Evaluasi proses penyusunan anggaran dan pengendalian biaya pemasaran (studi kasus pada PT Indolakto)

(1)

EVALUASI PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PEMASARAN

(Studi Kasus pada PT Indolakto)

SKRIPSI

Digunakan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Laurensius Lusiano Michael Nim : 132114030

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSETAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

EVALUASI PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PEMASARAN

(Studi Kasus pada PT Indolakto)

SKRIPSI

Digunakan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Laurensius Lusiano Michael Nim : 132114030

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSETAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

There is no purpose for life, unless you create it for yourself

.”

Jerome Jarre

I will stop at nothing to achieve my goal and i will continue my

pursuit no matter the opposition.

Casey Neistat

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberkati

Kedua orang tuaku tercinta, Benedictus dan Rita


(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

EVALUASI PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PEMASARAN

(Studi Kasus pada PT Indolakto)

Dan diajukan untuk diuji pada tanggal 21 Juli 2017 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja ataupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Juli 2017 Yang membuat pernyataan,


(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Laurensius Lusiano Michael

Nomor Induk Mahasiswa (NIM) : 132114030

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EVALUASI PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PEMASARAN

(Studi Kasus pada PT Indolakto)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolah dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dam mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 31 Juli 2017 Yang membuat pernyataan,


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Akt. CA. selaku pembimbing skripsi dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Orang tua dan kakak penulis yang selalu menjadi semangat bagi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Sahabat-sahabat penulis (Juna, Yosi, Theo, Oscar, Reno, Tiara, Riri) yang selalu membantu dan menemani penulis selama kuliah.

5. Kezia yang selalu memberikan semangat dalam penulisan skripsi. 6. Teman-teman Kelas A Akuntansi 2013.


(9)

viii

7. Teman-teman MPAT Bu Reni yang saling memberikan nasehat dalam proses penyelesaian skripsi.

8. Teman-teman mahasiswa akuntansi 2013 atas dukungan dan kebersamaannya selama perkuliahan.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 15 Juni 2017


(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Anggaran ... 8

1. Pengertian Anggaran ... 8

2. Keuntungan Anggaran ... 8

3. Keterbatasan Anggaran ... 10

4. Jenis-jenis Anggaran ... 11

5. Anggaran Tahunan Perusahaan Manufaktur ... 14

6. Proses Penyusunan Anggaran... 15

7. Tahap-tahap Penyusunan Anggaran ... 18

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran .. 21

B. Pemasaran ... 23

C. Biaya ... 23

1. Pengertian Biaya ... 23

2. Penggolongan Biaya ... 24

3. Memisahlan Biaya Tetap dengan Biaya Variabel ... 29

4. Biaya dan Fungsi Pemasaran ... 31

5. Karakteristik Biaya Pemasaran ... 33 6. Penggunaan anggaran untuk pengendalian biaya pemasaran. 35


(11)

x

D. Hasil Penelitian Terdahulu ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 47

D. Data yang Dicari ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 51

A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 51

B. Lokasi Perusahaan ... 53

C. Struktur Organisasi ... 54

D. Kegiatan perusahaan ... 59

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Penyusunan Anggaran Pemasaran pada PT Indolako ... 62

B. Perbandingan Antara Langkah-langkah Penyusunan Anggaran PT Indolakto dengan Teori ... 64

C. Analisis Kesesuaian Proses Penyusunan Anggaran Pemasaran . 70 D. Pembahasan ... 74

BAB VI PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Keterbatasan Penelistian ... 81

C. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Pedoman Umum Dasar Distribusi Tidak Langsung ... 40

Tabel II.2 Pedoman Umum Satuan Pengukur Jasa Setiap Fungsi Pemasaran ... 41

Tabel V.1 Perbandingan Analisis Langkah-Langkah Penyusunan Anggaran ... 64

Tabel V.2 Anggaran Biaya Pemasaran PT Indolakto Tahun 2015 ... 66

Tabel V.3 Alat Satuan Pengukur Jasa PT Indolakto ... 67

Tabel V.4 Biaya Pemasaran Sesungguhnya PT Indolakto tahun 2015 ... 68

Tabel V.5 Satuan Kapasitas Sesungguhnya PT Indolakto Tahun 2015 ... 69

Tabel V.6 Perbandingan Perbedaan Kapasitas normal dengan Kapasitas Sesungguhnya PT Indolakto tahun 2015 ... 71


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Tabel II.1 Struktur Organisasi Perusahaan ... 86


(14)

xiii

ABSTRAK

EVALUASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PEMASARAN

(Studi Kasus Pada PT Indolakto)

Laurensius Lusiano Michael NIM : 132114030 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian proses penyusunan anggaran dan untuk mengetahui fungsi anggaran sebagai alat pengendali.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan untuk rumusan masalah pertama adalah membandingkan proses penyusunan anggaran biaya pemasaran dengan teori. Untuk rumusan masalah kedua tekhik analisis yang digunakan adalah membandingkan antara anggaran dan realisasi biaya pemasaran dan menganalisis selisih anggaran pada setiap fungsi anggaran biaya pemasaran.

Hasil penelitian menunjukkan proses penyusunan anggaran biaya pemasaran sudah sesuai dengan teori dan realisasi biaya pemasaran sudah terkendali pada fungsi penggudangan karena tidak melebihi batas toleransi yang telah ditetapkan oleh PT Indolakto yaitu 5%. Fungsi yang belum terkendali adalah fungsi penjualan, fungsi pembungkusan dan pengiriman, fungsi administrasi pemasaran, fungsi advertensi dan promosi, dan fungsi kredit dan penagihan. Kata kunci : Anggaran, Pemasaran, Penyusunan, dan Pengendalian


(15)

xiv

ABSTRACT

EVALUATION OF BUDGET PREPARATION AND MARKETING COST CONTROL

(A Case Study at PT Indolakto)

Laurensius Lusiano Michael NIM : 132114030 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

The research aims to know how proper the process of preparation marketing budget at PT Indolakto and to determine the function of the budget as a controling tool.

This study was a case study. This sudy obtatined the data by interviews and documentaion. The data analysis technique for the first resecarch question was done by comparing between making marketing cost budget in PT Indolakto with those in the theory. Meanwhile, the second was done by comparing the budget and realization of marketing costs and analyzing the budget gap on each function of the marketing budget. The research was conducted at PT Indolakto.

The result of the research shows that the process of budget preparation of marketing cost is in accordance with the theory and the realization of marketing cost is controlled in the warehouse function because it does not exceed the tolerance limit set by PT Indolakto that is 5%. Besides, the uncontrolled functions is the sales function, the packaging and delivery function, marketing administration functions, advertising and promotional functions, and credit and billing functions.


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perekonomian indonesia saat ini berada pada kondisi yang baik dan stabil, hal ini dibuktikan dengan data BPS yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2016 yaitu 5,02% melebihi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 yaitu 4,88%. Dalam menyikapi hal ini tentunya setiap perusahaan memiliki strategi untuk menjalankan usahanya dengan lebih baik sehingga perusahaan mampu memperoleh laba yang optimal. Perusahaan akan membuat sistem manajemen yang baik guna meningkatkan daya saing dengan perusahaan lain.

Perusahaan harus menyusun strategi dan rencana baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dan strategi tersebut disusun secara bertahap dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi agar tujuan perusahaan tercapai. Salah satunya ialah menyusun anggaran. Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan. Dalam hubungannya dengan sistem pengendalian manajemen, proses penyusunan anggaran merupakan rencana yang didasarkan atas dampak rencana kerja tersebut terhadap laba. Sistem penganggaran memiliki peran yang penting dalam pencapaian tujuan perusahaan. Keberhasilan anggaran untuk mendukung tujuan perusahaan dapat ditentukan dari sejauh


(17)

manakah anggaran dapat memenuhi fungsi-fungsinya. Permasalahan yang dihadapi adalah apakah sistem penganggaran yang diterapkan perusahaan dapat digunakan sebagai alat perencanaan dan pengendalian manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan dengan maksimal.

Dalam kaitannya dengan pemasaran sistem penganggaran yang diterapkan dengan baik akan membantu perusahaan untuk mengetahui jumlah rincian biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemasaran yang dapat digunakan untuk perencanaan dan pengarahan usaha pemasaran. Kegiatan pemasaran perlu diprioritaskan oleh perusahaan karena kegiatan pemasaran berperan besar dalam pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.

Menurut Stanton (2001), definisi pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Pemasaran yang berhasil akan membuat produksi menjadi meningkat, namun untuk menunjang keberhasilan pemasaran diperlukan berbagai macam biaya seperti biaya advertensi dan biaya penjualan.

Menurut Mulyadi (2015: 487) dalam arti luas biaya pemasaran meliputi semua biaya yang terjadi sejak saat produk selesai diproduksi dan disimpan dalam gudang sampai produk tersebut diubah kembali dalam bentuk tunai.


(18)

Menurut Supriyono (2014: 200) untuk dapat memasarkan produk dengan sukses, perusahaan harus menggunakan konsep pemasaran yang baik, yaitu bagaimana melayani langganan atau pembeli yang dapat memuaskan mereka tetapi perusahaan dapat pula memperoleh laba yang diharapkan.

Penyusunan anggaran dan pengendalian biaya pemasaran merupakan kegiatan yang saling berkaitan. Ada beberapa cara mengelompokkan biaya pemasaran diantaranya menurut jenis biaya dan obyek pengeluaran. Banyak manfaat yang akan didapatkan oleh perusahaan dengan adanya analis biaya pemasaran. Selain untuk penentuan besarnya biaya. Analisis biaya pemasaran bermanfaat untuk perencanaan dan pengarahan usaha pemasaran.

Anggaran sebagai alat pengendalian biaya pemasaran memberikan kontribusi besar bagi perusahaan untuk menghindari kerugian. Apabila tidak adanya pengukuran dan evaluasi terhadap biaya pemasaran, perusahaan tidak akan mengetahui posisinya, tingkat keberhasilan serta tingkat kegagalannya.

Beberapa peneliti telah meneliti mengenai anggaran dan kaitannya pengendalian biaya pemasaran. Nofianti (2005) melakukan penelitian di UD Kartika Plastik dari tahun 2001-2003 menunjukkan bahwa proses pembuatan anggaran sesuai dengan teori namun setiap tahun ada fungsi pemasaran yang tidak terkendali. Yashinta Anastasia (2010) melakukan penelitian di PT Madukismo menunjukkan bahwa proses pembuatan


(19)

anggaran ada yang tidak sesuai dengan teori dan total selisih menunjukkan angka yang besar yaitu 141,13%.

Berdasarkan latar belakang di atas dan hasil dari penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil yang tidak terkendali, maka penulis tertarik untuk meneliti “Evaluasi Penyusunan Anggaran dan Pengendalian Biaya Pemasaran” pada perusahaan untuk mengetahui bagaimana cara kerja perusahaan manufaktur dalam menyusun dan mengendalikan anggaran biaya pemasaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah proses penyusunan anggaran biaya pemasaran yang dibuat oleh PT Indolakto sudah sesuai dengan teori?

2. Apakah realisasi biaya pemasaran pada PT Indolakto sudah terkendali?

C. Batasan Masalah

Peneliti membatasi kegiatan pemasaran berdasarkan fungsi pemasaran. Anggaran yang digunakan adalah anggaran pemasaran dan realisasinya pada setiap fungsi pemasaran tahun 2015.


(20)

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses penyusunan anggaran biaya pemasaran PT Indolakto apakah sudah sesuai dengan teori atau belum.

2. Untuk mengetahui realisasi biaya pemasaran PT Indolakto apakah sudah terkendali atau belum.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi perusahaan mengenai penerapan perusahaan dalam efisiensi anggaran biaya pemasaran dan dapat digunakan untuk penentuan kebijakan di masa yang akan datang. 2. Bagi Universitas

Penelitian ini dapat dijadikan koleksi pustaka Universitas Sanata Dharma khususnya dalam bidang penganggaran dan pemasaran.

3. Bagi Penulis

Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan ilmu secara langsung mengenai langkah-langkah penyusunan dan pengendalian anggaran beserta penerapannya di dalam perusahaan.


(21)

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini menjelaskan teori-teori yang mendukung untuk pengolahan data.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, data yang akan dicari, subjek dan objek penelitian, jenis data, tekhnik pengumpulan data, dan tekhnik analisis data.

BAB IV Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini menguraikan gambaran umum perusahaan yang berkaitan dengan sejarah perusahaan, letak perusahaan, struktur organisasi, bentuk badan usaha dan jenis usahanya, serta data yang relevan yang mendukung penelitian.

BAB V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menguraikan analisis data yang telah dilakukan di lapangan untuk menjawab rumusan masalah dan dibahas.


(22)

BAB VI Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran, serta keterbatasan dalam penelitian.


(23)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Anggaran

1. Pengertian Anggaran

a. Menurut Munandar (2007: 1) Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter yang berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.

b. Menurut Steven M. Bragg (2014: 1) Angggaran adalah dokumen tentang ramalan hasil dan posisi keuangan perusahaan bisnis tertentu, untuk satu atau lebih periode.

2. Keuntungan Anggaran

Anggaran mempunyai banyak manfaat dalam perusahaan. kegunaan pokok anggaran menurut Supriyono (2014: 18), yaitu: a. Penyusunan anggaran merupakan kekuatan manajemen dalam

menyusun perencanaan, di mana manajemen melihat ke depan untuk menentukan tujuan perusahaan yang dinyatakan di dalam ukuran finansial.

b. Anggaran dapat digunakan alat koordinasi berbagai kegiatan perusahaan, misalnya koordinasi antara kegiatan penjualan dengan kegiatan produksi.


(24)

c. Implementasi anggaran dapat menciptakan alat untuk pengawasan kegiatan perusahaan. Penyimpangan antara anggaran dengan realisasi dihitung dan di analisa, dan manajemen dapat mengetahui penyebab adanya penyelewengan tersebut.

d. Berdasar teknik yang digunakan di dalam anggaran, manajemen dapat memeriksa dengan seksama penggunaan sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan apakah dapat berdaya guna (efisien) atau berhasil guna (efektif).

e. Pemakaian anggaran mengakibatkan timbulnya suasana yang bersemangat untuk memperoleh laba. Timbul kesadaran tentang pentingnya biaya sebelum dana disediakan. Tekanan anggaran bukan semata-mata menekan biaya akan tetapi adalah memaksimalkan laba dalam jangka panjang, dan tambahan biaya yang dibenarkan apabila tambahan biaya tersebut diperkirakan dapat meningkatkan laba.

f. Pemakaian anggaran dapat mendorong dipakainya standar sebagai alat pengukur prestasi suatu bagian atau individu di dalam organisasi perusahaan.

g. Pemakaian anggaran dapat membantu manajemen di dalam pengambilan keputusan untuk memilih beberapa alternatif yang mungkin dilaksanakan misalhnya : membuat atau membeli, membuat atau menyewa, menolak atau menerima pesanan


(25)

khusus, mendorong atau mengurangi produk tertentu dan sebagainya.

3. Keterbatasan Anggaran

Terdapat beberapa kelemahan yang membatasi anggaran. Menurut Supriyono (2014: 18-19) kelemahan tersebut antara lain:

a. Anggaran didasarkan pada estimasi atau proyeksi atas kegiatan yang akan datang, ketepatan dari estimasi sangat tergantung kepada pengalaman dan kemampuan dari estimator atau proyektor, ketidaktepatan anggaran berakibat tidak dapat dipakai sebagai alat perencanaan, koordinasi, dan pengawasan baik.

b. Anggaran harus selalu disesuaikan dengan perubahan kondisi dan asumsi. Anggaran disusun atas dasar kondisi dan asumsi tertentu, oleh karena itu perubahan kondisi dan asumsi yang mendasari penyusunan anggaran mengharuskan adanya revisi anggaran agar anggaran tersebut dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Perubahan kondisi dan asumsi misalnya dapat berupa: laju inflasi atau kebijakan pemerintah dibidang ekonomi

c. Anggaran dapat dipakai sebagai alat pengendalian biaya hanya apabila semua pihak, terutama manajer-manajer perusahaan, secara terus menerus secara terkoordinir berusaha dan


(26)

bertanggung jawab atas tercapainya tujuan yang telah ditentukan di dalam anggaran.

d. Semua pihak di dalam perusahaan perlu menyadari bahwa anggaran adalah alat untuk mengendalikan biaya, akan tetapi tidak dapat menggantikan fungsi manajemen dan “judgement

manajemen masih diperlukan atas dasar pengetahuan dan pengalamannya.

4. Jenis-jenis Anggaran

Untuk memudahkan dalam penyusunan anggaran maka anggaran perlu dikelompokkan. Pengelompokkan anggaran dibagi dalam beberapa jenis. Menurut Nafarin (2007: 31-35) , antara lain:

a. Menurut dasar penyusunan , anggaran terdiri dari:

1. Anggaran variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval kepastian tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda.

2. Anggaran tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kepastian tertentu disebut juga anggaran statis. b. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari:

1. Anggaran periodik adalah anggaran yang disusun untuk suatu periode tertentu. Umumnya periode satu tahun, yang disusun setiap akhir periode.


(27)

2. Anggaran kontinu adalah anggaran yang dibuat untuk memperbaiki anggaran yang telah dibuat.

c. Menurut jangka waktu, anggaran terdiri dari:

1. Anggaran jangka pendek (anggaran taktis) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun.

2. Anggaran jangka panjang (anggaran strategi) adalah anggaran yang dibuat untuk jangka waktu lebih dari satu tahun.

d. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari:

1. Anggaran operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan laba rugi.

2. Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca. Anggaran keuangan terdiri dari:

a. Anggaran kas. b. Anggaran piutang. c. Anggaran persediaan. d. Anggaran utang. e. Anggaran neraca.

e. Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari:

1. Anggaran komprehensif merupakan rangkaian dari berbagai macam anggaran yang disusun secara lengkap.


(28)

2. Anggaran parsial adalah anggaran yang disusun tidak secara lengkap, anggaran hanya menyusun bagian bagian tertentu saja.

f. Menurut fungsinya, anggaran terdiri dari:

1. Anggaran apropriasi (appropriation budget) adalah anggaran yang dibentuk untuk tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain.

2. Anggaran kinerja (performance budget) adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi (perusahaan) yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas.

5. Anggaran Tahunan Perusahaan Manufaktur

Menurut Supriyono (2014: 20-21) pada perusahaan manufaktur dapat disusun program anggara tahunan dalam bentuk anggaran operasional (master) yang merupakan koordinasi antara:

a. Anggaran Penjualan

Anggaran penjualan dapat disusun berdasar jenis produk yang dijual, daerah penjualan, atau faktor lainnya, atau kombinasi beberapa faktor tersebut.

b. Anggaran Produksi:

1. Anggaran biaya produksi. a. Anggaran biaya bahan. b. Anggaran biaya tenaga kerja.


(29)

c. Anggaran biaya overhead pabrik. 2. Anggaran Persediaan.

3. Anggaran Pembelian.

c. Anggaran Biaya Komersial dan Finansial: 1. Anggaran biaya distribusi atau pemasaran. 2. Anggaran biaya administrasi dan umum. 3. Anggaran biaya finansial (keuangan). d. Anggaran Kas yang Meliputi:

1. Anggaran penerimaan kas. 2. Anggaran pengeluaran kas. e. Anggaran Pengeluaran Modal:

1. Anggaran penggantian aktiva tetap. 2. Anggaran penambahan aktiva tetap. 3. Anggaran ekspansi.

6. Proses Penyusunan Anggaran

Menurut Sofyan Syafri H. (2001: 83-84) proses penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:

a. Anggaran Puncak-Bawahan (Top-Down Budgeting)

Top-Down Budgeting adalah prosedur penyusunan anggaran dimana anggaran ditentukan oleh manajemen puncak dengan sedikit atau bahkan tidak ada konsultasi dengan manajemen tingkat bawah. Metode ini ada baiknya jika karyawan tidak mampu menyusun budget atau dianggap akan terlalu lama dan


(30)

tidak tepat jika diserahkan kepada bawahan. Hal ini biasa terjadi dalam perusahaan yang karyawannya tidak memiliki keahlian cukup untuk menyusun suatu budget. Atasan bisa saja menggunakan konsultan atau tim untuk menyusunnya.

b. Anggaran Bawahan-Atasan (Bottom-Up Budgeting)

Bottom-Up budgeting adalah prosedur penyusunan anggaran dimana anggaran disiapkan oleh pihak yang akan melaksanakan anggaran tersebut, kemudian anggaran akan diberikan oleh pihak yang lebih tinggi untuk mendapatkan persetujuannya. c. Metode Campuran (Top-Down dan Bottom-Up)

Di sini perusahaan menyusun anggaran dengan memulainya dari atas dan kemudian untuk selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan. Jadi, ada pedoman dari atasan atau pimpinan dan dijabarkan oleh bawahan sesuai dengan pengarahan atasan. Sedangkan menurut Supriyono (2000: 49-50) anggaran memerlukan proses penyusunan. Penyusunan anggaran adalah proses akuntansi dan juga proses manajemen. Proses akuntansi berarti penyusunan anggaran merupakan studi terhadap mekanisme, prosedur untuk merakit data, dan membentuk anggaran. Proses manajemen berarti penyusunan anggaran merupakan proses penetapan peran tiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian program.


(31)

Penyusunan anggaran berhubungan dengan peran departemen anggaran dan komite anggaran. Departemen anggaran adalah departemen yang bertugas mengadministrasikan aliran informasi sistem pengendalian melalui anggaran. Fungsi departemen ini adalah:

a. Menerbitkan prosedur dan formulir untuk penyusunan anggaran. b. Mengkoordinasikan dan menerbitkan setiap asumsi-asumsi dasar yang dikeluarkan kantor pusat untuk digunakan dalam menyusun anggaran.

c. Menjamin bahwa informasi dikomunikasikan secara wajar di antara unit-unit organisasi yang saling berhubungan.

d. Membantu pusat-pusat pertanggungjawaban di dalam menyusun anggaran.

e. Menganalisis usulan anggaran dan membuat rekomendasi, pada penyusun anggaran dan selanjutnya pada manajemen puncak. f. Menganalisis laporan prestasi sesungguhnya dibandingkan

anggarannya, menginterpretasikan hasilnya dan menyiapkan laporan ringkas untuk manajemen puncak.

g. Mengadministrasikan proses pengubahan atau penyesuaian anggaran selama tahun yang bersangkutan.

h. Mengkoordinasikan dan secara fungsional mengendalikan pekerjaan departemen anggaran di eselon bawah.


(32)

Komite anggaran adalah komite dibentuk oleh manajemen puncak untuk mengkoordinasi proses manajemen dalam penyusunan anggaran. Tugas-tugas komite anggaran mencakup:

a. Mengusulkan kepada manajemen puncak mengenai pedoman umum penyusunan anggaran.

b. Menyebarkan pedoman tersebut setelah disetujui manajemen puncak.

c. Mengkoordinasikan berbagai macam usulan anggaran yang disusun secara terpisah oleh berbagai unit organisasi.

d. Menyelesaikan perbedaan yang timbul di antara usulan anggaran e. Menyerahkan anggaran final pada manajemen puncak dan

dewan komisaris untuk disahkan.

f. Mendistribusikan anggaran yang telah disahkan kepada berbagai unit organisasi.

Anggaran biasanya berjangka waktu satu tahun dan dirinci untuk setiap semester atau setiap triwulan, atau setiap bulan selama tahun yang bersangkutan. Langkah-langkah di dalam penyusunan anggaran biasanya sebagai berikut:

a. Menentukan pedoman perencanaan. b. Menyiapkan anggaran penjualan.

c. Menyiapkan komponen anggaran lainnya.

d. Perundingan untuk menyesuaikan rencana final setiap komponen anggaran.


(33)

e. Mengkoordinasi dan menelaah komponen-komponen anggaran. f. Pengesahan anggaran final.

g. Pendistribusian anggaran yang telah disahkan.

7. Tahap-tahap Penyusunan Anggaran

Menurut Supriyono (2000: 51-53) tahap-tahap penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:

a. Memahami SWOT

Manajemen puncak atau “Chief Executive Officer (CEO)”

menganalisis informasi masa lalu dan perubahan lingkungan luar melalui analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and threats) atau kekepan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) yang dimiliki organisasi dari lingkungannya.

b. Memahami perumusan strategi dan perencanaan strategis

Atas dasar SWOT, manajemen puncak menyusun perumusan strategi yaitu proses penentuan tujuan dan strategi pokok yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

c. Mengkomunikasikan tujuan, strategi pokok, dan program

Manajemen puncak selanjutnya mengkomunikasikan SWOT, tujuan strategi, dan program yang telah ditetapkan kepada komite anggaran, para manajer divisi, dan para manajer di bawahnya agar mereka mengetahui dan memahami lingkungan yang akan dihadapi, tujuan yang akan dicapai, strategi pokok


(34)

yang akan dilaksanakan, serta program yang mendasari anggaran yang akan disusunnya.

d. Memilih taktik, mengkoordinasi dan mengawasi operasi

Manajer divisi atas dasar SWOT, tujuan, strategi, dan program yang telah ditetapkan selanjutnya memilih taktik yang akan digunakan. Taktik adalah cara-cara yang akan digunakan untuk melaksanakan program. Selanjutnya manajer departemen membuat keputusan pengoperasian. Keputusan pengoperasian digunakan untuk mengkoordinasi kegiatan di bawah departemennya. Manajer seksi bertanggung jawab merencanakan pengendalian operasional. Pengendalian operasional adalah proses digunakan untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas operasional di semua seksi agar efisien dan efektif.

e. Menyusun usulan anggaran

Setiap manajer divisi menyusun dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran untuk bagian organisasi di bawahnya yaitu departemen. Demikian pula manajer departemen juga menyusun dan mengkoordinasikan anggaran bagian organisasi di bawahnya yaitu seksi. Usulan anggaran semua divisi selanjutnya diserahkan kepada komite anggaran.


(35)

f. Menyarankan revisi atau usulan anggaran

Komite anggaran menyarankan revisi terhadap usulan anggaran setiap divisi agar terdapat penyelarasan dengan anggaran divisi yang lain dan sesuai dengan rencana jangka panjang dan tujuan organisasi yang telah ditentukan oleh manajemen puncak. g. Menyetujui revisi usulan anggaran dan merakit menjadi

anggaran perusahaan

Setelah usulan anggaran direvisi oleh setiap divisi yang bersangkutan dan revisinya telah disetujui oleh komite anggaran, maka komite merakit usulan tersebutmenjadi anggaran perusahaan.

h. Revisi dan pengesahan anggaran perusahaan

Anggaran perusahaan mungkin masih memerlukan revisi sebelum disahkan oleh manajemen puncak menjadi anggaran perusahaan yang resmi. Setelah dilakukan revisi, anggaran tersebut disahkan dan didistribusikan pula ke setiap divisi dan bagian organisasi di bawahnya sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan dan sekaligus sebagai alat pengendalian.


(36)

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran

Menurut Munandar (2007:11-12) faktor-faktor yang mempengaruhi anggaran antara lain:

a. Data dan informasi internal, yaitu data dan informasi yang terdapat di dalam perusahaan sendiri, sehingga jika ingin mengetahui dan mengumpulkannya cukup dengan melihat catatan-catatan perusahaan sendiri. Data internal semacam ini misalnya:

1. Data penjualan waktu-waktu yang lalu.

2. Kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat pembayaran produk yang dijual, jaringan saluran distribusi dan sebagainya.

3. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan.

4. Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlahnya (kuantitas) maupun keterampilan dan keahliannya (kualitas).

5. Modal kerja yang dimiliki perusahaan.

6. Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan, seperti gudang, kendaraan pengangkut, dan sebagainya.

7. Kebijakan-kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perusahaan, yaitu fungsi pemasaran, fungsi produksi, fungsi keuangan


(37)

(pembelanjaan), fungsi administrasi, dan fungsi pengelolaan sumber daya manusia.

b. Data dan informasi eksternal, yaitu data dan informasi yang terdapat di luar lingkungan perusahaan sendiri, tetapi dirasa mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kehidupan perusahaan. Dengan demikian, jika ingin mengetahui dan mengumpulkannya, maka harus dicari ke luar lingkungan perusahaan. Data eksternal semacam ini misalnya:

1. Keadaan persaingan.

2. Kondisi perusahaan pesaing. 3. Jumlah penduduk.

4. Tingkat pertumbuhan penduduk. 5. Tingkat penghasilan penduduk. 6. Tingkat pendidikan penduduk. 7. Tingkat penyebaran penduduk. 8. Selera dan keinginan konsumen.

9. Agama, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat. 10.Ekspor dan impor barang.

11.Berbagai kebijakan pemerintah, baik di bidang ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya maupun keamanan.

12.Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

13.Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi dan sebagainya.


(38)

B. Pemasaran

Menurut Kotler (2004: 7) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalam individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Menurut Boyd (2000: 4) Pemasaran adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain. Menurut Downey (2002: 3) Pemasaran didefenisikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara fisik dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara sampai ke tangan konsumen.

C. Biaya

1. Pengertian Biaya

a. Menurut Henry Simamora (2002: 36)

Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi.

b.Sedangkan menurut Mulyadi (2015: 8)

Pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.


(39)

2. Penggolongan Biaya

Menurut Mulyadi (2005: 13-16) penggolongan biaya adalah sebagai berikut:

a. Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran.

Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”. Contoh penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran dalam Perusahaan Kertas adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga dan biaya zat warna.

b. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok Perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:

1. Biaya produksi.

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja


(40)

langsung dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (convertion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi.

2. Biaya pemasaran.

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan; biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli; gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran; biaya contoh (sample).

3. Biaya administrasi dan umum.

Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan Bagian Keuangan, Akuntansi, Personalia dan Bagian Hubungan Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotocopy.


(41)

c. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dikelompokkan menjadi dua golongan:

1. Biaya langsung.

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct departmental cost) adalah semua yang terjadi di dalam departemen tertentu.

2. Biaya tidak langsung.

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungnnya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu. Dalam


(42)

hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu departemen.

d. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi:

1. Biaya variabel.

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.

2. Biaya semivariabel.

Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel.

3. Biaya semifixed.

Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah konstan pada volume produksi tertentu.


(43)

4. Biaya tetap.

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh dari biaya tetap adalah biaya gaji.

e. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangaka Waktu Manfaatnya. Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:

1. Pengeluaran modal (capital expenditures).

Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau deplesi.

2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures).

Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut.

Penggolongan biaya diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu manajemen dalam


(44)

pencapaian tujuan perusahaan. Penggolongan biaya ini didasarkan pada hubungan biaya dengan: objek pengeluaran; fungsi pokok perusahaan yaitu biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya administrasi & umum: sesuatu yang dibiayai yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung; volume kegiatan yaitu biaya variabel, biaya semivariabel, biaya semifixed, dan biaya tetap; dan jangka watu manfaatnya yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.

3. Memisahkan Biaya Tetap dengan Biaya Variabel

Menurut Carter (2009:72) pemisahan biaya tetap dan biaya variabel diperlukan untuk tujuan-tujuan berikut:

a. Perhitungan tarif biaya overhead yang ditentukan sebelumnya dan analisis varians.

b. Penyusunan anggaran fleksibel dan analisis varians.

c. Perhitungan biaya langsung dan analisis margin kontribusi. d. Analisis titik impas dan analisis biaya-volume-laba.

e. Analisis biaya diferensial dan komparatif.

f. Analisis maksimalisasi laba dan minimisasi biaya jangka pendek.

g. Analisis anggaran modal.

h. Analisis profitabilitas pemasaran berdasarkan daerah, produk, dan pelanggan.


(45)

Terdapat tiga metode untuk memisahkan biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel yaitu metode tinggi rendah (high-low method), metode scattergraph, dan metode kuadrat terkecil (least squares method).

a. Metode tinggi rendah (high-low method)

Metode tinggi-rendah adalah metode yang memperkirakan biaya pada tingkat kegiatan yang paling tinggi dan paling rendah di masa lalu dan selisih biaya yang dihitung yang merupakan unsur biaya variabel dalam biaya tersebut.

b.Metode scattergraph (Scattergraph Method)

Dalam metode ini, terdapat variabel dependen dan variabel independen. Variabeldependen mengenai data biaya dan diplot di garis vertikal atau sumbu y sedangkan variabel independen mengenai tingkat aktivitas dan diplot di garis horizontal atau sumbu x. Penggunaan metode scattergraph merupakan kemajuan dari metode tinggi-rendah karena bukan hanya menggunakkan dua titik data serta memungkinkan inspeksi data secara visual untuk menentukan apakah biaya tersebut tampak terkait dengan aktivitas dan apakah hubungannya mendekati linear. Namun, metode ini bisa saja menjadi bias karena garis biaya yang digambar melalui plot data berdasarkan pada interpretasi visual


(46)

c. Metode kuadrat terkecil (least square method).

Metode ini menentukan dengan cara matematis atau garis regresi linear melalui sekelompok titik, sehingga jumlah pengkuadratan deviasi (selisih) vertikal antara titik-titik dengan garis akan minimum. Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan volume kegiatan berbentuk hubungan garis lurus dengan persamaan garis regresi yaitu y= a + bx, di mana y merupakan variabel tidak bebas (dependent variable) yaitu variabel yang perubahannya ditentukan oleh perubahan pada variabel x yang merupakan variabel bebas

(independent variable).

4. Biaya dan Fungsi Pemasaran

Menurut Mulyadi (2015: 487-489) Biaya pemasaran adalah semua biaya yang sejak saat produk selesai diproduksi dan disimpan dalam gudang sampai dengan produk tersebut berubah kembali dalam bentuk uang tunai.

Menurut fungsi pemasaran, biaya pemasaran digolongkan sebagai berikut:


(47)

a. Fungsi penjualan.

Fungsi penjualan terdiri dari kegiatan untuk memenuhi pesanan yang diterima dari pelanggan biaya fungsi-fungsi penjualan terdiri dari gaji karyawan fungsi penjualan, biaya depresiasi kantor, biaya sewa kantor.

b. Fungsi advertensi.

Fungsi terdiri dari kegiatan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan order getting melalui kegiatan advertensi dan promosi. Biaya fungsi advertensi terdiri dari gaji karyawan fungsi advertensi, biaya iklan, biaya pameran, biaya promosi, biaya contoh (cost of sample).

c. Fungsi penggudangan.

Fungsi penggudangan terdiri dari kegiatan penyimpanan produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya fungsi pengudangan terdiri dari gaji karyawan bagian gudang, biaya depresiasi gudang, dan biaya sewa gudang.

d. Fungsi pembungkusan dan pengiriman.

Fungsi pembungkusan dan pengiriman terdiri dari kegiatan pembungkusan produk dan pengiriman produk kepada pembeli. Biaya fungsi pembungkusan dan pengiriman terdiri dari biaya karyawan fungsi pembungkusan dan pengiriman, biaya pengiriman, biaya depresiasi kendaraan, biaya operasi kendaraan.


(48)

e. Fungsi kredit dan penagihan.

Fungsi kredit terdiri dari kegiatan pemantauan kemampuan keuangan pelanggan dan penagihan piutang dari pelanggan. Biaya fungsi kredit dan penagihan terdiri dari gaji karyawan bagian penagihan, kerugian penghapusan piutang, potongan tunai.

f. Fungsi akuntansi pemasaran.

Fungsi akuntansi pemasaran terdiri dari kegiatan pembuatan faktur dan penyelenggaraan catatan akuntansi penjualan. Biaya fungsi pemasaran terdiri dari gaji karyawan fungsi akuntansi pemasaran dan biaya kantor.

5. Karakteristik Biaya Pemasaran

Menurut Mulyadi (2015: 489-490) biaya pemasaran memiliki karakteristik yang berbeda dengan biaya produksi. Karakteristik biaya pemasaran adalah sebagai berikut:

a. Banyak ragam kegiatan pemasaran ditempuh oleh perusahaan dalam memasarkan produknya, sehingga perusahaan yang sejenis produknya, belum tentu menempuh cara pemasaran yang sama. Hal ini sangat berlainan dengan kegiatan produksi. Dalam memproduksi produk, pada umumnya digunakan bahan baku, mesin, dan cara produksi yang sama dari waktu ke waktu.


(49)

b.Kegiatan pemasaran seringkali mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan perubahan kondisi pasar. Disamping terdapat berbagai macam metode pemasaran, seringkali terjadi perubahan metode pemasaran untuk menyesuaikan dengan perubahan kondisi pasar. Karena perubahan kebutuhan konsumen yang menghendaki pelayanan cepat, maka suatu perusahaan mungkin akan mengganti saluran distribusinya yang selama ini digunakan. Begitu juga kegiatan perusahaan pesaing akan mempunyai pengaruh terhadap metode pemasaran yang digunakan oleh suatu perusahaan, sehingga metode pemasaran produk sangat fleksibel. Hal ini menimbulkan masalah penggolongan dan interpretasi biaya pemasaran.

c. Kegiatan pemasaran berhadapan dengan konsumen yang merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Manajemen dapat mengendalikan biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, jam kerja dan jumlah mesin yang digunakan, tetapi tidak seorangpun dapat mengatakan apa yang dilakukan oleh konsumen. Dalam kegiatan produksi, efisiensi diukur dengan melihat jumlah biaya yang dapat dihemat untuk setiap satuan produk yang diproduksi. Sebaliknya dalam kegiatan pemasaran, kenaikan volume penjualan merupakan


(50)

ukuran efisiensi meskipun tidak setiap kenaikan volume penjualan diikuti dengan kenaikan laba.

d. Dalam biaya pemasaran terdapat biaya tidak langsung dan biaya bersama (joint cost) yang lebih sulit pemecahannya bila dibandingkan dengan yang terdapat dalam biaya produksi. Jika suatu perusahaan menjual berbagai macam produk dengan cara pemasaran yang berbeda-beda diberbagai daerah pemasaran, maka akan menimbulkan masalah biaya bersama yang kompleks.

6. Penggunaan Anggaran Untuk Pengendalian Biaya Pemasaran

Teknik dan langkah-langkah pengawasan dan analisis biaya pemasaran menurut Mulyadi (2015: 490-491):

a. Analisis biaya pemasaran menurut jenis biaya

Dalam cara analisis ini, biaya pemasaran dipecah sesuai dengan jenis-jenis biaya pemasaran seperti: gaji, biaya iklan, biaya perjalanan, biaya depresiasi peralatan kantor, biaya operasi dan pemeliharaan truk dan sebagainya. Dengan analisis ini manajemen dapat mengetahui rincian jenis biaya pemasaran, namun tidak dapat memperoleh informasi mengenai biaya yang telah dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan pemasaran tertentu. Oleh karna itu, cara analisis ini hanya baik dilakukan jika manajemen tidak menghadapi masalah pengukuran efisiensi kegiatan pemasaran tertentu,


(51)

kemampuan tiap-tiap produk yang dijual dalam menghasilkan laba, cara penjualan yang djalankan dan kemampuan menghasilkan laba tiap-tiap daerah pemasaran.

b.Analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran

Fungsi pemasaran adalah suatu kegiatan pemasaran yang memerlukan pengeluaran biaya. Analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran bertujuan untuk pengendalian biaya dan untuk analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran. Langkah analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran adalah sebagai berikut:

1. Menentukan dengan jelas fungsi-fungsi pemasaran sehingga dapat ditentukan secara tepat manajer yang bertanggung jawab untuk melaksanakan fungsi tersebut.

2. Menggolongkan tiap-tiap jenis biaya pemasaran sesuai dengan fungsinya.

3. Menentukan satuan ukuran jasa yang dihasilkan oleh tiap-tiap fungsi.

4. Menentukan biaya persatuan kegiatan pemasaran dengan cara membagi total biaya pemasaran yang dilkeluarkan untuk fungsi tertentu dengan jumlah satuan jasa yang dihasilkan oleh fungsi yang bersangkutan.


(52)

Biaya per satuan kegiatan pemasaran tersebut dipakai sebagai biaya standar dan digunakan untuk mengendalikan biaya yang sesungguhnya terjadi.

c. Analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran

Analisis biaya pemasaran menurut jenis biaya dan fungsi pemasaran berguna untuk pengendalian biaya, tetapi tidak membantu dalam mengarahkan kegiatan pemasaran.

Analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran dapat dibagi sebagai berikut:

1. Menurut jenis produk. 2. Menurut daerah pemasaran. 3. Menurut besar pesanan. 4. Menurut saluran distribusi.

Langkah-langkah yang harus ditempuh di dalam mengadakan analisis biaya pemasaran, baik menurut jenis produk, daerah pemasaran, besar pesanan maupun menurut saluran distribusi adalah sebagai berikut:

1. Menggolongkan jenis biaya pemasaran menurut fungsinya. 2. Menentukan jenis analisis yang akan dijalankan.

3. Menggolongkan jenis biaya distribusi ke dalam biaya langsung, biaya setengah langsung, dan biaya tidak langsung.


(53)

Sedangkan Teknik dan langkah-langkah pengawasan dan analisis biaya pemasaran menurut (Supriyono, 2014: 205-210):

a. Menyusun anggaran biaya pemasaran atas dasar jenis atau elemen biaya pemasaran.

1. Hubungannya dengan kegiatan pemasaran digolongkan menjadi:

a. Biaya pemasaran langsung. b. Biaya pemasaran tidak langsung.

Penggolongan biaya pemasaran langsung dan tidak langsung bermanfaat untuk mendistribusikan setiap jenis biaya pemasaran. Biaya langsung dapat didistribusikan secara langsung kepada objek atau pusat biaya tertentu. Sedangkan biaya tidak langsung harus didistribusikan dengan dasar tertentu yang relatif adil, tepat, tetapi juga praktis.

2. Hubungannya dengan variabilitas biaya terhadap volume atau kegiatan dalam penggolongan ini biaya dikelompokkan:

a. Biaya pemasaran tetap. b. Biaya pemasaran variabel.

Penggolongan biaya pemasaran berdasar tingkatan variabilitasnya terhadap volume atau kegiatan ini bermanfaat untuk tujuan pengendalian biaya pemasaran.


(54)

Terhadap elemen biaya pemasaran yang bersifat semi variabel harus dipisahkan ke dalam elemen biaya tetap dan elemen biaya variabel dengan menggunakan teknik tertentu.

3. Penggolongan biaya pemasaran dihubungkan dengan dapat terkendalikan atau tidaknya suatu biaya, dalam hal ini biaya dikelompokkan:

a. Biaya pemasaran terkendalikan. b. Biaya pemasaran tidak terkendalikan.

Penggolongan biata pemasaran terkendalikan dan tidak terkendalikan bermanfaat untuk tujuan pengendalian biaya pemasaran. Dalam jangka pendek biaya yang terkendalikan umumnya adalah elemen biaya variabel dan biaya tidak terkendalikan umumnya adalah elemen biaya tetap.

b. Mendistribusikan setiap jenis biaya pemasaran ke dalam setiap fungsi pemasaran.

Untuk tujuan pengendalian biaya pemasaran perlu disusun anggaran fleksibel dan tarif biaya untuk setiap fungsi. Untuk itu langkah-langkah yang ditempuh adalah:

1. Mendistribusikan setiap jenis biaya yang dianggarkan ke dalam setiap fungsi pemasaran yang ada. Untuk biaya langsung fungsi dapat didistribusikan secara langsung ke


(55)

setiap fungsi yang menikmatinya, sedangkan untuk biaya tidak langsung fungsi diperlukan dasar distribusi kepada setiap fungsi. Dasar distribusi yang dipilih tersebut harus memiliki syarat:

a. Dasar distribusi harus mencerminkan manfaat dari biaya yang didistribusikan sehingga distribusinya relatif adil dan teliti.

b. Dasar distribusi dapat digunakan dengan praktis sehingga dapat dilaksanakan.

Pedoman umum dasar distribusi biaya tidak langsung dapat dilihat pada tabel II.1

Tabel II. 1 Pedoman Umum Dasar Distribusi Biaya Tidak Langsung

Jenis Biaya Tidak Langsung Dasar distribusi pada setiap fungsi 1. Kesejahteraan karyawan Jumlah karyawan setiap

fungsi

2. Asuransi aktiva tetap Nilai aktiva tetap setiap fungsi

3. Penyusutan bangunan Luas lantai bangunan yang digunakan setiap fungsi

4. Telepon Frekuensi dan lamanya waktu calling

(sambungan)

5. Gaji manajer pemasaran Jumlah karyawan setiap fungsi

6. Sewa bangunan Luas lantai bangunan setiap fungsi

Sumber : Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian Biaya Serta Pembuatan Keputusan (Supriyono, 2014)


(56)

2. Menetapkan satuan pengukur jasa yang dihasilkan oleh setiap fungsi satuan pengukur jasa akan dipakai untuk : a. Menentukan persamaan dari anggaran fleksibel dan tarif

biaya setiap fungsi.

b. Dasar alokasi biaya pemasaran dari setiap fungsi ke dalam setiap pusat laba tertentu yang merupakan usaha pemasaran, misalnya kepada setiap daerah pemasaran, atau setiap jenis produk, atau pusat laba yang lain secara adil, teliti, dan praktis.

Selain pedoman umum, satuan pengukur jasa yang dihasilkan oleh setiap fungsi dapat dipilih dasar seperti tampak pada tabel II. 2.

Tabel II. 2 Satuan Pengukur Jasa

Fungsi Pemasaran Satuan Pengukur Jasa 1. Penjualan - Jumlah rupiah hasil

penjualan, - Atau jumlah

panggilan langganan untuk setiap penjual, - Atau waktu kerja

penjual 2. Promosi dan

Advertensi

- Kuantitas produk yang dijual - Jumlah rupiah

penjualan

- Sirkulasi media yang dipakai

- Luas kolom advertensi di surat kabar atau majalah - Lamanya waktu

advertensi di radio atau tv


(57)

Tabel II. 2 Satuan Pengukur Jasa (lanjutan) 3. Penggudangan dan

Penyimpanan

- Luas lantai atau m3 gudang

- Perbandingan jumlah produk dijual

- Ukuran, volume atau berat produk yang dilola

- Waktu dan volume rata-rata produk yang disimpan

4. Pak dan Pengiriman - Berat produk yang dikirim dengan jarak tempuh pengiriman - Rata-rata tertimbang

antara ukuran dan kuantitas produk 5. Kredit dan

Penagihan

- Frekuensi penjualan kredit

- Frekuensi penagihan - Jumlah langganan - Jumlah rupiah

penjualan - Jumlah faktur

penjualan 6. Administrasi

Pemasaran

- Jumlah faktur penjualan

- Frekuensi transaksi penjualan

Sumber : Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian biaya serta Pembuatan Keputusan (Supriyono, 2014)


(58)

c. Pengumpulan biaya pemasaran yang sesungguhnya

Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengumpulan biaya pemasaran yang sesungguhnya adalah sebagai berikut :

1. Atas dasar dokumen atau bukti transaksi dicatat dalam jurnal biaya pemasaran dan rekening buku besar pembantu biaya pemasaran.

2. Mendistribusikan biaya pemasaran sesungguhnya kepada setiap fungsi yaitu : fungsi promosi dan advertensi, fungsi penjualan, fungsi penggudangan, fungsi pengepakan dan pengiriman, fungsi pemberian kredit dan penagihan serta fungsi administrasi pemasaran. Dalam mendistribusikan biaya ini menggunakan cara dan dasar distribusi biaya pemasaran dianggarkan.

3. Mengalokasikan biaya pemasaran sesungguhnya dari setiap fungsi ke dalam setiap pusat laba yang digunakan dalam menganalisa efektivitas usaha pemasaran. Dari langkah ini manajemen akan memperoleh infoemasi apakah realisasi usaha pemasaran telah sesuai dengan yang direncanakan d. Analilsis penyimpangan biaya pemasaran

Pengawasan biaya pemasaran tidak cukup hanya dengan menentukan probabilitas setiap pusat laba dalam usaha pemasaran. Dalam hal ini tidak kalah pentingnya adalah bagaimana perusahaan dapat melaksanakan kegiatan pemasaran


(59)

dengan efisien, untuk tujuan tersebut perlu mengukuru kegiatan setiap fungsi pemasaran dengan menggunakan tarif yang dianggarkan atau standar. Apabila dalam menilai efektifitas fungsi pemasaran digunakan standar, harus diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menggolongkan biaya pemasaran sesuai dengan fungsi kegiatan pemasaran agar dapat menggambarkan tingkat pertanggungjawaban manajemen atas biaya pemasaran. b. Memilih dasar atau satuan pengukur yang relatif adil, teliti

dan praktis untuk setiap fungsi dan selanjutnya dipakai sebagai dasar penentuan tarif standar dengan menganalisa oenympangan biaya yang terjadi.

c. Menentukan besarnya tarif standar untuk setiap fungsi. d. Menentukan besarnya biaya yang dibebankan pada setiap

fungsi atas dasar tarif standar.

e. Mengumpulkan biaya yang sesungguhnya hanya terjadi untuk setiap fungsi.

f. Membandingkan biaya yang dibebankan berdasar standar dengan biaya yang sesungguhnya terjadi untuk setiap fungsi.


(60)

D. Hasil Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan anggaran dan biaya pemasaran diantaranya adalah:

1. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian Biaya Pemasaran (Studi Kasus Pada UD. Kartika Plastik) (Nofianti:2005) menunjukkan: Proses langkah-langkah pengendalian anggaran biaya pemasaran yang dilakukan oleh UD. Kartika Plastik sesuai dengan teori, sehingga dapat dikatakan bahwa proses langkah-langkah pengendalian anggaran biaya pemasaran pada UD. Kartika Plastik sudah tepat. Pada tahun 2001 biaya pemasaran UD. Kartika Plastik untuk semua fungsi pemasaran dapat dikatakan belum sepenuhnya terkendali. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya penyimpangan yang melebihi batas toleransi -3% untuk fungsi pengepakan dan pengiriman (4,3%) hal ini disebabkan karena adanya beberapa pembatalan pengriman barang dari pihak pemesan.

Pada tahun 2002 biaya pemasaran untuk setiap fungsi pemasaran belum dapat dikatakan terkendali, karena terdapat tiga fungsi yang melebihi batas toleransi 3% yaitu fungsi penjualan 6,97%, fungsi penggudangan gudang 3,54%, fungsi pengepakan danpengiriman 3,52%. Pada tahun 2003, fungsi akuntansi pemasaran kembali mengalami penyimpangan yang melebihi batas toleransi 3% yaitu sebesar 4,75% untuk fungsi penggudangan dan 4,67% untuk fungsi


(61)

pengepakan dan pengiriman sehingga biaya pemasaran untuk setiap fungsi pemasaran dapat dikatakan terkendali.

2. Evaluasi Implementasi Angaran Sebagai Alat Pengendalian Biaya Pemasaran (Studi Kasus Pada PT Madubaru (PG Madukismo) (Yashinta:2010) menunjukkan:

Proses langkah-langkah penyusunan anggaran biaya pemasaran yang dilakukan oleh PG Madukismo pada langkah pertama tidak sesuai dengan teori, karena pada langkah pertama yaitu menyusun anggaran biaya pemasaran atas jenis atau elemen biaya pemasaran, PG Madukismo secara langsung menggolongkan biaya semi variabel ke biaya variabel. Total selisih pada tahun 2009 yaitu tidak terkendali (TT). Hal ini dapat dilihat dari total selisih pada tiap fungsi pemasaran yang lebih dari batas toleransi penyimpangan yang ditetapkan oleh PG Madukismo yaitu 10%. Untuk fungsi penjualan total selisih sebesar Rp 45.863.544 atau 41,38%. Sedangkan untuk fungsi penggudangan total selisihnya sebesar Rp 62.615.660 atau 47,28%. Fungsi pembungkusan dan pengiriman mengalami total selisih sebesar Rp 57.825.480 atau 40.9%. dan fungsi administrasi mengalami total selisih sebesar Rp 6.712.340 atau 11,57%.


(62)

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan metode kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif pada PT Indolakto. Penelitian ini dikatakan sebagai studi kasus karena penulis mengadakan penelitian langsung terhadap perusahaan untuk pengumpulan data dengan mengambil data yang relevan. Masing-masing data tersebut dianalisis dan ditarik suatu kesimpulan dimana kesimpulan tersebut hanya berlaku bagi subyek dan obyek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Indolakto, Jakarta bulan Februari 2017.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian adalah: a. Pimpinan perusahaan.

Untuk mengetahui alasan memilih lokasi perusahaan, tugas dan wewenang pada masing-masing bagian perusahaan, dan sebagainya.


(63)

b. Kepala bagian pemasaran.

Untuk mengetahui proses pembuatan dan penyusunan anggaran pemasaran, batas toleransi perusahaan pada anggaran pemasaran, jumlah karyawan bagian pemasaran dan sebagainya.

c. Kepala bagian human resource development.

Untuk mengetahui jaminan sosial kesejahteraan karyawan, jam dan hari kerja, dan sebagainya.

2. Obyek penelitian adalah:

a. Anggaran biaya pemasaran PT Indolakto tahun 2015. b. Biaya pemasaran sesungguhnya PT Indolakto tahun 2015. c. Proses penyusunan anggaran yang terdapat di dalam perusahaan.

D. Data yang Dicari

1. Gambaran umum perusahaan.

2. Anggaran biaya pemasaran PT Indolakto tahun 2015. 3. Biaya pemasaran sesungguhnya PT Indolakto tahun 2015. 4. Proses penyusunan anggaran biaya pemasaran.


(64)

E. Teknis Pengumpulan Data

1. Teknik wawancara

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung dengan subyek penelitian untuk memperoleh informasi maupun data mengenai kegiatan pemasaran serta penyusunan anggaran biaya pemasaran.

2. Teknik dokumentasi

Merupakan metode pengumpulan data dengan mengumpulkan dan mencatat data atau keterangan dari buku-buku catatan dan laporan-laporan yang dimiliki perusahaan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data-data yang dicari dari dokumentasi seperti data anggaran perusahaan dan data lain yang mendukung penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab masalah pertama teknik yang dipakai adalah:

1. Mendeskripsikan langkah-langkah penyusunan anggaran pemasaran menurut PT Indolakto.

2. Membandingkan antara langkah-langkah penyusunan anggaran pemasaran menurut PT Indolakto dengan langkah-langkah penyusunan anggaran yang sesuai dengan teori. Setelah semua langkah-langkah penyusunan anggaran pemasaran menurut PT Indolakto dibandingkan dengan langkah-langkah penyusunan anggaran menurut teori, maka akan diperoleh persamaan dan perbedaan.


(65)

3. Menganalisis perbedaan langkah-langkah penyusunan anggaran pemasaran menurut PT indolakto dengan langkah-langkah penyusunan anggaran yang sesuai dengan teori.

Untuk menjawab masalah kedua teknik yang dipakai adalah: 1. Mencari selisih antara anggaran dan realisasi biaya pemasaran.

2. Menganalisis penyebab terjadinya selisih pada setiap elemen biaya pemasaran dengan cara membandingkan anggaran dan realisasinya. 3. Membandingkan selisih realisasi anggaran dengan selisih kapasitas

sesungguhnya agar dapat diketahui sifat selisih tersebut sebenarnya menguntungkan atau merugikan, terkendali atau tidak terkendali pada setiap fungsinya, dan untuk mengetahui apakah ada ketidak efisienan pada anggaran biaya pemasaran PT Indolakto.


(66)

51

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

Pada awal berdirinya, PT Australia Indonesian Milk Industries

merupakan pabrik pengolahan susu yang merupakan hasil kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Australia (Australian Dairy Produce Board) yang didasarkan pada Undang-Undang Penanaman Modal Asing Nomor 1 Tahun 1967 dan Surat Presiden RI Nomor B33/Press/II/1967 tanggal 3 November 1967. PT Australia Indonesian Milk Industries secara resmi didirikan di Jakarta pada tanggal 15 Desember 1967 dengan akte notaris A. Latief No.36. Perusahaan ini merupakan hasil kerjasama antara Perusahaan Dagang dan Industri (PD&I) Morison N.V. dari pihak Indonesia dengan kepemilikan saham sebesar 25 persen dengan pihak Australia yang diwakili oleh ADPB (Australian Dairy Produce Board) atau yang sekarang bernama ADC (Australian Dairy Corporation) dengan kepemilikan saham sebesar 75 persen.

Pembangunan pabrik dimulai pada tanggal 1 Mei 1968 di atas tanah seluas 3 hektar dengan luas bangunan 6.000 m2 dan selesai pada bulan Juni 1969. PT Australia Indonesian Milk Industries mulai berproduksi pada tanggal 3 Juli 1969 dan menghasilkan produk susu kental manis (SKM) dengan merek INDOMILK.


(67)

Produk-produk SKM yang dihasilkan PT Australia Indonesian Milk Industries hingga saat ini diantaranya adalah SKM INDOMILK (Plain dan Choco), SKM Cap Enaak (Plain dan Coklat), dan Krimer Kental Manis Kremer. Di samping itu, PT Australia Indonesian Milk Industries juga memproduksi SKM untuk keperluan ekspor yang diproduksi sesuai dengan permintaan. Pada tahun 1971, PT Australia Indonesian Milk Industries mulai memproduksi susu cair pasteurisasi (Pasteurized Liquid Milk), dan pada tahun 1972 mulai memproduksi butter

dengan merek dagang Orchid. Selain memproduksi susu dan butter, PT

Australia Indonesian Milk Industries juga memproduksi bahan baku es krim yang selanjutnya diolah lebih lanjut oleh PT Dairyville menjadi es krim dengan merek dagang Peters yang kemudian berubah menjadi Indo Es Krim.

Pada tahun 1990, PT Australia Indonesian Milk Industries

bekerjasama dengan PT Ultrajaya Bandung membentuk PT Ultrindo yang memproduksi susu bubuk dengan merek INDOMILK. Pada tahun 1983, PT Australia Indonesian Milk Industries berubah nama menjadi PT Indomilk pada saat mengalami perubahan 27 bentuk dari Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Grup Salim (60%), BBI/Sinar Mas Inti (20%), dan sisanya dimiliki oleh P.D.&I Morison.

Pada tahun 1994, PT Indolakto menjadi perusahaan susu pertama di Indonesia yang memperoleh rekomendasi untuk mencantumkan label


(68)

halal pada semua produknya setelah memenuhi persyaratan ketat yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan dan Departemen Agama Republik Indonesia dalam bahan baku, formulasi, pengolahan, peralatan, uji coba kontaminasi dan radiasi, kebersihan sarana kerja, kontrol mutu dan kemasan serta penanganan limbah. Pada tahun 2001, PT Indomilk mendapat sertifikat ISO 9002 di bidang industri pengolahan susu dari Lembaga Sertifikat International SGS dan UKAS Quality Management

dengan nomor sertifikat Q53616.

B. Lokasi Perusahaan

Kantor dan pabrik PT Indolakto terletak di Jalan Raya Bogor Km 26,6 Gandaria, Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Area pabrik menempati lokasi yang sangat strategis karena jarak dan sarana transportasi dari sumber bahan mentah ke lokasi pabrik dekat, juga dekat dengan terminal barang (pelabuhan dan stasiun), pusat-pusat kegiatan perekonomian seperti perkantoran, pertokoan, perdagangan, perbankan, hiburan, dan lain-lain.

Pemilihan lokasi ini dapat memudahkan dalam pengadaan tenaga kerja, bahan baku, kemudahan transportasi sehingga memungkinkan distribusi berjalan dengan baik dan cepat, serta dekat dengan daerah pemasaran. Saat ini PT Indolakto mempunyai luas lahan 3 hektar dengan luas bangunan kurang lebih 10.727 m2. Bangunan-bangunan yang dibangun di dalam area pabrik antara lain terdiri dari kantor, laboratorium,


(69)

ruang produksi, ruang generator, ruang boiler, gudang, bengkel, tempat pengolahan limbah, kantin, mesjid, dan pos penjagaan.

Selain gudang yang terletak di dalam area pabrik, PT Indolakto juga memiliki gudang lain yang letaknya kurang lebih 2 km dari area pabrik yang diberi nama gudang lansano. Di sebelah barat PT Indomilk terdapat PT Kiwi, PT Nutricia, PT NGK Busi dan PT Guru. Di sebelah selatan terdapat sungai Cipinang sebagai area tempat pembuangan limbah yang telah diolah dan tidak berbahaya. Di dalam areal PT 28 Indomilk terdapat perusahaan pengolahan susu lainnya yang memiliki hubungan erat, yaitu PT Dairyville dan PT Ultrindo.

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu kegiatan yang diperlukan untuk mengoperasikan perusahaan sehingga dapat menghasilkan produk yang diinginkan. Tujuan dari struktur organisasi yaitu agar semua kegiatan yang dilakukan untuk tugas, wewenang, serta tanggung jawab dapat dikoordinir sehingga masing-masing personil mengetahui tanggung jawabnya sebagai bagian dari organisasi.

Bentuk struktur organisasi PT Indolakto lebih mendekati pola Departementalisasi Fungsional yaitu mengelompokkan fungsi-fungsi yang sama dan kegiatan-kegiatan sejenis untuk membentuk satuan organisasi/ Adapun bentuk dan struktur organisasi PT Indolakto dapat dilihat sebagai berikut.


(70)

1. Steering Committee

Badan ini terdiri dari: a. Pemegang Saham

Para pemegang saham berhak mengawasi dewan komisaris yang bertugas untuk memberikan pengarahan di perusahaan. Mereka juga berhak untuk memilih dan memberhentikan seorang dewan komisaris bila dianggap tidak mampu dalam melaksanakan tugasnya.

b. Dewan Komisaris

Badan ini tidak aktif dalam perusahaan, tetapi mempunyai kewajiban untuk memberikan pengarahan pada perusahaan dan berhak untuk mengawasi secara langsung kegiatan dan jalannya perusahaan. Dewan komisaris ini dipilih oleh para pemegang saham. Kekuasaan tertinggi pada rapat umum pemegang saham (RUPS). Dewan ini mempunyai wewenang untuk meminta keterangan mengenai perusahaan dari direktur

c. Dewan Direksi

Merupakan pimpinan tertunggu dalam pengendalian aktifitas perusahaan di dalam maupun diluar perusahaan. Badan ini mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merumuskan dan menetapkan kebijaksanaan perusahaam, menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas direksi kepada


(71)

dewan komisaris, dan tanggung jawab kepada para pemegang saham pada waktu RUPS.

2. Finance & Accounting Division Head (Divisi keuangan dan Akuntansi)

Divisi keuangan dipimpin oleh seorang “Devision Head Finance” yang

membawahi Finance Manager dan Accounting Manager. Bertanggung jawab kepada kepala eksekutif dalam hal pengadaan, membuat laporan pertanggung jawaban keuangan bulanan. Membawahi Finance Manager dan Accounting manager.

a. Finance Manager

Bertanggung jawab atas terlaksananya kebijakan perusahaan dalam bidang keuangan, kebijakan umum perusahaan dalam manajemen pendanaan, dan perencanaan pengaturan penyusunan seluruh kegiatan yang merupakan bidang payment control, treasury control, dan account receivable.

b. Accounting Manager

Mempunyai tugas untuk membuat laporan lengkap mengenai keadaan keuangan perusahaan secara berkala, mencatat seluruh transaksi yang terjadi di perusahaan, mencocokkan sisa persediaan barang menurut kartu persediaan dengan fisik yang ada di gudang, melakukan rekonsiliasi buku bank dengan saldo rekening koran bank, menyiapkan laporan keuangan dan laporan manajemen


(72)

lainnya secara berkala, serta bertugas untuk mengawas pajak akuntansi umum dan akuntansi biaya.

3. Marketing & sales division head

Divisi pemasaran bertanggung jawab dalam hal pemasaran hasil produksi, tercakup didalamnya pendistribusian produk, analisa pasar, melakukan promosi, membuat estimasi mengenai produk (baik produk lama maupun produk baru), mengadakan monitoring terhadap produk yang dibuat oleh bagian produk yang dipasarkan tersebut mengalami penyimpangan atau tidak dengan yang dibuat di pabrik, juga memantau terhadap produk kadaluarsa yang masih beredar dan menariknya dari pasaran, agar mutu produk yang beredar di pasaran tetap terjaga.

Sistem manajemen perusahaan pada PT. Indolakto yang bertujuan untuk menguasai pangsa pasar adalah menetapkan sistem “Total Quality Control (TQC)”, yang merupakan sistem manajemen dengan

mengutamakan standar kualitas dan pengawasan mutu dari tiap-tiap produk untuk perusahaan konsumen.

a. Marketing & Public Relation Dep. Head

Tugasnya adalam memberikan informasi kepada pelanggan yang berhubungan dengan penjualan, memilih dan melaksanakan saluran distribusi pemasaran, menyusun strategi, rencana dan sasaran pemasaran, mengadakan acara khusus, menjaga hubungan baik dengan pihak eksternal maupun internal perusahaan.


(73)

b. General Sales & Promotion Dept. Head

Bertanggung jawab dalam pelaksanaan kebihajan perusahaan di bidang penjualan dan pemasaran, menyusun rencana untuk meningkatkan penjualan baik dengan melakukan promosi atau kegiatan sosial.

4. HRD & General Affair Division Head

Bertugas untuk merekrut karyawan sesuai dengan kebutuhan operasional, mengenai masalah kepegawaian, menjalankan pelatihan untuk menjaga kesinambungan sistem mutu, menyimpan rekaman-rekaman pelatihan dan seminar, meminta data dan evaluasi staf dari setiap kepala divisi dan manajer maupun supervisor, membuat laporan evaluasi dan kinerja karyawan dalam kegiatan operasional.

5. Production Division Head

Bertanggung jawab atas kebijakan perusahaan dalam bidang produksi, ketetapan produksi sesuai dengan jadwal dan standar kualitas, dalam rangka mencapai efisiensi maksimum sesuai dengan biaya yang telah dianggarkan, melakukan riset dan pengembangan serta menyusun formula baru dalam rangka memenuhi permintaan pelanggan atau inovasi produk bari, menetapkan efisiensi operasi dan setiap bagian pabrik dan standar keamanannya serta mengadakan perubahan-perubahan dalam rangka peningkatan, membuat laporan realisasi produk, persediaan dan sasaran.


(74)

D. Kegiatan Perusahaan

PT Indolakto telah dikenal sebagai perusahaan produksi susu yang bermutu internasional. Sejak tahun 1988, susu kental manis, susu pasturisasi, susu cair, susu steril, susu bubuk full cream, dan mentega. Sejak tahun 1988, susu kental manis Indonesia sangat dikenal di berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Bangladesh, Myanmar dan Taiwan. Pada tahun 1989 PT Indolakto memasang mesin pembuatan mentega segar sebagai pendamping mesin pembuat susu dan kemasan otomatis yang sudah ada.

Pada tahun 1991, bagian pemasaran meluncurkan produk baru yaitu susu bubuk dan susu steril yang memperoleh sambutan hangat dari masyarakat. Di awal 1994 PT Indolakto merupakan perusahaan susu pertama di Indonesia yang memperoleh rekomendasi untuk mencantumkan label-label pada semua produknya setelah memenuhi berbagai persyaratan yang ketat dalam hal bahan baku, formulasi, uji coba kontaminasi dan radiasi, kebersihan, sarana kerja, kontrol kerja dan pengemasan serta penanganan limbah.

Jenis produk yang dihasilkan oleh PT Indomilk antara lain : 1. Susu kental manis

Produk Indomilk yang paling awal dikenal dipasaran dalam negeri adalah susu kental manis, terbuat dari susu sapi segar, gula, susu bubuk skim, krim susu, lemak nabati serta sejumlah vitamin. Jenis-jenis favorit di pasar domestik adalah SKM Indomilk Putih yang


(75)

mengandung lemak hewani, serta SKM Indomilk Coklat dan Cap Enak yang mengandung lemak nabati. Merek-merek untuk masar ekspor adalah Rosa, Laila,Nailac, Golden Dragon, Globe Brand, Twin Ship, Happy cow, Panmilk, Blue Star, Olympic, Dairy Ville, Super One, dan

Queen Cow.

2. Susu Pasturisasi

Susu ini di proses standarisasi, homogenisasi dan pasteurisasi. Biasanya lebih dikenal sebagai Susu Segar Indomilk, yang tersedia dalam rasa coklat atau tawar dengan lemak atau tanpa lemak. Susu segar ini dikemas dalam kemasan karton yang higienis dan kedap cahaya untuk menjaga susu tetap segar dan bergizi tinggi.

3. Susu Cair

Susu cair Indomilk terbuat dari susu segar yang diproses secara modern. Lebih lezat, lebih bergizi dan lebih higienis karena tutupnya dirangsang khusus agar terhindar dari sentuhan luar. Susu Cair Indomilk praktis, segar dan menyehatkan. Rasa yang ditawarkan dari produk ini terdiri atas rasa tawar, cokelat, strawberry dan melon. 4. Susu Steril

Susu Steril Indomilk diproses melalui sterilisasi sehingga tahan mala, dapat langsung diminum tanpa perlu disimpan dalam lemari pendingin. Susu Steril Indomilk cocok bagi pemulihan kesehatan maupun sebagai campuran kopi, teh, dan sebagainya.


(1)

LAMPIRAN I

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

A. Tentang Perusahaan

1. Siapa pendiri perusahaan dan kapan didirikan?

- Terlampir pada bab IV Gambaran Umum Perusahaan (hal 51). 2. Dimana perusahaan didirikan dan apa alasan untuk memilih lokasi

tersebut?

- Terlampir pada bab IV Gambaran Umum Perusahaan (hal 53). 3. Bagaimana tugas dan wewenang masing-masing bagian dalam

organisasi?

- Terlampir pada bab IV Gambaran Umum Perusahaan (hal 55). 4. Produk apa saja yang dijual oleh perusahaan?


(2)

5. Bagaimana struktur organisasi perusahaan? Streeing Commite Financy & Accounting Division Head Finance Manager Accounting Manager Marketing & Sales Division Head General Sales & Marketing Marketin & Public

HRD & GA Division Head Personel Dept. Head Training & Employee Relation Dept General Affair Dep. Head Security Officer Recruitment & Hrd Coordinat Production Division Head Powder SKM Liquid & Butter Quality Contrl Division Head Physchom Sampling Miero Secretary


(3)

A. Bagian Human Resource Development 1. Bagaimana pembagian jam dan hari kerja?

- Waktu kerja karyawan PT. Indolakto adalah lima hari kerja dalam seminggu. Jumlah jam kerja adalah delapan jam sehari atau 40 jam seminggu yang dilakukan dalam dinas normal atau shift. Pekerja kantor/non produksi bekerja mulai dari Senin hingga Jumat dengan jam kerja dari jam 08.00 hingga 16.30 dengan waktu istirahat selama 30 menit. Untuk pekerja pabrik diberlakukan sistem shift yang dibagi menjadi empat shift yaitu shift malam (jam 22.30 – 07.00), shift pagi (jam 06.30 – 15.00), shift siang (jam 14.30 – 23.00) dengan waktu istirahat 30 menit, dan shift khusus yang waktunya disesuaikan dengan kebutuhan. Pertukaran dilakukan satu minggu sekali sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan karyawan. Hari Sabtu dan Minggu merupakan hari kerja lembur untuk karyawan non eksekutif, sedangkan untuk pekerja eksekutif yang masuk pada hari tersebut, maka pada minggu selanjutnya diperbolehkan untuk libur antara hari Senin sampai Jumat.

2. Fasilitas dan jaminan sosial untuk kesejahteraan seperti apa yang diberikan kepada karyawan?

- Fasilitas yang tersedia bagi karyawan antara lain sarana kantin, tempat beribadah (masjid), loker, seragam, poliklinik, rawat inap


(4)

jatah makan satu kali yang sesuai dengan waktu shifnya. Sedangkan untuk pekerja yang lembur empat jam atau lebih diberikan uang makan yang besarnya senilai satu kali makan. Selain itu setiap bulan semua karyawan memperoleh enam kaleng susu kental manis. Perlengkapan karyawan juga disediakan oleh perusahaan yaitu seragam, sepatu dan tutup kepala yang diberikan sesuai kebutuhan serta diberikan juga fasilitas laundry. Fasilitas lainnya adalah fasilitas antar jemput untuk karyawan tingkat eksekutif dan karyawan yang bekerja pada shift malam untuk daerah Sukabumi dan Bogor, sedangkan karyawan non eksekutif mendapatkan uang transport. Fasilitas perumahan hanya diberikan pada pekerja terkait yang harus bisa memberi suatu keputusan pada perusahaan. PT. Indolakto juga memberikan jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, hari tua dan jaminan kematian. Jaminan kesehatan diberlakukan bagi karyawan dan keluarga. Pemeriksaan dan pengobatan dapat dilakukan di poliklinik yang terdapat di area PT. Indolakto. Untuk karyawan yang sudah berkeluarga, apabila istri dan dua orang anak memerlukan perawatan rumah sakit, perusahaan akan menggantikan semua biaya perawatan, pengobatan maupun rawat inap atau rawat jalan. Rumah sakit yang ditunjuk perusahaan untuk sementara ini adalah Rumah Sakit PMI Bogor.


(5)

Jaminan kecelakaan kerja, hari tua dan jaminan kematian terhadap pekerja dikelola oleh PT. JAMSOSTEK. Hal ini disesuaikan dengan peraturan Undangundang yang berlaku yaitu UU No. 3 Tahun 1992, tentang jaminan sosial tenaga kerja. Selain jaminan-jaminan di atas, pekerja yang meninggal dunia karena kecelakaan di luar kerja akan mendapat sumbangan dari PT. Indolakto. PT. Indolakto memberikan masa cuti bagi karyawannya. Setiap pekerja yang telah bekerja selama satu tahun berhak atas cuti tahunan selama 12 hari kerja dan tetap mendapat upah penuh. Bagi karyawati yang hamil diperbolehkan untuk cuti selama tiga bulan dengan mendapat upah penuh. Selain itu, karyawati yang mendapat haid diperbolehkan cuti sebanyak-banyaknya dua hari bila benar-benar dibutuhkan dengan surat keterangan dokter.

B. Bagian pemsaran

1. Bagaimana proses penyusunan anggaran pemasaran?

- Terlampir pada bab V Analisis Data dan Pembahasan (hal 62). 2. Berapa batas toleransi yang ditetapkan oleh perusahaan untuk realisasi

biaya pemasaran tahun 2015?


(6)