ANALISIS PENGARUH RASIO LEVERAGE KEUANGAN TERTIMBANG DAN PANGSA PASAR TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

(1)

ANALISIS PENGARUH RASIO LEVERAGE KEUANGAN TERTIMBANG DAN PANGSA PASAR TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA

PERUSAHAAN ROKOK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “ Veteran “ Jawa Timur

Oleh :

NOVA ARI SUPRAPTIWI 0642010080

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN ” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

SURABAYA 2010


(2)

JUDUL PENELITIAN : ANALISIS PENGARUH RASIO LEVERAGE KEUANGAN

TERTIMBANG DAN PANGSA PASAR TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA (BEI)

Nama Mahasiswa : Nova Ari Supraptiwi

NPM : 0642010080

Jurusan : Ilmu Administrasi Bisnis

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyetujui,

PEMBIMBING UTAMA TIM PENGUJI : 1. Ketua

Drs.Eddy Poernomo, SE, MM Dra. Ec. Hj Suparwati, M.Si NIP. 030 178 443 NIP. 030 175 349

2. Sekretaris

Drs. Nurhadi, M.Si NIP.030.227.930

3. Anggota

Drs. Eddy Poernomo,SE,MM NIP. 030 178 443

Mengetahui, DEKAN

Dra. Ec. Hj Suparwati, M.Si NIP. 030 175 349


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISIS PENGARUH RASIO LEVERAGE KEUANGAN TERTIMBANG DAN PANGSA PASAR TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Disusun Oleh :

NOVA ARI SUPRAPTIWI 0642010080

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

Drs. Eddy Poernomo, SE, MM NIP. 030 178 443

Mengetahui, DEKAN

Dra.Ec.Hj.Suparwati, MSi NIP. 030 175 349


(4)

ABSTRAKSI

ANALISIS PENGARUH RASIO LEVERAGE KEUANGAN TERTIMBANG DAN PANGSA PASAR TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Oleh : Nova Ari Supraptiwi

Pada perkembangannya perusahaan rokok di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup bagus. Dari sudut pandang manejemen keuangan rasio leverage keuangan merupakan salah satu rasio yang banyak dipakai untuk meningkatkan (leverage) profitabilitas perusahaan. Indikator lain dalam persaingan industri adalah posisi relative perusahaan dalam persaingan industri. Industri ini dapat diukur melalui pangsa pasar (market share). Semakin tinggi pangsa pasar mencerminkan semakin tinggi kekuatan perusahaan dalam persaingan pasar. Return On Equity (ROE) merupakan alat yang sering digunakan untuk mengukur kinerja organisasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati pengaruh secara simultan dan parsial variabel leverage keuangan tertimbang (X1) dan pangsa pasar (X2)

terhadap Return on equity (ROE) (Y). Teknik pengambilan sampel ini menggunakan Sampling jenuh, sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel yang dipilih dari semua anggota populasi. Jumlah sampel yang diambil adalah 3 perusahaan atas pertimbangan Pada tahun 2009 terdapat 3 (tiga) perusahaan rokok yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni Gudang Garam dengan kode saham GGRM, HM Sampoerna (HMSP), PT Bentoel International Investama (RMBA).

Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan 2 prediktor. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan digunakan uji F dan secara parsial uji t. Dari hasil yang diperoleh secara simultan variabel leverage keuangan tertimbang (X1) dan pangsa pasar (X2) secara

simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) (Y) dimana dibuktikan dengan hasil Fhitung lebih kecil dari Ftabel (Fhitung 2.818 < Ftabel

3,88 ) dengan persamaan regresi Y = 39,094 + 4,091 X1 + 0,892 X2 + e.

Sedangkan berdasarkan hasil analisis secara parsial dengan uji t diketahui variabel leverage keuangan tertimbang (X1) (t-hitung sebesar 1,083 < ttabel sebesar 2,179),

variabel pangsa pasar (X2) (t-hitung sebesar -1,794 < ttabel sebesar -2,179). Secara

parsial variabel leverage keuangan tertimbang (X1) dan variabel pangsa pasar (X2)

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Return On Equity (ROE) (Y).

Kata Kunci : Leverage Keuangan Tertimbang, Pangsa Pasar, ROE, Regresi Linier


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah anugerah dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Analisis Pengaruh Rasio Leverage Keuangan Tertimbang dan Pangsa Pasar Terhadap Return On Equity (ROE) Pada Perusahaan Rokok Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI )”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban bagi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran ” Jawa Timur, khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam rangka memenuhi tugas akademik guna melengkapi sebagian syarat untuk menempuh ujian skripsi.

Hasil skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun terwujud karena bantuan dan bimbingan dari Bapak Drs.Eddy Poernomo,SE,MM, selaku dosen pembimbing skripsi. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal ini :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati,MSi selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.

2. Bapak Drs.Sadjudi,MSi selaku Ketua Progdi Administrasi Bisnis UPN

“Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs.Nurhadi,MSi selaku sekretaris Progdi Administrasi Bisnis UPN “Veteran” Jawa Timur.


(6)

4. Bapak dan Ibu dosen Progdi Ilmu Administrasi Bisnis yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

5. Kedua orang tua serta kakak penulis yang senantiasa memberikan doa dan dukungan agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Teman – teman jurusan ilmu administrasi bisnis angkatan 2006 yang sudah memberikan semangat dan dukungan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu segala ide, kritik dan saran yang konstruktif senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga dengan terselesainya skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, juni 2010


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstraksi ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... ……… iv

Daftar Gambar... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9


(8)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu ... 11

2.2 Landasan teori ... 14

2.2.1 Manajemen Keuangan ... 14

2.2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan... 14

2.2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan... 14

2.2.1.3 Tujauan Manajemen Keuangan... 16

2.2.1.4 Tujuan Perusahaan ... 17

2.2.2 Laporan Keuangan... 19

2.2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 19

2.2.2.2 Tujuan dan Pemakai Laporan Keuangan ... 22

2.2.2.3 Kaarakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ... 24

2.2.2.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan ... 26

2.2.2.5 Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan... 28

2.2.3 Analisis Laporan Keuangan ………… ... 29

2.2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan ... 29

2.2.3.2 Tujuan dan Manfaat Analisis laporan Keuangan ... 30

2.2.3.3 Teknik Analisis Laporan Keuangan... 31

2.2.4 Analisis Rasio Keuangan ... 32


(9)

2.2.4.2 Tujuan Analisis Rasio Keuangan ... 35

2.2.4.3 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan ... 36

2.2.4.4 Jenis-Jenis Rasio Keuangan... 38

2.2.5 Return On Equity ... 39

2.2.5.1 Variabel – variabel yang Mempengaruhi ROE... 40

2.2.6 Rasio Leverage ... 42

2.2.7 Rasio Leverage Keuangan Tertimbang... 45

2.2.8 Pangsa Pasar ... 47

2.2.9 Pengaruh Leverage Keuangan Tertimbang Terhadap ROE Perusahaan ... 49

2.2.10 Pengaruh Pangsa Pasar Terhadap ROE Perusahaan ... 50

2.2.11 Bursa Efek ... 51

2.2.11.1 Pengertian Bursa Efek ... 51

2.2.11.2 Tugas Bursa Efek Sebagai Fasilitator... 51

2.2.11.3 Tujuan Bursa Efek ... 52


(10)

2.2.12 Kerangka Berpikir ... 54

2.2.13 Hipotesis ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Variabel... 57

3.2 Populasi, Sampel dan Penarikan Sampel ... 59

3.2.1 Populasi dan Sampel ... 59

3.2.2 Teknik Penarikan Sampel ... 60

3.3 Jenis Data, Sumber Data, Tehnik Pengumpulan Data ... 60

3.4 Uji Asumsi Klasik ... 61

3.5 Teknik Analisis Data... 64

3.6 Uji Hipotesis ... 65

3.6.1 Uji F ... 65

3.6.2 Uji t ... 67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 69

4.1.1 Gambaran Umum BEI ( Bursa Efek Indonesia ) ... 69


(11)

4.2 Hasil dan Pembahasan ... 79

4.2.1 Leverage Keuangan Tertimbang ... 79

4.2.2 Market Share ... 80

4.2.3 Return On Equity ... 81

4.2.4 Uji Asumsi Klasik ... 83

4.2.5 Analisis Statistik Regresi Linier Berganda ... 90

4.2.6 Pengujian Hipotesis ... 92

4.3 Pembahasan... 97

4.3.1 Hubungan Antar Leverage Keuangan Tertimbang dan Return On Equty ... 97

4.3.2 Hubungan Antar Market Share dan Return On Equty... 98

4.3.3 Kontribusi Leverage Keuangan Tertimbang dan Market Share Terhadap ROE... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 100

5.2 Saran... 100


(12)

DAFTAR GAMBAR  

 

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berpikir... 55

3.1 Kurva F ... 66

3.2 Kurva t ... 68

4.1 Normal P-P Plot Of Regression ... 85

4.2 Scatter Plot Residual vs Fits... 89

4.3 Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho uji F... 93

4.4 Uji t variabel X1... 95


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berpikir... 55

3.1 Kurva F ... 66

3.2 Kurva t ... 68

4.1 Normal P-P Plot Of Regression ... 85

4.2 Scatter Plot Residual vs Fits... 89

4.3 Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho uji F... 93

4.4 Uji t variabel X1... 95


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Situasi perekonomian yang tidak menentu dan sulit diramalkan dewasa ini tentu saja sangat besar pengaruhnya terhadap dunia usaha yang ingin tetap bertahan dan mengembangkan semaksimal mungkin usahanya. Keadaan ekonomi yang mengalami sulit seperti saat ini menuntut perusahaan agar dapat mengelola perusahaannya dengan baik dan bijaksana, sehingga pertumbuhan perekonomian bangsa akan terus meningkat.pertumbuhan perekonomian dan kemajuan teknologi serta informasi telah membuat perusahaan-perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat tidak hanya antar perusahaan sejenis tetapi lebih melibatkan industri secara keseluruhan.

Perkembangan industri rokok memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan. Pada perkembangannya perusahaan rokok di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup bagus. Perkembangan industri rokok yang pesat membawa implikasi pada persaingan antar perusahaan dalam industri. Perusahaan rokok memproduksi produk sesering mungkin sehingga memungkinkan aliran kas berjalan dengan teratur dan pencapaian profit bisa maksimal. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerjanya agar tetap bertahan dalam masa krisis maupun


(15)

Produksi rokok pada lima tahun terakhir telah mengalami peningkatan produksi dari 223 miliar batang pada tahun 2004 menjadi 240 miliar batang pada tahun 2008. Peningkatan rata-rata 4,78 % per tahun. Penerimaan cukai untuk tahun yang sama meningkat dari Rp 29,1 triliun menjadi Rp 49 triliun, atau meningkat rata-rata 13,64 % per tahun. Pertumbuhan produksi pada skala mikro menjadi pemicunya. (www.tempo.com).

Ibarat dua sisi mata uang, industri rokok dibutuhkan tetapi di sisi lain ruang geraknya dibatasi. Bagaimana tidak, industri rokok selama ini memberikan pemasukan cukai yang sangat besar bagi pemerintah. Industri rokok, pada 2008, menyumbang cukai sebesar Rp 57 triliun. Jumlah produksi rokoknya pun mencapai 240 miliar batang per tahun. (www.tempo.co.id).

Kendati demikian, Pemerintah Indonesia memperketat regulasi industri ini, di antaranya pita cukai rokok makin mahal, larangan iklan rokok di televisi, dan yang terbaru adalah pengesahan Rancangan Undang-Undang Retribusi Daerah dan Pajak Daerah yang memberi hak kepada pemerintah daerah untuk memungut pajak peredaran rokok 10% - 15%. Belum lagi pemerintah pun memasukkan sektor rokok dalam Daftar Negatif Investasi. Artinya, investor tak bisa lagi mendirikan pabrik rokok di republik ini. Tak hanya itu, sekarang terdapat suatu paradigma atau concern di masyarakat modern bahwa konsumsi rokok akan sangat merugikan kesehatan.

Dampak yang ditimbulkan dari kebijakan yang dilakukan pemerintah mengenai cukai dan pembelian pita rokok sangat berpengaruh terhadap


(16)

industri rokok. Sebut saja PT British American Tobacco yang harus melakukan akuisisi dengan PT Bentoel Internasional Investama karena PT British American Tobacco mengalami penurunan baik dalam penjualan maupun laba. Tidak saja PT British American Tobacco yang mengalami penurunan, namun PT Gudang Garam juga mengalami penurunan laba bersih sebesar 46,69 % pada tahun 2006.

Meskipun dampak dari aturan pembatasan merokok terus bermun-culan dan cukai serta pita rokok terus dinaikkan, produsen rokok nasional terus berusaha untuk mencetak laba. Hal ini pun menjadi alasan investor asing masih terus mengincar pabrik-pabrik rokok di Indonesia. Sebagai contoh, pada semester I/2009, Gudang Garam dan HM Sampoerna sama-sama membukukan kenaikan laba bersih cukup tinggi. Laba Gudang Garam bahkan melonjak hingga 60%, dipicu turunnya beban pokok penjualan. Prestasi pabrik rokok kebanggaan warga Kediri, Jawa Timur, itu menyalip kenaikan laba pesaing terberatnya, HM Sampoerna, yang meraih kanaikan laba bersih 28% yang didorong peningkatan penjualan.

Dari sudut pandang manejemen keuangan rasio leverage keuangan merupakan salah satu rasio yang banyak dipakai untuk meningkatkan (leverage) profitabilitas perusahaan. Rasio leverage keuangan membawa implikasi penting dalam pengukuran resiko finansial perusahaan. Pengembangan analisis pendekatan tradisional ke pendekatan industry menunjukkan dalam menentukan setiap aktivitasnya perusahaan harus


(17)

memperhatikan atau membandingkannya dengan aktivitas yang dilakukan oleh pesaing (competitive benchmarking).

Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut dan disatu pihak juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham. Tingkat pertumbuhan perusahaan sangat dipengaruhi oleh besarnya keuntungan yang diinvestasikan kembali untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan atau Flow Back Ratio (FBR) dengan besarnya tingkat pengembalian modal sendiri atau Return On Equity (ROE). Dan untuk meningkatkan pertumbuhan yang tinggi bagi perusahaan justru akan memajukan perusahaan itu sendiri.

Indikator lain dalam persaingan industri adalah posisi relative perusahaan dalam persaingan industri. Industri ini dapat diukur melalui pangsa pasar (market share). Semakin tinggi pangsa pasar mencerminkan semakin tinggi kekuatan perusahaan dalam persaingan pasar. Pada dasarnya seluruh aktivitas perusahaan lebih banyak bersifat pengeluaran, sedangkan penjualan merupakan penerimaan. Jadi semakin besar pangsa pasar yang dimiliki perusahaan atau semakin tinggi penjualan maka semakin besar dan tinggi pula penerimaan perusahaan yang merupakan komponen penting dalam perhitungan laba perusahaan.

Mengingat tajamnya kompetisi dan luasnya skala persaingan dewasa ini, apalagi di era globalisasi, Go publik merupakan jalan terbaik untuk mempertahankan kelangsungan bahkan meningkatkan skala perusahaan.


(18)

Tentu menjadi obsesi semua pengusaha untuk menjadikan perusahaannya bertahan selamanya, bahkan menjadi besar. Namun untuk mencapai itu tidaklah mudah. Paling tidak harus dipenuhi dua hal, pertama profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan dan kedua tambahan modal untuk melakukan peningkatan kapasitas produksi. Sehat-sehatnya itulah saat yang tepat untuk go publik. Go publik bisa memenuhi kebutuhan kedua hal tersebut. Sebab dengan go publik penempatan orang-orang dalam jabatan di perusahaan tidak lagi ditentukan oleh satu orang.

Dengan demikian akan diperoleh para professional yang handal karena dipilih oleh banyak orang. Demikian dengan modal perusahaan bisa menggali dana secara tak terbatas dari masyarakat untuk dijadikan tambahan modal. Bila perusahaan ingin bertahan sepanjang masa dan berkembang, maka go publik adalah jalan terbaik, untuk bisa bersaing di era global. Dan justru ketika perusahaan sedang sehat-sehatnya itulah saat yang tepat untuk go publik.

Kinerja digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang ada, mengetahui sampai dimana usaha yang dilakukan dan seberapa jauh tujuan yang ditetapkan telah tercapai. Kinerja perusahaan pada akhir periode harus dievaluasi untuk mengetahui perkembangan perusahaan.

Ukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari perspektif internal dan perspektif eksternal. Perspektif internal mengacu pada ukuran efisiensi yang


(19)

dapat dievaluasi berdasarkan standar internal, sedangkan perspektif eksternal mengacu pada ukuran efektifitas yang didasarkan standar eksternal yang dijadikan benchmark.

Kinerja perusahaan ditinjau dari perspektif internal dapat diukur dari rasio profitabilitas dan rasio pertumbuhan. Sedangkan kinerja perusahaan ditinjau dari perspektif eksternal adalah kemampuan perusahaan untuk meningkatkan atau mempertahankan market share dalam industri.

Return On Equity (ROE) merupakan alat yang sering digunakan untuk mengukur kinerja organisasi. Besarnya ROE seringkali tidak hanya disebabkan oleh kemampuan internal perusahaan dalam mengelola proporsi rasio-rasio keuangan seperti likuiditas, leverage keuangan, dan produktivitas, tetapi perusahaan juga dihadapkan pada fakta harus bersaing dengan perusahaan lain dalam industri.

Indikator daya tarik bisnis (business attractiveness) dapat diukur dari profitabilitas industry seperti ROA dan ROE industri. Semakin tinggi rasio ini akan menarik pendatang baru untuk masuk dalam industri sehingga laba abnormal tersebut lambat laun akan kembali turun menjadi laba normal.

Pada tahun 2009 terdapat 3 (tiga) perusahaan rokok yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni Gudang Garam dengan kode saham GGRM, HM Sampoerna (HMSP), PT Bentoel International Investama (RMBA).


(20)

Dari 3 perusahaan rokok yang go publik dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, masing-masing bersaing untuk menghasilkan produk-produk rokok yang baru. Semakin banyaknya produk-produk rokok yang baru dipasaran berimbas pula pada fluktuasi penjualan produk masing-masing perusahaan, fluktuasi penjualan ini berpengaruh juga pada ROE perusahaan. Berikut adalah hasil analisis laporan keuangan masing-masing perusahaan rokok yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dapat ditunjukkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 1.1

Daftar Tingkat ROE (Return On Equity) Perusahaan rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

Tahun 2004-2008

Sumber : Laporan Keuangan berupa daftar tingkat ROE perusahaan Rokok pada Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2004-2008.

TAHUN

No NAMA

PERUSAHAAN

2004 2005 2006 2007 2008

Rata – Rata ROE selama

5 tahun 1. PT. Bentoel Internasional Tbk 7,69 9.46 15.07 18.23 14.11 12.91

2. PT. Gudang Garam Tbk 14,69 20.67 12.19 15.62 17.12 16.05

3. PT. HM Sampoerna Tbk 40,99 81.40 93.87 66.29 72.03 70.91

Rata-rata Perusahaan Per tahun


(21)

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia memiliki tingkat ROE (Return OnEquity) yang berfluktuasi. Hal ini disebabkan karena adanya factor internal dan eksternal perusahaan yaitu leverage keuangan tertimbang dan pangsa pasar. Rasio leverage digunakan untuk menilai cara perusahaan didalam membiayai sejumlah aktiva yang dimilikinya dan kemampuan perusahaan didalam membayar beban tetap disebabkan pemakaian sumber pembiayaan yang tid ak berasal dari modal.

Dan pangsa pasar merupakan ukuran yang bermanfaat dalam memberikan perbandingan prestasi perusahaan dengan prestasi pesaing lain dalam pasar. Karena adanya fluktuasi tingkat ROE maka pemilik ekuitas harus sangat berhati-hati karena keuntungan yang akan diperoleh akan turun jika sebagian modal perusahaan diperoleh dari hutang. Oleh karena itu leverage keuangan meningkatkan resiko pemilik modal.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik mengangkat topik tersebut kedalam penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio Leverage Keuangan Tertimbang Dan Pangsa Pasar Terhadap Return On Equity “ROE” Pada Perusahaan Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ( BEI )”.


(22)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Apakah Rasio Leverage Keuangan Tertimbang dan Pangsa Pasar

berpengaruh secara simultan tehadap “ROE” pada perusahaan rokok yang Go publik di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Rasio leverage Keuangan Tertimbang dan Pangsa Pasar

berpengaruh secara parsial terhadap “ROE” pada perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dan menganalisis Apakah Rasio Leverage Keuangan

Tertimbang dan Pangsa Pasar berpengaruh secara simultan terhadap “ROE” pada perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

2. Mengetahui dan menganalisis Apakah Rasio Leverage Keuangan

Tertimbang dan Pangsa Pasar berpengaruh secara parsial terhadap “ROE” pada perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia.


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teoritis sehubungan dengan manajemen keuangan perusahaan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan atas variabel-variabel yang mengandung ROE perusahaan. Bagi pihak manajemen perusahaan dalam penetapan kebijakan dan pengambilan keputusan terutama menyangkut bidang keuangan perusahaan.

Penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi untuk penelitian yang akan datang mengenai topik-topik yang berkaitan dengan analisis rasio leverage keuangan tertimbang dan pangsa pasar terhadap ROE.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

A. Cyrillius Martono (2002) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri,Rasio Leverage Keuangan Tertimbang Dan Intensitas Modal Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap “ROA” Dan “ROE” Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik Di Indonesia.

1. Perumusan Masalah

a. Apakah ada pengaruh antara ROA Industri, rasio leverage keuangan tertimbang, rasio intensitas modal tertimbang, dan pangsa pasar terhadap ROA perusahaan manufaktur yang Go Publik di Indonesia.

b. Apakah ada pengaruh antara ROE industri, rasio leverage keuangan tertimbang, rasio intensitas modal tertimbang, dan pangsa pasar terhadap ROE perusahaan manufaktur yang Go Publik di Indonesia.

2. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Perhitungan estimasi parameter regresi dan uji-uji statistic yang digunakan dalam penelitian didukung dengan program SPSS for windows releasa 10.


(25)

3. Hasil penelitian pada rasio ROA industri terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan. Pada rasio leverage keuangan ROA.

Pada rasio intensitas modal tertimbang terbukti berpengaruh negative dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan pengaruh pangsa pasar terhadap ROA perusahaan positif dan tidak signifikan sehingga tidak dapat diinterprestasikan secara tepat.

Untuk ROE industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan. Pada rasio leverage keuangan tertimbang terbukti berpengaruh negative dan signifikan terhadap ROE perusahaan. Sedangkan variable pangsa pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan.

4. Kesimpulan penelitian tersebut adalah hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien konstan terbukti berpengaruh dan signifikan dalam model ROA maupun ROE. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat variable lain yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini terbukti berpengaruh signifikan.

B. Reny Rachmanda (2004) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang Terhadap “ROA” Dan “ROE” Perusahaan Yang Go Publik Di Indonesia”.


(26)

1. Perumusan Masalah

a. Apakah ada pengaruh antara profitabilitas industri, rasio leverage keuangan tertimbang terhadap ROA pada perusahaan manufaktur yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta.

b. Apakah ada pengaruh antara profitabilitas industri, leverage keuangan tertimbang terhadap ROE pada perusahaan manufaktur yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta.

2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh adalah data laporan keungan 20 (dua puluh) perusahaan manufaktur yang Go Publik di PT. Bursa Efek Jakarta untuk periode tahun 1999-2001. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Untuk hipotesis digunakan uji F dan uji t.

3. Dari hasil analisis pada hipotesis pertama diperoleh bahwa ada pengaruh serempak antara variable profitabilitas (X1) dan DER (X2) terhadap ROA perusahaan (Y). Pada analisis secara parsial variable profibilitas (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Sedangkan variabel DER (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Pada hipotesis kedua yang menyatakan ada pengaruh serempak antara variabel profitabilitas (X1) dan DER (X2) terhadap variabel ROE (Y). Dan secara parsial variabel profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROE. Sedangkan variabel DER


(27)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Keuangan

2.2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan adalah manajemen yang mengkaitkan pemerolehan (acquitition), pembiayaan atau pembelanjaan (financing) dan manajemen aktiva dengan tujuan secara menyeluruh dari suatu perusahaan. Selain itu manajemen keuangan juga dapat diartikan sebagai semua kegiatan atau aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut se-efisien mungkin. Ruang lingkup manajemen keuangan terdiri dari :

1. Pembicaraan tentang keputusan-keputusan dalam bidang keuangan, yaitu keputusan investasi, keputusan pembelanjaan dan kebijaksanaan dividen dengan tujuan memaximumkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. 2. Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen keuangan, yaitu penggunaan

dana dan memperoleh dana, lewat keputusan-keputusan investasi, pembelanjaan dan kebijaksanaan dividen agar nilai perusahaan bisa meningkat.


(28)

2.2.1.2. Fungsi Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan, dengan demikian tugas manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Kegiatan penting lainnya yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut empat aspek (2002 digitized by USU digital library), yaitu :

1. Manajer keuangan harus bekerja sencanaan umum perusahaan.

2. Manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan dengannya.

3. Manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin. 4. Manajer keuangan harus mampu menghubungkan perusahaan

dengan pasar keuangan, dimana perusahaan dapat memperoleh dana dan surat berharga perusahaan (dapat diperdagangkan).

Keputusan dalam manajemen keuangan antara lain : 1. Keputusan investasi (Investment decision)

Keputusan ini meliputi penentuan aktiva riil yang dibutuhkan untuk dimiliki perusahaan.


(29)

2. Keputusan pembelanjaan (Financing decision)

Keputusan yang berkaitan dengan bagaimana mendapatkan dana yang akan digunakan untuk memperoleh aktiva riil yang diperlukan. 3. Kebijakan deviden (Deviden policy)

4. Keputusan manajemen aktiva

Keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan atau penggunaan aktiva dengan efisien (biasanya lebih memperhatikan manajemen aktiva lancar (kas, piutang dan persediaan).

2.2.1.3. Tujuan Manajemen Keuangan

Tujuan Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno (2004:4) yaitu :

1. Meningkatkan keuntungan para pemegang saham atau pemilik.

Keuntungan para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan dan kebijakan deviden. Oleh karena itu keuntunganpara pemegang saham dapat dijadikan sebagai dasar analisis dan tindakan rasional dalam proses pembuatan keputusan.

2. Laba didapatkan dengan mengurangkan penghasilan dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga untuk meningkatkan keuntungan bisa dengan menarik modal baru (membeli saham baru), dan menginvestasikan dana yang diperoleh tersebut pada investasi yang


(30)

bebas resiko (misalnya deposito atau obligasi pemerintah). Demikian pula halnya, memaksimumkan laba per lembar saham bukan merupakan tujuan utama, karena tidak memperlihatkan waktu maupun lamanya laba yang diharapkan, dan juga tidak memperhatikan faktor resiko maupun ketidakpastian di masa yang akan datang, serta tidak mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam membagi deviden.

2.2.1.4. Tujuan Perusahaan

Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Akan tetapi dibalik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitias perusahaan. Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau memaksimalisasikan harga saham.

Aspek penting lain dari tujuan perusahaan dan tujuan manajemen keuangan adalah pertimbangan terhadap tanggung jawab sosial yang dapat dilihat dari empat segi, yaitu :


(31)

1. Jika manajemen keuangan menuju pada maksimalisasi harga saham, maka diperlukan manajemen yang baik dan efisien sesuai dengan permintaan konsumen.

2. Perusahaan yang berhasil selalu menempatkan efisiensi dan inovasi sebagai prioritas, sehingga menghasilkan produk baru, penemuan teknologi baru dan perluasan lapangan pekerjaan.

3. Faktor-faktor luar seperti pencemaran lingkungan, jaminan keamanan produk dan keselamatan kerja menjadi lebih penting untuk dipertimbangkan. Fluktuasi di semua tingkat kegiatan bisnis dan perubahan-perubahan yang terjadi pada kondisi pasar keuangan merupakan aspek penting dari lingkungan luar.

4. Kerjasama antara industri dan pemerintah sangat diperlukan untuk menciptakan peraturan yang mengatur perilaku perusahaan, dan sebaliknya perusahaan mematuhi peraturan tersebut.

Tujuan perusahaan pada dasarnya adalah memaksimumkan nilai perusahaan dengan pertimbangan teknis sebagai berikut :

1. Memaksimumkan nilai bermakna lebih luas daripada memaksimumkan laba, karena memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan pengaruh waktu terhadap nilai uang.

2. Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan berbagai resiko terhadap arus pendapatan perusahaan.


(32)

2.2.2. Laporan Keuangan

2.2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak manajemen suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari proses atau kegiatan-kegiatan akuntansi yang dilakukan perusahaan. Laporan keuangan dibuat untuk mempertanggung jawabkan kegiatan peusahaan terhadap pemilik dan memberi informasi mengenai posisi keuangan yang telah dicapai perusahaan. Laporan keuangan adalah suatu laporan tertulis yang merupakan bentuk pandangan secara wajar mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertangggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (IAI, 2002).

Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan. Financial Statement (laporan keuangan) merupakan suatu bentuk laporan bagi pemakai yang berisi segala informasi pencatatan dan pengikhtisaran transaksi (Warren, 2005:19). Menurut Harahap (2002:117) dalam Sandy Teguh Ariansyah (2006:9), yang dimaksud laporan keuangan adalah suatu alat dimana informasi keuangan dikumpulkan dan diproses dalam akuntansi keuangan yang akhirnya dimasukkan dalam bentuk laporan


(33)

dan dikomunikasikan secara periodik kepada pemakainya. Lebih lanjut menurut Gill dan Chatton (2003:2) laporan keuangan adalah sarana utama untuk membuat laporan informasi keuangan kepada orang-orang dalam perusahaan (manajemen dan para karyawan) dan kepada masyarakat diluar perusahaan (bank, investor, pemasok dan sebagainya).

Menurut Myer dalam bukunya “Financial Statement Analysis” yang diterjemahkan oleh Munawir (2000:5), laporan keuangan adalah “Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan)”.

Melalui laporan keuangan itu, secara periodik dilaporkan informasi penting mengenai suatu perusahaan yang berupa :

1. Informasi mengenai sumber-sumber ekonomi, kewajiban dan modal perusahaan.

2. Informasi mengenai perubahan-perubahan dalam sumber-sumber ekonomi netto atau kekayaan bersih (modal = aktiva dikurangi kewajiban), yang timbul dari aktivitas usaha perusahaan dalam rangka memperoleh laba.

3. Informasi mengenai hasil usaha perusahaan yang dapat dipakai sebagai dasar untuk menilai dan membuat estimasi tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.


(34)

4. Informasi mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, yang disebabkan oleh aktivitas pembelanjaan dan investasi.

5. Informasi penting lainnya yang berhubungan dengan laporan keuangan, seperti kebijaksanaan akuntansi yang dianut oleh perusahaan.

Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan mengemukakan pengertian sebagai berikut :

1. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

2. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah suatu media untuk menyajikan informasi yang telah dikumpulkan dan diolah dengan akuntansi keuangan yang kemudian disusun dalam bentuk laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan serta laporan laba yang tidak dibagikan atau ditahan dimana nantinya akan dikomunikasikan secara periodik kepada pemakainya.


(35)

2.2.2.2. Tujuan dan Pemakai Laporan Keuangan

Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK (Prosedur Standar Akuntansi Keuangan) paragraf 12 mengemukakan tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut : menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Sandy Teguh Ariansyah, 2006:10).

Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2002).

Bab 4 APB (Accounting Principle Board) statement No.4 mengklasifikasikan tujuan laporan keuangan sebagai berikut : Tujuan umum, yaitu menyajikan laporan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum.

1. Tujuan khusus, yaitu memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban serta informasi lainnya yang relevan.

2. Tujuan kualitatif, sebagai berikut :

a. Relevance : Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan dalam pengambilan keputusan.


(36)

b. Understandbility : Informasi yang disajikan bukan saja informasi yang penting tetapi mudah untuk dimengerti oleh pemakainya. c. Variability : Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak

lain.

d. Timeliness : Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk

pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat. e. Comparability : Informasi akuntansi harus dapat dibandingkan,

artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama untuk semua perusahaan.

f. Completeness : Informasi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan layak bagi pemakai.

Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang, investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman (kreditur), pemasok (supplier), pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya dan masyarakat. Mereka menggunakan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda. Menurut (Harahap, 2002:166) dalam Sandy Teguh Ariansyah (2006:12) pemakai laporan keuangan terdiri dari :

1. Pemakai langsung, terdiri dari : a. Pemilik perusahaan

b. Kreditur c. Pemasok d. Manajemen


(37)

f. Pegawai atau karyawan perusahaan g. Langganan

2. Pemakai tak langsung, terdiri dari : a. Konsultan

b. Para pesaing c. Masyarakat umum

2.2.2.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam keuangan tersebut berguna bagi pemakai dalam pengambil keputusan ekonomi. Terdapat empat karakteristik pokok kualitatif laporan keuangan menurut IAI (2002, p.6-10) :

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai. Dalam hal ini, para pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.


(38)

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan, informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.

3. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable), informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithfull representative) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat mempertimbangkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan yang berbeda.


(39)

2.2.2.4. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibuat dengan maksud memberikan gambaran kemajuan (progress report) perusahaan secara periodik. Jadi laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akutansi serta pendapat pribadi.

Fakta-fakta yang telah dicatat, laporan keuangan dibuat berdasarkan fakta dari catatan akutansi, pencatatan dari pos-pos ini merupakan catatan historis dari peristiwa yang telah terjadi di masa lampau dan jumlah uang yang tercatat dinyatakan dalam harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. Dengan sifat yang demikian maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian paling akhir.

Laporan keuangan adalah laporan yang elemen-elemennya dinyatakan dengan uang. Penilaian ini akan memberikan suatu anggapan bahwa fakta yang dinyatakan dengan angka dan satuan uang tersebut merupakan cerminan dari nilai perusahaan secara keseluruhan dengan pasti, benar dan tepat sesuai dengan ekonomi per tanggal laporan. Laporan keuangan yang elemen-elemennya dinyatakan dengan uang mempunyai banyak kelemahan, antara lain:


(40)

1. Laporan yang bersifat historis, yaitu penyajian data kejadian-kejadian yang telah lalu sehingga belum mencerminkan kondisi keuangan saat sekarang.

2. Laporan keuangan bersifat umum, sehingga calon pemakai tidak tahu secara rinci posisi keuangan perusahaan.

3. Penyusunan laporan keuangan masih mengandung bias dalam penaksiran-penaksiran dan pertimbangan-pertimbangannya.

4. Akuntansi hanya dapat memberi laporan kasar dan belum terperinci mengenai elemen-elemen pembanding.

5. Laporan keuangan bersifat konservatif, yaitu tidak mengikuti dan mengantisipasi kebutuhan perusahaan.

6. Laporan keuangan tidak mempertimbangkan aspek-aspek lainnya di luar aspek ekonomi dalam memperhitungkan peristiwa yang sebenarnya terjadi.

7. Adanya penggunaan istilah-istilah teknis dalam laporan keuangan yang tidak komunikatif bagi masyarakat awam atau pemakai.

8. Adanya penggunaan berbagai macam metode akuntansi, akan menyebabkan tcrjadinya perbedaan baik dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis maupun dalam pengukuran tingkat keberhasilan perusahaan.

9. Adanya pengabaian informasi yang bersifat kualitatif, padahal aspek ini kemungkinan lebih diperlukan dari pada aspek ekonominya.


(41)

2.2.2.5. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan

Laporan keuangan suatu perusahaan biasanya terdiri atas empat jenis laporan, antara lain :

1. Neraca, adalah daftar yang sistematis dari aktiva, utang dan modal pada tanggal tertentu, yang biasanya dibuat pada akhir tahun. Disebut sebagai daftar yang sistematis, karena neraca disusun berdasarkan urutan tertentu. Dalam neraca dapat diketahui berapa jumlah kekayaan perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban serta kemampuan perusahaan memperoleh tambahan pinjaman dari pihak luar. Selain itu juga dapat diperoleh informasi tentang jumlah utang perusahaan kepada kreditur dan jumlah investasi pemilik yang ada didalam perusahaan tersebut.

2. Laporan laba rugi, adalah ikhtisar mengenai pendapatan dan beban suatu perusahaan untuk periode tertentu, sehingga dapat diketahui laba yang diperoleh dan rugi yang dialami.

3. Laporan perubahan modal, adalah laporan yang menunjukkan perubahan modal untuk periode tertentu, mungkin satu bulan atau satu tahun. Melalui laporan perubahan modal dapat diketahui sebab-sebab perubahan modal selama periode tertentu.

4. Laporan arus kas, dengan adanya laporan ini pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi perubahan aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan


(42)

kemampuan perusahaan didalam menghasilkan kas dimasa mendatang.

2.2.3. Analisis Laporan Keuangan

2.2.3.1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah penerapan alat-alat dan teknik analitis terhadap laporan keuangan dan data terkait untuk mendapatkan perkiraan dan kesimpulan yang berguna bagi suatu analisis bisnis.

Analisis laporan keuangan adalah suatu proses yang penuh pertimbangan dalam membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu. Tujuan utamanya menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang.

Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan ditujukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan. Informasi mengenai kinerja


(43)

keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak, seperti investor, kreditur, pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Arti penting analisis laporan keuangan :

1. Bagi pihak manajemen : untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, kompensasi dan pengembangan karier.

2. Bagi pemegang saham : untuk mengetahui kinerja perusahaan, pendapatan dan keamanan investasi.

3. Bagi kreditor : untuk mengetahui kemampuan perusahaan melunasi utang beserta bunganya.

4. Bagi pemerintah : pajak, persetujuan untuk go public.

5. Bagi karyawan : penghasilan yang memadai, kualitas hidup dan keamanan kerja.

2.2.3.2. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2008:68) tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah :

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan


(44)

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini

5. Untuk melakukan penelitian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.

2.2.3.3. Teknik Analisis Laporan Keuangan

Macam-macam teknik analisis laporan keuangan (Prihantoro LePMa-Gunadarma University), antara lain :

1. Analisis Rasio

Rasio adalah hubungan matematis antara dua kuantitas. Agar memiliki arti, rasio dalam laporan keuangan harus mengacu pada hubungan yang penting secara ekonomi. Analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam 5 macam kategori :

a. Rasio Likuiditas (liquidity ratio) b. Rasio Solvabilitas (solvency ratio) c. Rasio Aktivitas (activity ratio)

d. Rasio Profitabilitas (profitability ratio) e. Rasio Nilai Pasar (market ratio)


(45)

2. Analisis Common Size

Analisis common size adalah analisis dengan pembacaan data-data keuangan untuk beberapa periode (untuk mencari trend-trend tertentu). Analisis common size disusun dengan cara menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).

3. Analisis Du Pont

Analisis du pont adalah analisis yang mempertajam analisis rasio dengan memisahkan profitabilitas dengan pemanfaatan aset.

4. Analisis Cross Section

Analisis cross section adalah perbandingan data keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan atau industri yang sejenis.

5. Analisis Time Series dan Forecasting Data Keuangan

Analisis time series adalah analisis terhadap data historis untuk melihat tren yang mungkin timbul. Tren angka selanjutnya dianalisis guna mengetahui apa yang terjadi.

2.2.4. Analisis Rasio Keuangan

2.2.4.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data


(46)

keuangan yang satu dengan yang lainnya. Menurut James C. Van Home (Sawir, 2001); " Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analis yang ahli dan berpengalaman dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio ".

Sebagian besar tujuan umum dari analisis rasio keuangan adalah untuk menempatkan rasio tersebut sebagai petunjuk ataupun untuk menganalisis pengukuran kinerja perusahaan. Dengan demikian maka pemanfaatan rasio keuangan salah satunya untuk menilai kesehatan perusahaan. Menurut Mohammad Muslich (2000:61), bahwa analisis perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan memungkinkan bagi para pengguna untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dengan cepat. Dengan menggunakan rasio keuangan juga memungkinkan untuk melihat perbandingan jalannya perusahaan dari waktu ke waktu serta mengidentifikasi perkembangannya.

Menurut Van Horne (2005:234) : “ Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Kita menghitung berbagai rasio karena dengan cara ini kita bisa mendapat perbandingan yang mungkin akan berguna daripada berbagai angka mentahnya sendiri ”. Meskipun analisis rasio mampu memberikan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan keadaan operasi dan kondisi keuangan perusahaan, terdapat juga unsur


(47)

keterbatasan informasi yang membutuhkan kehati-hatian dalam mempertimbangkan masalah yang terdapat dalam perusahaan tersebut. Rasio keuangan setidaknya dapat memberikan jawaban atas empat pertanyaan, yaitu :

1. Bagaimana likuiditas perusahaan ?

2. Apakah manajemen efektif menghasilkan laba operasi atas aktiva ? 3. Bagaimana perusahaan didanai ?

4. Apakah pemegang saham biasa mendapatkan tingkat pengembalian yang cukup?

Dalam melakukan analisa, penganalisa dapat menggunakan dua macam perbandingan yaitu :

1. Perbandingan internal (Time Series Analysis) yaitu membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. 2. Perbandingan eksternal (Cross Sectional Approach), yaitu

membandingkan rasio-rasio antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan atau membandingkannya dengan rasio rata-rata industri pada saat yang sama.

2.2.4.2. Tujuan Analisis Rasio Keuangan

Menurut Riyanto (2000 : 25) rasio keuangan ditujukan guna meningkatkan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan stabilitas usaha dari suatu perusahaan.


(48)

1. Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus dipenuhi kewajibannya tepat pada waktunya berarti perusahaan dalam keadaan likuid, sebaliknya jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya berarti perusahaan pada keadaan infalid.

2. Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansial apabila akhirnya perusahaan tersebut di likuidasikan. Perusahaan dikatakan solvabilitas bila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, tetapi dengan sendirinya berarti perusahaan tersebut likuid. Sebaliknya jika perusahaan tersebut tidak mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang, maka perusahaan tersebut disebut insovabel.

3. Rentabilitas dimana suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut atau kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba tersebut selama periode tertentu. Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan bermacam-macam tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan dibandingkan satu dengan yang lainnya.

4. Stabilitas usaha menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya secara stabil diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk beban bunga atas hutang-hutangnya


(49)

dan akhirnya membyar hutang tepat waktunya. Serta kemampuan perusahaan untukmembayar dividen secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan.

2.2.4.3. Keunggulan Dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio ini memiliki keunggulan disbanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut sepperti diuraikan oleh Harahap (2002:298) yaitu:

1. Rasio merupakan angka-angka dan ikhtisar statistic yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.

5. Menstandarisir keputusan dan model prediksi.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau time series.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan dating.


(50)

penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan analisis rasio :

1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara.

2. Laporan keuangan menunjukan angka yang kelihatanya bersifat pasti dan tepat, tetapi dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah.

3. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan. 4. Laporan keuangan bersifat sejarah (historis) yang merupakan laporan

kejadian-kejadian di masa lalu atau yang telah lewat.

5. Laporan keuangan itu bersifat umum, dan bukan untuk memenuhi keperluan tiap-tiap pemakai.

6. Laporan keuangan itu bersifat konservatif dalam sikapnya menghadapi ketidakpastian.

7. Laporan keuangan lebih menekankan keadaan yang sebenarya dilihat dari sudut ekonomi daripada berpegang pada formilnya.

8. Laporan keuangan menggunakan istilah-istilah teknis, sering terdapat istilah-istilah yang umum tetapi diberi pengertian yang khusus.


(51)

2.2.4.4. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio itu banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis. Apabila dilihat dari sumbernya dari mana rasio itu dibuat, maka rasio-rasio dapat digolongkan menjadi enam jenis (Harahap, 2002 : 1), yaitu :

1. Rasio likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo.

2. Rasio leverage, yaitu rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang.

3. Rasio aktivitas, yaitu rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya.

4. Rasio profitabilitas, yaitu rasio yang mengkur efektivitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan.

5. Rasio pertumbuhan, yaitu rasi yang mengukur kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya didalam pertumbuhan ekonomi dan industri.

6. Rasio penilaian, yaitu rasio yang mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampui pengeluaran biaya investasi.


(52)

2.2.5 Return On Equity (ROE)

Rasio ini menggambarkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan modal sendiriyang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio keuangan ini terbentuk oleh keseluruhan hasil kebijakan dan kegiatan perusahaan. ROE yang tinggi menandakan tingginya keberhasilan puncak pimpinan perusahaan dalam mengemban misi dari para pemiliknya yaitu laba per rupiah yang ditanam dalam perusahaan. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut :

Laba setelah pajak

Return on Equity = x 100% Modal sendiri

(Sumber : Hanafi dan Halim, 2003:87&77)

ROE Industri adalah laba setelah pajak per total equity dari perusahaan individual dengan laba setelah pajak per total equity dari perusahaan industri secara keseluruhan. Satuan pengukuran yang digunakan adalah prosentase dan termasuk skala rasio yang dirumuskan sebagai berikut:

(Laba bersih / Modal saham) P

ROE Industri = x100% (Laba bersih / Modal saham) I

Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain


(53)

untuk pemegang saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan (Hanafi dan Halim, 2003:87&77).

2.2.5.1 Variabel – Variabel Yang Mempengaruhi Return On Equity (ROE) 1. Rasio Leverage

Menurut Kasmir (2008 : 248) menyatakan bahwa rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Debt to total assets ratio, net worth to debt ratio).

Total Kewajiban Debt to Equity Ratio =

Modal Sendiri

2. Asset Turn Over

Rasio ini disebut juga perputaran total aktiva yang merupakan ukuran efektivitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

Net Sales Total Assets Turn Over =

Total Assets

3. Net Profit Margin

Merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.


(54)

Rumus yang digunakan adalah : EAT Net Profit Margin =

Net Sales

4. Sales Growth

Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan (sales growth) yang tinggi pada umumnya adalah perusahaan yang masih berada dalam tahap awal perkembangan dan memiliki kesempatan tumbuh yang lebih tinggi, sedangkan perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang rendah dimungkinkan perusahaan tersebut sedang memasuki kedalam tahap decline. Sales Growth merupakan presentase dari kenaikan penjualan di setiap tahunnya.

Sales Growth adalah pertumbuhan laba perusahaan yang berkelanjutan ditandai dengan penjualan yang meningkat dan kesempatan untuk memanfaatkan kurva pengalaman untuk mengurangi harga pokok penjualan per unit, sehingga akhirnya menaikkan laba.

Penjualan Tahun ini – Penjualan Tahun Lalu Sales Growth =

Penjualan Tahun Lalu 5. Pangsa Pasar

Pangsa pasar merupakan perbandingan antara besarnya volume penjualan perusahaan dengan volume penjualan pesaing pokoknya. Muhammad (2004 : 120) besarnya pangsa pasar di hitung sebagai berikut :


(55)

Volume Penjualan Tahun N

Pangsa Pasar = x 100% Volume Penjualan Pesaing Pokok Tahun N

2.2.6. Rasio Leverage

Menurut Sutrisno (2003 : 248) menyatakan bahwa rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Debt to total assets ratio, net worth to debt ratio).

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2002 : 70) rasio leverage mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. beberapa analisis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi keuangannya. beberapa rasio yang mungkin dipergunakan diantaranya adalah :

1. Rasio Hutang

Rasio hutang dihitung berdasarkan atas hutang jangka panjang (termasuk kewajiban membayar sewa guna atau leasing), dan total hutang.

Rasionya dinyatakan sebagai berikut :

Hutang jangka panjang + sewa guna Rasio Hutang =


(56)

2. Debt to Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri. Dinyatakan dalam rasio :

Total Kewajiban Debt to Equity Ratio =

Modal Sendiri

3. Time Interest Earned

Rasio ini mengukur seberapa banyak laba operasi (kadang juga ditambah dengan penyusutan) mampu membayar bunga hutang. Dinyatakan dalam rasio :

Laba Operasi + (penyusutan) Times Interest Earned =

Bunga

4. Debt Service Coverage

Kewajiban finansial yang timbul karena menggunakan hutang tidak hanya karena membayar bunga dan sewa guna (leasing). Ada juga kewajiban dalam bentuk pembayaran angsuran pokok pinjaman. Debt Service Coverage dirumuskan :

(Laba Operasi + Penyusutan) DSC =

Angsuran pokok pinjaman bunga + sewa guna +

(1 – t)


(57)

Rasio leverage keuangan menunjukkan seberapa besar perusahaan menggunakan hutang untuk mendanai aktivanya. Fluktuasi bisnis sebagian modal perusahaan di dukung oleh hutang. fluktuasi tersebut dikarenakan kreditor memiliki hak klaim pertama terhadap profit dan aktiva perusahaan, sehingga biaya hutang secara eksplisit harus dikurangkan terlebih dulu dari laba perusahaan. Oleh karena itu leverage keuangan meningkatkan resiko pemilik modal (Brealy, Myers dan Marcus;2000) jadi peningkatan rasio leverage pada satu sisi diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan, tetapi pada sisi lain juga menyebabkan resiko finansial perusahaan meningkat.

(Beard dan Dess;2000) mengembangkan suatu pendekatan lain dalam mengukur rasio leverage keuangan. Perusahaan memasukkan unsur leverage keuangan industri (RLi) sebagai

penimbang dari rasio leverage keuangan tradisional. Selanjutnya rasio leverage keuangan tersebut dinamakan leverage keuangan industri dijadikan sebagai penimbang rasio leverage keuangan tradisional.

Rasio leverage keuangan perusahaan (RLp) dapat diukur dengan

rumus :

Total Aktiva – Modal Sendiri RLp =

Modal Sendiri Dimana :


(58)

RLp : Rasio Leverage Keuangan Perusahaan (perusahaan rokok)

Peningkatan rasio leverage perusahaan dalam rumus mencerminkan bahwa semakin besar proporsi sumber pendanaan perusahaan yang berasal dari hutang. Demikian pula sebaliknya, penurunan rasio leverage mencerminkan bahwa semakin kecil proporsi sumber pendanaan perusahaan yang berasal dari hutang.

2.2.7. Rasio Leverage Keuangan Tertimbang

(Beard dan Dess;2000) dalam Martono 2002, mengembangkan suatu pendekatan lain dalam mengukur rasio leverage keuangan. Perusahaan memasukkan unsur leverage keuangan industri (RLi) dijadikan sebagi penimbang dari rasio leverage keuangan tradisional. Selanjutnya rasio leverage keuangan tersebut dinamakan rasio leverage keuangan tertimbang.

Leverage keuangan tertimbang adalah perbandingan antara total hutang per modal sendiri dari perusahaan individual dengan total hutang per modal sendiri dari perusahaan industri secara keseluruhan.

Rasio leverage keuangan tertimbang diukur dengan rumus :

( Total Hutang / Modal Sendiri ) P RLT = x 100%

( Total Hutang / Modal Sendiri ) I (Sumber : Martono 2002)


(59)

Dimana :

P : perusahaan (Perusahaan Rokok)

I : industri (Gabungan dari Seluruh perusahaan rokok yang listing di BEI

Modifikasi rasio leverage keuangan tradisional menjadi rasio leverage keuangan tertimbang seperti pada rumus mencerminkan bahwa semakin tinggi rasio leverage keuangan tertimbang, berarti proporsi pendanaan melalui hutang yang dipakai perusahaan individual lebih tinggi dibandingkan rasio leverage keuangan industri.

Perusahaan akan menghadapi resiko finansial lebih tinggi dibandingkan resiko finansial yang dihadapi oleh industri itu sendiri. Demikian juga dengan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba juga meningkatkan lebih tinggi dari pada industri.

Konsep analisis rasio tertimbang ini sekaligus mencerminkan bagaimana perusahaan melakukan benchmarking terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan. (Ka’aro:2001) mengemukakan bahwa Competitive Benchmarking merupakan proses perbandingan kinerja perusahaan dengan pesaing utama atau industri. Interpretasi rasio leverage keuangan tertimbang pada dasarnya sama dengan rasio leverage keuangan perusahaan. Perbedaannya adalah bahwa rasio leverage keuangan


(60)

tertimbang telah memasukkan unsur benchmarking. Nilai rasio leverage keuangan tertimbang lebih dari 1 (satu) menunjukkan bahwa rasio leverage keuangan perusahaan lebih tinggi dibanding rasio leverage keuangan industri. Nilai rasio leverage keuangan tertimbang sama dengan 1 (satu) mencerminkan bahwa rasio leverage keuangan perusahaan sama dengan rasio leverage keuangan industri. Sedangkan nilai rasio leverage keuangan tertimbang kurang dari 1 (satu) menunjukkan bahwa rasio leverage keuangan perusahaan kurang dari leverage keuangan industri.

2.2.8. Pangsa Pasar

Analisis pangsa pasar mencerminkan kinerja pemasaran yang dikaitkan dengan posisi persaingan perusahaan dalam suatu industri. Menurut Keegan (2000:302), pangsa pasar adalah ukuran yang bermanfaat karena memberikan perbandingan prestasi perusahaan dengan prestasi dari pesaing lain dalam pasar. Perusahaan yang tidak memperoleh pengukuran ini, walaupun perkiraan berada dalam kegelapan. Dalam pasar yang lebih besar data dilaporkan kepada anak perusahaan dan kalau penjualannya cukup signifikan berdasarkan pada produk demi produk. Data pangsa pasar yang kecil sering kali tidak tersedia karena pasar tidak cukup besar untuk menjadi alasan pengembangan jasa audit pemasaran komersial independen. Dalam pasar yang lebih kecil, mungkin seorang manajer lokal atau agen dapat


(61)

menyembunyikan posisi atau pangsa pasar yang merosot dibalik penjualan dan pendapatan absolute.

Menurut Assaury (2002 : 101) Pangsa pasar atau market share adalah besarnya bagian atau luasnya total pasar yang dapat dikuasai oleh perusahaan yang biasanya dinyatakan dalam prosentase. Pangsa pasar atau market share dapat dihitung dari perbandingan antara besarnya penjualan perusahaan tersebut dalam unit total penjualan perusahaan sejenis.

Dalam mengukur keberhasilannya dibidang pemasaran suatu perusahaan perlu mengetahui posisinya di pasar. Posisi perusahaan dapat diketahui melalui market share yang dikuasai oleh perusahaan tersebut. Market Share suatu produk akan ditentukan oleh tiga komponen besar, yaitu :

1. Kesadaran atas merek, kemampuan pembeli untuk mengingat kembali bahwa awal suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

2. Persaingan harga, persaingan antar produk.

3. Keterbatasan merek, suatu produk mudah didapat oleh konsumen di pasaran.

Pangsa pasar merupakan perbandingan antara besarnya volume penjualan perusahaan dengan volume penjualan pesaing pokoknya. Muhammad (2004 : 120) besarnya pangsa pasar di hitung sebagai berikut :


(62)

Volume Penjualan Tahun N

Pangsa Pasar = x 100% Volume Penjualan Pesaing Pokok Tahun N

(Sumber : Muhammad 2004 : 120)

Dimana :

Volume Penjualan : Besar penjualan yang diperoleh suatu perusahaan dalam kurun waktu 1 tahun

N : Tahun yang digunakan

2.2.9. Pengaruh Leverage Keuangan Tertimbang Terhadap ROE Perusahaan Menurut Martono (2002), Rasio leverage keuangan tertimbang terbukti berpengaruh negative dan signifikan terhadap ROE perusahaan. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Beard dan Dess yang gagal membuktikan bahwa rasio leverage keuangan berpengaruh signifikan terhadap ROE perusahaan. Gale (1972) membuktikan bahwa leverage keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Gale menggunakan ukuran leverage keuangan yang terbalik yaitu ekuitas dibagi dengan hutang, sedangkan penelitian ini menggunakan hutang dibagi dengan ekuitas. Oleh karena itu hasil yang terbalik antara penelitian yang dilakukan saat ini yang menunjukkan hasil


(63)

negative berarti konsisten dengan hasil penelitian Gale yang menunjukkan hasil positif.

Berdasarkan teori-teori yang didapat, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa variabel Leverage Keuangan Tertimbang berpengaruh negative terhadap ROE perusahaan.

2.2.10. Pengaruh Pangsa Pasar Terhadap ROE Perusahaan

Dalam penelitian Martono (2002), membuktikan bahwa pangsa pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan. Penelitian Martono tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Beard dan Dess, yang menunjukkan bahwa pangsa pasar berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Dampak positif pangsa pasar terhadap profitabilitas telah didasarkan pada argumentasi teori seperti : ekspansi, pengeluaran yang lebih besar untuk pemasaran dan penetration pricing dan aktivitas lain yang membutuhkan biaya relative besar, sehingga penjualan yang terlalu agresif terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap ROE.

Indikator posisis relative perusahaan dalam persaingan industri dapat di ukur dari pangsa pasar (market share). Semakin tinggi pangsa pasar mencerminkan semakin tinggi kekuatan perusahaan dalam persaingan pasar. Analisa pangsa pasar mencerminkan kinerja pemasaran yang dikaitkan dengan posisi persaingan perusahaan dalam suatu industri.


(64)

2.2.11. Bursa Efek

2.2.11.1. Pengertian Bursa Efek

Bursa efek menurut (Darmaji, 2001:17) adalah lembaga atau perusahaan yang menyelenggarakan atau menyediakan fasilitas system (pasar) untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek antar berbagai perusahaan atau perorangan yang terlibat dengan tujuan memperdagangkan efek perusahaan yang telah tercatat dibursa efek.

Bursa efek menurut sawidji (2004:60) adalah sama dengan pasar-pasar lainnya, yakni tempat bertemu pembeli dan penjual barang. Bedanya di bursa efek, barang yang diperdagangkan adalah efek atau surat-surat berharga yang berupa saham, right is sue, waran, obligasi konversi dan sebagainya, yang wujudnya tidak bisa dilihat.

2.2.11.2 Tugas Bursa Efek Sebagai Fasilitator a. Menyediakan sarana perdagangan Efek.

b. Mengupayakan likuiditas instrument yaitu mengallirnya dana secara cepat pada Efek-efek yang dijual.

c. Menyebarkan informasi bursa ke seluruh lapisan masyarakat.

d. Memsyarakatkan pasar modal, untuk menarik calon investor dan perusahaan yang go publik


(65)

2.2.11.3. Tujuan Bursa Efek

Tujuan umum pengembangan bursa efek adalah mewujudkan terciptanya kegiatan perdagangan efek yang teratur, wajar, efisien. Sejalan dengan lima strategi pengembangan umum, maka dalam lima tahun kedepan Bursa Efek perlu mengupayakan hal-hal sebagai berikut : 1. Meningkatkan likuiditas dan efisiensi biaya.

Untuk meningkatkan likuiditas perdagangan dan efisiensi biaya, bursa perlu melakukan peninjauan dan sekaligus perbaikan terhadap peraturan-peraturannya seperti : peraturan pencatatan, peraturan perdagangan, peraturan keanggotaan dan peraturan bursa lainnya. Di samping itu, bursa juga perlu secara terus menerus melakukan penyempurnaan terhadap peraturan-peraturan bursa agar selalu mengacu pada standar internasional, termasuk dimungkinkannya perdagangan dan pencatatan lintas batas.

2. Meningkatkan keamanan transaksi bursa

Dalam upaya meningkatkan keamanan transaksi, bursa efek perlu menerapkan strategi antara lain : menningkatkan kegiatan pemantauan pasar sehingga dapat menurunkan resiko investasi, membentuk Pusat Penanggulangan Bencana, memasyaratkan agar anggota bursa dan partisipan bursa mengasurabsikan rekening nasabah, mengkoordinasikan pengembangan jaringan teknologi yang semakin


(66)

terpadu antar SRO dan anggota bursa dan menyelesaikan kasus-kasus bursa secara tuntas, cepat dan adil bagi pihak-pihak yang terlibat. 3. Meningkatkan jenis dan kualitas pelayanan bursa

Agar pelayanan yang diberikan bursa dapat meningkat, maka bursa diharapkan dapat memantapkan mekanisme dan system perdaganan pasa ekuitas dan surat-surat utang, baik menggunakan pendekatan action market maupun pendekatan dealer driven. Disamping itu, bursa perlu mengembangkan pasar derivative, seperti kontrak opi saham, kontrak berjangka indeks, dan berbagai sarana lainnya.

2.2.11.4. Perusahaan Efek

Perusahaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Perdagangan Efek dan atau Manager Investasi (UU Pasar Modal). Hal tersebut berarti sebuah Perusahaan Efek dapat menjalankan salah satu, dua atau kegiatan usaha tersebut. Namun yang perlu dicatat adalah bahwa Perusahaan Efek (berbentuk Perseroan Terbatas) dapat menjalankan usaha tersebut setelah mendapatkan izin dari Bapepam.

Di Bursa Efek Jakarta terdapat 197 perusahaan efek yang menjadi anggota Bursa Efek Indonesia dan menjalankan aktivitas baik sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, maupun Manajer Investasi.


(67)

Dilihat dari sudut kepemilikan, maka Perusahaan Pedagang Efek dapat dibedakan menjadi :

1. Perusahaan Efek Nasional yaitu Perusahaan Efek yang seluruh sahamnya dimiliki oleh orang perseorangan warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.

2. Perusahaan Efek Patungan (joint venture) yaitu Perusahaan Efek yang sahamnya dimiliki oleh orang perseorangan warga Negara Indonesia, badan hukum Indonesia dan atau hukum asing yang bergerak di bidang keuangan. Saham Perusahaan Efek Patungan dapat dimiliki oleh badan hukum asing maksimal 85% dari modal disetor.

2.2.12. Kerangka Berpikir

Rasio leverage keuangan menunjukkan seberapa perusahaan menggunakan hutang untuk mendanai aktivanya. Fluktuasi bisnis perusahaan berdampak besar terhadap keuntungan pemilik ekuitas bila sebagian modal perusahaan didukung oleh hutang. Fluktuasi tersebut dikarenakan kreditor hak klaim pertama terhadap profit dan aktiva perusahaan, sehingga biaya hutang secara eksplisit harus dikurangkan terlebih dahulu dari laba perusahaan. Oleh karena itu leverage meningkatkan resiko pemilik modal. Jadi peningkatan leverage pada satu sisi diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan, tetapi di sisi lain juga menyebabkan resiko financial perusahaan meningkat.


(68)

Semakin tinggi rasio leverage keuangan tertimbang, berarti proporsi pendanaan melalui hutang yang dipakai perusahaan individuallebih tinggi dibandingkan rasio leverage keuangan industri. Perusahaan akan menghadapi resiko financial lebih tinggi dibandingkan resiko financial yang dihadapi oleh industri itu sendiri, demikian juga dengan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba juga meningkat lebih tinggi daripada industri.

Padan umunya tingkat keuntungan yang tinggi yang diperoleh perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang besar adalah karena perusahaan mampu mencapai skala produksi yang ekonomis atau efisien dibandingkan perusahaan yang memiliki pangsa pasar lebih rendah. Perusahaan dengan pangsa pasar lebih besar cenderung akan memperoleh laba lebih tinggi dari pesaing yang lebih kecil karena perusahaan memiliki kekuatan pasar yang lebih besar.

Dari uraian tersebut dapat disusun karangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2.1

Pengaruh Rasio Leverage Keuangan Tertimbang Dan Pangsa Pasar Terhadap ROE

Rasio Leverage Keuangan Tertimbang


(69)

2.2.13. Hipotesis

Dengan mengacu pada perumusan masalah, tinjauan teori, uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga leverage keuangan tertimbang dan pangsa pasar mempunyai pengaruh secara simultan terhadap ROE perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

2. Diduga leverage keuangan tertimbang dan pangsa pasar mempunyai pengaruh secara parsial terhadap ROE perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia

Pangsa Pasar (X2)


(70)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Disini akan dijelaskan tentang pengoperasionalan/pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi variabel-variabel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya. Definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Independen / Bebas

a. Rasio Leverage Keuangan Tertimbang (X1)

Rasio Leverage Keuangan Tertimbang adalah perbandingan antara total hutang per modal sendiri dari perusahaan rokok secara individual dengan total hutang per modal sendiri dari perusahaan industri rokok secara keseluruhan. Satuan pengukuran variabel yang digunakan adalah prosentase.

(TotalHutang/ModalSendiri)P Leverage Keuangan Tertimbang = x100% (TotalHutang/ModalSendiri)I


(71)

b. Pangsa Pasar (X2)

Pangsa pasar adalah perbandingan antara besarnya volume penjualan perusahaan rokok dengan volume penjualan pesaing pokoknya atau industri rokok secara keseluruhan yang terdaftar di BEI. Satuan pengukuran variabel yang digunakan adalah prosentase.

Volume Penjualan Perusahaan Tahun N

Pangsa Pasar = x 100% Volume Penjualan pesaing Pokok Tahun N

2. Variabel Dependen / Terikat ( Y ) a. Return On Equity (ROE)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Satuan pengukuran yang digunakan adalah prosentase dan termasuk dalam skala rasio yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Laba Setelah Pajak

Return On Equity = x 100% Modal Sendiri

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel


(72)

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2000:72). Dalam penelitian ini populasinya adalah Perusahaan rokok yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004 - 2008 sebanyak 3 perusahaan.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan rokok yang sudah melaporkan laporan keuangannya tahun 2004 - 2008 di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 3 (tiga) perusahaan. Yaitu :

1. PT Gudang Garam Tbk 2. PT HM Sampoerna Tbk

3. PT Bentoel International Investama TbK

3.2.2. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan Sampling Jenuh. Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel yang digunakan adalah semua laporan keuangan perusahaan rokok yang


(73)

diterbitkan tahun 2004-2008, yang dikeluarkan oleh perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu : PT Gudang Garam Tbk, PT HM Sampoerna Tbk, PT Bentoel International Investama Tbk.

3.3. Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data

a. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang telah digunakan adalah data sekunder yang diperoleh peneliti dari data laporan keuangan 3 perusahaan rokok berupa neraca dan laporan L/R yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2004 - 2008.

b. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengambil data-data berupa arsip dan laporan yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini.

3.4 Uji Asumsi Klasik

Regresi linier berganda dengan persamaan Y = a + b1 X1 + b2X2 .

Setelah model regresi diperoleh, maka model tersebut sudah termasuk BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau tidak. Untuk menilai apakah model yang digunakan merupakan model linier, sehingga estimasi yang dihasilkan merupakan estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased


(74)

Estimator), hal ini terpenuhi jika plot antara nilai residual dan nilai prediksi tidak membentuk suatu pola tertentu atau acak.

Suatu model dikatakan BLUE bila memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu :

1) Tidak boleh ada multikolineritas. 2) Tidak boleh ada heteroskedastisitas. 3) Tidak boleh ada autokorelasi. 4) Normalitas

Apabila ada salah satu asumsi dasar tersebut dilanggar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.

1. Multikolinieritas

Multikolineritas artinya antar variable independent yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1) Untuk mengetahui apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent dapat menggunakan uji multikolinieritas, karena dalam model regresi linier yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent.

Menurut Yarnest (2003 : 68), terdapatnya korelasi yang sempurna atau tidak sempurna tetapi sangat tinggi pada variabel independent yang


(1)

(2)

Lampiran 3: Uji Autokorelasi

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Market Share,

Lev.Keu Tertimbanga

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: ROE

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .565a .320 .206 26.41713 2.156

a. Predictors: (Constant), Market Share, Lev.Keu Tertimbang b. Dependent Variable: ROE


(3)

Lampiran

 

4:

 

Uji

 

Multikolinearitas

 

Variables Entered/Removedb  Model 

Variables Entered 

Variables 

Removed  Method 

1  Market Share,  Lev.Keu  Tertimbanga 

. Enter 

a. All requested variables entered.  b. Dependent Variable: ROE 

Coefficientsa  Unstandardized 

Coefficients 

Standardized 

Coefficients  Collinearity Statistics 

Model 

B  Std. Error Beta  t  Sig.  Tolerance  VIF 

(Constant)  39.094 9.296

 

4.206 .001

 

 

Lev.Keu Tertimbang  4.091 3.778 .265 1.083 .300 .943  1.060 

Market Share  ‐.892 .497 ‐.440 ‐1.794 .098 .943  1.060 


(4)

Lampiran

 

5:

 

Uji

 

Heterokedastisitas

 

Variables Entered/Removedb  Model 

Variables Entered 

Variables 

Removed  Method 

1  Market Share,  Lev.Keu  Tertimbanga 

. Enter 

a. All requested variables entered.  b. Dependent Variable: ROE 


(5)

Lampiran

 

6:

 

Uji

 

Regresi

 

Berganda

 

Variables Entered/Removedb  Model 

Variables Entered 

Variables 

Removed  Method 

1  Market Share,  Lev.Keu  Tertimbanga 

. Enter 

a. All requested variables entered.  b. Dependent Variable: ROE 

Model Summaryb  Model 

R  R Square 

Adjusted R  Square 

Std. Error of the  Estimate 

1  .565a  .320 .206 26.41713

a. Predictors: (Constant), Market Share, Lev.Keu Tertimbang  b. Dependent Variable: ROE 

ANOVAb

3933.200 2 1966.608 2.818 .099a

8374.376 12 697.865

12307.591 14 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Market Share, Lev.Keu Tertimbang a.

Dependent Variable: ROE b.


(6)

Coefficientsa

39.094 9.296 4.206 .001

4.091 3.778 .265 1.083 .300 .943 1.060

-.892 .497 -.440 -1.794 .098 .943 1.060

(Constant) Lev.Keu Tertimb Market Share Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: ROE a.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return saham Pada perusahaan Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

10 166 91

Pengaruh Return On Capital Employed (ROCE), Return On Asset (ROA), Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Earnings Per Share (EPS) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

26 161 93

Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return on Equity dan Earning per Share Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 49 98

Analisis Pengaruh Return On Assets, Return On Equity dan Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 100 81

Pengaruh Leverage terhadap Return On Equity Pada Industri Otomotif Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

1 37 78

Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return On Equity Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 45 96

Pengaruh Quick Ratio, Banking Ratio, Dan Return On Equity Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 100 91

Pengaruh Financial Leverage, Return on Equity (ROE), Ukuran Dan Umur Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 30 95

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Return On Equity dan Managerial Ownership Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 46 97

ANALISIS PENGARUH RASIO LEVERAGE KEUANGAN TERTIMBANG DAN PANGSA PASAR TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 23