PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA : Studi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS SMAN 5 Bandung.

(1)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED

LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA

(Studi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS SMAN 5 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh : Melly Lydea NIM.1006570

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS


(2)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI DAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertandatangan di bawahini : Nama Lengkap : Melly Lydea

NIM : 1006570

Program Studi : Pendidikan Akuntansi FPEB UPI Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi yang berjudul :

Pengaruh Penerapan Model Participant Centered Learning Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa

(Studi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS SMAN 5 Bandung)

Adalah hasil karya saya sendiri.

Saya menyatakan pula bahwa saya tidak melakukan pengutipan sebagian atau seluruh gagasan, pemikiran, atau tulisan orang lain dengan cara-cara yang melanggar hukum dan etika penulisan karya ilmiah. Sebagian atau seluruh gagasan, pemikiran atau tulisan orang lain yang saya kutip dalam skripsi ini telah saya cantumkan sumbernya dalam naskah skripsi dan daftar pustaka.

Atas pernyataan ini saya bersedia menerima sanksi apapun jika dikemudian hari ditemukan adanya bukti pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam skripsi ini atau jika ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian skripsi ini.

Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan

MELLY LYDEA NIM. 1006570


(3)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING

TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA

(STUDI QUASI EKSPERIMEN DI KELAS XI IPS SMAN 5 BANDUNG)

Oleh : Melly Lydea NIM. 1006570 Telah disetujui oleh :

Pembimbing

Arvian Triantoro, S.Pd, M.Si NIP. 19801112 200501 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi

Dr. Kurjono, M.Pd NIP. 19681020 1998021 003


(4)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)


(5)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PARTICIPANT CENTERED LEARNING (PCL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN AKUNTANSI

(Studi Quasi Eksperimen Di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung)

Oleh :

Melly, Arvian

ABSTRAK

Permasalahan penelitian ini yaitu rendahnyaprestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 5 Bandung. Faktor yang menjadi penyebab permasalahan yaitu cara penyampaian materi pelajaran yang dilakukan oleh guru masih monoton dengan pendekatan yang berpusat pada guru. Salah satu usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan penerapan model pembelajaran

Participant Centered Learning agar prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model pembelajaran

Participant Centered Learning berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran akuntansi di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain non equivalent(pre test - post

test)Control-Group Design pada siswa kelas XI IPS A yang berjumlah 40 siswa

sebagai kelas eksperimen dan Kelas XI IPS B yang berjumlah 40 siswa sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaraan Participant Centered Learningberpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian, model pembelajaran Participant

Centered Learningdijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran bagi guru

dalam kegiatan pembelajaran karena model pembelajaran Participant Centered

Learningdapat melibatkan siswa secara aktif dan dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa dalam mempelajari akuntansi.

Kata Kunci:Model Pembelajaran Participant Centered Learningdan Prestasi Belajar Siswa


(6)

ii

THE INFLUENCE OF THE APPLICATION OF PARTICIPANT CENTERED LEARNING TYPE OF STUDENT LEARNING

ACHIEVEMENT IN ACCOUNTING SUBJECT (Study of Quasi experiment in class XI Social SMAN 5 Bandung)

Oleh :

Melly, Arvian

ABSTRACT

The problem of this research is the inferior learning achievementof the students on accounting subject in Model SMAN 5 Bandung. The factor that has became the cause of the problem is at the delivery of the materials of the subject that has been doing by the monotonous teachers with teacher-center approaching way. One of the effort to overcome the problem is by applying the Participant Centered Learning model in order to enhance the students’ learning motivation. This research was done to find out if the Participant Centered Learning model gave impact positive to students’ learning motivation on accounting subject at Class XI IPS in Model SMAN 5 Bandung at Academic Year 2013/2014.This research is using experiment method with non equivalent (pre test - post test) Control-Group Design to the students of Class XI-IPS A, which is amounting to 40 students as experiment sample and Class XI-IPS B, which is amounting to 40 students as control class. According to the research result, it can be concluded that theParticipant Centered Learningmodel gave impactpositive to the students’ learning achievement. Therefore, Participant Centered Learningmodel used as one of alternative learning for teachers in learning activities because Participant Centered Learningmodel can involve the students actively and enhance students’ learning motivation in learning accounting.

Keywords: Participant Centered Learning model and Students Learning Achievement


(7)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Teori Pembelajaran ... 9

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran... 9

2.1.2 Tujuan Pembelajaran... 11

2.2 Konsep Model Pembelajaran ... 12

2.3 Model Participant Centered Learning ... 14

2.4 Prestasi Belajar Siswa ... 20

2.4.1 Pengertian Prestasi Belajar Siswa ... 20

2.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Akuntansi... 21

2.4.3 Indikator Prestasi Belajar Akuntansi ... 23

2.5 Pembelajaran Akuntansi ... 24

2.5.1 Karakteristik Pembelajaran Akuntansi... 24

2.5.2 Ruang Lingkup Pembelajaran Akuntansi di SMA... 26

2.6 Kerangka Pemikiran ... 27

2.7 Penelitian Terdahulu ... 31

2.8 Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Desain Penelitian ... 33

3.2 Operasionalisasi Variabel ... 34

3.3 Populasi dan Sampel ... 35


(8)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

3.5 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 36

3.5.1 Analisis Data ... 36

3.5.2 Pengujian Hipotesis ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Gambaran Objek Penelitian ... 50

4.1.1 Identitas SMA Negeri 5 Bandung ... 50

4.1.2 Sejarah Singkat Perkembangan SMA Negeri 5 Bandung... 51

4.1.3 Visi dan Misi di SMA Negeri 5 Bandung... 52

4.1.4 Struktur Organisasi SMA Negeri 5 Bandung ... 53

4.2 Hasil Pengolahan Data... 49

4.2.1 Uji Normalitas Data ... 61

4.2.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 62

4.2.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN


(9)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Setiap individu dituntut mengembangkan kapasitasnya secara

optimal untuk menghadapi berbagai tantangan yang muncul dan

mengadaptasikan diri ke dalam situasi yang amat bervariasi dan cepat berubah. Selain itu juga, setiap individu dituntut memiliki daya nalar kreatif dan ketrampilan tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan aspek universal yang selalu ada dalam kehidupan manusia karena pendidikan merupakan suatu tonggak peradaban. Di dalamnya terdapat suatu ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk dijadikan sebagai pedoman dalam hidup manusia.

Hal ini berarti sejalan dengan apa yang menjadi harapan dari sistem pendidikan nasional terhadap generasi-generasi penerus bangsa di masa yang akan datang, seperti dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dikemukakan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dari pengertian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pendidikan di Indonesia diharapkan mampu mengarahkan peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya. Potensi diri dapat dilihat dari segi kepribadianmaupun skill. Dalam hal ini siswa diarahkan mampu


(10)

memiliki skill yang profesional sesuai dengan ilmu yang didapatnya di sekolah.

Melihat berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia saat ini,

kita dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang kompleks

diantaranya yaitu mutu pendidikan. Dalam laporan The United Nations for

Education, Science and CultureOrganization(UNESCO) pada tahun 2012

Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaian

Education Development Index (EDI) atau Indeks Pembangunan

Pendidikan. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan gender, angka bertahan siswa hingga kelas V Sekolah Dasar. 14 Maret 2013 dilaporkan Indonesia berada diperingkat ke-121 dari 185 negara. Peringkat Indonesia masih dibawah Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Filipina dimana Singapura berada diperingkat ke-18 dan Malaysia peringkat ke-64. Thailand dan Filipina termasuk dalam peringkat medium namun memiliki peringkat yang lebih baik dari Indonesia dimana secara berurutan Thailand berada diperingkat ke-103 dan Filipina berada diperingkat ke-114. Data ini meliputi aspek tenaga kerja, kesehatan, dan pendidikan. Dilihat dari kedudukan peringkat memang menunjukkan kenaikan, tetapi jika dilihat dari jumlah negara partisipan, hasilnya tetap saja Indonesia tidak naik peringkat.

Gambar 1.1 Data Indeks Peringkat Pendidikan di Dunia

(Sumber:www.edukasi.kompasiana.com)

0 50 100 150

Singapura Malaysia Thailand Filipina Indonesia


(11)

3

Hal ini menunjukkan bahwa mutu pendidikan masyarakat

Indonesia masih rendah. Mutu pendidikan sering dinilai berdasarkan kualitas prestasi keluarannya (output pendidikan) sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau tidak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menilai kualitas outputpendidikan adalah melalui pengukuran prestasi belajar siswa yang diperoleh setelah melalui proses belajar dan pembelajaran. Pengukuran tersebut dilakukan terhadap semua aspek yaitu dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Upaya pembelajaran yang dilakukan khususnya pada mata pelajaran Akuntansi seharusnya mampu membantu siswa agar mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Pembelajaran Akuntansi di dalamnya lebih banyak melatih siswa untuk terampil, cermat dan teliti dalam menghitung angka-angka yang berkaitan dengan kegiatan Akuntansi sehingga membuat siswa merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Seperti halnya di SMAN 5 Bandung yang menjadi SMA negeri unggulan di kota Bandung, serta prestasi di bidang akademik yang cukup banyak diraih. SMAN 5 Bandung juga mendapatkan nilai akreditasi yang tinggi termasuk pada mata pelajaran Akuntansi. Namun, pada kenyataannya masih terdapat rendahnya prestasi belajar khususnya mata pelajaran Akuntansi. Seperti data yang diperoleh peneliti pada saat melakukan pra penelitian berikut ini:

Tabel 1.1

Persentase Siswa yang Belum MemenuhiKKMPada Nilai UTS Mata Pelajaran AkuntansiKelas XI A & XI B SMAN 5 Bandung 2014

Kelas Jumlah siswa

Persentase (%) siswa yang belum memenuhi KKM

XI A 40 34/40x100%= 85%

XI B 40 32/40x100%= 80%

(Sumber: SMAN 5 Bandung (diolah))

Berdasarkan tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan siswa XI IPS yang berjumlah 74, siswa masih belum memenuhi KKM yang ditentukan yaitu 75.Kasus rendahnya prestasi belajar siswa ini sangat penting untuk diperhatikan khususnya oleh guru sebagai bahan evaluasi


(12)

karena akan berakibat pada tidak tercapainya tujuan–tujuan pendidikan yang ditetapkan serta pada penilaian terhadap mutu pendidikan. Hal ini merupakan tantangan bagi pihak sekolah dan juga peneliti untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Akuntansi di sekolah tersebut.

Tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik jika adanya interaksi dalam proses belajar mengajar. Interaksi selama proses belajar mengajar terjadi antara kedua belah pihak, yaitu antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang efektif. Mengacu juga kepada anjuran agar guru berpegang pada empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO (United Nations Educational,

Scientific and Cultural Organization), yaitu (1) learning to know yang

berarti learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be; (4)

learning to live together.

Gambar 1.2 4 Pilar Pendidikan UNESCO (Sumber:www.unescobkk.org)

Salah satu pendekatan pembelajaran yang mencakup keempat pilar tersebut dan sekaligus dapat digunakan untuk mengembangkan suasana pembelajaran yangefektif adalah pendekatan pembelajaran menggunakan


(13)

5

pendekatan yang lebih berpusat pada siswa (Student Centered

Learning).Participant Centered Learning (PCL) sangat membantu

terjadinya perubahan terhadap peningkatan kemampuan siswa. Dalam sistem ini, siswa dituntut untuk lebih proaktif dalam proses belajar dan menjadikan kebiasaan membaca sebagai sesuatu yang esensial.

Model PCL ini sebagai upaya meningkatkan suasana belajar yang

kondusif dan aplikatif, membangun budaya membaca, dan

menyelenggarakan program mentoring. Dengan model PCL, siswa menjadi pusat pembelajaran, sedangkan tugas utama guru adalah sebagai fasilitator diskusi dalam kelas, menyimpulkan prestasi diskusi, dan mengaitkannya dengan teori-teori yang relevan.

Selama ini akademisi Asia cenderung membiarkan siswa larut dalam obrolan tidak terarah, pasif tanpa kesiapan membaca, bahkan cenderung teoretik-complicated hafalan. Dengan model PCL, gairah mengeksplorasi pengetahuan di negara-negara yang siswanya cenderung

pasif dapat ditingkatkan sehingga memicu kegembiraan dalam

berpartisipasi dan menumbuhkan kecerdasan sosial-emosional.

ModelParticipant Centered Learningini dapat digunakan dalam pembelajaran Akuntansi karena di dalamnya terdapat beberapa bahasan pokok yang relevan yang dapat mendukung pelaksanaan dan penerapan modelParticipant Centered Learningini. Bahasan-bahasan pokok tersebut diantaranya harus memiliki karakteristik yang dapat dibagi ke dalam sub bab terkecil sehingga sesuai dengan karakteristik Participant Centered

Learning.

Beberapa para pengajar Indonesia yang telah menerapkan

Participant Centered Learning adalahRhenald Kasali danSumardianta.

Rhenald Kasalimenerapkan model PCL di Kampus UI dan akhirnya pada tahun 2013, UI menerima akreditasi internasional dari ABEST 21 (Alliance on Business Education and Scholarship for Tomorrow) di Tokyo, Jepang. Satu pesan untuk guru Indonesia dalam tulisan Guru dan PerubahanRhenald Kasali (2013):


(14)

Guru berpikir jauh ke depan, bukan terbelenggu ilmu masa lalu. Sebab tak banyak orang yang melihat anak-anak telah hidup di sebuah peradaban yang berbeda dengannya. Sementara kurikulum baru yang belum tentu sempurna sudah dihujat, kaum muda mengatakan kurikulum lama sudah tidak relevan mengisi masa depan mereka.

Sama halnya dengan Sumardianta seorang guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta yang telah menerapkan modelParticipant Centered

Learning (PCL) beberapa tahun silam sebelum kurikulum 2013 terbentuk.

Menurut Sumardianta(2013:96):

Pembelajaran Participant Centered Learning (PCL) berpusat pada peserta didik. Bukan lagi Fasilitator Centered Learning (FCL). Konsekuensinya gurusedikit mengalokasikan waktu buat mengajar. Siswa yang lebih banyak belajar. Jika guru terlalu banyak memboroskan waktu untuk mengajar, belum tentu murid mau belajar. Bisa jadi murid hanya melamun, mengantuk, dan ribut. Beberapa penelitian mengenai penerapan PCL (Carlos, 2006)

menemukan bahwa “PCL berpengaruh terhadap pengalaman belajar siswa

di bidang simulasi bisnis (manajemen dan Akuntansi)”. Sedangkan penelitian lainnya Lyu, Shieh dan Cheng (2007) menunjukkan bahwa

“penerapan modelParticipant Centered Learning memiliki dampak positif

terhadap peningkatan keaktifan belajar siswa di Taiwan”.

Berdasarkan pendapat peneliti terdahulu diatas, peneliti

menyimpulkan penelitian ini merupakan penelitian yang sejalan dengan hasil-prestasi penelitian di atas dengan mencoba pada objek dan materi yang berbeda dan membandingkannya dengan model pembelajaran yang sudah digunakan oleh sekolah tersebut untuk mengetahui pengaruh penerapan model yang dilakukan. Adapun peneliti memberi judul

penelitian adalah “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Participant

Centered Learning terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Akuntansi (Studi Quasi Eksperimendi Kelas XI IPS SMAN 5 Bandung)”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:bagaimana pengaruh penerapan model


(15)

7

pembelajaran ParticipantCentered Learning terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi (studi quasi eksperimen di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung)?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis secara mendalam mengenai prestasi belajar siswa. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terkait dengan masalah rendahnya aktivitas belajar yang diduga menjadi faktor penyebab terkait dengan model yang digunakan guru dalam pembelajaran.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Participant Centered Learning terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi (studi quasi eksperimen di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung).

1.4 Kegunaan Penelitian

Peneliti mengungkapkan dua manfaat dari prestasi penelitian, yaitu teoritis (akademik) dan empiris (praktis).

1. Manfaat Teoritis

- Prestasi penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitianselanjutnya yang relevan.

- Prestasi penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat.

2. Manfaat Praktis


(16)

Model pembelajaran PCL dapat mengembangkan kepercayaan diri siswa dalam mengemukakan pendapat di depan kelas sehingga siswa terbiasa aktif berbicara dimana mampu berkomunikasi dengan bahasa yang ilmiah karena semua aktivitas dilakukan oleh siswa-siswa yang bekerja dalam kelompok secara kooperatif.

- Bagi Guru

Sebagai motivasi untuk menerapkan pendekatan

keterampilan proses dalam pembelajaran untuk

menghasilkan output yang berkualitas. Selain itu sebagai media alternatif dalam mengajarkan materi yang lebih menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa.

- Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai calon guru dapat berusaha sejak sekarang untuk belajar menerapkan model pembelajaran yang tepat.

- Bagi Universitas Pendidikan Indonesia

Prestasi penelitian ini sebagai bahan referensi dan sumbangan koleksi berupa bahan pustaka dan bacaan bagi siswa Pendidikan Akuntansi pada khususnya dan siswa Universitas Pendidikan Indonesia pada umumnya.


(17)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian. Hal ini penting karena desain penelitian merupakan strategi untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau menjawab

pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian.

Modelpenelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

eksperimen. “Penelitian Eksperimen diartikan sebagai modelpenelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang

lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono 2012:109). Alasan menggunakan model ini karena peneliti ingin mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Participant Centered Learning terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi.

Desain eksperimen yang digunakan adalah metode quasi

eksperimen dengan desain penelitianNonequivalen Control Group Design (rancangan tes awal/tes akhir kelompok kontrol tidak dengan sampel acak). Dikatakan eksperimen karena dalam pengunaan subjeknya yaitu kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen tidak dilakukan secara random tetapi menggunakan kelas yang telah ada. Desain ini dapat dituangkan ke dalam skema sebagai berikut:

Gambar3.1 Desain Eksperimen

01 x 02


(18)

(Sugiyono, 2012:118) Keterangan:

01 = Tes awal (pretest) pada kelompok eksperimen

02= Tes akhir (posttest) pada kelompok eksperimen

03= Tes awal (pretest) pada kelompok kontrol

04= Tes akhir (posttest) pada kelompok kontrol

X = Treatment (perlakuan) pembelajaran menggunakan model PCL Dalam penelitian ini terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok ini diberikan pretest (01 dan 03) untuk

mengetahui kondisi awal adakah perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh kedua kelompok tersebut. Prestasi pretest yang baik adalah jika nilai kelompok eksperimen dan nilai kelompok kontrol tidak mengalami perbedaan secara signifikan. Selanjutnya setelah dilakukan pretest, kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment) berupa pembelajaran dengan menggunakan model Participant Centered Learning (PCL). Sedangkan, kelompok kontrol tidak diberikan treatment.

Setelah pemberian perlakuan, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi posttest (02 dan 04) untuk melihat prestasi dari penggunaan

model Participant Centered Learning pada kelompok eksperimen dan melihat perbedaan nilai rata-rata antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta melihat apakah ada peningkatan nilai rata-rata siswa ketika

pretest.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Arikunto (2006:118) variabel adalah “objek penelitian,

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2010) variabel merupakan “atribut atau sifat atau nilai dari orang atau obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik


(19)

35

Adapun operasionalisasi variabel dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Konsep

Teoritis Indikator Instrumen Skala

Prestasi Belajar

Suatu tingkat pencapaian usaha belajar seseorang, yaitu suatu perbaikan yang terjadi dalam diri individu yang dimanifestasikan dalam

perbuatan, skill, dan tingkah laku prestasi belajar di sekolah (Syamsudin, 2002:5)

1. Nilai Pretest 2. Nilai Postest

Soal majemuk

Interval

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2002:55) bahwa: “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka

yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS SMAN 5 Bandung.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel purposive. Menurut Sudjana (2004:73) sampel purposive adalah “sampel yang dilakukan atas dasar pertimbangan perorangan atau peneliti”. Oleh karena itu, sampel dari penelitian ini yaitu siswa pada kelas XI IPS A dan XI IPS B yang telah direkomendasikan dari guru yang memegang kompetensi dasar Akuntansi perusahaan jasa. XI IPS A sebagai kelas eksperimen dan XI IPS B sebagai kelas kontrol.


(20)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengadakan suatu penelitian penyusunan metode dan instrumen penelitian merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang sangat penting dalam penelitian, karena data yang digunakan untuk menjawab masalah diperoleh melalui instrumen test. Dalam penelitian ini, tes yng dilakukan oleh peneliti terdiri dari dua kali tes, yaitu:

a. Pretest atau tes awal adalah tes yang dilakukan oleh peneliti

pada awal pelaksanaan penelitian dengan tujuan untuk

mengetahui dan mengukur kemampuan siswa sebelum

dilaksanakan eksperimen dengan menggunakan model PCL. b. Posttest atau tes akhir dilakukan pada akhir penelitian dengan

tujuan untuk mengetahui dan mengukur kemampuan siswa setelah dilaksanakan eksperimen dengan model pembelajaran PCL.

3.5 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.5.1 Analisis Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen test. Postest dilakukan setelah materi jurnal penyesuaian Akuntansi perusahaan jasa selesai disampaikan. Skor perkembangan individu diperoleh dari perbandingan antara skor awal

(pretest) dengan skor yang diperoleh siswa setelah diadakan

pembelajaran model pembelajaran ParticipantCentered

Learning(posttest).Adapun alur penelitian sebagai berikut: - Tahapan Perencanaan

Pada tahap awal perencanaan ini peneliti melakukan:

1. Menentukan kelas eksperimen yaitu kelas XI IPS A yang terdiri dari 40 siswa di SMA Negeri 5 Bandung berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu adanya karekteristik yang sama antara kedua kelas dan rekomendasi dari guru mata pelajaran Akuntansi.


(21)

37

2. Menentukan kelas kontrol yaitu XI IPS B yang terdiri dari 40 siswa di SMA Negeri 5 Bandung.

3. Mengadakan konsultasi dan pengarahan/informasi kepada

guru mata pelajaran ibu Dra. Hj. Jojoh Sri Nurdiah mengenai model pembelajaran Participant Centered Learningyang akan diteliti untuk mempermudah dan membantu dalam penelitian karena posisi peneliti sebagai observer.

4. Kelas eksperimen diberi perlakuan (X) berupa model

pembelajaran Participant Centered Learningsedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran non Participant Centered

Learning atau tanpa model pembelajaran Problem Based

learning.

5. Menyusun perangkat pembelajaran seperti Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen (terlampir).

6. Menyusun soal pretest dan postest untuk mengukur prestasi belajar siswa.

- Tahap Pelaksanaan

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap

pelaksanaan adalah:

1. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

2. Melaksanakan pretest pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Memberikan treatment pada kelas eksperimen dengan

menerapkan model pembelajaran PCL.

4. Melaksanakan posttest pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(22)

- Tahap Uji Instrumen

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis data adalah:

a. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2005:40) reliabilitas adalah

“serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang

memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan

dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang”. Sebuah tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut memberikan prestasi yang tetap. Skala koefisien reliabilitas yaitu antara 0-1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas atau mendekati 1, maka

semakin tinggi juga keajegan atau ketetapannya.

Kriterianya adalah dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai tabel r dimana rumus yang digunakan sebagai berikut:

Rumus varians tiap-tiap item :

σ = ∑ X −

∑ X N N

Keterangan:

σ = varians tiap item yang dicari

∑ X = jumlah kuadrat item nomor

∑ X = jumlah item nomor dikuadratkan

N = banyaknya responden

Rumus penjumlahan semua varians item:

σt = ∑ Xt − ∑ Xt

N N

Keterangan:

σ = varians total yang dicari


(23)

39

∑ Xt = jumlah setiap skor total dikuadratkan

N = banyaknya responden

Rumus Alpha:

r = n

n − −

∑ σt σt

Keterangan:

r = reliabilitas yang dicari

∑ σt = jumlah varians skor tiap-tiap item

σt = varian total

Kriterianya:1. Jika r hitung> r tabel, maka reliabel

2. Jika r hitung≤ r tabel, maka tidak reliabel

Berikut hasil pengujian instrumen untuk reliabilitas soal dengan menggunakan Anates adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal Rata-rata =12,63 Korelasi XY = 0,58 Simpang Baku =3,76 Reliabilitas Tes =0,73

No. Subyek

Skor Ganjil

Skor Genap

Skor Total

1 2 6 8

2 8 6 14

3 7 8 15

4 7 5 12

5 8 6 14

6 7 3 10

7 5 4 9

8 4 6 10

9 6 5 11

10 3 4 7

11 5 4 9

12 7 4 11


(24)

Subyek Ganjil Genap Total

13 7 7 14

14 7 6 13

15 7 7 14

16 6 7 13

17 6 6 12

18 5 8 13

19 6 7 13

20 8 7 15

21 7 6 13

22 9 12 21

23 7 3 10

24 5 5 10

25 4 5 9

26 4 5 9

27 6 7 13

28 4 4 8

29 11 8 19

30 9 7 16

31 8 7 15

32 13 11 24

(Sumber:Lampiran, data diolah)

Berdasarkan tabel 3.2, perhitungan reliabilitas dilakukan

dengan cara membandingkan antara ℎ� � dengan .

Nilai ℎ� � yang diperoleh sebesar 0,73 sedangkan nilai sebesar 0,349 maka soal tersebut dinyatakan reliabel karena memiliki nilai ℎ� � > .

b. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2009:64) validitas adalah “suatu

ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen”. Suatu instrumen dikatakan

valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Sesuai dengan yang telah disebutkan instrumen penelitian ini adalah soal tes. Tes yang


(25)

41

diberikan berupa soal pilihan ganda. Oleh karena itu, kriterianya adalah dengan cara membandingkan nilai r hitung dan nilai tabel r dengan menggunakan rumus

Pearson Product Moment sebagai berikut:

Keterangan:

rhitung = Koefisien korelasi

X = Skor tiap butir soal untuk responden uji coba

Y = Skor total tiap responden uji coba

n = Jumlah responden uji coba

Berikut ini hasil perhitungan yang diperoleh melalui bantuan aplikasi program pengolahan data Anates.

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Validitas

No. Item

Nilai

� �

Nilai

� �� Keterangan

1 0,587 0,349 Valid

2 0,829 0,349 Valid

3 0,652 0,349 Valid

4 0,571 0,349 Valid

5 0,598 0,349 Valid

6 0,412 0,349 Valid

7 0,402 0,349 Valid

8 0,562 0,349 Valid

9 0,533 0,349 Valid

10 0,409 0,349 Valid

11 0,459 0,349 Valid

12 0,438 0,349 Valid

13 0,695 0,349 Valid

14 0,656 0,349 Valid

15 0,535 0,349 Valid

16 0,580 0,349 Valid

17 0,450 0,349 Valid

18 0,714 0,349 Valid

2 2

 

2 2

( ) ( ).( ) . ( ) . . ( )

hitung

n XY X Y

r

n X X n Y Y

 

 

 


(26)

No. Item

Nilai

� �

Nilai

� �� Keterangan

19 0,549 0,349 Valid

20 0,419 0,349 Valid

21 0,559 0,349 Valid

22 0,424 0,349 Valid

23 0,415 0,349 Valid

24 0,459 0,349 Valid

25 0,505 0,349 Valid

(Sumber:Lampiran, data diolah)

Berdasarkan tabel 3.3, hasil uji validitas dari 25 butir soal memiliki nilai ℎ� � > yang berarti valid (untuk df=n-2=30 dan α =0,05 dengan rumus rtabel = �

√��+ � ). Hal

ini menunjukkan keseluruhan butir-butir soal tersebut tersebut layak untuk dijadikan instrumen penelitian yang akan digunakan oleh peneliti.

c. Taraf kesukaran

Menurut Arikunto (2009:207) “bilangan yang

menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index).” Analisis tingkat kesukaran soal adalah mengkaji soal-soal dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk rendah, sedang, dan sukar. Angka indeks kesukaran butir itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Jika seluruh peserta ujian menjawab dengan salah butir tersebut maka soal tersebut sangat sukar dengan indeks kesukaran 0,00 dan jika indeks kesukaran 1,00 maka soal sangat mudah karena dijawab dengan benar oleh seluruh peserta tes. Rumus yang digunakan :

� = �


(27)

43

Keterangan:

p = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa menjawab soal dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.4

Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Selanjutnya, hasil yang diperoleh dari pengujian instrumen menggunakan Anates adalah tingkat kesukaran soal. Hasil pengujian Anates menggunakan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.5Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal

No.

Tingkat Kesukaran

(%)

Tafsiran Keterangan

1. 62,22 Sedang Laporan neraca

2. 74,07 Mudah Laporan perubahan

ekuitas

3. 81,67 Mudah Laporan arus kas

4. 75,78 Mudah Laporan laba rugi

5. 78,10 Mudah Jurnal penutup

6. 64,44 Sedang Jurnal penutup

7. 61,11 Sedang Jurnal penutup

8. 79,44 Mudah Neraca sisa setelah

penutupan

9. 75,78 Mudah Neraca sisa setelah

penutupan

10. 65,56 Sedang Jurnal penutup

11. 80,95 Mudah Jurnal penutup

12. 75,56 Mudah Neraca sisa setelah

penutupan

13. 73,89 Mudah Neraca sisa setelah

penutupan

14. 68,89 Sedang Jurnal penutup

15. 29,44 Sukar Jurnal pembalik

16. 83,33 Mudah Neraca sisa setelah

Tingkat Kesukaran (P) Kriteria

0,00 - 0,30 Sukar

0,31 - 0,70 Cukup


(28)

No.

Tingkat Kesukaran

(%)

Tafsiran Keterangan

penutupan

17. 75,78 Mudah Laporan perubahan

ekuitas

18. 78,89 Mudah Laporan laba rugi

19. 52,22 Sedang Laporan laba rugi

20. 75,78 Mudah Laporan neraca

21. 67,46 Sedang Laporan keuangan

22. 66,11 Sedang Laporan laba rugi

23. 37,78 Sedang Laporan keuangan

24. 83,33 Mudah Jurnal penutup

25. 73,89 Mudah Laporan keuangan

(Sumber:Lampiran, data diolah)

Dari seluruh item soal didapatkan hasil 15 soal dengan klasifikasi mudah, 9 soal dengan tafsiran sedang, dan 1

soal dengan tafsiran sukar. Komposisi tersebut

memperlihatkan distribusi tingkat kesukaran soal cukup baik. sebagaimana dinyatakan oleh Arikunto (2007:207)

“Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah/ tidak terlalu sukar”.

d. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2013:226) daya pembeda adalah

“kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai dengan siswa yang berkemampuan

rendah”. Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda disebut indeks diskriminasi atau disingkat (D).

Seluruh peserta tes dikelompokkan menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok atas (uppergroup) dan

kelompok bawah (lower group).

Daya pembeda digunakan untuk menganalisis data prestasi uji coba instrumen penelitian dalam hal tingkat perbedaan


(29)

45

setiap butir soal, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

� =� −� = � − �

(Arikunto, 2013:228) Keterangan:

J = Jumlah peserta tes

BA = Banyaknya peserta kelompok atas

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah

JA = Banyaknya kelompok atas menjawab benar

JB = Banyaknya kelompok bawah menjawab benar

PA = Proporsi kelompok atas menjawab benar

PB = Proporsi kelompok bawah menjawab benar Tabel 3.6

Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Daya Pembeda (D) Kriteria

0,00 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,70 0,71 – 1,00

Negatif

Jelek Cukup

Baik Baik Sekali Semuanya tidak baik

(Arikunto, 2013:232)

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal

diperoleh data pada tabel berikut:

Tabel 3.7Daya Pembeda Butir Soal No Indeks DP (%) Klasifikasi

1 0,48 Baik

2 0,52 Baik

3 0,37 Cukup

4 0,44 Baik

5 0,31 Cukup

6 0,22 Cukup

7 0,24 Cukup

8 0,41 Baik

9 0,44 Baik

10 0,24 Cukup


(30)

No Indeks DP (%) Klasifikasi

12 0,38 Cukup

13 0,41 Baik

14 0,40 Cukup

15 0,48 Baik

16 0,33 Cukup

17 0,44 Baik

18 0,42 Baik

19 0,24 Cukup

20 0,44 Baik

21 0,17 Jelek

22 0,41 Baik

23 0,35 Cukup

24 0,22 Cukup

25 0,36 Cukup

(Sumber:Lampiran, data diolah)

Berdasarkan tabel 3.7, dari 25 soal yang diujikan terdapat 11 soal dengan kualitas baik, 13 soal dengan kualitas cukup dan 1 soal berkualitas jelek. Hal ini berarti soal yang diujikan masih memiliki tingkat daya pembeda yang baik

3.5.2 Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Menurut Arikunto (2013):

Jika berdistribusi normal maka proses selanjutnya dalam pengujian hipotesis dapat menggunakan perhitungan statistik

parametrik. Jika tidak berdistribusi normal maka dapat

menggunakan perhitungan statistik non parametrik.

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan Uji Chi Kuadrat. Berikut ini langkah-langkah untuk menguji normalitas distribusi data dengan Uji Chi Kuadrat:

a) Menentukan skor terbesar dan terkecil b) Menentukan Rentangan (R)

R = skor terbesar – skor terkecil c) Menentukan Banyaknya Kelas (K)


(31)

47

BK = 1 + 3,3 Log n (Rumus Sturgess) d) Menetukan panjang kelas (P)

� =

e) Membuat tabulasi dengan tabel penolong

No. Kelas Interval F Nilai Tengah

(xi) f . xi f . xi

2

1 ....

2

Jumlah

f) Menentukan rata-rata atau Mean

� =∑ . �

g) Menentukan simpangan baku (S)

= √�. ∑ �� � −� − ∑ ��

h) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara: 1. Menentukan batas kelas, yaitu skor kiri kelas interval

pertamadikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan kelas intervalditambah 0,5.

2. Mencari nilai Z-score batas kelas interval dengan rumus:

= � − �

3. Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal dari 0-Z denganmenggunakan angka-angka untuk batas kelas.

4. Mencari luas tiap kelas interval dengan jalan

mengurangkan angka-angka 0-Z.

5. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikanluas tiap interval dengan jumlah responden (n). 6. Mencari Chi Kuadrat ( 2 hitung ) dengan rumus:


(32)

{ untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (db) = k-1}

Kaidah keputusan:

 jika ( 2hitung ) > ( 2tabel ) maka distribusi data tidak

normal.

 jika ( 2hitung ) < ( 2 tabel) maka distribusi data normal.

(Sudjana, 2004:180) b. Uji Hipotesis

Teknik analisis data yang digunakan untuk melihat

perbandingan antara dua sampel yang diambil dari dua populasi tersebut memiliki perbedaan rata-rata atau tidak terhadap kemampuan siswa dalam mata pelajaran Akuntansi yaitu dengan menggunakan uji t perbedaan rata-rata. Rumus uji t perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut:

= � − �

+

(Sudjana, 2004: 162) Keterangan:

� = Rata- rata tes akhir kelompok eksperimen

� = Rata-rata tes akhir kelompok kontrol n1 = Jumlah sampel kelompok eksperimen

n2 = Jumlah sampel kelompok eksperimen

s = Simpangan baku gabungan

Adapun rumus untuk mencari s adalah:

= √∑ � �� − �̅� −

Adapun rumus untuk mencari s gabungan adalah :

= √ � − + � −

� + � −


(33)

49

H0: μ1= μ2

Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran Participant

Centered Learning terhadap prestasi belajar siswa (studi

eksperimen di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung).

H1: μ1>μ2

Terdapat pengaruh positif penerapan model pembelajaran

Participant Centered Learning terhadap prestasi belajar siswa

(studi eksperimen di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung).

Kriteria: jika thitung> ttabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak


(34)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Objek Penelitian 4.1.1 Identitas SMA Negeri 5 Bandung

1. Nama sekolah : SMA Negeri 5 Bandung

2. Jenis Sekolah :Negeri

3. Akreditasi :A+

4. Alamat Sekolah : Jalan Belitung 8Kelurahan Merdeka Kecamatan Sumur Bandung 40113 ProvinsiJawa Barat

5. Nomor Telepon : (022) 4206921

6. Nomor Fax : (022)4216385

7. Email :sman5bandung@yahoo.com

4.1.2 Sejarah Singkat Perkembangan SMA Negeri 5 Bandung

Seiring dengan gagasan politik etis pada akhir abad 19 danpenyelenggaraan pendidikan bagi masyarakat Belanda yang bermukim di Hindia Belanda, maka dibangunlah Hooge Burgere School (HBS) pada tahun 1915 yang terletak di Beliton Straat ( Jl. Belitung ) Bandung. HBS menerima murid untuk pertama kalinya tahun 1916 dan dibuka bagi masyarakat Belanda serta bagi kaum bangsawan pribumi. Pendidikannya berorientasi pada sistem pendidikan Eropa kontinen dengan lama masa belajar tiga tahun. Bangunan asli dari HBS ini adalah yang kini menjadi bangunan induk di bagian depan, yang dipergunakan bersama-sama dengan SMAN 3 Bandung, serta rangkaian bangunan yang memanjang


(35)

51

dari barat sampai timur yang saat ini digunakan sebagai ruang BP/BK, perpustakaan, dan ruang audio visual SMAN 5.

Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) dan masa mempertahankan kemerdekaan (1945-1949) tidak didapat keterangan tentang keberadaan dan kelanjutan HBS ini. Akan tetapi pada tahun 1950 dibentuklah SMA Belitung dan setahun kemudian dipecah menjadi tiga, yaitu SMA A (sekarang SMAN 1) dan SMA B (sekarang SMAN 2, 3 dan 4) serta SMA C menjadi SMAN 5.

Ketika jabatan kepala sekolah (dulu sebutannya Direktur) dipegang oleh Tan Kiem Hay dimulailah kewajiban mengenakan seragam sekolah dan upacara bendera setiap hari senin, yang tentunya didasarkan atas keputusan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada masa inilah tidak jarang siswa putri SMA 5 diundang menari di istana Merdeka manakala Presiden Sukarno menerima tamu negara.

Seiring dengan bertambahnya jumlah siswa maka kemudian dibentuklah sekolah baru dan menggunakan gedung yang sama. SMA 3 dan SMA 5 memiliki filial yang kemudian mandiri yaitu SMA 9, 12, 14, dan 19. Sesuai dengan ketentuan pemerintah mengenai kurikulum maka SMA 5 pun menerapkan 1968,1975,1984,1994,2004 (KBK) yang menyebabkan jurusan-jurusan seperti A1, A2, dan A3 (kurikulum 1984), kurikulum KTSP(IA dan IS), tahun 2007 sampai sekarang masih berstatus R-SMA-BI.

Dan jurusan IPA dan IPS (kurikulum 1994). Dengan tuntutan kurikulum yang ada, maka secara berangsur-angsur SMA 5 melengkapi dirinya dengan berbagai sarana seperti laboratorium kimia, fisika, dan biologi serta laboratorium bahasa dan komputer. Mengingat bahwa siswa juga perlu dibina mentalnya serta memenuhi kewajiban agama maka dibangunlah mushola yang diberi nama Nurul Khomsah pada masa kepemimpinan kepala sekolah Drs. H.R. Suharto dan diresmikan pada bulan Desember 1984 oleh K.H. E.Z. Muttaqien yang saat itu adalah Ketua MUI Jawa Barat. Dibangun pula RSG serta Sanggar Pramuka untuk


(36)

memenuhi kebutuhan sekolah akan ruangan yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan serta untuk pembinaan Kepramukaan di lingkungan SMA 5 Bandung.

Pada tahun 1996 terjadilah perubahan nomenklatur, yang

menyebabkan diubahnya dari SMA 5 menjadi SMU 5. Pada masa kepemimpinan Drs. H. Supomo Masiin, MP.d diupayakan agar sekolah berlangsung satu shift saja (masuk pagi), sehingga dibangun ruang kelas serta mesjid. Sejak tahun 1997 SMA 5 menyelenggarakan pendidikan di pagi hari saja karena kebutuhan ruangan untuk sementara telah terpenuhi, walaupun ruang laboratorium dikorbankan juga sebagai ruangan kelas.

Pada masa inilah laboratorium Komputer diresmikan, termasuk pembangunan green house serta pembangunan Mesjid Masi’ina Sholihin di lantai 2, untuk menggantikan tempat ibadah shalat Jumat yang biasanya dilakukan di aula Belitung.

Kemudian pada tahun pelajaran 2004/2005 SMAN 5 diberi kepercayaan oleh Dinas Pendidikan Kota Bandung sebagai salah satu sekolah yang masuk dalam proyek Mini Piloting melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) bagi siswa kelas 1 dan di kurikulum 2004 kelas menjadi X untuk kelas 1, XI untuk kelas 2 dan XII untuk kelas 3.

4.1.3 Visi dan Misi di SMA Negeri 5 Bandung a. Visi

Sekolah Unggul yang Berdaya Saing Tinggi, Berpijak pada Agama, Budaya, dan Iptek, serta berwawasan Lingkungan.

b. Misi

1. Membentuk karakter dan kepribadian siswa yang bermartabat dan berjiwa Pancasila.

2. Mengembangkan potensi kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.


(37)

53

3. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan

budaya yang unggul.

4. Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan, dan akuntabilitas sekolah sebagai pusat pengembangan pendidikan berdasarkan standar nasional dan internasional.

5. Memberdayakan peran serta stakeholders dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan berdaya saing global berdasarkan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

4.1.4 Struktur Organisasi SMA Negeri 5 Bandung

Kepala Sekolah :Drs. H. Jumdiat Marzuki

1. Bidang Manajemen Mutu

Wakil Manajemen Mutu : Drs. Eka Harijanto

1. Quality Assurance : Benny Amran, S.Pd.

2. Quality Control : Benny Amran, S.Pd.

2. Bidang Akademik

Wakil Kepala Sekolah : Suhendri, S.Pd.

1. Seksi Pengajaran :Drs. Isis

2. Seksi Evaluasi dan Penilaian :Jenar Sukaningsih, S.Pd.

3. Seksi Pengolahan Data :B.E Soegiharto, S.Pd.

4. Seksi Pengembangan Kurikulum :Dra. Sri Kurniatin, M.Si. 3. Bidang Kesiswaan

Wakil Kepala Sekolah : Drs. Japar Sidik IP, M.M.

1. Pembina OSIS Organisasi :Muhsin Saidy Syarif, S.Si.

2. Pembina OSIS Akademik :Dra. Hj. Hermin Yacob

3. Pembina OSIS Olah Raga :Yaya, S.Pd

4. Pembina OSIS Seni :Dra. Naningsih

5. Pembina OSIS Tata Tertib :Asep Osad, S.Pd.

4. Bidang Sarana Prasarana

Wakil Kepala Sekolah : Drs. Marinsan Habeahan


(38)

2. Seksi Pengadaan :Drs. Mudjiono 5. Bidang Hubungan Masyarakat

Wakil Kepala Sekolah : Dra. Hj. Henny Warnika

1. Seksi Hubungan Internal : Zulya Mardiana, S.Pd.

2. Seksi Hubungan Eksternal : Drs. Sumantri, M.Pd.

6. Kepala Urusan Administrasi : Dharma Nirwana, S.AP.

Koordinator dan Kepala

1. Koordinator Pro. R-SMA-BI : Drs. H. Rahmat Effendi

2. Koordinator BK : Dra. Alfinur

3. Kepala Laboratorium : Dra. Hj. Nining Sugiarti

4. Kepala Perpustakaan : Dra. Rostasih

5. Kepala Teknologi dan Informasi : Samsu Hadi, S.Kom.

4.2 Hasil Pengolahan Data

Sebagaimana telah disebutkan pada bahasan sebelumnya, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penerapan model pembelajaran PCL terhadap prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa merupakan variabel dengan skala interval diperoleh melalui tes yang dilakukan pada pre-test dan post-test. Dalam pelaksanaannya, penelitian melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini deskripsi hasil penelitian yang dilakukan baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol:

1. Hasil Pre-Test Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berikut ini adalah hasil dari pre-test yang dilakukan di kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(39)

55

Gambar 4.1Data Hasil Pre-Test Kelas Eksperimen

Hasil dari pre-test kelas eksperimen menunjukkan data yang tersaji padagambar 4.1,pada kelas eksperimen 2 siswa (5,0%) memperoleh nilai dengan rentang antara 45-50, 3 siswa (7,5%) memperoleh nilai dengan rentang 51-56, 10 siswa (25%) memperoleh nilai dengan rentang 57-62, 15 siswa (37,5%) memperoleh nilai pada rentang63-68, dan pada rentang 69-74 terdapat 4 siswa (10,0%) yang memperoleh nilai tersebut. Sisanya, 6 orang siswa (15,0%) memperoleh nilai pada rentang 75-81. Melihat sebaran nilai yang diperoleh siswa,85,0% siswa berada di bawah level 75 atau di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal tersebut menunjukkan prestasi belajar siswa pada kompetensi dasar yang bersangkutan masih rendah.

Gambar 4.2Data Hasil Pre-Test Kelas Kontrol

45-50 51-56 57-62 63-68 69-74 75-81

fi 2 3 10 15 4 6

40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81


(40)

Tidak berbeda jauh dengan kelompok ekperimen, hasil dari pre-test kelas kontrol menunjukan data yang tersaji padagambar 4.2. Pada kelas kontrol,2 siswa ( 5,0%) memperoleh nilai dengan rentang antara 40-46, 7 siswa (17,5%) memperoleh nilai dengan rentang 47-53,12 siswa (30,0%) memperoleh nilai pada rentang 54-60,10 siswa (25,0%) memperoleh nilai pada rentang 61-67, dan pada rentang 68-74 terdapat 3 siswa (7,5%) yang memperoleh nilai tersebut. Sisanya, 6 siswa (15,0%) memperoleh nilai pada rentang 75-81. Melihat sebaran nilai yang diperoleh 85,0% siswa berada di bawah level nilai 75, atau di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal tersebut menunjukkan prestasi belajar siswa pada standar kompetensi yang bersangkutan mengalami masalah.

Apabila kita perhatikan, nilai yang diperoleh antara kelas kontrol dan kelas eksperimen relatif tidak jauh berbeda sehingga bisa disimpulkan bahwa kondisi awal siswa antara kedua kelompok ini dalam kondisi yang relatif sama, sehingga memenuhi syarat untuk melakukan eksperimen. Berikut ini perbandingan rata-rata nilai (mean) antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen:

Gambar 4.3Perbandingan Rata-Rata/Mean Antara Kelompok Kontrol dan Eksperimen

Rata-rata kelompok eksperimen adalah 64,7dan kelompok kontrol adalah 61,90. Sedangkan simpangan baku pada pre-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 8,41 dan 9,75.

Eksperimen, 64.7

Kontrol, 61.9


(41)

57

Untuk membuktikan apakah kondisi awal kedua kelas memenuhi syarat pelaksanaan metode eksperimen sebagaimana yang dinyatakan dalam asumsi bahwa harus memiliki karakteristik yang relatif sama. Maka penulis melakukan uji beda rata-rata terlebih dahulu terhadap rata-rata nilai pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah dilakukan perhitungan uji beda rata-rata didapat standar deviasi gabungan pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 9,115. Derajat kebebasan untuk data pre-test sebesar db = 40 + 40 – 2 = 78.Taraf nyata yang digunakan untuk uji satu pihak 5%. Dengan demikian perolehan untuk ttabel adalah (0,05;78) = 1,991.

Setelah diperoleh ttabel maka langkah selanjutnya adalah

membandingkan thitung dengan ttabel. Dari hasil perhitungan diperoleh

thitung= 1,263 dan ttabel= 1,991. Hal ini menunjukkanbahwa thitunglebih kecil

dari ttabel, dengan demikian maka H0diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara kedua kelas tersebut atau kondisi awal kedua kelompok relatif sama. Keseluruhan perhitungan bisa dilihat pada lampiran. Adapun berikut kesimpulan dari kondisi kedua kelas tesebut yang disajikan dalam gambar 4.4:

Gambar 4.4Perbandingan Keseluruhan AntaraKelasEksperimen Dengan Kelas Kontrol

2. Hasil Post-Test Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Eksperimen Kontrol


(42)

Setelah dilakukan pretest pada kedua kelas tersebut, maka yang dilakukan selanjutnya oleh peneliti adalah memberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan. Pada akhir proses penelitian, peneliti kemudian melakukan post-testkepada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk mengetahui perubahan nilai yang diperoleh siswa pada kedua kelas tersebut untuk kemudian diperbandingkan.

Gambar 4.5Data Hasil Post-Test Kelas Eksperimen

Berdasarkan gambar 4.5, hasil post-test pada kelas eksperimen yang diperoleh setelah adanya perlakuan (treatment) menunjukkan telah terjadi perbedaan hasil dengan nilai pre-test. Pada saat pre-test, rentang nilai terendah yang diperoleh adalah 45 dan tertinggi adalah 81, sedangkan pada post-test rentang nilai terendah menjadi 60 dan tertinggi menjadi 100. Adapun penjabarannya, pada kelas eksperimen4 siswa (10,0%) siswa memperoleh nilai dengan rentang antara 60-66, kemudian 3 siswa (7,5%) siswa memperoleh nilai dengan rentang 67-73. 6 siswa (15,0%) memperoleh nilai pada rentang nilai 74-80. Pada rentang 81-87 terdapat 7 siswa (17.5%) dan pada rentang 88-94 terdapat 5 siswa (12,5%) yang memperoleh nilai tersebut. Sisanya, 15 orang siswa (37,5%) memperoleh nilai pada rentang 95-100. Dengan demikian terjadi perubahan komposisi siswa yang memenuhi KKM, data awal menunjukkan perolehan persentase sebesar15,0%, berubah menjadi 82,5% memenuhi KKM. Sedangkan data hasil post-test pada kelas kontrol disajikan dalam gambar 4.6 berikut:

60-66

67-73

74-80

81-87

88-94

95-102


(43)

59

Gambar 4.6Data Hasil Post-Test Kelas Kontrol

Post-test juga dilakukan pada kelas kontrol meskipun tanpa ada

perlakuan yang diberikan. Berbeda dengan kelas eksperimen, pada rentang waktu antara pretest dan post-test, proses pembelajaran pada kelas kontrol diisi dengan menggunakan metode yang sudah biasa digunakan sekolah. Dari gambar 4.6 bisa ditafsirkan telah terjadi perbedaan hasil dengan nilai

pre-test. Pada saat pre-test, rentang nilai terendah adalah 45 dan tertinggi

adalah 81, sedangkan pada post-test rentang nilai terendah menjadi 40 dan tertinggi menjadi 100. Adapun penjabarannya, 2 siswa (5,0%) siswa memperoleh nilai dengan rentang antara 40-49, kemudian 7 siswa (17,0%) siswa memperoleh nilai dengan rentang antara 50-59. Kemudian 12 siswa (30,0%) memperoleh nilai pada rentang antara 60-69.10 siswa (25,0%) memperoleh nilai pada rentang 70-79 dan pada rentang 80-89 terdapat 4 siswa (10,0%) yang memperoleh nilai tersebut. Sisanya, 5 siswa (12,5%) memperoleh nilai pada rentang 90-100. Dengan demikian telah terjadi

perubahan komposisi siswa yang memenuhi KKM, data awal

menunjukkan perolehan persentase sebesar 15,0%, menjadi 70,0% lulus KKM.

Dari penjabaran perolehan rentang nilai dan perubahan persentase pemenuhan KKM pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini tampak pada nilai tertinggi dan terendah. Pada kelas kontrol nilai

40-49

50-59

60-69

70-79

80-89

90-100


(44)

terendah yaitu antara interval 40-50, masih terdapat 2 siswa yang memperoleh nilai tersebut, sedangkannilai terendah diperoleh kelompok eksperimen dimulai pada interval 60-69 dengan frekuensi 4 orang siswa. Adapun Perbedaan yang paling menonjol bisa terlihat pada interval nilai tertinggi antara95-100, mayoritas kelompok eksperimen memperoleh nilai pada interval ini yaitu sebanyak 15 siswa, sedangkan pada kelompok kontrol hanya ada 5 orang siswa yang memperolehnya.

Dari sebaran-sebaran angka tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pada kelas eksperimen telah terjadi perubahan dalam perolehan nilai antara

pre-test dan post-test. Untuk melihat lebih jelas perubahan yang terjadi,

bisa dilihat dari perubahan meanpada gambar 4.7 berikut:

Gambar 4.7Perbandingan Perubahan Mean

AntaraKelompok Eksperimen Dengan Kelompok Kontrol

Berdasarkan gambar 4.7, rata-rata kelompok eksperimen setelah dilakukan post-test menjadi 86,05, hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen telah mengalami peningkatan sebesar 21,375 poin dan kelompok kontrol adalah 69,9yang menunjukkan peningkatan sebesar 8,0 poin.Dari pemaparan yang telah dijabarkan di atas belum bisa ditarik kesimpulan apakah model PCLlebihbaikdari model pembelajaran yang digunakan di kelas kontrol, karena untuk menarik kesimpulan tersebut harus melalui uji hipotesis statistik melalui Uji-t.

64.675 61.9

86.05

69.9


(45)

61

1.2.1 Uji Normalitas Data

Sebelum melakukan uji hipotesis, maka langkah yang harus dilakukan adalah menguji terlebih dahulu apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji normalitas. Pada pre-test kelas kontrol,berdasarkan perhitungan untuk data prestasi belajar siswa, diperoleh �2hitung sebesar 9,845, sedangkan �2tabel yang diperoleh dengandk

= k – 1 = (6-1) =5 pada tingkat kepercayaan 95% adalah 11,0705. Dengan demikian, diketahui bahwa �2hitung (9,845) <�2tabel (11,0705), yang berarti

menunjukkan bahwa data dinyatakan berdistribusi

normal.Sedangkanpre-test pada kelas eksperimen, berdasarkan perhitungan untuk data prestasi

belajar siswa, diperoleh � 2hitung sebesar 9,8715 sedangkan �2tabel dengandk

= k – 1 = (6-1) = 5 pada tingkat kepercayaan 95% adalah 11,0705. Dengan demikian, diketahui bahwa � 2hitung (9,8715) <� 2tabel (11,070), yang

berarti bahwa data dinyatakan berdistribusi normal.

Adapun padapost-test kelas eksperimen, berdasarkan perhitungan untuk data prestasi belajar siswa, diperoleh �2hitung sebesar 7,311

sedangkan �2tabel dengan dk = k – 1= (6-1) = 5 pada tingkat kepercayaan

95% adalah 11,0705. Dengan demikian, diketahui bahwa �2hitung (7,311)

<�2tabel (11,070), yang berarti bahwa data dinyatakan berdistribusi normal.

Sedangkanpost-test pada kelas kontrol, berdasarkan perhitungan untuk data prestasi belajar siswa, diperoleh � 2hitung sebesar 9,373

sedangkan � 2tabel dengandk = k – 1 (6-1) = 5 pada tingkat kepercayaan

95% adalah 11,0705. Dengan demikian, diketahui bahwa � 2hitung (9,373)

<� 2tabel (11,0705), yang berarti bahwa data dinyatakan berdistribusi

normal. Keseluruhan perhitungan bisa dilihat pada lampiran.

Tabel 4.1Hasil Uji Normalitas

Jenis Tes

Kelas

Eksperimen Kontrol

2 hitung

2

Tabel Kesimpulan

2 hitung

2


(46)

Pre-test 9,872 11,0705

Berdistribusi

normal 9,845

11,07 05

Berdistribusi normal

Post-test 7,311 11,0705

Berdistribusi

normal 9,373

11,07 05

Berdistribusi normal

Berdasarkan perhitungan uji normalitas dengan rumus chi kuadrat diperoleh hasil bahwa � 2tabel >� 2hitung maka semua data berdistribusi

normal, baik untuk pretest maupun posttest. Implikasinya, pengujian hipotesis bisa dilakukan dengan statistik parametrik. Jika tidak berdistribusi normal maka dapat menggunakan perhitungan statistik non-parametrik.

4.2.2 Pengujian Hipotesis Penelitian

Langkah pertama dalam pengujian ini yaitu dengan merumuskan formulasi hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan aplikasi dari hipotesis penelitian yang telah ditentukan sebelumnya, apakah hipotesis tersebut akan diterima atau ditolak. Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah:

H : μ1 = μ2, Tidak ada pengaruh penerapan model

pembelajaran Participant Centered Learning

terhadap prestasi belajar siswa (studi eksperimen di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung).

H1: μ1>μ2, Terdapat pengaruh positif penerapan model

pembelajaran Participant Centered Learning

terhadap prestasi belajar siswa (studi eksperimen di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung).

Untuk menguji kebenaran hipotesis di atas, maka digunakan rumus uji-t. Pengujian dengan uji t dilakukan dengan cara membandingkan thitung

dengan ttabel. Hasil perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran.

Apabila thitung > ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Begitu juga


(47)

63

Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai uji statistik yaitu dengan mencari thitung. Setelah dilakukan perhitungan (perhitungan lengkap

pada lampiran) maka diperoleh data sebagai berikut:

1. Rata-rata (Mean) perubahan kelompok eksperimen setelah

pre-test dan post-test adalah sebagai berikut:

Setelah dilakukan perhitungan uji beda rata-rata didapat rata-rata pre-test kelas eksperimen sebesar 64,475. Rata-rata post-test kelas eksperimen 86,05 dan standar deviasi gabungan pre-test dan post-test kelas eksperimen sebesar 10,084. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar 8,931 Keseluruhan perhitungan bisa dilihat pada lampiran.

t = X̅ −X̅ � √ +

t = , − ,

, √ + =

,

, √ , =

,

, = 8,931

2. Rata-rata (Mean) perubahan kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol setelah post-test adalah sebagai berikut: Setelah dilakukan perhitungan uji beda rata-rata didapat rata-rata post-test kelas eksperimen sebesar 86,05. Rata-rata post-test kelas kontrol 69,9 dan standar deviasi gabungan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 14,780. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung=

4,887. Keseluruhan perhitungan bisa dilihat pada lampiran.

t = X̅ −X̅ � √ +

t = , − ,

, √ + =

,

, √ , =

,

, = 4,887

Langkah selanjutnya, yaitu menentukan taraf


(48)

ini ditetapkan sebesar 95%, atau α = 0,05. Pengetesan yang dilakukan adalah pengetesan 2 ekor maka konsultasi pada t

tabel dilakukan pada kolom taraf signifikansi/nyata 0,05 atau

5% (Arikunto 2010: 352). Keseluruhan perhitungan bisa

dilihat pada lampiran. Derajat kebebasan (db) yang

digunakan adalah db = 40 + 40 – 2 = 78. Uji beda rata-rata menggunakan uji satu pihak dengan taraf nyata yang akan digunakan 5%. Dengan demikian t(0,05; 78) = 1,991.

Dari perhitungan rata-rata perubahan kelas

eksperimen setelah pre-test dan post-test di atas didapatkan nilai t hitung sebesar 8,931 sedangkan ttabel sebesar 1,991.

Kemudian untuk rata-rata perubahan kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah post-test didapatkan thitungsebesar 4,887

dan ttabel sebesar 1,991 sehingga bila dimasukan pada

rumusan hipotesis yaitu ttabel≤ thitung maka H0 ditolak dan H1

diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan

bahwaTerdapat pengaruh positif penerapan model

pembelajaran Participant Centered Learning terhadap

prestasi belajar siswa (studi eksperimen di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung) dimana prestasi belajar pada kelas yang

diberikan model pembelajaran Participant Centered

Learningtersebut lebih tinggi/meningkat.

4.2.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2014 sampai dengan tanggal 3 Juni 2014 pada kelas XI IPS A sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS B sebagai kelas kontrol di SMAN 5 Bandung. Kelas XI IPS A diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran

Participant Centered Learning (PCL) pada materi laporan keuangan,

sedangkan pada kelas XI IPS B diberikan perlakuan tanpa mengunakan model pembelajaran Participant Centered Learning.


(49)

65

Pada hakikatnya model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa termasuk pada mata pelajaran Akuntansi. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan prestasi pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan sasaran yang berbeda-beda.

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis

menunjukan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa sebelum dan

sesudah menerapkan model pembelajaran Participant Centered

Learningpada kelas eksperimen dinyatakan diterima. Hal ini ditunjukkan

dari pengujian hipotesis menggunakan kriteria uji t dimana perhitungan rata-rata perubahan kelas eksperimen setelah pre-test di atas didapatkan nilai t hitung sebesar 8,931 sedangkan t tabel sebesar 1,991. Kemudian untuk

rata-rata perubahan kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah post-test didapatkan t hitung sebesar 4,887 dan t tabel sebesar 1,991 sehingga bila

dimasukan pada rumusan hipotesis yaitu ttabel< thitung artinya hipotesis

yang telah dirumuskan sebelumnya yang menyatakan bahwa model pembelajaran Participant Centered Learning berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa diterima atau terbukti sesuai teori.

Diterimanya hasil penelitian ini mendukung pendapat Baharuddin (2008:19) bahwa “salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi adalah faktor eksternal dilihat dari aspek lingkungan non sosial yaitu model pembelajaran.” Prestasi belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran Participant Centered Learning berada pada kategori rendah kemudian mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran

Participant Centered Learning sehingga prestasi belajar berada pada

kategori tinggi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Putra (2013:134) mengatakan bahwa :


(50)

Dengan penerapan model PCL, guru menjadi lebih tertantang karena tidak hanya dituntut siap secara materi/text book, tetapi juga dituntut untuk menggali keahlian baru, seperti participant skill,

empathy, social skill, communication skill, listening skill, questioning skill, motivation, dan time management. Dalam suasana

belajar mengajar dengan model ini, akan tercipta suasana saling berbagi (sharing control between teacher and student) yang dilandasi oleh perilaku yang baik (great behavior to respect each

other) dengan tujuan atau objektivitas pencapaian transfer of knowledge.

Dari pernyataan-pernyataan yang dipaparkan di atas, peneliti menarik sebuah kesimpulan bahwa model pembelajaran Participant

Centered Learningberpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran Akuntansi. Berdasarkan hal tersebut pembelajaran

Participant Centered Learningmerupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan prestasi belajar Akuntansi. Penelitian ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Syah (2010:132) bahwa “salah satu faktor

pendekatan yang mempengaruhi prestasi belajar adalalah model

pembelajaran” dan sejalan dengan penelitian-penelitian terdahulu seperti (Carlos, 2006; Lyu, dkk, 2007; Razati, 2010) yang menemukan hubungan antara pembelajaran Participant Centered Learning dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi.

Model pembelajaran Participant Centered Learning berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan penerapan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan untuk belajar, serta membangkitkan prestasi belajar siswa. Kelas kontrol tanpa menggunakan Participant Centered Learning, siswa kurang aktif karena selama proses pembelajaran guru terlalu mendominasi kelas

sehingga siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang

disampaikan oleh guru. Sedangkan pada kelas eksperimen yang

menerapkan model pembelajaran Participant Centered Learning siswa bersikap aktif karena dalam model pembelajaran tersebut siswa diberi kesempatan bertanya jika ada yang kurang jelas, peran guru tidak terlalu dominan sehingga siswa secara berkelompok memecahkan masalah yang


(51)

67

diberikan. Dalam pengerjaan suatu soal, prestasi siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan meningkat karena setiap siswa dalam kelompoknya berusaha untuk mencari jawaban dari laporan keuangan tersebut. Sesuai dengan teori bahwa PCL melatih siswa dalam mengungkapkan dan

menerima pendapat, serta menghormati pemikiran-pemikiran yang

berbeda dari rekan sejawatnya. Selain itu, model ini mendorong siswa berpikir lebih kritis.

Dengan demikian, model pembelajaran Participant Centered

Learning dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap

pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan prestasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Adapun temuan penelitian lainnya di lapangan, penerapan model pembelajaran ini telah memberikan kesempatan siswa untuk lebih mengeksplorasi pengetahuan yang diperolehnya.

Oleh karena itu, model pembelajaran Participant Centered

Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif

diterapkan pada mata pelajaran Akuntansi kompetensi dasar materi menyusun laporan keuangan karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


(1)

2. Penulis mengharapkan peneliti selanjutnya memperluas penelitian model pembelajaran ParticipantCentered Learning pada kompetensi dasar lainnya dalam mata pelajaran Akuntansi dan dapat mengeksplorasi penelitian dengan menggunakan model pembelajaran lainnya sehingga dapat menjadi rujukan dan arahan bagi pendidik dalam menjalankan proses pembelajaran Akuntansi. 3. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu waktu pelaksanaan

penelitian yang harus menyesuaikan dengan kalender akademik sekolah, materi yang harus sesuai dengan model pembelajaran, menentukan kelas yang akan dijadikan instrumen penelitian.


(2)

1

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: PT Rineka Cipta.

. (2009).Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

. (2013). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: Bumi Aksara.

Baharuddin. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Arruz Media Group.

Hardini, I. (2012).Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Familia. Isjoni. (2007). Cooperative Learning Meningkatkan Kecerdasan. Bandung: Alfabeta.

Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Putra, J. (2013). Inspirasi Mengajar ala Harvard University. Jogjakarta: Diva Press.

Ruhimat, T. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI.

Sudjana. (2004). Statistika Untuk Ekonomi dan Niaga. Bandung: Tarsito. Sugiyono. (2010). Model Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Suhayati, E. (2009). Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu Sumardianta, J. (2013). Guru Gokil Murid Unyu. Yogyakarta: Bentang. Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(3)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

Syamsudin, A. M. (2004). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tohirin. (2005). Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tu’u, T. (2004). PeranDisiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:

Grasindo.

Sumber Karya Ilmiah:

Fitriyah, H. (2013). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran KoperatifTipe Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Siswa PadaMata PelajaranAkuntansi (Studi Eksperimen Di kelas XISMK Pasundan 1Bandung). Skripsi. Bandung: Prodi PendidikanAkuntansi UPI.

Razati, G. (2010). Implementasi Blended Learning Dengan Pendekatan

Participant Centered Learning (Studi Kasus pada Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia).

Penelitian Kompetitif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Sumber Jurnal:

Lyu, J.J, Shieh, R, and Cheng, Y.Y. (2007). A Preliminary Investigation on

the Performance of ImplementingParticipant-Centered Case Teaching Method in Taiwan.Vol. 07-06 p. 1-7.

Carlos, A. (2006). Developments in Business Simulation and Experiential

Learning (The Literature as being Participant-Centered Learning Methods).

Vol. 33 p. 204-212. Sumber Dokumen:

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

. (2003). UU. Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Jakarta: Depdiknas. Sumber Internet:

Dellasera. (2013). Kualitas Pendidikan Indonesia

[Online].Tersedia:http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/03/kualitas-pendidikan indonesia-refleksi-2-mei-552591.html.[3 Mei 2013]

Kasali, R. (2013). Guru dan Perubahan [Online]. Tersedia:http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/07/10080942/Guru.dan.P erubahan. [7 Februari 2013]


(4)

3

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu

UNESCO. (2012). The Heart of Education: Learning to Live Together [Online]. Tersedia:http://www.unescobkk.org/education/ict/online-


(5)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Indeks Peringkat Pendidikan di Dunia ... 2

Gambar 1.2 4 Pilar Pendidikan UNESCO... 4

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 30

Gambar 3.1 Desain Eksperimen ... 33

Gambar 4.1 Data Hasil Pre-Test Kelas Eksperimen ... 55

Gambar 4.2 Data Hasil Pre-Test Kelas Kontrol ... 55

Gambar 4.3 Perbandingan Rata-Rata/Mean Antara Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 56

Gambar 4.4 Perbandingan Keseluruhan Antara Kelas Eksperime n Dengan Kelas Kontrol... 57

Gambar 4.5 Data Hasil Post-Test Kelas Eksperimen ... 58

Gambar 4.6 Data Hasil Post-Test Kelas Kontrol... 59

Gambar 4.7 Perbandingan Perubahan Mean Antara Kelompok Eksperimen Dengan Kelompok Kontrol ... 60


(6)

M elly Lydea, 2014

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA

(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Persentase Siswa yang Belum Memenuhi KKM Pada Nilai UTS Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI A & XI B SMAN 5 Bandung

2014 ... 3

Tabel 2.1 Perbedaan antara Model Non PCL dengan Model PCL ... 15

Tabel 2.2 Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi ... 23

Tabel 2.3 Penelitian Model Participant Centered Learning ... 31

Tabel 3.1 Operasional Variabel ... 35

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 39

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Validitas... 41

Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 43

Tabel 3.5 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal... 43

Tabel 3.6 Intrepretasi Daya Pembeda Butir Soal ... 45

Tabel 3.7 Daya Pembeda Butir Soal... 45


Dokumen yang terkait

Pengaruh pembelajaran matematika dengan pendekatan problem centered learning terhadap hasil belajar matematika siswa : quasi eksperimen di SMP Pgri 1 ciputat

1 8 160

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

“Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Motivasi Belajar IPS Siswa (Quasi Eksperimen di SDN 01 Cirendeu)

0 7 213

EFEKTIFITAS PENERAPAN MODEL BRAIN BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS : Kuasi Eksperimen Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran Geografi di SMAN 10 Bandung.

0 3 37

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA : Studi Quasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014.

0 6 47

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI : Studi Quasi Eksperimen Di kelas XI SMK Pasundan 1 Bandung.

0 1 37

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS SMAN 14 BANDUNG.

0 0 40

PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Quasi Eksperimen di Kelas X Akuntansi SMK Bina Warga Bandung.

0 1 51

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMAN 10 BANDUNG.

0 0 57

PENGARUH PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI DI SMA NEGERI 13 GARUT : Studi Quasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS.

0 3 64