Peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw mata pelajaran IPS di SDN Kalikutuk tahun pelajaran 2012 2013
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI
KALIKUTUK SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Kristina Rika Damayanti NIM : 091134176
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
(2)
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI
KALIKUTUK SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Kristina Rika Damayanti NIM : 091134176
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
(3)
(4)
(5)
iv
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini aku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Simbah Atemo Pawiro dan Saliyem
Ayah Paida dan IbuWakinem
Kakak Marsuti, Purwadi, Margi, dan
Suparno.
Ponakan Dika, Rafa dan Farel
Semua pihak yang telah membantu
penulis, terima kasih atas bantuannya
(6)
MOTTO
(7)
(8)
(9)
ABSTRAK
Rika, Kristina Damayanti. 2013. Peningkatan Motivasi Dan Prestasi Belajar denganmenggunakanModel PembelajaranKooperatif Learning Teknik Jigsaw Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SD Negeri Kalikutuk Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw I pada mata pelajaran IPS tahun ajaran 2012/2013, (2) prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw I pada mata pelajaran IPS tahun ajaran 2012/2013 dan (3) seberapa besar peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw I pada mata pelajaran IPStahunajaran 2012/2013.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa–siswi kelas V SD Negeri Kalikutuk berjumlah 20 siswa. Obyek penelitian adalah motivasi dan prestasi belajar siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar skala dan tes pilihan ganda. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.
Skor rata-rata motivasi belajar di dapat data awal adalah 51,1 yang jika dilihat dalam tabel tingkatan motivasi menunjukkan motivasi sangat rendah. Penelitian siklus I mengalami peningkatan 67,4 menjadi motivasi rendah. Rata-rata motivasi belajar siklus II 78,7 dimana tabel tingkatan motivasi menunjukkan motivasi sedang. Nilai KKM mata pelajaran IPS adalah 63 sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar IPS SDN kalikutuk mencapai 61. Pada penelitian siklus I meningkat menjadi 71,25 dan siklus II meningkat menjadi 79,75
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor motivasi belajar meningkat sebesar 27,6 dan nilai KKM prestasi belajar mengalami peningkatan sebesar18,75 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw I dibandingkan dengan data awal tanpa menggunakan model pembelajaran.
(10)
ABSTRACT
Rika. 2013. Improving the Learning Motivation and Achievement Among the Fifth Grade Students of SDN Kalikutuk on Sosial Studies lesson Using Cooperative Learning Jigsaw Tehnique.
This research aims to find out (1) motivation to learn grade V SD NegeriKalikutuk cooperative learning model by using the technique of jigsaw I in IPS subjects academic year 2012/2013, (2) learning achievements of students of class V SD NegeriKalikutuk cooperative learning model by using the technique of jigsaw I in IPS subjects academic year 2012/2013 and (3) how large an increase in motivation and learning achievements of students of class V SD NegeriKalikutuk cooperative learning model by using the technique of jigsaw I in the eyes lesson IPS school year 2012/2013.
This type of research is research action class. The subject of this research is the siswa–siswi class V SD NegeriKalikutuk amounted to 20 students. The object of the research was the motivation and learning achievements of students. The instruments used in this research is the sheet scale and multiple choice tests. Technique of data analysis in this study uses descriptive analysis.
An average score of motivation studied obtained initial data was 51.1 which if seen in the table shows the level of motivation motivation is extremely low. Research cycle I have elevated the low motivation to 67,4. Average learning motivation cycle II table where levels of motivation 78,7 shows the motivation was. The value of the KKM subjects IPS is 63, while the average value of learning achievements IPS SDN kalikutuk reached 61. Research on cycle I increased to 71,25 and cycle II increased to 79,75.
The results of this research show that learning motivation score increased by 27.6 and the value of learning achievements have elevated the KKM is equal to 18.75 with cooperative learning techniques using model jigsaw I compared with initial data without using the model instruction.
(11)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala berkat, anugerah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar denganModel PembelajaranKooperatif Learning Teknik Jigsaw pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SD Negeri Kalikutuk Tahun Ajaran 2012/2013” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terwujud. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis ingin secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. G. Ari Nugrahanta, SJ,S.S.,BST.,M.A., selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Rusmawan, S.Pd.,M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah begitu baik meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingannya, masukan dan kritik yang sangat berharga, dengan penuh perhatian dan kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Ag. Kustulasari 81, S.Pd.,M.A., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, memberikan kritik, saran dan masukan serta nasehat-nasehatnya yang sangat berarti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membagikan ilmunya dan membantu penulis.
6. Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan serta siswa-siswi SD NegeriKalikutuk yang saya cintai, yang telah membantu dapat terselesaikannya skripsi ini.
(12)
7. Ayah, Ibu, adik dan seluruh keluarga yang saya kagumi.
8. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu serta menemani dalam suka maupun duka.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini, karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 29 Agustus2013
Penulis
(13)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Batasan Masalah ... 4
1.3. Rumusan Masalah ... 5
1.4. Pemecahan Masalah ... 5
1.5. Batasan Pengertian ... 6
1.6. Tujuan Penelitian ... 6
1.7. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
2.1 Teori Belajar Anak ... 8
2.2 Motivasi Belajar ... 11
2.3 Prestasi Belajar ... 14
2.4 Model Pembelajaran Kooperatif ... 18
2.5 Hakekat Ilmu Pengetahuan ... 25
2.6 Penelitian Yang Relevan ... 28
(14)
2.8 Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Jenis Penelitian ... 32
3.2 Setting Penelitian ... 33
3.3 Rencana PelaksanaanTindakan ... 34
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.5 Teknik Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Hasil Penelitian ... 41
4.2 Pembahasan ... 56
BAB V PENUTUP ... 58
5.1 Kesimpulan ... 58
5.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
(15)
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 JadwalPenelitian ... 34
Tabel 3.2 TeknikPengumpulan Data ... 37
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Motivasi ... 38
Tabel 3.4 Analisis Data Motivasi ... 39
Tabel 3.5 Analisis Data Prestasi ... 39
Tabel 4.1 MotivasiPra-Siklus ... 42
Tabel 4.2 PrestasiPra-Siklus ... 44
Tabel 4.3 MotivasiSiklus 1 ... 46
Tabel 4.4 PrestasiSiklus 2 ... 48
Tabel 4.5 MotivasiSiklus 2 ... 52
(16)
DAFTAR PIE CHART
Halaman
Pie Chart 4.1 Motivasi Pra-Siklus ... 43
Pie Chart 4.2 Prestasi Pra-Siklus ... 45
Pie Chart 4.3 Motivasi Siklus 1 ... 47
Pie Chart 4.4 Prestasi Siklus 2 ... 49
Pie Chart 4.5 Motivasi Siklus 2 ... 53
(17)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Lampiran Halaman
Lampiran 1 Silabus ... 62
Lampiran 2 RPP siklusI ... 64
Lampiran 3 Lembar kerja siswa siklus I ... 67
Lampiran 4 Latihan soal1 ... 70
Lampiran 5 Kisi siklus I ... 74
Lampiran 6 RPP siklus II ... 75
Lampiran 7 Lembar kerja siswa siklus II ... 78
Lampiran 8 Latihan Soal2 ... 81
Lampiran 9 Kisi siklus II ... 85
Lampiran 10 Petunjuk kegiatan kelompok siklus I danII ... 86
Lampiran 11 Lembar skala nilai ... 89
Lampiran 12 Validitas dan Reliabilitas ... 90
Lampiran 13 Foto-foto Pembelajaran ... 91
Lampiran 14 Surat izin penelitian ... 93
Lampiran 15 Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 94
(18)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang dipelajari siswa dan
memuat keadaan lingkungan sosial siswa, karena IPS merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan masyarakat.Pendidikan IPS pertama kali
diberikan ditingkat Sekolah Dasar (SD).IPS di SD merupakan IPS terpadu karena
memadukan beberapa unsur meliputi sejarah, ekonomi dan hubungan
masyarakat.Pembelajaran IPS berupa sejumlah materi mengenai keragaman
budaya, konflik, nasionalisme, kesinambungan dan perubahan, interaksi
sosial.Materi yang terkandung dalam mata pelajaran IPS diberikan guna
mengembangkan dan melatih sikap, nilai, moral dan keterampilan siswa.Hal ini
sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan IPS yang disampaikan oleh Gross
dalam Solihatin (2007:14) yaitu mempersiapkan siswa yang hidup di dalam
masyarakat menjadi warga negara yang baik.Siswa tumbuh dan berkembang di
lingkungan masyarakat.Suatu ketika siswa tersebut dihadapkan dalam suatu
masalah di lingkungan sekitar, pendidikan IPS memberi bekal kemampuan dasar
dalam mengambil keputusan dalam setiap persoalan yang dihadapinya. Oleh
karena itu tujuan pendidikan IPS yang sangat penting bukan sebatas transfer ilmu
melainkan terletak pada manfaat bagi peserta didik dalam menjalankan kehidupan
di masyarakat dan guna melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
(19)
pembelajaran yang saat itu bertepatan dengan materi IPS Kompetensi Dasar
peninggalan sejarah. Guru menerapkan metode ceramah disetiap pembelajaran
dan diakhiri dengan merangkum. Guru berdalih metode ceramah digunakan
karena materi yang terlalu luas dibandingkan dengan materi sebelumnya dan
kompetensi peninggalan sejarah harus diajarkan dengan bercerita. Siswa merasa
bosan, mengantuk dan kurang bersemangat setiap kali berlangsungnya pelajaran
IPS.
Data awal yang diperoleh kemudian peneliti kembangkan.Peneliti dengan bantuan
guru kelas mengobservasi 20 siswa kelas V pada mata pelajaran IPS di SDN
Kalikutuk pada semester I tahun pelajaran 20112/2013 dengan mengunakan
lembar pengamatan untuk mendapatkan data awal mengenai motivasi belajar.
Peneliti mendapatkan data bahwa nilai rata-rata motivasi belajar siswa SD Negeri
Kalikutuk sebesar 51,1%. Nilai rata-rata tersebut jika dilihat dalam tabel kriteria
peningkatan motivasi belajar ada dalam kelompok sangat rendah.Hal yang serupa
yang terjadi pada prestasi belajar siswa SD Negeri Kalikutuk juga masih
rendah.Sebanyak 20 siswa yang mengikuti ulangan harian mendapat nilai rata-rata
61, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk materi tokoh
peninggalan sejarah adalah 63. Walaupun antara nilai rata-rata dengan nilai KKM
hanya memiliki selisih nilai 2, namun penelitian akan tetap bertujuan untuk
meningkatkanprestasi belajar karena akan menjadi penting jika seluruh siswa
mampu melampaui KKM. Oleh karenanya penelitian ini akan terfokus pada
(20)
dilapangan menunjukkan bahwa guru sering menghadapi kesulitan atau masalah
dalam kelas namun tidak tahu cara mencari pemecahannya.
Guru adalah pihak yang memegang peranan penting dalam upaya
melakukan perbaikan. Kualitas pembelajaran.Guru harus memiliki strategi
pembelajaran guna mengelola pembelajaran sehingga Standar Kompetensi (SK)
dapat dicapai oleh siswa dengan baik.Strategi pembelajaran yang ditawarkan
semakin beragam.Menurut Lie (2008:23) ada tiga pilihan model pembelajaran
yaitu, kompetisi, individual dan kooperatif .Pada model pembelajaran kompetisi,
siswa belajar dalam suasana persaingan. Tujuan dari model pembelajaran ini
adalah menempatkan siswa dalam kategori berprestasi yang paling baik sampai
dengan paling jelek. Dalam model pembelajaran individual, siswa belajar materi
bahan ajar secara mandiri dan guru bertugas untuk memonitor.Siswa tidak perlu
bersaing dengan teman-teman tetapi siswa belajar sesuai dengan minat.Sedangkan
dalam model kooperatif, siswa belajar dengan teman sebaya untuk memecahkan
masalah dalam pembelajaran. Siswa dituntut untuk dapat bertanggung jawab atas
masalah kelompoknya sehingga setiap siswa terpacu untuk menyelesaikan tugas
agar yang lain dapat berhasil.
Guna memperbaiki permasalahan yang telah diuraikan di awal, peneliti
mengkonsultasikan strategi pemecahan dengan dosen pembimbing dan
mempelajari pustaka terkait.Permasalahan di SDN Kalikutuk sangat cocok
diatasimenggunakan satu model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw.
(21)
kelompok atau tim, siswa belajar menjadi tim ahli dan tim asal kemudian
merencanakan bagaimana mengajarkan informasi subtopik tersebut kepada
anggota kelompok lainnya. Pengaruh positif dari penggunaan Teknik Jigsaw
dikemukakan oleh Johnson and Johnson dalam Rusman (2010:219) yaitu
meningkatkan prestasi belajar, menumbuhkan motivasi intrinsik (kesadaran
individu) serta meningkatkan hidup bergotong royong.
Penulis mengadakan penelitian untuk meningkatkanmotivasi dan prestasi
belajar siswa menggunakan model pembelajarankooperatif learning teknik
jigsawpada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD negeri kalikutuk tahun ajaran
2012/2013.Model pembelajaran teknik jigsaw sesuai digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan tentang motivasi belajar dan prestasi belajar IPS di
SD Kalikutuk.
1.2 Pembatasan Masalah
Permasalahan yang timbul dalam pembelajaran IPS di SD terlalu luas
sehingga tidak mungkin diteliti dalam penelitian ini secara keseluruhan. Oleh
karena itu, penelitian harus dibatasi. Pembatasan dimaksudkan agar peneliti lebih
fokus. Maka penelitian ini hanya dibatasi pada:
1.2.1 Motivasi belajar siswa terhadap pelajaran IPS
1.2.2 Prestasi belajar IPS siswa kelas V semester genap SD Negeri Kalikutuk.
1.2.3 Model yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif teknik
(22)
prestasi belajar siswa, karena model ini menekankan aspek kerjasama diantara
kelompok dan keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan siswa.
1.3 Perumusan Masalah
Dilandasi latar belakang, masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1.3.1 Bagaimana peningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif siswa kelas V semester 1 SD
Negeri Kalikutuk tahun pelajaran 2012/2013?
1.3.2 Apakah pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw siswa kelas V semester 1 SD Negeri Kalikutuk tahun ajaran 2012/2013
dapat meningkatkan motivasi belajar?
1.3.3 Apakah pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw siswa kelas V semester 1 SD Negeri Kalikutuk tahun ajaran 2012/2013
dapat meningkatkan prestasi belajar?
1.4 Pemecahan Masalah
Seperti yang diuraikan pada latar belakang, permasalahan sikap siswa
dalam mengikuti pelajaran IPS dan masalah rendahnya kemampuan siswa dalam
mata pelajaran IPSkhususnya KD 2.4 dapat diatasi dengan model kooperatif
teknik jigsaw. Siswa berperan aktif dalam kelompok kemudian saling
bekerjasama. Siswa dibagi dalam sebuah tim, tim ahli mempelajari materi
kemudian mengajarkan materi tersebut kepada tim lain sehingga akhirnya nanti
didapat prestasi siswa yang mencapai KKM serta tumbuhnya motivasi yang
(23)
1.5 Batasan Pengertian
Agar tidak menimbulkan pertanyaan dan multi tafsir tentang suatu istilah
yang akan digunakan dalam penelitian ini maka perlu pembatasan seperti:
1.5.1 Motivasi belajar merupakan faktor psikis manusia yang bersifat
non-intelektual. Motivasi ini memiliki peranan yang khas dalam hal merasa senang
dan semangat belajar,serta penumbuhan gairah. Motivasi dapat diukur dengan
instrumen-instrumen salah satunya dengan lembar skala.
1.5.2 Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru.
1.5.3 Model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah model pembelajaran
yang menekankan aspek kerjasama diantara tiap tim. Tim terdiri dari timahli yang
kemudian merencanakan pembelajaran dari subtopik materi yang akan
disampaikan kepada tim lain.
1.6 Tujuan Penelitian
1.6.1 Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan motivasi belajar dan
prestasi belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada
mata pelajaran IPS tahun ajaran 2012/2013.
1.6.2 Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk
setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada mata
(24)
1.6.3 Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk
setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada mata
pelajaran IPS tahun ajaran 2012/2013.
1.7 Manfaat Penelitian 1.7.1 Bagi peneliti
Merupakan pengalaman berharga mampu menerapkan model pembelajaran
kooperatif.
1.7.2 Bagi guru
Merupakan salah satu acuan pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk materi
pokoklain dan di kelas yang berbeda dengan kooperatif teknik jigsaw.
1.7.3 Bagi sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses belajar siswa di SD
Negeri Kalikutuk dengan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw.
1.7.4 Bagi siswa
Penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat memberi
pengalaman belajar yang aktif bagi siswa dalam pelajaran IPS kelas V.
1.7.5 Bagi Prodi PGSD
Penelitian ini dapat menambah referensi bacaan yang dimanfaatkan untuk
(25)
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Anak
Para ahli Psikologi berpendapat bahwa tingkah laku seseorang selalu
didasarkan pada kognisi yaitu perbuatan pikiran terhadap situasi dimana tingkah
laku seseorang terjadi. Berikut keempat tokoh penting pengembang teori psikologi
kognitif :
2.1.1 Teori belajar menurut Jerome Bruner
Dahar (1988:118) dan Ahmadi (1991:217) menyatakan bahwa belajar
menurut Bruner yang terpenting adalah cara bagaimana orang memilih
mentransformasi informasi dan mempertahankan. Bruner memusatkan perhatian
pada masalah yang dilakukan manusia dengan informasi yang telah diterimanya
setelah informasi diterima, apa yang dilakukannya untuk mencapai pemahaman
yang memberikan kemampuan kepadanya. Model belajar yang sangat
berpengaruh dan dikenal yaitu belajar penemuan.Belajar penemuan berarti siswa
berpartisipasi aktif dalam melakukan eksperimen dan berusaha sendiri mencari
pemecahan masalah sehingga menghasilkan seta menemukan konsep pengetahuan
yang benar-benar bermakna.Belajar penemuan membangkitkan keingintahuan
siswa serta memberi motivasi untuk bekerja sampai siswa tersebut dapat
menemukan jawaban atas masalah yang ingin dipecahkan.
2.1.2 Teori belajar menurut David Ausubel
Teori belajar yang kedua dikenal dengan teori belajar bermakna oleh
(26)
konsep-konsep yang relevan dalam struktur kognitif. Ausubel mengatakan di
dalam buku Ahmadi (1991:220) bahwa strategi belajar yang mencegah belajar
hafalan adalah dengan meminta anak untuk mengatakan ide-ide baru menurut cara
atau kata-kata mereka sendiri dan menentukan inti dari pada informasi baru itu.
Contohnya : saat pelajaran berhitung bisa menjadi belajar hafalan apabila siswa
disuruh menghafal rumus tanpa mengetahui arti dari rumus itu sendiri. Sebaliknya
menjadi bermakna apabila siswa tahu arti dan fungsi dari rumus-rumus itu
sendiri.Ausubel tidak menolak adanya belajar penemuan dari bruner namun dia
berpendapat bahwa belajar penemuan lebih cocok diterapkan oleh siswa dalam
tingkat perkembangan kognitif kongkrit namun bila siswa sedang dalam tingkat
kognitif formal dapat dipakai metode bermakna.
2.1.3 Teori belajar menurut Robert M. Gagne
Teori belajar Gagne tertuang dalam bukunya Dahar (1988:172). Gagne
bertitik tolak pada 8 fase kejadian belajar yang diikuti dengan kejadian instruksi.
Fase motivasi dengan guru membangkitkan perhatian siswa dalam isi pelajaran
(motivasi), fase pengenalan dengan memberitahu rumusan tujuan-tujuan belajar,
fase perolehan dengan mengarahkan perhatian siswa agar siswa siap menerima
stimulus dan memilih informasi yang akan disimpan dalam memori, fase retensi
yaitu merangsang ingatan tentang pelajaran yang telah lampau (memori jangka
panjang), fase pemanggilan yaitu dengan menyediakan bimbingan dengan cara
mengaitkan informasi baru dengan pengalaman siswa, fase generalisasi yaitu
(27)
membantu transfer belajar dan yang terakhir fase umpan balik yaitu dengan
memberi test.
2.1.4 Teori belajar menurut Piaget
Teori yang sangat terkenal dari Piaget yaitu mengenai tingkat
perkembangan intelektual anak. Dalam bukunya Dahar (1988:183), Piaget
membagi perkembangan intelektual anak menjadi 4 tingkat: pertama, tingkat
sensori-motor yaitu 0-2 tahun. Periode ini bayi mengatur hidupnya dengan
inderanya (sensori) dan tindakannya (motor).Kedua tingkat pra-operasional, yaitu
antara umur 2 sampai dengan 7 tahun.Tingkat ini anak belum mampu
melaksanakan operasi mental seperti menembah, mengurangi, perkalian dan
lain-lain. Mempunyai sifat egosentis yaitu kesulitan menerima pendapat orang lain-lain.
Ketiga tingkat operasional konkrit adalah antara umur 7-11 tahun.Anak ini sudah
mampu mengambil keputusan atas masalah yang dihadapinya dan berkurangnya
egoisentris menjadi sosiosentris.Tingkatan terakhir yaitu operasional formal, yaitu
berumar 11keatas.Periode ini anak sudah mempunyai berfikir abstrak mengenai
benda-benda, atau peristiwa-peristiwa yang terjadi. Jelas disampaikan oleh piaget
bahwa dengan mengukur tingkat perkembangan kognitif seorang anak maka akan
memberi informasi tentang tujuan pendidikan yang akan dicapai.
Dari keempat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa anak belajar sesuai
dengan tingkatan intelektual agar siswa dapat menerima isi bahan ajar sesuai
dengan kematangan intelektualnya. Disamping itu anak diajak untuk menggali
(28)
itu sendiri yang sesuai dengan materi yang ia baca. Guru sebagai pendamping
anak, mengarahkan agar proses belajar dapat sesuai dengan yang diharapkan.
2.2 Motivasi Belajar 2.2.1 Pengertian motivasi belajar
Hamzah (2007:55) mengatakan bahwa motivasi belajar dapat timbul
karena adanya faktor intrinsik dan faktor entrinsik. Faktor intrinsik berupa hasrat
dan keinginan untuk berhasil, dorongan belajar dan harapan akan cita-cita
sedangkan faktor entrinsik berupa lingkungan belajar yang kondusif, kegiatan
belajar yang menarik dan adanya penghargaan. Kedua faktor tersebut muncul
karena adanya rangsangan tertentu sehingga siswa berkeinginan untuk melakukan
aktivitas belajar yang lebih giat.Senada dengan pengertian yang disampaikan oleh
Sardiman (1986:75) bahwa motivasi belajar adalah faktor psikis manusia yang
bersifat non-intelektual.Motivasi ini memiliki peranan yang khas dalam hal
merasa senang dan semangat belajar, serta penumbuhan gairah.Seorang siswa
yang mempunyai kemampuan intelektual/kecerdasan yang tinggi bisa saja gagal
karena kekurangan motivasi belajar.Kegagalan belajar siswa disebabkan
kurangnya semangat belajar dan gairah belajar. Siswa yang memiliki motivasi
belajar yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan aktivitas
belajar. Oleh karenanya hasil belajar akan optimal jika ada motivasi yang tepat.
Ketiga menurut Winkel (1996:173) berpendapat mengenai motivasi belajar
yaitu motivasi yang dihayati oleh diri sendiri biarpun orang lainmempunyai
(29)
tidaknya pengaruh dari luar, lebih merupakan kebutuhan diri sendiri yang ingin
dipenuhi dalam belajar.Jadi motivasi belajar tumbuh karena adanya rangsangan
atau dorongan belajar dari individu dan dikuatkan dengan pengaruh luar individu
sehingga individu dapat memenuhi kebutuhan akan belajar.
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Menurut Sardiman (1986:88), Winkel (1996:173) dan Hamalik (2001:162)
faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dibedakan menjadi dua.
Pertama motivasi intrinsik yaitu motivasi karena setiap individu memiliki
dorongan dalam melakukan sesuatu.Sebagai contoh, dilihat dari tujuannya, siswa
melakukan kegiatan belajar karena ingin mendapat pengetahuan, nilai atau agar
keterampilannya dapat berubah.Yang kedua adalah motivasi ekstrinsik yaitu
motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar individu.Sebagai
contoh, seseorang belajar karena disuruh orangtua atau guru, ingin dipuji
temannya, atau dipuji oleh pacarnya.Motivasi dari dalam maupun dari luar perlu
digerakkan dalam proses belajar mengajar agar didapat formula tertentu dalam
pencapaian tujuan.
2..2.3 Fungsi motivasi belajar
Oemar Hamalik (2001:161), Ahmadi (1991:139) danSardiman (1986:84)
menjelaskan 4 fungsi motivasi yaitu: pertama, mendorong manusia untuk berbuat
sesuatu hal seperti belajar. Fungsi kedua adalah sebagai pengarah, yakni tujuan
yang ingin dicapai haruslah sesuai dengan kegiatan yang sedang
(30)
bahwa perbuatan-perbuatan bermanfaat bagi tujuan. Seseorang yang akan
melakukan kegiatan belajar tidak akan bermain atau melakukan hal-hal aneh
sebab tidak serasi dengan tujuan yang akan dicapainya. Fungsi terakhir adalah
sebagai penggerak maksudnya motivasi digunakan dalam pencapaian prestasi
belajar. Seseorang yang tekun belajar karena adanya motivasi maka akan
melahirkan prestasi yang baik.
2.2.4 Cara mengerakkan motivasi
Oemar Hamalik (2001:166) dan Sardiman (1986:91) menjelaskan berbagai cara
untuk membangkitkan motivasi belajar siswa yaitu: pujian, guru harus
memberikan apresiasi ketika siswa dapat menjawab dengan tepat karena pujian
menimbulkan perasaan senang dan puas serta pendorong belajar;memberi angka,
setelah selesai mengerjakan tugas biasanya siswa mendapatkan hasil. Murid yang
mendapatkan angka sempurna akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih
besar sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang akan mendorong
agarselanjutnya belajar lebih giat:kerja kelompok, pada mata pelajaran tertentu
dimana siswa melakukan kerja kelompok kadang-kadang untuk menjadikan
kelompoknya menjadi yang terbaik biasanya siswa terdorong untuk belajar.
Motivasi digunakan agar diri siswa tergugah niatnya dalam melakukan tujuan
yang hendak dicapai melalui dorongan baik dari individu itu sendiri maupun dari
luar individu dengan cara mengerakkan motivasi.
(31)
Hasil belajar menurut Masidjo (1995:58), Hadi (2004:152) dan Solihatin
(2007:44) dapat diukur melalui dua cara yaitu tes dan non tes. Alat pengukur tes
dilakukan apabila sifat suatu objek yang diukur berupa perubahan tingkat laku
yang berhubungan apa yang diketahui, dipahami yang tidak dapat diamati oleh
indera kita. Sedangkan alat pengukur non tes yaitu serangkaian pernyataan atau
pertanyaan yang harus dijawab untuk mengukur kemampuann belajar siswa yang
dapat diamati secara kongkret.Hasil belajar tentang motivasi dapat diukur
mengunakan non tes karena sifat suatu objek dapat diamati.
Untuk mengukur motivasi belajar siswa, peneliti menggunakan teknik
observasi partisipan dengan alat ukur skala nilai. Observasi partisipan berarti
peneliti turut ikut ambil bagian dalam proses penelitian sedangkan skala nilai
adalah pedoman pengamatan yang berupa daftar yang memuat sejumlah
pertanyaan atau pernyataan tentang perilaku yang dijabarkan dalam bentuk skala .
2.3 Prestasi Belajar 2.3.1 Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Winkel (1996:226)prestasi belajar adalah bukti pencapaian dari
usaha-usaha belajar siswa.Siswa mengalami peningkatan kecerdasan setelah siswa
tersebut belajar dengan usahanya sendiri dan dibuktikan melalui tes-tes dan
didapat nilai yang memenuhi target. Sedangkan menurut Muhhibin
(2003:150)Prestasi belajar adalah pengungkapan hasil belajar meliputi segenap
ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar
(32)
dapat diukur dengat alat tes prestasi belajar.Tujuan dari tes tersebut semata-mata
untuk memberi gambaran terhadap keberhasilan siswa dalam belajar dan
pengambilan keputusannya.
Berpangkal dari pengertian para ahlidapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar merupakan alat yang digunakan oleh guru dalam mengukur keberhasilan
siswanya setelah siswa melakukan usaha belajarnya yang meliputi ranah
psikologisnya dan alat yang digunakan disebut tes prestasi belajar.
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Ketiga ahli Muhibbin (2003:110), Sardiman (1986:50), dan Winkel
(1996:50) mengungkapkan hal yang senada bahwa faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa di sekolah dibedakan menjadi dua. Yang pertama, faktor
internadalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendirimeliputi:
kecerdasan/inteligensi, bakat, minat dan motivasi. Yang kedua faktor ekstern
adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa,
meliputi: keadaan keluarga, keadaan sekolah dan keadaan masyarakat.
Kecerdasan/inteligensimenurut Winkel (1996:138) adalah kemampuan
berfikir seseorang dalam mencapai prestasi sekolah. Prestasi tidak akan didapat
oleh siswa jika siswa itu sendiri tidak mengalami proses berfikir. Ketika anak
dihadapkan dalam masalah maka anak akan memecahkan masalah. Di dalam
masalah terjadi proses berfikir. Namun anak belum bisa dikatakan cerdas jika
belum dites oleh orang yang berkompeten dibidangnya.Tes kecerdasan tersebut
(33)
angka-
angka dan memcerminkan taraf intelengensi. Semakin tinggi angka itu maka
semakin tinggi pula taraf intelegensinya.Sama halnya dengan Reber dalam
Muhibbin (2003:147) mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan
seseorang untuk mereaksi rangsangan di lingkungan dan dengan cara yang tepat
dalam hubungannya dengan psiko-fisik (otak).Otak bukan saja satu-satunya alat
penentu inteligensi seseorang karena otak tidak bekerja sendirian, otak
memerlukan organ-organ tubuh lainnya.Namun otak dalam kaitannya dengan
intelegensi sangat menonjol karena otak merupakan menara pengontrol bagi
sebagian aktivitas manusia.Jadi di dalam otak terjadi kegiatan berfikir, kegiatan
ini membawa anak menjadi cerdas.Cerdas memberi peluang bagi siswa untuk
berprestasi meraih sukses.
Faktor intern yang kedua yaitu menurut Winkel (1996:54)berpendapat
bakat adalah kemampuan seseorang yang belum muncul oleh karenanya perlu
diasah dan dikembangkan melalui belajar sehingga menjadi kecakapan yang
nyata.Menurut Chaplin dalam Muhibbin (2003:150) bakat adalah pencapaian
keberhasilan dengan potensi yang dimiliki pada masa yang akan datang. Peneliti
sependapat dengan dua ahli diatas, bahwa bakat perlu diasah guna pencapaian
keberhasilan yang akan datang. Namun tidak dipungkiri biasanya siswa tidak
sadar akan potensi dalam dirinya dan orang tua juga tidak peka terhadap potensi
yang dimiliki anaknya. Kebanyakan orang tua memaksakan kehendak untuk
memilihkan keahlian pada bidang yang disenangi.Oleh karena itu adalah hal yang
(34)
anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa menyelidiki lebih dahulu bakat yang
dimiliki anaknya.Pemaksaan kehendak dan ketidakpastian siswa terhadap
jurusanyang sebenarnya bukan bakatnya berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Minatmenurut Winkel (1996:24) adalah ketertarikan seseorang dalam
bidang tertentu dan merasa senang melakukan hal pada bidang tersebut.Muhibbin
juga berpendapat mengenai bakat yaitu kegairahan dan keinginan seseorang yang
besar terhadap sesuatu.Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
minat merupakan kecenderungan individu pada sesuatu hal dan individu tersebut
merasa nyaman melakukan hal yang dia inginkan.Kemudian faktor intern yang
terakhir adalah mengenai motivasi. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi ini sudahdibahas pada
subtopik sebelumnya.
Lingkungan keluarga menurut Hasbullah (2006:39) merupakan lingkungan
pendidikan pertama dan utama. Pertama maksudnya bahwa anak lahir karena
hubungan antara kedua orang tuanya. Mereka harus bertanggungjawabterhadap
pemeliharaannya karena merekatermasukorang dewasa.Kemudian utama,
maksudnya anak lahir mempunyai ketergantungan dengan orangtua oleh karena
itu orang tua berkewajiban memberikan pendidikan dengan corak warna yang
dikehendaki terdapat anaknya.
Keadaan sekolah menurut Hasbullah (2006:47), Muhibbin (2003:48) dan
Winkel (1996:25) menyebutkan bahwa sekolah merupakan pendidikan kedua
(35)
serangkaian kegiatan yang terencana dan terorganisasi dalam proses
belajar-mengajar di kelas. Pendidikan sekolah sangat diperlukan dalam pengembangan
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik anak.Dalam sebuah keluarga tidak
selamanya tersedia kesempatan dan kesanggupan memberikan pendidikan oleh
karena itu sekolah dibutuhkan guna menyerahkan tanggungjawabnya kepada
sekolah.
Terakhir Lingkungan masyarakat menurutDriyarkara dan Moh.Nor Syam
dalam Hasbullah (2006:55) merupakan sekumpulan orang di suatu daerah yang
senasib dan mempunyai tata nilai dan tata budaya sendiri. Masyarakat mempunyai
andil yang luas terhadap pendidikan karena ketika anak-anak lepas dari
pengasuhan orang tua dan pendidikan sekolah, mereka akan bersama masyarakat
dalam pergaulan yang berbeda-beda. Jika lingkungan belajar anak-anak di
masyarakat terdapat teman sebaya dan mempunyai kondisi belajar yang baik
maka dapat dipastikan bahwa anak-anak akan mendapatkan hak belajar yang
sesuai. Sedangkan jika lingkungan tersebut terdapat anak-anak nakal, maka siswa
akan terpengaruh dampak buruk dan siswa tidak akan mendapat haknya dalam
belajar.
Mengacu pada faktor-faktor prestasi belajar yang sudah dibahas diatas,
yang akan penulis tindak lanjuti dan sesuai dengan penelitian yaitu mengenai
motivasi belajar siswa karena motivasi yang optimal akan menunjang prestasi
belajar siswa yang optimal juga.
(36)
Teknik pengukur prestasi belajar siswa yaitu menggunakan tes karena
prestasi belajar belum dapat diamati menggunakan alat indera. Alat ukur prestasi
belajar yang paling cocok dan mudah diaplikasikan menggunakan tes pilihan
ganda.Tes pilihan ganda yaitu sejumlah pertanyaan yang memuat sejumlah item
yang jawabannya harus dipilih yang paling tepat.Yang harus diperhatikan dalam
pembuatan soal ini adalah sebelum diuji cobakan kepada siswa harus melalui
tahapan yang sesuai karena hasil bejar harus benar-benar mewakili suatu objek
dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.Tes buatan guru harus diuji
validitas dan reliabilitasnya.Hadi (1995:122) dan Masidjo (1995:208) Yang
dimaksud reliabilitas adalah taraf sampai dimana suatus tes mampu menunjukkan
ketepatan dan ketelitian hasil dalam pengukuran. Sedangkan validitas adalah taraf
sampai dimana mampu mengukur apa yang ingin diukur. Validitas yang akan
peneliti pakai yaitu validitas isi, dimana validitas isi mampu mengukur secara
tepat apa yang seharusnya diukur dandibuktikan dengan kisi-kisi soal.
2.4 Model Pembelajaran Kooperatif
2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Davinson dan Kroll dalam Nur Asma (2006:11) pembelajaran
kooperatif adalah kegiatan belajarsiswa dalam kelompok dimana siswa saling
bertukar ide dan bekerjasama dalam memecahkan suatu masalah.Siswa belajar
dalam suatu kelompok dan menghadapi masalah.Berdasarkan kemampuan tiap
individu, mereka berbagi ide guna memecahkan masalah belajar sedangkan
(37)
kooperatif melibatkan kelompok kecil yang berbeda dan pencapaian tujuan dari
tugas akademik sambil belajar keterampilan kolaboratif dan sosial.Kelompok
belajar diatur oleh guru agar meratanya kesempatan belajar dari siswa pintar dan
yang kurang pintar. Siswa menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tujuan yang
dicapai dan siswa juga belajar cara berkelompok antar anggota serta memupuk
kepedulian sosial antar anggota. Kemudian Anita Lie (2008:28)mengatakan
bahwa kooperatif adalah suatu sistem dimana siswa bekerjasama dengan siswa
lain dalam tugas tersruktur (pembelajaran gotong royong). Tugas terstruktur
dibuat oleh guru agar ketika siswa bekerjasama mempunyai arah yang jelas dan
tidak ada siswa yang bercanda atau bermalas-malasan.
Ahli yang lain yaitu Slavin dalm Isjoni dan Arif Ismail (2008:150),
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model yang merangsang siswa untuk belajar
dalam kelompok kecil secara kolaboratif.Sebaiknya dalam pembelajaran
kooperatif, pembagian kelompok terdiri dari 4-6 0rang agar setiap siswa mampu
membina hubungan belajar bersama kelompoknya secara optimal.Menurut Sunal
dan Hans dalam Isjoni dan Arif Ismail (2008:152), Model pembelajaran
kooperatif adalah suatu cara untuk mendorong siswa bekerjasama dalam proses
pembelajaran dengan serangkaian strategi.Pembelajaran disini menuntut siswa
lebih aktif dalam memecahkan masalah dengan menggunakan cara-cara yang
disepakati oleh kelompok. Setiap kelompok akan mempunyai strategi yang
berbeda-beda, disinilah proses pembelajaran kelompok berlangsung. Terakhir
(38)
kelompok yang dipimpin dan diarahkan oleh guru dengan suatu konsep yang
luas.Acuan penugasan kelompok dibuat oleh guru dari awal sampai akhir.Memuat
indikator yang hendak dicapai dan tindak lanjut dari masing-masing kelompok.
Dari pengertian para ahli penulis menyimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan dalam
proses pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok untuk
memecahkan masalah, siswa dituntut aktif dan mampu menyesuaikan dalam
kelompok.
2.4.2 Macam-macam model pembelajaran kooperatif
Menurut Rusman (2010:213) terdapat 6 macam model pembelajaran kooperatif
yaitu:
2.4.2.1 Model Kooperatif Teknik STAD (Studend Teams Achievement Division)
Model pembelajaran yang melibatkan anggota kelompok yang terdiri dari
4-5 siswa heterogen untuk menguasai materi pelajaran dimana guru melakukan
evaluasi setiap satu atau dua minggu sekali. Siswa dilibatkan dalam sebuah tim
dalam berdiskusi, prosedur kuis maupun mengerjakan tugas. Siswa-siswa yang
mampu menguasai materi pelajaran baik secara individual maupun di dalam tim
dengan prestasi tinggi akan mendapatkan penghargaan.
2.4.2.2 Model Kooperatif Teknik GI (Group Investigasi)
Model pembelajaran kooperatif di mana siswa dibentuk berdasarkan atas
kesamaan minat atau kesenangan berteman setelah dilakukannya investigasi yang
(39)
dari berbagai sub topik lainnya sesuai hasil investigasi. Siswa menyiapkan dan
menyajikan laporan di depan kelas.
2.4.2.3 Model Pembelajaran Kooperatif teknik membuat pasangan ( Make a
Match)
Merupakan salah satu jenis model pembelajaran dimulai dengan teknik
mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Siswa yang berhasil
mencocokkan kartunya akan mendapatkan poin. Keunggulan dari teknik ini
adalah suasana belajar yang menyenangkan dalam suatu topik pembelajaran.
2.4.2.4 Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Struktural
Model ini menekankan bahwa ada hubungan antara siswa lakukan dengan siswa
pelajari.Penerapan model structural member pengaruh besar pada perkembangan
siswa pada sisi sosial, kognitif dan akademisnya.Pembelajaran di dalam kelas
memerlukan adanya interaksi siswa dengan siswa dan pembentukan kelompok
belajar dibedakan menjadi kelompok heterogen, kelompok acak, kelompok minat,
dan kelompok homogen.
2.4.2.5 Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TGT ( Teams Games
Tournaments)
Adalah memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim kelompoknya. Permainan TGT dilakukan dengan
membuat pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu yang diberi
angka.Permainan dalam bentuk turnamen ini digunakan sebagai penilaian
(40)
2.4.2.6 Model Pembelajaran Kooperatif Teknik jigsaw I
Model pembelajaran jigsaw dilaksanakan dengan pembagian kelompok secara
heterogen. Anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalhan yang berbeda
tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama. Utusan dalam
kelompok yang berbeda membahas permasalahan yang sama(tim ahli) selanjutnya
hasil pembahasan tersebut dibawa ke tim asal dan disampaikan ke anggota
kelompoknya. Teknik ini akan peneliti ambil karena menurut jigsaw adalah model
pembelajaran kooperatif yang fleksibel, memberi pengaruh yang positif terhadap
perkembangan serat memberi motivasi intrinsic bagi siswa.
2.4.3. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik jigsaw I
Model ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di
Universitas Texas dan setelah itu dikembangkan lagi oleh Slavin. Jigsaw dalam
Bahasa Inggris berarti gergaji ukir namun pengertian lain juga menyebutnya
dengan istilah puzzle yaitu teka-teki menyusun menyusun potongan
gambar.Pembelajaran kooperatif teknik jigsaw mengambil pola/cara bekerja
gergaji yaitu siswa melakukan kegiatan belajar dengan cara bekerja dalam tim-tim
atau kelompok untuk tujuan bersama. Hubungan antara gergaji dengan bekerja
dalam tim bahwa gergaji terdiri dari ruas-ruas besi yang tajam. Ruas-ruas besi
yang tajam dibuat banyak agar tugas memotong kayu dapat segera
terselesaikan.Sama halnya dengan siswa belajar dengan kelompok (ruas gergaji
(41)
diselesaikan secara bersama dengan waktu yang cepat dan tepat (gergaji:dapat
memotong kayu lebih cepat).
Menurut Wardani dalam Isjoni dan Arif Ismail (2008:155) menyatakan
teknik jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang membantu siswa
menguasai pelajaran dan mendorong siswa beraktivitas untuk mencapai prestasi
belajar.Siswa tidak mampu menghafal bahan mata pelajaran secara keseluruhan
pada saat pelajaran berlangsung, ketidakmampuan siswa tersebut dapat diatasi
dengan teknik ini.Siswa berinteraksi dalam kelompok dan membagi materi
dengan anggota kelompok lainnya, kemudian bertukar materi. Proses
pembelajaran seperti ini dapat mendorong siswa untuk berfikir dan aktif.Menurut
Rusman (2010:218) model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw menitiberatkan
kerja kelompok yang berjumlah 4-6 orang dan siswa memiliki ketergantungan
positif dan bertanggungjawab secara mandiri.Pembelajaran teknik jigsaw yaitu
dengan membuat anggota kelompok dihadapkan ke topik permasalahan yang
berbeda. Namun permasalahan tiap kelompok sama. Tiap-tiap utusan kelompok
yang berbeda membahas materi yang sama (tim ahli). Tim ahli bertugas
membahas permasalahan yang sedang dihadapi dan selanjutnya hasil dari
pembahasan tersebut dibawa ke kelompok asal.
2.4.4 Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw
Menurut Anita Lie (2008:69) pembelajaran kooperatif teknik jisaw
mempunyai kekurangan dan kelebihan.kekurangan seperti: teknik ini
(42)
tim, teknik jigsaw hanya dapat diaplikasikan di kelas atas mengingat kelas cara
berfikirnya sudah konkrit dan nyata, serta diperlukan pendampingan oleh guru
secara eksklusif. Adapun kelebihan dari seperti: teknik ini cocok digunakan untuk
semua kelas/tingkatan; dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran IPA, IPS,
Matematika, Agama dan Bahasa; teknik ini biasa digunakan dalam pengajaran
membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara.
2.5 Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial 2.5.1 Pengertianilmu pengetahuan sosial
Menurut Rosdijati (2010:01) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan satu
mata pelajaran diberikan di tingkat SD/MI/SDLB mengkaji seperangkat peristiwa,
konsep dan generalisasi berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran ini
siswa diarahkan menjadi warga masyarakat yang menghargai nilai-nilai sosial,
bertanggung jawab, mencintai lingkungan alam, dan menjadi warga dunia yang
cinta damai.Solihatin (2007:14) menyatakan IPS adalah ilmu yang ada
hubungannya antara manusia dengan lingkungannya.Sama halnya dengan Sapriyo
(2009:20) mengatakan bahwa IPS di Sekolah dasar merupakan nama mata
pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep, disiplin ilmu
sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan dimasalah sosial kehidupan.
Mata pelajaran IPS dirancang secara sistematis, kompreherensif dan terpadu
sehingga IPS mampu diberikan kepada siswa dengan baik dalam hubungannya
dengan kehidupannya dimasyarakat.
(43)
Mengacu pada standar isi dan standar kopentensi lulusan, maka
pembelajaran IPS dilakukan untuk mencapai kompetensi-kompetensi sebagai
berikut:Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya, Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis,
rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan
sosial, Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan
global.Tujuan IPS tersebut harus diberikan kepada siswa lewat pendidikan IPS
melalui guru kelas.IPS memiliki tujuan yang mulia namun kualitas
pembelajarannya seringkali jauh dari harapan.
2.5.3 Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Sosial diberikan di Sekolah Dasar pada kelas satu
hingga kelas enam.Kelas rendah diberikan secara tematik yaitu dengan
mengaitkan antar mata pelajaran lainnya sedangkan kelas atas diberikan secara
terpadu yaitu mengaitkan antara antar cabang ilmu pengetahuan sosial seperti:
ekonomi, sejarah, geografi dan masalah sosial. Pembelajaran IPS di Sekolah
Dasar umumnya berisi keragaman budaya, konflik, nasionalisme, kesinambungan
dan perubahan, interaksi sosial yang sebagian besar berisi fakta dan
konsep.Pendidikandalam mata pelajaran IPS memerlukan guru kelas yang
mampu mengatasi setiap persoalan. Sebagai contoh: guru kelas yang mengajar
(44)
baik tidak akan membiarkan siswanya menaruh dendam kepada penjajah. Contoh
lainnya: pada materi keragaman budaya, guru harus menanamkan sikap yang
menghargai budaya suku lain bukan fanatisme budaya sendiri. Ditambah lagi
dengan metode guru dalam menyampaikan materi dengan metode ceramah yang
mengakibatkan informasi penting yang harusnya dapat diterima oleh siswa,
terbuang begitu saja.Kemudian masalah pembelajaran IPS dari faktor siswa
seperti mengantuk saat pelajaran berlangsung karena guru hanya menerangkan
dengan metode ceramah, bosan karena tiap belajar IPS hanya membaca dan
merangkum, malas menghafal karena bahan yang terlalu luas. Jelaslah bahwa
masalah-masalah perlu mendapat perhatian dari guru kelas dan perbaikan cara
mengajar.
Para guru menghadapi masalah yang klasik dan tak kunjung usai seperti
rendahnya prestasi belajar siswa dan kurangnya motivasi.Guru harus mampu
mengatasi masalah tersebut dengan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan
mata pelajaran. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, tepatlah jika pembelajaran
IPS disajikan dengan model pembelajaran yang inovatif yaitu model pembelajarn
kooperatif teknik jigsaw. Penerapan model pembelajaran ini dalam mata pelajaran
IPS sangat baik karena siswa-siswa yang mempunyai prestasi kurang baik dapat
menjadi lebih baik. Siswa-siswa berprestasi dapat membantu siswa yang kurang
berprestasi, hal ini karena manusia tidak dapat hidup sendiri dan harus saling
(45)
2.6 Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Yohanes yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar dengan
Menggunakan Kooperatif Learning Teknik Jigsaw dalam Mata Pelajaran IPS
Siswa Kelas IV SD Kanisius Gowongan Tahun Ajaran 2009/2010”.Penelitian ini
memberikan hasil sebanyak 16 siswa di dapat bahwa pertemuan siklus pertama
terjadi peningkatan rata-rata nilai ujian yang semula 53,69 menjadi 69,37. pada
siklus kedua, meningkat menjadi 81,25 sedangkan pada siklus ketiga adalah 7,40.
Penelitian yang senada dilakukan oleh Fitriyang berjudul “Penerapan
Model pembelajaran Teknik Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
SMP Negeri I Kalasan Kelas VII E Pada Mata Pelajaran Ekonomi”.Hasil
penelitian didapat data bahwa model pembelajaran teknik jigsaw dapat
meningkatkan belajar siswa.dilihat dari indikator-indikator yang mengalami
peningkatan seperti: keinginan belajar diperoleh data awal sebesar 2,8 siklus I
meningkat menjadi 3,8 siklus II menjadi 3,9; hasrat berprestasi data awal 2,4
silkus I 3,5 siklus II 3,7; hasrat mengerjakan tugas data awal 2,4 silkus I 3,4 siklus
II 3,9; ganjaran data awal 2,6 siklus I 3,2 siklus II 3,6; hasrat mengikuti pelajaran
data awal 2,9 siklus I 3,7 siklus II 3,8; hasrat mendapat simpati data awal 2,6
siklus I 3,2 siklus II 3,6; hasrat untuk menang data awal dari 2,5 siklus I4,3 dan
siklus II tetap.
Kedua penelitian diatas memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan
(46)
kooperatif. Pembelajaran kooperatif yang dipilih yaitu teknik jigsaw, teknik ini
dikenalkan di dalam kelas untuk mengatasi permasalahan rendahnya
pembelajaran. Siswa dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari kelompok asal
dan ahli sehingga teman sebaya yang semula kurang termotivasi dan nilai
belajarnya belum maksimal menjadi meningkat. Penelitian sebelumnya tersebut
diatas memantapkan peneliti untuk meneliti motivasi belajar dan prestasi belajar
dengan model kooperatif teknik jigsaw karena penelitian sebelunnya dapat
disimpulkan berhasil.
2.7 Kerangka Berpikir
Pendidikan IPS di SD haruslah sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan
IPS. Tujuan pendidikan IPS yang utama adalah member bekal kemampuan untuk
mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai masalah yang akan dihadapinya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas didapat fakta bahwa banyak
permasalahan kelas yang dialami guru dan berimbas kepada
siswanya.Permasalahan yang telah disampaikan pada halaman sebelumnya
jelaslah bahwa rata-rata motivasi belajar belum sesuai dengan tingkatan motivasi
dan prestasi belajar siswa rendah.
Seorang guru dikatakan kompeten apabila memiliki kekhasan dalam
menyampaikan dan menyajikan pengalaman belajar jika guru tersebut menguasai
teori-teori belajar. Teori belajar akan sangat membantu guru dalam mempelajari
muridnya dan menggunakan prinsip psikologi dalam menilai cara mengajarnya.
(47)
belajar.Motivasi belajar sangat penting diberikan kepada siswa baik secara
intrinsik maupun ekstrinsik.Motivasibelajar berguna untuk menciptakan dorongan
belajar sehingga diperoleh prestasi belajar yang maksimal.Model pembelajaran
yang tepat member sumbangsih terhadap peningkatan motivasi belajar dan
prestasi belajar dalam pembelajaran IPS. Banyak ragam inovasi yang ditawarkan
namun yang sesuai dengan kriteria siswa SD adalah menggunakan model
kooperatif yang menekankan kerjasama diantara teman sebaya.
Permasalahan motivasi dan prestasi belajar di sd sangat cocok diatasi
dengan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw. Model pembelajaran ini
bekerja didalam kelompok yang terbagi menjadi kelompok asal dan kelompok
ahli.Setiap siswa bertanggungjawab terhadap kemajuan kelompoknya.Siswa
belajar mengemukakan pendapat dan belajar menemukan solusi dari setiap
permasalahan kelompoknya. Guru bertugas membimbing pelaksanaan
pembelajaran.
2.8 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir diatas serta adanya penelitian
sebelumnya maka, hipotesis tindakannya adalah :
2.8.1 Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw dapat meningkatkan motivasi
siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk semester1 pada mata pelajaran IPS Tahun
(48)
2.8.2 Pembelajaran Kooperatif Teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk semester1 pada mata pelajaran IPS
(49)
32 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah Penelitian
Tindakan Kelas. Penelitian ini sangat praktisdigunakan oleh guru dalam
memperbaiki praktik mengajarnya dalam kawasan sebuah kelas.Permasalahan
yang diangkat benar-benar merupakan permasalahan yang ada dalam pekerjaan
keseharian guru bersama anak didik.
Suharsimi (2010:17) berpendapat mengenai desain penelitian tindakan
kelas yaitu :
Artinya: satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan rekfleksi. Perencanaan adalah langkah yang harus dilakukan oleh
guru ketika akan memulai tindakannya. Pelaksanaan adalah implementasi dari
perencanaan yang sudah dibuat. Pengamatan adalah proses mencermati jalannya
Perencanaan Refleksi
Pengamatan Perencanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
SIKLUS I
SIKLUS II
Pengamatan
(50)
pelaksanaan tindakan. Refleksi adalah perenungan kembali kegiatan siswa yang
sudah dilakukan. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan paling sedikit dua siklus
Sistematika Penelitian Tindakan Kelas menurut Suharsimi Arikunto
(2010:159) dibagi menjadi 4 tahapan, pertama setting penelitian, pelaksanaan
penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut: Setting penelitian menjelaskan tentang keadaan subjek tindakan dan obyek yang akan diteliti. Pelaksanaan penelitianberisi langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti dalam menyusun rencana tindakan yang tertera dalam RPP kemudian dilanjutkan dengan
jalannya keseluruhan siklus. Metode pengumpulan data ialah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang digunakan. Peneliti
memerlukan instrument yaitu alat bantu agar pekerjaan mengumpulkan data
menjadi lebih mudah. Terakhir metode analisis data adalah menyatukan data yang berasal dari jenis instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data
yang akan bermakna menjadi kesimpulan.
3.2 Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri Kalikutuk yang beralamat Kalikutuk, Sentolo,
Kulon Progo.Penelitian melibatkan siswa sebanyak 20 siswa diantaranya terdiri
dari 12 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Obyek penelitian mengenai
motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS
semester 1 Tahun Ajaran 2012/2013. Waktu penelitiandilakukan pada awal bulan
(51)
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
3.3 Rencana Pelaksanaan Tindakan 3.3.1 Persiapan
Langkah persiapan dalam tahap ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai
berikut: mengidentifikasi masalah, mengkaji kompetensi dasar dan pokok
pembelajaran, mempersiapkan silabus, menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran, menyusun alat dan bahan yang diperlukan serta menyiapkan
instrument penelitian.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengidentifikasi masalah
tentang motivasi dan prestasi belajar siswa khususnya pada materi peninggalan
sejarah.Dari observasi menggunakan skala nilai diperoleh informasi bahwa
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS sangat rendah. Hal ini terbukti
dengan hasil rata-rata nilai motivasi sebesar 51,1 dan menurut kriteria peningkatan
motivasi belajar dikatakan sangat rendah. Kedua mengenai hasil rata-rata nilai
ulangan harian untuk kompetensi peninggalan sejarah didapat data bahwa No Kegiatan
Tahun 2012/2013
Agt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt
1. Pengumpulan data kondisi awal dan observasi √ 2. Penyusunan proposal √
3. Ijin pengambilan data
4. Pengambilan data √ √
5. Analisis data √ √ √
(52)
sebanyak 50% dari 20 siswa SD Negeri Kalikutuk masih dibawah KKM yaitu
sebesar 61 padahal KKM untuk materi tersebut adalah 63. Untuk memecahkan
permasalahan tersebut peneliti merencanakan sebuah pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD
Negeri Kalikutuk semester 1 tahun pelajaran 2012/2013.
Peneliti mengkaji kompetensi dasar dan pokokpembelajaran dengan
mencari data-data kepustakaan. Kemudian menyusun silabus dengan mengambil
satu kompetensi dasar dari sebelas kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum
kelas V semester ganjil yang sesuai dengan permasalahan yang
diteliti.Selanjutnya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat
dalam tiap siklus. Menyiapkan alat dan bahan apa saja yang diperlukan untuk
pelaksanaan model kooperatif teknik jigsaw. Terakhir adalah menyiapkan
instrument penelitian yang dapat dilihat pada lampiran.
3.3.2 Rencana tindakan siklus I
Langkah pelaksanaan penelitian dijelaskan melalui rencana tindakan tiap
siklus.Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, di mana masing-masing siklus
terdiri dari 1 pertemuan (2X45 menit) dan di akhir siklus siswa mengerjakan
lembar soal dan lembar observasi.
Pembelajaran siklus pertama ini diawali dengan salam pembuka dan
apersepsi kemudian guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok dan disebut tim
asal. Setiap kelompok diberi materi yang berbeda-beda. Kelompok asal tersebut
(53)
tersebut kembali ke kelompok asal.Tiap kelompok ahli
mempresentasikanhasil.Guru memberi motivasi ketika pelajaran berlangsung
ketika siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik.Siswa mengerjakan
soal yang terdiri dari 20 soal secara mandiri dan mengerjakan lembar skala.Guru
mencatat temuan-temuan yang diperoleh selama proses pembelajaran serta
menganalisis hasil yang diperoleh siswa dengan hasil skor. Guru membuat
refleksi mengenai kejadian-kejadian khusus, hambatan serta mengidentifikasi
masalah dengan pendampingan guru kelas.
3.3.3 Rencana tindakan siklus II
Siklus kedua dilakukan mengacu pada proses pembelajaran pada siklus
pertama dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan sebelumnya. Langkah
pembelajarannya dimulai dengan salamdan menyampaikan tujuan yang akan
dicapai. Siswa dibagi ke dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari 5
siswa.Siswa membahas materi berdasarkan instruksi guru.Siswa
mempresentasikan hasil kerjanya. Guru merevisi hasil kerja kelompok dan
menyimpulkannya. Siswa melaksanakan tes untuk mengukur keberhasilan
siswa.Selanjutnya siswa mengerjakan lembar obevasi untuk mengetahui sejauh
mana motivasi siswa terhadap mata pelajaran IPS.Guru mengumpulkan data dan
menghitung presentasi keberhasilan siswa. Terakhir, guru melakukan evaluasi
terhadap siklus II.Evaluasi tersebut digunakan untuk mengetahui apakah siklus
perlu dilanjutkan atau dinyatakan berhasil.Bila belum berhasil diperlukan
(54)
motivasi dan prestasi belajar siswa telah memenuhiindikator keberhasilan,
tindakan tidak perlu dilaksanakan lagi dan dinyatakan bahwa penelitian telah
berhasil.
Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan tes tertulis yang
dilakukan setiap akhir siklus.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Peubah, Indikator, Pengumpulan data, dan Instrumen pada Prestasi Belajar
Penyekoran jawaban soal benar mendapat nilai satu dan salah mendapat nilai nol. Penilaian pada setiap siklus dilakukan dengan rumus:
Skor yang diperoleh siswa
Nilai : X 100
Skor maksimal
Penyusunan instrument dilakukan dengan tes tertulis.Tes prestasi belajar
sebanyak 20 soal.Mutu suatu tes dapat diukur menurut validitas dan
realibilitasnya.
Peubah Indikator Cara
Pengumpulan Instrumen Motivasi belajar
siswa
Skala sikap Mengerjakan lembar kuesioner
Soal terdiri dari 10 soal.
Prestasi belajar siswa
skor rata-rata tes belajar
Mengerjakan tes Tes terdiri dari 20 soal kemudian sebelum diujikan, dilakukan uji coba untuk mencari validitas dan realibilitas (terlampir)
(55)
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Kriteria Keberhasilan Motivasi belajar
Tingkat keberhasilan motivasi belajar akan dilakukan dengan menggunakan
lembar kuesioner yang memuat masalah-masalah yang timbul pada suasana
belajar siswa dan kelompok. Siswa mengerjakan soal dengan memberi tanda cek
pada salah satu jawaban yang menurutnya benar.
Adapun penyekorannya:
Item Positif : SS: 5, S: 4, N: 3, TS: 2, dan STS: 1 Item Negatif : SS: 1, S: 2, N: 3, TS: 4, dan STS: 5 Cara menentukan skor rata-rata, Rumusnya :
Jumlah Skor Seluruh Siswa X 2 SR :
Jumlah siswa
Menentukan tingkat motivasi menggunakan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.3 Kriteria Tingkatan Motivasi
Tabel 3.4Peubah, Indikator, Pengumpulan data, dan InstrumenMotivasi No Skor Motivasi Tingkatan Motivasi
1 90 – 100 Sangat Tinggi
2 80 – 89 Tinggi
3 70 – 79 Sedang
4 60 – 69 Rendah
5 < 60 Sangat Rendah
Peubah Kondisi Awal Kondisi pada Akhir Siklus
I II Motivasi
belajar
Sangat Rendah 51,1
Rendah 60,1
Sedang 70,1
(56)
3.5.2 Kriteria KeberhasilanPrestasi Belajar
Penelitian ini dikatakan berhasil, apabila persentase jumlah siswa yang memiliki
nilai di atas KKM pada kondisi akhir lebih dari 70 %
Tabel 3.5. Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar
Peubah Indikator Kondisi Awal
Kondisi pada Akhir Siklus ( % )
I II Prestasi
belajar
Nilai rata-rata prestasi belajar
63 65 75
Persentase siswa yang memenuhi
KKM
50% 60% 70%
Dari data diatas, akan terjadi keberhasilan pengukuran jika soal-soal tersebut
diolah dan terjadi peningkatan nilai dari siklus I dan II jika dibandingkan dengan
kondisi awal siswa.Langkah-langkah menghitung skor setiap siswa yaitu nilai 1
jika jawaban benar dan nilai 0 jika jawaban salah. Menghitung nilai pada Siklus I
dan II dengan rumus:
Skor yang diperoleh siswa
Nilai = X 100
Skor maksimal
Rumus Menentukan Banyaknya Siswa yang Memenuhi KKM.
Cara yang digunakan untuk menarik kesimpulan banyaknya siswa yang sudah
memenuhi KKM dalam persen dari setiap siklus, dengan rumus:
Jumlah siswa yang memenuhi KKM
% KKM = X 100
(57)
Rumus Menentukan Peningkatan Siswa yang Memenuhi KKM.
Cara yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan siswa yang
memenuhi KKM dalam persen, dengan rumus:
Ket:
n : Besarnya peningkatan jumlah siswa yang memenuhi KKM
dalam persen
N1 : Jumlah siswa yang memenuhi KKM dalam persen pada
siklus 1
N2 : Jumlah siswa yang memenuhi KKM dalam persen pada
siklus 2
(58)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Motivasi dan
Prestasi Belajar denganModel Pembelajaran Kooperatif Learning Teknik
Jigsawpada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SD Negeri Kalikutuk Tahun
Ajaran 2012/2013”dilaksanakan mulai pada tanggal 13 September sampai dengan
21 September 2012.
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing dilaksanakan dalam
empat tahapan, yaitu rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pengamatan, dan
refleksi. Berikut penjelasan hasil penelitian dari setiap siklus:
4.1.1 Data awal
Pengambilan data awal dilakukan guna mengukur hambatan siswa dalam
pelajaran.Pengukuran dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama mengenai
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.Data awal disajikan dalam bentuk
rata-rata kelas.Pengukuran dilakukan sebelum penelitian di SD. Pengukuran
dilakukan oleh guru kelas setelah pembelajaran IPS selesai
disampaikan.Pengukuran menggunakan lembar penilaiandan segera dihitung
dengan prosedur penghitungan yang sesuai.Hari berikutnya hasil dikonsultasikan
kepada guru kelas dan didapat skor rata-rata kelas sebesar 51,1.Rata-rata tersebut
(59)
belajaryang sangatrendah.Berikut ini penulis menyajikan data awal motivasi
belajar siswa:
Tabel 4.1. Motivasi Pra-Siklus
NO NAMA SKOR Pra-Siklus
1 Yuw 44
2 Wah 42
3 Ags 34
4 Lin 38
5 Sri 44
6 Mad 40
7 Gun 50
8 Nur 48
9 Ina 60
10 Ris 56
11 Ifu 60
12 Kus 54
13 Tri 44
14 Rin 40
15 Adi 42
16 Ade 58
17 Dan 46
18 Aza 68
19 Tia 74
20 Fio 80
JUMLAH 1022
RATA-RATA 51,1
Data di atas dapat disajikan dalam bentuk lain yaitu bentuk pie chart. Data pie
chart 4.1 di bawah ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 15;75% yang tertera dalam
(60)
tingkat motivasi sangat rendah. Skor tingkatan motivasi sangat rendah berkisar 59
ke bawah.Siswa kriteria motivasi rendah didapat sebanyak 3 siswa atau jika
dipersentekan menjadi 15%.Skor tingkat rendah berkisar antara 60-69 sedangkan
tingkat sedang berkisar antara 80-89. Kemudian Sebanyak 5% atau sebanyak 1
siswa memperoleh kriteria sedang. Hal serupa juga terjadi pada tingkat motivasi
tinggi, sebanyak 5% atau 1 siswa saja yang memperoleh tingkat motivasi
tinggi.Kriteria sangat tinggi belum nampak adanya siswa yang memperoleh skor
melebihi dari 90-100.Banyaknya siswa yang masuk kedalam tingkat motivasi
sangat rendah mengharuskan guru untuk lebih giat dalam menaikkan status
kriteria. Data-data tersebut memacu peneliti untuk segera menanggani
permasalahan yang ada dikelas..
Data awal yang kedua adalah data prestasi belajar siswa.Table data awal prestasi
belajar dapat dilihat di bawah ini : 0; 0% 1; 5% 1; 5%
3; 15%
15; 75%
Pie Chart 4.1 Kriteria Tingkat Motivasi Pra-Siklus
sangat tinggi tinggi sedang rendah sangat rendah
(61)
Tabel4.2.Prestasi Pra-Siklus
NO NAMA NILAI Pra-Siklus
1 Yuw 40
2 Wah 50
3 Ags 50
4 Lin 70
5 Sri 80
6 Mad 80
7 Gun 50
8 Nur 70
9 Ina 70
10 Ris 70
11 Ifu 70
12 Kus 70
13 Tri 80
14 Rin 70
15 Adi 50
16 Ade 50
17 Dan 50
18 Aza 50
19 Tia 50
20 Fio 50
JUMLAH 1220
RATA-RATA 61
Persentase siswa yang mencapai KKM 50%
Nilai maksimal diperoleh siswa dengan nilai 80 sedangkan nilai terendah yaitu
40.Rata kelas sesuai data tabel 4.2 sebesar 61.Siswa yang mempunyai nilai di
bawah KKM sebanyak 10 siswa atau dipersentasekan menjadi 50%.Siswa di atas
KKM dari 20 siswa yang mengikuti ulangan sebesar 10 siswa.Perolehan KKM
(62)
4.1.2 Siklus I
Pelaksanaan penelitian kelas siklus pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal
13 Septemberdi kelasV dengan jumlah 20 siswa. Pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan model Kooperatif Teknik Jigsaw. Penelitian akhir siklus I
siswa mengerjakan soal evaluasi dan lembar skala untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa dan motivasi belajarnya setelah melakukan pembelajaran.
4.1.2.1 Perencanaan
Penelitian ini akan dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan siklus I.
4.1.2.2 Pelaksanaan
Penelitian siklus I didapat data bahwa terjadi peningkatan rata-rata sebesar
67,4yang semula 51,1 pada tabel kriteria tingkat motivasi menunjukkan motivasi
rendah.
10; 50% 10; 50%
Pie Chart 4.2 KKM Pra-Siklus
Tuntas Tidak tuntas
(63)
Tabel 4.3 Motivasi Siklus1
NO NAMA SKOR SIKLUS I
1 Yuw 64
2 Wah 62
3 Ags 54
4 Lin 78
5 Sri 64
6 Mad 78
7 Gun 60
8 Nur 64
9 Ina 74
10 Ris 78
11 Ifu 62
12 Kus 54
13 Tri 64
14 Rin 72
15 Adi 68
16 Ade 64
17 Dan 72
18 Aza 78
19 Tia 74
20 Fio 64
JUMLAH 1348
RATA-RATA 67.4
Tabel 43 di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase siswa kriteria
motivasi sangat rendah yang semula 75% menjadi hanya 10%. Hal ini
berkebalikan dengan siswa yang pada data awal mencapai motivasi rendah
(64)
sedang juga mengalami peningkatan sebesar 35% dari data semula yang hanya
mencapai 5% saja.Selanjutnya siswa yang masuk motivasi tinggi dan sangat
tinggi, tidak ada yang mampu mencapainya.Padahal pada data sebelumnya satu
siswa mencapai motivasi tinggi.Peningkatan pengukuran ini sudah melampaui
kondisi siklus1 yaitu pada kriteria motivasi rendah. Penelitian motivasi masih
akan dilanjutkan mengingat masih ada 2 siswa yang mempunyai skor motivasi
sangat rendah walaupun sudah melampau kondisi siklus1.
Penelitian prestasi belajar siklus 1 dapat dilihat dalam tabel 4.4 dimana hasil
rata-rata kelas sebesar 71,25. Data siklus 1 mengalami peningkatan rata-rata-rata-rata sejumlah
10,25 jika dibandingkan dengan data awal pestasi belajar. Siswa yang mempunyai
nilai tertinggi dicapai oleh 3 siswa yaitu dengan nilai 85.Nilai terendah adalah 60
dan lebih baik dari pada nilai terendah data awal yang mencapai nilai 40. 0, 0% 0, 0%
8, 40%
10, 50% 2, 10%
Pie Chart 4.3 Kriteria Tingkat Motivasi Siklus 1
sangat tinggi tinggi sedang rendah sangat rendah
(65)
Tabel 4.4. Prestasi Siklus 1
NO NAMA NILAI Siklus 1
1 Yuw 60
2 Wah 60
3 Ags 60
4 Lin 75
5 Sri 85
6 Mad 85
7 Gun 60
8 Nur 70
9 Ina 75
10 Ris 70
11 Ifu 75
12 Kus 75
13 Tri 85
14 Rin 70
15 Adi 70
16 Ade 70
17 Dan 70
18 Aza 70
19 Tia 70
20 Fio 70
JUMLAH 1425
RATA-RATA 71,25
Presentase siswa yang mencapai KKM 80%
Nilai KKM menyusut 30% untuk siswa yang tidak tuntas artinya masih ada 4
siswa yang nilai ulangan di bawah 62.Siswa yang tuntas mengalami kenaikan
sebesar 30% menjadi 80% untuk siklus 1.Hal ini terjadi karena sebanyak 6 siswa
yang pada data awal nilai ulangan tidak memenuhi KKM dan setelah
(66)
Nilai KKM dapat diamati pada pai chart 4.4 dibawah ini. Penelitian prestasi juga
akan dilanjutkan mengingat masih ada 4 siswa yang mempunyai nilai di bawah
KKM walaupun jika dilihat dari rata-rata kelas sudah melebihi target awal.
Penelitian selanjutnya berpedoman agar semua siswa mampu melampau KKM
dengan menggunakan model kooperatif teknik jigsaw dan memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
4.1.2.3 Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan bantuan guru kelas dan kepala sekolah.
Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya
pembelajaran. Adapun tugas guru pengamat adalah mengamati berlangsungnya
pembelajaran dari kegiatan awal, kegiatan intidan penutup yang menghasilkan
data mengenai guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana
(RPP) atau sebaliknya.
Pada siklus I ini siswa bekerja dalam kelompok. Selama kegiatan
berlangsung ada siswa yang tidak mau bekerja dalam kelompoknya karena tidak 4; 20%
16; 80%
Pie Chart 4.4 KKM Siklus 1
tidak tuntas tuntas
(67)
satu kelompok dengan teman akrabnya sehingga mengganggu proses
pembentukan kelompok. Kelompok belajar diatur oleh guru yang sebelumnya
peneliti sudah bertanya tentang anak-anak yang pembelajarannya menonjol atau
tidak.Data persebut digunakan agar tercipta kelompok yang seimbang dan bukan
kemauan siswa.Sebagian besar siswa antusias mengikuti pembelajaran ini, karena
siswa dilibatkan dalam pembelajaran.Hal ini terbukti dengan adanya siswa yang
mendengarkan penjelasan dari guru, bertanya ketika belum jelas dan dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
4.1.2.4 Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan saat pembelajaran
berlangsungterdapat siswa yang tidak mau bekerja dalam kelompok. Guru
menegurnya dan mengarahkannya untuk bekerja dalam kelompok. Adapun siswa
yangbercanda dengan teman sendiri tiap kali selesai mengerjakan satu perintah.
Siswa lain segera memberitahu kesalahannya setelah guru memberi tahu teman
satu kelompoknya. Siswa merasa kesulitan dan binggung mengenai tugas-tugas
antara kelompok jigsaw dan kelompok asal karena bangku antara kelompok asal
dan kelompok ahli menempati bangku yang sama. Yang membedakan hanyalah
orang di dalam kelompoknya saja. Guru melakukan wawancara dengan tiap
kelompok mengenai hasil pembelajaran hari ini. Setiap kelompok menguraikan
hal-hal yang sama yaitu bahwa anak-anak merasa senang dengan adanya
pembelajaran IPS dengan model yang tidak membosankan. Model ini
(68)
dalam proses pembelajaan. Di setiap presentasi kelompok, setiap siswa membantu
temannya yang sedang diberi pertanyaan oleh kelompok lain. Siswa yang sudah
menjelaskan tidak boeh menjelaskan lagi. Hal ini dimaksudkan agar setiap siswa
dapat belajar berbicara didepan orang dan belajar mengungkapkan
pendapatnya,teman satu kelompok hanya boleh membantu.
4.1.3 Siklus II
Pelaksanaan penelitian kelas siklus kedua dilaksanakan pada hari Jumat21
September 2012di kelasV dengan jumlah 20 siswa. Pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw. Pada akhir siklus
IIsiswa mengerjakan soal evaluasi dan lembarskala.
4.1.3.1 Perencanaan
Penelitian siklus II berpedoman pada rencana tindakan siklus II.
4.1.3.2 Pelaksanaan
Penelitian siklus II mengenai motivasi belajar siswa terjadi peningkatan dari
67,4% menjadi 78,7%. Rata-rata kelas yang telah dicapai menunjukkan tingkat
motivasi sedangpada kondisi siklus II yang direncanakan.Sembilan siswa
memiliki nilai di atas 70, hal ini meningkat dari data sebelumnya.Nilai motivasi
tertinggi adalah 90 sedangkan nilai terendah adalah 72.Nilai tertinggi dicapai
siswa sebanyak 2 orang dan nilai terendah dicapai siswa sebanyak 1 orang.
Keterangan di atas dapat dilihat pada table 4.5 sebagai berikut:
(69)
NO NAMA
SKOR SIKLUS 2
1 Yuw 78
2 Wah 78
3 Ags 72
4 Lin 78
5 Sri 78
6 Mad 80
7 Gun 78
8 Nur 74
9 Ina 78
10 Ris 78
11 Ifu 78
12 Kus 90
13 Tri 80
14 Rin 78
15 Adi 78
16 Ade 78
17 Dan 74
18 Aza 90
19 Tia 78
20 Fio 78
JUMLAH 1574
RATA-RATA 78,7
Pencapaian kriteria motivasi siklus 2 sesuai dengan target.Sebanyak 80% siswa
mencapai tingkat motivasi sedang sedangkan 20% sisanya dicapai pada motivasi
tingkat tinggi dan sangat tinggi.Tingkat motivasi rendah dan sangat rendah tidak
menampakkan hasil atau tidak ada satupun siswa yang mencapai motivasi
(70)
Penelitian siklus yang ke-2 selanjutnya adalah prestasi belajar. Data hasil
penelitian prestasibelajar siswa sebesar 79,75. Nilai rata-rata ini melampau
kondisi siklus 2 yang hanya ditargetkan sebesar 75.Nilai tertinggi dicapai siswa no
urut 12 yaitu dengan nilai 95.Nilai terendah dicapai oleh siswa sebanyak 5 orang
yaitu dengan nilai 70.Nilai tertinggi jauh lebih baik daripada nilai tertinggi pada
data siklus 1 yang hanya 80.Sedangkan nilai terendah mengalami kenaikan dari
data sebelumnya.Nilai KKM pada mata pelajaran sejarah yaitu 63.Pada data siklus
2, nilai KKM yang berhasil dicapai yaitu sebanyak 20 siswa siswa tuntas
belajar.Keadaan ini menandai bahwa prestasi belajar siswa kompetensi dasar
peninggalan sejarah dapat dilampaui.Di bawah ini disajikan nilai rata-rata dalam
tabel4.6 dan KKM dalam pai chart 4.6: 2; 10%
2; 10%
16; 80%
0; 0% 0; 0%
Pie Chart 4.5 Kriteria Tingkat Motivasi Siklus 2
sangat tinggi tinggi sedang rendah sangat rendah
(71)
Tabel 4.6. Prestasi Siklus 2
NO NAMA
NILAI SIKLUS 2
1 Yuw 70
2 Wah 70
3 Ags 70
4 Lin 80
5 Sri 75
6 Mad 90
7 Gun 70
8 Nur 85
9 Ina 80
10 Ris 80
11 Ifu 80
12 Kus 95
13 Tri 85
14 Rin 80
15 Adi 80
16 Ade 70
17 Dan 85
18 Aza 90
19 Tia 85
20 Fio 75
JUMLAH 1595
RATA-RATA 79,75
(72)
4.1.3.3 Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan bantuan satu orang guru yang telah ditunjuk.
Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya
pembelajaran. Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Pada siklus II ini siswa tampak lebih semangat
mengikuti pembelajaran dibandingkan dengan siklus I. Hal ini nampak pada
kegiatan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru dengan tepat
waktu.Secara keseluruhan pembelajaran berjalan lancar dan aktivitas yang
dilakukan siswa mengarah pada pembelajaran tersebut.
4.1.3.4 Refleksi
Berdasarkan data siklus I dan siklus II, dibandingkan dengan keadaan awal, tidak
semua siswa mengalami kenaikan skor. Pada siklus II, dibandingkan dengan
keadaan awal skor seluruh siswa mengalami kenaikan, sedangkan dibandingkan
dengan siklus I, siswa mengalami kenaikan skor yang maksimal dan sesuai
target.Siklus II merupakan siklus akhir sesuai rencana tindakan.Anak-anak belajar 0; 0%
20; 100%
Pie Chart 4.6 KKM Prestasi Siklus 2
tidak tuntas tuntas
(1)
rxy =
NΣxy-(Σx)(Σy)
√{NΣx²(Σx)²} {NΣy²-(Σy)²}
rxy =
20 (282) - (15) (360)
√{20(15) - (225)}{20(6578) - (129.600)} rxy =
5640 - 5400 √{75} {1960}
rxy =
240 √147.000
rxy =
240 383,41
rxy = 0,626
rxy = 0,63
KESIMPULAN :
R TABEL 1% = 0,561 untuk N =20.
Maka Rxy=0,626 dan > 0,561 maka Rxy adalah valid
2. Uji Reliabilitas (dengan menggunakan Kuder Richardson/KR 20)
x)²}
x²(
.
1
Σ
Σ
=
x
n
n
S
=
30
.
6578(360)²
}
30
1
x
30
197340
-
129600
1
x
=
30
67740
1
x
=
30
260,27
1
x
=
(2)
68
,
8
=
S
²
=
75
,
34
r
π)
²
-²
)(
1
(
st
pq
st
n
n
Σ
−
=
75,34 )
6 , 6 34 , 75 )( 1 30 30 ( − − =
29
)(
0
,
24
)
30
(
=
=
0
,
94
.
Kriteria reliabilitas soal adalah :
Koefisien reliabilitas Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
negatif – 0,20 Sangat rendah
KESIMPULAN
Sesuai dengan penghitungan dan kriteria reliabilitas soal, reliabilitas soal latihan
(3)
FOTO SIKLUS I
KELOMPOK ASAL KELOMPOK AHLI JIGSAW
Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok Guru menerangkan tentang materi
(4)
FOTO SIKLUS II
KELOMPOK ASAL KELOMPOK AHLI JIGSAW
Siswa menjawab pertanyaan Guru Mengerjakan evaluasi siklus II
Guru menerangkan kembali materi Siswa yang memperoleh nilai tertinggi
(5)
BIODATA PENULIS
Nama :
Kristina
Rika
Damayanti
NIM :
091134176
TTL
: Kulon Progo, 26 Mei 1987
Email :
rikadamayanti44@yahoo.com
Alamat
: Demen rt.61 rw. 18, Wijimulyo, Nanggulan Kulon
progo, Yogyakarta 55671
No.telp :
085743916994
(6)