LAKIP TIEM BPPT 2015 lakip_tiem_2015

(1)

LAPORAN

AKUNTABILITAS KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH

TAHUN 2015

KEDEPUTIAN TEKNOLOGI INFORMASI ENERGI DAN

MATERIAL


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, Puji syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT atas segala rahmat dan kuasanya-Nya, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Kedeputian Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM) Tahun Anggaran 2015 telah dapat diselesaikan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri PAN dan RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah maka setiap Instansi Pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, diwajibkan untuk menyusun laporan kinerjanya. Laporan Kinerja dimaksud merupakan salah satu dari enam komponen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP).

Laporan Akuntabilitas kinerja ini, terdiri atas 4 bagian yaitu:

BAB I. Menjelaskan tentang latar belakang kedudukan, tugas dan fungsi serta kewenangan. Selain itu juga memberikan informasi tentang struktur organisasi dan rincian sumberdaya manusianya Kedeputian TIEM.

BAB II. Berisi tentang landasan aturan dan perundang-undangan, Visi dan Misi serta Rencana Strategis dari Kedeputian TIEM-BPPT. Dalam Bab ini juga disampaikan mengenai Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja dari Kedeputian TIEM.

BAB III. Adalah merupakan inti dari laporan ini. Di dalam Bab ini dijelaskan tentang capaian kinerja kedeputian TIEM dan realisasi anggaran.

BAB IV. Merupakan penutup.

Menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan


(3)

Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (TIEM –BPPT) disusun, semoga Laporan ini dapat menggambarkan kinerja Kedeputian TIEM secara menyeluruh dan kami juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pemangku kepentingan terkait dengan BPPT dan Kedeputian TIEM pada khususnya.

Jakarta, Maret 2016

Deputi Kepala BPPT, Bidang Teknologi Infomasi, Energi dan Material


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN I - 1

1.1. Latar Belakang Organisasi I - 1

1.2. Kedudukan Tugas, Fungsi, Dan Kewenangan I - 5

1.2.1. Kedudukan I - 5

1.2.2. Tugas I - 5

1.2.3. Fungsi I - 5

1.2.4. Wewenang I - 6

1.3. Struktur Organisasi I - 6

1.4.Sumber Daya Manusia I - 8

1.5.Aspek strategis permasalahan utama I - 8

1.5.1 Bidang Teknologi Listrik I - 9

1.5.2 Bidang Teknologi Bahan bakar I – 10

1.5.3 Bidang Teknologi Informatika dan Komunikasi I – 11

1.5.4 Bidang Teknologi material I – 12

1.6 Sistematika Penyajian Laporan I – 13

BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA II - 1 2.1.Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional II - 1

1. Pancasila II - 1

2. UU 4 1964 II - 1

3. UU Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan (Sisnas P3) Iptek

II - 2

4. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025 II – 2

5. Perpres Nomor 2 Tahun 2015 RPJMN 2015-2019 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019

II - 3

6. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Bidang Iptek dalam RPJMN 2015-2019

II - 3

2.2. Renstra Kedeputian TIEM Tahun 2015-2019 II - 6


(5)

2.2.3. Tujuan Strategis Tiem II - 7

2.2.4. Sasaran Strategis II -8

2.2.5. Sasaran Program II - 9

2.2.5.1. Sasaran Program Bidang TIK II - 9

2.2.5.2. Sasaran Program Bidang Kelistrikan II - 9

2.2.5.3.Sasaran Program Bidang Bahan Bakar II - 18 2.2.5.4. Sasaran Program Bidang Material II – 20

2.3. Program BPPT II - 24

2.3 Rencana Kinerja Tahun (RKT) 2015 dan Indikator Kinerja

Deputi TIEM

II - 25

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Pengukuran Kinerja IIIa - 1

1.2. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis IIIb - 1

3.2.1 Bidang Material IIIb - 1

3.2.1.1. Rekomendasi Inovasi dan Layanan Teknologi Biocompatible Material untuk Alat Kesehatan

IIIb - 1

3.2.1.2 Program Inovasi dan Layanan Teknologi Nanomaterial Untuk Peningkatan TKDN / Pengembangan Nanomaterial Logam Tanah Jarang

IIIb - 13

3.2.1.3. Program PPT Bidang Rumah Komposite IIIb - 22

2.1. Pelaksanaan Kegiatan IIIb - 24

2.2. Tabel Ringkasan IIIb - 24

3.2. Capaian Kinerja Organisasi IIIb - 25

3.2.1. Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi IIIc – 1

3.2.2. Program Kedeputian Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

IIIc - 1

3.2.3. Program Layanan Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

IIIc - 13


(6)

3.4.1. Bidang Bahan Bakar III2 - 1 3.4.2. Inovasi dan Layanan Teknologi Perencanaan Energi dan

Optimalisasi Sistem Energi Nasional

III2 - 1

3.4.3. Pengkajian Penerapan Teknologi Biodiesel untuk subtitusi BBM

III2 - 7 3.4.4. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis 1 III - 41

3.4.5. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis 2 III - 41

3.4.6. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis 3 III - 42

3.5. Realisasi Anggaran III -43

3.6. Bidang Kelistrikan III3- 1

3.6.1. Pengkajian Penerapan Teknologi PLTP Skala Kecil III3- 1

3.7. Pengkajian Penerapan Teknologi Bidang Baron Techno Park / program tekno park

III - 23

3.7.1. Perekayasaan Teknologi Efisiensi Energi Peralatan dan Sistem Energi.

III - 25


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Organisasi

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang berada dibawah koordinasi Menteri Negara Riset dan Teknologi, yang mempunyai tugas melaksanakan pemerintah di bidang pengkajian dan penerapan teknologi.

BPPT bermula dari gagasan mantan Presiden Republik Indonesia, Soeharto, kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28 Januari 1974, bahwa sejak memasuki tahap kedua pembangunan jangka panjang sudah sangat diperlukan suatu lembaga tingkat pusat untuk mendampingi BAPPENAS. Jika BAPPENAS memberikan pertimbangan secara makro ekonomi, maka BPPT memberikan pertimbangan secara mikro ekonomi dari segala bentuk kegiatan pembangunan. Tugas BPPT adalah memilih, mengkaji dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat dan berguna untuk pembangunan industri.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada awalnya adalah merupakan salah satu divisi yang berada dibawah Pertamina. BPPT atau dikenal juga dengan Divisi Advanced Technology Pertamina (APT), didirikan pada tahun 1976. Melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 25 tahun 1978, BPPT dibentuk sebagai Lembaga Pemerintah non Departemen (LPND) dan berada dibawah serta bertanggungjawab langsung kepada Presiden.

Selama 25 tahun berjalan Jabatan Kepala BPPT di rangkap oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi (RISTEK). Dalam kurun waktu tersebut BPPT telah


(8)

melakukan perubahan struktur organisasi sesuai dengan tuntutan kebutuhan internal maupun eksternal. Dengan diterbitkannya Surat Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2006, tentang pengangkatan Kepala BPPT, secara otomatis Kepala BPPT resmi terpisah dengan Menteri Negara Riset dan Teknologi. Sejak tahun 1978, BPPT telah mengalami beberapa kali penggantian Kepemimpinan, yaitu :

1. Prof.Dr.-Ing. B.J. Habibie 1978 - 1998 2. Prof.Dr.Ir. Rahadi Ramelan 1998 - 1998 3. Prof.Dr.Ir. Zuhal, MSEE 1998 - 1999 4. Dr. A.S. Hikam 1999 - 2001 5. Ir. M. Hatta Rajasa 2001 - 2004 6. Dr. Kusmayanto Kadiman 2004 - 2006 7. Prof. Ir. Said D. Jenie, Sc.D. 2006 - 2008 8. Dr.Ir. Marzan A. Iskandar 2008 – 2014 9. Dr. Unggul Priyanto 2014 – ……...

Di dalam Keppres 25/ 1978, Organisasi BPPT terdiri dari 1. Kepala

2. Wakil Kepala 3. Sekretaris

4. Direktur Sarana Teknologi 5. Direktur Sistem analisa

6. Direktur Pengembangan Kekayaan Alam 7. Direktur Pengkajian Ilmu Dasar dan Terapan

8. Direktur Pengembangan Teknologi

9. Direktur Pengkajian Industri 10.Unit Pelaksana Teknis

Mengacu pada Keppres 25/ 1978, Direktorat Pengembangan Teknologi adalah merupakan cikal bakal dari Kedeputian TIEM. Sebagai Direktur


(9)

Pengembangan Teknologi pada 1978 – 1982 ditunjuk Ir Harsono Djuned Puponegoro.

Selanjutnya melalui Keppres 31/ 1982, Direktorat Pengembangan Teknologi mengalami metamorfosa menjadi Deputi Bidang Pengembangan Teknologi (Bangtek). Kedeputian tersebut terdiri atas 5 unit direktorat yakni 1). Direktorat Pengkajian Teknologi Pemukiman dan Lingkungan Hidup, 2). Direktorat Pengkajian Teknologi Proses Industri, 3). Direktorat Pengkajian Teknologi Konversi dan Konservasi Energi dan 4). Direktorat Pengkajian Teknologi Elektronika dan Informatika serta 5). Direktorat Pembinaan Sarana Fisik dan Laboratorium. Pada masa tersebut Kedeputian Bidang Pengembangan Teknologi telah mengalami 3 (tiga) kali periode penggantian pimpinan (Deputi), yaitu :

1. Ir Harsono Djuned Puponegoro (1982 – 1986) 2. Prof. Dr. Ir Harsono Wiryosumarto (1986 – 1991) 3. Prof.Dr.Ir. Harijono Djojodihardjo (1991 – 1998)

Pada tahun 1998, BPPT melakukan reorganisasi dengan mengganti nama Kedeputian Bidang Pengembangan Teknologi (Bangtek) menjadi Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material. Reorganisasi tersebut tertuang di dalam Keppres 117/ 1998. Di dalam Keppres tersebut Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM), terdiri atas 4 (empat) direktorat yang didukung oleh beberapat Unit Pelaksana Teknis (UPT). Unit-unit yang berada di bawah kedeputian tersebut adalah :

1. Direktorat Teknologi Informasi dan Elektronika 2. Direktorat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi 3. Direktorat Teknologi Material


(10)

Sebagai pejabat pimpinan / Deputi pada masa tersebut adalah Dr.Ir. Ashwin Sasongko Sastrosubroto, MSc (1998 – 2000)

Pada tahun 2000, Presiden RI menerbitkan Keppres 178/ 2000 yang merupakan penyempurnaan atas Keppres mengenai organisasi BPPT sebelumnya. Pada Masa tersebut sebagai pejabat pimpinan Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material, adalah :

1. Dr. Rachmad Mulyadi (2000- 2002) 2. Dr.Ir. Martin Djamin, MSc. 2002 – 2005 3. Dr. Ir.Marzan Azis Iskandar 2005- 2009

Pada tahun 2006, BPPT melakukan reorganisasi yang bersifat internal melalui regruping dan fokusing terhadap bidang-bidang teknologi pada unit eselon 2 (setingkat direktorat). Perubahan internal BPPT tersebut tertuang di dalam Keputusan Kepala BPPT Nomor: BPPT 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006. Untuk selanjutnya Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material terdiri atas 4 (empat) unit eselon 2 yang berupa “pusat” dan didukung oleh balai- balai. Unit-unit yang berada dibawah Kedeputian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)

2. Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE) 3. Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE) 4. Pusat Teknologi Material (PTM)

5. Balai Jaringan IPTEKNET

6. Balai Besar Teknologi Energi ( B2TE )

7. Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi ( BRDST ) 8. Balai Pengkajian Teknologi Polimer ( BPTP )

9. Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik dan Porselen, Bali (UPT-PSTKP)


(11)

Sebagai pejabat pimpinan/ Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material adalah Dr.Ir. Unggul Priyanto, MSc (2010 – 2014). Pada periode 2014 – sekarang deputi dijabat oleh Dr. Ir Hammam Riza, MSc

1.2. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

Berdasarkan SK Kepala BPPT Nomor 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, tertanggal 21 April 2006, Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT.

1.2.1. Kedudukan

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, yang selanjutnya dalam peraturan ini disebut BPPT, adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawahdan bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan BPP dipimpin oleh seorang kepala. Sedangkan Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM) adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala. Deputi Bidang TIEM dipimpin oleh Deputi

1.2.2. Tugas Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material

Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi informasi Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material .

1.2.3. Fungsi Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material

Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material menyelenggarakan fungsi:

a) Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang Pengkajian dan penerapan teknologi informasi, Energi dan Material


(12)

b) Pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang Pengkajian dan penerapan teknologi informasi, Energi dan Material.

c) Pelaksana tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala

1.2.4. Wewenang

Kewenangan yang dimiliki oleh deputi TIEM adalah sama seperti kewenangan yang di miliki BPPT namun hanya di Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material. Rincian kewenanangan yang dimiliki oleh BPPT adalah sbb :

a) Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.

b) Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro.

c) Penetapan sistem informasi di bidangnya.

d) Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :

1. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengkajian dan penerapan teknologi;

2. Pemberian rekomendasi penerapan teknologi dan pelaksanaan audit teknologi.

1.3. Struktur Organisasi

Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material terdiri atas 4 (empat) unit eselon 2 yang berupa “pusat” dan didukung oleh balai- balai. Unit- unit yang berada dibawah Kedeputian tersebut adalah sebagai berikut :

a) Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)

b) Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE) c) Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE) d) Pusat Teknologi Material (PTM)

e) Balai Jaringan IPTEKNET

f) Balai Besar Teknologi Energi ( B2TE )


(13)

h) Balai Pengkajian Teknologi Polimer ( BPTP )

i) Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik dan Porselen, Bali (UPT-PSTKP)

Bagan struktur organisasi TIEM sesuai dengan SK Kepala BPPT Nomor 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, tertanggal 21 April 2006, Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT, adalah sbb :

Struktur Organisasi Deputi TIEM - BPPT

(Peraturan Kepala BPPT No.170/Kp/KA/IV/2006, Tertanggal 21 April 2006)

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kedeputian TIEM

DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI, ENERGI dan MATERIAL

SUB BAG TATA USAHA PERBANTUAN PUSAT TEKNOLOGI KONVERSI dan KONSERVASI ENERGI BALAI BESAR TEKNOLOGI ENERGI PUSAT TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA ENERGI PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI dan KOMUNIKASI BALAI JARINGAN IPTEKNET BALAI REKAYASA DISAIN dan SISTEM TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI POLIMER UPT PSTKP BALI


(14)

1.4. Sumber Daya Manusia

Kedeputian TIEM di dukung oleh sumberdaya manusia sejumlah 523 orang dengan berbagai latar belakang pendidikan. Sebaran berdasarkan pendidikan adalah S3 56 orang, S2 141 orang, S1 231 orang, Diploma 23 orang dan SLTA berjumlah 69 orang.

PENDIDIKAN

Berdasarkan fungsional yang ditempati, SDM TIEM juga menduduki berbagai jabatan fungsional dengan yang terdiri dari perekayasa dominan mayoritas, sebagaian kecil neliti, arsiparis berbagai level, litkayasa berbagai level, pranata humas dan lainnya. Sedangkan sisanya yang lain merupakan fungsional umum.

1.5. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merupakan salah satu lembaga pemerintah yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional karena dapat berperan penting dalam perkembangan teknologi di Indonesia, BPPT memiliki peran sebagai entry point hasil karya teknologi asli Indonesia untuk dapat dikaji untuk kemudian dapat diterapkan di dalam kegiatan perekonomian Indonesia dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

BPPT juga dapat menjadi salah satu ujung tombak penyampai hasil karya penelitian, pengembangan dan perekayasaan di bidang teknologi ke dunia industri


(15)

ataupun ke masyarakat umum yang memiliki kepentingan terhadap berbagai hasil penelitian, pengembangan dan perekayasaan yang dihasilkan oleh para peneliti dan perekayasa Indonesia.

Kebutuhan akan teknologi yang dinilai makin hari makin tinggi dan juga dengan adanya tuntutan kemajuan teknologi yang terkini, menyebabkan keberadaann BPPT sangat diperlukan dan penting adanya. BPPT diharapkan mampu memberikan peran yang nyata dalam pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan nasional. Program-program yang dimiliki oleh BPPT sebagai kebijakan institusi mandiri maupun program-program kebijakan lintas kementerian/lembaga, diharapkan mampu menjadi faktor pendorong bagi peningkatan perekonomian negara, terutama kebijakan program yang bersentuhan dengan dunia industri.

Beberapa aspek strategis dan permasalahan utama yang mendasari pelaksanaan kegiatan/program BPPT antara lain :

1.5.1 Bidang Teknologi Energi Listrik

Kebijakan energi utama nasional adalah dengan melakukan diversifikasi energi dan konservasi energi nasional. Konservasi energi nasional dilakukan dengan berbagai usaha antara lain melakukan sosialisasi hemat energi, penerapan teknologi hemat energi dan penerapan manajemen energi. Salah satu teknologi penghemat energi yang mempunyai berbagai keunggulan teknis adalah teknologi kogenerasi. Teknologi ini mampu memproduksi listrik dan energi thermal secara serentak sehingga lebih efisien. Efisiensi thermal yang diperoleh dengan sistem kogenerasi bisa mencapai 80%. Dengan efisiensi yang tinggi tersebut maka penerapan teknologi kogenerasi juga berdampak terhadap pengurangan emisi CO2 ke lingkungan.

Dalam rangka pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya energi panas bumi perlu dikembangkan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan nasional dalam menyiapkan teknologinya. Untuk itu kedeputian TIEM melakukan pengembangan teknologi PLTP skala kecil.


(16)

Untuk peningkatan pemanfaatan energi terbarukan BPPT khususnya kedeputian TIEM menyiapkan taman Tekno energi terbarukan yang bisa dipakai dalam rangka pengembangan dan juga sarana untuk melakukan difusi teknologi.

1.5.2 Bidang Teknologi Energi Bahan bakar

Di sektor energi, penyediaan bahan bakar transportasi dan industri serta penyediaan tenaga listrik menjadi isu penting. Untuk itu penyediaan teknologi bahan bakar dan kelistrikan yang efisien, handal dan ramah lingkungan menjadi sebuah kebutuhan dalam rangka meningkatkan daya saing industri dan kemandirian nasional.

Bahan Bakar Minyak (BBM) memegang peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan energi domestik yang selalu meningkat setiap tahunnya. Konsumsi total BBM nasional masih dominan yaitu sekitar 50% dari total bauran energi (energi mix), kebutuhan minyak solar di dalam negeri mencapai 30 juta KL. Sekitar 50% dari kebutuhan solar tersebut masih diimpor. Konsumsi BBM Indonesia yang terus meningkat juga berarti akan meningkatkan impor BBM Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan bkonservasi dan diversifikasi energi diantaranya dengan melakukan upaya pengembangan industri dan penggunaan energi alternatif seperti seperti Bahan Bakar Nabati (BBN) seperti biodiesel.

Pengembangan biodiesel sebagai energi alternatif pengganti BBM akan sangat membantu dalam mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi khususnya solar di Indonesia. Melihat potensi atau kebutuhan domestik yang cukup besar dan pangsa pasar dunia yang juga sangat besar, maka pengembangan industri biodiesel di Indonesia sangat potensial. Pengembangan biodiesel merupakan bagian dalam rencana energi mix tahun 2025. Pemerintah telah mengeluarkan perangkat kebijakan untuk pengembangan biofuel seperti Perpres No.5 tahun 2006 mengenai kebijakan


(17)

energi nasional dan Inpres No 1 tahun 2006 dalam rangka percepatan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi alternatif ini.

1.5.4 Bidang Teknologi Informatika dan Komunikasi

Perekonomian dunia saat ini sedang mengarah pada digital ekonomi dimana teknologi informasi dan komunikasi akan banyak berperan dalam business dan pemerintahan baik sebagai “enabler” model bisnis baru maupun sebagai “tools” dalam meningkatkan efisiensi. Indonesia terus mempersiapkan diri baik dari sisi suprastruktur (peraturan) dengan UU 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, sisi infrastruktur dengan Perpres 96/2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia, sisi infostruktur (berbagai aplikasi e-government dan e-business) serta sisi SDM.

Implementasi TIK dalam pemerintahan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan proses bisnis pemerintahan dan meningkatkan kualitas layanan pemerintah kepada masyarakatnya. Implementasi e-pemerintahan menjadi tantangan tersendiri dengan begitu banyaknya layanan masyarakat yang harus disediakan oleh berbagai institusi pemerintahan. Dalam UU 23/2006 yang diperbaharui dng UU 24/2013 disebutkan bahwa pelayanan publik harus menggunakan Nomor Identitas Kependudukan (NIK) yang dikelola oleh Kementrian Dalam Negeri. Sehingga dalam penjelasan Undang-undang tersebut pada pasal 64 ayat 6 disebutkan bahwa KTP-El yang didalamnya tertera NIK seorang penduduk akan ditingkatkan secara bertahap menjadi KTP-El multi-guna.

Untuk mempersiapkan penggunaan KTP-El multi-guna inilah maka Kedeputian TIEM – BPPT melaksanakan Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang meliputi beberapa aspek secara horisontal maupun vertikal.

Secara horisontal, kajian dilakukan harus meliputi masalah keamanan informasi, kajian ketunggalan seseorang melalui teknologi biometrik, kajian


(18)

pertukaran data antar instansi pemerintah, kajian teknologi komputasi awan, sedangkan secara vertikal kajian dilakukan sesuai dengan kaidah perekayasaan pemanfaatan KTP-El multiguna di berbagai bidang seperti demokrasi (e-Pemilu), kesehatan (e-health), pendidikan (kartu Indonesia Pintar). Tahapan perekayasaan tersebut meliputi, pendefinisian ruang lingkup, Design-Requirement and Objective (DrnO), pembuatan prototipe, proof of concept , pembuatan pilot model, uji coba dalam lingkungan sebenarnya, pembuatan rekomendasi untuk kementrian teknis dan alih-teknologi pada industri nasional.

Kegiatan – kegiatan ini dilaksanakan bersama para stake-holder institusi pemerintah seperti kementrian teknis, lembaga pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan industri nasional.

1.5.5 Bidang Teknologi Material

Undang-undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mulai berlaku 1 Januari 2014. BPJS kesehatan merupaka upaya Pemerintah dalam menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi masyarakat. Alat kesehatan merupakan alat utama yang dibutuhkan, disamping pelayanan kesehatan dan obat-obatan, yang harus dapat dijamin sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan.

Belanja alat kesehatan Indonesia masih sangat amat tinggi. Hal ini tercermin, lebih dari 90% produk alat kesehatan merupakan barang impor. Sementara itu dari produk alat kesehatan lokal yang ada, sebagian besar bahan bakunya pun sangat bergantung pada impor. Industri alat kesehatan dalam negeri baru mampu menghasilkan produk teknologi sederhana dan sedang. Dengan demikian upaya untuk mengembangkan material dan produk implan lokal, yang berkualitas dengan harga yang relatif murah dan sesuai dengan anatomi tulang orang Indonesia, mendesak untuk dilakukan. Dengan demikian,


(19)

penguasaan teknologi material untuk memproduksi alat kesehatan yang mempunyai tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang tinggi mempunyai justifikasi strategis bagi kemandirian bangsa Indonesia.

1.5.6 Sistematika Penyajian Laporan

LAKIP Deputi TIEM - BPPT Tahun 2015 berisi 4 Bab yaitu: Bab I. Pendahuluan

Berisi latarbelakang, kedudukan tugas, fungsi dan kewenangan, Organisasi dan Sumberdaya Manusia.

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Berisi Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional, Renstra BPPT Tahun 2015-2019, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015, dan Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2015.

Bab III. Akuntabilitas Kinerja

Berisi Sasaran Strategis, Pengukuran Kinerja, Pengungkapan dan Penyajian Hasil Pengukuran dan Akuntabilitas Keuangan.


(20)

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJINAN KINERJA

2.1. Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional

1. Pancasila

Sebagai Dasar Negara dan Ideologi Nasional serta falsafah / pandangan hidup bangsa, Pancasila secara konsepsional mengandung nilai-nilai Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Persatuan dan Kesatuan dalam semangat kekeluargaan dan kebersamaan yang harmonis serta untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut menjadi landasan idiil yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman pada saat ini dan masa mendatang khususnya dalam mendorong pembangunan Iptek nasional.

2. UUD 1945

UUD 1945 mengamanatkan:

a) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia (Pasal 31 ayat (5));

b) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari iptek, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan kesejahteraan umat manusia (Pasal 28 c ayat (1)).

Nilai-nilai dalam butir UUD-1945 digunakan sebagai landasan konstitusional dan dasar hukum dalam menyusun konsepsi pembangunan Iptek nasional


(21)

3. UU Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan (Sisnas P3) Iptek

Undang-undang No.18/2002 menjelaskan mengenai Sisnas P3 Iptek; memberikan landasan hukum; mengamanatkan penyusunan Jakstranas; mendorong tumbuhnya Sisnas P3 Iptek; dan mengikat semua pihak, pemerintah pusat, pemda, dan masyarakat untuk berperan aktif. Nilai-nilai dalam UU. No.18/2002 ini menjadi landasan konsepsional pembangunan Iptek nasional

4. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025

Dalam RPJPN disebutkan bahwa pembangunan iptek diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan dasar maupun terapan, dan mengembangkan ilmu sosial dan humaniora, serta untuk menghasilkan teknologi dan memanfaatkan teknologi hasil penelitian. Pengembangan, dan perekayasaan bagi kesejahteraan masyarakat, kemandirian, dan daya saing bangsa melalui peningkatan kemampuan dan kapasitas iptek senantiasa berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai etika, kearifan lokal, serta memerhatikan sumber daya dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; penyediaan teknologi transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan, dan teknologi kesehatan; pengembangan teknologi material maju; serta peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor produksi.


(22)

5. Perpres Nomor 2 Tahun 2015 RPJMN 2015-2019 RENCANA

PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019 Dalam Bab IV RPJMN 2015-2019 tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dinyatakan bahwa kebijakan Iptek diarahkan kepada :

a) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan litbang dan lembaga pendukung untuk mendukung proses transfer dari ide menjadi prototip laboratorium, kemudian menuju prototip industri sampai menghasilkan produk komersial (penguatan sistem inovasi nasional);

b) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya iptek untuk menghasilkan produktivitas litbang yang berdayaguna bagi sektor produksi dan meningkatkan budaya inovasi serta kreativitas nasional; c) mengembangkan dan memperkuat jejaring kelembagaan baik peneliti

di lingkup nasional maupun internasional untuk mendukung peningkatan produktivitas litbang dan peningkatan pendayagunaan litbang nasional;

d) meningkatkan kreativitas dan produktivitas litbang untuk ketersediaan teknologi yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat serta menumbuhkan budaya kreativitas masyarakat

e) meningkatkan pendayagunaan iptek dalam sektor produksi untuk peningkatan perekonomian nasional dan penghargaan terhadap iptek dalam negeri

6. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Bidang Iptek dalam RPJMN 2015-2019

Sesuai dengan TUPOKSI, BPPT ditugaskan untuk menjalankan tugas pemerintah di bidang pengkajian dan penerapan teknologi. Dari sebelas program diatas, pembangunan bidang Iptek ditugaskan untuk untuk mendukung 6 (enam) program Prioritas Nasional. Secara ringkas di dalam


(23)

dengan menjunjung tinggi agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban dan kesejahteraan manusia” Namun demikian pembangunan IPTEK akan dapat memberikan kontribusi nyata bila produk yang dihasilkan dapat didayagunakan dan menjadi solusi permasalahan. Untuk itu diperlukan suatu perumusan terhadap arah dan strategi di dalam pembangunan bidang IPTEK.

Stategi pembangunan di Bidang IPTEK dilaksanakan melalui 2 (dua) prioritas pembangunan, yaitu:

a) Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN), yang berfungsi sebagai wahana pembangunan IPTEK menuju visi pembangunan IPTEK dalam jangka panjang.

b) Penguatan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK (P3 IPTEK) yang dilaksanakan sesuai dengan arah yang digariskan dalam RPJPN 2005 -2025.

Dalam unsur SIN terdiri atas 3 (tiga) fokus pembangunan sebagai berikut : a) Kelembagaan Iptek (menguatnya kelembagaan Iptek): Perguruan

Tinggi, Lembaga Litbang, dan Badan Usaha.

b) Sumberdaya Iptek (menguatnya Sumberdaya Iptek) : terdiri atas keahlian, kompetensi dan pengoperasannya, kekayaan inteletual, dan sarpras iptek, dimana masing-masing bertanggung jawab meningkatkan terus menerus daya guna dan nilai guna sumberdaya. c) Jaringan Iptek (menguatnya Janginran Iptek) : membentuk jalinan

hubungan interaktif yang memadukan unsur-unsur kelembagaan iptek untuk menghasilkan kinerja dan manfaat yang lebih besar dari keseluruhan yang dapat dihasilkan.

Dalam unsur penguatan P3 Iptek fokus pembangunan dijabarkan dalam bentuk gugus (cluster) pusat-pusat litbang yang setingkat dengan eselon II, yaitu sebagai berikut :


(24)

a) Biologi Molekuler, Bioteknologi, dan Kedokteran b) Ilmu Pengetahuan Alam

c) Energi, Energi Baru dan Terbarukan d) Material Industri dan Material Maju. e) Industri, Rancang bangun, dan Rekayasa. f) Informatika dan Komunikasi.

g) Ilmu Kebumian dan Perubahan Iklim.

h) Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemasyarakatan. i) Ketenaganukliran dan Pengawasannya.

j) Penerbangan dan Antariksa.

k) Gambar Fokus Pembangunan Iptek

Berdasarkan RPJMN 2015-2019, program di BPPT terdiri dari Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dan Program Generik.

1. Program PPT

Berisi kegiatan-kegiatan untuk melakukan pelayanan eksternal BPPT dan bersifat teknis sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BPPT, Unit Oganisasi/ Eselon I, dan Unit Kerja/Satker di lingkungan BPPT. Program teknis BPPT hanya 1 (satu) program yaitu Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

2. Program Generik

Berisi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pelayanan internal dalam rangka peningkatan pelayanan eksternal. Program generik ini terdapat 2 (dua) program, yaitu:

a. Program Dukungan dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPPT b. Program Peningkatan Sarana da Prasarana Aparatur BPPT.

Di dalam pembahasan AKIP BPPT, evaluasi dan penilaian dilakukan berdasarkan performance dari fokus program. Untuk tujuan fokus di BPPT


(25)

ditetapkan 10 fokus program yang merupakan bagian program PPT dan Generik.

Pembahasan AKIP Kedeputian Teknologi Informasi dan material (TIEM), dilakukan dengan mengelompokkan kegiatan yang sejenis kedalam kelompok bidang. Kelompok Bidang tersebut adalah Bidang Teknologi Informasi dan komunikasi, Bidang Teknologi Energi dan Bidang Teknologi Material.

Performance kegiatan program Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi di dasarkan dari capaian Unit Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) dan Balai Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Ipteknet). Performance kegiatan program Bidang Teknologi Energi di dasarkan dari capaian Unit Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE), Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE), Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) dan Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi (BRDST). Sedangkan performance kegiatan program Bidang Teknologi Material di dasarkan dari capaian Pusat Teknologi Material (PTM), Balai Pengkajian Teknologi Polimer (STP) dan UPT Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik dan Porselen Bali (PSTKP).

2.2. Renstra Kedeputian TIEM Tahun 2015-2019

Secara khusus di dalam RPJPN 2005-2025 menyatakan bahwa penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) difokuskan pada 7 (tujuh) bidang prioritas, yaitu : (i) pembangunan ketahanan pangan, (ii) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan (iii) pembangunan teknologi transportasi, (iv) penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, (v) pengembangan teknologi pertahanan, (vi)


(26)

pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan, dan (vii) pengembangan teknologi material maju.

2.2.1 Visi

Dalam rangka pencapaian Pembangunan Jangka Menengah khususnya untuk periode 2015-2019 maka visi Kedeputian TIEM BPPT adalah :

“Pusat Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi Dan Layanan

Teknologi untuk Mewujudkan Daya Saing Industri dan Kemandirian Bangsa

di Bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material”.

2.2.2 Misi

Upaya - upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi Kedeputian Bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material,BPPT tersebut dilaksanakan melalui misi sebagai berikut :

Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Energi,Informasi dan Material

Visi dan Misi TIEM merupakan turunan dari Visi dan Misi BPPT. Visi TIEM dibangun dari hasil pemikiran pimpinan dan manajemen TIEM untuk kemudian ditetapkan sebagai visi bersama. Sedangkan Misi TIEM ditetapkan untuk dilaksanakan oleh segenap karyawan dalam lingkungan kedeputian TIEM dengan mengedepankan nilai-nilai sebagai dasar tindakan dalam melaksankan kegiatan.

2.2.3. Tujuan Strategis Tiem

Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi Kedeputian TIEM, BPPT ke dalamprogram-program yang mendukung pembangunan nasional dan pembangunan bidang yang akan dilaksanakan, maka tujuan BPPT tahun 2015-2019 adalah


(27)

1. Meningkatnya daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi di bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material

2. Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi di bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material

3. Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung di bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material

Tujuam strategis Kedeputian TIEM merupakan turunan darui tujuan strtegis BPPT khusus untuk bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material

2.2.4 Sasaran Strategis

Sasaran strategis dimaksud adalah Sasaran Strategis BPPT Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran lebihdetail dari Tujuan BPPT dengan indikator dan target yang terukur, dimana Kedeputian TIEM mendukung sasaran strategis BPPT di Bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material. Dengan demikian formulasi dari Sasaran Strategis BPPT 2015-2019 adalah sebagai berikut :

Sasaran Strategis 1:

Meningkatnya daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi Di Bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material

Indikator dan Target dari Sasaran Strategis 1 adalah sebagai berikut :

1. Jumlah industri TIK pendukung e-Govt & e-business yang menggunakanhasil inovasi dan layanan teknologi KTP-el Multiguna , dengan target industri. 2. Jumlah industri/institusi pemerintahan yang menggunakan hasil inovasi dan

layanan teknologi infrastruktur TIK, khususnya IT security , dengan target 30 industri

3. Science/Techno Park yang berfungsi bagi peningkatan perekonomiandaerah, dengan target 1 lokasi kabupaten.


(28)

Sasaran Strategis 2:

Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologiteknologi Di Bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material

Indikator dan Target dari Sasaran Srategis 2 adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan elektrifikasi dengan diterapkannya PLTP skala kecil olehindustri dalam negeri untuk mencapai TKDN maksimal, dengan target0,48%..

2. Peningkatan kemandirian bangsa dengan diterapkannya teknologi materialoleh industri dalam negeri, dengan target 5%

3. Peningkatan kemandirian bangsa dengan dimanfaatkannya teknologi bahan bakar nabati (BBN) maupun dari sumberdaya energy fosil.

2.2.5 Sasaran Program

2.2.5.1 Sasaran Program Bidang TIK

Sasaran Program bidang TIK adalah Meningkatnya inovasi dan layanan teknologi Infrastruktur TIK khususnya IT Security untuk mendukung system e-Government dan e-Business

Indikator Kinerja :

- Jumlah industri TIK pendukung e-Govt & e-business yang

menggunakan hasil inovasi dan layanan teknologi KTP-el Multiguna

- Jumlah industri/institusi pemerintahan yang menggunakan hasil

inovasi dan layanan teknologi infrastruktur TIK, khususnya IT security

CLUSTER: IT Security Infrastructure Infrastruktur Konvergensi TIK


(29)

BPPT sebagai institusi pemerintah yang terus berperan dalam mengantisipasi penerapan dan perkembangan teknologi perlu untuk mengkaji perkembangan teknologi

konvergensi TIK terkini, menghasilkan inovasi teknologi terkait untuk akselerasi penyediaan infrastruktur konvergensi TIK, menyiapkan standard nasional dan laboratorium terakreditasi untuk meningkatkan daya saing industri produk dan jasa TIK nasional sehingga dapat berperan aktif dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia.

- Inovasi dan Pengembangan Teknologi yang merefleksikan teknologi konvergensi TIK terkini yang memerlukan kajian, inovasi, dan pengembangan pada lima tahun ke depan, yaitu: Software-defined Radio (SDR), Virtualisasi dan Network Security, QoS dan QoE, Kajian Teknologi Kontemporer, 5: Teknologi Navigasi Indoor.

- Layanan dan Pengujian: Sertifikasi dan Pengujian TV Digital, Komponen Photonika.

Cyber Security dan Digital Forensic Kajian Infrastruktur Kritis.

Pada masa yang akan datang, diperkirakan bahwa pertahanan siber (Cyber defence) akan semakin berperan, dengan adanya pergeseran pemikiran dikalangan militer bahwa cyber world merupakan matra baru pertahanan yang harus diperhatikan, bukan hanya sebagai bagian dari matra lain. Dalam perang siber (cyber war), peperangan tidak dilakukan secara fisik yang dapat dengan mudah diketahui besarnya korban. Peperangan dilakukan dengan merusak sistem informasi dan komunikasi dari infrastruktur kritis dari suatu negara, sehingga mengakibatkan dampak yang sangat luas. Untuk itu kegiatan pada tahun 2015 ini melakukan kajian beberapa infrastruktur kritis.


(30)

Digital Forensic Security.

Kegiatan ‘digital forensic security’ merupakan kegiatan untuk melakukan analisa

keamanan dari suatu sistem informasi dan komunikasi dengan melakukan kejadian forensik. Sedangkan Digital Forensic merupakan proses investigasi peranti komputer/piranti sistem untuk mengetahui apakah komputer/piranti sistem tersebut dipergunakan untuk keperluan yang ilegal, tidak sah atau tidak biasa. Kegiatan ini memfokuskan pada peningkatan kapabilitas SDM dalam melakukan analisa keamanan (Security Analytic) dan juga melakukan forensic sistem informasi seperti jaringan, komputer dan lainnya yang berhubungan dengan sistem informasi dan komunikasi

Dalam Keppres no.4/2015 tentang RPJMN 2015 - 2019, di bidang Peningkatan kapasitas Inovasi dan Teknologi yang bertujuan untuk mendukung peningkatan daya saing sektor produksi barang dan jasa, penyelenggaraan litbang (riset) di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi difokuskan pada

1.Pengembangan infrastruktur TIK, khususnya IT security

2.Pengembangan sistem dan framework/platform perangkat lunak berbasis Open source khususnya industri TIK pendukung Government dan e-business

Selain itu dalam rangka peningkatan dukungan bagi riset dan pengembangan dasar maka pembangunan iptek juga harus diarahkan salah satunya pada

3. Pembangunan repository dan disseminasi informasi iptek.

Untuk berpartisipasi dalam meningkatkan daya saing sektor produksi melalui kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan melalui sistem e-Government dan e-business dan dalam pembangunan repository serta disseminasi iptek, maka IPTEKnet akan melaksanakan 4 kegiatan selama tahun 2015 - 2019 yakni :

1.Inovasi teknologi infrastruktur Data Center (DC) untuk cloud computing, di mana akan dikembangkan sistem layanan storage dan aplikasi (software-as-a-service/saas) yang dapat digunakan secara bersama-sama oleh lembaga


(31)

pemerintah maupun swasta sehingga memudahkan konsolidasi data dan membuat lebih efisien pengelolaan perangkat keras maupun lunak

2.Inovasi teknologi infrastruktur Data Center (DC) untuk Certificate Authority/CA,

di mana akan dikembangkan layanan sertifikat keamanan digital bagi lembaga pemerintah maupun UKM yang memastikan keamanan tukar-menukar data antara lembaga/institusi dengan pelanggannya

3.Inovasi teknologi infrastruktur Data Center untuk pengumpulan dan disseminasi basis data inovasi iptek Indonesia, di mana akan dibangun infrastruktur perangkat keras dan perangkat lunak yang bukan sekedar mengumpulkan informasi iptek, akan tetapi melakukan klasifikasi informasi, memberitahukan trend teknologi agar pengguna dapat lebih mudah menemukan informasi iptek yang diperlukan untuk penelitian bagi perekayasa/ peneliti dan inovator maupun untuk membuka usaha baru bagi entrepreneur.

4.Layanan teknologi infrastruktur data center untuk cloud computing dan CA, di mana akan diterapkan berbagai layanan yang telah dikembangkan di atas bagi seluruh unsur masyarakat Indonesia yang membutuhkan.

Ke 4 kegiatan IPTEKnet di atas digabungkan dalam satu program yakni program Pengkajian dan Penerapan Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Secara lebih spesifik, sasaran program pengkajian dan penerapan jaringan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam hal ini adalah terwujudnya peningkatan jumlah layanan dan lembaga pengguna teknologi infrastruktur DC cloud computing, keamanan informasi& basis data inovasi iptek Indonesia.

Pada paragraf-paragraf berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai deskripsi singkat, indikator kegiatan, dan metodologi pelaksanaan dari kegiatan-kegiatan yang akan IPTEKnet lakukan dalam durasi RPJMN II (2015-2019).


(32)

Inovasi Teknologi infrastruktur Data Center untuk Cloud Computing

Peningkatan daya saing sektor produksi salah satunya disebabkan oleh peningkatan kualitas layanan sektor pemerintah seperti perijinan, bantuan teknis maupun non-teknis. Kualitas layanan tersebut akan tercapai dengan implementasi TI yang teramankan dan efisien sehingga memungkinkan perbaikan proses bisnis pemerintahan dalam mendukung sektor produksi.

Indikator untuk kegiatan ini adalah jumlah layanan teknologi infrastruktur data center untuk cloud computing. Layanan teknologi infrastruktur data center untuk cloud computing yang dimaksud dalam hal ini adalah layanan-layanan TIK berbasis komputasi awan, yang secara garis besar terdiri atas Infrastructure as a Service (IaaS), Platform as a Service (PaaS), dan Software as a Service (SaaS).

IPTEKnet sebagai salah satu unit kerja di BPPT yang fokus mendeliver layanan berbasis TIK kepada mitranya berkomitmen untuk terus mengembangkan layanan-layanan tersebut sesuai dengan perkembangan teknologi. Setelah 3 (tiga) tahun terakhir menyelesaikan proses instalasi Data Center berteknologi komputasi awan, mulai dari IaaS dan PaaS, mulai tahun ini fokus pengembangan akan diarahkan pada implementasi layanan Software as a Service (SaaS).

Inovasi Teknologi infrastruktur Data Center untuk Certificate Authority/CA Dalam rangka peningkatan efisensi terhadap investasi dan kemudahan konsolidasi data dari sistem / aplikasi e-government, Data Center BPPT yang akan dilengkapi dengan Sistim Layanan Bersama dapat digunakan secara kolektif untuk keperluan tersebut. Untuk menjaga keamanan data BPPT akan membangun infrastruktur Certificate of Authentication yang merupakan bagian dari IT security guna menjamin keabsahan laman web layanan pemerintah.


(33)

Indikator untuk kegiatan ini adalah jumlah layanan teknologi infrastruktur data center untuk Certificate Authority (CA). Layanan teknologi infrastruktur data center untuk CA yang dimaksud dalam hal ini adalah layanan-layanan TIK berbasis IT security.

Pengembangan government CA (Gov-CA) diharapkan menjadi cikal bakal implementasi Public Key Infrastructure (PKI) di Indonesia. Bekerja sama dengan Kemenkominfo dan instansi terkait lainnya dalam konteks penyediaan solusi, IPTEKnet akan mulai membuat prototipe country level root CA untuk menjawab tren kebutuhan sertifikat enkripsi yang terus meningkat akhir-akhir ini.

Inovasi Teknologi infrastruktur Data Center untuk pengumpulan dan diseminasi basis data inovasi iptek Indonesia

Dalam konteks layanan berbasis perangkat lunak, terdapat pengembangan solusi berbasis komponen Potensi sesuai kebutuhan (misal : kebencanaan dan intelejen). Portal telusur inovasi (Potensi) yang sudah dikembangkan selama 3 (tiga) tahun terakhir memadukan teknologi state-of-the-art di bidang (web) data mining, dimana secara parsial komponen pembangun dari Potensi tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut berdasarkan algoritma spesifik yang dibangun khusus untuk kebutuhan maupun fokus tema teknologi tertentu.

Indikator untuk kegiatan ini adalah lembaga pengguna teknologi infrastruktur data center untuk pengumpulan dan diseminasi basis data inovasi iptek Indonesia. Layanan teknologi infrastruktur data center yang dimaksud dalam hal ini adalah pengembangan portal telusur inovasi (Potensi) yang notabene merupakan perpaduan antara implementasi (web) data mining dengan penerapan konsep inovasi nasional dari Bappenas.

Dalam evolusinya portal Potensi ini diarahkan menjadi Indonesia R&D Knowledge Management, yang mengintegrasikan data-data inovasi terkait penelitian dan


(34)

pengembangan di Indonesia, dilakukan proses penggalian intisari dari informasi yang ada, untuk kemudian disajikan dengan variasi tampilan yang dapat disesuaikan dengan berbagai pemangku kepentingan seperti Kemenristek, BNPB, Kemenko Maritim, dan lain sebagainya.

Layanan Teknologi infrastruktur Data Center untuk Cloud Computing dan Certificate Authority/CA

Kegiatan ini adalah wadah untuk pelayanan teknologi yang diberikan oleh balai IPTEKnet kepada seluruh masyarakat meliputi layanan teknologi infrastructure Data Center (Infrastructure-as-a-Service/IAAS), layanan pengembangan dan pemanfaatan perangkat lunak (Software-as-a-service/SAAS) maupun layanan pembuatan Certificate digital untuk pengamanan situs WEB pemerintah maupun UKM dalam rangka e-government dan e-business. Kegiatan-kegiatan ini akan dibiayai oleh mitra melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) maupun aktivitas pendampingan swakelola.

Pengembangan arah bisnis baru ini diharapkan akan mengganti secara bertahap layanan pengadaan bandwidth sebagai Internet Service Provider (ISP) yang merupakan layanan balai IPTEKnet sejak awal berdirinya. Keberterimaan bisnis baru ini akan ditunjang oleh akreditasi ISO 9000:2001, ISO 27001, Tier-3 Certification dari Uptime Institute, atau TIA-942 Data Center, serta sertifikasi personelnya.

2.2.5.2 Sasaran Program Bidang Kelistrikan

Di bidang kelistrikan, program pengkajian dan penerapan teknologi, umumnya didorong untuk mendukung sasaran strategis peningkatan kemandirian bangsa dan daya saing industri, sebagaiman dapat dilihat pada piramida berikut ini.


(35)

Guna mencapai masing-masing ketiga indikator sasaran strategis sebagaimana tertulis pada sasaran strategis BPPT, maka ditentukan 6 sasaran Program di bidang kelistrikan di kedeputian TIEM, sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut. Di mana 2 sasaran program merupakan program yang mendukung sasaran strategis lembaga yang mendukung program nasional, yaitu Inovasi Teknologi PLTP Skala Kecil dan Pengembangan Baron Techno Park. Sedangkan 4 sasaran program lainnya merupakan sasaran program di tingkat kedeputian TIEM, yaitu Terwujudnya

Inovasi Dan Layanan Teknologi Pembangkit Listrik Berbasis EBT, Terwujudnya Inovasi Dan Layanan Teknologi Smart Grid, Terwujudnya Inovasi Dan Layanan Teknologi Batere Mobil Listrik dan Terwujudnya Inovasi Dan Layanan Teknologi Konservasi dan Stardadisasi Efisiensi Penyediaan dan Penggunaan Energi. Hubungan antara Sasaran Strategis dan Sasaran Program dapat dilihat di Tabel 2.2.berikut ini.

Tabel 2.2. Indikator dan Sasaran Program Bidang Kelistrikan

Sasaran Strategis (SS)

Indikator Sasaran Program (SP)

(SS2)

Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi

Peningkatan elektrifikasi dengan

diterapkannya PLTP skala kecil oleh industri dalam negeri untuk

mencapai TKDN maksimal

Terwujudnya PLTP Skala kecil yang memanfaatkan

peralatan dan komponen produk dalam negeri secara maksimal


(36)

Sasaran Strategis (SS)

Indikator Sasaran Program (SP)

daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi

kemampuan masyarakat di bidang teknologi untuk perbaikan perekonomian dikawasan Baron

Tecknopark sebagai Pusat R & D, pelatihan dan disiminasi teknologi yang memafaatkan Energi baru terbarukan (EBT)

Peningkatan jumlah industri pembangkit listrik berbasis EBT dan efisiensi energi

Terwujudnya Inovasi dan Layanan Teknologi

Pembangkit Listrik Berbasis EBT

Terwujudnya Inovasi dan Layanan Teknologi SMART GRID

Terwujudnya Inovasi dan Layanan Teknologi Batere mobil listrik

Terwujudnya Inovasi dan Layanan Teknologi

Konservasi dan standardisasi efisiensi penyediaan dan penggunaan energi


(37)

2.2.5.3 Sasaran Program Bidang Bahan Bakar

Sasaran program TIEM untuk RPJMN ke – 3 terdiri dari tiga jenis program yang merepresentasikan kompetensi dari masing-masing bidang, yaitu :

1. Terwujudnya Hasil inovasi dan Layanan Teknologi Bahan Bakar Nabati Untuk Substitusi BBM

Dalam lima tahun ke depan, hasil inovasi dan layanan teknologi dari TIEM bidang bahan bakar yang ditargetkan dimanfaatkan oleh industri (sebagai outcome yang berpotensi menghasilkan dampak/impact) adalah bahan bakar nabati untuk substitusi BBM melalui indikator kegiatan biodiesel, biomethano/bioDME/biohythane yang ditargetkan akan tercapai pada tahun 2019.

Permasalahan bahan bakar di sektor transportasi maupun industri juga selalu menjadi perhatian publik akibat dari pemanfaatan BBMbersubsidi yang sangat dominan di sektor ini.Krisis BBM diperkirakan akan terus terjadi mengingat kebutuhan minyak secara nasional tidak bisa diimbangi oleh penyediaannya melalui produksi dalam negeri. Dengan mempertimbangkan pentingnya keberlanjutan dalam penyediaan energi nasional dan dalam rangka meningkatkan kemandirian nasional di bidang bahan bakar, maka dipandang sangat urgen bahwa Indonesia harus segera memberdayakan dan membangun industri nasional untuk bahan bakar cair, yakni BBN.

Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 mentargetkan kontribusi EBT sebesar 23 % dari bauran energi nasional pada tahun 2025 mendatang. Biomassa menjadi salah satu opsi strategis penyediaan BBN untuk substitusi BBM.Namun, potensi yang ada saat ini belum bisa langsung dan maksimal dimanfaatkan tanpa melalui rekayasa teknologi.

Program inovasi dan layanan teknologi pemanfaatan BBN diarahkan untuk menghasilkan teknologi BBN yang kompetitif sehingga industri dapat memanfaatkan hasil inovasi ini. Dalam lima tahun ke depan, program ini ditargetkan bisa menghasilkan 2 produk inovasi teknologi BBN yang dapat dimanfaatkan oleh industri dalam negeri.


(38)

Program inovasi dan layanan teknologi bahan bakar nabati (BBN) bertujuan untuk menghasilkan teknologi produksi BBN yang dapat dimanfaatkan oleh industri. Program ini mendukung program pemerintah dalam percepatan dan peningkatan mandatori pemanfaatan BBN.

Percepatan peningkatan pemanfaatan BBN merupakan tindak lanjut 4 paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan Pemerintah yang salah satunya adalah memperbaiki defisit transaksi berjalan dan mengurangi impor migas dengan cara meningkatkan pemanfaatan biodiesel.

Mandatori BBN bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil khususnya BBM, mengembangkan industri BBN dalam negeri sehingga memberikan nilai tambah pada perekonomian, mengurangi emisi GRK akibat pembakaran energi fosil, serta untuk mengurangi impor BBM yang semakin meningkat (penghematan devisa akibat pengurangan impor BBM). Meningkatnya porsi biodiesel, maka dapat melakukan penghematan devisa dengan meningkatkan pemanfaatan biodiesel untuk kebutuhan dalam negeri.

Dalam lima tahun ke depan, hasil inovasi teknolgi yang ditargetkan dimanfaatkan oleh industri adalah biodiesel dan biomethanol.

Teknologi biodiesel dari proses non katalitik ditargetkan dapat memberikan outcome pada tahun 2017, sedangkan teknologi BBN dapat memberikan outcome pada tahun 2019.

2. Terwujudnya hasil inovasi dan layanan teknologi produksi dan pemanfaatan gas dan batubara

Sebagaimana disadari bahwa saat ini bahan bakar untuk pemabngkit listrik yang dominan adalah batubara, demikian juga kecenderungannya kedepan adalah masih batubara. Melihat kenyataan bahwa sumber batubara Indonesia kebanyakan adalah Low Rank Coal, maka diperlukan upaya yaitu upgrading batubara sehingga batubara tersebut mempunyai kalor yang relative cukup untuk Pembangkit Listrik Tenaga


(39)

Uap (PLTU). Untuk mensuport program pemerintah dibidang bahan bakar cair (BBM), batubara juga bisa berkontribusi memenuhi kebutuhan BBM transportasi yaitu dengan proses pencairan batubara dengan teknologi hidrogenasi.Kedua upaya ini meningkatkan peranan secara nasional bahwa saat ini pemakaian nasional hanyalah 23% sedangkan untuk ekspor adalah 77%.

Untuk bahan bakar gas dimasa mendatang masih akan besar peranannya sehingga masih diperlukan upaya upaya untuk teknologi pemanfaatannya. Disamping itu juga perlu upaya upaya untuk memproduksi gas-gas sistesis dari bahan bakar lainnya sehingga dapat dihasilakan bahan bakar yang cukup .

3. Terwujudnya hasil layanan teknologi di bidang perencanaan dan optimalsisasi sistem energi nasional

Perencanaan energy nasioal adalah mutlak diperlukan untuk menghasilkan perencanaan pembangunan yang optimum.Hal ini disadari karena energy memegang peranan yang cukup penting di dalamnya.Untuk itu Kajian outlook energy di BPPT berharap bisa menjadi rujukan utama nasional dan merupakan outcome kedeputian TIEM.

2.2.5.4 Sasaran Program Bidang Material Sasaran Program bidang Material adalah :

1. Terwujudnya industri yang memanfaatkan Teknologi Biomaterial di dalam negeri

Urgensi dari kegiatanpenerapan teknologi material untuk alat kesehatan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan nasional akan bahan baku biomaterial untuk produksi alat kesehatan (alkes) implan yang diperlukan pada penyelenggaraan jaminan kesehatan, seiring meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas, meningkatnya usia harapan hidupmanusia Indonesia dan kebutuhan implan karena kerusakan tulang lainnya (karena penyakit). Selain itu, adalah


(40)

untuk meningkatkan kemadirian bangsa, khususnya dalam memenuhi kebutuhan bahan baku (biomaterial atau biocompatible materials) untuk produksi alkesimplan yang selama ini sangat bergantung pada produk impor; serta untuk meningkatkan pemanfaatan dan memberi nilai tambah padabahan baku lokal yang diperlukan dalam pembuatan alkes implan.

2. Diterapkannya inovasi dan layanan teknologi nanomaterial

Karet merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup strategis dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Karet juga salah satu ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara di luar minyak dan gas. Sekitar 90 persen produksi karet alam Indonesia diekspor ke manca negara dan hanya sebagian kecil dikonsumsi di dalam negeri.Peranan karet terhadap ekspor nasional tidak dapat dianggap kecil, mengingat Indonesia merupakan produsen karet nomor dua terbesar di dunia setelah Thailand dengan produksi sebesar 2,751 juta ton pada tahun 2008. Namun dari sisi luasan Indonesia memiliki luas lahan karet terbesar didunia yaitu 3,42 juta hektar dan volume ekspor 2,295 juta ton dengan nilai US$ 6,06 Milyar pada tahun 2008. Walaupun telah banyak dilakukan berbagai upaya untuk menyelaraskan arah pengembangan perkaretan nasional, namun masih belum terlihat sinergis. Dengan pengembangan Advanced Rubber Technology Center, diharapkan akan lebih aktif jaringan antar pemangku kepentingan. Saat ini sudah diinisiasi dengan informasi harga karet harian per kawasan. Industri hilir yang akan berkembang banyak, memerlukan pusat perekayasaan yang dapat membantu inovasi dan standarisasi produk. Pengembangan ban pesawat menjadi penting karena penggunaan karet alam sangat dominan.

3. Terwujudnya industri bahan baku material untuk energi

Keperluan LTJ dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2009, permintaan pasar LTJ dunia mencapai 134.000 ton, sementara kapasitas produksinya baru 124.000 ton. Tahun 2012, kebutuhan dunia mencapai 180.000 ton. Saat ini China menguasai hampir semua lini industri dengan harga yang


(41)

sangat kompetitif, mulai dari industri elektronik seperti komponen komputer, televisi, monitor dan handycam hingga industri manufaktur seperti industri baja, otomotif dan lainnya. Sadar akan pentingnya LTJ dalam menghasilkan produk teknologi tinggi dengan nilai tambah yang tinggi, sejak tahun 2007 China menurunkan kuota ekspor secara bertahap sehingga pada 2010 ekspor LTJ China tinggal 50% dibanding tahun 2005.Kegiatan riset ini dilaksanakan untuk menjawab tantangan penguasaan teknologi nanomaterial logam tanah jarang untuk menghasilkan material yang bernilai tambah tinggi dengan memanfaatkan bahan baku lokal sehingga dapat memacu pertumbuhan industri hilir secara bertahap seperti aplikasi untuk Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), sensor, phosphor display, baterei, magnet, , hydrogen storage, semikonduktor, superkonduktor, dan lain sebagainya. Logam Tanah Jarang adalah suatu kelompok yang terdiri dari 17 unsur dalam tabel periodik yang terdiri dari 15 unsur grup lantanida ditambah Scandium dan Yttrium. Scandium dan Yttrium dimasukan sebagai rare earth element (REE) karena cenderung hadir dalam deposit yang sama dengan grup lantanida dan memperlihatkan kesamaan sifat sifat kimia (IUPAC, International Union of Pure and Applied Chemistry).

4. Diterapkannya inovasi dan layanan teknologi material komposit

Hingga saat ini sel surya dengan berbahan baku silikon (sel surya generasi pertama) masih merupakan jenis sel surya yang paling banyak diteliti, dikembangkan serta dipasarkan. Hal ini selain dilatarbelakangi oleh mapannya infrastruktur teknologi silikon, didukung juga oleh jumlah cadangan silikon di perut bumi berupa pasir kwarsa yang berlimpah. Walaupun data mengenai sebaran dan konsentrasi mineral silika dalam bentuk pasir kwarsa maupun batuan kwarsit yang memiliki kadar yg berpotensi sebagai bahan baku sel surya masih sangat terbatas, namun prediksi melimpahnya cadangan pasir kwarsa dengan konsentrasi tinggi di Indonesia yang dapat memberi peluang yang besar bagi berkembangnya industri sel surya nasional dapat diterima masuk akal. Oleh


(42)

karenanya, pembangunan Industri PhotoVoltaic (PV) yang didukung oleh kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi sel surya sudah saatnya untuk dipersiapkan bahkan sifatnya sudah sangat mendesak.Selanjutnya, penerapan teknologi pengolahan silikon yang lebih maju, seperti untuk memenuhi kebutuhan komponen elektronik dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi Siemen. Dengan menggunakan teknik ini dapat dihasilkan silikon dengan tingkat keseragaman butir kristal silikon yang tinggi, dan silikon seperti ini dikenal dengan nama mono-kristal silicon. Melalui program riset BPPT ini, diharapkan tercipta kolaborasi antara lembaga akademis, litbang pemerintah dan industri nasional dalam mewujudkan industri bahan baku sel surya nasional.

Indikator Program

1. Jumlah industri yang memproduksi implant bio material

Diharapkan dengan tumbuhnya industri dalam negeri yang memproduksi implant berbasis logam SS316L ini dapat mensubstitusi produk import demi untuk penyelamatan devisa negara untuk pembelanjaan alat kesehatan, khusus nya implant; dan dapat menunjang program asuransi kesehatan berupa BPJS bagi pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

2. Jumlah industri yang memanfaatkan teknologi nano material untuk produk karet dan logam tanah jarang

3. Jumlah industri yang memanfaatkan teknologi material batere padat dan silikon untuk sel surya

4. Jumlah industri yang memanfaatkan teknologi material komposit .


(43)

Gambar 2-1

Alur keterkaitan RPJMN, Renstra, Rencana Kerja (Renja), RKT dan Penetapan Kinerja (PK)

2.3 Program BPPT

Dalam melaksanakan amanat yang terkandung dalam RPJMN dan semangat dari tugas dan fungsi yang diemban, BPPT telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang mempunyai keterkaitan erat dengan program yang diprioritaskan dalam RPJMN.

Untuk dapat memenuhi Tujuan Strategis BPPT, kemudian ditetapkan 6 (enam) Sasaran Strategis, yaitu :

1. Tersusunnya kebijakan dan rencana makro nasional dibidang teknologi.

2. Terselenggaranya pembinaan dan pelayanan administrasi umum dan layanan teknologi yang akuntabel.


(44)

3. Terlaksananya pelayanan inovasi, difusi dan pengembangan kapasitas serta alih teknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan pelayanan publik instansi pemerintah

4. Terlaksananya rekomendasi penerapan teknologi

5. Terlaksananya audit teknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan instansi pemerintah.

6. Terlaksananya koordinasi kegiatan fungsional untuk meningkatkan daya saing industri dan pelayanan publik instansi pemerintah

Pimpinan di Kedeputian TIEM memutuskan bahwa laporan kinerja tingkat eselon I seoptimal mungkin berorientasi outcome (eksternal). Untuk itu maka program kegiatan TIEM hanya mengacu pada Sasaran Strategis 4, 5 dan 6.

2.4 Rencana Kinerja Tahun (RKT) 2015 dan Indikator Kinerja Deputi TIEM Dokumen Penetapan Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja / kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumberdaya yang dimiliki oleh instansi. Adapun fungsi dokumen Penetapan Kinerja selain digunakan sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat top-down juga dijadikan sebagai alat untuk menggabungkan pengukuran kinerja dengan strategi organisasi, KemenPAN dan RB mensyaratkan penambahan dua kolom yaitu: (1) Program dan (2) Anggaran, semula hanya tiga kolom yaitu: (1) Sasaran Strategis, (2) Indikator Kinerja dan (3) Target.


(45)

(46)

(47)

BAB III.

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Pengukuran Kinerja

Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu program atau kegiatan. Rencana program ataupun kegiatan TIEM telah ditetapkan dalam Rencana Strategis BPPT 2015-2019 dan Renstra TIEM-BPPT 2015 – 2015 guna mewujudkan VISI instansi pemerintah. Proses ini dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap target Kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan BPPT dalam pencapaian tujuan dan sasaran strategis.

Pengukuran Kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan tingkat Kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator Kinerja yang telah ditetapkan (Pasal 1 butir 2, Permen PAN No. 09 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah).

Kegiatan-kegiatan yang ada di Kedeputian TIEM untuk tahun anggaran 2013 hanya terkait dengan pemenuhan terhadap 3 (tiga) Sasaran strategis, yaitu Sasasaran strategis (SS 1, SS 2 dan SS 3). Penjelasan terhadap ketiga sasaran strategis dan IKU serta cara pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Sasaran Strategis 1 (SS 1) : Terlaksananya rekomendasi penerapan teknologi yang dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing industri dan atau pelayanan publik instansi pemerintah. Sebagai indikator untuk sasaran ini dipilih jumlah rekomendasi teknologi yang dimanfaatkan pihak industri atau instansi pemerintah.


(48)

Indikator ini memiliki arti yang jelas dan dan tidak multi tafsir (spesifik). Indikator ini jelas bagaimana mengukurnya yaitu dengan melakukan survai (melalui kuesioner) dan menganalisisnya. Dapat dicapai dengan kapasitas dan sumber daya yang ada, menggambarkan hubungan sebab akibat antar indikator Kinerja, serta berguna bagi Pimpinan BPPT untuk mengambil langkah-langkah dalam penerapan teknologi. Target harus bisa tercapai dalam waktu paling lama satu tahun.

Adapun metode yang digunakan untuk pengukuran capaian kinerja ini adalah dengan mendapatkan bukti pengukuran tingkat kesiapan teknologi dengan nilai lebih besar dari 6 dan hasil survai yang merupakan bukti dilaksanakan oleh mitra.

2. Sasaran Strategis 2 (SS 2) : Terlaksananya audit teknologi yang dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing industri dan atau pelayanan publik instansi pemerintah. Sebagai indikator untuk sasaran adalah jumlah rekomendasi hasil audit teknologi yang dimanfaatkan pihak industri atau instansi pemerintah, dengan target 1 (satu) rekomendasi.

Indikator ini memiliki arti yang jelas dan dan tidak multi tafsir (spesifik). Indikator ini jelas bagaimana mengukurnya yaitu dengan melakukan survai (melalui kuesioner) dan menganalisisnya. Dapat dicapai dengan kapasitas dan sumber daya yang ada, menggambarkan hubungan sebab akibat antar indikator Kinerja, serta berguna bagi Pimpinan BPPT untuk mengambil langkah-langkah dalam rangka meningkatkan daya saing industri dan instansi pemerintah.Target harus bisa tercapai dalam waktu paling lama satu tahun. Adapun metode yang digunakan untuk pengukuran capaian kinerja ini adalah dengan mendapatkan bukti hasil survai yang merupakan bukti dilaksanakan oleh mitra.

3. Sasaran Strategis 3 (SS 3) : Terlaksananya pelayanan inovasi, difusi dan pengembangan kapasitas serta alih teknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan atau pelayanan publik instansi pemerintah. Sebagai indikator untuk sasaran ini dipilih Jumlah Piloting Aplikasi Sistem, Layanan Teknologi,


(49)

Pengujian, Konsultasi, Pilot Project, Pilot Plant dan Prototype yang dimanfaatkan mitra.

Indikator ini memiliki arti yang jelas dan dan tidak multi tafsir (spesifik). Indikator ini jelas bagaimana mengukurnya yaitu yaitu dengan melakukan penghitungan atau pengukuran terhadap jumlah layanan yang telah dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh mitra.

Adapun metode yang digunakan untuk pengukuran capaian kinerja ini adalah dengan mendapatkan bukti jumlah layanan yang dimanfaatkan oleh mitra dari aktifitas layanan yang telah diadakan oleh BPPT sebelumnya. Penghitungan nilai prosentase pencapaian kinerja dilakukan sebagai berikut:

Semakin tinggi prosentase capaian kinerja maka semakin tinggi tingkat keberhasilannya.


(50)

1.2. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis 3.2.1 Bidang Material

3.2.1.1 Rekomendasi Inovasi dan Layanan Teknologi Biocompatible

Material untuk Alat Kesehatan

A. Uraian Program

A.1 Uraian Program

a) Uraian pelaksanaan program tahun 2015

UU No. 24/2011 tentang BPJS Kesehatan yang berkewajiban untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), yang menolong pekerja dan keluarganya untuk mengatasi masalah kesehatan mulai dari pencegahan, pemeliharaan kesehatan di klinik medis, rumah sakit dan tindakan penyembuhan pada fungsi organ tubuh dan penanganan masalah kesehatan lainnya secara efektif dan efisien. Kebutuhan nasional alat kesehatan (alkes) implan untuk penyelenggaraan jaminan kesehatan sangat tinggi, seiring meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas, meningkatnya usia harapan hidup manusia Indonesia dan kebutuhan implan karena kerusakan tulang lainnya (penyakit degeneratif). Berdasarkan Kemenkes (2012), belanja total alat kesehatan (alkes) RI mencapai ± Rp. 7 Triliun, dimana kontribusi dari industri manufaktur lokal alkes hanya mencapai ± Rp. 260 M (hanya 4% dari total anggaran belanja alkes). Praktis belanja alkes ± Rp. 6.74 T (sekitar 96% dari total belanja alkes) berasal dari impor. Potensi pasar Alkes di Indonesia: USD 1,700 Million (skenario pembiayaan pemeliharaan kesehatan (health care sebesar 6% dari GDP). Pusat Teknologi Material – BPPT melalui Program Inovasi dan Layanan Biocompaible Material untuk Alat Kesehatan telah berhasil mengembangkan teknik pemaduan (alloying) dan pengecoran (investment casting) untuk memproduksi alat kesehatan implan tulang (bone implant) Stainless Steel 316 L (SS 316L) yang banyak digunakan pada kedokteran orthopaedi dalam pelayanan kesehatan untuk rehabilitasi organ tubuh. Prototipe produk implan tulang SS 316L yang dikembangkan berbasis sumberdaya lokal ini dapat menghemat biaya (cost reduction) 60% sampai dengan 70% dan telah memenuhi


(51)

persyaratan medis kedokteran orthopaedi dan kekuatan mekanik bahan, yaitu Standard ASTM F 138 / ISO 5832-1 dan ASTM A 276. Kegiatan pengembangan implant tulang SS 316L ini diujicoba produksi nya bersama mitra industri PT. Zenith Allmart Precisindo dan mitra pengguna RSU Dr. Soetomo. Disamping itu, kegiatan pengembangan lainnya yang dilakukan adalah perekayasaan prototype alat produksi skala laboratorium fabrikasi material implant bioceramics hydroxiapatite (HA) sebagai bone filler. Uji coba produksi yang dilakukan adalah pembuatan HA berpori (porous HA) untuk pengisi ataupun pengganti tulang. Uji coba penerapan HA untuk kedokteran gigi dilakukan bekerjasama dengan Bagian Dental Material, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia. Hasil perekayasaan biocompatible material ini dapat dijadikan produk implan generik nasional yang efektif untuk pelayanan kesehatan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemandirian bangsa, substitusi impor alkes implan tulang, proses nilai tambah dilakukan didalam negeri dan berbasis sumber daya material lokal.

b) Outcome tahun 2015

(1) Pengembangan teknologi material dan produk prototype Implan S 316L

Kegiatan kerjasama antar tiga mitra, yaitu PTM-BPPT, RSU Dr. Soetomo dan PT. Zenith Allmart Precisindo telah menghasilkan teknologi material untuk produksi implan tulang SS 316L yang telah memenuhi medical grade SS 316L, yaitu standard ASTM F 138 / ISO 5832-1 dan ASTM A 276 dan telah dihasilkan uji coba produksi 3 jenis prototipe implan tulang SS 316L dengan jumlah 500 implan.

(2) Optimisasi Prototipe Alat Produksi Bioceramics Hydroxiapatite (HA) Kegiatan skala laboratorium untuk optimisasi prototype alat produksi HA telah menghasilkan prototype implan HA berpori (porous HA) berbahan baku local batu gamping (limestones) dan kerjasama pengujian untuk aplikasi HA di kedokteran gigi sedang dilakukan


(52)

dengan Bagian Dental Material, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia.

c) Target Akhir

Target Akhir kegiatan ini adalah

Industrialisasi bahan baku material lokal untuk produksi alat kesehatan (alkes) Implan Stainless Steel 316L, Titanium paduan dan implan biokeramik hidroksiapatit (HA) untuk Aplikasi Kedokteran Gigi dan Orthopaedi.

d) Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Peningkatan Outcome

Pelaksanaan kegiatan pengembangan teknologi material alkes implan SS 316L dan implan Titanium paduan pada dasarnya meliputi pengembangan teknik pemaduan bahan logam yang berbasis bahan baku yang tersedia di lokal, pengembangan teknologi produksi implan logam, pengujian sifat mekanis dan struktur mikro pada coupon level dan component product level serta pengujian medis sebagai post marketing test oleh tenaga akhli kedokteran orthopaedi. Sedangkan pelaksanaan kegiatan pengembangan teknologi material alkes implan HA meliputi sintesa material bioceramics HA dan perlakuannya pada prototype alat produksi HA berpori serta pengujian medis (biocompatibility dan citotoxicity) baik in-vivo dan in-vitro. Tahapan peningkatan outcome sampai target outcome akhir kegiatan dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.

e) Rencana Tindak Lanjut Kegiatan Dimasa Yang Akan Datang

Disamping kegiatan yang bersifat teknologi material ini, untuk menunjang keberhasilan masuknya produk implan lokal ke pasar di dalam negeri, maka kegiatan pendampingan teknis untuk izin edar dan sertifikasi serta aplikasi pada e-katalog alkes implan sesuai dengan Peraturan dan Pedoman dari Kementrian Kesehatan merupakan kegiatan yang pendukung yang perlu dilakukan bagi industri alkes dalam negeri. Disamping itu, pendampingan dalam pengembangan standard uji dan standarisasi produk implan merupakan kegiatan teknis


(53)

yang diperlukan dalam kesuksesan pemanfaatan produk implan lokal di Indonesia.

A.2 Tabel Ringkasan

Ringkasan kegiatan Inovasi dan Layanan Teknologi Biocompatible Material untuk Alat Kesehatan dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.1 Ringkasan kegiatan Inovasi dan Layanan Teknologi Biocompatible Material untuk Alat Kesehatan

Sasaran Strategis :

Termanfaatkannya Teknologi Biocompatible Material untuk Industri Alat Kesehatan

Indikator Kinerja Utama (IKU):

Jumlah Pemanfaatan Teknologi Biocompatible Material di Industri untuk Aplikasi pada Kedokteran Orthopaedi dan Kedokteran Gigi

Target : Prototipe Implan Alkes SS 316L dan Pemanfaatan Bioceramics HA

Penjelasan IKU :

Industri yang memanfaatkan hasil pengembangan Teknologi Biocompatible Material untuk Industri Alat Kesehatan

Program/Kegiatan Capaian Kerja Outcome Bukti Pendukung Pengkajian dan

Penerapan Teknologi Material

(Program Inovasi dan

Layanan Teknologi

Biocompatible

Material untuk Alat Kesehatan)

 Teknik pemaduan (alloying) dan pemurnian bahan implan SS 316L

 Analisis struktur mikro

 Teknologi produksi bahan implan SS 316L berbasis bahan baku yang tersedia secara lokal

 Trial mass production (uji produksi masal) 3 (tiga) jenis implan dengan jumlah lima ratus (500) implan untuk menguji konsistensi kualitas dan reproduceability implant tulang

stainless steel 316L di

 Surat Pernyataan PT. Zenith Allmart Precisindo tentang prospek bisnis pengembangan implan stainless steel 316L  Perjanjian Kerjasama

antara PTM-BPPT, RSU Dr. Soetomo dan PT. Zenith Allmart Precisindo tentang Penerapan Uji medis dan Uji Produksi Implan Tulang SS 316L  Draft Final MoU BPPT

dengan PT. Phapros, Tbk.


(54)

dan uji sifat mekanis bahan implan SS 316L merujuk standard ASTM F 138 / ISO 5832-1 dan ASTM A 276.

 Pengembangan

teknologi material dan teknologi produksi investment casting dalam trial mass production di industri  Optimasi prototype

alat produksi biokeramik

hidroksiapatit (HA)

industri mitra PT. Zenith Allmart Precisindo sebagai proof of concept dari teknologi produksi implant yang handal  Dihasilkan prototype implan biokeramik HA dengan menggunakan prototype alat

produksi bioceramics HA

B. Capaian Kinerja Organisasi

Indikator Kinerja Utama: Telah dimanfaatkannya Teknologi Biocompatible Material untuk uji coba produksi masal (trial mass production) tiga buah jenis implant tulang SS316L di Industri untuk Aplikasi di Bidang Kedokteran Orthopaedi dan Kedokteran Gigi, dengan target 1 (satu) industri produsen implan tulang untuk bidang kedokteran orthopaedi dan biokeramik HA untuk bidang kedokteran gigi.

Pemenuhan kriteria indikator kinerja untuk IKU tersebut di atas adalah sebagaimana dapat dilihat pada Table 3.3 berikut.

Tabel 3.2 Pemenuhan kriteria indikator kinerja untuk IKU kegiatan Inovasi dan Layanan Teknologi Biocompatible Material untuk Alat Kesehatan

Kriteria Penjelasan

Spesifik Produk implan tulang stainless steel 316L dibuat dengan teknologi pengecoran investment casting menggunakan dapur induksi di PT. Zenith Allmart Precisindo.

Dapat diukur  3 (tiga) buah prototype implan SS 316L

 1 (satu) prototipe HA porous menggunakan prototype alat produksi biokeramik HA.


(1)

LAKIP TIEM 2015 BAB III 23 4. Realisasi Anggaran

Pagu Anggaran Awal Pagu Anggaran Optimasi (1-n) Pagu Anggaran Akhir Realisasi Penggunaan Anggaran Prosentase Penggunaan Anggaran APBN : 3498.008 Rp. 881.570.000 APBNP : Rp. 11.253.900.000 0 0

Rp. 881.570.000 Rp. 11.253.900.000 Rp. 881.570.000 Rp. 11.251.200.000 100 % 99,97%

Keterangan Optimasi Anggaran (1) :

Prosentase Penggunaan Anggaran : 99,98%

3.7. Perekayasaan Teknologi Baterai Untuk Mobil Listrik.

Baterai merupakan komponen utama untuk mensukseskan pengembangan mobil

listrik nasional. Di masa lalu mobil listrik menggunakan baterai jenis lead-acid yang

mempunyai densitas rendah (± 30 Wh/kg) sehingga diperlukan jumlah baterai yang banyak. Hal ini mengakibatkan berat kendaraan menjadi meningkat yang berimbas pada jangkauan jarak tempuh yang relative dekat. Kegiatan perekayasaan teknologi baterai pada tahun 2015 ini meliputi kajian tentang baterai lithium dan sistem pengisian baterai untuk mobil listrik.

Output dari kegiatan ini adalah diperolehnya pengujian baterai lithium dan protitipe disain sistem pengisian ulang baterai mobil listrik menggunakan energi terbarukan. Untuk mencapai target output tersebut, dilakukan beberapa kegiatan antara lain survey, disain dan pengujian. Survey untuk mendapatkan data teknologi baterai, mobil listrik, dan battery charging. Disain difokuskan pada kapasitas baterai mobil listrik dan battery charging. Pengujian baterai lithium dilakukan di B2TE dengan mengacu pada standard SNI 04-6392-2000 dan IEC 62660-1:2010.


(2)

LAKIP TIEM 2015 BAB III 24 Gb.01 Stasiun Pengisian Mobil Listrik

Gb.02 Fasilitas uji baterai di B2TE

Gb.03 Baterai Pack LiFePO4 dan BMS

Setelah melakukan berbagai kajian dan survey lapangan tentang perekayasaan teknologi baterai untuk mobil listrik dapat disimpulkan bahwa sistem pengisian baterai mobil listrik menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) hybrid


(3)

LAKIP TIEM 2015 BAB III 25 dengan jaringan listrik PLN sebagai energi cadangan, cocok dengan kondisi geografi Indonesia dan menunjang program mobil listrik nasional. Sementara itu, penggunaan dan pengujian baterai lithium secara signifikan dapat meningkatkan kinerja mobil listrik.

Dalam pelaksanaanya, BPPT telah menjajaki kerjasama penelitian dengan beberapa institusi seperti PT. Nipress tbk, PT. PLN (Persero), PT. DSBC dan beberapa universitas di Indonesia (ITS, UNS, dll).

3.1.1.1 Perekayasaan Teknologi Efisiensi Energi Peralatan dan Sistem Energi.

Saat ini perminataan akan energi listrik setiap tahun meningkat, terutama di pusat-pusat kawasan industri dan perkotaan. Tingginya konsumsi energi ini mendorong pemerintah untuk membangun pembangkit baru. Bersamaan dengan itu pemerintah juga mendorong penggunaan energi disisi pengguna secara efisien dan tepat melalui program konservasi energi. Agar program konservasi energi dapat berjalan dengan baik, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi. Untuk itu BPPT mulai tahun 2015 melakukan kegiatan Audit Energi dan Benchmark serta Energy Potential Scan pada Gedung Perkantoran. Adanya aktivitas ini diharapkan pengelola gedung pemerintah maupun BUMN mengambil manfaat serta keuntungan dalam usaha meningkatkan efisiensi dan optimasi penggunaan energi guna menurunkan biaya energi. Beberapa bangunan gedung telah melakukan upaya peningkatan efisiensi energi terutama berkaitan dengan penggantian peralatan dan pengoperasian peralatan. Namun demikian dalam penerapannya masih banyak dijumpai hambatan karena belum dilakukannya audit energi sehingga potensi penghematan energi belum teridentifikasi dengan benar dan penerapan efisiensi energi dilakukan berdasarkan perkiraan saja.

Output dari program ini pada tahun 2015 adalah data konsumsi energi, peralatan teknologi hemat energi, potensi penghematan energi dan benchmark tingkat energi pada gedung perkantoran. Outcome berupa penghematan energi pada gedung perkantoran. Metodologi untuk mencapai target tersebut adalah dengan memfokus kegiatan yaitu pengumpulan data,Survey lapangan, auditenergi, benchmarking ,energi potensial scan,kajian teknologi, identifikasi potensi penghematan dan rekomendasi sistem teknologi energi hemat energi.


(4)

LAKIP TIEM 2015 BAB III 26 Kegiatan audit energi dilakukan pada gedung perkantoran dan kampus pada beberapa lokasi di Indonesia. Dari hasil survei dan audit energi di beberapa gedung seperti Gedung Kantor Gubernur Aceh, Gedung Perkantoran Dinas Terpadu Kota Pontianak, Kantor Bupati Tanah Laut Kalimantan Selatan, Gedung kantor Telkom Surabaya, Gedung Rektorat Universitas Negeri Makassar, Gedung Rektorat Untirta, danKampus UII didapatkan data profil penggunaan energi. Hasilan alisis menunjukkan bahwa Indeks energi pada gedung perkantoran berada pada rentang 80 kWh/m2/tahun s.d 150 kWh/m2/tahun. Sedangkan untuk gedung perkantoran di Kampus berada pada rentang 90 kWh/m2/tahun s.d 178 kWh/m2/tahun. Adanya variasi besar ini disebabkan oleh perbedaan aktivitas dan akupansi gedung, jenis bangunan, beban-beban peralatan listrik pada gedung, kesadaran penghuni gedung dan managemen pengaturan penggunaan energi pada gedung yang disurvei. Ada beberapa potensi penghematan yang dapat diperoleh yaitu :pengaturan pengoperasian peralatan listrik, penigkatan kesadaran penguhi gedung, dan pemanfaatan teknologi peralatan hema tenergi. Potensi penghematan yang dapat diperoleh sekitar 4% s.d 6,5%.


(5)

LAKIP TIEM 2015 BAB III 27 Gb. 05. Contoh Profil Penggunaan energi pada Gedung Rektorat UNM.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini, BPPT bekerjasama dengan beberapa pengelolah gedung di daerah. Beberapa kantor Gubernur dan Bupati serta gedung raktorat bisa menjadi potensi untuk bekerjasama dalam rangka untuk mengetahui performance dan potensi penghematan energi gedung mereka.


(6)

LAKIP TIEM TAHUN 2015 Bab IV -1

BAB IV

PENUTUP

Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Kedeputian TIEM mengacu pada penetapan kinerja deputy Tiem 2015 dapat dipenuhi kesemuanya yaitu :

1. Jumlah industri TIK pendukung E-service Berbasis KTP El. Multi Guna telah tercapai dengan dimanfaatkan untuk E-pemilu beberapa lokasi

2. Jumlah Inovasi Pada PLTP Skala Kecil telah tercapai dengan selesainya di

bangunnya PLTP 3 MW di Kamojng.

3. Jumlah demo plant EBT sebagai wisata Edukasi EBT telah tercapai dengan

dibangunnya Baron Tekno Park.

4. Jumlah industri yang memakai implant biomaterial telah tercapai dengan implant yang telah diproduksinya implant oleh PT Zenith

Secara umum dapat disimpulkan bahwa kinerja Kedeputian TIEM untuk TA. 2015 termasuk Sangat Baik, karena sebagian besar nilai capaian kinerjanya mencapai 100%.