FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.
vi
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAKSI ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 8
2.2. Landasan Teori ... 9
2.2.1. Pengertian Modal ... 9
2.2.2. Jenis- Jenis Modal …... 10
2.2.3.Sumber-sumber Penawaran Modal …... 12
2.2.4. Pengertian Struktur Modal Dan Struktur Keuangan ...15
2.2.5. Pengukuran Struktur Modal ... 16
2.2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal... 17
(2)
vii
2.2.6.4 Struktur Kepemilikan ... 22
2.2.6.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal.... 22
2.2.6.6 Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Terhada Struktur Modal....23
2.2.6.7 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal... 25
2.2.6.8 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Struktur Modal. 26 2.2.6.9 Pengaruh Ukuran Perusahaan , Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas, dan Struktur Kepemilikan terhadap Struktur Kepemilikan ... 27
2.3. Kerangka Pikir ... 29
2.4. Hipotesis Penelitian. ... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel... 30
3.1.1. Variabel Terikat... 30
3.1.2. Variabel Bebas... 31
3.2. Teknik Penentuan Sampel... 33
3.2.1. Populasi... 33
3.2.2. Sampel... 33
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 34
3.3.1. Jenis Data... 34
3.3.2. Sumber Data ... 35
3.3.3. Pengumpulan Data ... 35
3.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis... 35
3.4.1. Teknik Analisis Data... 35
3.4.2. Uji Hipotesis... 37
(3)
viii
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)...44
4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia...46
4.1.3. Tujuan Penggabungan...46
4.1.4. Manfaat Penggabungan...47
4.1.5. Gambaran Umum Perusahaan Sampel...48
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian...58
4.2.1. Struktur Modal...59
4.2.2. Ukuran Perusahaan...60
4.2.3. Tingkat Pertumbuhan...61
4.2.4. Profitabilitas...62
4.2.5. Struktur Kepemilikan...63
4.3. Uji Normalitas...64
4.4. Analisis dan Pengujian Hipotesis...66
4.4.1. Uji Asumsi Klasik...66
4.4.1.1. Autokorelasi...66
4.4.1.2. Multikolinieritas...67
4.4.1.3. Heteroskedastisitas...68
4.4.2. Analisis Regresi...70
4.4.3. Pengujian Hipotesis...75
4.4.3.1. Uji Hipotesis dengan Uji F...75
4.4.3.2. Uji Hipotesis dengan Uji t...76
4.5. Pembahasan... 78
4.5.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal...78
4.5.2. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Terhadap Struktur Modal...78
(4)
ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan...81 5.2. Saran...82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(5)
x
Tabel 4.1. Data Struktur Modal...59
Tabel 4.2. Data Ukuran Perusahaan...60
Tabel 4.3. Data Tingkat Pertumbuhan...61
Tabel 4.4. Data Profitabilitas...63
Tabel 4.5. Data Struktur Kepemilikan...64
Tabel 4.6. Uji Normalitas...65
Tabel 4.7. Uji Autokorelasi menggunakan Uji Durbin-Watson...67
Tabel 4.8. Nilai Tolerance dan VIF...68
Tabel 4.9. Uji Heteroskedastisitas...70
Tabel 4.10. Koefisien Regresi Berganda...72
Tabel 4.11. Uji Kecocokan Model ( Uji F )...76
Tabel 4.12. Uji t Analisis Regresi...77
(6)
xi
Lampiran 1 : Data Struktur Modal dan Data Ukuran Perusahaan Lampiran 2 : Data Tingkat Pertumbuhan dan Data Profitabilitas Lampiran 3 : Data Struktur Kepemilikan dan Uji Normalitas
Lampiran 4 : Uji Autokorelasi menggunakan Uji Durbin-Watson dan Uji Asumsi klasik – Multikolnieritas
Lampiran 5 : Uji Heterokedastisitas dan Koefisien Regresi Berganda Lampiran 6 : Uji Kecocokan Model ( Uji F ) dan Uji t Analisis Regresi
(7)
DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh : Aulia Hakiki
Abstraksi
Dalam manajemen keuangan, salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah mengenai seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi dan mengembangkan usahanya. Modal menjadi salah satu elemen penting dalam perusahaan karena modal sangatlah diperlukan. Masalah struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap perusahaan karena naik turunnya struktur modal ditandai dengan besarnya total hutang dibandingkan modal sendiri. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, profitabilitas dan struktur kepemilikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan Consumers Goods yang go publik di BEI.
Populasi dalam penelitian ini adalah 32 yang go publik di BEI Consumers Goods sampai sekarang sebanyak 32 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini dengan teknik purposive sampling sehingga diperoleh 10 perusahaan. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca konsolidasi dan laporan laba rugi. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas yang meliputi ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, profitabilitas dan struktur kepemilikan secara simultan digunakan uji F, sedangkan secara parsial digunakan uji t.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap struktur modal, tingkat pertumbuhan mempunyai pengaruh tidak signifikan positif terhadap struktur modal, profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal, struktur kepemilikan mempunyai pengaruh signikan positif terhadap struktur modal.
Kata Kunci: Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabili-tas dan Struktur Kepemilikan.
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya persaingan dan perkembangan teknologi dalam era globalisasi saat ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi dan menuntut setiap perusahaan untuk dapat melakukan pengelolaan terhadap fungsi-fungsi penting yang ada dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat lebih unggul dalam persaingan yang akan dihadapi. Salah satu fungsi penting dalam perusahaan adalah manajemen keuangan. Dalam manajemen keuangan, salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah mengenai seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi dan mengembangkan usahanya. Oleh karena itu , pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk pengembangan bisnisnya.
Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana. Dana diperoleh dari pemilik perusahaan maupun utang. Pada prinsipnya pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat disediakan dari sumber intern
perusahaan , yaitu sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan , misalnya dana yang berasal dari keuntungan yang ditahan di dalam perusahaan ( retained earnings ). Di samping sumber intern , dalam memenuhi kebutuhan dana suatu perusahaan dapat pula menyediakan dari sumber ekstern , yaitu sumber dana yang berasal dari tambahan penyertaan modal dari pemilik
(9)
(10)
atau emisi saham baru, penjualan obligasi , dan kredit dari bank. Dalam melaksanakan fungsi pemenuhan kebutuhan dana atau fungsi
Pendanaan ( financing ) , manajer keuangan pun harus mencari alternative – alternative sumber dana untuk kemudian dianalisa , dan dari hasil analisa tersebut diambil keputusan alternatif sumber dana atau kombinasi sumber dana mana yang akan dipilih (Riyanto,1995:5-6).
Di dalam sebuah perusahaan masalah struktur modal menjadi masalah yang sangat penting, karena baik buruknya struktur modal perusahaan akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi finansial perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat kepada perusahaan yang bersangkutan.
Struktur modal merupakan cermin dari kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan, karena masalah struktur modal adalah erat hubungannya dengan masalah kapitalisasi, dimana disusun dari jenis-jenis funds yang membentuk kapitalisasi adalah struktur modalnya (Riyanto,1995:296).
Penelitian ini mengambil sampel perusahaan Consumer Goods yang go public di BEI (Bursa Efek Indonesia), karena terdapat suatu permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan Consumer Goods yang go public di BEI. Permasalahan tersebut adalah tingginya tingkat hutang yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Consumer Goods yang go public di BEI. Hal ini
(11)
mencerminkan bahwa ketergantungan para perusahaan Consumer Goods di Indonesia yang go public di BEI terhadap pihak luar sangatlah besar. Jika keadaan ini bertahan dan tidak segera dibenahi, maka akan membahayakan bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Dengan adanya tingginya tingkat hutang yang dimiliki oleh perusahaan, maka juga akan menyebabkan tingginya struktur modal, sehingga akan berakibat pada turunnya nilai perusahaan di mata para investor. Paling tidak, diharapkan perusahaan dapat menetapkan suatu target struktur modal yang optimal yang menunjukkan seberapa tingkat hutang yang tepat bagi perusahaan dengan cara mengidentifikasi faktor-fakor struktur modal tersebut. Masalah struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap perusahaan karena naik turunnya struktur modal ditandai dengan besarnya hutang dibandingkan dengan besarnya modal yang dimiliki.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan penentuan struktur modal pada suatu perusahaan. Dalam penelitian Saidi (2004) juga menyatakan bahwa secara simultan Ukuran perusahaan, Risiko bisnis, Pertumbuhan aktiva, Profitabilitas, dan Struktur kepemilikan perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap Struktur Modal. Namun, secara parsial hanya pengaruh Risiko bisnis terhadap Struktur Modal yang menunjukkan tidak signifikan.
Menurut Weston dan Brigham (1997 : 174) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yang optimal adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, pengendalian,
(12)
sikap manajemen, sikap kreditur, pajak, profitabilitas, kondisi pasar dan kondisi internal perusahaan.
Sedangkan menurut Riyanto (1995 : 297), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah tingkat bunga, stabilitas dari earning, susunan dari aktiva, kadar resiko dari aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen, dan besarnya suatu perusahaan.
Menurut penelitian Mc. Cue Oscan (1992) dalam Saidi (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah struktur aktiva, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, resiko bisnis, ukuran perusahaan, pajak, struktur kepemilikan, sistem pembayaran, dan kondisi pasar. Yang digunakan pada penelitian kali ini hanyalah terdiri dari empat faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal. Adapun faktor-faktor tersebut adalah ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, profitabilitas dan struktur kepemilikan.
Dari beberapa pendapat dan peneliti tersebut diatas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal yang berkenaan dengan masalah pendanaan. Dimana faktor-faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan, resiko bisnis, growth, strtuktur aktiva, profitabilitas, dan kondisi pasar. Dari beberapa faktor tersebut peneliti mencoba untuk menyederhanakan dan memilih faktor-faktor yang dianggap dominan dalam mempengaruhi kebijakan penentuan struktur modal. Faktor-faktor yang akan diangkat dalam penelitian ini dalam rangka meneliti pengaruh struktur modal.
(13)
terhadap faktor-faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, dan profitabilitas dan struktur kepemilikan.
Atas dasar tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi atau mengetahui pengaruh antara ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap struktur modal pada perusahaan
consumer goods yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Permasalahan dalam penelitian ini sangat menarik peneliti untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul :
“ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan
consumer goods yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah antara lain sebagai berikut :
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan consumer goods yang go publik di Bursa Efek Indonesia ?
2. Apakah tingkat pertumbuhan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan consumer goods yang go publik di Bursa Efek Indonesia ?
3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan
consumer goods yang go public di Bursa Efek Indonesia ?
4. Apakah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan consumer goods yang go public di Bursa Efek Indonesia ?
(14)
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan consumer goods yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap struktur modal pada perusahaan consumer goods yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan consumer goods yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan terhadap struktur modal pada perusahaan consumer goods yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan
Memberikan wawasan dan informasi tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan Sehingga dapat dijadikan dasar bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan selanjutnya. dan sebagai masukan bagi manajer keuangan perusahaan dalam rangka mengambil suatu kebijakan yang berkaitan dengan pendanaan yang dapat mempengaruhi sruktur modal perusahaan.
2. Bagi investor
Dapat membantu untuk memberikan informasi sehingga sebelum menanamkan modal dapat dipertimbangkan faktor-faktor dalam penelitian
(15)
ini dengan harapan dapat memberikan pilihan terbaik jenis investasi yang akan dipilih.
3. Bagi peneliti lain
Memberikan wawasan dan gambaran sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan pengembangan penelitian dalam bidang yang sama di masa yang akan datang.
(16)
2.1 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Saidi dalam jurnal bisnis dan ekonomi, Vol. 11, No. 1, Maret 2004 dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang go public di BEJ tahun 1997-2002”.
Masalah yang diteliti yakni menganalisa pengaruh ukuran perusahaan (X1), risiko bisnis (X2), pertumbuhan asset (X3), profitabilitas (X4), dan struktur kepemilikan (X5) terhadap struktur modal. Dengan menggunakan analisis statistik metode regresi linier berganda dengan tingkat signifikan 5% hasil penelitian tersebut adalah bahwa secara simultan ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas, dan struktur kepemilikan perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan secara parsial hanya dari risiko bisnis terhadap struktur modal yang tidak signifikan.
Penelitian lainnya pernah dilakukan oleh Mozes Tomasila ( 2009 ) dengan judul “ Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara simultan faktor-faktor struktur modal yang terdiri dari ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, dan struktur kepemilikan secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal.
(17)
(18)
Ukuran perusahaan, dan pertumbuhn berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal perusahaan. Secara parsial variabel profitabilitas berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal perusahaan. Dan secara parsial variabel struktur kepemilikan berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal perusahaan.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Modal
Masalah modal dalam sebuah perusahaan merupakan persoalan yangn tak akan berakhir , mengingat bahwa masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai rupa aspek. Tersedianya modal yang memadai bagi perusahaan akan mendorong kelancaran usahanya. Hal ini berarti bahwa kebutuhan modal bagi setiap perusahaan adalah sangatlah penting, karena modal merupakan salah satu faktor produksi. Dan apabila suatu perusahaan tidak didukung oleh tersedianya faktor produksi modal tersebut, maka perusahaan tidak dapat berjalan dengan lancar dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Menurut Riyanto (1995 : 17) mengemukakan bahwa pengertian modal menurut pandangan klasik diartikan secara fisik, yaitu hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut, dan dalam perkembangan selanjutnya ternyata pengertian modal mulai bersifat non fisik, dimana antara lain pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli, atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal.
(19)
Menurut Munawir (1997 : 19) pengertian modal diartikan sebagai hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal atau modal saham, surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.
Dari beberapa pengertian modal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa modal adalah suatu kekayaan yang ditekankan pada nilai, daya beli, atau kekuasaaan memakai atau menggunakan, berada di neraca sebelah kredit dan diinvestasikan dalam barang-barang modal yang berada di neraca sebelah debet serta digunakan untuk menghasilkan kekayaan selanjutnya.
2.2.2 Jenis - Jenis Modal
1. Modal asing
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang, yang pada saat jatuh tempo harus dibayar kembali. Modal asing atau hutang dapat digolomgkan menjadi tiga, yaitu :
a. Modal asing atau hutang jangka pendek (short-term debt) adalah hutang yang jangka waktunya pendek, yaitu kurang dari satu tahun. Adapun jenis-jenis daripada modal asing (hutang atau kredit) jangka pendek yang terutama adalah kredit rekening koran, kredit dari penjual, kredit dari pembeli, dan kredit wesel.
(20)
Modal asing atau hutang jangka menengah (intermediate-term debt) adalah b. hutang yang jangka waktunya antara satu tahun sampai sepuluh tahun.
Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka menengah yaitu term loan dan
leasing.
c. Modal asing atau hutang jangka panjang (long-term debt) adalah hutang yang jangka waktunya panjang, umumny lebih dari sepuluh tahun. Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama dari hutang jangka panjang adalah pinjaman obligasi (bond payables) dan pinjaman hipotik (mortgage). 2. Modal sendiri
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam di dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu, modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang yang tidak tertentu waktunya. Modal sendiri selain berasal dari luar perusahaan dapat juga berasal dari dalam perusahaan sendiri, yaitu modal yang dihasilkan atau dibentuk sendiri dalam perusahaan. Modal sendiri di dalam perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) terdiri atas :
a. Modal saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu PT. Adapun jenis-jenis saham adalah saham biasa, saham preferen, dan saham kumulatif.
(21)
b. Cadangan
Cadangan yang dimaksud adalah sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa kurun waktu yang lampau dari tahun yang berjalan (reserve that are surplus). Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri adalah cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs, dan cadangan untuk menampung hal-hal yang tidak terduga sebelumnya (cadangan umum).
c. Laba ditahan
Keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai deviden dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Perusahaan yang belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan (retained earning), Riyanto (1995 : 224-227).
2.2.3 Sumber-sumber Penawaran Modal
Menurut beberapa ahli, sumber-sumber penawaran modal dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut :
Menurut Riyanto (1995 : 209) berdasarkan asalnya, sumber penawaran modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Sumber intern (internal sources)
Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan. Sumber intern atau sumber
(22)
dana yang dibentuk dalam perusahaan adalah keuntungan yang ditahan (retained net profit) dan penyusutan (depretiation).
2. Sumber eksternal (external sources)
Modal yang berasal dari sumber eksternal adalah modal atau dana yang berasal dari luar perusahaan. Dana yang berasal dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan.
3. Suplier, Bank, dan Pasar Modal sebagai Sumber Exter Utama a) Suplier
Suplier memberikan dana kepada suatu perusahaan di dalam bentuk penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek ( kurang dari 1 tahun ) , maupun untuk jangka menengah ( lebih dari 1 tahundan kurang dari 10 tahun ). Penjualan kredit atau barang dengan jangka waktu pembyaran kurang dari 1 tahun banyak terjadi pada penjualan baranng dagangan dan baha mentah oleh suplier kepada langganan.
b) Bank-bank
Bank adalah lembaga kredit yang mempunyai tugas utama memberikan kredit di samping pemberian jasa-jasa lain di bidang keuangan. Kredit yang diberikan oleh Bank dapat dalam bentuknya kredit jangkla pendek ,menengah dan jangka panjang.
(23)
Pasar Modal ( capital Market ) adalah suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yag saling berhadapan tetapi yang kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal ( investor ) di satu pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang di lain pihak, atau denga kata lain bertemunya penawaran dan permintaan dana jangak menengah atau jangka panjang.
Ditinjau dari cara terjadinya, sumber penawaran modal dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Tabungan dari subyek-subyek ekonomi.
2. Penciptaan atau kreasi uang atau kredit dari bank-bank. 3. Intensifikasi penggunaan uang (Riyanto, 1995 : 222).
Jika dilihat dari posisi pemilik modal dalam perusahaan, maka sumber penawaran modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Sumber modal pemilik
Sumber modal pemilik adalah sumber modal yang penyerahannya dimaksudkan untuk tidak ditarik kembali. Oleh karena itu, investasinya dinamakan investasi permanen.
2. Sumber modal kreditur
Sumber modal kreditur adalah sumber modal yang penyerahannya untuk jangka waktu tertentu, jangka waktu yang terbatas dan untuk peiode
(24)
tertentu saja. Penanamannya dinamakan penanaman sementara, dikatakan sementara karena kreditur akan menarik kembali investasinya bila jangka waktunya sudah tiba.
2.2.4 Pengertian struktur modal dan struktur keuangan
Dalam pembahasan mengenai struktur modal maka yang menjadi pusat perhatian utama adalah penggunaan modal berdasarkan jenisnya, karena persoalan struktur modal adalah persoalan penentuan komposisi antara modal asing yang berupa hutang jangka panjang dan modal sendiri. Akan tetapi struktur modal mempunyai hubungan dengan struktur keuangan atau struktur finansial. Hal ini disebabkam karena struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.
Struktur modal dapat diukur berdasarkan pada pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Riyanto (1995 : 22) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Sedangkan Struktur Finansiil, mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai , dengan demikian struktur finansiil tercemin pada keseluruhan pasiva dalam neraca.
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, kalu keputusan investasi dan kebijakan diividen dipegang konstan. Dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian modal sendiri
(25)
Dengan utang ( atau sebaliknya ) apakah harga saham akn berubah, apabila perusahaan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya, Dr. Suad Husnan, Mba (1996:299).
Dan menurut Sartono (2001 : 225) struktur modal adalah merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham saham preferen, dan saham biasa. Sementara itu, struktur keuangan adaalah perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri. Dengan kata lain, struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.
Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan struktur modal adalah bagian dari struktur keuangan dimana mencerminkan perimbangan hutang jangka menengah dengan modal sendiri.
2.2.5 Pengukuran struktur modal
Struktur modal dapat diukur berdasarkan pada pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Riyanto (1995 : 22) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Dan menurut Sartono (2001 : 225) struktur modal ditunjukan oleh perimbangan antara jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa.
(26)
Sesuai dengan pengertian yang diuraikan diatas, maka pengukuran struktur modal pada penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rasio utang terhadap ekuitas atau
DER (Debt to Equity Ratio) yaitu antara total hutang dengan total equity. Sawir (2005 : 13)
2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi stuktur modal
Masalah struktur modal merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Agar dapat menentukan komposisi struktur modal yang optimal maka manajemen keuangan perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal sebelum menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan struktur modal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan, dimana beberapa penulis memberikan pendapat yang berbeda. Menurut Sartono, ( 2001:248 ) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah tingkat penjualan, sruktur asset, tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, variabel laba dan perlindungan pajak, skala perusahaan, kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro.
Sedangkan menurut Riyanto (1995:297), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah tingkat bunga, stabilitas dari earning,
(27)
susunan dari aktiva, kadar risiko dari aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen dan besarnya suatu perusahaan.
Sedangkan menurut Mc Cue dan Ozcan (1992) dalam Saidi (2004) struktur modal dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu struktur aktiva, tingkat pertumbuhan aktiva, profitabilitas, risiko bisnis, ukuran perusahaan, pajak, struktur kepemilikan, sistem pembayaran dari konsumen dan kondisi pasar.
Menurut Weston dan Brigham (2006:39) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan.
2.2.6.1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini maksudnya adalah logaritma dari total aktiva perusahaan pada satu periode tahun tertentu (Saidi, 2004).
Perusahaaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. ( Sartono, 2001 : 249 ).
(28)
Suatu perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas dan setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengawasan dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang kecil di mana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya pengawasan pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, maka pada perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil (Riyanto, 1995:299).
Dalam penelitian ini, variabel ukuran perusahaan yang digunakan adalah logaritma dari total aktiva perusahaan pada satu periode tahun tertentu (Saidi, 2004).
2.2.6.2. Tingkat Pertumbuhan
Menurut Sartono (2001:248), semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
Menurut Brigham dan Houston (2006:43), perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih banyak mengandalkan diri pada modal eksternal. Lebih
(29)
jauh, biaya emisi yang terkait dalam penjualan saham biasa melebihi biaya yang terjadi ketika menjual utang, yang selanjutnya mendorong perusahaan yang tumbuh dengan pesat untuk lebih mengandalkan diri pada utang.
Dalam penelitian ini, variabel tingkat pertumbuhan yang digunakan adalah pertumbuhan asset. Pertumbuhan asset merupakan perubahan (peningkatan atau penurunan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan asset dihitung sebagai prosentase perubahan asset pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya (Badui: 2002) dalam Saidi (2004).
Dengan demikian perusahaan yang tingkat pertumbuhannya cepat lebih banyak menggunakan hutang sehingga memperbesar struktur modal, sedangkan perusahaan yang pertumbuhannya lambat lebih sedikit menggunakan hutang sehingga memperkecil struktur modal, karena tingkat pertumbuhan mempunyai hubungan yang positif terhadap struktur modal.
Secara matematik dirumuskan sebagai berikut:
% 100 1 1 x TA TA TA TA t t t
( Saidi, 2004 )
2.2.6.3. Profitabilitas
Profitabilitas dalam periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa manajer lebih
(30)
senang menggunakan pembiayaan dari pertama, laba ditahan, kemudian utang, dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara toritis sumber modal biayanya paling murah adalah utang kemudian , saham preferen dan yang paling mahal adalah saham biasa serta laba ditahan. Pertimbangan lain adalah bahwa direct cost untuk pembiayaan eksternal lebih tinggi dibandingkan dengn pembiayaan eksternal. Selanjutnya penjualan saham baru justru merupakan signal negatif karena pasar menintrespestasikan perusahaan dalam keadaan kesulitan likuiditas.
Menurut Lukas (2003:274), pada umumnya perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil karena tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan mereka untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.
Dalam penelitian ini, variabel profitabilitas yang digunakan adalah Net Profit Margin. Net Profit Margin merupakan laba bersih setelah pajak dibanding dengan penjualan (Riyanto, 1995:37).
Semakin tinggi tingkat pengembalian yang dimiliki oleh perusahaan, maka akan semakin rendah struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif dengan struktur modal.
(31)
% 100 pajak sesudah bersih
Laba Margin
Profit
Net x
Penjualan
( Riyanto, 2001 : 37 )
2.2.6.4. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Jahera dan Aurburn, 1996) dalam Saidi (2004).
Semakin banyak manajer yang mempunyai saham dalam perusahaan, maka semakin tinggi hutang perusahaan. Sehingga struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Secara matematik dirumuskan sebagai berikut:
Struktur Kepemilikan = Persentase saham milik manajemen ( Saidi,2004 ) Persentase saham milk investor
2.2.6.5. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal
Suatu perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas dan setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengawasan dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang kecil di mana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya
(32)
pengawasan pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, maka pada perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil (Riyanto, 1995:299).
Perusahaan yang besar biasanya lebih berani dalam memiliki hutang yang tinggi dan mempunyai intensif untuk memiliki proyek yang lebih berisiko daripada yang aman. Ini karena perusahaan dengan kewajiban hutang tetap menikmati sisi baik, tapi disisi buruknya perusahaan tidak sepenuhnya biasa membayar kembali hutangnya jika hasil investasi buruk. Sehingga ukuran perusahaan mempunyai hubungan yang positif terhadap struktur modal perusahaan.
2.2.6.6. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Terhadap Struktur Modal
Pertumbuhan bagi suatu perusahaan merupakan suatu yang harus dimaksimalkan. Bila pertumbuhan perusahaan meningkat maka pangsa pasar dan keuntungan perusahaan meningkat pula. Untuk memperluas pangsa pasar atau ekspansi perusahaan selanjutnya maka memerlukan modal dalam jumlah yang besar. Apabila modal atau dana yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi maka perusahaan harus mencari tambahan dana untuk keperluan tersebut. Hal ini juga dapat dilihat dari pendapat yang dikemukakan oleh Weston dan Brigham (1986:475) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
(33)
yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Biaya pengambangan pada emisi saham biasa adalah lebih tinggi dibanding pada emisi obligasi. Dengan demikian, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang (obligasi) dibanding perusahaan yang lambat pertumbuhannya.
Menurut Sartono (2001:248), semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
Menurut Lukas (2003:274), perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada umumnya lebih tergantung pada modal dari luar perusahaan. Pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah, kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga dapat dipenuhi dari laba ditahan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah.
Dengan demikian perusahaan yang tingkat pertumbuhannya cepat lebih banyak menggunakan hutang sehingga memperbesar struktur modal, sedangkan perusahaan yang pertumbuhannya lambat lebih sedikit menggunakan hutang sehingga memperkecil struktur modal, karena tingkat pertumbuhan mempunyai hubungan yang positif terhadap struktur modal.
(34)
2.2.6.7. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal
Pada umumnya profitabilitas dilihat dari angka laba, hal demikian berarti dari jangka pendek. Sedangkan untuk jangka panjang yang dipertimbangkan adalah net profit margin. Profitabilitas dari sudut manajemen menyangkut efektifitas manajemen dalam menggunakan total aktiva seperti yang tercatat dalam neraca. Efektivitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih yang didefinisikan dengan berbagai cara terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba.
Mengenai hal ini, Weston dan Brigham (1986:475) menyatakan pendapatnya bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi, umumnya menggunakan hutang dalam jumlah relatif sedikit. Hal ini disebabkan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk melakukan permodalan dengan sisa laba ditahan saja. Profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Pada umumnya perusahaan dengan tingkat pengembalian yang naik atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil.
Menurut Lukas (2003:274), pada umumnya perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil karena tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan mereka untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.
(35)
Semakin tinggi tingkat pengembalian yang dimiliki oleh perusahaan, maka akan semakin rendah struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif dengan struktur modal perusahaan.
2.2.6.8. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Struktur Modal
Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Jahera dan Aurburn, 1996) dalam Saidi (2004).
Semakin banyak manajer yang mempunyai saham dalam perusahaan, maka semakin tinggi hutang perusahaan. Sehingga struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Pemegang saham mayoritas mempunyai kemampuan untuk melakukan monitoring terhadap keputusan manajemen perusahaan (Brailsford, Oliver dan Pua, 1999) dalam Titik Indrawati dan Suhendro (2006) dan memiliki hak suara yang lebih kuat dibandingkan dengan pemegang saham publik. Oleh karena itu, pemegang saham mayoritas bisa menguasai dan mengawasi dewan komisaris, di mana salah satu fungsinya adalah mengawasi dewan direksi secara langsung. Sementara itu pemegang saham publik secara individu tidak mempunyai suara signifikan untuk mempengaruhi manajemen atau menempatkan perwakilannya pada dewan komisaris. Kecuali apabila terjadi koalisi antara pemegang saham
(36)
publik satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan hak suara yang signifikan, namun koalisi ini akan membutuhkan biaya penggalangan koalisi. Oleh karena itu, koalisi hanya akan terjadi apabila keuntungan yang timbul akan lebih besar daripada biaya koalisi (Ariyanto, 2002) dalam Titik Indrawati dan Suhendro (2006). Penelitian Brailsford, Oliver dan Pua (1999) dalam Titik Indrawati dan Suhendro (2006) mendapatkan hasil bahwa struktur kepemilikan berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal. Penelitian Saidi (2004) dalam Titik Indrawati dan Suhendro (2006) mengemukakan bahwa semakin banyak manajer yang mempunyai saham dalam perusahaan, maka semakin tinggi hutang perusahaan. Struktur kepemilikan akan mengurangi agency problem, apabila banyak pemegang saham yang menjadi manajer perusahaan maka agency
problem akan rendah, perusahaan akan memilih berhutang untuk
mengembangkan perusahaannya. Penelitian Saidi (2004) dalam Titik Indrawati dan Suhendro (2006) mendapatkan hasil bahwa struktur kepemilikan berpengaruh positif yang signifikan terhadap struktur modal.
2.2.6.9. Pengaruh Ukuran Perusahaan , Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas, dan
struktur Kepemilikan Terhadap Struktur Modal
Perusahaan yang besar biasanya lebih berani dalam memiliki hutang yang tinggi dan mempunyai intensif untuk memiliki proyek yang lebih berisiko daripada yang aman. Ini karena perusahaan dengan kewajiban hutang tetap menikmati sisi baik, tapi disisi buruknya perusahaan tidak sepenuhnya biasa membayar kembali hutangnya jika hasil investasi buruk. Menurut Sartono
(37)
(2001:248), semakin besar ukuran suatu perusahaan semakin cepat pula pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Yang akan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi yang juga merupakan indikasi bahwa perusahaan akan lebih banyak mempunyai retained earning sekaligus juga membutuhkan dana lebih banyak untuk mendukung pertumbuhannya. . Besarnya laba ditahan yang besar mengakibatkan semakin banyaknya investor yang berkeinginan untuk menanamkan modal pada suatu perusahaan. Akibatnya semakin banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modal dan semakin manajer yang mempunyai saham dalam perusahaan, maka semakin tinggi hutang perusahaan. Sehingga ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan , profitabilitas , dan struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap struktur modal.
(38)
2.3 KERANGKA PIKIR
Uji Statistik Regresi Linear Berganda
2.4 HIPOTESIS
Berdasarkan latar belakang , perumusan masalah , tujuan penelitian landasan teori serta kerangka pikir diatas, maka dapat diduga bahwa hipotesis sebagai berikut :
” Diduga bahwa variabel ukuran perusahaan , tingkat pertumbuhan , profitabilitas , dan struktur kepemilikan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan consumer goods
yang go publik di Bursa Efek Indonesia ”. UKURAN PERUSAHAAN
( X1 )
TINGKAT PERTUMBUHAN ( X2 )
PROFITABILITAS ( X3 )
STRUKTUR KEPEMILIKAN ( X4 )
STRUKTUR MODAL ( Y )
(39)
Dalam bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian yang meliputi variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, sumber data, dan tehnik analisis data.
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dalam variabel ini adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menjadi obyek penelitian berdasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang dapat didefinisikan dan dapat diamati atau diobservasi. Variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian menggunakan satu ukuran prosentase dan satuan ukuran rupiah.
Adapun definisi operasional variabel yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.1.1 Variabel Terikat (dependen variabel)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah struktur modal. Variabel ini diukur dengan membagi total hutang dengan total ekuitas dan hasilnya diberikan dalam bentuk Prosentase. Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah skala rasio. Variabel ini dapat dihitung dengan rumus menurut Riyanto ( 1995 : 282 )adalah sebagai berikut :
Struktur Modal = total hutang jangka panjang x 100% total modal sendiri
(40)
3.1.2 Variabel Bebas (independen variabel)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah :
a. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan di proxy dengan nilai logaritma dari total asset perusahaan, (Saidi : 2004) mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2008. Skala pengukuran pada variabel ini menggunakan skala ratio.
b. Tingkat Pertumbuhan
Pertumbuhan asset adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan asset dihitung sebagai prosentase perubahan asset pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya (Badui: 2002) dalam Saidi (2004).
Secara matematik dirumuskan sebagai berikut:
% 100 1 1 x TA TA TA TA t t t
( Saidi,2004 )
Keterangan :
∆TA : perubahan total aktiva
TAt : total aktiva tahun ke n
(41)
c. Profitabilitas
Profitabilitas yang mempengaruhi besar kecilnya struktur modal merupakan profitabilitas yang diharapkan manajemen yakni laba bersih setelah pajak dibanding dengan penjualan, yaitu mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, dan dinyatakan dalam prosentase dengan menggunakan skala rasio. Adapun rumus profitabilitas menurut Riyanto (1995 : 37) yang di proxy dengan net profit
margin adalah sebagai berikut:
d. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan
saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam atau insiders dengan jumlah saham yang dimiliki investor Mozes (2009: 06).
Profitabilitas = laba bersih setelah pajak x 100% penjualan
Struktur Kepemilikan = Persentase saham milik manajemen Persentase saham milik investor
(42)
3.2 Tehnik Penentuan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi disini adalah keseluruhan perusahaan yang menjadi obyek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian. Dimana populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
Consumer Goods yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berjumlah
31 perusahaan mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 dan telah menerbitkan laporan keuangan yang meliputi Neraca dan laporan Laba Rugi secara terus-menerus.
3.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi, penelitian ini dalam menentukan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu mengambil secara tidak acak dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.
Adapun kriteria pemilihan sampel perusahaan yang dipakai adalah :
1. Perusahaan Consumer Goods yang go public dan masih terdaftar di BEI dari
tahun 2007 sampai tahun 2009.
2. Yang telah menerbitkan ringkasan laporan keuangan dari tahun 2007 sampai tahun 2009.
(43)
Dari sejumlah populasi perusahaan Consumers Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 32, maka berdasarkan kriteria diperoleh sebanyak 10 perusahaan yaitu antara lain :
1. PT. Ultra Jaya Milk Tbk. 2. Sekar Laut Tbk.
3. Mayora Indah Tbk. 4. Siantar Top Tbk. 5. Gudang Garam Tbk.
6. Kalbe Farma Tbk. 7. Sampoerna Agro Tbk.
8. Indofood Sukses Makmur Tbk. 9. Unilever Indonesia Tbk. 10. Multi Bintang Indonesia Tbk.
3.3 Tehnik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Data merupakan faktor yang penting dalam penyusunan penelitian ini. Adapun data yang akan digunakan adalah data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan di Bursa Efek Indonesia
(44)
mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Laporan keuangan yang digunakan terdiri dari laporan neraca konsolidasi serta laporan laba rugi masing-masing perusahaan Consumer Goods.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.
3.3.3 Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang berkaitan dengan obyek penelitian.
3.4 Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam mencari pemecahan atas permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah melakukan analisis
regresi linier berganda.
Teknik analisis ini digunakan untuk mencari pemecahan masalah penelitian secara individu atau parsial dan secara bersama-sama atau simultan. Penggunaan teknik analisis ini dilakukan dengan alasan karena penelitian ini
(45)
berusaha untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara beberapa variabel bebas dengan variabel terikatnya, karena secara teoritis keduanya mempunyai hubungan fungsional atau memiliki pengaruh.
Model hubungan yang diduga atau diperkirakan akan terbentuk pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 +i
Dimana :
Y : Struktur Modal
: Konstanta
B1…4 : Koefisien Regresi
X1 : Ukuran Perusahaan
X2 : Tingkat Pertumbuhan
X3 : Profitabilitas
X4 : Struktur Kepemilikan i : Variabel Pengganggu
Berdasarkan model yang terbentuk akan dapat diketahui apakah semua variabel bebas secara individu dan bersama-sama mempunyai pengaruh yang
(46)
signifikan atau tidak terhadap struktur modal, sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak.
3.4.2 Uji Hipotesis
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah dan menganalisis data dengan teknik analisis regresi linier berganda ini adalah sebagai berikut :
1. Uji t
Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap pengaruh masing-masing variabel bebas yang terdapat dalam model mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat, sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang kedua dapat diterima atau ditolak.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji t-hitung adalah :
a. Memformulasikan hipotesis
Formulasi hipotesis yang akan dibuktikan adalah :
Ho : bi = 0 (i = 1,2,3), artinya tidak ada pengaruh yang nyata dari variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y
Ho : bi ≠ 0 (i = 1,2,3), artinya terdapat pengaruh yang nyata dari variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y
(47)
b. Menetapkan tingkat signifikansi atau tingkat kepercayaan (α) yaitu sebesar 5%. Menentukan rumus distribusi t-hitung (Gujarati, 1995 : 78).
c. Ketentuan Pengujian
Jika nilai probabilitas ( P value ) / signifikan > 0,05 , maka H0 dterima
an H1 ditolak.
Jika nilai probailitas ( P value ) / signifikan < 0,05 , maka H0 diterima
dan H1 ditolak.
2. Uji F
Uji F-hitung disebut juga uji serempak atau secara simultan. Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap semua variabel bebas yang meliputi ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan profitabilitas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan terhadap struktur modal. Dengan demikian akan dapat diketahui model hubungan fungsional antara variabel terikat (dependent variabel)
dengan variabel bebas (independent variabel) yang terbentuk pada penelitian
ini.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji F-hitung adalah :
a. Memformulasikan hipotesis
(48)
Ho : bi = 0 (i = 1, 2, 3) artinya bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata (signifikan) secara simultan dari variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y.
Hi : bi ≠ 0 (i = 1, 2, 3) artinya bahwa terdapat pengaruh yang nyata (signifikan) secara simultan dari variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y.
b. Menentukan level of significant atau tingkat kepercayaan (α) sebesar 5% c. Menentukan rumus distribusi F-hitung (Gujarati, 1995 : 120).
Fhit = R2/(k-1)
(1-R2)/(n-k)
R2 = koefisien determinasi
n = jumlah observasi
k = jumlah variabel bebas
d. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho dalam bentuk grafik.
Kriteria pengujian :
1. Jika F-hitung F tabel maka Ho ditolak, artinya diduga variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap varibael terikat.
2. Jika F-hitung ≤ F tabel maka Ho diterima, artinya diduga variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel terikat.
(49)
e. Mengambil kesimpulan berdasarkan kriteia pengujian diatas.
3.4.3 Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji t dan uji F tidak
boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar. Tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar dalam regresi linier berganda yaitu : tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi multikolinieritas, tidak terjadi heteroskedastisitas.
a. Autokorelasi
Dapat didefinisikan sebagai korelasi antar data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau antara space untuk data cross
section. Keberadaan autokorelasi dapat di tes dengan menghitung nilai Durbin Watson (d tes) dengan rumus sebagai berikut (Gujarati, 1995 : 215 ) :
d =
keterangan :
d = nilai Durbin Watson
(50)
el = residual pada waktu ke t-1 (satu periode sebelumnya)
N = banyaknya data
Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva dibawah ini
Gambar 3.1 : statistic d Durbin Watson
Daerah Daerah
Ada keraguan keraguan Ada
autokorelasi autokorelasi
positif Tidak ada negatif
autokorelasi
positif
0 d1 du 4-du 4-d1 4
Sumber : Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar. Terjemahan Sumarno Zain, penerbit Erlangga, Jakarta hal 216.
b. Multikolinieritas
Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh linier antar variabel bebas, maka asumsi tersebt tidak berlaku lagi (terjadi bias).
(51)
Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat diartikan dengan menghitung VIF (Varience Inflation Factor) dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Gujarati, 1995 : 171) :
VIF = var (β) (∑x)/σ2
VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF lebih
besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinieritas pada persamaan regresi linier.
c. Heteroskedastisitas
Homoskedastisitas (varian sama) merupakan fenomena dimana pada nilai variabel independen tertentu masing-masing kesalahan (ei) mempunyai nilai varian yang sama besar sebesar σ², jika model yang diperoleh ternyata tidak memenuhi asumsi atau fenomena tersebut maka dalam model tersebut terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas ini mengakibatkan nilai-nilai estimator (koefisien regresi) dari model tersebut tidak efisien meskipun estimator tersebut
tidak bias dan konsisten.
Pengujian terhadap adanya fenomena heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan spearman’s Rank Corelation test. Pengujian adanya
fenomena heteroskedastisitas ini akan didasarkan pada hipotesis berikut ini (Gujarati, 1995 : 188) :
rs = 1-6
) 1 ( 2
2
N N
(52)
keterangan :
di = perbedaaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke i
N = banyaknya data
(53)
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)
Pada 9 Mei 2006, ketua BAPEPAM, Fuad Rahmani menyampaikan pandangannya bahwa proses merger BES-BEJ sebagaimana telah dicanangkan sebelumnya tetap berlangsung. Pada kesempatan rapat-rapat di BAPEPAM dan LK pada tanggal 1 Juni 2006, 2 Juni 2006, 21 September 2006 dan 24 November 2006 telah dibahas berbagai isu penting mengenai persiapan penggabungan BES-BEJ. Pada akhir November 2006 kajian merger BES baru selesai dan akhirnya diterima direksi BES.
Pada tanggal 6 Desember 2006, BES menyelenggarakan RUPSLB dengan agenda rapat meminta persetujuan atas Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) dan persetujuan prinsip merger BES-BEJ. Dalam putusan pemberian persetujuan prinsip kepada direksi diminta agar penggabungan memperhatikan 3 hal yakni bahwa kepentingan karyawan tidak boleh dirugikan, penyelesaian UBH dan kepentingan pemegang saham harus optimal.
Proses merger dilakukan lebih intens dengan diadakannya pertemuan regular di BAPEPAM dan LK yang dimulai pada tanggal 14 Desember 2006 untuk membahas persetujuan prinsip penggabungan BES-BEJ. Dalam pertemuan yang diadakan pada tanggal 20 Desember 2006 dihadiri direksi BES-BEJ telah dibahas beberapa isu penting terkait dengan rencana merger serta pembentukan
(54)
tim kecil dan disepakati masing-masing bursa akan menunjuk 2 orang anggota direksi.
Setelah melalui beberapa kali pertemuan, pada awal bulan Juni 2007, tim merger BES mulai menyusun paper yang diawali dengan sebuah paper yang berjudul Pokok-Pokok Pikiran Penggabungan BES-BEJ. Paper pertama ini berisi tentang pemikiran dan pandangan tim merger BES, antara lain: visi dan misi bursa hasil penggabungan, manfaat dan tujuan penggabungan BES-BEJ, pengembangan bursa hasil penggabungan, resiko penggabungan dan sinergi yang akan dihasilkan dari penggabungan BES-BEJ serta organisasi bursa hasil penggabungan di masa datang.
Selanjutnya, Tim Merger BES menyelesaikan ke-6 paper lainnya, yang meliputi Paper kedua tentang perdagangan, Paper ketiga tentang Emiten tercatat di BES, Paper keempat tentang Pemegang Saham dan Anggota Bursa, Paper kelima tentang Teknologi Informasi, Paper keenam tentang Sumber Daya Manusia BES dan Paper ketujuh tentang Usulan Kerangka Merger. Setelah penyusunan masing-masing paper selesai, Tim menyampaikan paper tersebut kepada Konsultan Hukum Hadinoto Putranto dan rekan, Konsultan Keuangan Ernst dan Young serta Konsultan Sumber Daya Manusia Daya Dimensi Indonesia untuk dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penyusunan rancangan penggabungan BES-BEJ.
Pada tangggal 30 Agustus 2007 diselenggarakan pertemuan koordinasi antara BES-BEJ dengan ketiga konsultan (HHP, E dan Y, DDI). Pertemuan ini merupakan pertemuan penentu untuk memastikan kesiapan seluruh materi
(55)
Rancangan Penggabungan. Pada kesempatan tersebut, BES kembali menyampaikan usulan mengenai nama bursa hasil penggabungan dengan nama Bursa Indonesia atau Indonesian Exchange dan memutuskan untuk tidak
membuat logo dalam bentuk gambar akan tetapi membuat logo dalam bentuk tulisan Indonex. Pada tanggal 1 November 2007, BES dan BEJ resmi bergabung.
4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia
Visi bursa hasil penggabungan tidak terlepas dari latar belakang dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu bursa yang kuat, bernilai, kredibel, kompetitif dan berdaya saing global. Visi dan misi bursa hasil penggabungan tersebut antara lain:
a. Mampu menghasilkan produk-produk pasar modal yang bernilai jual tinggi. b. Mampu menyediakan infrastruktur teknologi yang berkualitas.
c. Mampu memberikan kepuasan kepada konsumen. d. Mampu memperkuat keamanan para investor.
e. Mampu menciptakan integritas dan transparansi pada pasar modal. f. Mampu menciptakan karyawan yang berkompetensi tinggi.
4.1.3. Tujuan Penggabungan
Penggabungan BES dan BEJ, ditujukan untuk terciptanya efisiensi pasar modal Indonesia. Dengan tersedianya berbagai instrumen pasar modal yang dapat diperdagangkan melalui bursa, maka efisiensi pasar modal dapat tercapai. Investor memiliki kesempatan yang luas untuk memilih instrumen yang tepat
(56)
sesuai dengan tujuan penggunaan dana yang dimiliki investor. Investor tidak perlu harus investasi pada instrumen luar negeri baik yang didagangkan di dalam negeri maupun di luar negeri.
4.1.4. Manfaat Penggabungan
Manfaat penggabungan BES dan BEJ dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain:
a. Aspek Bisnis
Dengan adanya penggabungan BES dan BEJ dapat meningkatkan jumlah emiten yang tercatat, meningkatkan perkembangan instrumen yang sudah dimulai diperdagangkan dan dapat menumbuhkan instrumen-instrumen baru yang dapat diperdagangkan di Bursa.
b. Aspek Operasional
Penghematan biaya operasional yang timbul akibat adanya penggabungan BES dan BEJ, antara lain: biaya penyediaan sistem dan sarana perdagangan, biaya penyediaan web site, biaya penyediaan jaringan, biaya penyediaan band width.
c. Aspek pelaku
Penggabungan BES dan BEJ bermanfaat bagi para pelaku di pasar modal, antara lain: bagi emiten, bagi anggota bursa dan partisipan, bagi investor serta bagi pemegang saham.
(57)
4.1.5. Gambaran Umum Perusahaan Sampel a) PT. Ultrajaya Milk, Tbk
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk., selanjutnya disebut "Induk Perusahaan", didirikan dengan Akta No. 8 tanggal 2 Nopember 1971 jo Akta Perubahan No. 71 tanggal 29 Desember 1971 yang dibuat dihadapan Komar Andasasmita, S.H.,Notaris di Bandung. Akta-akta tersebut telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Keputusan No. Y.A.5/34/21 tanggal 20 Januari 1973, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 34 tanggal 27 April 1973, Tambahan No. 313, dan mulai beroperasi secara komersial pada awal tahun 1974. Anggaran Dasar Induk Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir dilakukan berdasarkan Akta Risalah Rapat No. 7 tanggal 4 Agustus 2000 juncto Akta Pernyataan Keputusan Rapat Perubahan Anggaran Dasar No. 31 tanggal 30 Agustus 2000 dan Akta Perbaikan No.1 tanggal 3 Oktober 2000 yang ketiganya dibuat dihadapan Lien Tanudirdja, S.H., Notaris di Bandung, mengenai peningkatan modal dasar dan pemecahan nilai nominal saham (stock split). Akta tersebut telah memperoleh persetujuan
dari Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia, yakni dengan Keputusan No. C-22050 HT.01.04-TH.2000 tanggal 6 Oktober 2000, dan didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Barat dengan No. TDP 10.24.1.15.00112 tanggal 26 Oktober 2000 di bawah Agenda Pendaftaran No. 115/BH.10.24/X/2000, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik
(58)
Indonesia No. 5 tanggal 16 Januari 2001) Induk Perusahaan memiliki kantor pusat dan pabrik yang berlokasi di Jl. Raya Cimareme 131 Padalarang Kabupaten Bandung 40552.
Maksud dan tujuan Induk Perusahaan adalah untuk berusaha dalam bidang perindustrian, perkebunan pertanian, peternakan dan perikanan darat/laut, serta perdagangan.
Induk Perusahaan bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman, khususnya minuman aseptik yang dikemas dalam kemasan karton yang diolah dengan teknologi UHT (Ultra High Temperature) seperti minuman susu,
minuman sari buah, minuman tradisional dan minuman kesehatan. Induk perusahaan juga memproduksi rupa-rupa mentega, teh celup, konsentrat buah-buahan tropis, susu bubuk dan susu kental manis. Induk Perusahaan melakukan kerjasama dengan beberapa perusahaan multi nasional seperti dengan Nestle, Morinaga dan lain-lain.
Induk Perusahaan memasarkan hasil produksinya ke toko-toko, P&D, supermarket, grosir, hotel, institusi, bakeri dan konsumen lain yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan melakukan ekspor ke beberapa negara. Untuk menunjang kegiatan pemasaran dan memperlancar distribusi produknya, Induk Perusahaan memiliki kantor perwakilan dan stock point yang tersebar di
Pulau Jawa.
b) PT. Sekar Laut, Tbk
PT. Sekar Laut, Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta notaris No. 120 tanggal 19 Juli 1976 dari Soetjipto, SH., notaris di Surabaya. Akta
(59)
pendirian Perusahaan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam surat keputusannya No. Y.A5/56/1 tanggal 1 Maret 1978 dan diumumkan dalam Lembaran Berita
Negara No. 87, tambahan N. 984 tanggal 30 Oktober 1987.
Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, diantaranya dengan akte No. 127 tanggal 28 Juni 2007 oleh Notaris Noor Irawati, SH, mengenai perubahan anggaran dasar perseroan terbatas setelah melakukan kuasireorganisasi. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. W10-01121HT.01.04-Th.2007 tanggal 11 September 2007.
Anggaran dasar Perusahaan mengalami perubahan terakhir dengan akta No. 96 tanggal 17 Juni 2008 oleh Notaris Noor Irawati, SH, mengenai perubahan anggaran dasar perusahaan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007. Pada tanggal 31 Desember 2008, akta notaris tersebut belum mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Perusahaan bergerak dalam bidang industri pembuatan kerupuk, saos tomat, sambal, dan bumbu masak serta menjual produknya di dalam negeri maupun di luar negeri. Perusahaan dikontrol oleh Sekar Group. Perusahaan beroperasi secara komersial pada tahun 1976.
Pabrik berlokasi di Jalan Jenggolo II/17 Sidoarjo, Jawa Timur, dengan jumlah karyawan masing-masing 806 dan 768 orang pada tanggal 31
(60)
Desember 2008 dan 2007. Kantor cabang Perusahaan di Jalan Raya Darmo No. 23-25, Jawa Timur.
c) PT. Mayora Indah, Tbk
PT. Mayora Indah, Tbk (Perusahaan) didirikan dengan Akta No. 204 tanggal 17 Februari 1977 dari Poppy Savitri Parmanto, S.H,. pengganti dari Ridwan Suselo, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan no. Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari 1978 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 39 tanggal 15 Mei 1990, Tambahan No. 1716. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan akta No. 25 tanggal 30 Juni 2008 dari Saifudin Arief, SH., notaris di Tangerang, mengenai perubahan Anggaran Dasar Perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah menjalankan usaha dalam bidang industri, perdagangan serta agen/perwakilan. Saat ini perusahaan menjalankan bidang usaha industri makanan, kembang gula dan biskuit. Perusahaan menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri.
Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada bulan Mei 1978. Kantor pusat Perusahaan terletak di Gedung Mayora, Jl. Tomang Raya No. 21-23, Jakarta, sedangkan pabrik Perusahaan terletak di Tangerang dan Bekasi.
(61)
d) PT. Siantar Top, Tbk
PT. Siantar Top, Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta No. 45 tanggal 12 Mei 1987 dari Ny. Endang Widjajanti, SH., notaris di Sidoarjo dan akta perubahannya No. 64 tanggal 24 Maret 1988 dari notaris yang sama. Akta pendirian dan perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-5873.HT.01.01.Th.88 tanggal 11 Juli 1988 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 104 tanggal 28 Desember 1993, Tambahan No. 6226. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 48 tanggal perubahan, terakhir dengan akta No. 48 tanggal 25 Juli 2008 dari Dyah Ambarwaty Setyoso, SH., notaris di Surabaya, mengenai Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Siantar Top Tbk untuk menyesuaikan dengan ketentuan Undang-undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas. Pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia atas perubahan masih dalam proses.
Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang industri makanan ringan, yaitu mie (snack noodle), krupuk (crackers) dan kembang gula (candy).
Perusahaan berdomisili di Sidoarjo, Jawa Timur dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo (Jawa Timur), Medan (Sumatera Utara) dan Bekasi (Jawa Barat). Kantor pusat Perusahaan beralamat di Jl. Tambak Sawah No.
(62)
21-23 Waru, Sidoarjo. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan September 1989. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, khususnya Asia.
e) PT. Gudang Garam, Tbk
PT. Gudang Garam didirikan oleh Akta Suroso, S.H wakil Notaris sementara di Kediri, tanggal 30 Juni 1971, di daftarkan di Pengadilan Negeri Kediri degan No. 31/1971 dan 32/1971 tanggal 26 Nopember 1971 dan diumumkan dalam tambahan No. 586 pada Berita Negara No. 104 tanggal 28 Desember 1971.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasarnya, Perseroan bergerak di bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Perseroan merupakan kelanjutan dari perusahaan perorangan yang didirikantahun 1958. Pada tahun 1969 berubah status menjadi Firma dan pada tahun 1971 menjadi Perseroan Terbatas. Operasi komersial perusahaan dimulai pada tahun 1958. f) PT. Kalbe Farma, Tbk.
PT. Kalbe Farma didirikan di Negara Republik Indonesia, dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan Akta Notaris Raden Imam Soesetyo Prawiroekoesomo No. 3 pada tanggal 10 Nopember 1966. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat Keputusan No. J.A.5/72/23 tanggal 12 September 1967 dan diumumkan dalam tambahan No. 234 , Berita Negara Republik Indonesia no. 22 tanggal 22 Desember 1967.
(63)
Ruang lingkup perusahaan meliputi antara lain dalam bidang industri produk farmasi .
Perusahaan bekedudukan di Jakarta , dimana Kantor Pusat berada di Gedung KALBE , di Jl. Let. Jend. Soeprapto Kav. 4 , Cempaka Putih Jakarta 10510, sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di kawasan Industri Delta Silicon . Jl. M.H Tamrin, Blok A3-1 , lippo Cikarang , Bekasi Jawa Barat.
g) PT. Sampoerna Agro, Tbk.
Pada tahun 1913 di Surabaya , alm. Lien Seng Tee memprakarsai berdirinya suatu perusahaan industri rumah tangga penghasil sigaret kretek tangan dengan merk Dji Sam Soe. Pada tahun 1930 perusahaan industri rumah tangga ini diresmikan dengan bentuk Handel Maatschapij Liem Seng Tee yang menjadi PT. Handel Maattschapij Sampoerna untuk seterusnya disebut Handelseiring dengan pertumbuhan industri rokok , Aga Sampoerna bersama-sama dengan kakaknya mendirikan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna dengan nama PT. Panamas berkedudukan di Surabaya, berdasarkan Akta No. 69 tanggal 19-10-1963 yang dibuat dihadapan notaris Anwar Mahajudin S.H, yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman melalui keputusan No . J.A 5/95/15 tanggal 30-4-1964. Pada tahun 1988 Panamas mengambil alih mengubah namanya menjadi PT. Hanajaya Mandala Sampoerna, pada tanggal 15-8-1990 perusahaan sudah mencatatkna 25% sahamnya pada bursa efek di Indonesia.
(64)
h) PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma, berdasarkan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 228. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-2915.HT.01. 01.Th’91 tanggal 12 Juli 1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 12 Tambahan No. 611 tanggal 11 Februari 1992. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan berdasarkan Akta Notaris Benny Kristianto, SH. No. 28 tanggal 22 Februari 2008 mengenai perubahan anggaran dasar untuk disesuaikan dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas telah diterima dan disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (sebelumnya Menteri Kehakiman) dalam Surat Keputusan No. AHU-16532.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 3 April 2008. Perubahan terakhir dalam Akta Notaris No. 2 dari notaris yang sama pada tanggal 1 Juli 2008 mengenai perubahan Direksi dan Dewan Komisaris dan untuk memenuhi ketentuan dalam Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-179/BL/2008 tanggal 14 Mei 2008 mengenai Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik, telah diterima dan disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan N. AHU-66708.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 22 September 2008.
(65)
Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terdiri dari, antara lain, produksi mie, penggilingan gandum, kemasan, jasa manajemen, serta penelitian dan pengembangan. Saat ini, perusahaan terutama bergerak di bidang pembuatan mie dan penggilingan gandum menjadi tepung terigu.
Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jendral Sudirman, Kav. 76-78, Jakarta, Indonesia, sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990.
i) PT. Unilever Indonesia, Tbk.
Unilever adalah perusahaan multinasional yang memproduksi barang konsumen yang bermarkas di Rotterdam, Belanda. Perusahaan ini didirikan tahun 1930.
Perusahaan ini mempekerjakan 206.000 karyawan. Kegiatan perusahaan perseroan meliputi bidang pembuatan, pemasaran, distribusi barang-barang konsumsi meliputi sabun , detergen, margarin, bahan pokok teh dan produk kosmetik.
Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V.Lever. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia dan pada 30 Juni 1997, nama perusahaa diubah menjadi PT. Unilever Indonesia, Tbk. Unilever Indonesia
(66)
mendaftarkan 15% sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981.
j) PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk
Perseroan didirikan pada tanggal 3 Juni 1929 berdasarkan akta notaris No. 8 dari Tjeerd Dijkstra, notaris di Medan , dengan nama N.V. Nederlandsch Indische Bierbrowerijen. Perseroan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat berlokasi di Talavera Office Park Lantai 20, Jl. Let. Jend. TB Simatupang Kav. 22-26, Jakarta 12430, dan pabrik berlokasi di Jl. Daan Mogot KM. 19, Tangerang 15122 dan Jl. Raya Mojosari – Pacet KM. 50, Sampang Agung, Jawa Timur. Perseroan adalah bagian dari Kelompok Heineken, dimana pemegang saham utama adalah Heineken N.V. Transaksi dan saldo signifikan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa disajikan dalam Catatan 20 atas laporan keuangan konsolidasi.
Pada tanggal 15 Desember 1981, 16,70% dari modal dasar Perseroan dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Dengan surat dari PT. Bursa Efek
Jakarta No. S-3728/BEJ.EEM/12-2000 tanggal 18 Desember 2000 dan PT. Bursa Efek Surabaya No.
JKT-109/MKT-LIST/BES/I/2001 tanggal 29 Januari 2001, saham Perseroan yang ditempatkan sejumlah 21.070.000 dicatatkan di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 12 Januari 2001 dan di Bursa Efek Surabaya sejak tanggal 5 Februari 2001. Pada tanggal 30 Nopember 2007, berdasarkan keputusan rapat umum luar biasa pemegang saham Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES) di merger ke BEJ dan keduanya membentuk Bursa Efek
(67)
Indonesia (BEI). Dengan demikian, sejak 3 Desember 2007, saham-saham Perseroan diperdagangkan di BEI.
Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami perubahan beberapa kali. Perubahan terakhir dilakukan dengan akta notaris H. Syarif Siangan Tanudjaja, SH No. 5, tanggal 5 Agustus 2008. Akta ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan No.
AHU-61423.AB.01.02 Tahun 2008 pada tanggal 11 September 2008.
Sesuai dengan Anggaran Dasar, Perseroan beroperasi dalam industri bir dan minuman lainnya. Untuk mencapai tujuan usahanya, Perseroan dapat melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut :
Produksi bir dan minuman lainnya dan produk-produk lain yang relevan.
Pemasangan produk-produk tersebut di atas, pada pasar lokal dan internasional.
Impor atas bahan-bahan promosi yang relevan dengan produk-produk di atas. Perseroan memulai operasi komersial pada tahun 1929. Per 31 Desember 2008 dan 2007, Perseroan mempekerjakan masing-masing sejumlah 440 dan 462 karyawan.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan consumers goods dengan
mengambil data untuk menghitung struktur modal, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, profitabilitas dan struktur kepemilikan pada tahun 2007 sampai
(68)
dengan tahun 2009. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah laporan keuangan dan laporan laba rugi setiap tahunnya yang diterbitkan oleh perusahaan
consumers goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009.
Selanjutnya data tersebut diolah agar dapat diketahui dan ditarik kesimpulan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakan sebelumnya.
4.2.1. Struktur Modal
Struktur modal merupakan perbandingan antara total hutang dan total equity. Satuan pengukuran yang digunakan adalah prosentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Sawir , ( 2005 : 13 )
Tabel 4.1: Data Struktur Modal
Nama Struktur Modal (%)
No Perusahaan 2007 2008 2009 Rata-rata
1 PT. Ultra Jaya Milk Tbk. 63,83 53,20 45,16 54,1
2 PT. Sekar Laut Tbk. 89,53 99,67 70,79 86,7
3 PT. Mayora Indah Tbk. 72,64 132,27 102,64 102,52
4 PT. Siantar Top Tbk. 44,29 72,45 54,92 57,22
5 PT. Gudang Garam Tbk. 69,33 55,12 52,18 58,89
6 PT. Kalbe Farma Tbk. 33,11 37,52 45,28 36,64
7 PT. Sampoerna Agro Tbk. 40,44 37,22 28,80 35,49
8 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 262,10 311,05 268,16 280,44
9 PT. Unilever Indonesia Tbk. 98,04 109,60 92,46 100,03
10 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 214,46 173,49 208,60 198,85
Rata-rata 98,8 108,16 96,9 101,27
Sumber : Bursa Efek Indonesia (laporan Keuangan) Data Sudah Diolah Penulis ( Lampiran 1 )
Struktur Modal = Total Hutang x 100% Total Ekuitas
(69)
Dari tabel diatas diperoleh besarnya Rata-rata Struktur modal tertinggi dimiliki PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. sebesar 280.44% . Dari rata-rata setiap tahun mengalami kenaikan pada tahun 2008 sebesar 48.95% dari tahun sebelumnya (2007). Dan Rata-rata terendah dimiliKi PT. Sampoerna Agro Tbk dengan persentase sebesar 35.49%. Jika diamati rata-rata Struktur Modal setiap tahunnya PT. Sampoerna Agro menurun .
4.2.2. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan di proxy dengan nilai logaritma dari total asset perusahaan.
Tabel 4.2: Data Ukuran Perusahaan
Nama Ukuran Perusahaan (%)
No Perusahaan 2007 2008 2009 Rata-rata
1 PT. Ultra Jaya Milk Tbk. 6,13 6,24 6,23 6,2
2 PT. Sekar Laut Tbk. 4,97 5,26 5,30 5,18
3 PT. Mayora Indah Tbk. 6,27 6,46 6,51 6,41
4 PT. Siantar Top Tbk. 5,71 5,78 5,77 5,75
5 PT. Gudang Garam Tbk. 7,37 7,38 7,42 7,39
6 PT. Kalbe Farma Tbk. 6,71 6,75 6,79 6,75
7 PT. Sampoerna Agro Tbk. 6,31 6,33 6,34 6,33
8 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 7,27 7,60 7,61 7,5
9 PT. Unilever Indonesia Tbk. 6,73 6,81 6,85 6,8
10 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 5,79 5,97 5,92 5,9
Rata-rata 6,33 6,46 6,47 6,42
Sumber : Bursa Efek Indonesia (laporan Keuangan) Data Sudah Diolah Penulis ( Lampiran 1 )
(1)
menutupi jumlah aktiva tetap plus aktiva lainnya yang sifatnya permanen. Karena kebanyakan Consumers Good pada periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 mengutamakan pemenuhan modalnya dari hutang. Hal ini dapat dilihat dari tingginya tingkat hutang yang dimiliki oleh perusahaan tersebut pada periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, dimana perusahaan tersebut lebih banyak menggunakan hutangnya daripada modal dalam menentukan seberapa banyak modal yang diperlukan untuk membiayai operasi dan pengembangan usahanya. Oleh karena itu, maka Tingkat Pertumbuhan berpengaruh tidak signifikan positif terhadap struktur modal.
4.5.3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal
Dari faktor profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal, ditunjukkan bahwa pengaruh profitabilitas -0.609 dengan tingkat signifikansi 0.003. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Mozes Tomasila (2009), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan positif. Hal ini dikarenakan perusahaan lebih memilih hutang daripada menahan laba untuk kegiatan operasional.
4.4.2. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Struktur Modal
(2)
80
ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan positif. Penelitian Saidi (2004) dalam Titik Indrawati dan Suhendro (2006) mengemukakan bahwa semakin banyak manajer yang mempunyai saham dalam perusahaan, maka semakin tinggi hutang perusahaan. Struktur kepemilikan akan mengurangi Agency problem , apabila banyak pemegang saham menjadi manajer perusahaan , sehingga perusahaan akan lebih memilih berutang untuk mengembangkan perusahaannya.
(3)
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan tujuan hipotesis yang dilakukan dengan analisis regresi linier berganda maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (X1) secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal (Y) pada perusahaan Consumers Good yang go public di BEI.
b. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan (X2) secara parsial berpengaruh tidak signifikan positif terhadap struktur modal (Y) pada perusahaan Consumers Good yang go public di BEI.
c. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa profitabilitas (X3) secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal (Y) pada perusahaan Consumers Good yang go public di BEI.
d. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa struktur kepemilikan (X4) secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal (Y) pada perusahaan Consumers Good yang go public di BEI.
(4)
82
5.2. Saran
Untuk itu berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka saran-saran yang dapat diberikan yaitu :
1. Bagi perusahaan
Memberikan wawasan dan informasi tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan Sehingga dapat dijadikan dasar bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan selanjutnya. dan sebagai masukan bagi manajer keuangan perusahaan dalam rangka mengambil suatu kebijakan yang berkaitan dengan pendanaan yang dapat mempengaruhi sruktur modal perusahaan.
2. Bagi investor
Dapat membantu untuk memberikan informasi sehingga sebelum menanamkan modal dapat dipertimbangkan faktor-faktor dalam penelitian ini dengan harapan dapat memberikan pilihan terbaik jenis investasi yang akan dipilih.
3. Bagi peneliti lain
Memberikan wawasan dan gambaran sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan pengembangan penelitian dalam bidang yang sama di masa yang akan datang.
(5)
Anonim, 2009, Pedoman Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan Akuntansi, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jatim.
Atmaja, Lukas Setia, 2003, Manajemen Keuangan, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Brigham, Eugene. F dan Joel F.Houston, 2006, Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan, Edisi Kesepuluh, Buku Dua, Penerbit Salemba Empat.
Gujarati, Damodar, 1995, diterjemahkan oleh Sumarno Zain, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Husnan, Suad, 2000, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Buku Satu, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Indrawati, Titik dan Suhendro, 2006, “Determinasi Capital Struktur pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004”,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol 3, No. 1, Januari-Juni 2006, Hal 77-105.
Keown, Arthur, 2000, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku Dua, Penerbit Salemba Empat.
Munawir, S, 1997, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Saidi, 2004, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur Go Publik Di BEJ Tahun 1997-2002”, Jurnal
(6)
Suharyadi, 2008, Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern , Edisi 2 Penerbit Salemba Empat
Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, Penerbit UPN “Veteran”, Surabaya.
Sutrisno, 2003, Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.
Tomasila, Mozes, 2009 , “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Bisnis
dan Ekonomi, Vol III, No. 1, Maret 2009, Hal 1-18.
Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham, 1986, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Ketujuh, Jilid Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland, 1992, Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Jilid Kedua, Penerbit Erlangga.