Laporan PKP MTK V CTL

(1)

LAPORAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SEMETER I TAHUN

PELAJARAN 2010 – 2011 DI SDN 1 TIMAHAN KECAMATAN

KAMPAK KABUPATEN TRENGGALEK

Disusun Oleh:

ISMU SALAMAH

NIM : 818001845

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ MALANG

POKJAR TRENGGALEK

PROGRAM S1 PGSD

OKTOBER 2010


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SEMETER I TAHUN PELAJARAN 2010 – 2011 DI SDN 1 TIMAHAN KECAMATAN KAMPAK KABUPATEN TRENGGALEK

Identitas Penulis

Nama Mahasiswa : ISMU SALAMAH

NIM : 818001845

Program Studi : S1 PGSD Tempat Mengajar : SDN 1Timahan Jumlah Siklus : 2 Siklus

Tempat Pelaksanaan : SDN 1Timahan

Tanggal Pelaksanaan :22 September dan 01 Oktober 2010 Fokus Perbaikan Pembelajaran

a. Eksakta

1. Peningkatan prestasi belajar Matematika materi operasi hitung bilangan bulat melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

2. Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar materi operasi hitung bilangan bulat melalui melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas V SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek

Trenggalek, Oktober 2010 Mengetahui,

Supervisor/Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan

Profesional (PDGK 4501)

Prof.Dr. SOEDJIJONO, M.Hum NIP. 19440512 196604 1 001

Mahasiswa,

ISMU SALAMAH NIM : 818001845


(3)

ABSTRAK

Ismu, Salamah. 2010. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Pendekatan kontektual Theacing and Learning pada Siswa Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2010 – 2011 di SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek, Program Sarjana, Universitas Terbuka Malang. Pembimbing : Prof. Dr. Soedjijono, M.Hum.

Kata Kunci : hasil Belajar Matematika, Penerapan Contextual teaching and Learning (CTL)

Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Timahan pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat pada semester I tahun ajaran 20010/2011 setelah dianalisis mempunyai hasi yang rendah, hal ini diduga karena pendekatan pembelajaran pada saat itu belum tepat, maka dalam penelitian kelas ini digunakan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang menekankan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan CTL pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek? Sedangkan tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat dengan pendekatan CTL.

Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek, guru kelas V SD Negeri 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek dan pengamat. Penelitian dibagi menjadi 2 siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Sedangkan indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini tercapai apabila siswa mempunyai nilai rata-rata kelas minimal 6,5 dan ketuntasan belajar kelas diatas 75%. Pada siklus I siswa mencapai nilai rata-rata kelas minimal 69 sedangkan ketuntasan belajarnya adalah 65 %. Siklus II mencapai nilai rata-rata kelas 84 dan ketuntasan belajarnya adalah 85%.

Berdasarkan hasil belajar siswa diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat, sehingga disarankan agar dalam mengajar pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat, guru seyogyanya menggunakan pendekatan CTL.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah tercurahkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan kegiatan perkuliahan dan menuangkannya dalam bentuk laporan yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Pendekatan kontektual Theacing and Learning pada Siswa Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2010 – 2011 di SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek”

Keberhasilan, kelancaran, dan kesuksesandalam penyelesaian laporan ini kiranya tidak bisa terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak sebagai berikut:

1. Bapak Prof. Drs. Gatot Muhsetyo, M.Sc selaku kepala UPBJJ UT Malang

2. Bapak Prof. Dr. Soedjijono, M.Hum. selaku dosen pembimbing PKP yang dengan kesabaran dan kedisiplinannya mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan PTK ini.

3. Bapak Abu Mansyur selaku Kepala Dinas Pendidikan kabupaten Trenggalek, yang memberikan ijin penulis mengikuti program perkuliahan S1 PGSD UT.

4. Ibu Munaryati, A.Ma.Pd selaku Kepala SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Keluarga besar SDN 1 Timahan Trenggalek yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan Laporan PTK.

6. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah memberikan andil yang besar dalam penyusunan PTK ini.

Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kemajuan laporan ini ke arah yang lebih baik.

Trenggalek, Oktober 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. Tijauan tentan Belajar ... 5

B. Implementasi Materi Pembelajaran degan Pendekatan CTL 13 BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN ... 17

A. Subyek Penelitian ... 17

B. Deskripsi Per Siklus ... 17

1. Siklus I ... 18

2. Siklus II ... 20

C. Indikator Keberhasilan ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Hasil Penelitian ... 25

B. Pembahasan ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta – fakta yang harus dihapal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan strategi belajar “baru” yang lebih memperdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri (Diknas 2003 : 2). Melalui landasan filosofi kontruktivisme, CTL siswa diharapkan belajar melalui”mengalami” bukan “menghapal”.

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas : 2002 : 1). Dengan konsep itu belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status mereka, dan bagaimana mencapainya. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.

Dalam kelas kontekstual tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai suatu tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa tersebut. Begitulah peran guru dalam kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.

Pada masa seperti sekarang ini kualitas sumber daya manusia sangat di perlukan karena untuk menghadapi tantangan dunia pada era globalisasi yang penuh dengan persaingan, tidak menutup kemungkinan bila sebuah negara tidak mempunyai kualitas sumber daya manusia yang tinggi akan tertinggal jauh dengan negara-negara lain,


(7)

rendahnya kualitas pendidikan dapat diartikan sebagai kurang berhasilnya suatu proses belajar mengajar di suatu lingkungan pendidikan tersebut. Jika dilihat dari penyebabnya biasa dari siswa, guru sarana dan prasarana maupun model pembelajaran yang di gunakan. Jika minat dan motivasi dan kemampuan siswa rendah, kualitas pendidik yang kurang profesional

Pada umumnya siswa disekolah mempunyai kesan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit bagi mereka oleh karena itu guru – guru matematika perlu memiliki strategi dan penguasaan yang baik tentang berbagai metode dan pendekatan dalam proses pembelajaran matematika.

Dalam melaksanakan tugasnya guru tidak hanya berperan sebagai nara sumber kepada siswanya saja, tetapi guru mempunyai peranan sebagai pembimbing dan juga fasilitator. Guru sendiri menyadari peranan yang dipegangnya dalam pertemuan dengan siswa . Berperan sebagai guru mengandung tantangan, karena di satu pihak guru harus sabar, ramah, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan, dan menciptakan suasana yang efektif ; dilain pihak guru harus memberikan tugas, mendorong siswa untuk berusaha mencapai tujuan, mengadakan koreksi, menegur dan menilai sebelum proses belajar mengajar di mulai. Siswa pada suatu kelas umumnya merupakan kumpulan individu - individu yang heterogen, artinya mereka memiliki perbedaan individual dalam proses belajar mengajar. Perbedaanperbedaan tersebut antara lain perbedaan intelegensi, bakat, minat, kepribadian, kondisi fisiologis, dan faktor lingkungan. Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, maka ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan ada pula siswa yang kurang mampu dalam mengikuti pelajaran.

Sesungguhnya matematika itu merupakan ilmu abstrak yang butuh ketelitian, kesabaran, keuletan dan kesungguhan guru dalam menerapkan konsep dan mengetahui keadaan kondisi murid. Pada umumnya siswa berfikir dari hal - hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak. Agar siswa dapat berfikir yang abstrak digunakan bantuan yaitu dengan menggunakan media pendidikan atau alat peraga. Keterlibatan latar belakang keluarga dan ketimpangan ekonomi yang begitu minim berdampak pada motivasi anak menekuni pelajaran matematika dan juga berpengaruh pada hasil belajar anak yang belum memenuhi taraf maksimal. Maka dari itu peneliti membuat alat peraga yang sederhana yang bisa dijangkau oleh masyarakat yang minim akan


(8)

ekonomi, yaitu alat peraga tersebut berupa kartu mainan yang bahannya dari kertas dan bisa dibeli dengan harga terjangkau.

Matematika adalah sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang amat pesat, baik materi maupun kegunaanya . Dalam usaha untuk menanggulangi rendahnya hasil belajar matematika dan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Maka pemerintah telah melakukan berbagai usaha antara lain dengan perubahan kurikulum pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam melaksanakan pengajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Pada tahun 1975 telah disusun kurikulum matematika yang kemudian disempurnakan tahun 1984 kemudian disempurnakan lagi tahun 1994 dan tahun 2004 . sekarang yang dipergunakan adalah yaitu kurikulum tahun 2006 yang disebut dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pelaksanaan kurikulum KTSP ini berorentasi pada tujuan instruksional yang hendak dicapai dan prinsip belajar tuntas, (mastery learning ). Agar tujuan pembelajaran tercapai dan ketuntasan belajar dapat terwujud dengan maksimal , maka kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal cerita pada pokok bahasan operasi hitung campuran perlu diketahui sedini mungkin. Hal ini untuk menghindari kesulitan belajar yang berlarut-larut dan terbawa sampai padajenjang yang lebih tinggi. Kemudian soal cerita merupakan hal yang paling sulit dialami siswa didalam menyelesaikannya

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Hitung Campuran dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning(CTL) Pada Siswa kelas 5 SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek.

B. Permasalahan

1. Apakah hasil belajar siswa pada pokok bahasan soal cerita hitung campuran dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) Pada Siswa kelas 5 SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek dapat meningkat ? C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal hitung campuran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).


(9)

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberi manfaat yang berarti bagi siswa, guru dan sekolah.

1. Bagi siswa

a. Siswa memperoleh motivasi belajar sehingga lebih giat belajar matematika. b. Siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang mengandung pengerjaan hitung

campuran.

c. Siswa merasa senang untuk belajar matematika, tidak menganggap matematika sebagai momok di sekolah.

d. Meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa 2. Bagi guru

a. Meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai materi pada operasi hitung campuran.

b. Menambah semangat guru untuk belajar mengajar dan mendidik.

c. Menambah wawasan guru tentang strategi pembelajaran matematika yang membuat suasana kelas kondusif .

d. Meningkatkan kualitas guru

e. Meningkatkan kreativitas guru dalam memanfaatkan benda – benda di sekitarnya untuk dijadikan media pembelajaran yang menarik.

3. Bagi sekolah

a. Meningkatkan mutu kualitas sekolah khususnya pelajaran matematika.

b. Memberi kontribusi yang lebih baik pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran khususnya pada pokok bahasan operasi hitung campuran, serta kemajuan sekolah pada umumnya.


(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Belajar

Ada beberapa konsep tentang belajar yang telah didefinisikan oleh para pakar psikologi, antara lain:

1. Menurut Gagne and Berliner (1983: 252) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.

2. Menurut Morgan et.al. (1986: 140) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.

3. Menurut Slavin (1994: 152) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

4. Menurut Gagne (1977: 3) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Menurut Hamalik :1986 : 41 Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah menilai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan sekaligus mengembangkan dirinya, oleh karena belajar sebagai suatu kegiatan telah dikenal dan bahkan sadar atau tidak telah dilakukan oleh manusia.

Sudjana: 1989 mengatakan bahwa belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan Gagi Berliner juga mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana organisme berubah perilakunya akibat pengalaman (Anonim 1996 : 4).

Dari keempat konsep di atas tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu:

a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.

b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. c. Perubahan perilaku terjadi karena belajar bersifat relatif permanen.


(11)

Jadi, belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Anni, Tri Catharina (2004: 3).

Benyamin S. Bloom (Gay, 1985: 72-76; Gagne dan Berliner, 1984: 57-60) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual yang mencakup kategori: pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh Krathwohl dkk, merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarki yang berentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup.

3. Ranah Psikomotorik

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif.

Dari penjelasan di atas, maka ranah-ranah tersebut harus selalu diperhatikan karena satu sama lain saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran.

2. Hakikat pembelajaran

Hakikat pembelajaran adalah merupakan sebuah proses pembelajaran dimana guru berfungsi sebagai tranformator dan siswa sebagai mediator dengan menggunakan media dan alat peraga tertentu untuk memperjelas pemahaman suatu konsep.

Selain itu mengajar dapat diartikan mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan


(12)

siswa untuk melakukan kegiatan belajar.Dengan demikian pemikiran antara para ahli yang satu dengan yang lainya berbeda permasalahannya.

a. Teori William Brownell

Dalam mengajarkan matematika di pendidikan dasar sebaiknya juga menggunakan alat peraga benda konkret.

b. Teori Dienes (1965)

Bagian ini Dienes berpendapat , sebaiknya konsep diajarkan melalui penemuan , tidak melalui pemberitahuan dan siswa sebaiknya berpengalaman memanipulasi benda konkrit . pengajaran dimulai dengan contoh-contoh yang menuju pada suatu konsep, secara induktif.

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif Sudjana (1989: 99). Kemudian Ruseffendi (1982 : 6) juga berpendapat, sebaiknya mengajarkan sesuatu konsep diusahakan melalui berbagai media dan berbagai cara mengajar agar lebih dapat dipahami

3. Pembelajaran matematika pendidikan dasar

Mata pelajaran matematika di pendidikan dasar berfungsi mengembangkan kemampuan, berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol - simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika di pendidikan dasar diutamakan agar siswa mengenal yang

diperlukan sehingga memahami secara mahir menggunakan soal cerita dalam kaitannya dalam praktek kehidupan sehari-hari

Matematika sebagai sistem yang deduktif formal mengandung arti bahwa matematika harus dikembangkan berdasarkan pola pikir atau penalaran edukatif dan setiap prinsip,teori, dalil dalam matematika harus dibuktikan kebenarannya secara formal berdasarkan konsistensi kebenaran. Namun perinsip dalam matematika perlu dibuktikan dengan pola pikir deduktif hal ini dimaksudkan agar matematika yang dibangun terhindar dari kontradiksi.


(13)

Tujuan pembelajaran matematika :

Secara umum pembelajaran matematika meliputi :

1. mempersiapkan siswa dalam menghadapi masalah sehingga mampu menyelesaikan secara logis, kritis, rasional, cermat dan jujur,

2. mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir, matematika dalam kehidupan sehari – hari dan dalam mempelaja mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Secara khusus tujuan pembelajaran matematika yaitu:

1. siswa memiliki kemampuan yang dapat di alih gunakan melalui kegiatan matematika

2. siswa memiliki ketrampilan matematika untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari – hari .

3. siswa memiliki pandangan yang lebih luas serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika, sikap kritis, logis,objektif, terbuka, kreatif serta inovatif. Sejauh mana siswa memahami konsep soal cerita hitung campuran dan seberapa jauh siswa memahami serta menguasai cara pengerjaan soal cerita hitung campuran pada sub pokok operasi hitung campuran

Guru menyajikan bermacam - macam informasi yang harus dipelajari oleh siswa, siswa diharapkan untuk dapat menerima dan mengolah informasi ini menjadi bentuk yang dapat disimpan didalam ingatannya dan memakainya

kembali atau memindahkannya kedalam situasi lain apabila diperlukan. Kemampuan siswa untuk menerima dan mengolah tersebut sangat bervariasi , siswa tidak mungkin dapat menerima atau mempelajari semua informasi yang ada. Dia akan menyeleksi dan mendeteksi sesuai dengan kemampuan dan karakteristiknya.. memori dikenal sebagai ingatan yang sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap-menangkap informasi dari stimuli, dan merupakan tempat penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat didalam otak manusia. kegiatan belajar mengajar dikatan efisien kalau hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai dengan usaha yang seminim mungkin. Perwujudan perilaku belajar biasanya terlihat dalam perubahan perubahan kebiasaan, ketrampilan, dan pengamatan,sikap dan kemampuan tersebut sebagai hasil belajar. Secara umum belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.


(14)

4. Hasil belajar Matematika

Hasil belajar disebut sebagai hasil belajar yang dapat dilihat dan diukur. Sudjana (1995 : 22 ) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Dalam belajar matematika terjadi proses berfikir dan terjadi kegiatan mental dalam kegiatan menyusun hubungan - hubungan antara bagian-bagian informasi yang diperoleh sebagai pengertian. karena itu orang menguasai hubungan-hubungan tersebut. Dengan demikian ia dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan yang dipelajari tersebut. Gagne (dalam Sudjudi : 2005) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan motorik, dan sikap.

Gagne dan Briggs N (dalam Gufron : 2005) meenerangkan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah

1. Ketrampilan intektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, kosep konkrit dan terdefinisi, kaidah serta prinsip.

2. Strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah – masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing – masing dalam memperhatikan , mengingat, dan berfikir.

3. Informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata – kata mengatur informasi – informasi yang relevan .

4. Ketrampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan – gerakan yang berhubungan dengan otot.

5. Sikap merupakan kemampuan internal yan berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Bloom (dalam Gufron : 2005) membagi hasil belajar menjadi tiga bagian yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Bagian kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta ketrampilan - ketrampilan . bagian afektif menggambarkan sikap-sikap, minat dan nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang memadai. Bagian psikomotorik adalah kemampuan-kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak. Bagian kognitif


(15)

dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun secra hirarkis dari paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks, yaitu; (1) Pengetahuan adalah pengetahuan mengingat kembali hal - hal yang telah dipelajari; (2) pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal; (3) penerapan adalah kemampuan mempergunakan hal – hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi – situasi baru dan nyata; (4) analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian – bagian sehingga struktur organisasinya dapat difahami; (5) sintesis adalah kemampuan untuk memadukan bagian – bagian menjadi suatu keseluruhan yang berarti; (6) penilaian adalah kempuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern atau kelompok atau kriteria ekstern ataupun yang ditetapkan lebih dahulu.

Berdasarkan pandangan - pandangan para ahli di atas maka yang dimaksud dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil seseorang siswa dalam mengikuti proses pengajaran matematika pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar yang diukur dari kemampuan siswa tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika Tidak semua materi pelajaran dapat dipelajari dengan ingatan saja melainkan harus dengan percobaan atau dengan didemonstrasikan .

4. Pengertian Contextual Teaching and Lerning ( Diknas : 2002 ).

Pembelajaran kontekstual (contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari- hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu.

1) Konstruktivisme (Constructivism) 2) menemukan (Inquiry)

3) bertanya (Questioning)

4) masyarakat belajar (Learning Community) 5) pemodelan (Modeling)

6) refleksi (Reflection)


(16)

Konstruktivisme (Constructivism) merupakan landasan berfikir filosofi pendekatan CTL , yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong - konyong. Dalam pandangan kontruktivis, ‘strategi memperoleh’ lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.

Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta- fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama pembelajaran CTL bertanya dalam pembelajaran dipanadang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam menggali informasi yang belum diketahuinya questioning dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan kekelas, dan sebagainya.

Masyarakat belajar (Learning Community) menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain . hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan atara yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah (two way)

Pemodelan (Modeling) maksudnya dalam pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tetentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa cara mengoperasikan sesuatu. Misalnya cara menerjemahkan soal cerita hitung campuran. Memahami dan membaca cepat scanning . dalam CTL guru bukan satu - satunya model. model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Alat peraga dan sebagainya.

Refleksi (Reflection) juga bagian penting dalam dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) adalah porses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran yang benar memeang seharusnya ditekankan pada upaya membantu


(17)

siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil dan dengan berbagai tes hanya salah satunya. itulah yang sebenarnya.

Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

No

Pendekatan CTL Pendekatan Tradisional

1

Siswa secara aktif dalam proses pembelajaran

Siswa adalah penerima informasi secara pasif

2

Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi

Siswa belajar secara individu

3

Pembelajaran dikaitkan dengankehidupan dunia nyata dan/atau masalah yang disimulasikan

Pembelajaran secara abstrak dan teoritis

4

Perilaku dibangun atas kesadaran diri

Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan

5

Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman

Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan

6

Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri

Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor

7

Seseorang tidak melakukan hal yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan

Seseorang tidak melakukan hal yang jelek karena takut hukuman

8

Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yaitu siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata

Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural, yaitu rumus diterangkan sampai paham, kemudian dilatih (drill)

9

Pemahaman rumus dikem- bangkan atas dasar skemata (kumpulan konsep/ketegori yang digunakan individu ketika ia berinteraksi dengan lingkunga-nnya) yang sudah ada dalam diri siswa.

Rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus diterangkan, diterima, dihafal, dan dilatih.

10

Pemahaman rumus itu relatif berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya, sesuai dengan skemata siswa.

Rumus adalah kebenaran absolut (sama untuk semua orang). Hanya ada dua kemungkinan, yaitu pemahaman rumus yang benar atau


(18)

pemahaman rumus yang salah

11

Siswa menggunakan kemam-puan berfikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya pembelajaran yang efektif, ikut tanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masingmasing ke dalam pembelajaran

Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, mendengar, mencatat, menghafal), tanpa memberikan konstribusi ide ke dalam pembelajaran.

12

Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya.

Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang berada di luar diri manusia.

13

Karena ilmu pengetahuan dikembangkan (dikonstruksi) oleh manusia itu sendiri, sementara manusia mengalami peristiwa yang baru, maka pengetahuan itu tidak stabil, selalu berkembang

Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final

14

Siswa diminta bertanggungjawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing

Guru adalah penentu jalannya pembelajaran.

15

Penghargaan terhadap pengala-man siswa sangat diutamakan

Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa

16

Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dll.

Hasil belajar hanya diukur dengan tes.

17

Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting

Pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.

18

Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek

Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek

19

Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.

Perilaku baik berdasarkan motivasi Ekstrinsik

20

Seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat.

Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan itu dibangun dengan hadiah yang menyenangkan


(19)

Zahorik (1995 : 14 -22) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek dalam pembelajaran kontekstual

1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge) 2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge)

3) Pemahaman pengetahuan ( understanding knowledge)

4) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge) 5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge)

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya.

B. Implementasi Materi Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Bulat degan Pendekatan CTL

Materi yang diajarkan pada operasi bilangan bulat di SD kleasn V yaitu: Standar Kompetensi

1.

Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar

1.2

Melakukan operasi hitung campuran

Adapun materi yang dijarkan adalah sebagai berikut: Operasi Hitung Bilangan Bulat

1, 2, 3, 4, 5 merupakan bilangan bilangan bulat positif dan –5, – 4, –3, – 2, –1 merupakan bilangan-bilangan bulat negatif. Sedangkan 0, 1, 2, 3, 4, 5 merupakan bilangan-bilangan bulat tidak negatif atau bilangan-bilangan cacah. selanjutnya 1, 2, 3, ... dinamakan bilangan-bilangan bulat positif, dan ..., –3, –2, –1 dinamakan bilangan-bilangan bulat negatif, dan ..., –3, –2, –1, 0, 1, 2, 3, ...


(20)

Mengnal Bilangan Bulat Positif dan Negatif  6 dibaca positif enam atau enam  - 6 dibaca negatif enam

 Bilangan negatif satu ditulis -1  Bilangan satu/ positif satu dulis 1 a. Penulisan dengan garis bilangan.

= 4 (empat) = - 4 (negatif empat)

b. Model alat peraga gari bilangan

Untuk merepresentasikan bilangan positif (+) mobil bergerak maju Contoh 1 : +5 dari posisi 0 maju ke posisi bilangan 5


(21)

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 1 Timahan yang beralamatkan Desa Timahan, kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. Adapun pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada kelas V tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 20 anak.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Hasil pekerjaan siswa pada tes awal dan tes akhir.

2. Hasil observasi untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

3. Rekaman hasil wawancara dengan subyek penelitian untuk menggali pemahaman materi.

4. Hasil pencatatan lapangan selama proses pelaksanaan penelitian.

5. Angket digunakan untuk menelusuri sikap, minat, respon dan motivasi siswa. B. Deskripsi Per Siklus

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Tiap - tiap siklus direncanakan berkesinambungan, artinya proses dan hasil siklus I akan ditindak lanjuti dalam siklus 2. Prosedur penelitian tindakan kelas ini setiap siklus meliputi; (1) Perencanaan (Planing); (2) Tindakan (acting); (3) Observasi (observing); (4) Refleksi (reflecting) .


(22)

Siklus 1

Siklus 2

Dst. Gambar 3.1 :Alur Pelaksaan PTK M odel Kemmis dan Taggart

(W iriaat maja, 2003: 19) Rencana t indakan

(planing)

Analisis & refleksi

observasi

Pelaksanaan tindakan

Perbaikan rencana tindakan

Analisis & refleksi

observasi Pelaksanaan


(23)

1. Siklus I

Pada siklus ini terdiri dari beberapa hal yang dapat menunjang tercapainya belajar mengajar yaitu :

a. perencanaan (planing)

1) Menyusun rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran dengan pendekatan contextual teaching and learning menggunakan kartu mainan 2) Menyiapkan alat Bantu mengajar dan mengumpulkan data

3) Menyiapkan alat peraga gambar persegi panjang dan segitiga. 4) Menyusun alat evaluasi.

b. Tindakan (acting)

1) Guru melakukan apersepsi dengan metode Tanya jawab tentang penjumlahan dan pengurangan dengan tujuan:

a) mengingat kembali konsep penjumlahan b) agar siswa memehami materi dengan tepat c) pencapaian materi tepat waktu yang direncanakan d) memusatkan perhatian pada situasi belajar.

2) Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan 3) Proses tranformasi materi

a) Guru memperagakan soal cerita yang mengandung pengerjaan hitung campuran dengan media kartu mainan .

b) Guru membimbing dan mengamati siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang mengandung penjumlahan dan pengurangan.

c) Setelah menyelesaikan soal siswa diminta guru, untuk menulis hasil kerjanya dipapan tulis. Dengan bimbingan guru siswa diharapkan dapat menarik kesimpulan dari materi yang sedang dipelajari.

d) Guru memberi tes siklus c. Observasi (observing)

1) Tehnik pengumpulan data

a) Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan lembar kerja siswa.

b) Observer mengamati dan memberikan penilaian proses pembelaran dari awal hingga akhir.


(24)

2) Alat pengumpulan data

a) Tes siklus I dilaksanakan setelah selesai siklus I untuk memperoleh data kuantitatif di akhir siklus I

b) Instrumen data kuantitatif observasi guru di kelas

4. Refleksi (reflecting)

Hasil refelksi merupakan landasan untuk menentukan tindakan pada siklus meliputi :

a) Mengetahui kemampuan hasil belajar siswa

b)Mengetahui kreativitas siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan Contextual teaching and learning

2. Siklus II

1. Perencanaan ( planing)

Rencana yang dibuat pada prinsipnya sama dengan siklus I, hanya materinya diganti dengan pembagian dan perkalian

2. Tindakan (acting)

a. Guru melakukan apersepsi dengan metode Tanya jawab tentang pembagian dan perkalian dengan tujuan:

1. mengingat kembali konsep penjumlahan 2. agar siswa memahami materi dengan tepat 3. pencapaian materi tepat waktu yang direncanakan 4. memusatkan perhatian pada situasi belajar.

b. Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan c. Proses tranformasi materi

1. Guru memperagakan soal cerita yang mengandung pengerjaan hitung campuran dengan media kartu mainan .

2. Guru membimbing dan mengamati siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang mengandung pembagian dan perkalian.

3. Setelah menyelesaikan soal siswa diminta guru, untuk menulis hasil kerjanya dipapan tulis. Dengan bimbingan guru siswa diharapkan dapat menarik kesimpulan dari materi yang sedang dipelajari.


(25)

3. Observasi (observing)Tehnik pengumpulan data

a. Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan lembar kerja siswa.

b. Observer mengamati dan memberikan penilaian proses pembelaran dari awal hingga akhir.

c. Alat pengumpulan data

d. Tes siklus I dilaksanakan setelah selesai siklus I untuk memperoleh data kuantitatif di akhir siklus I

e. Instrumen data kuantitatif observasi guru di kelas 3. Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini dilakukan analisis data dan pembahasannya. Kegiatan ini untuk melihat sejauh mana efektivitas kegiatan belajar dengan menggunakan alat peraga kartu mainan dengan pendekatan Contextual teaching and learning pada pokok bahasan soal cerita hitung campuran serta untuk mengetahui perubahan - perubahan yang terjadi baik pada siswa, suasana kelas, maupun guru.

C. Indikator keberhasilan 1. Tes.

Skor hasil tes siswa dalam mengerjakan soal-soal meliputi skor hasil tes pengetahuan pra syarat yang diberikan sebelum tindakan, hasil tes setiap akhir tindakan, dan hasil pekerjaan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Hasil tes tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan pencapaian hasil belajar siswa.

Salah satu contoh penggunaan rumus prosentase ketuntasan klasikal adalah:

%

X =

100

%

%X = Persentase ketuntasan klasikal. X1 = Jumlah siswa yang tuntas individu. N = Jumlah siswa seluruh kelas.

Nilai ketercapain hasil belajar/pemahaman siswa mempunyai rentang antara 0 – 100 yang diketegorikan dalam lima taraf keberhasilan yaitu:

0 – 24 = Sangat kurang 65 – 79 = Baik 25 – 49 = Kurang 80 – 100 = Sangat baik 50 – 64 = Cukup (Arwan, 2003)


(26)

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung. Observasi dimaksud untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta untuk menjaring data aktifitas siswa. Observasi dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat/observer dengan menggunakan lembar observasi. Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh observer. Hasil observasi dapat dimasukkan dalam rumus fleksibel:

Nilai rata –rata (NR) = X 100%

4 = Sangat baik 2 = Cukup baik

3 = Baik 1 = Kurang baik

(Suharsimi Arikunto, 1997)

Kriteria taraf keberhasilan tindakan dapat ditentukan sebagai berikut: 75% < NR ≤ 100% : Sangat baik, 25% < NR ≤ 50% : Cukup baik 50% < NR ≤ 75% : Baik, 0% < NR ≤ 25% : Kurang baik 3. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (dalam Narbuko, 2003:83). Wawancara dilakukan untuk menelusuri dan menggali pemahaman siswa tentang materi yang diberikan, yang mungkin sulit diperoleh hasil pekerjaan siswa maupun melalui observasi. Selain itu wawancara juga digunakan untuk mengetahui pendapat siswa saat proses belajar mengajar.

4. Angket

Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Angket digunakan untuk mendeteksi sikap, minat, respon dan motivasi siswa terhadap pembelajaran.

Contoh angket yang memiliki pertanyaan positif sebagai berikut:

Setiap jawaban “Ya” diberi skor 2, jawaban “Tidak” diberi skor 1 dan apabila tidak menjawab diberi skor 0. Analisis data angket dilakukan dengan mengkaji setiap pertanyaan.


(27)

1,75 < skor rata-rata ≤ 2,00 : sangat positif 1,50 < skor rata-rata ≤ 1,75 : positif 1,25 < skor rata-rata ≤ 1,50 : negatif 1,00 < skor rata-rata ≤ 1,25 : sangat negatif

5. Catatan Lapangan

Pencatatan lapangan dimaksudkan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam instrumen pengumpul data yang ada. Dengan demikian diharapkan tidak ada data penting yang terlewatkan dalam kegiatan penelitian ini.

Pemeriksaan keabsahan data didasarkan pada metode-metode tertentu untuk menjamin kepercayaan data yang diperoleh pada penelitian, yaitu: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan pengamat, dan (3) triangulasi data.

(1) Perpanjangan keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan peneliti, sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan waktu keikutsertaan yang panjang pada latar penelitian. Dengan cara seperti ini, dapat meningkatkan tingkat kepercayaan data yang dikumpulkan. Penpanjangan keikutsertaan peneliti dilakukan dengan menguji kebenaran data atau informasi yang diperoleh kepada seluruh pihak yang terkait dalam penelitian ini stelah selesainya waktu penelitian.

(2) Ketekunan pengamat

Ketekunan pengamat bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unur dalam situasi yang sangat relefan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (Moleong, 2000:177).

(3) Triangulasi data

Triangulasi sumber data adalah pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu (Moleong, 2000:178). Trangulasi sumber data dilakukan dengan cara menanyakan kebenaran data tertentu dari penelitian kepada dosen lain yang membidangi masalah pada penelitian ini.


(28)

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian kualitatif, maka data yang tekumpul dalam penelitian dianalisis dengan mengunakan metode analis data kualitatif.

Setiap tindakan dikatakan berhasil apabila memenuhi dua kriteria keberhasilan yaitu kriteria keberhasilan proses dan kriterian keberhasilan hasil belajar. Kriteria keberhasilan proses ditinjau dari penilaian observasi pada aktifitas guru maupun siswa menunjukkan skor 50% < NR ≤ 75% atau kriteria positif. Sedangkan kriteria keberhasilan hasil belajar dapat ditinjau dari hasil tes, berdasarkan SKBM (Standar Ketuntasan Belajar Minimum) SDN 1 Timahan meneapkan syarat ketuntasan diantaranya: (1) ketuntasan inidividual: skor ≥ 70, (2) ketuntasan klasikal : 75%.

Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari :

1. Nilai rata - rata kelas minimal 70

2. Presentase siswa yang memperoleh skor ≥ 70 adalah 75 % dari 20 siswa yang ada. 3. Keaktifan belajar siswa meningkat.


(29)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Untuk dapat menyajikan data hasil penelitian, maka peneliti melakukan kegiatan-kegiatan penelitian yang dipaparkan sebagai berikut:

1. Kegiatan Pra Tindakan.

Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu peneliti mengadakan observasi awal yaitu untuk mengetahui tentang keadaan pembelajaran Matematika dan aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung di SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. Oleh kerena itu pada hari Senin tanggal 20 September 2010 peneliti meminta izin kepada Ibu Munaryati, S.Pd selaku kepala SDN 1 Timahan untuk melakukan penelitian.

Ternyata setelah peneliti melakukan observasi diketahui bahwa siswa kelas V mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran Matematika khususnya materi operasi hitung bilangan bulat. Untuk itu peneliti mencoba untuk melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk materi operasi hitung bilangan bulat dengan harapan terjadi peningkatan prestasi belajar siswa.

Selain itu, selama ini siswa dalam belajar lebih banyak secara individu dari pada kelompok. Sehingga menyebabkan kurangnya interaksi dan komunikasi siswa dengan teman maupun guru. Hal ini mengakibatkan siswa takut atau enggan mengemukakan pendapat, ide, pertanyaan maupun saran, dan kalaupun ada yang berani itu hanya pada siswa tertentu saja, biasanya siswa-siswi yang pandai dan menonjol dalam kelas tersebut.

Beberapa hal yang dilakukan pada kegiatan pratindakan diantaranya:

a. Peneliti bersama observer merumuskan permasalahan secara operasional, relevan dengan rumusan masalah penelitian.


(30)

b. Peneliti bersama observer merumuskan hipotesis tindakan. Penelitian tindakan lebih menitikberatkan pada pendekatan naturalistik, sehingga hipotesis tindakan yang dirumuskan bersifat tentative yang mungkin mengelami perubahan sesuai dengan keadaan lapangan.

c. Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan yang didalamnya meliputi:  Menetapkan indikator desain pembelajaran kontekstual.

 Menyusun metode dan alat perekam data yang berupa catatan lapangan, pedoman wawancara, pedoman analisis dokumentasi, dan catatan harian.

 Menyusun rencana pengolahan data, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

d. Membuat soal tes awal / pre tes.

Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal siswa tentang operasi hitung bilangan bulat perlu diadakan tes awal.

e. Menentukan sumber data.

Sumber data yang digunakan adalah siswa kelas V SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 20 siswa.

f. Melakukan tes awal / pre tes.

Pada hari Senin tanggal 20 September 2010 dimulai pukul 07.30 WIB dilaksanakan tes awal / pre tes. Hasil tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai operasi hitung bilangan bulat yang nantinya digunakan untuk menentukan strategi apa yang tepat untuk pembelajaran oprasi hitung bilngan bulat.

g. Mentukan subyek wawancara.

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. Untuk mempermudah dalam proses pengamatan dengan melihat hasil tes awal/pre tes maka diambil 3 siswa dengan nilai terendah, nilai sedang dan nilai tinggi.


(31)

2. kegiatan Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang dipaparkan sebagai berikut:

a. Siklus I

1. Perencanaan Tindakan.

Berdasarkan temuan pada tahap kegiatan pra tindakan, disusunlah rencana tindakan dan perbaikan atas masalah-masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran. Rencana dari tindakan ini disesuaikan dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tempat penelitian. Adapun rencana yang dilakukan pada perencanaan tindakan ini adalah:

1) Menyusun rencana tindakan berupa rencana pembelajaran.

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini disesuaikan dengan metode yang akan digunakan yaitu pembelajaran melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan bulat.

2) Membuat lembar observasi.

Pada hari Rabu 22 September 2010 peneliti membuat lembar observasi. Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan makan disusun dua lembar observasi yaitu:

 Lembar observasi yang digunakan untuk mengobservasi kegiatan guru pada waktu mengajar, sebagai observernya adalah guru kelas IV.

 Lembar observasi yang digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa pada proses belajar mengajar. (lembar observasi terlampir).

3) Membuat LKS.

LKS ini dibuat untuk menunjang kegiatan belajar mengajar tentang materi operasi operasi hitung bilangan bulat. Pembuatan LKS ini disesuaikan dengan metode pembelajaran yang akan peneliti gunakan yaitu Contextual Teaching and Learning. LKS ini diharapkan dapat membantu sisws mempermudah pemahaman tentang materi operasi hitung bilangan bulat.


(32)

4) Membuat Soal atau Tes

Pembuatan soal atau tes ini disesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh peneliti yaitu CTL. Soal tes ini terdiri dari soal kelompok dan soal tes indidu di akhir kegiatan.

2. Pelaksanaan Tindakan.

Di dalam pelaksanaan tindakan siklus I yaitu pada hari Rabu , 22 September 2010. Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus I adalah sebagai berikut:

No. Kegiatan Guru Kegiatan siswa Komponen

A. Pendahuluan

1. Guru memberikan salam dan mendata siswa yang hadir

Siswa membalas salam guru

2 Guru mengingatkan kembali tentang penjumlahan dan pengurangan (aperspsi)

Siswa memperha-tikan apa yang disampaikan oleh guru

Tanya jawab 3. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu agar siswa mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan.

Siswa memperhatikan penjelasan guru

4. Guru memotivasi siswa agar melaksanakan kegiatan dengan penuh semangat

Siswa memper-siapakan diri untuk melaksanakan pembe-lajaran

5. Guru menginformasikan pokok bahasan dalam pembelajaran hari ini

Siswa menyimak

informasi guru

B. Kegiatan Inti

1. Guru menejelaskan sifat – sifat operasi hitung.

Siswa memperhatikan keterangan guru

Ceramah

2. Guru mendemonstrasikan alat peraga berupa mobil - mobilan.

Siswa memperhatikan demonstrasi guru

Modelling

3. Guru memberikan informasi jika

Mobil bergerak maju artinya itu adalah operasi penjumlahan, dan jika mundur adalah pengurangan.

Siswa mengembangkan pengetahuannya,

kemudian bila ada siswa

yang dapat

menghubungkannya maka siswa diminta untuk menjawabnya.

Inquiry

6. Guru membentuk 4 kelompok dari 20 siswa yang hadir tiap Kelompok beranggotakan :

Siswa membetuk

kelompok dan

melak-Learning community


(33)

 beranggotakan 5 siswa.

 Membuat model pembelajajan dari papan yang diberi tanda nomer dan mobil mainan.

sanakan kegiatan

7. Guru membagikan LKS berserta peralatan kerja kelompok Guru memberikan petunjuk pengisian LKS serta cara menggunakan mainan/ alat peraga.

Siswa memperhatikan petunjuk guru.

Learning community

8. Guru mengawasi kerja tiap kelompok dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

Kelompok bekerja

dibawah bimbingan guru.

Learning community

9. Guru mempersilahkan wakil kelompok untuk mengerjakan hasil kerja kelompok di depan kelas.

Wakil kelompok

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

10 Guru mengoreksi hasil kerja kelompok berserta dengan siswa yang lain

Siswa ikut mengoreksi

jawaban yang

dikerjakan oleh

rekannya di depan kelas.

11. Guru memberikan pujian kepada kelompok yang berhasil menyelesaikan LKS dengan benar sebagai penguatan.

Siswa memberikan

tepuk tangannya

C Penutup

1. Guru membimbing siswa membuat

kesimpulan.

“Jika operasi penjumlahan maka mobil pada papan peraga harus bergerak maju, dan sebaliknya. Dan jika bilangan tersebut positif maka mobil tidak berputar arah dan jika bilangan itu negatif maka mobil harus berputar arah”.(terlampir dalam ringkasan materi.)

Siswa menjawab

pertanyaan siswa.

Reflection

2. Guru menanyakan apakah siswa dapat memahami materi yang telah diberikan?

Siswa menjawab – pertanyaan guru dengan mantap

Reflection

3. Guru menanyakan apakah pelajaran hari ini sangat menyenangkan dan bila diberikan pada pembelajaran yang akan datang apakah siswa bersedia!

Siswa memperhatikan pesan guru.

4. Guru mengingatkan materi pembelajaran yang akan dilakukan besok kepada siswa dan apa yang harus dipersiapkan besok!.

Siswa memperhatikan pesan guru.

5. Guru menutup pelajaran dengan salam

Siswa menjawab salam guru

Sebelum pelaksanaan tindakan guru menjelaskan terlebih dahulu tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan (pada bilangan positif dan negatif). Pada


(34)

saat guru menjelaskan materi kepada siswa, siswa kelihatan tegang. Apabila guru memberikan pertanyaan secara lesan kepada siswa terlihat beberapa siswa diam dan tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru hal itu dilihat dari data yang terangkum mengenai partisipasi siswa, dalam pembelajaran siswa antara lain ;

1) Banyak siswa yang aktif 25 % dari jumlah siswa

2) Banyak siswa yang kurang terlibat dan tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran 25% atau 5 siswa.

3) Siswa yang memperoleh nilai > 7,5 sebanyak 11 dari 20 siswa. (berdasarkan nilai pada tes kelompok)

Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa merasa takut untuk bertanya kepada guru hal itu menyebabkan ketidak aktifan siswa dalam pembelajaran. Selanjutnya guru dan siswa melaksanakan skenario yang telah di tentukan , yakni guru menjelaskan operasi hitung bilangan bulat Sehingga anak benar-benar faham tentang konsep operasi hitung.

3. Hasil pengamatan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah guru kelas IV SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek.

 Observasi untuk guru

Dari hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa: - Guru kurang jelas dalam penyampaian materi.

- Guru dalam menjelaskan dan dalam memberikan tugas belum menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

- Guru kurang dapat memberikan motivasi pada siswa.

- Guru kurang memberi waktu siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

- Guru tidak memberi kesempatan siswa yang belum mengerti untuk bertanya. - Guru belum mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan.

 Observasi untuk siswa

Dari hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa:

- Banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru (kurang antusias) - Siswa ramai dan bermai dengan teman sebangkunya.


(35)

- Siswa masih malu untuk bertanya kepada guru tentang materi yang kurang jelas.

- Siswa sulit jika disuruh untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. - Siswa masih malas dalam membuat rangkuman.

4. Refleksi

Hasil analisis mengunakan metode Contektual Teaching and Learning.

Hasil observasi pembelajaran di kelas selama proses belajar mengajar pada siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan (2 X 35 menit) yang dikemas dalam lembar observasi. Lembar observasi ini terdiri dari dua lembar observasi yaitu observasi untuk guru dan observasi untuk siswa(terlampir). Dalam siklus I ini lembar observasi secara ringkas dipaparkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1: Data hasil observasi guru dalam proses pembelajaran pada siklus I

No. Nama Observer Jumlah Skor Skor maks

1. Sulistyani ,S.Pd 38 56

Berdasarkan data observasi guru terdapat 14 aspek pengamatan sehingga diperoleh skor maksimal adalah 56 (4 x 14 item pengamatan)

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

56 X 100% = 67,85%


(36)

 Analisa Data Observasi Siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas dan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.2: Data hasil observasi aktivitas dan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I

No. Nama Observer Jumlah Skor Skor maks

1. Sulistyani ,S.Pd 34 52

Berdasarkan data observasi guru terdapat 12 aspek pengamatan sehingga diperoleh skor maksimal adalah 52 ( 4 x 13 item aspek pengamatan).

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

52 X 100% = 65,38%

Nilai NR di atas jika dikonversikan ke dalam kriteria taraf keberhasilan tindakan, maka aktivitas dan ketrlibatan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan mendia manik yang dilaksanakan oleh guru termasuk kriteria “Baik” ( kisaran NR : 50% < NR ≤ 75%).

 Analisa Hasil Tes Siswa

Pada langkah perencanaan sebelum melaksanakan tes, guru telah menetapkan nilai batas ketuntasan yang harus dicapai siswa sebagai batas pencapaian ketuntasan individual siswa, yaitu nilai 65 dengam persentase ketuntasan kelas minimal yang ingin dicapai sebesar 75% dari jumlah siswa. Selain itu sebelum melakukan tindakan guru juga telah melakukan tes, tujuannya untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan pada siklus I disajikan pada tabel berikut:


(37)

Tabel 4.3 : Data hasil test siswa pada sebelum siklus dan siklus I

No. Nama Responden

Nilai Keterangan ketuntasan Individual Sebelum

Siklus Siklus I

Sebelum

Siklus Siklus I

1. Aqil Ramadhan 40 80 TT T 2. Bayu Anggara 60 80 TT T 3. Bery Nuranto 60 80 TT T 4. Feni Maliya 40 60 TT TT 5. Gita Ramadant 40 40 TT TT 6. Heny Irawati 70 80 T T 7. Herik Julian 70 80 T T 8. Jepri Mustaim 50 80 TT T 9. Khairina Mahrani 60 80 TT T 10. Mery Astuti 50 40 TT TT

11. Mustakim 70 80 T T

12. Nopa Rayani 70 80 T T 13. Rendi Puspita 40 40 TT TT 14. Rini Rindiani 60 60 TT TT

15. Sri Rahayu 70 80 T T

16. Surianti Dewi 60 80 TT T

17. Suryadi 40 40 TT TT

18. Taufik Hidayat 60 60 TT TT

19. Tia Nadira 70 80 T T

20. Wahyudiansyah 70 80 T T

Jumlah 1150 1380 TT = 13

T = 7

TT = 7 T = 13

Rata-rata 57,5 69

Ketuntasan kelas 35 % 65%

Keterangan: KKM ≥ 65

TT = Tidak Tuntas T = Tuntas


(38)

Persentase ketuntasan kelas yang diperoleh: 1. Sebelum siklus

Persentase ketuntasan kelas

Berdasarkan standar ketuntasan kelas yang telah ditetapkan sebelumnya, maka nilai test siswa pada sebelum siklus dianggap “Tidak Tuntas (TT)”

2. Siklus I

Berdasarkan standar ketuntasan kelas yang telah ditetapkan sebelumnya, maka nilai test siswa pada sebelum siklus dianggap “Tidak Tuntas (TT)”

4. Refleksi

Dari pengamatan dan analisa data selama pelaksanaan siklus I dapat direfeksikan sebagai berikut:

1. Dalam peningkatan kualitas pembelajaran berdasarkan hasil penilaian partisipan terhadap 14 butir pengamatan terhadap ketrampilan guru yang perlu dicermati, ada beberapa butir yang tidak terlaksana dengan baik.

2. Kemampuan operasi hitung bilangan bulat siswa kelas V SDN 1 Timahan pada siklus I masih rendah, ketuntasan kelas 75 % dari siswa yang telah ditetapkan belum tercapai.

Hasil refleksi pada siklus I ini akan direfeksikan pada siklus II, dengan lebih memusatkan pada aspek-aspek yang belum terlaksana dengan baik disamping tetap mempertahankan yang sudah terlaksana dengan baik dan peningkatan prestasi belajar untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

b. Siklus II

1. Perencaan tindakan

Berdasarkan refleksi pada siklus I disusunlah rencana tindakan perbaikan atas kekurangan-kekurangan yang ditemukan. Rencana tindakan ini merupakan persiapan untuk melakukan tindakan sehingga pada saat melaksanakan tindakan tidak mengalami hambatan dan kesulitan. Adapun rencana tindakan 2 adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat soal post tes, menyiapkan lembar obsevasi guru dan lembar observasi siswa.(terlampir)


(39)

2. Pelaksanaan tindakan

Di dalam pelaksanaan siklus II terdapat satu kali pertemuan yaitu pada hari Jumat, 01 Oktober 2010. Pada pertemuan ini peneliti tetap menggunakan metode CTL. Yaitu permasalahan yang diberikan adalah permasalahan yang akrap dengan siswa dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pada pertemuan ini, peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat sebagai berikut:

No. Kegiatan Guru Kegiatan siswa Komponen

A. Pendahuluan

1. Guru memberikan salam dan mendata siswa yang hadir

Siswa membalas salam guru

2. Guru mengingatkan kembali tentang: operasi oenjumlahan bilangan bulat posif dan negatif.

Siswa memperha-tikan apa yang disampaikan oleh guru

Tanya jawab

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu agar siswa mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan.

Siswa memperha-tikan penjelasan guru.

4. Guru memotivasi siswa agar melaksanakan kegiatan dengan penuh semangat

Siswa

mempersiapakan diri untuk melaksanakan pembelajaran

5. Guru menginformasikan pokok bahasan dalam pembelajaran hari ini

Siswa menyimak informasi guru

B. Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan unsur-unsur penting dalam oprasi bilangan bulat.

Siswa

memperhatikan keterangan guru

Ceramah

2. Guru mendemonstrasikan alat peraga berupa mobil –mobilan yang yang digerakkan maju jika operasi

Siswa

memperhatikan demonstrasi guru


(40)

penjumlahan dan mundur jika terdapat operasi pengungan. Mobil berputar arah jika bilangan bulat adalah negatif dan terus (tidak berputar) apabila pada bilangan positif. (terlampir dalam materi)

3. Guru mengajak siswa untuk berfikir/merenungkan demonstrasi

Siswa mulai memikirkan

keterangan guru.

Questioning

4. Guru mendemonstrasikan lagi alat peraga agar pemahaman siswa benar – benar kuat.

Siswa ikut

mendemonstrasikan alat peraga.

Modelling + inquiry

6. Guru membentuk 4 kelompok belajar siswa dari 20 siswa yang hadir. Setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Selain itu guru juga menyiapkan LKS untuk masing-masing kelompok

Siswa membentuk kelompok dan melaksanakan kegiatan

Learning community

7. Guru memberikan petunjuk pengisian LKS serta cara menggunakan peralatan kerja berupa: penggaris, gunting, alat tulis, karton

Siswa memper-hatikan petunjuk guru

Learning community

8. Guru mengawasi kerja tiap kelompok dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan

Kelompok bekerja dibawah bimbingan guru.

Learning Community

9. Guru mempersilahkan wakil kelompok untuk mengerjakan hasil kerja kelompok di depan kelas.

Wakil kelompok Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

10. Guru mengoreksi hasil kerja kelompok berserta dengan siswa yang lain

Siswa ikut

mengoreksi jawaban yang dikerjakan oleh rekannya di depan kelas


(41)

11. Guru memberikan pujian kepada kelompok yang berhasil menyelesaikan LKS dengan benar sebagai penguatan

Siswa memberikan tepuk tangannya.

C. Penutup

1. Guru membimbing siswa membuat simpulan.

Siswa membuat simpulan dibantu oleh guru

2. Guru memberikan tes singkat secara individual

Siswa mengerjakan tes singkat dengan antusias

3. Guru menanyakan apakah siswa dapat memahami materi yang telah diberikan?

Siswa menjawab pertanyaan siswa.

Reflection

4. Guru menanyakan apakah pelajaran hari ini sangat menyenangkan dan bila diberikan pada pembelajaran yang akan datang apakah siswa bersedia!

Siswa menjawab pertanyaan guru dengan mantap

Reflection

5. Guru mengingatkan materi pembelajaran yang akan dilakukan besok kepada siswa dan apa yang harus dipersiapkan besok!

Siswa

memperhatikan pesan guru.

6. Guru menutup pelajaran dengan salam

Siswa menjawab salam guru

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah guru kelas IV SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek.

 Observasi untuk guru


(42)

- Guru agak jelas dalam penyampaian materi operasi hitung bilangan bulat. - Guru dalam menjelaskan dan dalam memberikan tugas sudah menghubungkan

dengan kehidupan sehari-hari.(kontektual) - Guru sudah memberikan motivasi kepada siswa.

- Guru sudah memberi waktu siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya.  Observasi untuk siswa.

Dari hasil observasi yang tekah dilakukan terlihat bahwa:

- Pada siklus II ini siswa sudah mulai memperhatikan penjelasan guru. - Siswa sudah menunjukkan antusias dalam belajar.

- Siswa sudah melai berani bertanya kepada guru tentang materi luas persegi panjang dan segitiga yang menurutnya kurang jelas.

- Siswa mulai tumbuh minat jika disuruh untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya.

- Siswa mau membuat rangkuman. 4. Refleksi

a. Hasil analisis penggunaan metode Contextual Teaching and Learning

hasil observasi proses pembelajaran di kelas selama porses belajar mengajar pada siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yang dikemas dalam lembar observasi. Lembar observasi ini terdiri dari dua lembar observasi yaitu observasi untuk guru dan observasi untuk siswa. Dalam siklus II ini lembar observasi secara ringkas dipaparkan dalam tabel berikut : (data terlampir)

tabel 4.4 tabel taraf keberhasilan guru pada siklus II

Skor maks. Skor yang diperoleh

Prosentase taraf

keberhasilan(%) Taraf keberhasilan

56 48 85,71 Sangat Baik

Berdasarkan data observasi guru terdapat 14 aspek pengamatan sehingga diperoleh skor maksimal adalah 56 (4 x 14 item pengamatan)

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

56 X 100% = 85,71%


(43)

 Analisa Data Observasi Siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas dan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran pada siklus II disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.2: taraf keberhasilan siswa pada siklus II Skor maks. Skor yang

diperoleh

Prosentase taraf

keberhasilan(%) Taraf keberhasilan

52 48 92,30 Sangat Baik

Berdasarkan data observasi siswa terdapat 13 aspek pengamatan sehingga diperoleh skor maksimal adalah 52 (4 x item pengamatan)

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

52 X 100% = 92,30%

 Analisa Data Observasi Siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas dan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I disajikan pada tabel berikut:

Keterangan:

Dari tabel diatas diperoleh kriteria keberhasilan guru mencapai 85,71% dengan taraf keberhasilan sangat baik. Dan kriteria keberhasilan siswa mencapai 92,30% dengan taraf keberhasilan “sangat baik”. Dari kedua hal tersebut diperoleh kesimpulan bahwa taraf keberhasilan guru dan siswa belum mencapai maksimal, sehingga masih diperlukan tindakan selanjutnya.


(44)

b. Hasil Analisis Ketuntasan Kelas dan Tingkat Pemahaman(data terlampir) ketuntasan kelas dan tingkat pemahaman ini dapat diukur dengan cara menganalisis hasil tes, hasil tes itu terdapat dua macam yaitu post tes pada siklus I dan post tes pada siklus II. Hasil post tes tersebut peneliti paparkan sebagai berikut:

tabel 4.6 : Tabel ketuntasan kelas dan tingkat pemahaman(terlampir) Jenis Tes Jumlah Siswa

yang tuntas Indivudual

Jumlah Seluruh Siswa

Prosentase Ketuntasan dan

Pemahaman

Post Test Siklus I 13 20 65 %

Post Test Siklus II 17 20 85 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan siswa pada siklus I dan siklus II mengalami kenaikan 25 %. Meskipun begitu nilai dari tes akhir (Post Test) siklus II sudah memuaskan karena ketuntasan kelas sebesar 85 %, di atas standar ketuntasan klasikal yang ditentukan yaitu 75%.

Analisa Hasil Tes Siswa

Seperti pada pelaksanaan siklus I, pada siklus II ini sebelum melaksanakan tes, guru juga menetapkan nilai batas ketuntasan yang harus dicapai siswa sebagai batas pencapaian ketuntasan individual siswa, yaitu nilai 70 dengam persentase ketuntasan kelas yang ingin dicapai sebesar 70% dari jumlah siswa. Hasil tes evaluasi siswa pada siklus I dan setelah dilaksanakannya siklus II disajikan pada tabel berikut:


(45)

Tabel 4.7: Data hasil test siswa pada siklus I dan siklus II

No. Nama Responden

Nilai

Keterangan ketuntasan Individual Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

1. Aqil Ramadhan 80 80 T T 2. Bayu Anggara 80 100 T T

3. Bery Nuranto 80 80 T T

4. Feni Maliya 60 100 TT T 5. Gita Ramadant 40 60 TT TT 6. Heny Irawati 80 100 T T

7. Herik Julian 80 80 T T

8. Jepri Mustaim 80 80 T T 9. Khairina Mahrani 80 80 T T 10. Mery Astuti 40 100 TT T

11. Mustakim 80 100 T T

12. Nopa Rayani 80 80 T T

13. Rendi Puspita 40 60 TT TT 14. Rini Rindiani 60 60 TT TT

15. Sri Rahayu 80 100 T T

16. Surianti Dewi 80 80 T T

17. Suryadi 40 80 TT T

18. Taufik Hidayat 60 80 TT T

19. Tia Nadira 80 100 T T

20. Wahyudiansyah 80 100 T T

Jumlah 1380 1680

TT = 7 T = 13

TT = 3 T = 17

Rata-rata 69 84

Ketuntasan kelas 65% 85%

Keterangan: TT = Tidak Tuntas, T = Tuntas

Dari hasil observasi dan nilai siswa pada siklus II ini bisa dilihat bahwa motivasi belajar siswa kelas V sudah mulai meningkat dibandingkan dengan motivasi belajar siswa yang diperoleh pada siklus I. Hasil test yang diperoleh juga meningkat


(46)

dibandingkan dengan hasil test pada siklus I. Selain itu juga masih terdapat kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki, diantaranya adalah guru kurang jelas dalam penyampaian materi, guru kurang memberi waktu siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, siswa ramai dan bermain dengan teman sebangkunya, dan siswa masih sulit jika disuruh untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi Opersi Hitung Bilangan Bulat telah mampu membawa perubahan pada motivasi dan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari data peningkatan persentase ketuntasan klasikal dan rata – rata nilai, meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam penerapannya.

Dalam keadaan sebelum diberi tindakan pelaksaan siklus I dan siklus II terjadi peningkatan motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan sikap semangat dan antusias siswa dalam mengikutu proses pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ini. Selain itu dilihat dari hasil wawancara dan data angket yang diberikan kepada siswa siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini, siswa banyak yang sangat senang dan menyukai model pembelajaran ini.

Peningkatan motivasi belajar siswa ini dimungkinkan karena adanya suasana baru dalam pembelajaran, misalnya dengan belajar berdiskusi bersama teman dalam satu kelompok dalam menyelesaikan soal-soal telah menimbulkan rasa kepuasan tersendiri. Kemudian hasil pekerjaan tersebut dipresentasikan ke depan kelas telah menumbuhkan rasa kebanggaan pada diri siswa. Hal ini membuat siswa menjadi antusias serta suasana kelas tidak monoton dan siswa menjadi aktif. Dengan terciptanya suasana belajar yang baru ini, maka siswa akan merasa senang dan termotivasi untuk giat belajar dan berusaha secara maksimal demi keberhasilan mereka.

1) Siklus I.

Pada siklus I guru kurang jelas dalam penyampaian materi, guru kurang dapat memberikan motivasi pada siswa, guru kurang memberi waktu siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan guru belum dapat mengatur alokasi waktu dengan baik. Selain itu pada siklus I masih banyak siswa yang tidak


(1)

(Siklus I) Mata Pelajaran :Matematika

Pokok Bahasan : Operasi Hitung Bilangan Bulat Penilaian: berilah tanda cek list pada kolom yang tepat.

No. Aspek yang Dinilai Skor

1 2 3 4

1. Kelengkapan siswa (buku dan alat tulis, buku pegangan - √ - -

2. Memperhatikan penjelasan guru - - √ -

3. Antusias dan minat siswa dalam belajar - √ - - 4. Memprhatikan masalah yang akan dibahas dalam diskusi - - √ - 5. Memperhatikan pengarahan(bagaimana menyajikan

tujuan yang ingin dicapai dan aturan main dalam diskusi) - √ - - 6. Melaksanakan diskusi sesuai aturan main - - - √ 7. Keaktifan memberikan pendapat/gagasan dalam diskusi - - - √ 8. Keaktifan siswa dalam berdiskusi - - √ - 9. Siskap siswa dalam menanggapi pendapat orang lain - √ - - 10. Keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya - √ - - 11. Bersama-sama membuat kesimpulan hasik diskusi - √ - - 12. Ketertiban dalam melaksanakan evaluasi yang diberikan

guru untuk mengetahui pemahaman siswa - - √ - 13. Aktifitas belajar secara keseluruhan - √ - -

Jumlah - 14 12 8

Jumlah Total 34

Keterangan: 1) Kurang baik, 2) Cukup, 3) Baik, 4) Sangat baik

Trenggalek, 22 September 2010 Pengamat,

SULISTYANI, S.Pd


(2)

Pedoman Pemberian Skor dan Analisa Hasil Observasi

 Data hasil observasi atas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontektual, pada setiap aspek yang diamati diberi skor 1 – 4, dengan rincian sebagai berikut:

Skor 4 = sangat baik Skor 3 = baik Skor 2 = cukup baik Skor 1 = kurang baik

 Skor yang didapat dari observer atau pengamat kemudian dicari persentase nilai rata-ratanya dengan menggunakan rumus:

Persentase nilai rata-rata (NR) = X 100%

Keterangan = Skor maksimal : jumlah aspek yeng diamati x skor tertinggi (Skor 4)

 Persentase NR dikonversi ke dalam kriteria kebrhasilan tindakan yang dapat ditentukan sebagai berikut:

75% < NR ≤ 100% : Sangat Baik 50% < NR ≤ 75% : Baik

25% < NR ≤ 50% : Cukup Baik 0% < NR ≤ 25% : Kurang Baik Observasi Pertama (Siklus I)

Data hasil hasil observasi aktivitas dan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran dengan pendekatan CTL

Skor maksimal 4 x 13 =52

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

52 X 100%


(3)

(SIKLUS II) Mata Pelajaran :Matematika

Pokok Bahasan : Operasi Hitung Bilangan Bulat Penilaian: Berilah tanda cek list pada kolom yang tepat.

No. Aspek yang Dinilai Skor

1 2 3 4

1. Kelengkapan siswa (buku dan alat tulis, buku pegangan - - √ -

2. Memperhatikan penjelasan guru - - √ -

3. Antusias dan minat siswa dalam belajar - - - √ 4. Memprhatikan masalah yang akan dibahas dalam diskusi - - - √ 5. Memperhatikan pengarahan(bagaimana menyajikan

tujuan yang ingin dicapai dan aturan main dalam diskusi) - - - √ 6. Melaksanakan diskusi sesuai aturan main - - - √ 7. Keaktifan memberikan pendapat/gagasan dalam diskusi - - √ 8. Keaktifan siswa dalam berdiskusi - - √ - 9. Siskap siswa dalam menanggapi pendapat orang lain - - - √ 10. Keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya - - - √ 11. Bersama-sama membuat kesimpulan hasik diskusi - - - √ 12. Ketertiban dalam melaksanakan evaluasi yang diberikan

guru untuk mengetahui pemahaman siswa - - √ - 13. Aktifitas belajar secara keseluruhan - - - √

Jumlah - - 12 36

Jumlah Total 48

Keterangan: 1) Kurang baik, 2) Cukup, 3) Baik, 4) Sangat baik

Trenggalek, 01 Oktober 2010 Pengamat,

SULISTYANI, S.Pd


(4)

Pedoman Pemberian Skor dan Analisa Hasil Observasi

 Data hasil observasi atas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontektual, pada setiap aspek yang diamati diberi skor 1 – 4, dengan rincian sebagai berikut:

Skor 4 = sangat baik Skor 3 = baik Skor 2 = cukup baik Skor 1 = kurang baik

 Skor yang didapat dari observer atau pengamat kemudian dicari persentase nilai rata-ratanya dengan menggunakan rumus:

Persentase nilai rata-rata (NR) = X 100%

Keterangan = Skor maksimal : jumlah aspek yeng diamati x skor tertinggi (Skor 4)

 Persentase NR dikonversi ke dalam kriteria kebrhasilan tindakan yang dapat ditentukan sebagai berikut:

75% < NR ≤ 100% : Sangat Baik 50% < NR ≤ 75% : Baik

25% < NR ≤ 50% : Cukup Baik 0% < NR ≤ 25% : Kurang Baik Observasi Kedua (Siklus II)

Data hasil hasil observasi aktivitas dan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran: Skor maksimal 4 x 13 =52

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

52 X 100%


(5)

PENDEKATAN CTL No. Responden : 14

Nama : Rini Riandari Hari / Tanggal : 01 Oktober 2010 Petunjuk :

1. Berilah tanda (√ ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan yang kamu alami atau rasakan!

2. Jawablah dengan jujur!

NO PERTANYAAN YA TIDAK

1. Saya senang belajar berhitung -

2. Saya senang belajar matematika -

3. Matematika itu penting untuk di pelajari √ - 4. Matematika itu ilmunya banyak di gunakan dalam

kehidupan sehari-hari √ -

5. Matematika itu pelajaran yang menyenangkan - 6. Matematika itu pelajaran yang membosankan - 7. Matematika itu pelajaran yang menantang -

8. Matematika itu pelajaran yang sulit -

9. Matematika itu bisa membuat kita stress - 10. Pelajaran matematika itu penuh dengan rumus-rumus - 11. Memahami setiap materi dalam matematika itu

memerlukan waktu yang lama √ -

12. Saya senang belajar secara berkelompok - 13. Saya senang belajar secara individu - √ 14. Saya senang jika pembelajaran di dalam kelas itu terdapat

diskusi kelas - √

15. Saya senang belajar di tempat yang tenang - 16. Saya senang belajar di tempat yang terbuka - 17. Saya senang belajar di dalam ruangan - - 18. Saya senang belajar di tempat yang ramai (banyak orang) - 19. Saya senang belajar sambil melihat televisi - 20. Saya senang belajar sambil mendengarkan musik -


(6)

SEKIAN...

FILE ASLI HUB: RUKY

CP: 081 331 022 555

OR