LAKIP TIEM BPPT 2016 LAKIP TIEM 2016

(1)

LAPORAN

AKUNTABILITAS KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH

TAHUN 2016

DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI,

ENERGI, DAN MATERIAL

(DEPUTI BIDANG TIEM)

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

(BPPT)


(2)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 i

KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, Puji syukur kami kehadhirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya-Nya, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM) Tahun Anggaran 2016 dapat kami selesaikan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri PAN dan RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah maka setiap Instansi Pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, diwajibkan untuk menyusun laporan kinerjanya. Laporan Kinerja dimaksud merupakan salah satu dari enam komponen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP).

Laporan Akuntabilitas kinerja ini, terdiri atas 4 bagian yaitu:

BAB I. Menjelaskan tentang latar belakang kedudukan, tugas dan fungsi serta kewenangan. Selain itu juga memberikan informasi tentang struktur organisasi dan rincian sumberdaya manusia Deputi Bidang TIEM.

BAB II. Berisi tentang landasan aturan dan perundang-undangan, Visi dan Misi serta Rencana Strategis dari Deputi Bidang TIEM. Dalam Bab ini juga disampaikan mengenai Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja dari Deputi Bidang TIEM.

BAB III. Adalah merupakan inti dari laporan ini. Di dalam Bab ini dijelaskan tentang capaian kinerja Deputi Bidang TIEM dan realisasi anggarannya.

BAB IV. Merupakan penutup.

Menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja Deputi Bidang TIEM serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya.


(3)

(4)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Hal - iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN I - 1

1.1. Latar Belakang Organisasi I - 1

1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi I - 7

1.2.1 Kedudukan I - 7

1.2.2 Tugas I - 7

1.2.3 Fungsi I - 7

1.3. Struktur Organisasi I - 8

1.4. Sumber Daya Manusia I - 9

1.5. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama I - 9

1.5.1 Bidang Teknologi Informasi I - 10

1.5.2 Bidang Teknologi Energi I - 13

1.5.3 Bidang Teknologi Material I - 15

1.6 Sistematika Penyajian Laporan I - 16

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA II - 17

2.1. Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional II - 17

2.2. Renstra Deputi Bidang TIEM Tahun 2015-2019 II - 22

2.3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Perjanjian Kinerja Deputi Bidang TIEM Tahun 2016

II - 47

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III - 49

3.1. Pengukuran Kinerja

3.1.1 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 1 3.1.2 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 2

III - 49 III - 52 III - 93

3.2. Realisasi Anggaran III - 102

BAB IV PENUTUP IV - 103


(5)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Organisasi

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang berada dibawah koordinasi Menteri Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, mempunyai tugas melaksanakan pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi.

BPPT bermula dari gagasan mantan Presiden Republik Indonesia, Soeharto, kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28 Januari 1974, bahwa sejak memasuki tahap kedua pembangunan jangka panjang sudah sangat diperlukan suatu lembaga tingkat pusat untuk mendampingi BAPPENAS. Jika BAPPENAS memberikan pertimbangan secara makro ekonomi, maka BPPT memberikan pertimbangan secara mikro ekonomi dari segala bentuk kegiatan pembangunan. Tugas BPPT adalah memilih, mengkaji dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat dan berguna untuk pembangunan industri.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada awalnya adalah

merupakan salah satu divisi yang berada dibawah Pertamina. BPPT atau

dikenal juga dengan Divisi Advanced Technology Pertamina (ATP),

didirikan pada tahun 1976. Melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 25 tahun

1978, BPPT dibentuk sebagai Lembaga Pemerintah non Departemen (LPND) dan berada dibawah serta bertanggungjawab langsung kepada Presiden.

Selama 25 tahun berjalan Jabatan Kepala BPPT di rangkap oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi (RISTEK). Dalam kurun waktu tersebut BPPT telah


(6)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -2

melakukan perubahan struktur organisasi sesuai dengan tuntutan kebutuhan internal maupun eksternal. Dengan diterbitkannya Surat Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2006, tentang pengangkatan Kepala BPPT, secara otomatis Kepala BPPT resmi terpisah dengan Menteri Negara Riset dan Teknologi.

Sejak tahun 1978, BPPT telah mengalami beberapa kali penggantian Kepemimpinan, yaitu :

1. Prof.Dr.-Ing. B.J. Habibie 1978 - 1998

2. Prof.Dr.Ir. Rahadi Ramelan 1998 - 1998

3. Prof.Dr.Ir. Zuhal, MSEE 1998 - 1999

4. Dr. A.S. Hikam 1999 - 2001

5. Ir. M. Hatta Rajasa 2001 - 2004

6. Dr. Kusmayanto Kadiman 2004 - 2006

7. Prof. Ir. Said D. Jenie, Sc.D. 2006 - 2008

8. Dr.Ir. Marzan A. Iskandar 2008 – 2014

9. Dr. Unggul Priyanto 2014 –……...

Di dalam Keppres 25/ 1978, Organisasi BPPT terdiri dari

1. Kepala

2. Wakil Kepala

3. Sekretaris

4. Direktur Sarana Teknologi

5. Direktur Sistem analisa

6. Direktur Pengembangan Kekayaan Alam

7. Direktur Pengkajian Ilmu Dasar dan Terapan

8. Direktur Pengembangan Teknologi

9. Direktur Pengkajian Industri

10.Unit Pelaksana Teknis

Mengacu pada Keppres 25/ 1978, Direktorat Pengembangan Teknologi


(7)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -3

Pengembangan Teknologi pada 1978 – 1982 ditunjuk Ir. Harsono Djuned

Pusponegoro.

Selanjutnya melalui Keppres 31/ 1982, Direktorat Pengembangan Teknologi

mengalami metamorfosa menjadi Deputi Bidang Pengembangan Teknologi (Bangtek). Kedeputian tersebut terdiri atas 5 unit direktorat yakni 1). Direktorat Pengkajian Teknologi Pemukiman dan Lingkungan Hidup, 2). Direktorat Pengkajian Teknologi Proses Industri, 3). Direktorat Pengkajian Teknologi Konversi dan Konservasi Energi dan 4). Direktorat Pengkajian Teknologi Elektronika dan Informatika serta 5). Direktorat Pembinaan Sarana Fisik dan Laboratorium. Pada masa tersebut Kedeputian Bidang Pengembangan Teknologi telah mengalami 3 (tiga) kali periode penggantian pimpinan (Deputi), yaitu :

1. Ir. Harsono Djuned Puponegoro (1982 – 1986)

2. Prof. Dr. Ir. Harsono Wiryosumarto (1986 – 1991)

3. Prof. Dr. Ir. Harijono Djojodihardjo (1991 – 1998)

Pada tahun 1998, BPPT melakukan reorganisasi dengan mengganti nama Kedeputian Bidang Pengembangan Teknologi (Bangtek) menjadi Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material. Reorganisasi tersebut

tertuang di dalam Keppres 117/ 1998. Di dalam Keppres tersebut Kedeputian

Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM), terdiri atas 4 (empat) direktorat yang didukung oleh beberapat Unit Pelaksana Teknis (UPT). Unit-unit yang berada di bawah kedeputian tersebut adalah :

1. Direktorat Teknologi Informasi dan Elektronika

2. Direktorat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi

3. Direktorat Teknologi Material


(8)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -4

Sebagai pejabat pimpinan / Deputi pada masa tersebut adalah Dr. Ir. Ashwin

Sasongko Sastrosubroto, MSc. (1998 – 2000)

Pada tahun 2000, Presiden RI menerbitkan Keppres 178/ 2000 yang

merupakan penyempurnaan atas Keppres mengenai organisasi BPPT sebelumnya. Pada Masa tersebut sebagai pejabat pimpinan Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material, adalah :

1. Dr. Rachmad Mulyadi (2000- 2002)

2. Dr. Ir. Martin Djamin, MSc. 2002 – 2005

3. Dr. Ir. Marzan Azis Iskandar 2005- 2009

Pada tahun 2006, BPPT melakukan reorganisasi yang bersifat internal melalui regrouping dan refocusing terhadap bidang-bidang teknologi pada unit eselon 2 (setingkat direktorat). Perubahan internal BPPT tersebut tertuang di dalam

Keputusan Kepala BPPT Nomor: BPPT 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006. Untuk selanjutnya Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material

terdiri atas 4 (empat) unit eselon 2 yang berupa “pusat” dan didukung oleh

balai-balai. Unit-unit yang berada dibawah Kedeputian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)

2. Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE)

3. Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE)

4. Pusat Teknologi Material (PTM)

5. Balai Jaringan IPTEKNET

6. Balai Besar Teknologi Energi ( B2TE )

7. Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi ( BRDST )

8. Balai Pengkajian Teknologi Polimer ( BPTP )

9. Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik


(9)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -5

Sebagai pejabat pimpinan/ Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan

Material adalah Dr. Ir. Unggul Priyanto, MSc. (2010 – 2014). Pada periode

2014 – sekarang deputi dijabat oleh Dr. Ir. Hammam Riza, MSc.

Reorganisasi terakhir dilakukan tahun 2015, dengan melakukan perubahan struktur, penggabungan dan penyesuaian nama-nama unit kerja yang disahkan melalui Peraturan Kepala BPPT No 009 tahun 2015 Tetang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Melalui reorganisasi tersebut yang efektif diberlakukan per Januari 2016, maka Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material (TIEM) terdiri dari:

a. Pusat Teknologi Elektronika (PTE) - mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi elektronika ;

b. Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia (PTSEIK) - mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi pengembangan sumber daya energi dan industri kimia;

c. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) – mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi informasi dan komunikasi; dan

d. Pusat Teknologi Material (PTM) - mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi material.

Selain itu, sesuai Peraturan Kepala Nomor 12 Tahun 2015 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Balai Besar Teknologi Konversi Energi, bahwa Balai Besar

Teknologi Konversi Energi (B2TKE) merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material. B2TKE mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelayanan teknologi konversi energi. Dengan demikian Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material, membawahi 5 pejabat setingkat Eselon II, yaitu 4 orang Direktur


(10)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -6

Pusat juga 1 orang Kepala Balai Besar. Sedangkan Balai setingkat eselon III berada dibawah koordinasi dan bertanggungjawab kepada Kepala Pusat yang terkait.

Adapun Balai setingkat eselon III yang ada dalam kedeputian TIEM adalah :

1. Balai Teknologi Polimer (BTP) merupakan unit pelaksana teknis di

lingkungan BPPT yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Pusat Teknologi Material, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material. (Peraturan Kepala Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Teknologi Polimer).

2. Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi (BJIK) merupakan unit pelaksana

teknis di lingkungan BPPT yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material. (Peraturan Kepala Nomor 21 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi).

3. Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Disain (BTBRD) merupakan unit

pelaksana teknis di lingkungan BPPT yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Pusat Teknologi Sumberdaya Energi dan Industri Kimia, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material. (Peraturan Kepala Nomor 22 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Disain)

Tidak hanya organisasi yang diubah, pola penganggaran dan penyusunan program dan kegiatan juga disesuaikan. Melalui kebijakan Kepala BPPT, sejak tahun anggaran 2016 semua kegiatan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dilaksanakan oleh Pusat dengan dukungan dari Balai yang bertanggungjawab kepada Direktur Pusat.


(11)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -7 1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Kepala BPPT Nomor 009 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT.

1.2.1. Kedudukan

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, yang selanjutnya dalam peraturan ini disebut BPPT, adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang riset dan teknologi. BPPT dipimpin oleh Kepala. Sedangkan Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM) adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BPPT di bidang teknologi informasi, energi, dan material, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala. Deputi Bidang TIEM dipimpin oleh Deputi.

1.2.2. Tugas Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material

Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi informasi, energi, dan material .

1.2.3. Fungsi Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material

Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material menyelenggarakan fungsi:

a) Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang Pengkajian dan

penerapan teknologi informasi, energi, dan material;

b) Pelaksanaan kegiatan teknologi elektronika, teknologi sumber daya

energi dan industri kimia, teknologi informasi dan komunikasi, serta teknologi material;

c) Pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang Pengkajian dan


(12)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -8

d) Pembinaan dan pemberian bimbingan di bidang pengkajian dan

penerapan teknologi informasi, energi, dan material; dan

e) Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Kepala.

1.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi TIEM sesuai dengan SK Kepala BPPT Nomor 009 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT, adalah sebagaimana dalam kotak hijau, sebagai berikut :


(13)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -9 1.4. Sumber Daya Manusia

Deputi Bidang TIEM di dukung oleh sumberdaya manusia sejumlah 549 orang dengan berbagai latar belakang pendidikan mulai dari SLTA sampai S3. Sebaran berdasarkan pendidikan adalah S3 60 orang, S2 166 orang, S1 272 orang, Diploma 4 orang dan SLTA berjumlah 47 orang.

PENDIDIKAN

Berdasarkan fungsional yang ditempati, SDM TIEM juga menduduki berbagai jabatan fungsional dengan yang terdiri dari mayoritas perekayasa, sebagaian kecil peneliti, arsiparis berbagai level, litkayasa berbagai level, pranata humas dan lainnya. Sedangkan sisanya yang lain merupakan fungsional umum.

1.5. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merupakan salah satu lembaga pemerintah yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional karena dapat berperan penting dalam perkembangan teknologi di Indonesia, BPPT memiliki peran sebagai entry point hasil karya teknologi asli Indonesia untuk dapat dikaji untuk kemudian dapat


(14)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -10

diterapkan di dalam kegiatan perekonomian Indonesia dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

BPPT juga dapat menjadi salah satu ujung tombak penyampai hasil karya penelitian, pengembangan dan perekayasaan di bidang teknologi ke dunia industri ataupun ke masyarakat umum yang memiliki kepentingan terhadap berbagai hasil penelitian, pengembangan dan perekayasaan yang dihasilkan oleh para peneliti dan perekayasa Indonesia.

Kebutuhan akan teknologi yang dinilai makin hari makin tinggi dan juga dengan adanya tuntutan kemajuan teknologi yang terkini, menyebabkan keberadaann BPPT sangat diperlukan dan penting adanya. BPPT diharapkan mampu memberikan peran yang nyata dalam pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan nasional. Program-program yang dimiliki oleh BPPT sebagai kebijakan institusi mandiri maupun program-program kebijakan lintas kementerian/lembaga, diharapkan mampu menjadi faktor pendorong bagi peningkatan perekonomian negara, terutama kebijakan program yang bersentuhan dengan dunia industri.

Beberapa aspek strategis dan permasalahan utama yang mendasari pelaksanaan kegiatan/program BPPT pada tahun 2016, khususnya pada Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material, antara lain adalah:

1.5.1 Bidang Teknologi Informasi

Perekonomian dunia saat ini sedang mengarah pada digital ekonomi dimana teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang didukung dengan teknologi elektronika (TE) akan banyak berperan dalam business dan pemerintahan baik

sebagai “enabler” model bisnis baru maupun sebagai “tools” dalam meningkatkan efisiensi. Indonesia terus mempersiapkan diri baik dari sisi suprastruktur (peraturan) dengan UU 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.


(15)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -11

Dalam Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015 - 2019, khususnya mengacu pada Buku I RPJMN 2015-2019, bahwa peningkatan kapasitas Inovasi dan Teknologi yang bertujuan untuk mendukung peningkatan daya saing sektor produksi barang dan jasa, penyelenggaraan litbang (riset) di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) difokuskan pada:

• Pengembangan infrastruktur TIK, khususnya IT security

• Pengembangan sistem dan framework/platform perangkat lunak berbasis

Open source khususnya industri TIK pendukung Government dan e-Business.

Implementasi TIK dalam pemerintahan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan proses bisnis pemerintahan dan meningkatkan kualitas layanan pemerintah kepada masyarakat. Implementasi e-pemerintahan menjadi tantangan tersendiri dengan begitu banyaknya layanan masyarakat yang harus disediakan oleh berbagai institusi pemerintahan. Dalam UU 23/2006 yang diperbarui dengan UU 24/2013 disebutkan bahwa pelayanan publik harus menggunakan Nomor Identitas Kependudukan (NIK) yang dikelola oleh Kementrian Dalam Negeri. Sehingga dalam penjelasan Undang-undang tersebut pada pasal 64 ayat 6 disebutkan bahwa KTP-El yang didalamnya tertera NIK seorang penduduk akan ditingkatkan secara bertahap menjadi KTP-El multi-guna.

Untuk mempersiapkan penggunaan KTP-El multi-guna inilah maka Deputi

Bidang TIEM – BPPT melaksanakan Program Pengkajian dan Penerapan

Teknologi yang meliputi beberapa aspek secara horisontal maupun vertikal. Secara horisontal, kajian dilakukan harus meliputi masalah keamanan informasi, kajian ketunggalan seseorang melalui teknologi biometrik, kajian pertukaran data antar instansi pemerintah, kajian teknologi komputasi awan, sedangkan secara vertikal kajian dilakukan sesuai dengan kaidah perekayasaan pemanfaatan KTP-El multiguna di berbagai bidang seperti


(16)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -12

demokrasi (e-Pemilu), kesehatan (e-health), pendidikan (kartu Indonesia Pintar). Tahapan perekayasaan tersebut meliputi, pendefinisian ruang lingkup,

Design-Requirement and Objective (DrnO), pembuatan prototipe, proof of

concept , pembuatan pilot model, uji coba dalam lingkungan sebenarnya, pembuatan rekomendasi untuk kementerian teknis dan alih-teknologi pada industri nasional.

Lebih lanjut dalam Buku I RPJMN 2015-2019, penyelenggaraan litbang (riset) di bidang Teknologi Elektronika (TE) difokuskan pada pembangunan kesehatan khususnya pelaksanaan program Indonesia Sehat, dan membangun Konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan. Oleh

karenanya, program Deputi Bidang TIEM yang lainnya adalah

mengembangkan Inovasi Sistem Elektronika Navigasi untuk Keselamatan Transportasi. Hal ini dilakukan mengingat Indonesia sebagai bagian dari jalur

penerbangan sipil internasional dan anggota International Civil Aviation

Organization (ICAO), Indonesia terikat dengan peraturan internasional tentang penerbangan sipil. Peraturan ini menyangkut keselamatan dan keamanan penerbangan dimana di dalamnya tercakup masalah Komunikasi, Navigasi dan Pengawasan penerbangan serta Manajemen Lalu-lintas Udara. Selain itu, Undang-undang No 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dinyatakan bahwa Navigasi penerbangan menjadi satu bagian yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pelayanan penerbangan yang baik. Mengingat penting dan strategisnya aspek keselamatan dan keamanan penerbangan, maka Deputi TIEM melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan inovasi dibidang teknologi informasi dan komunikasi untuk keselamatan transportasi dan komponen Sertifikasi Automatic Dependent Surveilance Broadcast (ADS-B).


(17)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -13

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, pada buku 2 dinyatakan bahwa e-Services belum merata sehingga diarahkan untuk segera melakukan inovasi pelayanan publik dan menumbuhkan budaya pelayanan yang bermutu. Program ini mempunyai peluang yang pasti dengan dukungan UU Nomor 25 tahun 2010 tentang Pelayanan publik dimana setiap badan publik wajib mempunyai sistem informasi pelayanan publik dan memberikan pelayanan publik baik secara manual dan elektronik. Oleh karena itu Deputi Bidang TIEM juga melaksanakan program untuk menghasilkan inovasi di bidang komputasi cerdas dan memberikan layanan teknologi penyelenggaraan sistem elektronik untuk e-Services. Kompetensi teknis yang digali dan dikembangkan di laboratorium Intelligent Computing meliputi antara lain teknologi pemrosesan bahasa alami, text-to-speech synthesizer, speech recognition, statistical machine translation, multimodal biometrics, signal processing, medical image processing dan datamining.

Kegiatan – kegiatan ini dilaksanakan bersama para stake-holder institusi

pemerintah seperti kementerian teknis, lembaga pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan industri nasional.

1.5.2 Bidang Teknologi Energi

Kebijakan energi utama nasional adalah dengan melakukan diversifikasi energi dan konservasi energi nasional. Konservasi energi nasional dilakukan dengan berbagai usaha antara lain melakukan sosialisasi hemat energi, penerapan teknologi hemat energi dan penerapan manajemen energi. Salah satu teknologi penghemat energi yang mempunyai berbagai keunggulan teknis adalah teknologi kogenerasi. Teknologi ini mampu memproduksi listrik dan energi thermal secara serentak sehingga lebih efisien. Efisiensi thermal yang diperoleh dengan sistem kogenerasi bisa mencapai 80%. Dengan efisiensi


(18)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -14

yang tinggi tersebut maka penerapan teknologi kogenerasi juga berdampak terhadap pengurangan emisi CO2 ke lingkungan.

Dalam rangka pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya energi panas bumi perlu dikembangkan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan nasional dalam menyiapkan teknologinya. Untuk itu Deputi Bidang TIEM melakukan pengembangan teknologi PLTP skala kecil.

Untuk peningkatan pemanfaatan energi terbarukan BPPT khususnya Deputi Bidang TIEM menyiapkan taman Tekno energi terbarukan yang bisa dipakai dalam rangka pengembangan dan juga sarana untuk melakukan difusi teknologi.

Penyediaan bahan bakar transportasi dan industri serta penyediaan tenaga listrik menjadi isu penting. Untuk itu penyediaan teknologi bahan bakar dan kelistrikan yang efisien, handal dan ramah lingkungan menjadi sebuah kebutuhan dalam rangka meningkatkan daya saing industri dan kemandirian nasional.

Bahan Bakar Minyak (BBM) memegang peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan energi domestik yang selalu meningkat setiap tahunnya. Konsumsi total BBM nasional masih dominan yaitu sekitar 50% dari total bauran energi (energi mix), kebutuhan minyak solar di dalam negeri mencapai 30 juta KL. Sekitar 50% dari kebutuhan solar tersebut masih diimpor. Konsumsi BBM Indonesia yang terus meningkat juga berarti akan meningkatkan impor BBM Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan bkonservasi dan diversifikasi energi diantaranya dengan melakukan upaya pengembangan industri dan penggunaan energi alternatif seperti seperti Bahan Bakar Nabati (BBN) seperti biodiesel.

Pengembangan biodiesel sebagai energi alternatif pengganti BBM akan sangat membantu dalam mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi khususnya solar di Indonesia. Melihat potensi atau kebutuhan domestik yang cukup besar dan pangsa pasar dunia yang juga sangat besar, maka


(19)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -15

pengembangan industri biodiesel di Indonesia sangat potensial.

Pengembangan biodiesel merupakan bagian dalam rencana energi mix tahun

2025. Pemerintah telah mengeluarkan perangkat kebijakan untuk

pengembangan biofuel seperti Perpres No.5 tahun 2006 mengenai kebijakan energi nasional dan Inpres No 1 tahun 2006 dalam rangka percepatan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi alternatif ini.

1.5.3 Bidang Teknologi Material

Undang-undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mulai berlaku 1 Januari 2014. BPJS kesehatan merupaka upaya Pemerintah dalam menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi masyarakat. Alat kesehatan merupakan alat utama yang dibutuhkan, disamping pelayanan kesehatan dan obat-obatan, yang harus dapat dijamin sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan.

Kebutuhan nasional alat kesehatan (alkes), tidak terkecuali implan untuk penyelenggaraan jaminan kesehatan sangat tinggi, seiring meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas, meningkatnya usia harapan hidup manusia Indonesia dan kebutuhan implan karena kerusakan tulang lainnya (penyakit degeneratif). Hal ini tercermin, lebih dari 90% produk alat kesehatan merupakan barang impor. Sementara itu dari produk alat kesehatan lokal yang ada, sebagian besar bahan bakunya pun sangat bergantung pada impor. Industri alat kesehatan dalam negeri baru mampu menghasilkan produk teknologi sederhana dan sedang.

Sehubungan dengan hal tersebut, Deputi Bidang TIEM melalui program inovasi dan layanan biocompaible material untuk alat kesehatan dalam tahun 2016 berupaya untuk mengembangkan material dan produk alat kesehatan berupa implan lokal, yang berkualitas dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang tinggi dan harga yang relatif murah serta sesuai dengan anatomi tulang orang Indonesia.


(20)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -16

Kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan material dan produk alat kesehatan tersebut adalah mengembangkan teknik pemaduan (alloying) dan pengecoran (investment casting) untuk memproduksi alat kesehatan implan tulang (bone implant) Stainless Steel 316 L (SS 316L) yang banyak digunakan pada kedokteran orthopaedi dalam pelayanan kesehatan untuk rehabilitasi organ tubuh.

Prototipe produk implan tulang SS 316L yang dikembangkan berbasis sumberdaya lokal ini dapat menghemat biaya (cost reduction) 60% sampai dengan 70% dan telah memenuhi persyaratan medis kedokteran orthopaedi dan kekuatan mekanik bahan, yaitu Standard ASTM F 138 dan ISO 5832-1.

1.6. Sistematika Penyajian Laporan

LAKIP Deputi Bidang TIEM - BPPT Tahun 2016 berisi 4 Bab yaitu: Bab I. Pendahuluan

Berisi latar belakang, kedudukan tugas, fungsi dan kewenangan, Organisasi dan Sumberdaya Manusia.

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Berisi Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional, Renstra BPPT Tahun 2015-2019, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016, dan Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2016.

Bab III. Akuntabilitas Kinerja

Berisi Sasaran Strategis, Pengukuran Kinerja, Pengungkapan dan Penyajian Hasil Pengukuran dan Akuntabilitas Keuangan.


(21)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 17

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJINAN KINERJA

2.1. Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional 1. Pancasila

Sebagai Dasar Negara dan Ideologi Nasional serta falsafah / pandangan hidup bangsa, Pancasila secara konsepsional mengandung nilai-nilai Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Persatuan dan Kesatuan dalam semangat kekeluargaan dan kebersamaan yang harmonis serta untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut menjadi landasan idiil yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman pada saat ini dan masa mendatang

khususnya dalam mendorong pembangunan Iptek nasional.

2. UUD 1945

UUD 1945 mengamanatkan:

a) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia (Pasal 31 ayat (5));

b) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari iptek, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan kesejahteraan umat manusia (Pasal 28 c ayat (1)).

Nilai-nilai dalam butir UUD-1945 digunakan sebagai landasan konstitusional dan dasar hukum dalam menyusun konsepsi pembangunan Iptek nasional

3. UU Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan (Sisnas P3) Iptek


(22)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 18

Undang-undang No.18/2002 menjelaskan mengenai Sisnas P3 Iptek; memberikan landasan hukum; mengamanatkan penyusunan Jakstranas; mendorong tumbuhnya Sisnas P3 Iptek; dan mengikat semua pihak, pemerintah pusat, pemda, dan masyarakat untuk berperan aktif. Nilai-nilai dalam UU. No.18/2002 ini menjadi landasan konsepsional pembangunan Iptek nasional

4. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025

Dalam RPJPN disebutkan bahwa pembangunan iptek diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan dasar maupun terapan, dan mengembangkan ilmu sosial dan humaniora, serta untuk menghasilkan teknologi dan memanfaatkan teknologi hasil penelitian.

Pengembangan, dan perekayasaan bagi kesejahteraan masyarakat,

kemandirian, dan daya saing bangsa melalui peningkatan kemampuan dan kapasitas iptek senantiasa berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai etika, kearifan lokal, serta memerhatikan sumber daya dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; penyediaan teknologi transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan, dan teknologi kesehatan; pengembangan teknologi material maju; serta peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor produksi.

5. Perpres Nomor 2 Tahun 2015 RPJMN 2015-2019 RENCANA

PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019

Dalam Bab IV RPJMN 2015-2019 tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dinyatakan bahwa kebijakan Iptek diarahkan kepada :

a) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan litbang dan


(23)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 19

menjadi prototip laboratorium, kemudian menuju prototip industri sampai menghasilkan produk komersial (penguatan sistem inovasi nasional);

b) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya iptek untuk

menghasilkan produktivitas litbang yang berdayaguna bagi sektor produksi dan meningkatkan budaya inovasi serta kreativitas nasional;

c) mengembangkan dan memperkuat jejaring kelembagaan baik peneliti

di lingkup nasional maupun internasional untuk mendukung peningkatan produktivitas litbang dan peningkatan pendayagunaan litbang nasional;

d) meningkatkan kreativitas dan produktivitas litbang untuk ketersediaan

teknologi yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat serta menumbuhkan budaya kreativitas masyarakat

e) meningkatkan pendayagunaan iptek dalam sektor produksi untuk

peningkatan perekonomian nasional dan penghargaan terhadap iptek dalam negeri

6. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Bidang Iptek dalam RPJMN 2015-2019

Sesuai dengan TUPOKSI, BPPT ditugaskan untuk menjalankan tugas pemerintah di bidang pengkajian dan penerapan teknologi. Dari sebelas program diatas, pembangunan bidang Iptek ditugaskan untuk untuk mendukung 6 (enam) program Prioritas Nasional. Secara ringkas di dalam

UUD 45 amandemen ke 4 menegaskan bahwa “Pemerintah memajukan Iptek

dengan menjunjung tinggi agama dan persatuan bangsa untuk memajukan

peradaban dan kesejahteraan manusia” Namun demikian pembangunan IPTEK akan dapat memberikan kontribusi nyata bila produk yang dihasilkan dapat didayagunakan dan menjadi solusi permasalahan. Untuk itu diperlukan suatu perumusan terhadap arah dan strategi di dalam pembangunan bidang IPTEK.


(24)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 20

Stategi pembangunan di Bidang IPTEK dilaksanakan melalui 2 (dua) prioritas pembangunan, yaitu:

a) Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN), yang berfungsi sebagai wahana pembangunan IPTEK menuju visi pembangunan IPTEK dalam jangka panjang.

b) Penguatan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK (P3 IPTEK) yang dilaksanakan sesuai dengan arah yang digariskan dalam RPJPN 2005 -2025.

Dalam unsur SIN terdiri atas 3 (tiga) fokus pembangunan sebagai berikut :

a) Kelembagaan Iptek (menguatnya kelembagaan Iptek): Perguruan

Tinggi, Lembaga Litbang, dan Badan Usaha.

b) Sumberdaya Iptek (menguatnya Sumberdaya Iptek) : terdiri atas

keahlian, kompetensi dan pengoperasannya, kekayaan inteletual, dan

sarpras iptek, dimana masing-masing bertanggung jawab

meningkatkan terus menerus daya guna dan nilai guna sumberdaya.

c) Jaringan Iptek (menguatnya Janginran Iptek) : membentuk jalinan

hubungan interaktif yang memadukan unsur-unsur kelembagaan iptek untuk menghasilkan kinerja dan manfaat yang lebih besar dari keseluruhan yang dapat dihasilkan.

Dalam unsur penguatan P3 Iptek fokus pembangunan dijabarkan dalam bentuk gugus (cluster) pusat-pusat litbang yang setingkat dengan eselon II, yaitu sebagai berikut :

a) Biologi Molekuler, Bioteknologi, dan Kedokteran

b) Ilmu Pengetahuan Alam

c) Energi, Energi Baru dan Terbarukan

d) Material Industri dan Material Maju.

e) Industri, Rancang bangun, dan Rekayasa.


(25)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 21

g) Ilmu Kebumian dan Perubahan Iklim.

h) Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemasyarakatan.

i) Ketenaganukliran dan Pengawasannya.

j) Penerbangan dan Antariksa.

k) Gambar Fokus Pembangunan Iptek

Berdasarkan RPJMN 2015-2019, program di BPPT terdiri dari Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dan Program Generik.

1. Program PPT

Berisi kegiatan-kegiatan untuk melakukan pelayanan eksternal BPPT dan bersifat teknis sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BPPT, Unit Oganisasi/ Eselon I, dan Unit Kerja/Satker di lingkungan BPPT. Program teknis BPPT hanya 1 (satu) program yaitu Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

2. Program Generik

Berisi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pelayanan internal dalam rangka peningkatan pelayanan eksternal. Program generik ini terdapat 2 (dua) program, yaitu:

a. Program Dukungan dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPPT

b. Program Peningkatan Sarana da Prasarana Aparatur BPPT.

Di dalam pembahasan AKIP BPPT, evaluasi dan penilaian dilakukan berdasarkan performance dari fokus program. Untuk tujuan fokus di BPPT ditetapkan 10 fokus program yang merupakan bagian program PPT dan Generik.

Pembahasan AKIP Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM), dilakukan dengan mengelompokkan kegiatan yang sejenis kedalam


(26)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 22

kelompok bidang. Kelompok Bidang tersebut adalah Bidang Teknologi Informasi, Bidang Teknologi Energi dan Bidang Teknologi Material.

Performance kegiatan program Bidang Teknologi Informasi di dasarkan dari capaian Unit Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) dan Pusat Teknologi Elektronika (PTE). Performance kegiatan program Bidang Teknologi Energi di dasarkan dari capaian Unit Pusat Teknologi Sumberdaya Energi dan Industri Kimia (PTSEIK), dan Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE). Sedangkan performance kegiatan program Bidang Teknologi Material di dasarkan dari capaian Pusat Teknologi Material (PTM).

2.2. Renstra Deputi Bidang TIEM Tahun 2015-2019

Secara khusus di dalam RPJPN 2005-2025 menyatakan bahwa penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) difokuskan pada 7 (tujuh) bidang prioritas, yaitu : (i) pembangunan ketahanan

pangan, (ii) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan

terbarukan (iii) pembangunan teknologi transportasi, (iv) penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, (v) pengembangan teknologi pertahanan, (vi) pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan,

dan (vii) pengembangan teknologi material maju.

Sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku, Deputi Bidang TIEM - BPPT telah menyusun rencana strategis (Renstra) sebagai dokumen perencanaan lima tahunan untuk periode tahun 2015-2019. Kemudian Renstra Deputi TIEM - BPPT tahun 2015-2019 ini menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja (Renja), dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA K/L). Pelaksanaan dan Pemantauan terhadap program dan kegiatan dilakukan melalui indikator kinerja dan targetnya. Terkait dengan perencanaan kinerja dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).


(27)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 23

Sejalan dengan waktu dan perkembangan situasi nasional serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditindak lanjuti dengan perubahan struktur organisasi BPPT pada September 2015, sesuai Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 009 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, maka Rencana Strategis Deputi Bidang TIEM Tahun 2015-2019 dilakukan revisi.

Dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Deputi Bidang TIEM tahun 2016 ini dokumen rencana strategis yang digunakan adalah dokumen Rencana Strategis Deputi Bidang TIEM Tahun 2015-1019 Revisi 2, yang ditandatangani oleh Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material pada bulan Juni 2016.

2.2.1 Visi

Visi Deputi Bidang TIEM BPPT dalam rangka pencapaian Pembangunan Jangka Menengah khususnya untuk periode 2015-2019 adalah:

Pusat Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi Dan Layanan Teknologi untuk Meningkatkan Daya Saing Industri dan Kemandirian Bangsa di Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material.

2.2.2 Misi

Upaya - upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi Deputi Bidang

Bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material BPPT tersebut dilaksanakan melalui misi sebagai berikut:

Melaksanakan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang Menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi di Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material.

Visi dan Misi Deputi Bidang TIEM merupakan turunan dari Visi dan Misi BPPT. Visi Deputi Bidang TIEM dibangun dari hasil pemikiran pimpinan dan manajemen


(28)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 24

Deputi Bidang TIEM untuk kemudian ditetapkan sebagai visi bersama. Sedangkan Misi Deputi Bidang TIEM ditetapkan untuk dilaksanakan oleh segenap karyawan dalam lingkungan Deputi Bidang TIEM dengan mengedepankan nilai-nilai sebagai dasar tindakan dalam melaksankan kegiatan.

2.2.3. Tujuan Program Deputi Bidang TIEM

Berkaitan dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi BPPT, maka tujuan kedeputian TIEM adalah mewujudkan inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa serta mewujudkan layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa dalam bidang teknologi informasi, energi, industri kimia dan material.

2.2.4 Sasaran Program

Sasaran Program Kedeputian TIEM merupakanan penjabaran lebih detail dari tujuan BPPT dengan indikator dan target yang terukur, dimana Kedeputian TIEM mendukung sasaran strategis BPPT di bidang teknologi informasi, energi dan material. Dengan demikian formulasi dari sasaran program TIEM 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Sasaran Program 1-TIEM adalah terwujudnya inovasi di bidang Informasi,

Energi dan Material untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.

2. Sasaran Program 2-TIEM adalah terwujudnya layanan teknologi di bidang

Informasi, Energi dan Material untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.

2.2.5 Indikator Kinerja Program Deputi Bidang TIEM

2.2.5.1. Indikator Kinerja Program Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi


(29)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 25

Dalam Keppres no.4/2015 tentang RPJMN 2015 - 2019, di bidang peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi yang bertujuan untuk mendukung peningkatan daya saing sektor produksi barang dan jasa, penyelenggaraan litbang (riset) di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi difokuskan pada:

1. Pengembangan infrastruktur TIK, khususnya IT security

2. Pengembangan sistem dan framework/platform perangkat lunak berbasis

Open source khususnya industri TIK pendukung Government dan e-business

Oleh karenanya, sasaran program bidang TIK adalah meningkatnya penyelenggaraan sistem elektronik untuk e-government dan e-business berbasis identifikasi dan/atau sertifikat elektronik.

Sasaran program bidang TIK yang ada di kedeputian TIEM mengikuti Cascading gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1. Cascading impact, outcome dan output Bidang TIK


(30)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 26 Indikator Kinerja :

1.Jumlah layanan e-Goverment dan e-business berbasis identifikasi dan

sertifikat elektronik, dengan target kinerja 2 layanan baru.

2.Jumlah infrastruktur TI berkeamanan yang dapat digunakan bersama, dengan

target kinerja adalah 1 pilot project Data Center berkeamanan.

3.Jumlah inovasi teknologi intelligent computing untuk human information

processing dengan target kinerja 2 inovasi teknologi.

Untuk berpartisipasi dalam meningkatkan daya saing sektor produksi melalui kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan melalui sistem Government dan e-business, maka akan melaksanakan 4 kegiatan selama tahun 2015 - 2019 yakni:

1. Inovasi teknologi infrastruktur Data Center (DC) untuk cloud computing dan

certifite authority (CA), di mana akan dikembangkan sistem layanan storage

dan aplikasi (software-as-a-service/saas) yang dapat digunakan secara

bersama-sama oleh lembaga pemerintah maupun swasta sehingga

memudahkan konsolidasi data dan membuat lebih efisien pengelolaan perangkat keras maupun lunak. Dalam kegiatan ini juga akan dikembangkan layanan sertifikat keamanan digital bagi lembaga pemerintah maupun UKM yang memastikan keamanan tukar-menukar data antara lembaga/institusi dengan pelanggannya

2. Inovasi dalam pengembangan layanan e-governement dan e-business berbasis

identifikasi dan / atau sertifikat elektronik.

3. Pengembangan perangkat lunak strategis yakni algoritma dan pendataan untuk

biometrik dan korpus bahasa

4. Layanan ICT Supporting termasuk teknologi infrastruktur data center untuk

cloud computing dan CA, di mana akan diterapkan berbagai layanan yang telah dikembangkan di atas bagi seluruh unsur masyarakat Indonesia yang membutuhkan dan termasuk pengujian, inspeksi dan sertifikasi perangkat lunak / keras yang digunakan dalam berbagai kegiatan government maupun e-business.


(31)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 27

Keempat kegiatan di atas adalah merupakan implementasi dari arah kebijakan

program Bidang TIK 2015 – 2019 sebagaimana pada gambar 2 di bawah.

Gambar 2. Arah Kebijakan Program Bidang TIK 2015-2019

CLUSTER: IT Security Infrastructure Cyber Security dan Digital Forensic 1. Kajian Infrastruktur Kritis.

Pada masa yang akan datang, diperkirakan bahwa pertahanan siber (Cyber defence) akan semakin berperan, dengan adanya pergeseran pemikiran dikalangan militer bahwa cyber world merupakan matra baru pertahanan yang harus diperhatikan, bukan hanya sebagai bagian dari matra lain. Dalam perang siber (cyber war), peperangan tidak dilakukan secara fisik yang dapat dengan mudah diketahui besarnya korban. Peperangan dilakukan dengan merusak sistem informasi dan komunikasi dari infrastruktur kritis dari suatu


(32)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 28

negara, sehingga mengakibatkan dampak yang sangat luas. Untuk itu kegiatan pada tahun 2015 ini melakukan kajian beberapa infrastruktur kritis.

2. Digital Forensic Security.

Kegiatan ‘digital forensic security’ merupakan kegiatan untuk melakukan

analisa keamanan dari suatu sistem informasi dan komunikasi dengan

melakukan kejadian forensik. Sedangkan Digital Forensic merupakan proses

investigasi peranti komputer/piranti sistem untuk mengetahui apakah komputer/piranti sistem tersebut dipergunakan untuk keperluan yang ilegal, tidak sah atau tidak biasa. Kegiatan ini memfokuskan pada peningkatan kapabilitas SDM dalam melakukan analisa keamanan (Security Analytic) dan juga melakukan forensic sistem informasi seperti jaringan, komputer dan lainnya yang berhubungan dengan sistem informasi dan komunikasi

Inovasi Teknologi Infrastruktur Data Center untuk Cloud Computing dan Certificate Authority (CA)

Peningkatan daya saing sektor produksi salah satunya disebabkan oleh peningkatan kualitas layanan sektor pemerintah seperti perijinan, bantuan teknis maupun non-teknis. Kualitas layanan tersebut akan tercapai dengan implementasi TI yang teramankan dan efisien sehingga memungkinkan perbaikan proses bisnis pemerintahan dalam mendukung sektor produksi.

Indikator untuk kegiatan ini adalah jumlah layanan teknologi infrastruktur data center untuk cloud computing. Layanan teknologi infrastruktur data center untuk cloud computing yang dimaksud dalam hal ini adalah layanan-layanan TIK

berbasis komputasi awan, yang secara garis besar terdiri atas Infrastructure as a

Service (IaaS), Platform as a Service (PaaS), dan Software as a Service (SaaS). Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi (BJIK) sebagai salah satu unit kerja di BPPT yang fokus mendeliver layanan berbasis TIK kepada mitranya berkomitmen untuk terus mengembangkan layanan-layanan tersebut sesuai dengan perkembangan teknologi. Setelah 3 (tiga) tahun terakhir menyelesaikan proses


(33)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 29

instalasi Data Center berteknologi komputasi awan, mulai dari IaaS dan PaaS, mulai tahun ini fokus pengembangan akan diarahkan pada implementasi layanan Software as a Service (SaaS).

Dalam rangka peningkatan efisensi terhadap investasi dan kemudahan konsolidasi data dari sistem / aplikasi e-government, Data Center BPPT yang akan dilengkapi dengan Sistim Layanan Bersama dapat digunakan secara kolektif untuk keperluan tersebut. Untuk menjaga keamanan data BPPT akan membangun infrastruktur Certificate of Authentication yang merupakan bagian dari IT security guna menjamin keabsahan laman web layanan pemerintah.

Indikator untuk kegiatan ini adalah jumlah layanan teknologi infrastruktur data

center untuk Certificate Authority (CA). Layanan teknologi infrastruktur data

center untuk CA yang dimaksud dalam hal ini adalah layanan-layanan TIK berbasis IT security.

Pengembangan government CA (Gov-CA) diharapkan menjadi cikal bakal

implementasi Public Key Infrastructure (PKI) di Indonesia. Bekerja sama dengan Kemenkominfo dan instansi terkait lainnya dalam konteks penyediaan solusi,

IPTEKnet akan mulai membuat prototipe country level root CA untuk menjawab

tren kebutuhan sertifikat enkripsi yang terus meningkat akhir-akhir ini.

Layanan Teknologi infrastruktur Data Center untuk Cloud Computing dan Certificate Authority/CA

Kegiatan ini adalah wadah untuk pelayanan teknologi yang diberikan oleh BJIK kepada seluruh masyarakat meliputi layanan teknologi infrastructure Data Center (Infrastructure-as-a-Service/IAAS), layanan pengembangan dan pemanfaatan perangkat lunak (Software-as-a-service/SAAS) maupun layanan pembuatan Certificate digital untuk pengamanan situs WEB pemerintah maupun UKM dalam rangka e-government dan e-business. Kegiatan-kegiatan ini akan dibiayai oleh


(34)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 30

mitra melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) maupun aktivitas pendampingan swakelola.

Pengembangan arah bisnis baru ini diharapkan akan mengganti secara bertahap layanan pengadaan bandwidth sebagai Internet Service Provider (ISP) yang merupakan layanan balai IPTEKnet sejak awal berdirinya. Keberterimaan bisnis baru ini akan ditunjang oleh akreditasi ISO 9000:2001, ISO 27001, Tier-3 Certification dari Uptime Institute, atau TIA-942 Data Center, serta sertifikasi personelnya.

Cluster System & Framework e-Services

Innovative e-Services berbasis identifikasi dan / atau sertifikat elektronik

Dalam kegiatan ini dilaksanakan pengkajian, pengembangan dan implementasi berbagai layanan pemerintah berbasis elektronik. Dengan tujuan adalah mendekatkan, mempermudah dan melaksanakan secara efisien berbagai layanan pemerintah pada masyarakat. Dalam kegiatan ini dikembangkan berbagai perangkat lunak e-Pemerintahan, e-Pemilu, e-Kesehatan, e-Pendidikan dan berbagai aplikasi lainnya. BPPT melakukan kajian, pengembangan dan implementasi prototipe / pilot project yang pada sistem produksi / implementasi realnya akan dilaksanakan oleh kementrian / institusi yang berwenang pada sektornya dengan didampingi oleh industri nasional.

System Intelligent Computing

Kegiatan ini mewadahi berbagai pengkajian dan pengembangan teknologi yang tidak selalu bersifat komersial akan tetapi strategis bagi negara. Seperti pengembangan teknologi korpus bahasa yang berguna dalam pengembangan teknologi speech-to-speech translation, maupun teknologi biometrik yang digunakan dalam sistim keamanan data maupun pengamanan lokasi. Disamping


(35)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 31

itu masih juga terdapat berbagai teknologi maju baru yang penerapannya secara komersial masih membutuhkan pematangan dan waktu yang cukup lama.

Gambar 3. Kurva Teknologi Maturity

CLUSTER: IT Supporting

Pengujian, Inspeksi dan Sertifikasi Peralatan TIK

Merupakan kumpulan kegiatan untuk penguatan kelembagaan dan operasional sebagai lembaga audit / inspeksi dan laboratorium uji, termasuk di dalamnya adalah kegiatan-kegiatan untuk pengembangan Rencana Standar Nasional Indonesia dan sertifikasi personil Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi, Akreditasi laboratorium serta Pusat.

2.2.5.2. Indikator Kinerja Program Bidang Teknologi Elektronika

Sasaran program di bidang Elektronika mengikuti cascading gambar 4 seperti terlihat di bawah :


(36)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 32

Gambar 4. Cascading impact, outcome dan output Bidang TE

Sasaran Program Bidang Elektronika adalah meningkatnya inovasi dan

layanan teknologi elektronika dalam mendukung terlaksananya

konektivitas/transportasi udara dan laut, pengembangan serta implementasi teknologi pemerataan layanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia

(telemedicine). Semua itu terlaksana sebesar mungkin dengan menggunakan

peralatan dan jasa dari perusahaan-perusahaan nasional.

Indikator Kinerja :

1.Jumlah layanan teknologi elektronika navigasi yang dimanfaatkan untuk

transportasi dengan target kinerja 3 layanan teknologi

2.Jumlah paket teknologi konvergensi yang dimanfaatkan untuk telemedicine

dengan target kinerja 5 paket teknologi.

Inovasi dan Layanan Konvergensi Teknologi Telemedicine

Kumpulan kegiatan yang melakukan kajian, pengembangan, ujicoba hingga sertifikasi dan produksi bersama industri nasional di bidang peralatan-peralatan


(37)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 33

kesehatan yang menggunakan komponen elektronika seperti USG, EKG, Haemodialisa dan sebagainya. Alkes ini masih 100% di import dan dibutuhkan di seluruh Indonesia sehingga merupakan pasar yang besar untuk industri nasional tumbuh dan berkontribusi.

Inovasi teknologi elektromedika digabungkan dengan konvergensi teknologi telekomunikasi menghasilkan inovasi teknologi telemedicine yang memungkinkan layanan kesehatan spesialis secara jarak jauh. Kegiatan inovasi konvergensi teknologi telekomunikasi merupakan kumpulan kegiatan yang melakukan kajian tentang infrastruktur telematika dan telekomunikasi, pengembangan peralatan, pengujian dan pemberian rekomendasi penggunaan guna tercapainya pemerataan akses telekomunikasi multimedia di seluruh Indonesia. Akses telekomunikasi ini menjadi penting mengingat dengan cara ini dapat dilaksanakan berbagai aktivitas seperti tele-edukasi, tele-medicine, tele-governance dll dimana layanan pemerintah dapat dilakukan tanpa memerlukan kehadiran seseorang / secara virtual sehingga dapat dilaksanakan secara merata ke seluruh rakyat Indonesia.

Inovasi dan Layanan Teknologi Navigasi Udara dan Laut

Merupakan kumpulan kegiatan pengkajian, pengembangan, ujicoba hingga sertifikasi dan penggunaan masal bersama industri nasional di bidang pemantauan posisi geografis suatu peralatan / kegiatan ekonomis. Teknologi ini akan berguna untuk memenuhi berbagai kebutuhan dari kebutuhan militer (radar), hingga perikanan di mana dapat dipantau posisi setiap kapal nelayan untuk menjadi dasar penegakan hukum bila nelayan mengambil ikan di daerah-daerah terlarang.

Termasuk dalam kegiatan ini adalah teknologi Commmunication Navigation

Surveillance / Air Traffic Management (CNS/ATM) yang digunakan untuk mengelola ruang udara Indonesia. Teknologi yang sama digunakan dengan

Automatic Vessel Information System (AVIS) dengan menerapkan untuk

memantau keberadaan dan status kapal – kapal laut di perairan Indonesia.

Untuk mendukung keselamatan transportasi juga dilakukan pengkajian, pengembangan, inspeksi, ujicoba, verifikasi teknologi yang dibutuhkan untuk


(38)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 34

keselamatan transportasi seperti signalling kereta, automatic vehicle avoidance, tactical collision avoidance system. Teknologi ini digunakan untuk mencapai yang

utama dalam pengembangan transportasi umum yakni keselamatan

penumpangnya.

Standarisasi Kualitas Mutu Produk dan Jasa bidang TIE

Merupakan kumpulan kegiatan untuk penguatan kelembagaan dan operasional sebagai lembaga audit / inspeksi dan laboratorium uji melalui akreditasi, termasuk di dalamnya adalah kegiatan-kegiatan untuk pengembangan Rencana Standar Nasional Indonesia dan sertifikasi personil Pusat Teknologi Elektronika.

2.2.5.3. Indikar Kinerja Program Bidang Kelistrikan

Di bidang kelistrikan, program pengkajian dan penerapan teknologi, umumnya didorong untuk mendukung sasaran strategis peningkatan kemandirian bangsa.

CASCADING IMPACT, OUTCOME DAN OUTPUT BIDANG KELISTRIKAN

12

Sub output, Komponen dan Sub Komponen

Buku 1 dan Buku 2 RPJMN

1 unit PLTP 500 kW Binary Cycle yang beroperasi

3 buah layanan audit energi yang diterapkan di industri dan sektor komersial

Inovasi PLTP Skala kecil Binary Cycle

dan Kondensing Inovasi dan Layanan Teknologi SMART GRID Layanan Teknologi

Konservasi dan Audit Energi

Terwujudnya Layanan Teknologi untuk Peningkatan kualitas kelistrikan energi terbarukan Termanf a atkannya pengguna an energi terbaruka n untuk pembang kit listrik Kawasan Baron Technopark

•1 unit PLTP skala kecil 3 MW dan 1 unit 500 kW Binary Cycle

•3 buah layanan audit energi yang diterapkan di industri dan sektor komersial

•230 layanan pengujian energi terbarukan Terwujudnya pemanfaatan rekomendasi audit energi Termanf aatkannya penggunaan energi terbarukan untuk pembangkit listrik

Peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa di bidang teknologi inf ormasi, elektronika, energi, industri kimia, dan material

1.Pemanf aatan EBT untuk pembangkit listrik

2. Pemanf aatan Layanan Teknologi untuk Pengujian sistem energi baru terbarukan 3. Peningkatan pemanf aatan

rekomendasi audit energi

Termanfaatka nya layanan audit energi di

industri dan bangunan komersial peningkatan efisiensi energi nasional Pengujian Komponen Pembangkit Energi Baru

Terbarukan

Dihasilkannya inovasi dan layanan teknologi energi kelistrikan


(39)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 35

Dalam gambar di atas, dapat dilihat bahwa sasaran strategis bidang kelistrikan ada 2, yaitu Sasaran Strategis 15 adalah termanfaatkannya penggunaan energi terbarukan untuk pembangkit listrik, dan sasaran strategis 16 adalah termanfaatkannya layanan audit energi di sektor industri untuk peningkatan efisiensi energi nasional.

Untuk mewujudkan outcome kedeputian TIEM termanfaatkannya energi baru terbarukan untuk pembangkit listrik, maka bidang kelistrikan melaksanakan

kegiatan techno park Energi Terbarukan di daerah pantai Baron, Kab. Gunung

Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai sarana wisata edukasi dan demonstrasi teknologi energi baru dan terbarukan untuk pembangkit listrik. Indikator kinerja program tersebut adalah jumlah layanan kunjungan edukasi Teknopark EBT Baron sebanyak 4000 wisatawan sampai 2019.

Selain itu, untuk mendukung sasaran kelistrikan tersebut di atas, dalam jangka menengah juga akan dihasilkan sebuah inovasi dan layanan teknologi smart grid ketenaga-listrikan. Adapun indikator kinerjakegiatan tersebut adalah jumlah pilot plant SCADA smard grid for smart city. Disamping menghasilkan Inovasi teknologi smart grid kelistrikan, dalam jangka menengah ini kedeputian TIEM merencanakan untuk menghasilkan Inovasi Teknologi Konservasi dan Audit Energi dengan sasaran kegiatan berupa adalah termanfaatkannya rekomendasi audit energi dan terwujudnya layanan pengujian efisiensi peralatan pengguna energi listrik dan indicator kinerja kegiatan berupa jumlah rekomendasi audit energi yang dimanfaatkan mitra dan jumlah sertifikasi pengujian peralatan listrik berbasis standard nasional.

Guna mencapai masing-masing indikator sasaran strategis sebagaimana tertulis pada sasaran strategis BPPT, maka ditentukan 2 sasaran Program di bidang kelistrikan di kedeputian TIEM, sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut. Di mana 2 sasaran program merupakan program yang mendukung sasaran strategis lembaga yang mendukung program nasional, yaitu termanfaatkannya penggunaan


(40)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 36

energi terbarukan untuk pembangkit listrik dan terwujudnya pemanfaatan rekomendasi audit energi.

Indikator Kinerja :

1.Jumlah layanan TCH PLTP binary cycle 500 kW yang beroperasi dengan target

kinerja 1 layanan teknologi.

2.Jumlah PLTP condensing turbin 3 MW yang beroperasi, dengan target 1 unit.

3.Jumlah layanan kunjungan edukasi Teknopark EBT Baron, dengan target 4000

kunjungan.

4.Jumlah sertifikat pengujian energi terbarukan dengan target 230 sertifikat

pengujian.

5.Prosentase peningkatan efisiensi energi di industri yang menerapkan

rekomendasi audit energi, dengan target 10 % sampai dengan 2019

6.Jumlah layanan pengujian peralatan pengguna listrik, dengan 20 layanan

sampai dengan 2019

2.2.5.4. Indikator Kinerja Program Bidang Bahan Bakar dan Industri Kimia

Sasaran program TIEM untuk progam bidang bahan bakar dan industri kimia pada

RPJMN ke–3 terdiri dari empat program yang merepresentasikan kompetensi dari


(41)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 37

Gambar 6. Cascading impact, outcome dan output Bidang Bahan Bakar dan Industri Kimia

1. Terwujudnya Hasil inovasi dan Layanan Teknologi Bahan Bakar Nabati Untuk Substitusi BBM

Dalam lima tahun ke depan, hasil inovasi dan layanan teknologi dari TIEM bidang bahan bakar yang ditargetkan dimanfaatkan oleh industri (sebagai outcome yang berpotensi menghasilkan dampak/impact) adalah bio-energi

untuk substitusi BBM melalui indikator kegiatan biodiesel,

biomethanol/bioDME/biohythane yang ditargetkan akan tercapai pada tahun 2019.

Permasalahan bahan bakar di sektor transportasi maupun industri juga selalu menjadi perhatian publik akibat dari pemanfaatan BBMbersubsidi yang sangat dominan di sektor ini. Krisis BBM diperkirakan akan terus terjadi mengingat kebutuhan minyak secara nasional tidak bisa diimbangi oleh penyediaannya


(42)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 38

melalui produksi dalam negeri. Dengan mempertimbangkan pentingnya keberlanjutan dalam penyediaan energi nasional dan dalam rangka meningkatkan kemandirian nasional di bidang bahan bakar, maka dipandang sangat urgen bahwa Indonesia harus segera memberdayakan dan membangun industri nasional untuk bahan bakar cair, yakni bio-energi.

Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 mentargetkan kontribusi EBT sebesar 23 % dari bauran energi nasional pada tahun 2025 mendatang. Biomassa menjadi salah satu opsi strategis penyediaan bio-energi untuk substitusi BBM. Namun, potensi yang ada saat ini belum bisa langsung dan maksimal dimanfaatkan tanpa melalui rekayasa teknologi.

Program inovasi dan layanan teknologi pemanfaatan BBN diarahkan untuk menghasilkan teknologi bio-energi yang kompetitif sehingga industri dapat memanfaatkan hasil inovasi ini. Dalam lima tahun ke depan, program ini ditargetkan bisa menghasilkan 1 produk inovasi teknologi bio-energi dalam bentuk demo plant yang dapat dimanfaatkan oleh industri dalam negeri.

Program inovasi dan layanan teknologi bio-energi bertujuan untuk menghasilkan teknologi produksi bio-energi yang dapat dimanfaatkan oleh industri. Program ini mendukung program pemerintah dalam percepatan dan peningkatan mandatori pemanfaatan bio-energi.

Percepatan peningkatan pemanfaatan bio-energi merupakan tindak lanjut 4 paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan Pemerintah yang salah satunya adalah memperbaiki defisit transaksi berjalan dan mengurangi impor migas dengan cara meningkatkan pemanfaatan biodiesel.

Mandatori bio-energi bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil khususnya BBM. Untuk pengembangan industri bio-energi dalam negeri perlu segera dilakukan dalam rangka memberikan nilai tambah pada perekonomian, mengurangi emisi GRK akibat pembakaran energi fosil, serta untuk mengurangi impor BBM yang semakin meningkat (penghematan devisa


(43)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 39

akibat pengurangan impor BBM). Meningkatnya porsi biodiesel, maka dapat melakukan penghematan devisa dengan meningkatkan pemanfaatan biodiesel untuk kebutuhan dalam negeri.

Dalam lima tahun ke depan, hasil inovasi teknolgi yang ditargetkan dimanfaatkan oleh industri adalah biodiesel dan biomethanol. Teknologi biodiesel dari proses non katalitik ditargetkan dapat memberikan outcome pada tahun 2019, demikian juga teknologibio-methanol diharapkan dapat memberikan outcome pada tahun 2019.

2. Terwujudnya hasil inovasi dan layanan teknologi produksi dan pemanfaatan migas dan batubara

Sebagaimana disadari bahwa saat ini bahan bakar untuk pembangkit listrik yang dominan adalah batubara, demikian juga kecenderungannya kedepan adalah masih batubara. Melihat kenyataan bahwa sumber batubara Indonesia kebanyakan adalah Low Rank Coal, maka diperlukan upaya yaitu upgrading batubara sehingga batubara tersebut mempunyai kalor yang relative cukup untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Untuk mensuport program pemerintah dibidang bahan bakar cair (BBM), batubara juga bisa berkontribusi memenuhi kebutuhan BBM transportasi yaitu dengan proses pencairan batubara dengan teknologi hidrogenasi. Kedua upaya ini meningkatkan peranan secara nasional bahwa saat ini pemakaian nasional hanyalah 23% sedangkan untuk ekspor adalah 77%.

Untuk bahan bakar gas dimasa mendatang masih akan besar peranannya sehingga masih diperlukan upaya upaya untuk teknologi pemanfaatannya untuk transportasi, rumah tangga, industri kimia dan pembangkit listrik. Disamping itu juga perlu upaya upaya untuk memproduksi gas-gas sistesis dari bahan bakar lainnya sehingga dapat dihasilakan bahan bakar yang cukup.


(44)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 40

Untuk peningkan ketersediaan pasokan bahan bakar perlu dilakukan upaya untuk memanfaatkan potensi sumber minyak maka upaya pemanfaatan kilang mini sangat diperlukan.

3. Terwujudnya hasil layanan teknologi di bidang perencanaan dan optimalisasi sistem energi nasional

Perencanaan energi nasional adalah mutlak diperlukan untuk menghasilkan perencanaan pembangunan yang optimum. Hal ini disadari karena energi memegang peranan yang cukup penting di dalamnya. Untuk itu Kajian outlook energi di BPPT berharap bisa menjadi rujukan utama nasional dan merupakan outcome kedeputian TIEM.

4. Terwujudnya hasil inovasi dan layanan teknologi industri kimia.

Permasalahan utama industri petrokimia ada pada 3 komponen yaitu teknologi, bahan baku dan katalis yang semuanya masih bergantung pada lisensi asing, ditambah dengan permasalahan penggunaan pupuk nasional yang tidak efisien menyebabkan beban subsidi pemerintah yang cukup tinggi yaitu mencapai Rp. 18 trilyun/tahun. Keppres No. 4 tahun 2010 tentang revitalisasi industri pupuk nasional ditindaklanjuti oleh pemerintahdengan menyediakan dana untuk melakukan optimalisasi pabrik pupuk yang ada dan membangun pabrik pupuk baru untuk meningkatkan kapasitas produksi dari 3 juta ton/tahun menjadi 7 juta ton/tahun.

Dengan melihat potensi tersebut, dan modal invensi pupuk SRF/CRF yang mampu menghemat penggunaan pupuk 30-50%, Kedeputian TIEM melanjutkan kegiatan pengembangan kedepan untuk menghasilkan paten yang

dimanfaatkan oleh mitra/lisensi pupuk SRF/CRF kapasitas 10.000 – 100.000

ton/th dan dilengkapi dengan pupuk mikro nutrient 1.000 – 10.000 ton/th yang

diharapkan dapatmengurangi beban subsidi sekitar Rp.5,4 trilyun per tahun. Sedangkan faktor hambatan eksternal BPPT antara lain: banyak perusahaan

yang terikat oleh peraturan prinsipal di luar negeri, serta political will


(45)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 41

perekayasa). Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka perlu disusun strategi yang mencakup apa yang ingin dicapai, langkah-langkah dan tahapan untuk mencapainya, dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mendukung pencapaian dimaksud.

Formulasi Strategis

Program Inovasi Teknologi Industri Petrokimia mendukung program prioritas nasional pembangunan kedaulatan pangan, terutama dalam hal peningkatan produksi padi dan pangan lainnya. Sebagai outcome dari program ini adalah dimanfaatkannya teknologi produksi pupuk SRF/CRF oleh mitra industri dengan

kapasitas (10.000 – 100.000 ton per tahun). Beberapa impact yang dapat

dicapai dari implementasi pupuk SRF/CRF diantaranya : menghemat

penggunaan pupuk sekitar 30 – 50%, fleksibelitas formulasi pupuk yang

dihasilkan menyesuaikan dengan spesifikasi lokasi (speklok) dan komoditas, memulihkan kesuburan lahan karena matriks yang digunakan, mengurangi beban subsidi sekitar Rp. 5 - 9 (Trilyun) per tahun, meningkatkan panen rata-rata sekitar 10%. Sesuai dengan target yang diharapkan maka pada tahun 2017/2018 pupuk SRF/CRF sudah diproduksi dan didistribusikan oleh mitra. Mitra pengguna teknologi ini antara lain Industri Pupuk (BUMN), BUMD/Perusda, swasta.

Adapun untuk mengatasi shortage gas alam sebagai bahan baku petrokimia (pupuk), maka diharapkan adanya sumber gas alternative yang diperoleh melalui inovasi teknologi produksi syngas. Syngas ini dapat diproduksi dengan menggunakan bahan baku batubara maupun biomassa yang berlimpah di Indonesia. Program migas diharapkan menghasilkan penguasaan teknologi kilang mini dalam rangka mendukung program prioritas nasional pembangunan kedaulatan energy, khsususnya kegiatan pembangunan kilang minyak yang dicanangkan secara nasional. Kilang Mini ini dipersiapkan untuk daerah, remote area yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.


(46)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 42 Indikator Kinerja :

1.Jumlah inovasi teknologi produksi BBN yang dimanfaatkan dengan target

kinerja 1 inovasi teknologi.

2.Jumlah inovasi teknologi pupuk SRF/CRF yang dimanfaatkan, dengan target

kinerja 1 inovasi teknologi.

2.2.5.5. Indikator Kinerja Program Bidang Material

Sasaran Program bidang Material, dapat dijabarkan secara cascading sebagai berikut :

Gambar 7. Cascading impact, outcome dan output Bidang Material

1. Terwujudnya inovasi Teknologi Material Biocompatible

Urgensi dari kegiatan penerapan teknologi material untuk alat kesehatan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan nasional akan bahan baku biocompatible material untuk alat kesehatan (alkes) implan yang diperlukan pada penyelenggaraan jaminan kesehatan, seiring meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas, meningkatnya usia harapan hidup manusia Indonesia dan kebutuhan implan karena kerusakan tulang lainnya (karena penyakit). Selain itu, adalah


(47)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 43

untuk meningkatkan kemandirian bangsa, khususnya dalam memenuhi kebutuhan bahan baku (biomaterial atau biocompatible materials) untuk produksi alkesimplan yang selama ini sangat bergantung pada produk impor; serta untuk meningkatkan pemanfaatan dan memberi nilai tambah padabahan baku lokal yang diperlukan dalam pembuatan alkes implan.

2. Terwujudnya Inovasi Teknologi Material Pengolahan Bahan Baku

Salah satu bahan baku strategis untuk industri maju adalah Logam tanah jarang (LTJ) oksida untuk pembuatan produk berteknologi canggih dan berkekuatan tinggi. Unsur-unsur LTJ oksida mempunyai ciri istimewa yaitu mampu bereaksi dengan unsur-unsur lain untuk menghasilkan sesuatu yang baru. LTJ oksida mampu menghasilkan neomagnet yaitu magnet berkekuatan tinggi mencapai 10-20 kali magnet biasa sehingga memungkinkan munculnya dinamo kuat yang mampu menggerakkan mobil. LTJ dan unsur oksidanya juga mampu meningkatkan kemampuan material berupa kekuatan, kekerasan, dan ketahanan terhadap panas sehingga mineral ini dapat ditambahkan pada pembuatan baja berkekuatan tinggi. LTJ juga digunakan sebagai bahan pembuat superkonduktor, laser, optik elektronik, glass dan keramik. Mineral ini juga dibutuhkan dalam pembuatan berbagai peralatan vital militer, mulai dari sonar kapal perang, alat pembidik meriam tank, hingga perangkat pelacak sasaran pada peluru kendali. Pendek kata, hampir semua produk berteknologi tinggi saat ini, mulai dari televisi, telepon seluler, sampai mobil hibrida dan perangkat pemandu rudal nuklir membutuhkan LTJ.

Keperluan LTJ dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2009, permintaan pasar LTJ dunia dan unsur oksidanya mencapai 134.000 ton, sementara kapasitas produksinya baru 124.000 ton. Tahun 2012, kebutuhan dunia mencapai 180.000 ton. Sebagai negara yang menguasai 97 persen LTJ dunia,

China mampu mengoptimalkan pemanfaatan LTJ untuk menunjang

perkembangan industri mereka. Dengan produksi LTJ yang besar dan kemampuan menggunakannnya, China mampu membangun industri elektronik


(48)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 44

nasional yang kuat. Saat ini China menguasai hampir semua lini industri dengan harga yang sangat kompetitif, mulai dari industri elektronik seperti komponen komputer, televisi, monitor dan handycam hingga industri manufaktur seperti industri baja, otomotif dan lainnya. Sadar akan pentingnya LTJ dalam menghasilkan produk teknologi tinggi dengan nilai tambah yang tinggi, sejak tahun 2007 China menurunkan kuota ekspor secara bertahap sehingga pada 2010 ekspor LTJ China tinggal 50% dibanding tahun 2005.

Kegiatan riset ini dilaksanakan untuk menjawab tantangan penguasaan teknologi nanomaterial logam tanah jarang untuk menghasilkan material yang bernilai tambah tinggi dengan memanfaatkan bahan baku lokal sehingga dapat memacu pertumbuhan industri hilir secara bertahap seperti aplikasi untuk Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), sensor, phosphor display, baterei, magnet, hydrogen storage, semikonduktor, superkonduktor, dan lain sebagainya. Logam Tanah Jarang adalah suatu kelompok yang terdiri dari 17 unsur dalam tabel periodik yang terdiri dari 15 unsur grup lantanida ditambah Scandium dan Yttrium. Scandium

dan Yttrium dimasukan sebagai rare earth element (REE) karena cenderung

hadir dalam deposit yang sama dengan grup lantanida dan memperlihatkan

kesamaan sifat sifat kimia (IUPAC, International Union of Pure and Applied

Chemistry).

Sementara bahan baku alam yang masih tersedia dalam bentuk komoditas adalah Karet Alam, merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup strategis dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Karet juga salah satu ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara di luar minyak dan gas. Sekitar 90 persen produksi karet alam Indonesia diekspor ke manca negara dan hanya sebagian kecil dikonsumsi di dalam negeri. Peranan karet terhadap ekspor nasional tidak dapat dianggap kecil, mengingat Indonesia merupakan produsen karet nomor dua terbesar di dunia setelah Thailand dengan produksi sebesar 2,751 juta ton pada tahun 2008. Namun dari sisi luasan Indonesia memiliki luas lahan karet terbesar didunia yaitu


(49)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 45

3,42 juta hektar dan volume ekspor 2,295 juta ton dengan nilai US$ 6,06 Milyar pada tahun 2008. Walaupun telah banyak dilakukan berbagai upaya untuk menyelaraskan arah pengembangan perkaretan nasional, namun masih belum terlihat sinergis. Dengan pengembangan Advanced Rubber Technology Center, diharapkan akan lebih aktif jaringan antar pemangku kepentingan. Saat ini sudah diinisiasi dengan informasi harga karet harian per kawasan. Industri hilir yang akan berkembang banyak, memerlukan pusat perekayasaan yang dapat membantu inovasi dan standarisasi produk. Pengembangan ban pesawat

menjadi penting karena penggunaan karet alam sangat dominan.

Untuk program pemerintah yang penting terkait perumahan dan pemukiman diperlukan bahan baku komposit untuk konstruksi bangunan tempat tinggal, khususnya hunian khusus yang memiliki sifat ringan, mudah ditransportasi dan cepat dalam proses instalasi. Dari sisi material, tentunya diperlukan teknologi material ringan sehingga dapat dibawa dan dirakit oleh manusia. Dari sisi sistem struktur, harus dapat mengakomodasi proses instalasi yang cepat dan memiliki kapasitas yang besar. Karena itu, melalui penelitian jembatan sementara, diharapkan dapat memperoleh teknologi struktur jembatan sementara yang ringan, cepat dalam proses instalasi dan memiliki kapasitas yang cukup baik. Bahan Komposit yang ada di pasaran Indonesia memiliki karakteristik yang getas dengan transisi antar fase leleh sehingga keruntuhan yang sangat singkat (ductilitas rendah). Hal ini tentunya sangat tidak diharapkan untuk bangunan sipil apalagi rumah dan tempat tinggal pada umumnya. Di samping itu, belum

cukupnya database penggunaan bahan komposit lengkap dengan

karakterisasinya sehingga diperlukannya kajian untuk mengetahui karakteristik bahan komposit plastik untuk konstruksi jembatan. Berdasarkan hal-hal di atas, diharapkan kita dapat mengembangkan teknologi peningkatan kualitas komposit untuk konstruksi.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan energi terbarukan, dibutuhkan bahan baku material yang sesuai dengan pemanfaatan energi surya. Peluang bisnis di bidang


(50)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 46

energi pembangkit listrik tenaga surya demikian besar. Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 4.8 KWh/m2 setara 112.000 GWp sepuluh kali lipat dari potensi Jerman dan Eropa. Sumber energi yang mengandalkan pemanfaatan fosil tidak lama lagi bakal berakhir. Kebutuhan listrik terus meningkat sesuai

dengan kemajuan masyarakat. Apabila pemerintah kurang berhasil

memenuhinya keadaan menjadi masalah besar. Energi listrik yang mampu dipasok oleh PLN baru 1500-2000 MW. Oleh karena itu, PLN sering melakukan pemadaman listrik bergilir. Proyek listrik 10.000MW yang sudah selesai dibangun belum mampu memenuhi permintaan listrik yang terus melonjak tiap tahun. Diharapkan agar sumber energi alternatif tidak hanya bersifat renewable dan mudah dikonversi menjadi energi listrik, dan juga ramah lingkungan. Energi yang paling sesuai adalah energi surya.

Pembangunan industri sel surya nasional sudah harus disiapkan segera, karena selain merupakan peluang bisnis yang sangat besar, juga untuk memperkuat kedaulatan energi nasional di sector pembangkitan energi baru terbarukan. Demikian pula penyiapan industry bahan baku sel surya, yaitu industry wafer silikon polikristal yang dimodifikasi menjadi mono-like silikon sudah sangat mendesak. Pasokan industri wafer tidak hanya untuk dalam negeri namun dapat lebih luas lagi. Pasokan bahan baku bagi industry sel surya nasional yang dapat disediakan secara mandiri di dalam negeri dapat meningkatkan daya saing disektor industri.

3. Layanan Teknologi Polimer

Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari material ringan berupa plastik yang telah digunakan dalam seluruh lini kehidupan baik untuk perangkat rumah tangga, komponen elektronika, komponen transportasi, dll. Untuk mendukung industri yang memanfaatkan material polimer, diperlukan akses teknologi oleh masyarakat/industri dalam peningkatan kualitas dan standarisasi produk. Untuk


(1)

(2)

(3)

LAKIP TIEM TAHUN 2016

HASIL SURVEI KEPUASAN PELANGGAN BALAI JARINGAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI (BJIK)

NO RESPONDEN

DATA RESPONDEN SURVEI TEMU PELANGGAN TAHUN 2016 PARAMETER PENGUKURAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

NILAI

1 Kemenristekdikti 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4

2 Kemenpan 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 5 3 5 4 4 4 4

3 Bapeten 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4

4 Lemigas 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4

5 Bekraf 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5

6 Pemkot Bogor 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4

7 Pemkot Depok 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4

8 Pemkot Singkawang 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4

9 Pemkot Tangsel 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4

10 Pemkot Yogyakarta 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4

11 Pemkab Bojonegoro 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 5 12 Pemkab Karang Anyar 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4

13 Pemkab Serang 5 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4

14 Pemkab Sragen 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4

Jumlah nilai per unsur 59 58 60 58 58 58 57 58 58 58 59 59 56 58 56 57 60 54 NILAI RATA-RATA (NRR)

PER UNSUR = Jumlah nilai per unsur : Jumlah

kuesioner yang terisi


(4)

LAKIP TIEM TAHUN 2016 Nilai Rata-Rata perolehaan dari 14 responden terhadap

18 parameter pengukuran

Jumlah nilai rata-rata per unsur dibagi jumlah parameter = 74,36 : 18 = 4,13 (BAIK)

Keterangan :

Parameter Pengukuran

KEBERADAAN PENDUKUNG REALISASI

1.Kemudahan menghubungi BJIK 9.Pelayanan administrasi

2.Layanan 24 jam 7 hari 10.Layanan yang diterima dibanding biaya yang dikeluarkan

3.Bantuan personil ketika dibutuhkan 11.Realisasi janji yang diberikan

4.Penempatan dan kondisi NOC bJIK KEANDALAN BJIK

5.Hardware pendukung berikut fasilitas BJIK 12.Kontinuitas akses

DAYA RESPON PENDUKUNG 13.Kemampuan dalam menyelesaikan masalah

6.Kepedulian terhadap pelanggan 14.Kemampuan mengetahui permasalahan yang timbul

7.Ketepatan janji pertemuan 15.Aplikasi pendukung yang diberikan

8.Penanganan keluhan PROFESIONALISME PERSONIL

16.Sikap personil BJIK terhadap Anda

17.Pemahaman personil BJIK akan produk / layanannya 18.Pemberian penjelasan tentang masalah yang terjadi

Nilai Parameter yang biberikan oleh Responden


(5)

LAKIP TIEM TAHUN 2016

HASIL SURVEI KEPUASAN PELANGGAN BALAI TEKNOLOGI BAHAN BAKAR DAN REKAYASA DESAIN (BTB2RD)

No .

Daftar Pertanyaan PT Bukit Asam PT HMMI

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Bagaimana pemahaman Saudara tentang kemudahan prosedur pelayanan di unit ini?

4 3

2 Bagaimana pendapat Saudara tentang kesamaan persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanannya?

4 3

3 Bagaiman pendapat Saudara tentang kejelasan dan kepastian petugas yang melayani?

4 4

4 Bagaimana pendapat Saudara tentang kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan?

4 3

5 Bagaimana pendapat Saudara tentang tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan?

4 4

6 Bagaimana pendapat Saudara tentang kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan?

4 4

7 Bagaimana pendapat Saudara tentang kecepatan pelayanan di unit ini?

4 3

8 Bagaimana pendapat Saudara tentang keadilan untuk mendapatkan pelayanan di sini?


(6)

LAKIP TIEM TAHUN 2016

9 Bagaimana pendapat Saudara tentang kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan pelayanan?

4 4

10 Bagaimana pendapat Saudara tentang kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan?

4 3

11 Bagaimana pendapat Saudara tentang kesesuiaan antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan?

4 3

12 Bagaimana pendapat Saudara tentang ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan?

4 3

13 Bagaimana pendapat Saudara tentang kenyamanan di lingkungan unit pelayanan?

4 3

14 Bagaimana pendapat Saudara tentang keamanan pelayanan unit ini?

4 4

Total 56 27 20

Total Nilai 56 47

Persentase Hasil 100,00% 83,93%