PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM DI BIDANG TEKNIS TENAGA KERJA MAINTENANCE PADA PT. AEROFOOD CATERING SERVICE DENPASAR BALI.

(1)

TEKNIS TENAGA KERJA

MAINTENANCE

PADA

PT. AEROFOOD CATERING SERVICE

DENPASAR BALI

KOMANG ALIT ADNYA SARI DEWI NIM 1203005016

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

PT. AEROFOOD CATERING SERVICE

DENPASAR BALI

Skripsi Ini Dibuat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

KOMANG ALIT ADNYA SARI DEWI NIM 1203005016

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

SKRIPSI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : 1 DESEMBER 2015

Pembimbing I

Dr.I MADE UDIANA SH.,MH

NIP. 195509251986101001

Pembimbing II

I MADE PUJAWAN SH.,MH

NIP. 19530410198603100


(4)

Panitia Penguji Skripsi

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Nomor : 25/UN14.1.11/PP.05.02/2016, Tanggal 20 Januari 2016

Ketua : Dr. I Made Udiana, SH.,MH ( )

Sekretaris : I Made Pujawan, SH., MH

Anggota : 1. Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,MH

2. I Nyoman Mudana, SH.,MH


(5)

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-NYA penulis dapat menyelesaikan tugas akhir Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Perlindungan Hukum Di Bidang Teknis

Tenaga Kerja Maintenance Pada PT.Aerofood Catering Service DenpasarBali”

tepat pada waktunya.

Penyusunan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana. Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. DR. I Gusti Ngurah Wairocana, S.H.,M.H Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

2. Bapak I Ketut Sudiarta, S.H., M.H., Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana.

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, S.H., M.H., Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana.

4. Bapak I Wayan Suardana, S.H., M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana.

5. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, S.H.,M.H., Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana


(6)

Fakultas Hukum Universitas Udayana.

7. Bapak Dr. I Made Udiana, S.H., M.H Pembimbing I yang telah membantu dalam memberikan bimbingan lewat saran-saran dan petunjuk-petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak I Made Pujawan S.H.,M.H Pembimbing II yang telah membantu dalam memberikan bimbingan lewat saran-saran dan petunjuk-petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh Dosen/Staff pengajar di Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah memberikan bimbingan selama proses pendidikan.

10.Seluruh Staff Pegawai yang telah membantu selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

11.PT.Aerofood Catering Service Denpasar Bali dan seluruh pegawai yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penelitian skripsi ini.

12.Kedua orang tua dan kakak tercinta penulis Kadek Alit Puspita Dewi, yang selalu memberikan masukan dan saran, serta selalu menyayangi, mendukung baik secara moril maupun materiil dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Teman hidup penulis, Anak Agung Dalem Ariyudha yang senantiasa menyayangi, membantu, memberikan dorongan serta semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.


(7)

yang selalu memberikan dukungan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

15.Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu per satu di Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari, bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dengan begitu banyaknya kekurangan, disamping karena terbatasnya pengetahuan penulis. Sehingga segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan penulis selanjutnya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Denpasar,1 Desember 2015

Penulis


(8)

ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dan hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian Surat Pernyataan Keaslian ini saya buat sebagai pertanggung-jawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, 1 Desember 2015 Yang Menyatakan,

(Komang Alit Adnya Sari Dewi) 1203005016


(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 6

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.5.1 Tujuan Umum ... 8

1.5.2 Tujuan Khusus ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

1.6.1 Manfaat Teoritis ... 8


(10)

x

1.8.1 Jenis penelitian ... 16

1.8.2 Jenis pendekatan ... 16

1.8.3 Sifat penelitian ... 17

1.8.4 Data dan sumber data ... 18

1.8.5 Teknik pengumpulan data ... 19

1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian ... 21

1.8.7 Teknik pengolahan dan analisis data ... 21

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KERJA 2.1 Perlindungan Hukum ... 22

2.1.1 Pengertian perlindungan hukum ... 22

2.1.2 Tujuan perlindungan hukum ... 25

2.1.3 Jenis dan bentuk perlindungan hukum ... 28

2.2 Perlindungan Hukum Bidang Teknis Tenaga Kerja ... 33

2.2.1 Pengertian Tenaga Kerja ... 33

2.2.2 Jenis Perlindungan Hukum Dibidang Teknis Tenaga Kerja ... 35

2.2.3 Penyelenggaraan Perlindungan Hukum Dibidang Teknis Tenaga Kerja ... 40


(11)

xi SERVICE DENPASAR BALI

3.1 Gambaran Umum Tentang PT.Aerofood Catering Service ... 55 3.2 Kewajiban PT.Aerofood Catering Service Terhadap Tenaga

Kerja Maintenance ... 63 3.3 Kewajiban Tenaga Kerja Maintenance Pada PT.Aerofood

Catering ServiceDenpasar Bali ... 69

BAB IV PELAKSANAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERLINDUNGAN HUKUM DIBIDANG

TEIKNIS TENAGA KERJA MAINTENANCE PADA PT.AEROFOOD CATERING SERVICE DENPASAR BALI

4.1 Bentuk perlindungan hukum tenaga kerja maintenance ... 84 4.2 Faktor penghambat pelaksanaan perlindungan hukum tenaga

kerja maintenance Pada PT.Aerofood Catering

ServiceDenpasar Bali ... 94 4.3 Faktor pendukung pelaksanaan perlindungan hukum tenaga

kerja maintenance Pada PT.Aerofood Catering Service


(12)

xii

5.2 Saran-saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA ... 100 DAFTAR INFORMAN

DAFTAR RESPONDEN LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

xiii

Tenaga kerja merupakan aspek yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan pembangunan nasional dan perkembangan pada suatu perusahaan. Antara pengusaha dan pekerja selalu berhubungan, yang menyebabkan interkasi atau hubungan kerja. Hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja. Hal yang paling penting dalam perjanjian kerja salah satunya adalah perlindungan hukum dari pengusaha untuk pekerja. Perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan merupakan hak dari setiap tenaga kerja dan kewajiban bagi pengusaha yang dijamin oleh pemerintah melalui undang-undang. Perlindungan tersebut diatur dalam UU Ketenagakerjaan dan peraturan yang berkaitan dengan perlindungan tenaga kerja.

Setiap perusahaan berkewajiban untuk memberikan perlindungan terhadap para pekerja, sesuai yang di amanatkan oleh UU Ketenagakerjaan. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan apakah PT.ACS sudah memenuhi amanat yang terkandung dalam UU Ketenagakerjaan dalam hal memberikan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja khususnya maintenance. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum empiris, yaitu penelitian hukum dengan data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan dan wawancara.

Dalam prakteknya, PT.ACS dalam memberikan perlindungan hukum dibidang teknis terhadap tenaga kerja, belum sepenuhnya dilaksanakan berdasarkan ketentuan UU Ketenagakerjaan dan UU Keselamatan Kerja.


(14)

xiv

Labor is an aspect which has an important role in the development of national construction and development of a company. Between employers and workers are always in touch, which causes interactions or employment relationship. Labor relations between employers and workers occur after the employment agreement. The most important thing in the agreements one of which is the legal protection of employers to workers. Protection of safety, health and well-being is the right of all workers and an obligation for employers that are guaranteed by the government through legislation. The protection stipulated in the Employment Act and the regulations relating to labor protection.

Each company is obliged to provide protection to workers, according to the in mandated by the Labor Law. This raises the question of whether PT. ACS already fulfill the mandate contained in the Employment Act in terms of providing legal protection to workers in particular maintenance. The method used in this thesis is empirical legal research, namely legal research with data obtained directly from the community as the source of the first through field research, conducted through observation and interviews.

In practice , PT.ACS in providing legal protection to workers in technical sectors, has not been fully implemented by the provisions of the labor law and the law on work safety.


(15)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Pesatnya globalisasi di Indonesia sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan perekonomian, dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang berdiri dan bergerak diberbagai bidang kehidupan. Suatu perusahaan tentunya memerlukan alat-alat untuk produksi dan tenaga kerja yang handal guna meningkatkan produksinya. Pembangunan perekonomian nasional berdampak pula pada perkembangan perekonomian diberbagai daerah yang ada di Indonesia, salah satunya di Pulau Bali.

Bali, merupakan pulau yang terkenal dengan banyak julukan salah satunya Pulau Seribu Pura, yang sangat pesat perkembangannya di bidang pariwisata. Semakin pesatnya perekonomian dan pariwisata mengakibatkan semakin banyak kebutuhan barang dan jasa yang di butuhkan masyarakat dan banyak pula peluang usaha yang menguntungkan bagi para pengusaha untuk berbisnis dan mendirikan perusahaan di Pulau Bali. Menurut Ricahard D. Steade, et al sebagaimana dikutip oleh A. Kadie mengatakan : “Bussiness is defined as all the commercial and industrial activities that provide goods and services to maintain and improve our quality of life. (Bisnis dapat dipahami sebagai aktivitas dagang dan komersial yang menawarkan barang dan pelayanan untuk menggapai kualitas hidup yang


(16)

lebih bermutu).1Salah satu perusahaan yang ada di Bali dan bergerak di bidang penyediaan jasa makanan yaitu PT. Aerofood Catering Service Denpasar Bali.

PT. Aerofood Catering Service(selanjutnya disebut PT.ACS) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan jasa boga (catering service) berstandar internasional yang dilengkapi dengan sertifikat International Organization for Standardization(selanjutnya di sebut ISO) yaitu, ISO 9001:2008 dan ISO 22000 dari lembaga SAI Global Australia yang telah berpengalaman dalam mengelola penyediaan makanan untuk maskapai penerbangan maupun kepentingan korporasi.2Salah satu kantor cabang PT. ACS adalah terletak di Denpasar Bali dengan alamat Perusahaan di Aerofood ACS Building, Ngurah Rai International Airport PO BOX 3276 Denpasar Bali.

PT.ACS DenpasarBali semakin berkembang, tentunya membutuhkan lebih banyak bahan-bahan produksi, bahan bakar,mesin produksi dan lain sebagainya untuk mendukung peningkatan produksi. Perusahaan ini juga membutuhkan tenaga kerja yang handal untuk menjalankan, merawat peralatan dan mencegah kerusakan pada alat-alat produksi yang akan berpengaruh terhadap hasil produksi kegiatan tersebut dilakukan oleh tenaga kerja maintenance. Tenaga kerja ini dapat artikan sebagai tenaga kerja yang kegiatannya melakukan pemeliharaan, tindakan dan perbaikan atas kerusakan-kerusakan mesin dan alat-alat produksi disuatu perusahaan.

1

Richard D. Steade, et al., 1984, Bussiness its nature and Environment an Introduction,

Tenth Edition, (Cincinnati Ohio: South-Westren Publishing Co, h. 3 2

Aerofood ACS, 2016, Our History,URL: http://www.aerofood.co.id/profile/our-history/, (diakses tanggal 12 September 2015)


(17)

Tenaga kerja merupakan aspek yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan suatu perusahaan. Perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan merupakan hak dari setiap tenaga kerja dan kewajiban bagi pengusaha yang dijamin oleh pemerintah melalui undang-undang. Perlindungan tersebut sangat diperlukan karena setiap tenaga kerja selalu menghadapi resiko-resiko sosial ekonomis berupa sakit, cacat, hari tua dan meninggal dunia selama bekerja dan setelah purna kerja.3

Dasar hukum perlindungan tersebut terkandung di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI Tahun 1945) Pasal 27 ayat (2) merumuskan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”4 Makna kata ‘pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan’, mengandung arti adanya jaminan keselamatan dan kesehatan bagi warga negara yang melakukan pekerjaan. Dengan demikian, suatu jenis pekerjaan yang mengandung resiko bahaya tidak boleh diabaikan begitu saja faktor-faktor yang diperlukan untuk menjamin keamanannya, melainkan harus disediakan alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk memperkecil dan meniadakan resiko bahayanya.5

Perlindungan terhadap tenaga kerja juga diatur secara yuridis,dalam Penjelasan Pasal 5 UU Ketenagakerjaan, memberikan perlindungan bahwa :

3

Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI) dan Friedrich Stiftung (FES), 1994, Hubungan Industrial dan Organisasi Ketenagakerjaan Dalam Perspektif PJPT II, Sumber Rezeki, Jakarta, h.59

4

Putri Mandalika, 2013, Keselamatan dan Kesehatan Kerja. URL:http://pmdlk ./keselamatan-dan kesehatan-kerja.html(diakses tanggal 12 September 2015)

5


(18)

Setiap tenaga kerja berhak dan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat

Selain itu, perlindungan terhadap tenaga kerja juga diatur dalam rumusan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pada bagian Menimbang yang merumuskan bahwa : “setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional”.

Perlindungan terhadap tenaga kerja tidak hanya diberikan oleh pemerintah namun, pengusaha juga berkewajiban memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja guna menjamin hak-hak tenaga kerja dalam perusahaan. Penjelasan Pasal 6 UU Ketenagakerjaan mewajibkan kepada pengusaha yaitu “pengusaha harus memberikan hak dan kewajiban pekerja/buruh tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, warna kulit dan aliran politik”. Bagi pekerja/buruh adanya jaminan perlindungan untuk pekerja akan menimbulkan suasana kerja yang tentram sehingga pekerja/buruh dapat memusatkan perhatian pada pekerjaannya semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa kecelakaan kerja.6

6

Abdul Khakim, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h. 14


(19)

Perlindungan hukum tenaga kerja diatur dalam UU Ketenagakerjaan BAB X tentangPerlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan yaitu Pasal 67 sampai dengan Pasal 85, di lanjutkan dengan rumusan Pasal 86 dan Pasal 87 mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan yang terakhir termuat dalam Pasal 99 sampai dengan Pasal 101 tentang Kesejahteraan. Sementara itu,perlindungan tenaga kerja yang diberikan PT.ACS Denpasar Bali terhadap para pekerjatermuat dalam BAB VIII tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, BAB IX tentang Fasilitas dan Perlengkapan Kerja, BAB X tentang Jaminan Kesehatan, BAB XI tentang Pemeliharaan Kesehatan Jasmani dan Rohani, dan yang terakhir BAB XII tentang Kesejahteraan Karyawan.7

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas sudah menjadi suatu keperluan yang penting akan adanya suatu kesesuaian perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dalam suatu perusahaan dengan UU Ketenagakerjaan yang sebagai faktor penjamin pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja/buruh. Salah satunya adalah tenaga kerja maintenance pada PT. ACS Denpasar Bali. Maka penulis kemudian mengangkat permasalahan tersebut dalam tulisan yang berjudul “Pelaksanaan Perlindungan Hukum di Bidang Teknis Tenaga Kerja MaintenancePada PT. Aerofood Catering ServiceDenpasar Bali”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

7

Perjanjian Kerja Bersama, 2014, PT. Aerofood Indonesia Dengan Serikat Pekerja Serasi

Indonesia Dan Serikat Karyawan Sejahtera ACS, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I

Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Jakarta,h. 18


(20)

1. Bagaimanakah pelaksanaan tenaga kerja maintenance yang diterapkan padaPT. Aerofood Catering ServiceDenpasar Bali ?

2. Bagaimanakah pelaksanaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perlindungan hukum di bidang teknis yang di berikan PT. Aerofood CateringServiceDenpasarBali terhadap tenaga kerja maintenance?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk lebih terarahnya tulisan ini perlu kiranya diadakan pembatasan terhadap permasalahan tersebut. Hal ini untuk menghindari adanya pembahasan yang menyimpang dari permasalahan yang dikemukakan, adapun ruang lingkup dari tulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Kesesuaian antara perlindungan hukum di bidang teknis tenaga kerja yang di berikan oleh PT. Aerofood CateringService DenpasarBali kepada tenaga kerja maintenance dengan UU Ketenagakerjaan serta dengan UU Keselamatan Kerja.

2. Bentuk Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Aerofood CateringService DenpasarBali kepada tenaga kerja maintenance.


(21)

1.4 Orisinalitas Penelitian

Perbedaan penulisan hukum ini dengan karya tulis lain adalah :

No Nama Judul Rumusan Masalah

1. Ni Made Asri Mandalini, 0603005158, Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar, tahun 2010 Perlindungan

Hukum Bagi Pekerja Alih Daya

Pengoprasian Bisnis Kepada Pihak Luar (Outsourcing) Pada PT. Federal

International Finance (FIF) Cabang

Denpasar

1. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum bagi pekerja alih daya

pengoperasian bisnis kepada pihak luar (outsourching) pada PT. Federal

International Finance (FIF) cabang Denpasar?

2. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja alih daya

pengoperasian bisnis kepada pihak luar (outsourching) pada PT. Federal

International Finance (FIF) cabang Denpasar?

2. I Dewa Ayu Danu Saputri, 0516051316, Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar, tahun 2013 Perlindungan Hukum Pekerja Wanita Melalui Program Jamsostek di Bali Island Villas and SPA ( PT. Taman Merah Bali)

1. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum bagi pekerja wanita menurut UU No. 13 Tahun 2003.

2. Bagaimana akibat hukum bagi pengusaha apabila tidak dilaksanakannya program Jamsostek ?

3. Nittya Satwasti Sugita, 0816051181, Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar, tahun 2013 Pelaksanaan Perlindungan

Hukum Bagi Pekerja Wanita Yang

Bekerja Pada Malam Hari di Hard Rock Cafe Kabupaten Badung

1. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja wanita yang bekerja pada malam hari di Hard Rock Cafe Kabupaten Badung?

2. Faktor-faktor apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja wanita yang bekerja pada malam hari di Hard Rock Cafe Kabupaten Badung?


(22)

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini sudah barang tentu nantinya mempunyai tujuan yang ingin di capai. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum di bidang teknis tenaga kerja maintenance dengan UU Ketenagakerjaan dan UU Keselamatan Kerja. 2. Untuk mengetahui perlindungan hukum tenaga kerja maintenance.

1.5.2 Tujuan khusus

1. Untuk mendalami kesesuaian antara perlindungan hukum di bidang teknis yang di berikan oleh PT.ACS Denpasar Bali kepada tenaga kerja maintenance dengan UU Ketenagakerjaan serta dengan UU Keselamatan Kerja.

2. Untuk memahami bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh PT.ACS Denpasar Bali kepada tenaga kerja maintenance.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya mengenai perlindungan hukum di bidang teknis terhadap tenaga kerja maintenance yang bekerja di suatu perusahaan. Dalam penulisan ini adalah PT.ACS Denpasar Bali.


(23)

2. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi khasanah ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu hukum yang dapat digunakan sebagai suatu acuan bagi tulisan-tulisan yang sejenis dikemudian hari.

1.6.2 Manfaat praktis

1. Melalui penulisan ini, maka peneliti dapat mencari jawaban atas permasalahan yang diteliti, sehingga nantinya dapat memberikan kesimpulan dan saran sebagai akhir dari penulisan.

2. Dengan adanya hasil penulisan ini, penulis dapat mengembangkan pemikiran, penalaran, pemahaman, tambahan pengetahuan serta pola kritis bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam penulisan atau dalam bidang ini.

1.7 Landasan Teoritis

Tenaga kerja merupakan aspek yang amat penting bagi terselenggarannya pembangunan perekonomian nasional di Indonesia. Tenaga kerja dan pengusaha selalu berhubungan satu dengan yang lain, kehidupan kerja bersama tersebut yang menyebabkan adanya interaksi atau hubungankerja. Hubungan kerja adalah “hubungan antara pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah”.Pengertian hubungan kerja menurut pendapat Imam Soepomo adalah “hubungan antara buruh dan majikan, terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan majikan, dimana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah,


(24)

dan dimana majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah”.8

Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha yang terjadi setelah adanya perjanjian kerja.9 Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 14 UU Ketenagakerjaan perjanjian kerja adalah “perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak”.

Dalam UU Ketenagakerjaan antara istilah hubungan kerja dan hubungan industrial dibedakan pengertiannya. Hubungan industrial adalah “suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945”. Jadi, dalam hubungan industrial ada tiga pihak yang terkait yaitu pengusaha, pekerja/buruh, dan juga pemerintah. Hubungan kerja pada dasarnya adalah hubungan antara kedua belah pihak, yaitu pengusaha dan pekerja. Pekerja/buruh mengikatkan dirinya pada pengusaha untuk bekerja dan mendapat upah, dan pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah.10

8

Maimun, 2007, Hukum Ketenagakerjaan:Suatu Pengantar, Pradnya Paramita, Jakarta, h. 41

9

Lalu Husni, 2001, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Ed.1.Cet.2, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 35

10


(25)

Perjanjian kerja yang dibuat oleh pengusaha dengan pekerja/buruh tidak boleh bertentangan dengan perjanjian kerja bersama yang dibuat oleh pengusaha dengan serikat pekerja/serikat buruh yang ada pada perusahaan, demikian pula perjanjian kerja tersebut tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan yang dibuat oleh pengusaha.11Hal yang sangat penting dalam perjanjian kerja adalah mengenai perlindungan yang diberikan suatu perusahaan untuk pekerja. Mengingat banyak perusahaan yang memberikan suatu perlindungan yang rendah bagi para pekerja dan memicu banyaknya kasus yang dialami para pekerja.

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Ada dua teori tentang Perlindungan hukum yaitu :

a. Perlindungan Hukum Preventif yaitu, Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan batasan-batasan dalam melakukan sutu kewajiban.

b. Perlindungan Hukum Represif, yaitu merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.12

11

Ibid. 12

Muchsin, 2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, h.14


(26)

Pancasila adalah falsafah hidup Bangsa dan Negara Indonesia, segala kegiatan dilakukan atas dasar perikemanusiaan dan keadilan dengan selalu menjunjung tinggi nama Tuhan Yang Maha Esa. Segala masalah yang menyangkut harkat hidup orang banyak diselesaikan atau ditangani atas dasar musyawarah dan mufakat, dengan kegotong-royongan, bantu membantu dan bahu-membahu selalu diutamakan.13

Hubungan industrial di Indonesia berlandaskan Pancasila dalam usaha-usaha untuk mencapai tujuannya mendasarkan diri pada asas-asas pembangunan nasional, yakni asas manfaat, asas usaha bersama, asas demokrasi, asas adil & merata dan asas keseimbangan, hal asas kerjasama yang ditempuh adalah:

1. Pekerja dan pengusaha adalah sama-sama pejuang dalam mengembangkan perusahaan. Perusahaan itu menjadi alat pembangunan ekonomi, pekerja dan pengusaha teman seperjuangan dalam proses produksi, dengan demikian pekerja dan pengusaha wajib bekerja sama bantu membantu dalam kelancaran usaha dengan meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan produksi.

2. Pekerja dan pengusaha dalam keadaan keterpaduan mensukseskan hasil produksi yang harus dipersembahkan kepada masyarakat dan negara sehingga peran sertanya tetap dipertahankan dengan mencegah terjadinya kemacetan-kemacetan dalam perusahaanya.

13

G. Kartasapoetra, R.G Kartasapoetra, A.G Kartasapoetra, 1986, Hukum Perburuhan di Indonesia Berlandaskan Pancasila, Sinar Gafika, Jakarta, h. 20


(27)

3. Pekerja dan pengusaha secara bersama-sama merupakan penopang perusahaan, karena perusahaan merupakan pengelola sedangkan para pekerja merupakan pelaksananya, karena itulah pendapatan bersih dari hasil usahanya selayaknya dinikmati secara bersama dengan bagian yang layak dan adil dalam keserasian.

4. Pekerja dan pengusaha merupakan satu kekuatan dalam wadah perusahaan, untuk itu akan dipertanggungjawabkan secara bersama, baik bertanggung jawab kepada : Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Negara, masyarakat di sekitarnya, pengusaha beserta keluarganya, dan pekerja dan keluarganya agar terlaksana dan terwujud menjadi kenyataan, maka diperlukan sikap sosial yang mencerminkan persatuan dan kesatuan nasional. Sifat gotong royong, harga menghargai, tenggang rasa, keterbukaan, bantu membantu dan kemampuan untuk mengendalikan diri para pelaku hubungan industrial yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, masing-masing akan menunjukan prilaku yang positif, yakni saling mengerti dengan kedudukan dan perannya serta sama-sama memahami hak dan kewajiban dalam proses produksi.14

Pihak pemerintah yang berkaitan dengan hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan menempati posisi dan menjalankan peranannya sebagai pengasuh, pembimbing, pelindung dan perukun dalam timbulnya berbagai masalah. Secara singkat dapat dikatakan berperan

14

I Made Udiana, 2015, Kedudukan dan Kewenangan Pengadilan Hubungan Industrial, Udayana University Press, Denpasar, h. 35


(28)

sebagai pengayom dan pengemong bagi seluruh pihak yang terlibat dalam proses produksi.15

Ada tiga teori yang dapat digunakan untuk menerangkan kualitas hubungan antarmanusia dalam hubungan industrial yaitu:

1. Teori transaksional (model pertukaran sosial)

Menurut teori ini, hubungan antar manusia (interpersonal) itu berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah masing-masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau malah merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan maka hubungan itu pasti akan mulus, tetapi jika merasa rugi maka hubungan akan terganggu, putus atau bahkan berubah menjadi permusuhan. Demikian juga hubungan antara buruh dan majikan, mereka berfikir apakah kontribusi mereka sebanding dengan keuntungan yang mereka peroleh.

2. Teori peran

Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya. Dalam skenario itu sudah tertulis, seorang atasan harus bagaimana dan seorang bawahan harus bagaimana atau seorang majikan harus bagaimana dan seorang buruh harus bagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang harus dilakukan oleh majikan, buruh, atasan dan bawahan dan seterusnnya. Menurut teori ini, jika seorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmonis, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan di cemooh. Pengusaha yang menyelahi skenario atau aturan tidak akan hidup

15


(29)

harmoni dengan pekerja, pemimpin yang menyimpang dari skenario akan sering di demo publik.

3. Teori permainan

Suasana hubungan industrial ditentukan oleh bagaimana kesesuaian sikap dan perilaku majikan dan buruh dengan yang semestinya dilakukan. Jika tidak maka suasana hubungan industrial tidak akan harmonis. Undang-Undang Ketenagakerjaan antara lain memuat hak-hak dasar pekerja, seperti waktu bekerja, pengupahan, tunjangan, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan khusus bagi buruh perempuan, anak dan penyandang cacat serta adanya jaminan sosial tenaga kerja.16

1.8 Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Hal tersebut disebabkan oleh karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodelogis, dan konsisten.17 Sedangkan penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.18 Adapun metode penelitian yang digunakan pada penulisan ini adalah sebagai berikut :

16

Sumanto, 2014, Hubungan Industrial: Memahami dan Mengatasi Potensi Konflik Pengusaha-Pekerja Pada Era Modal Global, Cet.1, Center of Academic Publishing Service, Yogyakarta, h. 95

17

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2011, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 1.

18


(30)

1.8.1 Jenis penelitian

Penulisan ini menggunakan penelitian hukum empiris yang merupakan pendekatan permasalahan yang dilihat dari segi-segi kenyataan yang ada dilapangan, yang kemudian dikaitkan dengan adanya gejala-gejala hukum yang ada di kehidupan masyarakat yang kemudian dikaji berdasarkan peraturan yang berlaku. Karakteristik penelitian yang bersifat empiris adalah hasil yang diperoleh dan disampaikan secara nyata tanpa disertai dengan interpretasi peneliti.19

Menurut Soerdjono Soekamto, “penelitian hukum sebagai penelitian sosiologis (empiris) dapat direalisasikan kepada penelitian terhadap efektivitas hukum yang sedang berlaku ataupun penelitian terhadap identifikasi hukum”. 20 Penelitian hukum empiris merupakan penelitian ilmiah yang menjelaskan fenomena hukum tentang terjadinya kesenjangan antara norma dengan perilaku masyarakat (kesenjangan antara Das Sollen dan Das Sein atau antara the Ought dan The is atau yang seharusnya dengan senyatanya di lapangan). Obyek penelitian hukum empiris berupa pandangan, sikap dan perilaku masyarakat dalam penerapan hukum.21

1.8.2 Jenis pendekatan

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dan berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Penelitian hukum umumnya mengenal 7 (tujuh) jenis pendekatan yakni :

19

Burhan Ashshofa, 2014, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h.28 20

Ibid, h.14 21

Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum


(31)

a) Pendekatan kasus ( The Case Approach)

b) Pendekatan perundang-undangan ( The Statute Approach) c) Pendekatan fakta ( The Fact Approach)

d) Pendekatan analisis konsep hukum (Analitical & Conseptual) e) Pendekatan frasa (Words & Phrase Approach)

f) Pendekatan sejarah (Historical Approach)

g) Pendekatan perbandingan (Comparative Approach).22

Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode pendekatan perundang-undangan (statute approach), sebagai bahan hukum primer, yaitu undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Selain menggunakan pendekatan perundang-undangan, juga menggunakan pendekatan fakta (the fact approach) yaitu dari fakta-fakta yang diperoleh dilapangan melalui wawancara.23 1.8.3 Sifat penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sifat deskriptif. Penelitian secara deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menjabarkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data yang ada, sehingga dilakukan kegiatan menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Penelitian dengan cara deskriptif bertujuan untuk memecahkan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi.24 Penelitian

22

Ibid, h. 80 23

Peter Mahmud Marzuki, 2006, Penelitian Hukum, Fajar Inter Pratama Offset, Jakarta, h.93

24

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2008, Metodelogi Penelitian, Cet.9, Bumi Aksara, Jakarta, h.44


(32)

deskriptif juga bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.25

1.8.4 Data dan sumber data

Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas dalam penulisan ini, yaitu meliputi :

1. Data primer

Data primer bersumber dari penelitian lapangan yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan (field research) baik responden maupun informan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dan penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Penyediaan Jasa Makanan yang beralamat di Aerofood ACS Building Ngurah Rai Airport PO BOX 3276 Denpasar Bali.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian kepustakaan (library research), yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dalam bentuk bahan-bahan hukum.26Yaitu meliputi :

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum yang meliputi peraturan perundang-undangan yaitu, undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,

25

Amiruddin, H dan Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Ed.1, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 25

26

Amirudin,H dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.30


(33)

Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerjadan Perjanjian Kerja Bersama PT.Aerofood Indonesiadengan Serikat Pekerja Serasi Indonesia dan Serikat Karyawan Sejahtera ACS. Bahan hukum primer tersebut diperoleh dari Perpusatakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana dan dari hasil observasi di PT.ACSyang beralamat di Aerofood ACS Building Ngurah Rai International Airport PO BOX 3276 Denpasar Bali.

b. Bahan hukum sekunder

Yaitu meliputi buku-buku/literatur, karya tulis dan jurnal yang berkaitan dengan pokok bahasan penelitian ini yang diperoleh dari Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana yang terletak di Jalan Bali 1 Denpasar 801114 Bali- Indonesia, dan yang di peroleh di toko buku sebagai penunjang dari penelitian ini serta di dapat juga dari hasil penelusuran di Internet.

c. Bahan hukum tersier

Yaitu meliputi kamus hukum, ensklopedi dan lain sebagainya yang berfungsi menjelaskan bahan hukum primer dan sekunder yang diperoleh dari Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana yang terletak di Jalan Bali 1 Denpasar 801114 Bali Indonesia dan di peroleh juga dari dari penelusuran Internet.

1.8.5 Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :


(34)

1. Teknik studi dokumen

Studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam setiap penelitian ilmu hukum normatif maupun empiris, karena walaupun aspeknya berbeda keduanya adalah penelitian ilmu hukum yang selalu bertolak dari premis normatif. Studi dokumen dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian.27Teknik studi dokumen ini dilakukan dengan cara melakukan pencatatan terhadap sumber bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder kemudian akan dilakukan melalui penelusuran melalui kepustakaan yang berkaitan dengan aspek pentingnya perlindungan hukum terhadap tenaga maintenancePT. Aerofood CateringService DenpasarBali.

2. Teknik wawancara (interview)

Data yang diperoleh dengan cara wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dan penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Penyediaan Jasa Makanan yang terletak di Aerofood ACS Building, Ngurah Rai International Airport PO BOX 3276 Denpasar-Bali yaitu PT. Aerofood Catering Service Denpasar-Bali. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara secara fisik.28 Wawancara (interview) adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka (face to face) yang dilakukan seorang pewawancara dengan responden untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian.29

27

Fakultas Hukum Universitas Udayana, op.cit, h. 82 28

Kartini Kartono, 1983, Pengantar Metode Penelitian Research Sosial, Alumni, Bandung h.171

29


(35)

1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian

Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi.30Pada Departemen Engineering di PT. ACS Denpasar-Bali, Pekerja tetap berjumlah 23 orang sedangkan pekerja kontrak berjumlah 4 orang. Teknik pengambilan sampel atas populasi yang digunakan adalah random sampling dengan populasi yang bersifat homogen.

1.8.7 Pengolahan dan analisis data

Setelah data-data terkumpul baik data lapangan maupun data kepustakaan, selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisa dengan teknik pengolahan data secara kualitatif. Analisis kualitatif diterapkan dalam suatu penelitian yang sifatnya deskriptif. Data yang dikumpulkan adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi), data sukar diukur dengan angka, bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam struktur klasifikasi, hubungan antar variabel tidak jelas, sampel lebih bersifat non probabilitas, dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan observasi.31

Pengolahan data secara kualitatif menekankan pada pola tingkah laku manusia, yang dilihat dari frame of reference, individu sebagai aktor sentral perlu dipahami dan merupakan satuan analis serta menempatkannya sebagai bagian dari satu keseluruhan (holistik).32 Dalam hal ini mengenai perlindungan hukum tenaga kerja maintenance di PT. Aerofood CateringServiceDenpasarBali.

30

Fakultas Hukum Universitas Udayana, op,cit, h. 83 31

Ibid, h. 88 32


(36)

22

DAN TENAGA KERJA

2.1 Perlindungan Hukum

2.1.1 Pengertian perlindungan hukum

Negara Indonesia adalah merupakan negara hukum, negara yang segala sesuatunya berdasarkan hukum. Hal ini juga sangat berkaitan dengan perlindungan hukum yang diberikan negara kepada setiap warga negaranya. Perlindungan hukum di Indonesia, secara umum diatur berdasarkan alinea keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Amandemen ke IV yang menyatakan bahwa : “kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia ... maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia...”. Rumusan diatas mendasari prinsip pengakuan dan perlindungan hukum di Indonesia. Hukum adalah seperangkat norma atau kaedah yang berfungsi mengatur tingkah laku manusia dengan tujuan untuk ketentraman dan kedamaian didalam masyarakat.33

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (selanjutnya disebut KBBI), perlindungan berasal dari kata “lindung” yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan dan membentengi. Perlindungan juga dapat berarti suatu proses, cara, perbuatan tempat berlindung, hal (perbuatan) memperlindungi

33


(37)

(menjadikan atau menyebabkan berlindung).Arti kata perlindungan, yang dalam bahasa Inggris berasal dari kata “protection” atau “protect”yang artinya perlindungan, melindungi, proteksi dan menjaga.34

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik secara lisan maupun tertulis. Dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.35 Menurut C.S.T Kansil, perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.36

Philipus M.Hadjon, berpendapat bahwa yang di maksud dengan perlindungan hukum yakni selalu berkaitan dengan kekuasaan. Ada dua kekuasaan yang selalu menjadi perhatian, yakni kekuasaan pemerintah dan kekuasaan ekonomi. Dalam hubungannya dengan kekuasaan pemerintah, permasalahan perlindungan hukum bagi rakyat (yang diperintah), terhadap pemerintah (yang memerintah) sedangkan dalam hubungannya dengan kekuasaan ekonomi, permasalahan perlindungan hukum adalah perlindungan bagi si lemah

34

Pius Abdullah, Kamus 15 Juta Inggris-Indonesia Indonesia Inggris, Arloka, Surabaya, h. 268

35

Anonim, 2015, URL : http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/ (diakses tanggal 21 Oktober 2015)

36


(38)

(pekerja) dan yang kuat (pengusaha).37 Perlindungan hukum bagi pekerja/buruh sangat diperlukan mengingat kedudukannya yang lemah, menurut Zainal Asikin, perlindungan hukum dari kekuasaan majikan terlaksana apabila peraturan perundang-undangan dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak seperti dalam perundang-undangan tersebut benar-benar dilaksanakan semua pihak karena keberlakukan hukum tidak dapat diukur secara yuridis saja, tetapi diukur secara sosiologis dan filosofis.38

Perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Perlindungan hukum juga diartikan sebagai tindakan untuk melindungi dan memberikan pertolongan kepada subyek hukum dengan atau melalui instrumen-instrumen hukum.39

Perlindungan hukum merupakan hak bagi setiap orang yang dijamin negara, apabila hak tersebut dilanggar maka akan menimbulkan suatu konsekuensi hukum. Perlindungan hukum merupakan suatu untuk memberikan jaminan terhadap hak-hak yang semestinya diterima seseorang sehingga seimbang dengan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Perlindungan hukum dapat diartikan dengan segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warganya agar hak-haknya sebagai seorang warga negara tidak dilanggar dan bagi yang melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi

37

Asri Wijayanti, 2010, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Ed.1 Cet.2, Sinar Grafika, Jakarta, h. 10

38

Ibid

39

Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indoneia, PT. Bina Ilmu, Surabaya, h.3


(39)

sesuai peraturan yang berlaku.Dengan demikian, suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

a. Adanya pengayoman dari pemerintah terhadap warganya. b. Jaminan kepastian hukum.

c. Berkaitan dengan hak-hak warganegara.

d. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.40

Tenaga kerja atau buruh merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan penting dalam hal pembangunan perekonomian nasional yang berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan pekerjannya. Sudah seharusnya tenaga kerja memperoleh suatu perlindungan hukum.

2.1.2 Tujuan perlindungan hukum

Dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan, pemerintah sangat memperhatikan perlindungan kerja dan keselamatan kerja, tentunya tujuan pemerintah dalam hal ini selain benar-benar untuk melindungi dan memperhatikan keselamatan kerja dan para pekerja/buruh yang umumnya lemah, juga secara tidak langsung untuk melindungi perusahaan yaitu agar tetap berdiri dan berkembang, sebab faktor tenaga kerja yang terpelihara kesehatannya, terpelihara kesejahteraannya, terpelihara dedikasi, dan kedisiplinanya, pada akhirnya tenaga kerja dibawah manajemen perusahaan tersebut, akan di akui jasa-jasanya sebagai pengembang perusahaan.41

40

Hukum Tenaga Kerja, 2014, Perlindungan Hukum, http://www.hukumtenagakerja.com/ (diakses tanggal 21 Oktober 2015)

41


(40)

Pembinaan hubungan perburuhan saat ini diarahkan pada terciptanya keserasian antara pekerja/buruh dan pengusaha yang dijiwai oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang masing-masing pihak saling menghormati dan saling mengerti terhadap peranan serta hak dan kewajibannya masing-masing dalam proses produksi, serta peningkatan partisipasi mereka dalam pembangunan, serikat buruh memperjuangkan kepentingan sosial ekonomi, sedangkan pemerintah melindungi kepentingan pekerja/buruh dan kepentingan serikat buruh.42 Selain itu dengan adanya perlindungan hukum bagi para pekerja/buruh adalah untuk mencapai/ melaksanakan keadilan sosial dalam bidang ketenagakerjaan dan untuk melindungi tenaga kerja dari pengusaha, misalnya dengan membuat atau menciptakan peraturan-peraturan yang sifatnya memaksa agar pengusaha tidak bertindak sewenang-wenang terhadap para tenaga kerja sebagai pihak yang lemah.43 Upaya perlindungan terhadap tenaga kerja memiliki tujuan sosial, yaitu meliputi peningkatan kesejahteraan dan jaminan sosial pekerja/buruh, mendorong kinerja dunia usaha, serta memperbaiki kesejahteraan masyarakat pada umumnya.44

Mengingat tenaga kerja sangat berperan dalam pembangunan nasional, hukum ketenagakerjaan berlandaskan Pancasila dan UUD NRI 1945 dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang khususnya berdasarkan asas demokrasi, asas adil dan merata, maka pembangunan

42

Ibid, h.128 43

Sendjun H. Manullang, 1990, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Renika Cipta, Jakarta h. 2

44


(41)

ketenagakerjaan menyangkut multidimensi dan terkait dengan berbagi pihak, yaitu antara pemerintah, pengusaha dan pekerja/buruh, oleh karena itu harus dilakukan secara terpadu dalam bentuk kerja sama yang saling mendukung. Berdasarkan ketentuan Pasal 4 UU Ketenagakerjaan bahwa pembangunan ketenagakerjaan bertujuan :

a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi.

b. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan.

c. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.45

Selain itu, tujuan perlindungan hukum yakni untuk menjamin berlangsungnya sistem hubungan kerja secara harmonis tanpa disertai dengan adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Oleh karena itu pengusaha wajib untuk melaksanakan suatu perlindungan hukum terhadap tenaga kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.46Suatu perlindungan hukum, juga tidak terlepas dari adanya pengawasan. Sasaran yang hendak dicapai yaitu sasaran pengawasan secara khusus ditujukan pada sasaran utama hubungan perburuhan Pancasila, yaitu:

a) Perjanjian kerja bersama, peraturan perusahaan, pengupahan, asuransi tenaga kerja dan lainnya di samping yang disampaikan secara umum dalam perundang-undangan.

45

Abdul Khakim, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 (Edisi Revisi), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.9

46


(42)

b) Pembentukkan dewan keselamatan kerja di perusahaan-perusahaan didorong dengan sedemikian rupa, terutama pada perusahaan-perusahaan yang banyak menggunakan tenaga kerja serta kegiatan-kegiatan yang menimbulkan bahaya.

c) Kerjasama diantara instansi pemerintahan dalam pelaksanaan pengawasan agar dapat lebih ditingkatkan, yang dalam hal ini melingkupi mutu dan jumlah pengawas kesehatan dan keselamatan kerja.

d) Norma-norma kesehatan dan keselamatan kerja, baik norma umum maupun norma teknis akan lebih disempurnakan, dimana norma-norma umum menyangkut antara lain : waktu kerja, istirahat kerja, kerja lembur, pendayagunaan tenaga kerja wanita dan tenaga kerja usia muda, sedangkan norma-norma teknis menyangkut penggunaan alat-alat mesin dan bukan mesin serta bahan baku dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatkan kerja.47

Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari adanya perlindungan hukum adalah untuk menciptakan suasana hubungan hukum antar subjek hukum secara harmonis, seimbang, damai dan adil.

2.1.3 Jenis dan bentuk perlindungan hukum

Menurut Philipus M Hadjon, perlindungan hukum bagi rakyat meliputi dua hal, yakni : pertama, perlindungan hukum preventif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat

47


(43)

bentuk yang definitif. Kedua, perlindungan hukum represif, yakni bentuk perlindungan hukum yang lebih ditujukan dalam penyelesaian sengketa. Secara konseptual, perlindungan hukum yang diberikan bagi rakyat Indonesia merupakan implementasi atas prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila dan prinsip Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila.48Berkaitan dengan jenis perlindungan hukum yang diberikan terhadap tenaga kerja yakni, menurut Soepomo dalam buku Asikin, perlindungan tenaga kerja dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang cukup, temasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya.

2. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi. Menurut World Bank yaitu : “social protection includes all actions intended to review assist individuals, households and society hearts various risks facing life” (Perlindungan sosial mencakup semua tindakan yang dimaksudkan untuk membantu individu, rumah tangga dan masyarakat dalam menghadapi resiko kehidupan).49

3. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja.50

48

Status Hukum Art In The Sciene of Law, Perlindungan Hukum, 2014, URL:http://statushukum.com/perlindungan-hukum. Html (diakses pada tanggal 21 oktober 2015)

49

World Bank, 2000, World Bank, Social Risk Management : A New Conceptual

Framework for Social Protection, World Bank, Washington, D.C., h.5

50


(44)

Adapun bentuk perlindungan hukum menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan meliputi :

a. Perlindungan atas hak-hak dalam hubungan kerja

b. Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja/buruh untuk berunding dengan pengusaha, dan mogok kerja.

c. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Perlindungan khusus bagi pekerja/buruh perempuan, anak dan penyandang cacat.

e. Perlindungan tentang upah, kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga kerja f. Perlindungan atas hak pemutusan hubungan tenaga kerja.51

Telah diuraikan di atas, bahwa salah satu objek dari perlindungan tenaga kerja adalah Perlindungan khusus yang diberikan terhadap perempuan, anak dan penyandang cacat berdasarkan UU Ketenagakerjaan. Berikut akan di uraikan perlindungan khusus yang diberikan yaitu sebagai berikut :

a. Perlindungaan pekerja/buruh perempuan

1. Pengusaha dilarang mempekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00 terhadap pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun.

2. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya, apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00

51


(45)

3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00 wajib:

- Memberikan makanan dan minuman bergizi.

- Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.

Perlindungan terhadap pekerja/buruh perempuan tersebut diatas, dirumuskan dalam Pasal 71 ayat (1) sampai dengan ayat (4) UU Ketenagakerjaan.

a. Perlindungan anak

1. Pengusaha dilarang mempekerjakan anak (Pasal 68) dapat dikecualikan bagi anak berumur antara tiga belas tahun sampai dengan lima belas tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan sosial.

2. Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi persyaratan:

- Izin tertulis dari orang tua atau wali .

- Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali. - Waktu bekerja maksimum tiga jam sehari.

- Dilakukan pada siang hari dan tidak menggangu waktu sekolah. - Keselamatan dan kesehatan kerja.

- Adanya hubungan kerja yang jelas.

- Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa.


(46)

4. Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktian sebaliknya.

5. Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk, meliputi segala pekerjaan-pekerjaan yakni dalam bentuk : - Perbudakan dan sejenisnya

- Yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian.

- Yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.

- Dan yang membahayakan kesehatan, keselamatan dan moral anak.

Mengenai pengaturan perlindungan terhadap anak, telah di atur dalam Pasal 68 sampai dengan Pasal 74.

a. Perlindungan penyandang cacat

1. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan. Perlindungan tersebut seperti penyediaan aksesibilitas, pemberian alat kerja dan alat pelindungan diri. Sesuai dengan ketentuan Pasal 67 ayat (1) UU Ketenagakerjaan.52

52


(47)

2.2 Perlindungan Hukum Bidang Teknis Tenaga Kerja 2.2.1 Pengertian tenaga kerja

Dalam dunia kerja terdapat beberapa istilah, yaitu tenaga kerja, buruh, dan karyawan.53 Istilah pekerja/buruh muncul sebagai pengganti istilah buruh. Pada penjajahan Belanda yang dimaksud dengan buruh adalah orang-orang yang bekerja kasar atau kuli, orang ini oleh pemerintah Belanda disebut dengan blue collar (berkerah biru), sedangkan orang-orang yang mengerjakan pekerjaan halus seperti pegawai administrasi disebut dengan white collar (berkerah putih). Pemerintah Belanda membedakan antara blue collar dan white collar dengan tujuan untuk memecah belah golongan bumi putera dan diberikan kedudukan dan status yang berbeda, sesuai dengan prinsip devide et empera. Sejak diadakan seminar Hubungan Perburuhan Pancasila tahun 1974, istilah buruh direkomendasikan untuk diganti dengan istilah pekerja, atas dasar pertimbangan istilah buruh yang merupakan teknis biasa saja, telah berkembang menjadi istilah yang kurang menguntungkan. Kata buruh merupakan sekelompok tenaga kerja golongan bawah dan menggunakan bekerja dengan otot. Pekerja administrasi tidak setuju dengan sebutan buruh.

Dengan dipengaruhinya paham marxisme buruh dianggap satu kelas yang selalu menghancurkan pengusaha/ majikan dalam perjuangannya. Oleh karena itu, penggunaan kata buruh telah mempunyai motivasi yang kurang baik, hal ini tidak mendorong tumbuh dan berkembangnya suasana kekeluargaan,

53


(48)

royongan dan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam suatu perusahaan sehingga perlu diganti dengan istilah baru.

Pasal 2 UUD NRI Tahun 1945 menyatakan yang disebut dengan golongan-golongan ialah badan-badan seperti koperasi, serikat pekerja dan lain-lain, jelas disini UUD NRI tahun 1945 menggunakan istilah pekerja untuk pengertian buruh. Oleh karena itulah disepakati penggunaan kata pekerja sebagai pengganti kata buruh karena mempunyai dasar hukum yang kuat. Namun demikian, dengan diundangkannya UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No. 39 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279), istilah pekerja dikaitkan dengan istilah buruh sehingga menjadi istilah pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.54

Dalam rumusan Pasal 1 angka 2 UU Ketenagakerjaan pengertian tenaga kerja yaitu : “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”.Ketentuan Pasal 1 angka 12 Peraturan Daerah Kabupaten Badung, tenaga kerja adalah :“setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. Tenaga kerja dapat diartikan sama dengan buruh, buruh adalah para tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan, para tenaga kerja itu harus tunduk kepada perintah dan peraturan kerja yang diadakan oleh

54


(49)

pengusaha yang bertanggung jawab atas lingkungan perusahaannya, kemudian tenaga kerja itu akan memperoleh upah dan atau jaminan hidup lainnya yang wajar.55

Menurut DR. Payaman Simanjuntak dalam bukunya “Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia”, memberikan pengertian bahwa “Tenaga kerja atau manpower adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga”.56

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tidak membedakan antara pekerja/buruh halus (white collar) dengan pekerja/ buruh kasar (blue collar). Perbedaan pekerja/ buruh dalam Undang-undang ini hanya didasarkan pada jenis kelamin (pekerja/buruh perempuan dan laki-laki) dan usia (pekerja/buruh anak). Perbedaan ini dilakukanbukan dalam rangka diskiriminatif tetapi untuk melindungi pekerja/buruh yang lemah daya tahan tubuhnya dan juga untuk menjaga norma-norma kesusilaan.57

2.2.2 Jenis perlindungan hukum di bidang teknis tenaga kerja

Perlindungan teknis, bertalian erat dengan perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja. Keselamatan kerja termasuk dalam apa yang disebut perlindungan teknis, yaitu perlindungan terhadap pekerja/buruh agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan.

55

G.Kartasapoetra, R .G Kartasapoetra, A.G Kartasapoetra op.cit h.17 56

Sendjun H. Manullang, op, cit h. 3 57


(50)

Berbeda dengan perlindungan kerja lain yang umumnya ditentukan untuk kepentingan pekerja/buruh, keselamatan kerja ini tidak hanya memberikan perlindungan kepada pekerja/buruh, tetapi kepada pengusaha dan pemerintah.

 Bagi pekerja/buruh, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan menimbulkan suasana kerja yang tentram sehingga pekerja/buruh dapat memusatkan perhatian pda pekerjaannya semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa kecelakaan kerja.

 Bagi pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di dalam perusahaannya akan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan pengusaha harus memberikan jaminan sosial.

 Bagi pemerintah (dan masyarakat), dengan adanya dan ditaatinya peraturan keselamatan kerja, maka apa yang direncanakan pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat akan tercapai dengan meningkatnya produksi perusahaan baik kualitas maupun kuantitas.58

Untuk melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Pelaksanaanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja atau perusahaan. Tempat kerja adalah setiap tempat yang di dalamnya terdapat 3 unsur yaitu :

58


(51)

1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun usaha sosial.

2. Adanya sumber bahaya.

3. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus maupun hanya sewaktu-waktu.59

Dalam pasal 86 ayat (1) UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

- Keselamatan dan kesehatan kerja - Moral dan kesusilaan dan

- Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

Keselamatan kerja ialah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya landasan tempat kerja dan lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Objek keselamatan kerja adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, dipermukaan air, di dalam air maupun di udara. Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental maupun sosial, sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal.

Penanggung jawab Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja ialah pengusaha atau pimpinan atau pengurus tempat kerja. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja dilakukan secara bersama

59


(52)

oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh pekerja/buruh. Pengawasan dan pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dilakukan oleh pejabat/petugas yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja, yaitu:

1. Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sebagai pengawas teknis berkeahlian khusus dari Depnaker.

2. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sebagai ahli teknis berkeahlian khusus dari luar Depnaker.

Sedangkan mengenai pihak-pihak dalam pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai berikut:

A. Kewajiban Pengusaha

a. Terhadap pekerja/buruh yang baru masuk, pengusaha wajib menunjukkan dan menjelaskan hal-hal:

- Tentang kondisi dan bahaya yang dapat timbul dilingkungan kerja. - Semua alat pengaman dan pelindung yang digunakan.

- Cara dan sikap yang aman dalam melakukan pekerjaan.

- Memeriksakan kesehatan, baik fisik maupun mental pekerja yang bersangkutan.

b. Terhadap pekerja/buruh yang telah atau sedang dipekerjakan:

- Melakukan pembinaan dalam hal pencegahan kecelakaan kerja, penanggulangan kebakaran, pemberian P2K3 dan peningkatan usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada umumnya.


(53)

- Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk tempat kerja yang bersangkutan bagi seluruuh pekerja/buruh.

- Memasang gambar dan Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta bahan pembinaan lainnya di tempat kerja sesuai petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). - Melaporkan setiap peristiwa kecelakaan kerja termasuk peledakan,

kebakaran dan penyakit akibat kerja yang terjadi di tempat kerja kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja.

- Membayar biaya pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ke Kantor Pembendaharaan Negara setempat setelah mendapat penetapan besarnya biaya oleh Kantor Wilayah Departement Tenaga Kerja setempat. - Menaati semua persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), baik

yang diatur dalam undang-undang maupun yang ditetapkan oleh pegawai pengawas.

B. Kewajiban dan Hak Pekerja/Buruh

- Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

- Memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.

- Memenuhi dan menaati persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang berlaku di tempat kerja yang bersangkutan.


(54)

C. Hak pekerja/buruh :

- Meminta kepada pemimpin atau pengurus perusahaan agar dilaksanakan semua syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diwajibkan di perusahaan yang bersangkutan.

- Menyatakan keberatan melakukan pekerjaan, apabila syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta alat pelindung diri yang diwajibkan tidak dipenuhi, kecuali dalam toleransi khusus yang ditetapkan lain oleh pegawai pengawas.60

2.2.3 Penyelenggaraan perlindungan hukum di bidang teknis tenaga kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai tujuan untuk memperkecil atau menghilangkan potensi bahaya atau risiko yang dapat mengakibatkan kesakitan dan kecelakaan dan kerugian yang mungkin terjadi. Kerangka konsep berpikir Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menghindari resiko sakit dan celaka dengan pendekatan ilmiah dan praktis secara sistematis (systematic), dan dalam kerangka pikir kesisteman (system oriented).

Untuk memahami penyebab dan terjadinya sakit dan celaka, terlebih dahulu perlu dipahami potensi bahaya (hazard) yang ada, kemudian perlu mengenali (identify) potensi bahaya tadi, keberadaannya, jenisnya, pola interaksinya dan seterusnya. Setelah itu perlu dilakukan penilaian (asess, evaluate) bagaimana bahaya tadi dapat menyebabkan risiko (risk) sakit dan celaka dan dilanjutkan dengan menentukan berbagai cara (control, manage) untuk mengendalikan atau mengatasinya. Langkah langkah sistimatis tersebut tidak

60


(55)

berbeda dengan langkah-langkah sistimatis dalam pengendalian resiko (risk management). Oleh karena itu pola pikir dasar dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada hakekatnya adalah bagaimana mengendalikan resiko dan tentunya didalam upaya mengendalikan risiko tersebut masing-masing bidang keilmuan akan mempunyai pendekatan-pendekatan tersendiri yang sifatnya sangat khusus.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mempunyai kerangka pikir yang bersifat sistimatis dan berorientasi kesistiman tadi, tentunya tidak secara sembarangan penerapan praktisnya di berbagai sektor didalam kehidupan atau di suatu organisasi. Karena itu dalam rangka menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja ini diperlukan juga pengorganisasian secara baik dan benar. Dalam hubungan inilah diperlukan Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dan perlu dimiliki oleh setiap organisasi. Melalui sistim manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja inilah pola pikir dan berbagai pendekatan yang ada diintegrasikan kedalam seluruh kegiatan operasional organisasi agar organisasi dapat berproduksi dengan cara yang sehat dan aman, efisien serta menghasilkan produk yang sehat dan aman pula serta tidak menimbulkan dampak lingkungan yang tidak diinginkan.

Perlunya organisasi memiliki sistim manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja yang terintegrasi ini, dewasa ini sudah merupakan suatu keharusan dan telah menjadi peraturan. Organisasi Buruh Sedunia (ILO) menerbitkan panduan Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Di Indonesia panduan yang serupa dikenal dengan istilah SMK3, sedang di Amerika OSHAS 1800-1, 1800-2 dan di Inggris BS 8800 serta di Australia disebut AS/NZ


(56)

480-1. Secara lebih rinci lagi asosiasi di setiap sektor industri di dunia juga menerbitkan panduan yang serupa seperti misalnya khusus dibidang transportasi udara, industri minyak dan gas, serta instalasi nuklir dan lain-lain sebagainya. Bahkan dewasa ini organisasi tidak hanya dituntut untuk memiliki sistim manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi, lebih dari itu organisasi diharapkan memiliki budaya sehat dan selamat (safety and health culture) dimana setiap anggotanya menampilkan perilaku aman dan sehat.

Dasar hukum penerapan SMK3 ditempat kerja yang memperkerjakan sebanyak 100 orang atau lebih dan mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja adalah Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan peraturan-peraturan pelaksanaanya yaitu:

I. Peraturan Menteri No. Per. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

II. Peraturan Perundangan lainnya yang berkaitan dengan Peraturan Menteri tersebut diatas.

Salah satu fungsi dari manajemen disemua tingkatan adalah kontrol. Ada tiga faktor yang menyebabkan kurang baiknya kontrol dari manjemen, yaitu:

- Kebijakan K3 yang tidak tepat.

- Program K3 yang tidak memenuhi standar atau persyaratan

- Implementasi program yang tidak sepenuhnya di jalankan atau didukung oleh pekerja.


(57)

Secara garis besar program K3 meliputi hal-hal dibawah ini: - Kepemimpinan dan administrasinya

- Manajemen K3 yang terpadu - Pengawasan dan control

- Analisis pekerjaan dan procedural - Penelitian dan analisis pekerjaan - Training bagi pekerja

- Pelayanan kesehatan bagi pekerja - Penyediaan alat pelindung diri (APD) - Peningkatan kesadaran pekerja terhadap K3 - Sistem audit

- Laporan dan pendataan.

Manajemen K3 menjadi sangat penting untuk dijalankan secara sistematis dan terarah. Pengalaman di Negara-negara lain menunjukan bahwa tren suatu pertumbuhan dari sistem K3 adalah melalui fase-fase tertentu, yaitu fase kesejahteraan, fase produktivitas kerja, dan fase toksikologi industri. Saat ini penerapan K3 di Indonesia pada umumnya masih berada pada fase paling bawah yaitu fase kesejahteraan. Sebagian kecil perusahaan-perusahaan besar bertaraf internasional sudah mengarah pada fase peningkatan produktivitas kerja. Misalnya program K3 yang disesuaikan dengan sistem ergonomic (penyesuaian beban kerja/alat kerja dengan kemampuan dan fisik pekerja) yang merupakan salah satu usaha untuk mencetak para pekerja yang produktif.


(58)

Dalam konteks penyebab terjadinya kecelakaan akibat kerja dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

Faktor fisik,yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, laju rambat udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan lain-lain, faktor Kimia, yaitu berupa gas, cairan, uap, debu, asap, dan lain-lain, faktor Biologi, baik berupa mikrorganisme, hewan dan tumbu-tumbuhan, faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja, faktor mental-fisiologis, yaitu susunan kerja, hubungan diantara pekerja atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya. Semua faktor-faktor diatas dapat mengganggu aktivitas kerja seseorang. Misalnya penerangan yang kurang akan menyebabkan kelelahan pada mata. Suara gaduh atau bising dapat berpengaruh pada daya ingat pekerja. Semua itu dapat memicu terjadinya kecekaan kerja.61

Tanggungjawab majikan atau perusahaan dewasa ini diberikan oleh negara atau pemerintah, yang memberikan perlindungan melalui program jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) untuk para pekerja. Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.Diatur dalam UU No. 3 tahun 1992 tentang Jamsostek jo. PP No.14 tahun 1993 tentang Penyelenggaran Jamsostek yang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan

61

Anonim, 2016, HSP Academy Training Center, URL:

http://healthsafetyprotection.com/konsep-dasar-keselamatan-kerja/ (diakses tanggal 24 februari 2016)


(1)

Menurut pendapat Manahan. P Tampubolon, “pemeliharaan merupakan semua aktivitas termasuk juga menjaga peralatan dan mesin selalu dapat melaksanakan pesanan pekerjaan”. Sedangkan Sofyan Assauri menyatakan bahwa, “pemeliharaan adalah kegiatan memelihara atau menjaga fasilitas/ peralatan dan mengadakan perbaikan atau pergantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang telah direncanakan”.Dari uraian tersebut diatas, dapat diartikan bahwa tenaga kerja

maintenance adalah tenaga kerja yang kegiatannya untuk memelihara atau

menjaga fasilitas atau peralatan pabrik/perusahaan yang bertugas untuk mengadakan perbaikan, pemeliharaan, perawatan atau penyesuaian atau penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi yang memuaskan sesuai dengan yang direncanakan.65

Adapun fungsi dari pemeliharaan tersebut menurut Agus Ahyari yaitu, “Fungsi pemeliharaan atau maintenance adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi”.66Proses perawatan secara umum bertujuan untuk memfokuskan dalam langkah pencegahan untuk mengurangi atau bahkan menghindari kerusakan dari peralatan dengan memastikan tingkat

68

Pendidikan Ekonomi, 2012, Pemeliharaan Maintenance URL:

http://www.pendidikanekonomi.com/2012/06/pemeliharaan -maintenance (diakses tanggal 23 Oktober 2015)

66


(2)

kehandalan dan kesiapan serta meminimalkan biaya perawatan. Proses perawatan dan sistem perawatan merupakan sub sistem produksi, dimana tujuan sistem produksi tersebut adalah :

a. Memaksimalkan profit dari peluang pasar yang tersedia.

b. Memperhatikan aspek teknis dan ekonomis pada proses konversial material menjadi produk.67

Tujuan utama dilakukan sistem manajemen perawatan, menurut Japan

Institude of Plan Maintenance dan Consultant TPM India, secara lengkap

disebutkan sebagai berikut :

- Memperpanjang umur pakai fasilitas produksi

- Menjamin tingkat ketersediaan optium dari fasilitas produksi.

- Menjamin kesiapan operasional seluruh fasilitas yang diperlukan untuk pemakaian darurat.

- Menjamin keselamatan operator dan pemakai fasilitas.

- Mendukung kemampuan mesin dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan fungsinya.

- Mencapai tingkat biaya perawatan serendah mungkin. (lowest maintenance cost) dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien.68

67

Nachnul Ansori danM. Imron Mustajib,loc.cit

68


(3)

Proses perawatan mesin yang dilakukan oleh suatu perusahaan umumnya terbagi dalam dua bagian yaitu perawatan terencana (planed maintenance) dan perawatan tidak terencana (unplaned maintenance). Menurut Duffuaa, ada beberapa macam strategi dalam perawatan, yaitu sebagai berikut :

1. Penggantian (Replacement)

Merupakan penggantian peralatan/ komponen untuk melakukan perawatan. Dilakukan pada seluruh atau sebagian (part) dari sebuah sistem yang dirasa perlu dilakukan upaya penggantian oleh karena tingkat utilitas mesin atau keandalan fasilitas produksi berada pada kondisi yang kurang baik. Tujuan strategi penggantian ini adalah untuk menjamin berfungsinya suatu sistem atau alat produksi sesuai pada keadaan normalnya.

2. Perawatan peluang (opportunity maintenance)

Perawatan ini dilakukan ketika terdapat kesempatan, misalnya perawatan pada saat mesin sedang shut down. Perawatan peluang dimaksudkan agar tidak terjadi waktu mengganggur (idle) baik oleh operator atau tenaga kerja

maintenance, perawatan bisa dilakukan dengan skala yang paling sederhana

seperti pembersihan (cleaning) maupun perbaikan fasilitas pada suatu sistem/ alat produksi (repairing).

3. Perbaikan (overhaul)

Merupakan pengujian secara menyeluruh dan perbaikan (restoration) pada sedikit komponen atau sebagian besar komponen sampai pada kondisi yang dapat diterima. Perawatan perbaikan merupakan jenis perawatan yang terencana dan


(4)

biasanya proses perawatannya dilakukan secara menyeluruh terhadap sistem, sehingga diharapkan sistem/ alat berada pada kondisi yang normal.

4. Perawatan pencegahan (preventive maintenance)

Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawataan

yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas produksi menjadi kerusakan pada saat digunakan dalam berproduksi. Dalam prakteknya

preventivemaintenance yang dilakukan perusahaan dibedakan atas :

a) Routine maintenance

Yaitu kegiatan pemeliharaan terhadap kondisi dasar mesin dan menggantikan suku cadang yang rusak, yang dilakukan secara rutin.

b) Periodic maintenance

Yaitu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu. Misalnya seminggu sekali, dengan cara melakukan inspeksi secara berkala dan berusaha memulihkan bagian mesin yang rusak atau tidak sempurna.

c) Running maintenance

Merupakan pekerjaan perawatan yang dilakukan pada saat fasilitas produksi dalam keadaan bekerja. Perawatan ini termasuk cara perawatan yang direncanakan untuk diterapkan pada peralatan atau permesinan dalam keadaan operasi. Biasanya diterapkan pada mesin-mesin yang harus terus menerus beroperasi menjalankan proses produksi. Kegiatan perawatan dilakukan dengan jalan mengawasi secara aktif (monitoring).


(5)

d) Shutdown maintenance

Merupakan kegiatan perawatan yang hanya dapat dilaksanakan pada waktu fasilitas produksi sengaja dimatikan atau dihentikan.69

Selain perawatan yang telah diuraikan diatas, masih terdapat beberapa jenis perawatan yang biasanya dilakukan pada suatu perusahaan.

Adapun kegiatan perawatan menurut Japan Instutude of Plan Maintenance

dan Confederation Industrial India, dikategorikan menjadi tiga elemen yaitu:

1. Activities to prevent deterioration, adalah kegiatan yang dilakukan untuk

mencegah terjadinya suatu kerusakan pada peralatan sewaktu diperlukan.

2. Activities to measure deterioration, adalah kegiatan perawatan yang

dilakukan untuk mengukur terjadinya kegagalan/ kerusakan pada suatu peralatan, sehingga didapatkan tolak ukur melakukan evaluasi kerusakan.

3. Activities to restore deterioration, adalah suatu kegiatan perawatan yang

dilakukan untuk memperbaiki kerusakan peralatan menjadi kondisi seperti sebelum terjadi kerusakan atau mengkondisikan peralatan seperti semula. Selain hal tersebut di atas, tugas dan aktivitas perawatan tenaga kerja

maintenance dalam suatu perusahaan meliputi kegiatan sebagai berikut :

a) Kegiatan inspeksi

Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan secara berkala, pada fasilitas produksi sesuai dengan rencana, serta kegiatan pengecekan atau pemeriksaan terhadap peralatan yang mengalami kerusakan dan membuat laporan dari hasil pengecekan atau pemeriksaan tersebut.

69


(6)

b) Kegiatan teknik

Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan peralatan yang baru dibeli dan kegiatan pengembangan peralatan/ komponen peralatan dalam perbaikan mesin yang rusak dimana tidak diperoleh komponen yang sama dengan yang dibutuhkan.

c) Kegiatan produksi

Merupakan kegiatan perawatan dimana secara fisik melaksanakan pekerjaan yang disarankan/ diusulkan dalam kegiatan inspeksi. Dengan melaksanakan kegiatan ini maka pengolahan produk dapat berjalan lancar sesuai dengan yang telah ditetapkan.

d) Kegiatan administrasi

Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan mengenai biaya yang terjadi dalam melakukan pekerjaan perawatan. Biaya ini berhubungan dengan komponen yang dibutuhkan dan progress report tentang apa yang telah direncanakan, waktu pelaksanaan inspeksi dan perbaikan, serta lamanya perbaikan tersebut. kegiatan pencatatan dimaksud pula untuk penyusunan perencanaan

(planning) dan penjadwalan (scheduling), yaitu rencana kapan suatu mesin harus

di cek/ di periksa/ di service dan di reparasi.70

Tenaga kerja maintenance yang bekerja di PT. ACS Denpasar Bali terdiri dari 27 orang dan menjalankan tugas sesuai dengan job description PT. ACS Denpasar Bali.

70