelajaran ...16
D. Penggunaan Website dalam Model Perubahan Koonseptual dengan Setting Kooperatif Problem Solving ...19
E. Konsep dan Pemahaman Konsep ...24
F. Kemampuan Pemecahan Masalah ...27
G. Kerangka Berpikir ...31
H. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ...34
I. Pertimbangan Materi Subyek Teori Kinetik Gas ...35
BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Peneleitian ... 47
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 48
C. Variabel Penelitian ... 48
D. Defenisi Operasional ... 49
E. Prosedur Penelitian... 50
F. Instrumen Penelitian ... 52
G. Teknik Analisis Data ... 64
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 70
(5)
v
2. Data Pemahaman Konsep Teori Kinetik Gas ... 75
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Teori Kinetik Gas ... 80
4. Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 85
5. Tanggapan Siswa terhadap Penggunaan Website dalam Model Perubahan Konspetual dalam Setting Kooperatif Problem Solving ... 88
B. Pembahasan ... 88
1. Pemahaman Konsep Siswa ... 89
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 92
3. Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 95
4. Tanggapan Siswa terhadap Penggunaan Website dalam Model Perubahan Konspetual dalam Setting Kooperatif Problem Solving ... 97
3. Keunggulan dan Kendala yang Dihadapi Guru dalam Penggunaan Website dalam Model Perubahan Konspetual dalam Setting Kooperatif Problem Solving ... 98
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 100
B. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 102
(6)
vi M.Chandra, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tahapan Model Perubahan Konseptual ... 12
2.2 Intisari Pengembangan Model Perubahan Konseptual dengan Setting Kooperatif Problem Solving Berbantuan Website... 22
2.3 Hubungan antara Sintaks Model, Website, Indikator Pemahaman Konsep, dan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah ... 30
3.1 Desain Penelitian ... 47
3.2 Rekapitulasi Soal Per Aspek Pemahaman Konsep ... 56
3.3 Kategori Reliabilitas Tes ... 57
3.4 Kategori Indeks Diskriminasi ... 58
3.5 Kategori Indeks Kemudahan ... 59
3.6 Hasil Uji Coba Pertama Tes Pemahaman Konsep ... 60
3.7 Hasil Uji Coba Kedua Tes Pemahaman Konsep ... 61
3.8 Hasil Uji Coba Pertama Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 63
3.9 Hasil Uji Coba Kedua Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 63
3.10 Kategori Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 65
3.11 Kategori Tanggapan Siswa ... 69
3.12 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 69
4.1 Skor Pretest, Posttest, dan N-Gain Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 75
4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest, Posttest, dan N-Gain Tes Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 78
4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest, Posttest, dan N-Gain Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 79
4.4 Uji Beda Rata-Rata N-Gain Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 79
4.5 Skor Pretest, Posttest, dan N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 80
4.6 Hasil Uji Normalitas Pretest, Posttest, dan N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 83
4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest, Posttest, dan N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 84
4.8 Uji Beda Rata-Rata N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 84
(7)
vii
4.9 Hasil Observasi Keterlaksanaan Penggunaan Website dalam Model
Perubahan Konseptual dengan Setting Kooperatif Problem Solving (Kelas Eksperimen) ... 85 4.10 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Perubahan Konseptual dengan
Setting Kooperatif Problem Solving (Kelas Kontrol) ... 86 4.11 Rekapitulasi Hasil Analisis Skala Sikap Tanggapan Siswa terhadap
Penggunaan Website dalam Model Perubahan Konseptual dengan Setting Kooperatif Problem Solving (Kelas Eksperimen) ... 87
(8)
viii M.Chandra, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 2.1 Diagram Model Perubahan Konseptual dengan Setting Kooperatif
Problem Solving ... 22
2.2 Perubahan Volume Akibat Perubahan Tekanan Saat Suhu Konstan ... 37
2.3 Perubahan Volume Akibat Perubahan Suhu Saat Tekanan Konstan ... 38
2.3 Perubahan Tekanan dan Suhu Saat Volume Konstan ... 39
2.5 Partikel Gas Dalam Kubus ... 43
3.1 Alur Penelitian ... 53
3.2 Alur Pengujian Hipotesis ... 66
4.1 Halaman Dashbord Guru ... 71
4.2 Halaman Perancanagan Website ... 72
4.3 Halaman Tampilan Pembuka Website ... 76
4.4 Grafik Persentase Nilai Pretest, Posttest, dan N-Gain Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 76
4.5 Grafik Persentase Nilai Pretest, Posttest, dan N-Gain pada Setiap Aspek Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 77
4.6 Grafik Presentase Nilai Pretest, Posttest, dan N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 81 4.7 Grafik Presentase Nilai Pretest, Posttest, dan N-Gain Setiap Tahapan
(9)
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran A. Perangkat Pembelajaran ... 107 Lampiran B. Instrumen Penelitian ... 165 Lampiran C. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 204 Lampiran D. Pretest, Posttest, N-Gain, Keterlaksanaan Pembelajaran, dan
Skala Sikap ... 210 Lampiran E. Dokumen Penelitian ... 260
(10)
ii M.Chandra, 2014
PENGGUNAAN WEBSITE DALAM MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL DENGAN SETTING KOOPERATIF PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA
PADA MATERI TEORI KINETIK GAS M. Chandra
1202154 Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi media pembelajaran berbasis website dan mendapatkan gambaran tentang penerapan pembelajaran dengan menggunakan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving pada materi teori kinetik gas di SMA dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dan deskriptif yang dilakukan di salah satu SMA Negeri Provinsi Riau dengan sampel siswa kelas XI IPA semester 2 pada tahun ajaran 2013/2014. Pengumpulan data dilakukan dengan pretest dan posttest untuk mengukur peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan skala sikap untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji-t pada N-gain pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving pada materi teori kinetik gas secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa dibandingkan dengan penggunaan model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving tanpa berbantuan website. Hal ini dapat dilihat dari N-Gain pemahaman konsep untuk kelas eksperimen sebesar 0,58, sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 0,51. N-Gain kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen sebesar 0,42 lebih tinggi dibanding N-Gain kelas kontrol sebesar 0,35. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA dibandingkan penggunaan model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving tanpa berbantuan website.
Kata kunci : website, model perubahan konseptual, kooperatif problem solving, pemahaman konsep, kemampuan pemecahan masalah, teori kinetik gas
(11)
iii
PENGGUNAAN WEBSITE DALAM MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL DENGAN SETTING KOOPERATIF PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA
PADA MATERI TEORI KINETIK GAS M. Chandra
1202154 Abstrak
This study aims to construct a web-based instructional media, and get an overview of the application of learning to use the website in a conceptual change model by setting cooperative problem solving in gas kinetic theory of matter at high school in improving the understanding of concepts and problem solving skills of students. The research method used was a quasi-experimental and descriptive conducted in one of the high school in Riau province with a sample of students of grade twelve in second semesters in the academic year 2013/2014. The data was collected pretest and posttest to measure the increase in understanding concepts and problem solving skills, observation sheets and attitude scale feasibility study to determine the response of students to the use of the website in the conceptual change model by setting cooperative problem solving. Hypothesis test is performed using t-test on the N-gain conceptual understanding and problem solving skills. The results showed the use of the website in the conceptual change model by setting cooperative problem solving in the gas kinetic theory of matter can significantly improve the understanding of concepts and problem-solving ability of students compared with the use of models with a conceptual change model by setting cooperative problem solving without website. It can be seen from the N-Gain understanding of the concept for the experimental class of 0.58, whereas for the control class is 0.51. N-Gain experimental class problem solving ability of 0.42 was higher than the N-Gain control class is 0.35. It can be concluded that the use of the website in the conceptual change model by setting cooperative problem solving was more effective in increasing the understanding of concepts and problem solving skills of high school students as compared with the use of a conceptual change model by setting cooperative problem solving without website.
Keywords: websites, conceptual change model, cooperative problem solving, conceptual understanding, problem solving skills, the kinetic theory of gases
(12)
M.Chandra, 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran fisika dipandang penting dalam pembelajaran pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) karena fisika memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai wahana mengembangkan berbagai kemampuan yang ada dalam diri peserta didik. Kemampuan yang sangat penting dimiliki adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi yang merupakan salah satu kemampuan yang sangat dibutuhkan bagi perkembangan teknologi maju dan kemampuan yang dibutuhkan ketika siswa dihadapkan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Fisika merupakan ilmu yang sistematis dan menyatu. Sistematis karena produk yang satu berkaitan dengan produk yang lain, dan menyatu karena produk satu dengan lainnya dapat saling menunjang (Sutarto dan Indrawati, 2010). Sifat materi fisika sendiri tersusun oleh konspe-konsep yang konkret dan abstrak. Materi fisika yang bersifat abstrak sebagian besar sulit untuk divisualisasikan sehingga menyebabkan siswa kesulitan dalam menelaah konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak. Hal inilah yang membuat siswa beranggapan bahwa fisika menjadi sulit dan membosankan.
Teori kinetik gas merupakan salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran fisika di kelas XI IPA SMA/MA yang banyak terdapat konsep-konsep yang bersifat abstrak. Konsep seperti ini terdapat pada pembahasan mengenai perilaku-perilaku partikel gas secara mikroskopik dan kaitannya dengan besaran-besaran makroskopik. Karakteristik materi yang abstrak tersebut akan mudah dipahami jika dikaitan dengan pengalaman sehari-hari yang divisualiasisikan dalam pembelajaran sehingga diperlukan media yang memungkinkan hadirnya simulasi-simulasi materi teori kinetik gas pada fenomena-fenomena yang bersifat mikroskopik agar konsep-konsep teori kinetik gas mudah dipahami oleh siswa.
(13)
Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi secara cepat, juga berdampak kepada pengembangan media belajar bagi siswa. Teknologi ini menawarkan media pembelajaran alternatif cara untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Salah satu media yang banyak digunakan adalah pemanfataan internet sebagai media pembelajaran melalui pembelajaran berbantuan website. Website memiliki beberapa keunggulan dibandingkan media pembelajaran lain berbasis teknologi informasi. Website sebagai media pembelajaran menawarkan kemudahan dalam mengakses informasi melalui internet, baik melalui perangkat keras portable (personal computer), maupun perangkat keras movable (laptop, PDA, atau handphone), dan dapat dilakukan dimana saja serta oleh siapa saja termasuk oleh siswa. Melalui website diharapkan dapat memperbaiki konsepsi siswa tentang proses makrokospik dan mikroskopik yang berkaitan dengan materi teori kinetik gas melalui simulasi dan eksperimen virtual yang tersedia. Website juga menyediakan berbagai macam sumber belajar yang relevan dengan materi pembelajaran melalui link-link yang diberikan sehingga membantu siswa mencari sumber-sumber yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Clinch dan Richard (2002) dalam penelitiannya tentang bagaimana internet dapat digunakan untuk meningkatkan pengajaran fisika menemukan bahwa penggunaan animasi sangat membantu pembelajaran fisika khususnya dalam praktikum. Mubarak (2009) telah melakukan penelitian dengan mengaplikasikan model pembelajaran berbasis web untuk meningkatkan keterampilan generik sains dan penguasaan konsep siswa SMA pada materi fluida dinamis. Fajarudin (2011) juga melakukan penelitan penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Website untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X pada topik listrik arus searah. Selain itu, Wena (2011) telah mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis E-Module bermuatan model perubahan konseptual dalam pembelajaran fisika di SMA.
Dalam Kurikulum 2013 pada tingkat SMA/MA tujuan yang harus dikuasai sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) menurut kementerian Pendidikan dan kebudayaan (2013) adalah:
(14)
M.Chandra, 2014
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Pencapaian kompetensi inti di atas tidak akan tercapai apabila siswa tidak memiliki pemahaman konsep yang kuat melekat dalam pikirannnya. Memahami konsep dengan baik adalah hasil utama dari sebuah pendidikan. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun (building rocks) berpikir manusia. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi (Dahar, 2011). Hal ini sejalan dengan pendapat Santyasa (2009) yang menyebutkan bahwa pemahaman (understanding) merupakan kata kunci dalam pembelajaran karena memahami konsep-konsep merupakan prasyarat mutlak untuk tingkatan kemampuan kognitif yang lebih tinggi seperti pemecahan masalah yang meliputi aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Fakta lain yang ditemukan adalah tidak adanya kegiatan melatihkan keterampilan dalam memecahkan masalah fisika secara sistematis sehingga kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa sama sekali menjadi tidak berkembang. Pemecahan masalah dalam pembelajaran hanya dilakukan melalui penyelesaian soal-soal yang bersifat kuantitatif dan tidak kontekstual dengan kehidupan sehari-hari. Padahal kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan yang harus dilatihkan karena dengan memilki kemampuan pemecahan masalah yang baik, maka siswa akan meiliki bekal yang cukup ketika
(15)
menghadapi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian Adeyemo (2008) menemukan bahwa “three exist a significant relationship between teaching-learning and problem solving task in physics. The relationship is significant at 17% and has a significant impact of teaching learning in physics”. Sejalan dengan hal itu, Santyasa (2009) menjelaskan terdapat pengaruh interaktif antara model dan setting pembelajaran terhadap pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah. Pengembangan pemahaman dan kemapuan pemecahan masalah bagi siswa menunjukkan betapa pentingnya kemampuan pemecahan masalah dilatihkan pada tingkat SMA/MA.
Dari permasalahan di atas, maka sudah sebaiknya sebuah pembelajaran diarahkan pada hal yang mencakup cara pandang siswa dengan cara meningkatkan perpaduan konsepsi yang tepat secara ilmiah. Piaget (dalam Darmadi, 2007) mengusulkan untuk membantu perubahan konseptual, maka para siswa harus dihadapkan pada contoh-contoh yang ganjil (discrepant event) yang kontradiksi dengan konsepsi mereka agar dapat menimbulkan konflik kognitif. Siswa pada dasarnya memiliki pengetahuan awal, yaitu pengetahuan yang akan menjadi dasar untuk membangun pengetahuan mereka selanjutnya. Konsep awal tentang sesuatu objek yang dimiliki oleh siswa, tidak mustahil apabila berbeda dengan konsep yang diajarkan di sekolah tentang objek yang sama. Hal semacam inilah yang kemudian menyebabkan pengetahuan awal tersebut dapat menjadi suatu miskonsepsi. Untuk itu, sebuah pembelajaran harus dikonstruk untuk membantu atau memberi jalan kepada siswa sehingga diharapkan pemahaman konsep yang diperoleh siswa dapat mengubah konsepsi siswa dan miskonsepsi yang ada pada siswa dapat diremediasi. Salah satu model pembelajaran yang mengarahkan siswa pada perubahan konseptual adalah model perubahan konseptual.
Model perubahan konseptual merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang perlu dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar yang diinginkan dengan mendasarkan diri pada paham konstruktivisme sehingga mengembangkan kemampuan berpikir siswa untuk
(16)
M.Chandra, 2014
menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru dalam proses pembelajaran. Model perubahan konseptual menyajikan materi yang penuh dengan muatan konsep, generalisasi dan teori. Dalam proses pembelajaran, siswa menginterpretasikan tentang gejala-gejala yang ada di sekitarnya. Jawaban siswa terhadap suatu persoalan yang dikemukakan yang bersumber dari pengetahuan awal mereka adalah jawaban yang terbaik bagi mereka saat itu. Kalaupun jawaban tersebut salah, guru membantu atau memberi jalan kepada siswa sehingga dengan demikian diharapkan jawaban menjadi lebih baik dan tidak terjadi kesalahan konsep yang akan dibawa siswa ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Model perubahan konseptual memiliki keterbatasan karena lebih kepada fokus peningkatan pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu, untuk melatihkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dalam prosesnya model perubahan konseptual dapat dipadukan dengan pembelajaran yang mampu memberikan jalan bagi siswa untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah. Dalam hal ini, model perubahan konseptual dapat dipadukan dalam setting kooperatif problem solving yang dikenalkan pada tahapan kelima dan kenam pembelajaran model perubahan konseptual. Salah satu kooperatif problem solving yang ada saat ini adalah yang dirumuskan oleh Heller, P., & Heller,K. dari University of Minnesota USA. Dalam setting kooperatif problem solving berguna ketika masalah yang akan diselesaikan cukup kompleks, sehingga kesulitan yang ditemui ketika siswa bekerja sendiri dapat diatasi melalui bekerja secara bersama-sama untuk melakukan diskusi tentang strategi pemecahan masalah yang akan diambil (Heller, P. et.al, 1999).
Berdasarkan paparan di atas dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dipandang perlu suatu penelitian mengenai penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA pada materi teori kinetik gas.
(17)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving berbantuan website dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA pada materi teori kinetik gas dibandingkan pembelajaran dengan menggunakan model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving tanpa menggunakan website?”
Untuk lebih memperjelas rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian terfokus pada:
1. Bagaimanakah perbandingan peningkatan pemahaman konsep antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving tanpa menggunakan website pada materi teori kinetik gas?
2. Bagaimanakah perbandingan peningkatan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving website tanpa menggunakan website pada materi teori kinetik gas?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving pada materi teori kinetik gas?
C.Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan mencapai sasaran, maka peneliti membatasi permasalahan antara lain :
1. Pemahaman konsep dalam penelitian ini yaitu menurut taksonomi domain kognitif Bloom yang telah direvisi (Anderson, L. W. et al., 2001) terdiri dari tujuh jenis, antara lain : menginterpretasi, mencontohkan, mengklasifikasi,
(18)
M.Chandra, 2014
merangkum, menarik kesimpulan, membandingkan, dan menjelaskan. Dalam penelitian ini digunakan 3 indikator pemahaman konsep saja yang disesuaikan dengan materi teori kinetik gas yaitu menginterpretasi, menarik kesimpulan, dan menjelaskan. Dalam penelitian ini pemahaman konsep siswa diukur sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan tes pemahaman konsep berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator pemahaman konsep. Data pemahaman konsep didapat dari instrumen berupa soal pilihan ganda. Peningkatan pemahaman konsep yang dimaksud adalah peningkatan skor test setelah dilakukan treatment. Peningkatan pemahaman konsep teori kinetik gas diukur dengan membandingkan nilai rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> pemahaman konsep antara kelas ekperimen dan kelas kontrol.
2. Kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan konsep-konsep teori kinetik gas yang dipelajarinya untuk memecahkan berbagai masalah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik yang terkait gejala alam maupun pada peralatan atau karya teknologi. Kemampuan pemecahan masalah yang diukur dalam penelitian ini disesuaikan dengan tahapan pemecahan masalah menurut Heller, P, et.al (1999) yaitu fokus masalah, menggambarkan secara fisika, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan perencanaan, dan mengevaluasi jawaban. Kemampuan pemecahan masalah diukur dengan menggunakan tes dalam bentuk uraian yang terdiri dari soal aspek penerapan dan analisis. Soal-soal tes kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini berkaitan dengan permasalahan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa diukur dengan membandingkan nilai nilai rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> kemampuan pemecahan masalah antara kelas ekperimen dan kelas kontrol. 3. Tanggapan adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsangan dari
lingkungan. Tanggapan biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perlakuan. Tanggapan dalam penelitian ini
(19)
adalah tanggapan siswa terhadap penggunaan website dalam model perubahan konseptual berbantuan website dengan setting kooperatif problem solving pada materi teori kinetik gas. Untuk melihat tanggapan siswa digunakan tes skala sikap berupa skala Likert dengan menggunakan empat kategori respon yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) (Sugiyono, 2011).
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi media pembelajaran berbasis website dan mendapatkan gambaran tentang penerapan pembelajaran dengan menggunakan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving pada pembelajaran materi teori kinetik gas di SMA dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving.
E. Manfaat Penelitian
Data hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris tentang efektivitas pembelajaran fisika dengan menggunakan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving untuk meningkatkan pemahaman konsep dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi teori kinetik gas yang nantinya dapat memperkaya hasil-hasil penelitian pendidikan dan dapat digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, seperti guru, dosen dan peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian sejenis.
(20)
M.Chandra, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperiment dan metode deskriptif. Metode quasi eksperiment digunakan untuk mendapatkan gambaran peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah, sedangkan metode deskriptif untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “The Randomized Pretest-Postest Control Group Design” (Fraenkel dan Wallen, 2007). Dalam desain ini pembelajaran dilakukan menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara acak. Kelompok eksperimen menggunakan pembelajaran dengan penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving dan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran dengan penggunaan model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving tanpa menggunakan website. Terhadap dua kelompok dilakukan pretest dan posttest untuk melihat peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah sebelum dan setelah pembelajaran. Ilustrasi desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini seperti Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1
Desain Penelitian (Fraenkel dan Wallen, 2007)
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen (R) O1 O2 X O1 O2 O3
(21)
Keterangan: X
Y
O1 O2 O3
= =
= = =
Perlakuan pembelajaran dengan penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving Perlakuan pembelajaran dengan model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving tanpa berbantuan website
Pretest dan posttest pemahaman konsep
Pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah Tes skala sikap untuk tanggapan siswa
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA pada sebuah SMA Negeri di Kota Pekanbaru pada Tahun Ajaran 2013/2014 yang memiliki 4 kelas dengan komposisi siswa masing-masing 38-39 orang dalam satu kelas.
2. Sampel
Sampel dari penelitian kali ini adalah siswa di dua kelas XI IPA yang dipilih menggunakan metode “randomized sampling class”. Teknik random dilakukan dengan cara pengundian. Pengundian sampel dilakukan pada semua kelas, karena setiap kelas memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel sehingga diperoleh satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol (Ruseffendi, 1998).
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua buah variabel yaitu variabel bebas dnan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving, sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah.
(22)
M.Chandra, 2014
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dilakukan pendefinisian secara operasional sebagai berikut : 1. Model perubahan konseptual memberikan landasan pikir bahwa pengetahuan yang
telah dimiliki oleh seseorang sesungguhnya berasal dari pengetahuan yang secara spontan diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan. Model perubahan konseptual dalam penelitian ini memiliki enam langkah pembelajaran yaitu: (1) Sajian pertanyaan-pertanyaan resitasi dan konstruksi; (2) Sajian miskonsepsi yang berkaitan dengan masalah sebelumnya; (3) Sajian strategi sangkalan diikuti eksperimen, demonstrasi, analogi, konfrontasi, atau contoh-contoh tandingan; (4) Pembuktian konsep atau prinsip ilmiah secara teoretik; (5) Penerapan konsep dan prinsip-prinsip ilmiah untuk pemecahan masalah dalam konteks dunia nyata; dan (6) Sajian pertanyaan-pertanyaan pengembangan pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah (Santayasa, 2008). Dalam rangka membantu siswa untuk melatih kemampuan dalam memecahkan masalah, model perubahan konseptual dilaksanakan dengan setting kooperatif problem solving yang dikenalkan dan dilatihkan pada tahap kelima dan keenam pembelajaran. Sedangkan model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving menggunakan website dalam penelitian ini digunakan untuk membantu siswa memahami fenomena-fenomena yang bersifat mikroskopik. Untuk memantau keterlaksanaan dalam pembelajaran dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi.
2. Pemahaman konsep dalam penelitian ini yaitu menurut taksonomi domain kognitif Bloom yang telah direvisi (Anderson, L. W. et al., 2001) terdiri dari tujuh jenis, antara lain : menginterpretasi, mencontohkan, mengklasifikasi, merangkum, menarik kesimpulan, membandingkan, dan menjelaskan. Dalam penelitian ini digunakan 3 indikator pemahaman konsep saja yang disesuaikan dengan materi teori kinetik gas yaitu menginterpretasi, menarik kesimpulan, dan menjelaskan. Dalam penelitian ini pemahaman konsep siswa diukur
(23)
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan tes pemahaman konsep berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator pemahaman konsep. Data pemahaman konsep didapat dari instrumen berupa soal pilihan ganda. Peningkatan pemahaman konsep yang dimaksud adalah peningkatan skor test setelah dilakukan treatment. Peningkatan pemahaman konsep teori kinetik gas diukur dengan membandingkan nilai rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> pemahaman konsep antara kelas ekperimen dan kelas kontrol.
3. Kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan konsep-konsep teori kinetik gas yang dipelajarinya untuk memecahkan berbagai masalah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik yang terkait gejala alam maupun pada peralatan atau karya teknologi. Kemampuan pemecahan masalah yang diukur dalam penelitian ini disesuaikan dengan tahapan pemecahan masalah menurut Heller, P, et.al (1999) yaitu fokus masalah, menggambarkan secara fisika, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan perencanaan, dan mengevaluasi jawaban. Kemampuan pemecahan masalah diukur dengan menggunakan tes dalam bentuk uraian yang terdiri dari soal aspek penerapan dan analisis. Soal-soal tes kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini berkaitan dengan permasalahan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa diukur dengan membandingkan nilai nilai rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> kemampuan pemecahan masalah antara kelas ekperimen dan kelas kontrol.
E.Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
a. Melakukan Studi pendahuluan berupa wawancara kepada guru, studi literatur terhadap jurnal, buku, dan laporan penelitian mengenai model
(24)
M.Chandra, 2014
perubahan konseptual, setting kooperatif problem solving dan website, menganalisis kurikulum IPA Fisika SMA 2006, dan materi pelajaran Fisika kelas XI IPA SMA.
b. Menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, Rencana Pembelajaran (RP), Skenario Pembelajaran (SP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
c. Membuat instrumen penelitian yang meliputi tes pemahaman konsep, tes kemampuan pemecahan masalah, lembar observasi, dan skala sikap. d. Membuat storyline program website yang kemudian merancang website
pada template website yang disediakan pada alamat wise.upi.edu. Website diisi dengan materi-materi ajar, simulasi-simulasi, dan laboratorium virtual yang tersedia di internet.
e. Meminta pertimbangan dosen ahli terhadap instrumen dan website yang dibuat kemudian melakukan revisi berdasarkan saran dosen ahli.
f. Melakukan uji coba dan analisis instrumen penelitian untuk mengukur reliabilitas butir-butir soal yang akan digunakan pada tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).
g. Merevisi/memperbaiki instrument yang sudah divalidasi dan diuji coba. h. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
i. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah tahap dimana proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi:
a. Memberikan pretest untuk mengetahui pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah awal pada kedua kelompok sampel tentang materi teori kinetik gas.
b. Melakukan proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol. c. Melakukan observasi keterlaksanaan penggunaan website dalam model
(25)
d. Memberikan posttest untuk mengetahui pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah pada kedua kelompok sampel tentang materi teori kinetik gas setelah mendapatkan perlakuan.
e. Menyebarkan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving.
3.Tahap Analisis Data
Pelaksanaan tahapan analisis data meliputi:
a. Pengolahan data hasil penelitian berupa data pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa, baik sebelum perlakuan maupun sesudah diberikan perlakuan.
b.Menganalisis dan membahas temuan yang diperoleh sebelum penelitian. c. Menarik kesimpulan berdasarkan tujuan penelitian yang diajukan.
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan ditunjukkan alur penelitian pada Gambar 3.1.
F. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1.Skala Sikap
Skala sikap digunakan untuk memperoleh tanggapan siswa tentang penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving pada materi teori kinetik gas. Skala sikap dikembangkan dalam bentuk angket yang diolah menggunakan skala Likert, dengan menggunakan empat kategori respon yaitu; sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011). Untuk keperluan analisis kuantitatif pertanyaan positif
(26)
M.Chandra, 2014
Pengembangan Website dalam MPK setting kooperatif problem
solving pada materi Teori
Kinetik Gas
Revisi Website Pembuatan
Website Penyusunan Instrumen
1.Tes PK dan KPM 2. Skala sikap
3. Pedoman observasi
Penyusunan Rencana Pembelajaran Validasi, Uji coba,
Revisi
Tes akhir Tes awal
Implementasi MPK dengan setting kooperatif
problem solving
Analisis Data Kesimpulan
Masalah Studi Literatur
Implementasi Website dalam MPK dengan setting kooperatif problem solving pada materi Teori Kinetik
Angket Observasi
Penyusunan Proposal
dikaitkan dengan nilai SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1. Sebaliknya untuk pertanyaan negatif dikaitkan dengan nilai SS = 1, S = 2, TS = 3, dan STS = 4. Angket skala sikap tanggapan siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.6.
(27)
Gambar 3.1 Alur Penelitian
2.Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengukur sejauh mana tahapan pembelajaran dengan penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving yang telah direncanakan terlaksana dalam proses belajar mengajar. Instrumen keterlaksanaan model pembelajaran ini berbentuk rating scale yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer hanya memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang diobservasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran fisika berbasis proyek yang diterapkan. Pada lembar ini juga terdapat kolom catatan keterangan untuk mencatat kejadian-kejadian yang dilakukan siswa dalam setiap fase pembelajaran. Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.3 dan B.4.
3. Tes
Tes digunakan untuk mengukur pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah pada materi teori kinetik gas melalui pembelajaran fisika. Untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa digunakan instrumen berupa 22 soal pilihan ganda, sedangkan untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa dikembangkan instrumen berbentuk uraian sebanyak 9 soal. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di awal (tes awal) dan akhir (tes akhir) perlakuan. Tes awal digunakan untuk melihat kondisi awal subyek penelitian. Hasil tes ini akan dihitung gain yang dinormalisasi (N-Gain) digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa pada konsep teori kinetik gas melalui penggunaan
(28)
M.Chandra, 2014
website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving.
Butir soal tes yang dikembangkan kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dinilai oleh pakar, dan diujicobakan untuk mengukur reliabilitas tes, daya pembeda, serta tingkat kemudahan tes. Adapun teknik analisis instrumen tes dan deskripsi hasil ujicoba instrument tes dijelaskan sebagai berikut.
a. Analisis Instrumen Tes
Penelitian yang berkualitas diperlukan pengumpulan data yang berasal dari tes yang baik. Syarat tes yang baik memenuhi kriteria validitas konstruksi menurut Ahli, reliabilitas tinggi, tingkat kesukaran yang layak, dan daya pembeda yang baik. Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan, maka sebelum digunakan seharusnya tes tersebut dinilai oleh Ahli untuk mendapatkan gambaran validitas konstruksi, dan diuji coba untuk mendapatkan gambaran reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Analisis setiap bagian dijabarkan sebagai berikut.
1) Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang dgunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid dimana intsrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2011). Uji validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas yang dihubungkan dengan kriteria (criteria related validity). Pengujian validitas instrumen yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengujian validitas konstruksi (construct validity). Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts) (Sugiyono, 2011). Judgment ahli untuk mendapatkan validitas konsrtuksi pada penelitian ini dilakukan oleh tiga orang ahli selama 1 minggu.
a) Validitas Konstruksi untuk Instrumen Pemahaman Konsep
Jumlah soal pemahaman konsep yang dinilai oleh ahli sebanyak 22 soal pilihan ganda dengan rincian untuk aspek kemampuan menafsirkan sebanyak 7
(29)
soal, menarik kesimpulan sebanyak 7 soal, dan menjelaskan sebanyak 8 soal. Rekapitulasi sebaran soal per aspek kemampuan pemahaman konsep sebelum dinilai dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Rekapitulasi Soal Per Aspek Pemahaman Konsep
Sub Konsep
Aspek Pemahaman Konsep Menafsirkan
(Interpretating)
Menarik Kesimpulan
(Inferring)
Menjelaskan (Explaining)
Hukum – Hukum Gas
dan Persamaan Gas Ideal 1,4,7 3,6,8,11 2,5,9,10 Teori Kinetik Gas dan
Ekipartisi Energi 12,14,20,22 15,16,18 13,17,19,21 Hasil judgment dari ahli 1, 2, dan 3 untuk seluruh soal pemahaman konsep secara umum meliputi aspek-aspek pemahaman konsep, indikator soal, dan uraian pada setiap soal mengenai kesesuaian kunci jawaban pada setiap soal. Komentar umum mengenai seluruh soal pemahaman konsep dapat dilihat pada lembar judgment dalam lampiran E.
b) Validitas Konstruksi untuk Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah
Jumlah soal kemampuan pemecahan masalah yang dinilai oleh ahli sebanyak 9 soal uraian dengan rincian soal untuk label konsep hukum-hukum gas dan persamaan gas ideal sebanyak 5 soal, dan label konsep teori kinetik gas dan ekipartisi energi sebanyak 4 soal. Secara umum komentar ahli 1, 2, dan 3 untuk seluruh soal kemampuan pemecahan masalah menyatakan kesesuaian indikator soal, uraian soal, dan aspek pemecahan masalah soal fisika menurut Heller, et al. Komentar umum hasil judgment soal kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada lembar judgment lampiran E.
(30)
M.Chandra, 2014
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dan satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Pada penelitian ini uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan teknik test-retest yaitu dengan cara mencobakan instrumen yang sama beberapa kali pada responden yang sama namun dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel (Sugiyono, 2011).
Dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2011), yaitu:
2 2
2
2
) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy
(3.1)
Keterangan : rxy X Y N = = = =
Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y Skor tes uji coba pertama
Skor tes uji coba kedua Jumlah sampel
Interpretasi koefisien reliabilitas suatu tes dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3
Kategori Reliabilitas Tes (Arikunto, 2011)
Batasan Kategori
0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi 0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < r11 ≤ 0,60 Cukup 0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah
r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah
(31)
Uji daya pembeda soal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan antara siswa kelompok atas dengan siswa kelompok bawah (Arikunto, 2011). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk menentukan indeks diskriminasi soal yang berbentuk pilihan ganda digunakan persamaan (Arikunto, 2011) :
B B B A
J B J B
D (3.2)
Keterangan : D
BA BB JA JB
= = = = =
Indeks diskriminasi
Banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
Banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
Banyaknya peserta tes kelompok atas Banyaknya peserta tes kelompok bawah
Untuk menentukan indek diskriminasi (D) soal berbentuk uraian digunakan persamaan (Karno To, 1996):
A B A
J S S
D (3.3)
Keterangan : D
SA SB JA
= = = =
Indeks diskriminasi
Jumlah skor ideal siswa kelompok atas Jumlah skor ideal siswa kelompok bawah Jumlah skor ideal salah satu kelompok
(32)
M.Chandra, 2014
Tabel 3.4
Kategori Indeks Diskriminasi (Arikunto, 2011)
Batasan Kategori
0,00 < D ≤ 0,20 Jelek
0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
0,40 < D ≤ 0,70 Baik
0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali
4)Tingkat Kemudahan Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat (indeks) kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal (Arikunto, 2011). Besarnya indeks kemudahan (P) berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran untuk soal bentuk pilihan ganda dapat dihitung dengan persamaan (Arikunto, 2011):
JS B
P (3.4)
Keterangan : P
B JS
= = =
Indeks kemudahan
Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar Jumlah seluruh siswa peserta tes
Indek kesukaran untuk soal bentuk uraian dapat ditentukan dengan persamaan (Arikunto, 2011) :
JS B
P (3.5)
(33)
P B JS
= = =
Indeks kemudahan
Jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa pada satu butir soal Jumlah skor ideal atau maksimum pada butir soal tersebut Kategori indeks kemudahan suatu tes dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5
Kategori Indeks Kemudahan (Arikunto, 2011)
Batasan Kategori
0,00 < D ≤ 0,30 Soal Sukar 0,30 < D ≤ 0,70 Soal Sedang 0,70 < D ≤ 1,00 Soal Mudah
Seluruh instumen tes dinilai oleh Ahli kemudian dilanjutkan dengan pengujian kesahihan tes meliputi relaibilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda menggunakan Microsoft Excel.
b. Deskripsi Hasil Uji Coba Instrumen Tes
Uji coba instrument tes dilakukan pada siswa kelas XI IPA salah satu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Pekanbaru. Soal tes pemahaman konsep yang diujicobakan berjumlah 22 butir soal dalam bentuk pilihan ganda, sedangkan soal tes kemampuan pemecahan masalah berjumlah 7 butir soal dalam bentuk uraian. Analisis instrument dilakukan dengan menngunakan program Microsoft Excel untuk menguji reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Rekapitulasi hasil uji coba tes pemahaman konsep dan tes kemampuan pemecahan masalah secara terperinci tertera pada Lampiran C. Rekapitulasi hasil uji coba pertama untuk tes pemahaman konsep disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Hasil Uji Coba Pertama Tes Pemahaman Konsep
No soal
Daya pembeda Tingkat kesukaran
Keterangan D Kriteria P Kriteria
(34)
M.Chandra, 2014
No soal
Daya pembeda Tingkat kesukaran
Keterangan D Kriteria P Kriteria
1 0,32 Cukup 0,32 Sedang Dipakai
2 0,42 Baik 0,47 Sedang Dipakai
3 0,32 Cukup 0,68 Sedang Dipakai
4 0,11 Jelek 0,89 Mudah Dibuang
5 0,26 Cukup 0,34 Sedang Dipakai
6 0,42 Baik 0,63 Sedang Dipakai
7 0,37 Cukup 0,61 Sedang Dipakai
8 0,26 Cukup 0,39 Sedang Dipakai
9 0,47 Cukup 0,66 Sedang Dipakai
10 0,21 Cukup 0,58 Sedang Dipakai
11 0,47 Baik 0,50 Sedang Dipakai
12 0,26 Cukup 0,61 Sedang Dipakai
13 0,26 Cukup 0,39 Sedang Dipakai
14 0,21 Cukup 0,58 Sedang Dipakai
15 0,11 Jelek 0,16 Sukar Dibuang
16 0,42 Baik 0,68 Sedang Dipakai
17 0,21 Cukup 0,47 Sedang Dipakai
18 0,21 Cukup 0,74 Mudah Dipakai
19 0,26 Cukup 0,45 Sedang Dipakai
20 0,32 Cukup 0,53 Sedang Dipakai
21 0,00 Jelek 0,26 Sukar Dibuang
22 0,32 Cukup 0,84 Mudah Dipakai
Berdasarkan Tabel 3.6 di atas dapat dilihat bahwa dari 22 butir soal yang diujicobakan terdapat 3 buah soal yang memiliki daya pembeda yang termasuk dalam kategori jelek sehingga tidak digunakan yaitu soal nomor 4, 15, dan 21. Pada uji coba pertama diperoleh bahwa dari 22 soal yang diujicobakan jumlah soal tes pemahaman konsep yang bisa digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 19 soal yang meliputi aspek menafsirkan sebanyak 6 soal, aspek menarik kesimpulan 6 soal, dan aspek menjelaskan sebanyak 7 soal.
Rekapitulasi hasil uji coba kedua untuk tes pemahaman konsep disajikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7
(35)
No soal
Daya pembeda Tingkat kesukaran
Keterangan D Kriteria P Kriteria
1 0,42 Baik 0,42 Sedang Dipakai
2 0,21 Cukup 0,58 Sedang Dipakai
3 0,47 Baik 0,66 Sedang Dipakai
4 0,16 Jelek 0,92 Mudah Dibuang
5 0,21 Cukup 0,53 Sedang Dipakai
6 0,42 Cukup 0,63 Sedang Dipakai
7 0,26 Cukup ian0,71 Mudah Dipakai
8 0,42 Baik 0,37 Sedang Dipakai
9 0,32 Cukup 0,68 Sedang Dipakai
10 0,32 Cukup 0,53 Sedang Dipakai
11 0,26 Cukup 0,55 Sedang Dipakai
12 0,47 Baik 0,66 Sedang Dipakai
13 0,26 Cukup 0,50 Sedang Dipakai
14 0,21 Cukup 0,58 Sedang Dipakai
15 0,00 Jelek 0,11 Sukar Dibuang
16 0,37 Cukup 0,66 Sedang Dipakai
17 0,21 Cukup 0,37 Sedang Dipakai
18 0,42 Baik 0,74 Mudah Dipakai
19 0,32 Cukup 0,53 Sedang Dipakai
20 0,37 Cukup 0,61 Sedang Dipakai
21 0,05 Jelek 0,29 Sukar Dibuang
22 0,37 Cukup 0,76 Mudah Dipakai
Berdasarkan Tabel 3.7 di atas dapat dilihat bahwa pada uji coba tes pemahaman konsep yang kedua terdapat 3 buah soal yang memiliki daya pembeda yang termasuk dalam kategori jelek sehingga tidak digunakan yaitu soal nomor 4, 15, dan 21. Pada uji coba yang kedua juga diperoleh bahwa dari 22 soal yang diujicobakan jumlah soal tes pemahaman konsep yang bisa digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 19 soal yang meliputi aspek menafsirkan sebanyak 6 soal, aspek menarik kesimpulan 6 soal, dan aspek menjelaskan sebanyak 7 soal. Reliabilitas instrumen tes pemahaman konsep yang diperoleh menghitung koefisien korelasi antara uji coba pertama dan ujicoba kedua menghasilkan nilai sebesar 0,87 yang menandakan bahwa tes pemahaman konsep yang dikembangkan memiliki reliabilitas yang tinggi. Dengan demikian, soal
(36)
M.Chandra, 2014
pemahaman konsep yang dikembangkan dapat digunakan sebagai instrument tes pemahaman konsep untuk pretest dan posttest yang berjumlah 19 butir soal. Seluruh sub konsep pada materi teori kinetik gas yaitu sub konsep hukum-hukum gas, persamaan gas ideal, teori kinetik gas, dan ekipartisi energi juga telah terwakili dalam soal-soal tersebut.
Rekapitulasi hasil uji coba pertama untuk tes kemampuan pemecahan masalah disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Hasil Uji Coba Pertama Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
No soal
Daya pembeda Tingkat kesukaran
Keterangan D Kriteria P Kriteria
1 0,25 Cukup 0,31 Sukar Dipakai
2 0,18 Jelek 0,23 Sukar Dibuang
3 0,41 Cukup 0,52 Sedang Dipakai
4 0,22 Cukup 0,24 Sukar Dipakai
5 0,23 Cukup 0,28 Sukar Dipakai
6 0,41 Baik 0,45 Sedang Dipakai
7 0,37 Cukup 0,41 Sedang Dipakai
8 0,35 Cukup 0,43 Sedang Dipakai
9 0,15 Jelek 0,18 Sukar Dibuang
Berdasarkan Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa hasil ujicoba pertama soal tes kemampuan pemecahan masalah terdapat 2 buah soal yang memiliki daya pembeda yang termasuk kategori jelek yaitu soal nomor 2 dan 9 sehingga tidak dapat digunakan karena tidak mampu untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah. Pada uji coba yang pertama hanya 7 butir soal yang digunakan dari 9 buah soal yang diujikan yang terdiri atas 5 soal yang
(37)
mewakili konsep hukum-hukum gas dan persamaan gas ideal, dan 4 soal yang mewakili konsep teori kinetik gas dan ekipartisi energi.
Rekapitulasi hasil uji coba pertama untuk tes kemampuan pemecahan masalah disajikan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Hasil Uji Coba Kedua Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
No soal
Daya pembeda Tingkat kesukaran
Keterangan D Kriteria P Kriteria
1 0,29 Cukup 0,34 Sedang Dipakai
2 0,19 Jelek 0,24 Sukar Dibuang
3 0,41 Baik 0,53 Sedang Dipakai
4 0,21 Cukup 0,25 Sukar Dipakai
5 0,23 Cukup 0,29 Sukar Dipakai
6 0,42 Baik 0,45 Sedang Dipakai
7 0,38 Cukup 0,42 Sedang Dipakai
8 0,36 Cukup 0,43 Sedang Dipakai
9 0,19 Jelek 0,21 Sukar Dibuang
Berdasarkan Tabel 3.9 di atas tampak bahwa pada uji coba yang kedua untuk soal tes kemampuan pemecahan masalah, terdapat 2 buah soal yang memiliki daya pembeda yang termasuk kategori jelek yaitu soal nomor 2 dan 9 sama halnya seperti uji coba yang pertama sehingga hanya 7 butir soal juga yang digunakan dari 9 buah soal yang diujikan yang terdiri atas 5 soal yang mewakili konsep hukum-hukum gas dan persamaan gas ideal, dan 4 soal yang mewakili konsep teori kinetik gas dan ekipartisi energi.
Reliabilitas instrumen tes kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh menghitung koefisien korelasi antara uji coba pertama dan ujicoba kedua menghasilkan nilai sebesar 0,88 yang menandakan bahwa tes kemampuan pemecahan masalah yang dikembangkan memiliki reliabilitas yang tinggi. Dengan demikian, soal tes kemampuan pemecahan masalah yang dikembangkan untuk dapat digunakan sebagai instrument tes pemahaman konsep untuk pretest dan posttest berjumlah 7 butir soal. Seluruh sub konsep pada materi teori kinetik gas
(38)
M.Chandra, 2014
yaitu sub konsep hukum-hukum gas, persamaan gas ideal, teori kinetik gas, dan ekipartisi energi juga telah terwakili dalam soal-soal tersebut.
G.Teknik Analisis Data
Terdapat empat jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian yaitu : pemahaman konsep, kemampuan pemecahan masalah, data observasi pembelajaran, dan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Data pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah dianalisis dengan uji statistik, sedangkan data angket dan observasi dianalisis secara deskriptif untuk menemukan kecenderungan-kecenderungan yang muncul pada saat penelitian.
1. Gain Dinormalisasi (N-Gain)
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah yang dikembangkan melalui pembelajaran dengan penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problema solving dihitung berdasarkan skor gain yang dinormalisasi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain masing-masing siswa. Untuk memperoleh skor gain yang dinormalisasi digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (Cheng, et.al, 2004), yaitu:
e Max
e Post
S S
S S
g
Pr Pr
(3.6)
Keterangan: <g>
Spos Spre Smaks
= = = =
N-gain Skor Posttest Skor Pretest
(39)
Tingkat gain ternormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan peningkatan pemahaman konsep teori kinetik gas dengan kriteria seperti Tabel 3.6.
Tabel 3.10
Kategori Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah
Batasan Kategori
<g> > 0,70 Tinggi 0,30 < <g> ≤ 0,70 Sedang <g> ≤ 0,30 Rendah
Nilai N-gain yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah antara pembelajaran menggunakan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problema solving dan model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problema solving tanpa menggunakan website pada materi teori kinetik gas.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis melalui pengujian statistik yang diperoleh dari skor N-gain tes pemahaman konsep dan tes kemampuan pemecahan masalah. Sebelum melakukan uji statistik tersebut maka data harus memenuhi uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas varians data. Alur pengolahan data untuk menguji hipotesis mengenai penggunaan website dalam model perubahan konseptual dalam setting kooperatif problem solving pada materi teori kinetik gas untuk meningkatkan pemahaman konsepdan kemampuan pemecahan masalah seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.1.
(40)
M.Chandra, 2014
Gambar 3.1 Alur Pengolahan Uji Hipotesis a. Uji normalitas
Asumsi normalitas distribusi data merupakan prasyarat yang digunakan dalam statistik inferensial yang dalam penelitian ini berhubungan dengan statistik apa yang diperlukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Jika data berdistribusi normal, maka hipotesis dilakukan dengan uji-t, dan jika data tidak berdistribusi normal maka uji hipotesis dilakukan dengan uji Mann-Whitney.
Pada penelitian ini asumsi normalitas dilakukan dengan menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk melalui SPSS Statistics 17.0 dengan taraf signifikansi
α = 0,05. Cara menganalisis normalitas data pada output SPSS Statistics 17.0 yaitu dilihat dari tabel test of normality pada kolom Shapiro-Wilk dengan kriteria jika nilai signifikansi (sig.) ≤ 0,05 maka data tidak berdistribusi normal, dan jika nilai signifikansi (sig.) > 0,05 maka data berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Data yang berdistribusi normal perlu dilakukan uji homogenitas varians untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok data sama besar terpenuhi atau
Tidak
(41)
tidak terpenuhi menggunakan uji Levene pada program SPSS Statistics 17.0
dengan taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria yang digunakan yaitu dengan kriteria jika nilai signifikansi (sig.) ≤ 0,05 maka data tidak homogen, dan jika nilai signifikansi (sig.) > 0,05 maka data homogen.
c. Uji Hipotesis Parametrik
Uji hipotesis parametrik dilakukan jika dipenuhi syarat berasal dari data yang berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t satu pihak. Uji-t ini ini menggunakan software SPSS Statistics 17.0 dengan Independent-sample t-test.
Uji-t menggunakan SPSS Statistics 17.0 mempunyai dua keluaran. Jika syarat kedua varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi, maka kita menggunakan hasil independent-sample t-test dengan asumsi kedua varians sama (equal variances assumed) dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2. Jika kedua varians sama besar tidak terpenuhi (equal variances not assumed), maka kita menggunakan hasil independent-sample t-test dengan asumsi kedua varians tidak sama besar (equal variances not assumed) dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2.
Pada hasil uji tes ini terdapat keluran nilai t dan p-value sehingga untuk mengetahui hasil hipotesis dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama dengam membandingkan nilai thitung dengan tTabel. Jika thitung > tTabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, begitu juga sebaliknya. Cara kedua dengan membandingkan p-value dengan tingkat kepercayaan yang kita ambil yaitu . P-value yang dihasilkan merupakan uji dua sisi, sehingga hasil p-value tersebut harus dibagi dua dan dibandingkan dengan tingkat kepercayaan yang kita gunakan . Jika p-value/2 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya.
d. Uji Hipotesis Non Parametrik
Uji Mann-Whitney (Mann-Whitney Test) merupakan uji Statistik Nonparametrik. Uji Mann-Whitney digunakan asumsi yang disyaratkan pada uji hipotesis parametric tidak dipenuhi yaitu data yang diuji tidak berdistribusi normal dan tidak homogen.
(42)
M.Chandra, 2014
Pada penelitian ini digunakan uji hipotesis satu sisi (one-tailed test). Nilai p-value
yang diperoleh dari keluaran SPSS Statistics 17.0 adalah untuk uji dua sisi (two-tailed), sehingga untuk uji satu sisi membagi dua menjadi p-value/2 dan hasilnya dibandingkan dengan nilai kepercayaan = 0,05. Jika p-value/2 < 0,05 maka H0 ditolak atau Ha
diterima, begitu juga sebaliknya.
3. Tanggapan Siswa
Data yang diperoleh dari melalui skala sikap merupakan skala kualitatif yang dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori sangat setuju (SS) diberi skor tertinnggi. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif kategori sangat tidak setuju (STS) diberi skor tertinggi.
Berdasarkan Sugiyono (2011), data interval yang diperoleh dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skorinng setiap jawaban dari responden dan skor tersebut dioalah dengan menggunakan jumlah skor ideal (kriterium) untuk setiap ítem pertanyaan. Tingkat persetujuan terhadap setiap ítem dapat dihitung dengan menggunaan persamaan 3.9 (Sugiyono, 2011).
% 100 ) ,
, , (
% x
Siswa Seluruh
STS atau TS S SS menjawab yang
Siswa Siwa
Tanggapan
(3.9)
Kategori tanggapan siswa terhadap penggunaan webiste dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving dapat dinterpretasikan sesuai Tabel 3.11.
Tabel 3.11
Kategori Tanggapan Siswa
Tanggapan Siswa (%) Kategori
TS = 0 Tak satu siswa 0 < TS < 25 Sebagian kecil siswa 25 < TS < 50 Hampir setengah siswa
TS = 50 Setengah siswa
50 < TS < 75 Sebagian besar siswa 75 < TS < 100 Hampir seluruh siswa TS = 100 Seluruh siswa
(43)
4. Keterlaksanaan Pembelajaran.
Analisis data hasil observasi proses pembelajaran dengan penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving yang dilakukan guru selama proses pembelajaran diolah secara kualitatif. Tingkat keterlaksanaan model pembelajaran dapat dihitung dengan persamaan 3.10.
% 100
% x
diamati akan
yang aspek n Keseluruha
terlaksana diamati
yang Aspek naan
Keterlaksa
(3.10)
Persentase keterlaksanaan pembelajaran ini diinterpretasikan sesuai dengan kriteria seperti Tabel 3.12.
Tabel 3.12
Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran
% Keterlaksanaan Kriteria
KP = 0 Tak Satupun Kegiatan
0 < KP < 25 Sebagian Kecil Kegiatan
25 ≤ KP < 50 Hampir Setengah Kegiatan
KP = 50 Setengah Kegiatan
50 < KP < 75 Sebagain Besar Kegiatan
75 ≤ KP < 100 Hampir Seluruh Kegiatan
(44)
M.Chandra, 2014
PENGGUNAAN WEBSITE DALAM MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL DENGAN SETTING
KOOPERATIF PROBLEM SOLVING UNTUK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep teori kinetik gas dibandingkan dengan model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving tanpa bantuan website. 2. Penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting
kooperatif problem solving secara signifikan dapat lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah teori kinetik gas dibandingkan dengan model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving tanpa bantuan website.
3. Secara umum hampir seluruh siswa siswa memberikan tanggapan positif (setuju) terhadap penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving. Penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving menarik bagi siswa, memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri dalam memperkuat pemahaman konsep, memfasilitasi pengembangan kemampuan pemecahan masalah siswa, memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan, memberi gagasan, serta aktif dalam pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penggunaan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving pada materi teori kinetik gas, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
(45)
M.Chandra, 2014
PENGGUNAAN WEBSITE DALAM MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL DENGAN SETTING
KOOPERATIF PROBLEM SOLVING UNTUK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN
1.Guru hendaknya meningkatkan kemampuan dasar dalam mengajar terutama dalam hal pengelolaan kelas dan merancang pembelajaran yang telah disusun sehingga pada saat pelaksanaannya efisiensi waktu pada setiap tahapan model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving dapat ditingkatkan.
2.Guru harus selalu berinovasi dalam hal mengembangkan pembelajaran di kelas dengan memanfaatkan media media pembelajaran. Salah satu media yang sangat membatu adalah media pembelajaran online seperti website. Dengan demikian diharapkan terciptanya pembelajaran fisika yang menyenangkan di kelas.
3.Pada tahapan pembelajaran dengan menggunakan website dalam model perubahan konseptual dengan setting kooperatif problem solving masih bnayka menghabiskan waktu dalam kegiatan diskusi, baik kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Dalam diskulsi kelas siswa dilatih untuk menjelaskan konsep-konsep yang mereka dapat dalam pembelajaran. Untuk itu perlu pengorganisaian bentuk diskusi yang jelas sehingga kegiatan diskusi dapat dioptimalkan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1.Model perubahan konseptual dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui perubahan konseptual siswa ke arah yang benar sehingga miskonsepsi yang ada dapat diremediasi. Untuk itu perlu dilakukan penelitain lanjutan menggukanan model perubahan konseptual dengan berbatuan website yang meneliti tentang tingkat miskonsepsi siswa dan bagaimana meremediasi miskonsepsi tersebut.
2.Pada penelitian ini simulasi dan eksperimen virtual yang digunakan diambil dari berbagai sumber di internet yang berasal dari luar negeri. Hal ini menyebabkan ada beberapa simulasi dan ekperimen virtual kurang kontekstual
(46)
M.Chandra, 2014
PENGGUNAAN WEBSITE DALAM MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL DENGAN SETTING
KOOPERATIF PROBLEM SOLVING UNTUK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN
dengan kandungan materi-materi fisika di Indonesia. Untuk itu, perlu kiranya penelitian lanjutan dengan menggunakan website yang mengembangkan sendiri simulasi dan eksperimen virtual yang telah di revisi oleh pakar ahli.
(47)
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. et.al. (2001). A Taxonomy for Learning and Teaching and Assesing : A Revision of Bloom‟s Taxonomy of Education Objectives. New York : Longman.
Arikunto, S. (2005). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi.Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara. Arifin, Mulyati. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arsyad, A., 2004, Media Pembelajaran, Jakarta : Grafindo Persada.
Calik, M. & Ayas, A. 2005. An analogy activity for incorporating students' conceptions of types of solutions. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 6, Issue 2, Article 6, Dec., 2005.
Clinch, J and Richards. (2002). How can the internet be used to enhance the teaching of physics?. Physics Teacher, vol 3(2).
Dahar, R. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Daftar Silabus Fisika KTSP 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Fajarudin, M. Fauji. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Website terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X pada Topik Listrik Arus Searah. Tesis. Pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E.(2007). How To Design And Evaluate Research In Education, 6th Edition. Singapore: McGraw-Hill.
Gok, T and Silay, I. (2010). The Effects of Problem Solving Strategies on Students‟ Achievement, Attitude and Motivation. Lat. Am. J. Phys. Educ. Vol. 4, No. 1, Jan. 2010.
(48)
M.Chandra, 2014
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia
Hamalik, Oemar. (1986). Komputerisasi Pendidikan Nasional. Bandung ; Mandar maju.
Hamalik, Oemar. (1986). Media Pendidikan. Bandung : Alumni.
Heller, Patricia & Keneth (1999). Cooperative Group Problem Solving in Physics. Kansas: University of Minnesota.
Herron, J.D. et al. (1977). Evaluation of the Longeot test of cognitive development. Journal of Research in Science Taeching.
Hirca, N., Calik, M., & Akdeniz, F. (2008). Investigating grade 8 students‟ conceptions of „energy‟ and related concepts. Journal of Turkish Science Education Volume 5, Issue 1, April 2008.
Husni, A. (2010). Model pembelajaran kooperatif berbantuan web pada materi fluida statis untuk meningkatkan pemahaman konsep dan memfasislitasi kerjasama siswa SMA. Tesis. Pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Ikhsan, Muhammad. (2006). Prinsip Pengembangan Media Pendidikan. [online]. Tersedia: http://www.teknologi pendidikanUNJ.com [agustus 2009]. Karim, S., et al. (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan.
Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes. Bandung : IKIP Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP.
Lawson, A.E. (1979). Science Education Information Report, 1980 AETS Yearbook The Psychology of Teaching for Thinking and Creativity. Ohio : Clearinghouse.
Kautz C. H., Heron, P. R. L., Loverude, M. E., and McDermott, L. C. (2005a). Student understanding of the ideal gas law, Part I: A macroscopic perspective. American Journal of Physics, 73, 1055-1063.
(49)
Kautz C. H., Heron, P. R. L., Shaffer, P. S., and McDermott, L. C. (2005b). Student understanding of the ideal gas law, Part II: A microscopic perspective. American Journal of Physics, 74, 1064-1071.
Mubaraq L. (2009) Model pembelajaran berbasis web pada materi fluida dinamis untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kerampilan generic sains siswa. Bandung: Tidak diterbitkan.
Munir. (2001), Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Mimbar Pendidikan Volume 3 Tahun XX.
Purwanto, N. (2001). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Santyasa, I W. (2005). Model pembelajaran inovatif dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Makalah. Disajikan dalam penataran guru-guru SMP, SMA, dan SMK se Kabupaten Jembrana Juni – Juli 2005, di Jembrana
Santyasa, I W. (2006). Pembelajaran inovatif: Model kolaboratif, basis proyek, dan orientasi NOS. Makalah. Disajikan dalam Seminar Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Semarapura Tanggal 27 Desember 2006, di Semarapura.
Santyasa, I W. (2008). Pengembangan pemahaman konsep dan Keterampilan berpikir kreatif fisika bagi siswa SMA dengan pemberdayaan Model Perubahan Konseptual berseting investigasi kelompok. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Ganesha.
Santyasa, I W. (2009). Pengembangan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Bagi Siswa SMA dengan Pemberdayaan Model Perubahan Konseptual Berseting Investigasi Kelompok. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Ganesha.
Simamora, M., & Redhana, I W. (2007). Identifikasi Miskonsepsi Guru Kimia pada Pembelajaran Konsep Struktur Atom. Singaraja: Jurnal Penelitian dan Pengembangan PenPdidikan 1 (2), 148-160.
(50)
M.Chandra, 2014
Suastra, I W. (2004). Belajar dan Pembelajaran Sains. Buku Ajar. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Sudiarta (2007). Pengembangan Pembelajaran Berpendekatan Tematik Berorientasi Pemecahan Masalah Matematika Terbuka untuk Mengembangkan Kompetensi Berpikir Divergen, Kritis dan Kreatif. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.069.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suparno, Paul. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo.
Sutarto & Indrawati. (2010). Media Pembelajaran Fisika. Jember: Universitas Jember.
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis dan Disertasi). Bandung: UPI.
Urey, M. & Calik, M. (2008). Combining different conceptual change methods within 5E model: A sample teaching design of “cell” concept and its organelles. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 9, Issue 2, Article 12, Dec., 2008
Van den Berg, E. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasinya. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Wena, I Made. (2011). Pengembangan E-Module Bermuatan Model Perubahan Konseptual dalam Pembelajaran Fisika di SMA. Jurnal Santiaji Pendidikan Vol.1 No.1.
(51)
1 Lampiran A.1PetaKonsep ... 107 Lampiran A.2SilabusPembelajaran ... 108 Lampiran A.3 RencanaPelaksanaanPembelajaran (RPP) ... 113 LampiranA.5LembarKerjaSiswa ... 139 Lampiran A.6Flowchart Website ... 160 Lampiran A.7Storyline Website TeoriKinetik Gas ... 161
Lampiran A
(52)
M.Chandra, 2014
PENGGUNAAN WEBSITE DALAM MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL DENGAN SETTING KOOPERATIF PROBLEM SOLVING UNTUK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
M.Chandra, 2014
PENGGUNAAN WEBSITE DALAM MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL DENGAN SETTING KOOPERATIF PROBLEM SOLVING UNTUK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS
(53)
M.Chandra, 2014
PENGGUNAAN WEBSITE DALAM MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL DENGAN SETTING KOOPERATIF PROBLEM SOLVING UNTUK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
M.Chandra, 2014
PENGGUNAAN WEBSITE DALAM MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL DENGAN SETTING KOOPERATIF PROBLEM SOLVING UNTUK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI TEORI KINETIK
Kelas/S emester Tahun Pelajara n Materi Alokasi Waktu STANDAR KOMPETENSI
3. Menerapkan konsep termodinamika dalam mesin kalor
KOMPETENSI DASAR
3.1. Mendeskripsikan sifat-sifat gas ideal monoatomik MateriPok ok Indikator PemahamanKonsepdanPemecahan Masalah Kegiat Hukum-Hukum Gas Ideal Pemahaman Konsep: Menggambarkanpolagrafiktekanante rhadap volume Menjelaskanhubunganvolumdanteka nan gas saatsuhukonstan (Hukum Boyle)
Memperkirakantekananatau volume akhir gas yang mengalami proses isotermismelaluisejumlah data Menggambarkanpolagrafiksuhuterh adap volume Menjelaskanhubunganvolumdansuh Pertemuan1: Denganmenggu dalammodelpe tting kooperati siswadapatmen nanterhadap vo menjelaskanhu gas saatsuhuko memperkiraka gas yang menga isotermismelal menggambarka volume, menjelaskanhu saattekanankons
(1)
234 LampiranE.1LembarJudgementPenelitian... 260 Lampiran E.2FotoKegiatanPenelitian ... 319 Lampiran E.3DokumenIjinPenelitian ... 321
Lampiran E
(2)
107
Lampiran E.2
FOTO KEGIATAN PENELITIAN DI KELAS EKSPERIMEN
(3)
108 FOTO KEGIATAN PENELITIAN
(4)
109
(5)
(6)
111
111 RIWAYAT HIDUP PENULIS
M.Chandra, dilahirkan di sebuah desa kecil bernama Muara Sako - Kabupaten Pelalawan pada tanggal 14 April 1988 dari pasangan Bapak M.Nur, S.Pd dan Ibunda Salmidawati. Penulis merupakan sulung dari lima orang bersaudara.
Pada tahun 1994, penulis memulai pendidikannya di SD Negeri 005 Muara Sako, namun pada tahun 1999 pindah ke SD Negeri 017 Sekijang dan Lulus di sana pada tahun 2000. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Bandar Sei Kijang dan lulus pada tahun 2003. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1 Bandar Sei Kijang, penulis melanjutkan studi ke SMA Negeri 5 Pekanbaru dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2006. Pada tahun 2010 menyelesaikan studi strata 1 di Jurusan Pendidikan Fisika pada Fakultas FKIP Universitas Riau.
Penulis melakukan penelitian Tesis di di salah satu SMA Negeri di Pekanbaru pada bulan April 2014 sampai bulan Juni 2014 yang berjudul “Penggunaan Website dalam Model Perubahan Konseptual dengan Setting Kooperatif Problem Solving untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA pada Materi teori Kinetik Gas” dibawah bimbingan Ibu Dr. Ida Hamidah, M.Si. dan Bapak Dr. Wawan Setiawan, M.Kom. Akhirnya, pada tanggal 28 Agustus 2014 penulis berhasil mempertahankan Tesis di depan dewan penguji dan dinyatakan Lulus dengan predikat Cumlaude (IPK 3,70), serta berhak menyandang gelar Magister Pendidikan (M.Pd).