MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PERKERETAAPIAN DI PT. KERETA API INDONESIA (Persero) DAERAH OPERASI (Daop) VII MADIUN

(1)

commit to user i

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

PERKERETAAPIAN DI PT. KERETA API INDONESIA

(Persero) DAERAH OPERASI (Daop) VII MADIUN

Disusun Oleh

MALINDA YUSTIKASARI DO1O7O75

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user ii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Diuji dan Disahkan oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari : Tanggal :

Panitia Penguji :

1. Drs. H. Marsudi, MS (

……….. )

NIP. 195508231983031001 Ketua

2. Faisatul Ansyoriyah, S. Sos, M.Si ( ……….. )

NIP. 198203042008122003 Sekretaris

3. Dra. Retno Suryawati, M.Si (... )

NIP. 196001061987022001 Penguji I

.

Mengetahui, Dekan FISIP UNS

Prof. Drs. Pawito, Ph. D NIP. 195408051985031002


(3)

commit to user iii

MOTTO

Ø ‘’Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai ( dari sesuatu urusan ), kerjakanlah urusan dengan sungguh-sungguh ( urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaklah kamu berharap”

(QS.Alam Nasyrah; 6-8)

Ø Kesuksesan datang bukan hanya keberuntungan semata melainkan terwujud dengan keuletan, kerja keras, keyakinan, niat baik dan disertai dengan doa.

( HR.Al Bazar)

Ø Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri dengan Allah Azza Wajjala, dan mengajarkanya kepada orang yang tidak mengetahui adalah ibadah

Ø Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan akhirat

( HR. Ar Rabii)

Ø Percayalah bahwa dimanapun kita berada Allah selalu mendampingi kita.

Ø Sertai Setiap langkah kita dengan do’a dan keyakinan. (Penulis)


(4)

commit to user iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat iman dan islam serta ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: ”MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PERKERETAAPIAN DI PT. KERETA API INDONESIA (Persero) DAERAH OPERASI (Daop) VII MADIUN”, yang merupakan tugas akhir penulis dalam menyelesaikan studi pada jenjang strata 1, sekaligus memenuhi syarat untuk mendapat gelar sarjana sosial.

Penulis juga merasa sangat bersyukur dapat diberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tentunya tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari banyak pihak, Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra. Retno Suryawati, M. Si, selaku pembimbing yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 2. Prof. Drs. Pawito, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Sudarto, M. Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Drs. Rino Ardhian N, S. Sos, M.TI, selaku pembimbing akademik yang selalu memberi pengarahan kepada penulis.

5. Segenap Bapak/Ibu pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun, yang telah membantu memberikan data-data kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

6. Bapak, Ibu dan keluarga yang selalu memberikan do’a yang tak pernah berhenti


(5)

commit to user v

7. Biyan Bekti terimakasih untuk semangat, motivasi dan perhatiannya 8. Sahabat AN 2007 terimakasih untuk kebersamaan selama 4 tahun ini

9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dengan penuh kesadaran akan keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan waktu, penulis yakin tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap agar penelitian ini dapat berguna bagi pembaca.

Mei 2011 Penulis


(6)

commit to user vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... xi

ABSTRAK ... ... xii

ABSTRACT... xiii

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah ...10

C. Tujuan Penelitian ...11

D. Manfaat Penelitian ...11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...12

A. Manajemen...12

1. Pengertian Manajemen...12


(7)

commit to user vii

2. Fungsi- fungsi Manajemen...15

B. Sarana dan Prasarana Perkeretaapian...29

1. Pengertian Sarana dan Prasarana...29

2. Pengertian Perkeretaapian...31

3. Pengertian Sarana dan Prasarana Perkeretaapian...33

C.Manajemen Sarana dan Prasarana Perkeretaapian...35

D. Kerangka Pikir...37

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...39

A. Jenis Penelitian ...39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...39

C. Sumber Data...40

D. Teknik Pengumpulan Data...42

E. Validitas Data...44

F. Teknik Analisis Data...45

BAB IV. PEMBAHASAN……….…...….….47

A. Deskripsi Lokasi...47

1. Sejarah Kereta Api Indonesia...…...…...…....…...47

2. Gambaran Umum PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun VII Madiun...51

B. Pembahasan...59

1. Perencanaan (Planning)...60

2. Pengorganisasian (Organizing)...75

3. Pengkoordinasian (coordinating)...81

4. Pengawasan (Controlling)...89

C. Analisis Manajemen Sarana dan Prasarana Perkeretaapian Terhadap Penurunan Jumlah Kecelakaan Kereta Api...100


(8)

commit to user viii

BAB V. PENUTUP...104 A. Kesimpulan...104 B. Saran...106 DAFTAR PUSTAKA


(9)

commit to user ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Jumlah Kecelakaan Kereta Api Di Indonesia………..…4

Tabel 1.2 Penyebab Kecelakaan Kereta Api di Daop VII Madiun Januari 2004 s/d Desember2010…………...…………..….7

Tabel 4.1 Perencanaan Pemeliharaan Sarana Kereta Api Tahun 2010...68

Tabel 4.2 Rekanan Kerja Seksi Jalan Rel dan Jembatan (JJ) Daop VII Madiun...71

Tabel 4.3 Perencanaan Pemeliharaan Jalan Rel dan Jembatan (JJ) Kereta Api Tahun 2010...72

Tabel 4.4 Perencanaan pemeliharaan Sinyal dan Telekomunikasi (Sintel) Kereta Api Tahun 2010...74

Tabel 4.5 Pengawasan pemeliharaan Sarana Kereta Api Tahun 2010...92

Tabel 4.6 Pengawasan Pemeliharaan JJ Kereta Api Tahun 2010...95

Tabel 4.7 Pengawasan Pemeliharaan Sintel Kereta Api Tahun 2010 ...98

DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Skema Kerangka pemikiran...38

Bagan 3.1 Model analisis Data...46

Bagan 4.1 Struktur Organisasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII madiun...52

Bagan 4.2 Struktur Organisasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Daop VII Madiun...76


(10)

commit to user x

ABSTRAK

MALINDA YUSTIKASARI. DO1O7O75. Manajemen Sarana dan Prasarana Perkeretaapian di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) VII Madiun. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011, 107 halaman.

Sarana dan prasarana kereta api mempunyai peranan yang penting dalam penyelenggaraan perkeretaapian. Perkeretaapian sampai saat ini masih mempunyai permasalahan yang masih sering terjadi, yaitu masalah kecelakaan kereta api. Salah satu penyebab kecelakaan kereta api adalah dari faktor sarana dan prasarananya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian yang ada di PT. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun dan untuk mengetahui hambatan yang ada dalam manajemen sarana dan prasaranan perkeretaapian tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran tentang manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan telaah dokumen (studi pustaka). Data yang diperoleh diuji validitasnya dengan menggunakan teknik trianggulasi. Analisis data dilakukan melalui tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian diketahui bahwa manajemen sarana dan prasarana yang ada di Daop VII meliputi 4 fungsi dimulai dari perencanaan, perencanaan ada di 3 seksi, di seksi Sarana perencanaan nya meliputi pemeliharaan periodik (mulai P-1, P3, P-6 dan P-12), Semi Pemeriksaan Akhir (SPA), dan Pemeriksaan Akhir (PA). Seksi Jalan Rel dan Jembatan (JJ) meliputi kegiatan pemeliharaan bulanan dan triwulan.Seksi Sintel kegiatan perencanaan pemeliharaan meliputi pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan korektif. Dalam pengorganisasian sudah ada struktur organisasi yang jelas, sudah dibentuk bidang-bidang khusus untuk penanganan sarana dan prasarana perkeretaapian yaitu Seksi & UPT Sarana, Seksi & UPT Jalan Rel dan Jembatan, Seksi & UPT Sinyal dan Telekomunikasi. Koordinasi yang ada meliputi koordinasi Internal horisontal dan vertikal, dan koordinasi eksternal horisontal dan vertikal. Tahap terakhir yaitu pengawasan. Dalam tahap ini Daop VII melakukan pengawasan secara internal terhadap pelaksanaan pemeliharaan sarana dan prasarana perkeretaapian dan juga pengawasan eksternal yaitu oleh pihak CV sebagai rekanan kerja terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh bawahannya dan pengawasan dari Dirjen Perkeretaapian pada Daop VII menyangkut verivikasi RKAD. Hasil pengawasan terhadap perencanaan semua dapat berjalan sesuai perencanaan.


(11)

commit to user xi ABSTRACT

MALINDA YUSTIKASARI. D0107075. Trains Infrastructure Management at PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Operation Area (Daop) VII Madiun. Thesis. Administration Department, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, 2011, 107 pages.

Trains infrastructure plays an important role in train organization. The train up to now still encounter the problems frequently occurring, namely the train accident. One cause of train accident is infrastructural factor. This research aims to find out how the train infrastructure management is in PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun and to identify the inhibiting factors in managing such the train infrastructures.

The research method employed was a descriptive qualitative method. This method was employed to get a description about the train infrastructures management. The data collection was done using interview, observation, and document study (library study) techniques. The data obtained was tested for its validity using triangulation technique. The data analysis was done in three steps: data reduction, data display, as well as conclusion drawing.

From the result of research, it can be found out that the infrastructure management in PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun encompasses 4 functions: planning including three sections, the planning section includes periodical maintenance (from P-1, P3, P-6 to P-12), Semi-final Examination (SPA) and Final Examination (PA). The Railway and Bridge (JJ) Section includes the monthly and quarterly maintenances. In Sintel (Signal and Telecommunication) Section, the maintenance plan includes the preventive and corrective maintenances. In the organization, there has been a clear organization structure, special divisions has been established for managing the train infrastructure management including Infrastructure Section & Technical Implementation Unit (UPT), Railway and Bridge Section and UPT, Signal and Telecommunication Section and UPT. The coordination existing include horizontal and vertical internal coordination. The final step is supervision. In this step, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun undertakes internal supervision on the train infrastructure maintenance implementation and also external supervision by CV party as the work partner in on the work implementation by the subordinates. The result of supervision on the planning can proceed as planned.


(12)

commit to user xii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan derasnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta arus globalisasi dimana masyarakat melakukan mobilitas secara cepat dan efisien, transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dewasa ini impian akan transportasi publik yang nyaman, dapat diandalkan di tengah padatnya kemancetan lalu lintas dengan biaya yang terjangkau masih sulit untuk diraih oleh masyarakat.

Terlebih di daerah kota-kota besar di pulau Jawa seperti kota Jakarta dan kota Surabaya. Antara kota Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia dan Surabaya sebagai kota kedua terbesar dengan jarak 685 km selama ini dihubungkan dengan moda angkutan jalan, angkutan kereta api dan angkutan udara. Kebutuhan akan transportasi semakin meningkat, untuk angkutan jalan memerlukan waktu lebih dari 18 jam. Demikian juga dengan angkutan kereta api, setidaknya diperlukan waktu 14 jam, sedangkan udara walaupun cepat namun tarifnya cukup tinggi (Media Kereta Api, 2010:39).

Salah satu alternatif yang banyak dipilih adalah kereta api, yang mampu mengangkut penumpang dan barang dalam jumlah besar dan massal,


(13)

commit to user xiii

energi, hemat bahan dan mengurangi kemancetan. Dalam UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian dijelaskan, bahwa :

“Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi dalam sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda transportasi lain, perlu dikembangkan potensinya, dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat”.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam UU No. 23 tahun 2007 tersebut di atas, kereta api sebagai moda angkutan umum yang diminati masyarakat diharapkan dapat mengurangi waktu tempuh antar kota dengan harga yang cukup terjangkau oleh masyarakat. Dengan kata lain, kereta api diharapkan dapat meningkatkan mobilitas penumpang antar kota dan mengurangi polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor. Oleh karena itu, PT. KAI mengembangkan kereta api kecepatan tinggi (High Speed Train) untuk menjawab tantangan tersebut. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Hermanto Dwiatmoko selaku Direktur Keselamatan dan Teknik Sarana dalam Media Kereta Api (2010:39), bahwa dengan kereta api cepat ini diharapkan dapat meningkatkan mobilitas penumpang antara kedua kota dan kota-kota diantaranya, mengurangi polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor.

Namun, hingga kini kualitas layanan bagi pengguna jasa kereta api menjadi sorotan publik, kurangnya pemeliharaan sarana dan prasarana, terbatasnya gerbong dan infrastruktur, masalah kecelakaan kereta api, serta permasalahan lainnya. Selama ini, PT KAI cenderung mengejar kecepatan


(14)

commit to user xiv

waktu untuk mengatasi jadwal keterlambatan yang banyak dikeluhkan konsumen, sehingga seringkali mengabaikan sisi pelayanan dan keselamatan penumpang. Permasalahan ini menjadi tantangan utama bagi PT KAI untuk meningkatkan daya saingnya dengan sejumlah pasar transportasi yang lain dan sekaligus memberikan perlindungan kepada masyarakat dari aspek keamanan, kesehatan, keselamatan dan lingkungan (K3L).

Masalah tingginya kecelakaan kereta api salah satunya, sangat mengganggu dan mengusik perhatian kita. Data KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) menyebutkan 50 orang tewas dari 59 kasus kecelakaan KA selama periode tahun 2005-2010. Paling akhir kecelakaan KA Logawa jurusan Purwokerto-Jember di Saradan-Madiun, 29 Juni 2010 yang menelan korban tewas sebanyak 6 orang dan puluhan orang luka-luka.

Data lainnya dari Direktorat Perkeretaapian menunjukkan soal korban kecelakaan dari tahun ke tahun cenderung fluktuatif. Pada tahun 2003 jumlah korban mencapai 298 orang dengan rincian meninggal sebanyak 72 orang, luka berat 104 orang dan luka ringan sebanyak 122 orang. Pada tahun 2004 korban turun menjadi 198 orang dan pada tahun 2007 korban kembali meningkat menjadi 320 orang dengan rincian meninggal 31 orang, luka berat 21 orang dan luka ringan 168 orang. Sedangkan, data angka kasus kecelakaan kereta api di Indonesia dari tahun ke tahun dapat digambarkan sebagai berikut:


(15)

commit to user xv Tabel 1. 1

Data Jumlah Kecelakaan Kereta Api di Indonesia Periode Jumlah Kasus Kecelakaan

2004 128 kali (7 kali tabrakan antar kereta, 30 kali kereta dengan kendaraan bermotor, dan 91 kali anjlok dari rel kereta api)

2005 91 kali

2006 102 kali

2007 140 kali

2008 147 kali

2009 90 kali

2010 32 kali (sejak 1 Januari – 31 Juli)

Sumber: Data Direktorat Perkeretaapian (dari berbagai sumber)

Mencermati kondisi di atas, hal tersebut sebagaimana pernyataan Hermanto Dwiatmoko selaku Direktur Keselamatan dan Teknik Sarana Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan dalam laporan Ishomuddin (wartawan Tempo) bahwa empat faktor lain yang menjadi penyebab kecelakaan kereta api adalah faktor sarana, prasarana, alam, dan faktor eksternal. Faktor sarana menempati urutan kedua yang dominan. Selama 2008, faktor sarana mencapai 25 persen dan tahun 2009 mencapai 24 persen. (www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2010/08/05).

Kecelakaan kereta api yang beruntun tersebut mengindikasikan bahwa ada yang salah dalam pengelolaan perkeretaapian di negara kita. Manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian yang kurang optimal salah satunya dijadikan alasan penyebab faktor teknis kecelakaan kereta api di Indonesia.

Manajemen merupakan suatu usahan proses yang dilakukan dengan menggunakan sumber daya organisasi yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,


(16)

commit to user xvi

hingga pengawasan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang tidak dapat dilakukan secara individual namun dengan bantuan dari orang lain. Manajemen merupakan kekuatan utama dalam pelaksanaan suatu kegiatan demi tercapainya tujuan yang diharapkan.

Manajemen dibutuhkan untuk mengkoordinir sumber daya manusia dan manajerial dalam suatu organisasi. suatu sistem dapat bekerja dengan baik, dibutuhkan adanya perencanaan dan pengorganisasian yang baik dan teratur. Semua manusia yang terlibat didalamnya harus terorganisasi melalui perencanaan terlebih dahulu sehingga mereka mempunyai tanggung jawab dan wewenang serta hak dan kewajiban, sesuai dengan kedudukan dan fungsinya masing-masing. Dalam kegiatan manajemen juga diperlukan pula adanya koordinasi dan pengawasan atau supervisi yang baik. Keempat kegiatan tersebut merupakan fungsi pokok dari manajemen. Dengan kata lain jika keempat fungsi tersebut bisa diterapkan dengan baik dalam manajemen sarana dan prasarana, maka semua proses yang ada dapat berjalan dengan baik.

Kondisi sarana dan prasarana perkeretaapian kita memang sudah sangat memprihatinkan akibat puluhan tahun dilalaikan dan diabaikan. Namun, tanggung jawab sebagai pelayan angkutan publik tetap harus diberikan. Rehabilitasi, perbaikan dan improvement terhadap sarana dan prasarana serta pembuatan kebijakan dan implementasi keselamatan yang lebih terintegratif dapat dilakukan oleh manajemen dengan komitmen dan


(17)

commit to user xvii

semangatbaru.(http://els.bappenas.go.id/upload/other/Mengkaji%20Keselamat an.htm)

Manajemen sarana dan prasarana seperti pengaturan sepur, persinyalan, sistem komunikasi, time-schedule, standar kecepatan agar tidak terjadi over-speed (kecepatan tinggi) belum dapat terkendali secara baik oleh PT. KAI, sebab 3 (tiga) jenis penataan speed KA, yakni di bawah 60km/jam, 60-80km/ jam dan 80-120km/ jam disesuaikan dengan kondisi sarana seperti lokomotif, gerbong dan prasarana seperti rel, bantalan, lebar sepur, dan lain.

Persoalan lain yang sangat menentukan dalam manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian adalah pendanaan. IMO adalah pengeluaran wajib oleh pemerintah untuk operasional infrastruktur seperti rel yang dibangun pemerintah sebagai public goods (barang publik). Perawatan rutin rel yang sampai tahun 2009 sepanjang 4.780 km, membutuhkan biaya besar termasuk pergantian bantalan kayu menjadi beton. Sementara PT KAI sebagai operator bertanggung jawab atas maintenance kereta, gerbong, stasiun dan lain. Kenyataan, PT KAI masih backlog pemeliharaan atas kurangnya alokasi anggaran dan perawatan sarana dan prasarana (Bappenas, 2009), yang sangat berpengaruh terhadap kualitas sarana-prasarana bahkan operasional. Selain itu, tidak dipisahkan pembiayaan untuk pelayanan (serving) dengan tujuan bisnis, menunjukkan kontrak antara PT KAI dan Kementerian Perhubungan tidak wajar. (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin /jurnal/20110816491662.pdf)

Daop VII merupakan daerah Operasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang memiliki daerah operasional cukup luas. Dengan daerah


(18)

commit to user xviii

operasional yang cukup luas tersebut ternyata masalah yang dihadapi juga cukup kompleks. Berdasarkan data yang ada pada 3 tahun terakhir kecelakaan kereta masih sering terjadi. Kecelakaan kereta api lebih dominan disebabkan karena faktor sarana dan prasarana nya. Tingkat kecelakaan kereta api di wilayah Daop VII Madiun berdasarkan faktor-faktor penyebab kecelakaan dapat dilihat dalam tabel di berikut :

Tabel 1. 2

Penyebab Kecelakaan KA di DAOP VII Madiun Jan'08 s/d Desember 2010

Penyebab 2008 2009 2010 Total

K M LB K M LB K M LB K M LB

Faktor Manusia

2 2 3 2 4 4 - - - 4 6 7

(Eksternal) Faktor Manusia

1 - 2 - - - 1 3 1 2 3 3

(Internal)

Sarana 3 - - 6 - 3 2 - - 11 - 3

Prasarana 8 1 5 4 - 4 6 - 7 18 1 16

Keterangan : K = jumlah kasus, M = jumlah meninggal, LB = luka berat Sumber : Data Kecelakaan KA Daop VII Madiun tahun 2010

Terkait dengan data diatas, semua korban kecelakaan tersebut akan mendapatkan ganti rugi asuransi. Setiap penumpang sah dari alat angkutan penumpang umum yang mengalami kecelakaan diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu saat naik dari tempat pemberangkatan sampai turun di tempat tujuan maka korban kecelakaan tersebut akan mendapatkan asuransi kecelakaan berdasarkan kriteria penggantian asuransi kecelakaan yang ada. Bagi korban yang termasuk cacat total dengan kriteria apabila korban kecelakaan mengalami kehilangan fungsi atas : kedua tangan,


(19)

commit to user xix

atau kedua kaki kedua mata, atau satu tangan dan satu kaki, atau satu tangan dan satu mata, atau satu kaki dan satu mata. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No 36/PMK.010/2008 dan 37/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008 menyebutkan bahwa santunan untuk korban kecelakaan yang mengalami cacat total adalah Rp.25.000.000,-. Untuk korban yang meninggal dunia mendapaykan santunan yang sama yaitu Rp.25.000.000,-.

Dari data diatas juga bisa dilihat bahwa tingkat kecelakaan kereta api di Daop VII, 3 tahun terakhir masih cukup tinggi terutama karena diakibatkan oleh faktor sarana dan prasarana perkeretaapian. Kasus terakhir yang terjadi di wilayah Daop VII Madiun adalah terjadinya kecelakaan KA Logawa jurusan Purwokerto–Jember di daerah Saradan–Madiun pada tanggal 29 Juni 2010. Anggota Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) Whosep Muktamar di dalam laporan berita mengatakan, kecelakaan KA Logawa di wilayah Kecamatan Saradan, Madiun, Jawa Timur, menjelang masuk Stasiun Wilangan akibat masinis melajukan kereta api melebihi batas kecepatan yang 70 kilometer per jam. Laju kecepatan KA Logawa saat itu sampai 80 km per jam. Akibatnya, rangkaian KA limbung saat melewati tikungan radius 500 meter. Pelanggaran masinis terhadap rambu atas kecepatan maksimum di jalur (track) KA merupakan salah satu penyebab kecelakaan KA Logawa di Madiun. Pernyataan Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) dinilai masih terlalu dini ungkap wartawan kompas Hendrowijono (Nasional.compas.com, 16/07/2010), jika melihat kondisi lokasi kejadian dan kondisi rel di PT KAI tidak sebaik yang diharapkan. Jalur


(20)

commit to user xx

KA antara Stasiun Madiun dan Wilangan dan sekitarnya, meski sudah menggunakan rel UIC 54 yang merupakan rel terbesar di Indonesia, masih menggunakan penambat rel KAClip, penambat yang sejak awal abad ini dilarang digunakan. Konon masalahnya, penambat yang didesain PT. Kereta Api Indonesia (Persero) itu dari pelat tipis dan terlalu lentur, minim dalam daya puntir, dan tidak mengikat kuat rel ke bantalan. Tanpa terikat kuat, rel mudah bergeser sehingga kalau bergeser satu sentimeter atau beberapa milimeter saja bisa membuat roda kereta tidak memijak rel dan anjlok. Gaya sentrifugal memperbesar kemungkinan pergeseran rel, dan ini yang diperkirakan terjadinya kecelakaan KA.

Dalam kutipan artikel di atas, bisa dilihat bahwa kecelakaan yang terjadi sering kali disebabkan karena faktor sarana dan prasarana kereta api. Hal itu menandakan bahwa buruknya sistem manajemen sarana dan prasarana kereta api menstimulasi terjadinya kecelakaan KA.

Oleh karena itu, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII sebagai instansi terkait langsung dalam penyelenggaraan perkeretaapian di wilayah Daop VII perlu meningkatkan kemampuannya dalam manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian untuk menghindari resiko terjadinya kecelakaan kereta api, maka perlu manajemen sarana dan prasarana yang baik. Sebagaimana yang dijelaskan H.M.N. Nasution dalam bukunya Manajemen Transportasi (1996:70), bahwa perkiraan kebutuhan angkutan kereta api agar dapat dicapai sesuai sasaran dalam kurun waktu tertentu perlu menerapkan


(21)

commit to user xxi

fungsi-fungsi manajemen utama, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan atau pengendalian.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa PT KAI sebagai pihak utama pemegang operator pengelolaan kereta api hendaknya dapat menjalankan fungsi manajemen perkeretaapian tersebut dengan baik. Hal ini dilakukan agar pengelolaan sarana dan prasarana perkeretaapian dapat terkelola dengan tepat sasaran sehingga dapat meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan kerata api. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana manajemen sarana dan prasarana yang ada di Daop VII Madiun .Suatu hal yang cukup menarik ketika penulisan karya ilmiah ini mengambil judul “Manajemen Sarana dan Prasarana Perkeretaapian di PT. Kereta Api Indonesia ( Persero) Daerah Operasi VII Madiun”.

Penelitian ini akan membahas mengenai pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam sarana dan prasarana yang dilaksanakan di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VII Madiun.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa permasalahan mendasar yang digunakan untuk meneliti pengelolaan sarana dan prasarana perkeretaapian adalah :

“ Bagaimanakah Manajemen Sarana dan Prasarana Perkeretaapian di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Opereasi VII Madiun? ”


(22)

commit to user xxii C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian yang diterapkan di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Opereasi VII Madiun, dengan melihat dari fungsi-fungsi manajemen yang ada yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan juga pengawasan terhadap sarana dan prasarana perkeretaapian.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

1. Diperolehnya informasi dan gambaran mengenai manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian terutama pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Opereasi VII Madiun

2. Bagi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Opereasi VII Madiun dapat dijadikan kritik yang bersifat membangun serta sebagai evaluasi terhadap pencapaian hasil dan perbaikan di masa mendatang.

3. Bagi penulis sendiri diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang pengelolaan perkeretaapian di daerah.

4. Bagi civitas akademika, dapat digunakan sebagai bahan kajian dan referensi untuk kegiatan penelitian sejenisnya.


(23)

commit to user xxiii BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Penggunaan istilah manajemen pada dasarnya merupakan padanan kata dari pengelolaan, pengaturan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, administrasi, dan sebagainya. Istilah tersebut kesemuanya mengarah pada satu istilah umum yang biasa digunakan untuk menggantikan kata, yaitu manajemen. Senada dengan itu H. B. Siswanto (2006:1) mengatakan bahwa :

“Istilah manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin, ketatapengurusan, administrasi, dan sebagainya”.

Ada beberapa definisi atau batasan-batasan mengenai manajemen yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Sondang P. Siagian (2005:1), manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Senada dengan Mary Parker Follett dalam T. Hani Handoko (2003:8) mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.


(24)

commit to user xxiv

Pengertian manajemen begitu luas, sehingga bisa saja diartikan seperti itu, tetapi bisa juga mempunyai pengertian lebih daripada itu. Menurut James A.F. Stoner dalam Yohannes Yahya (2006:2) bahwa :

“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Dari definisi di atas terlihat bahwa Stoner telah menggunakan kata proses, bukan seni. Manajemen sebagai seni mengandung arti bahwa hal tersebut merupakan kemampuan atau ketrampilan pribadi. Sedangkan, James A. F. Stoner dan Charles Wankel dalam H. B. Siswanto (2006:2) mengatakan bahwa:

“Management is the process of planning, organizing, leading, and controlling the efforts of organization members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals”. (Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi)

Senada dengan T. Hani Handoko (2003:8) manajemen didefinisikan sebagai proses karena semua manajer, tanpa mempedulikan kecakapan dan ketrampilan khusus mereka, harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mereka inginkan.

Sedangkan dalam dalam European Journal of Social Sciences, Vol 11. No 3 (2009) menyatakan bahwa:


(25)

commit to user xxv

“Management theory providers a simple conceptual framework for organizing knowledge and for providing a blueprint for action to help guide organizations toward their objectives”( Teori Manajemen menyediakan suatu kerangka konseptual yang sederhana untuk mengorganisir pengetahuan dan untuk menyediakan suatu panduan untuk membantu mengarahkan organisasi mencapai sasaran mereka) (Cole, 2004; Dubrin, 2006 : 403)

Manajemen sangat diperlukan dalam suatu organisasi, apapun bentuk organisasi tersebut. Tiga alasan utama diperlukannya manajemen menurut T. Hani Handoko (2003:6-7) adalah:

1. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi. 2. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara

tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi.

3. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yng berbeda. Sebagai salah satu cara pada umumnya adalah efisiensi dan efektifitas.

Atas dasar uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang dilakukan dengan menggunakan sumber daya organisasi untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen merupakan landasan dasar dan kekuatan utama dalam melaksanaan suatu kegiatan demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Manajemen diperlukan untuk mengakomodasi dan menghimpun sumber daya manusia dan manajerial dalam suatu organisasi.


(26)

commit to user xxvi 2. Fungsi-Fungsi Manajemen

Pada hakekatnya tujuan yang telah direncanakan dalam manajemen dapat tercapai melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. Fungsi manajemen merupakan penjabaran dari proses kebijakan dan program tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh seluruh sumber daya dalam organisasi apapun. Dalam beberapa pembahasan mengenai fungsi manajemen dari para ahli memiliki perbedaan, namun perbedaan tersebut pada dasarnya saling melengkapi.

Salah satu ahli, yaitu Henry Fayol dalam Yohanes Yahya (2006:11-12) menjelaskan bahwa fungsi-fungsi manajerial terdiri dari : Perencanaan, Pengorganisasian, Penyusunan Personalia, Pengarahan, dan Pengawasan.

Salah satu ahli R. D Agarwal menyebutkan bahwa fungsi manajemen meliputi: perencanaan, pengorganisasian, penempatan, penggerakan, pengkoordinasian, dan pengawasan yaitu sebagai berikut:

“The management process comprises the following six function:”

(Proses manajemen terdiri dari enam fungsi):

1. Planning 2. Organizing 3. Staffing 4. Directing

5. Coordinating, and


(27)

commit to user xxvii

Sementara itu, Luther Gulick dalam Ibnu Syamsi (Ibnu Syamsi, 1994: 60-61) mengatakan bahwa:

“The management function, who abbreviated in the word POSDCoRB, including the first letter of each management function:” (Fungsi manajemen, yang disingkat dalam huruf POSCoRDB, huruf pertama dari kata tersebut menunjukkan tiap fungsi manajemen):

1. Planning 2. Organizing 3. Staffing 4. Directing 5. Coordinating 6. Reporting, and 7. Budgeting

Sedangkan Ibnu Syamsi sendiri mengatakan bahwa tugas pimpinan itu tidak sekadar hanya bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian organisasi yang dipimpinnya saja. Sementara fungsi telah berjalan lancar, pimpinan harus memikirkan pengembangan kegiatan organisasi beserta manajemennya. Kegiatan ini termasuk pengembangan (development). Fungsi reporting (meminta laporan bawahan) menurut Gullick itu merupakan alat kontrol, dimana atasan mengendalikan kegiatan-kegiatan dan hasil yang telah dicapai bawahannya.

Dengan demikian, maka fungsi manajemen menurut Ibnu Syamsi meliputi:


(28)

commit to user xxviii 1. Perencanaan (Planning) 2. Pengorganisasian (Organizing) 3. Penyiapan Tenaga (Staffing) 4. Pengarahan (Directing) 5. Koordinasi (Coordinating) 6. Permintaan laporan (Reporting) 7. Pengendalian (Controlling)

8. Penyempurnaan/peningkatan (Development)

Secara praktisnya, fungsi-fungsi manajemen itu dapat dikelompokkan ke dalam fungsi perencanaan, fungsi mengatur pelaksanaan, fungsi pengendalian dan fungsi peningkatan. (Ibnu Syamsi, 1994:61)

Dalam pembahasan lainnya, George R. Terry dalam Yohannes Yahya (2006:15) mendeskripsikan pekerjaan manajer berdasar fungsinya sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning) 2. Pengorganisasian (Organizing) 3. Penggerakkan (Actuating) 4. Pengawasan (Controlling)

Pada International Journal of Bussiness and Management, Study on the Innovational Function of the Management, Vol 4, No. 6, Juni 2009 disebutkan bahwa:

“Four functions such as planning, organizing, leading and controlling in the management are the mainline in the management theory all along.” (Empat fungsi seperti perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian adalah merupakan inti dari teori manajemen selama ini) (Yun Zhang, 2009:147).


(29)

commit to user xxix

Berlandaskan pendapat dari beberapa ahli di atas tentang fungsi manajemen, mengenai manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) VII Madiun, penulis akan membahas tentang perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengkoordinasian (coordinating), dan pengawasan (controlling). Selanjutnya, fungsi manajemen dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan salah satu langkah konkret yang pertama-tama diambil oleh perusahaan dalam usaha pencapaian tujuannya. Artinya, perencanaan menjadi dasar kebijakan langkah-langkah yang ditempuh perusahan dalam melaksanakan fungsi manajemen. Dalam perencanaan disusun dan dirumuskan langkah-langkah kebijakan dalam menjalankan fungsi manajemen di perusahaan. Kebijakan dasar tersebut memainkan peranan sebagai penentu arah yang harus ditempuh perusahaan bersangkutan atau disebut strategi perusahaan.

Berbagai batasan dikemukakan oleh beberapa ahli dalam mendefinisikan perencanaan. Koontz dan O’Donnel dalam M. Manullang (1981:48) mengatakan bahwa :

“Planning is the function of manager which involves the selection from among alternatives of objectives, policies, procedures and


(30)

commit to user xxx

programs”. (Perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan pemilihan dari berbagai alternatif daripada tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur dan program-program).

Sementara, Sondang P. Siagian (2005:36) menjelaskan bahwa :

“Perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.

Batasan lain tentang perencanaan menurut George R. Terry (2003:46) adalah memilih dan menghubungkan fakta serta membuat dan menggunakan dugaan mengenai masa yang akan datang, menggambarkan dan merumuskan aktivitas yang diusulkan dan dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Salah satu maksud utama perencanaan adalah melihat program-program dan penemuan sekarang supaya dapat dipergunakan untuk meningkatkan kemungkinan pencapaian tujuan di waktu yang akan datang, yaitu meningkatkan keputusan yang lebih baik (YohannesYahya, 2006:33).

Senada dengan T. Hani Handoko (2003:77), perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dalam mana perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat.


(31)

commit to user xxxi

Sejalan dengan berbagai batasan di atas, bisa dikatakan bahwa perencanaan merupakan usaha sadar perusahaan untuk mencapai tujuannya. Usaha sadar tersebut mencakup berbagai tindakan yang dilakukannya dalam merumuskan dan menentukan tujuan, kebijakan, prosedur dan program perencanaan perusahaan itu sendiri. Serangkaian tindakan tersebut berfungsi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Perencanaan yang baik berusaha untuk memutuskan tentang hal-hal apa yang akan dilakukan perusahaan atau organisasi, dan mewujudkan tindakan serta langkah-langkah yang telah disusun untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Demikian juga perencanaan yang terdapat dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII, proses kegiatan perencanaan dalam unit sarana dan prasarana perkeretaapaian menjelaskan bagaimana alur proses awal kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana perekeretaapian. Menggambarkan keputusan dan kebijakan dalam pengelolaan sarana dan prasarana perkeretapaian di masa akan datang atau ke depannya. Bagaimana perusahaan membuat langkah-langkah operasional kerja dalam unit pengelolaan sarana dan prasarana perkeretaapaian. Perencanaan yang ada di seksi Sarana meliputi Perencanaan Pemeliharaan Periodik, Semi Pemeriksaan Akhir (SPA) dan Pemeriksaan Akhir (PA), pada seksi Jalan Rel dan Jembatan perencanaan yang ada meliputi Perencanaan Pemeliharaan Bulanan dan Pemeliharaan Triwulan. Seksi Sinyal dan Telekomunikasi perencanaan yang dibuat meliputi Perencanaan Pemeliharaan Pencegahan dan Pemeliharaan Korektif. Hal ini perlu dilakukan


(32)

commit to user xxxii

oleh perusahaan PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII karena dengan perencanaan yang baik maka akan membawa perusahaan menuju kesuksesan

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen kedua yang mendukung pelaksanaan suatu rencana. Dalam pengorganisasian dirancang suatu pengelompokan struktur formal, pembagian tugas atau pekerjaan antara anggota-anggotanya dan mendelegasikannya, sebagai realisasi dari sebuah rencana yang telah disusun. Sebagai tindak lanjut dari sebuah perencanaan, pengorganisasian memiliki peranan yang menentukan kelancaran jalannya pelaksanaan pekerjaan atau tindakan, karena pengorganisasian didalamnya memuat pengaturan lebih lanjut dari kekuasaan, wewenang, kewajiban, tanggung jawab, serta pola hubungan antara anggota organisasi atau karyawan perusahaan.

Sondang P. Siagian (2005:60) dalam bukunya Fungsi-fungsi Manajerial mengatakan bahwa :

“Pengorganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.

Pengorganisasian menurut H. B. Siswanto (2006:75) dapat juga diartikan sebagai suatu pekerjaan pembagian tugas, mendelegasikan otoritas,


(33)

commit to user xxxiii

dan menetapkan aktivitas yang hedak dilakukan oleh manajer pada seluruh hierarki organisasi. Sedangkan, George R. Terry (2003:73) mendefenisikan bahwa :

“Pengorganisasian sebagai kegiatan dasar dari manajemen yang dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses”.

Menurut Yohannes Yahya (2006:81) istilah pengorganisasian dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut :

1. Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif sumber daya keuangan, fisik, bahan baku, dan tenaga kerja operasional.

2. Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatan-kegiatannya.

3. Hubungan antara fungsi-fungsi, jabatan, tugas-tugas dan para karyawan.

4. Cara para manajer membagi lebih lanjut tugas yang dilaksanakan dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut.

Dari batasan definisi di atas, menurut T. Hani Handoko (2003:167) pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Untuk itu masih menurut T. Hani Handoko (2003:172) manajer perlu menggambarkan bagan organisasi (organization chart) untuk menunjukkan struktur organisasi. Bagan organisasi tersebut akan


(34)

commit to user xxxiv

memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen-departemen, posisi-posisi organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan diantaranya. Bagan organisasi menggambarkan lima aspek utama suatu struktur organisasi, yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pembagian kerja

Setiap kotak menunjukkan individu atau satuan organisasi mana yang bertanggung jawab untuk kegiatan organisasi tertentu, dan tingkatan spesialisasi yang digunakan.

2. Manajer dan bawahan atau rantai perintah

Rantai perintah menunjukkan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang menghubungkan atasan dan bawahan dalam keseluruhan organisasi.

3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan

Label dan deskripsi pada tiap kotak menunjukkan pekerjaan organisasional atau bidang tanggung jawab yang berbeda.

4. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan

Keseluruhan bagan menunjukkan atas dasar apa kegiatan-kegiatan organisasi dibagi berdasar fungsional atau divisional, atau lainnya (departemenisasi).

5. Tingkatan manajemen

Suatu bagan tidak hanya menunjukkan manajer dan bawahan tetapi juga keseluruhan hirarki manajemen.


(35)

commit to user xxxv

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian merupakan proses pengelompokkan orang dalam struktur formal untuk menjalankan sumber daya yang ada disertai pemberian wewenang dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban yang diberikan kepadanya. Organisasi yang berjalan dengan apabila suluruh komponen hierarki strukturnya melaksanakan fungsi dan kewajibannya sesuai dengan prosedur dan program kerja yang telah direncanakan sebelumnya. Pada akhirnya tercipta suatu organisasi yang dapat melaksanakan kerja sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakannya.

Dalam proses pengorganisasian pengelolaan perkeretaapian, maka kita bisa melihat bagaimana alur struktur kerja organisasi setiap unit perkeretaapian. Bagaimana distribusi kerja dalam organisasi pengelolaan perkeretaapian tersebut. Seksi yang terlibat dalam manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian adalah Seksi Sarana, UPT / Dipo Sarana, Seksi Jalan Rel dan Jembatan, UPT Jalan Rel dan Jembatan, Seksi Sinyal dan Telekomunikasi dan juga UPT Sinyal dan Telekomunikasi. Semua seksi dan UPT tersebut berada dalam organisasi dengan pembagian tugas pokok yang jelas.

Pengorganisasian dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII diperlukan untuk mempermudah dalam pelaksanaan program yang telah dirumuskan dalam perencanaan sebelumnya. Disamping itu, pengorganisasian diperlukan untuk mengelompokkan sumber daya manusia, pembagian tugas, wewenang serta tanggung jawab masing-masing pegawai Daop VII dalam menangani sarana dan prasarana perkeretaapian. Dalam kegiatan manajemen


(36)

commit to user xxxvi

sarana dan prasarana perkeretaapian apabila sudah terbentuk dan terlaksana dengan baik pengorganisasiannya, dengan begitu akan mempermudah dalam pelaksanaan program yang telah dirumuskan dalam perencanaan.

3. Pengkoordinasian (Coordinating)

Koordinasi merupakan tugas pimpinan yang dilakukan dengan mengusahakan agar semua kegiatan dapat selaras dan anggota-anggotanya dapat bekerja sama dengan baik sehingga tujuan dapat tercipta dengan efisien.

Menurut Ibnu Syamsi, koordinasi adalah proses penarikan semua bagian organisasi, sehingga pengambilan keputusan, tugas-tugas, kegiatan-kegiatan yang dilakukan orang-orang dan unit-unit terarah pada pencapaian tujuan secara optimal. (Ibnu Syamsi, 1994:113)

James AF Stowner dalam Ibnu Syamsi (1994:113) mendefinisikan pengkoordinasian yaitu coordinating is the of integrating the activities and objectives of the separate units of organization in order to effectively achieve organization goals. (Koordinasi adalah mengintegrasi aktivitas dan objek dari unit-unit organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efektif).

Jadi koordinasi merupakan aktivitas mengusahakan terjadinya kerja sama diantara anggota-anggotanya agar semua kegiatan organisasi dapat selaras sehingga tercipta dengan efisien.


(37)

commit to user xxxvii

Dengan demikian, maka pengkoordinasian merupakan aktivitas dan fungsi manajemen yang dilakukan untuk mengusahakan terjadinya kerja sama yang selaras dan tertib mengarah pada tercapainya tujuan organisasi secara menyeluruh. Jika koordinasi berjalan baik, maka tidak akan terjadi kesemrawutan, kekacauan, tumpang tindih atau kekosongan kerja.

Macam-macam koordinasi yaitu:

1. Koordinasi Vertikal

Yaitu koordinasi yang dilakukan oleh atasan kepada para bawahannya. Dengan adanya koordinasi tersebut diharapkan kegiatan-kegiatan dalam unit kerja yang bersangkutan dapat tercapai dengan efisien.

2. Koordinasi Horizontal

Yaitu koordinasi yang dilakukan dalam unit-unit yang sederajat atau antar instansi yang sederajat.

3. Koordinasi Diagonal

Koordinasi diagonal dapat terjadi dalam organisasi yang pengelolaan bidangnya atau fungsinya secara sentralisasi. (Ibnu Syamsi, 1994:115-116)

Pengkoordinasian merupakan kegiatan penggerakan pegawai, dalam organisasi PT Kereta Api Indonesia Daop VII kegiatan ini dilakukan supaya terjadinya kerjasama diantara pegawai tersebut dalam melaksanakan penanganan terhadap sarana dan prasarana perkeretaapian. Koordinasi yang terjadi adalah koordinasi internal vertikal yaitu menggambarkan bagaimana hubungan antara atasan dengan bawahan dalam lingkup organisasi Daop VII,


(38)

commit to user xxxviii

koordinasi internal horizontal menggambarkan hubungan antar unit kerja yang kedudukannya sama dalam satu lingkup organiasai Daop VII. Koordinasi eksternal vertikal menggambarkan bagaimana hubungan antara PT. Kereta Api Indonesia Daop VII dengan organisasi diluar Daop VII yang kedudukannya lebih tinggi, dan juga koordinasi eksternal horizontal yaitu hubungan antara unit kerja di Daop VII dengan unit kerja di luar Daop VII yang kedudukannya sejajar dalam hierarki organisasi. Artinya dari pernyataan di atas, koordinasi dalam organisasi PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII sangat diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsi antar setiap unit kerja yang telah diprogram sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kerja. Akhirnya, jika fungsi koordinasi terlaksana dengan baik maka pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian tujuan organisasi menjadi lebih mudah.

4. Pengawasan (Controlling)

Dalam beberapa literatur beberapa ahli menjelaskan fungsi pengawasan dalam pengertian yang beragam. Dalam bukunya Pengantar Manajemen, Sondang P. Siagian(2005:125) mendefinisikan bahwa :

”Pengawasan merupakan proses pengamatan ari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bantuan semua pekerjaan yang sudah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya”.

Dalam bahasa lain, Yohanes Yahya (2006:133) mendefenisikan pengawasan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dalam manajemen dapat tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan kegiatan sesuai yang direncanakan.


(39)

commit to user xxxix

Disisi lain, pengawasan (Controlling) merupakan suatu proses dasar untuk mendapatkan sesuatu yang identik dan apa saja yang dikendalikan. Mengawasi ialah suatu usaha meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan (George R. Terry, 2003:166).

Menurut H. B. Siswanto (2006:25), tindakan pengawasan penting dilakukan dalam suatu organisasi. Tindakan pengawasan pelaksanaan pekerjaan yang diberikan kepada bawahan tidaklah dimaksudkan untuk mencari kesalahan bawahan semata-mata. Namun, hal itu dilakukan untuk membimbing bawahan agar pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, aktivitas pengawasan dimaksudkan untuk mencari penyimpangan sehingga tindakan perbaikan dapat dilakukan ke arah rencana yang telah ditetapkan. Aktivitas ini berarti bahwa dalam mengoperasikan fungsinya, manajer berusaha membimbing bawahan ke arah terealisasinya tujuan organisasi.

Dari batasan-batasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan dapat didefinisikan sebagai suatu proses evaluasi setiap tindakan-tindakan dalam organisasi apakah telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau direncanakan. Artinya pengawasan memiliki peranan yang sangat menentukan dalam mengamankan tujuan organisasi. Sebagai kontrol dan pengaman dalam manajemen, pengawasan berfungsi memonitoring tindakan anggota dan mengukur hasil kerja anggota dan bawahannya.


(40)

commit to user xl

Dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII proses pengawasan menggambarkan bagaimana alur kegiatan kontrol dan pengendalian dalam pengelolaan sarana dan prasarana perkeretaapian. Bagaimana seorang pimpinan harus mengevaluasi dan menilai pekerjaan yang dilakukan para bawahan. Demikian juga, bagaimana seorang pimpinan membimbing bawahan agar melakukan prosedur kerja yang benar agar tidak terjadi kesalahan selama kegiatang pengelolaan sarana dan prasarana perkeretaapian dan semua kegiatan yang dilakukan adalah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Pengawasan yang ada di Daop VII adalah pengawasan yang dilakukan secara internal oleh pihak-pihak yang berasal dari PT. Kereta Api Indonesia Daop VII dan juga pengawasan yang dilakukan secara ekstrenal yaitu dilakukan oleh pihak di luar PT. Kereta Api Indonesia Daop VII.

B. Sarana dan Prasarana Perkeretaapian

1. Pengertian Sarana dan Prasarana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (980:786) pengertian dari sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai tujuan atau maksudnya. Secara etimologi kata sarana memiliki arti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam bukunya Organisasi dan Administrasi (1988:82), Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa “Sarana adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha”. Dalam Keputusan Menteri Kehutanan No. 91 Tahun 2003 Tentang Pembakuan


(41)

commit to user xli

Sarana Dan Prasarana Kerja Perkantoran Depertemen Kehutanan, menyebutkan bahwa “Sarana adalah barang atau benda bergerak yang dapat dipakai sebagai alat dalam pelaksanaan tugas fungsi unit kerja”.

Dari batasan tersebut disimpulkan bahwa sarana merupakan sesuatu fasilitas pelengkap yang secara tidak langsung digunakan untuk memudahkan kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan. Artinya, sesuatu yang dapat mempermudah dan melancarkan kegiatan organisasi dapat berupa benda maupun uang (modal). Menurut Suharsimi Arikunto (1988:82) secara garis besar sarana penunjang tersebut dibedakan atas dua jenis, yaitu :

1. Sarana fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan suatu usaha. Sarana fisik juga disebut sarana materiil, contoh : kendaraan; alat komunikasi; alat penampil; dan sebagainya.

2. Sarana uang, yakni segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang.

Sedangkan, prasarana adalah segala yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 980:786). Artinya, prasarana merupakan failitas tempat yang digunakan untuk menunjang sarana dalam mencapai tujuan usaha atau organisasi. Sedangkan, dalam Keputusan Menteri Kehutanan No. 91 Tahun 2003 Tentang Pembakuan Sarana Dan Prasarana Kerja Perkantoran Depertemen Kehutanan, menyebutkan bahwa “Prasarana adalah barang atau benda tidak bergerak yang dapat menunjang atau mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja”. Dengan kata lain,


(42)

commit to user xlii

prasarana merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan yang sifatnya permanen atau tetap seperti gedung, lapangan, aula dan sebagainya dalam suatu organisasi atau perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa prasarana dan sarana merupakan segala sesuatu fasilitas dan alat yang dapat digunakan sebagai perlengkapan untuk dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi. Adapun, tersedianya sarana dan prasarana yang baik dan ideal dalan organisasi, maka kegiatan usaha dapat berjalan dengan baik. Sebab sarana dan prasarana yang tidak mendukung tidak akan membuahkan hasil secara maksimal dalam organisasi tersebut.

2. Pengertian Perkeretaapian

Dalam ketentuan umum pasal 1 UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian disebutkan, bahwa “Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api”. Sedangkan, dalam pembukaan UU No. 23 Tahun 2007 disebutkan bahwa perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi dalam sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda transportasi lain, perlu dikembangkan potensinya, dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.


(43)

commit to user xliii

Senada dengan penjelasan di atas, menurut H.M.N. Nasution (1996:64) sumbangan kereta api bagi perkembangan ekonomi dan masyarakat sangat besar. Kereta apilah yang memulai angkutan barang dalam jumlah yang besar dengan biaya yang rendah sehingga merangsang pertumbuhan industri, pertambangan, perdagangan, dan kegiatan lainnya di masyarakat. Transportasi perkeretaapian memiliki beberapa keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan transportasi jenis lainnya, yaitu :

a. Mampu mengangkut muatan dalam jumlah yang besar

b. Mampu menempuh jarak yang jauh. Bertambah jauh jarak menjadi semakin efisien dan biaya semakin rendah.

c. Jadwal perjalanan dengan frekuensi tinggi dapat dilaksanakan.

d. Jarang sekali terjadi kongesti karena semua fasilitas dimiliki oleh satu perusahaan sehingga penyediaan jasa lebih terjamin kelancarannya.

e. Dapat memberikan tingkat pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan bus.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perkeretaapian merupakan salah satu moda yang memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut baik penumpang maupun barang secara massal, hemat energi, hemat dalam penggunaan ruang, mempunyai faktor keamanan yang tinggi, dan tingkat pencemaran yang rendah dan lebih efisien dibanding dengan moda transportasi jalan raya untuk angkutan jarak jauh dan untuk daerah yang padat lalu lintas, seperti angkutan kota.


(44)

commit to user xliv

3. Pengertian Sarana dan Prasarana Perkeretaapian

Dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang pengelolaan perkeretaapian dalam pasal 1 disebutkan bahwa, sarana perkeretaapian adalah kendaraan yang dapat bergerak di jalan rel. Menurut jenisnya sarana perekeretaapian seperti yang disebutkan dalam pasal 96 terdiri dari :

a. lokomotif;

b. kereta;

c. gerbong; dan

d. peralatan khusus.

Berdasarkan pengertian di atas, bahwa sarana kereta api adalah segala sesuatu yang dapat dijalankan dalam kegiatan perekeretaapian dan sebagai faktor utama terselenggaranya kegiatan perkeretaapian, seperti kereta api dan lokomotif. Dalam hal ini, kereta api dan lokomotif sebagai sarana transportasi dapat bergerak berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Sarana kereta api merupakan penyelenggara utama dan pokok dalam kegiatan perkeretaapian, maka kegiatan perkeretaapian dapat terlaksana dengan baik tergantung dari pengelolaan sarana kereta api tersebut.

Berdasarkan ketentuan umum UU No. 23 Tahun 2007 tentang pengelolaan perkeretaapian dalam pasal 1 disebutkan prasarana perekeretaapian adalah jalur kereta api dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat


(45)

commit to user xlv

dioperasikan. Jalur kereta api sendiri adalah jalur yang terdiri dari rangkaian petak jalan rel yang meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang pengawas jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api

Penyelenggara prasarana perkeretaapian sendiri adalah pihak yang menyelenggarakan prasarana perkeretaapian. Penyelenggara prasarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 UU No. 23 Tahun 2007 dilakukan oleh Badan Usaha sebagai penyelenggara, baik secara sendiri-sendiri maupun melaui kerja sama. Dalam hal tidak ada Badan Usaha yang menyelenggarakan prasarana perkeretaapian umu, Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan prasarana perkeretaapian.

Dapat disimpulkan bahwa prasarana kereta api adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan perekeretaapian dan sebagai faktor utama terselenggaranya kegiatan perkeretaapian yang sifatnya permanen, seperti jalur kereta api dan fasilitas operasi kereta api lainnya. Artinya, prasarana bersifat permanen tidak dapat dipindah-pindahkan dari satu tempat ke tempat lain.

Menurut pasal 1 dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dijelaskan bahwa fasilitas operasi kereta api adalah segala fasilitas yang diperlukan agar kereta api dapat dioperasikan. Fasilitas pengoperasian kereta api meliputi : peralatan persinyalan dan peralatan telekomunikasi. Prasarana kereta api merupakan penunjang penyelenggaraan kegiatan perkeretaapian.


(46)

commit to user xlvi

Berdasarkan uraian diatas sarana dan prasarana perkeretaapian dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berbentuk fasilitas dan alat yang digunakan untuk menunjang terselenggaranya kegiatan perkeretaapian yang sifatnya dapat bergerak yaitukereta api dan lokomotif dan yang sifatnya permanen seperti jalur kereta api, dan fasilitas operasi kereta api lainnya.

C. Manajemen Sarana dan Prasarana Perkeretaapian

Istilah Manajemen Sarana dan Prasarana Perkeretaapian berdasarkan uraian di atas dapat didefinisikan sebagai suatu proses atau alat untuk mencapai tujuan dan menunjang penyelenggaraan kegiatan pengelolaan perkeretaapian dengan menggunakan sumber daya organisasi yang ada. Dalam hal ini, kereta api menjadi obyek sarana. Sementara, fasilitas seperti jalan rel dan jembatan, sistem sinyal dan jaringan komunikasi sebagai prasarana perkeretaapian.

Proses manajemen itu sendiri meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan. Perencanaan yang ada di seksi Sarana meliputi Perencanaan Pemeliharaan Periodik, Semi Pemeriksaan Akhir (SPA) dan Pemeriksaan Akhir (PA), pada seksi Jalan Rel dan Jembatan perencanaan yang ada meliputi Perencanaan Pemeliharaan Bulanan dan Pemeliharaan Triwulan. Seksi Sinyal dan Telekomunikasi perencanaan yang dibuat meliputi Perencanaan Pemeliharaan Pencegahan dan Pemeliharaan Korektif. Hal ini perlu dilakukan oleh perusahaan PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII karena dengan perencanaan yang baik maka akan membawa perusahaan menuju kesuksesan. Dalam proses pengorganisasian pengelolaan perkeretaapian, kita bisa melihat bagaimana alur struktur kerja


(47)

commit to user xlvii

organisasi setiap unit perkeretaapian. Bagaimana distribusi kerja dalam organisasi pengelolaan perkeretaapian tersebut. Seksi yang terlibat dalam manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian adalah Seksi Sarana, UPT / Dipo Sarana, Seksi Jalan Rel dan Jembatan, UPT Jalan Rel dan Jembatan, Seksi Sinyal dan Telekomunikasi dan juga UPT Sinyal dan Telekomunikasi. Semua seksi dan UPT tersebut berada dalam organisasi dengan pembagian tugas pokok yang jelas.

Koordinasi yang terjadi adalah koordinasi internal vertikal yaitu menggambarkan bagaimana hubungan antara atasan dengan bawahan dalam lingkup organisasi Daop VII, koordinasi internal horizontal menggambarkan hubungan antar unit kerja yang kedudukannya sama dalam satu lingkup organisasai Daop VII. Koordinasi eksternal vertikal menggambarkan bagaimana hubungan antara PT. Kereta Api Indonesia Daop VII dengan organisasi diluar Daop VII yang kedudukannya lebih tinggi, dan juga koordinasi eksternal horizontal yaitu hubungan antara unit kerja di Daop VII dengan unit kerja di luar Daop VII yang kedudukannya sejajar dalam hierarki organisasi. Pengawasan yang ada di Daop VII adalah pengawasan yang dilakukan secara internal oleh pihak-pihak yang berasal dari PT. Kereta Api Indonesia Daop VII dan juga pengawasan yang dilakukan secara ekstrenal yaitu dilakukan oleh pihak di luar PT. Kereta Api Indonesia Daop VII.

D. Kerangka Pikir

Pertumbuhan perekonomian masyarakat dewasa ini membutuhkan jasa pelayanan transportasi yang cukup dan memadahi. Tanpa adanya sarana dan


(48)

commit to user xlviii

prasarana pendukung tentunya tidak akan tercapai hasil yang memuaskan dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Sejalan dengan tantangan yang terus berkembang, jasa angkutan kereta api di Indonesia saat ini menghadapi permasalahan yang sangat rumit. Sejak dulu hingga kini kereta api selalu berhadapan dengan tantangan kompetisi yang tinggi dari moda lain. Namun, saat ini yang mengganggu perkererataapian Indonesia adalah tingginya tingkat kecelakaan. Frekuensi kecelakaan cukup tinggi hingga banyak menelan korban jiwa. Kecelakaan tersebut lebih banyak disebabkan karena faktor sarana dan prasarana perkeretaapian. Permasalahan pada sarana dan prasarana perkeretaapian itu tidak lepas dari buruknya manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian yang ada

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun merupakan unsur yang secara khusus berkaitan dengan permasalahan sarana dan prasarana perkeretaapian di wilayah Daop VII. Dalam pengelolaan sarana dan prasarana diperlukan proses manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan agar perencanaan atau program yang telah dibuat bisa berhasil. Dalam pelaksanaannya terdapat hal-hal yang menghambat maupun hal yang mendukung. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada bagan berikut :

Bagan 2.1

Kerangka Pemikiran

Manajemen sarana prasarana

Perkeretaapian - Planning - Organizing Tingginya

kecelakaan Kereta Api

Menurunnya kecelakaan Kereta Api


(49)

commit to user xlix BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Burhan Bungin (2007:68) pendekatan kualitatif dengan deskripsi dapat dijadikan dasar untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi obyek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, atau gambar tentang kondisi, situasi atau fenomena tertentu. Dengan demikian, metode penelitian deskriptif kualitatif lebih tepat apabila digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi mendalam.

Pendekatan deskriptif kualitatif dipilih karena melalui pendekatan ini akan didapatkan pemahaman yang mendalam dan sangat dimungkinkan memperoleh informasi baru terkait dengan objek yang diteliti, yaitu mengenai manajemen sarana dan prasarana. Penelitian deskriptif kualitatif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam, yang dapat menggambarkan realitas keadaan atau fenomena yang sebenarnya terjadi di lapangan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun. Pemilihan lokasi didasarkan pada kenyataan lapangan


(50)

commit to user l

bahwa wilayah operasional kerja PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun cukup besar yaitu meliputi 2 wilayah Kotamadya dan 10 wilayah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Indikasi lainnya, di wilayah Daop VII Madiun masih sering terjadi kecelakaan kereta api yang disebabkan karena sarana dan prasarana nya. Hal tersebut mendorong peneliti untuk memilih PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun sebagai tempat penelitian. C. Sumber Data

Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Arikunto. 2006:118). Sedangkan sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Data yang diambil untuk bahan analisis penelitian ini digolongkan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan sendiri di lokasi penelitian. Data primer ini dikumpulkan dengan cara wawancara atau komunikasi langsung dengan informan kunci yang terpilih. Adapun teknik pemilihan informan yang dipakai adalah Purposive Sampling, yaitu teknik pemilihan dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Sutopo, 2002: 56). Adapun sumber data primer dalam penelitian dapat diperoleh melalui :


(51)

commit to user li

1. Informan

Menurut Bungin (2007:108) informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu obyek penelitian. Informan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini meliputi :

a Asisten Manajer Seksi Sarana PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

b Asisten Manajer Seksi Jalan Rel dan Jembatan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

c Asisten Manajer Seksi Sinyal dan Telekomunikasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

d Asisten Manajer SDM PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

e Kepala Ruas Organisasi dan Rencana.Dipo Sarana PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

f Kepala Unit Pelaksana Teknis Resort Jalan Rel dan Jembatan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

g Kepala Unit Pelaksana Teknis Resort Sinyal dan Telekomunikasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data bantu lainnya yang diperoleh atas kerjasama dengan instansi atau lembaga terkait guna melengkapi data-data


(52)

commit to user lii

yang telah tersedia (data primer). Data sekunder tersebut dikumpulkan dari berbagai dokumen informasi sarana dan prasarana perkeretaapian di wilayah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun. Menurut Burhan Bungin (2007:122) Dokumen adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Sedangkan bahan dokumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi arsip atau data resmi yang diperoleh dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun. D. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan atau pengambilan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif meliputi metode wawancara mendalam (in-depth interview), observasi dan telaah dokumen (Burhan Bungin, 2007:107). Adapun cara pengambilan data dalam ketiga metode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi dengan memberikan kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses wawancara. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara mendalam dan tidak secara formal terstruktur. Hal ini dimaksudkan untuk menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam (HB. Sutopo, 2002: 59). Untuk mempermudah pelaksanaan wawancara penulis membuat pedoman


(53)

commit to user liii

wawancara yang berisi garis besar pertanyaan mengenai masalah yang diteliti.

Wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab terhadap narasumber yang dianggap mengetahui dan dapat memberi informasi tentang sarana dan parsarana perkeretaapian, yaitu pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun khususnya seksi sarana dan prasarana. Wawancara digunakan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII merencanakan, melaksanakan, serta melakukan pengawasan terhadap sarana dan prasarana.

2. Observasi

Yaitu metode dasar dalam pengumpulan data yang bersifat non verbal atau teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti untuk mengamati berbagai keadaan, kegiatan dan peristiwa yang terjadi sesuai dengan kenyataannya. Observasi merupakan teknik yang digunakan untuk menggali data berupa dari sumber data yang berupa peristiwa tempat atau lokasi, benda-benda serta rekaman gambar-gambar. (HB. Sutopo, 2002: 64).

Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap sarana dan prasarana perkeretaapian, disertai rekaman gambar sarana dan prasarana yang ada di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun.


(54)

commit to user liv 3. Telaah Dokumen

Telaah dokumen merupakan teknik pengumpulan data sekunder, yaitu dengan cara melihat dan mempelajari dokumen yang ada berupa catatan, arsip, literature, laporan – laporan lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian sehingga didapat analisis pembahasan yang mendalam atas masalah yang diteliti.

E. Validitas Data

Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang diperoleh sesuai kenyataan / fakta sehingga kesimpulan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menguji kebenaran dan keabsahan data, peneliti menggunakan teknik trianggulasi data. Trianggulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. (HB. Sutopo, 2002: 78)

Teknik trianggulasi data yang dipakai adalah teknik trianggulasi sumber. Data yang diperoleh untuk penelitian tidak hanya berasal dari satu sumber, namun dari berbagai sumber sehingga saling dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Trianggulasi sumber berarti membandingkan dan memeriksa ulang informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda. Ini dilakukan dengan cara membandingkan data yang bersumber dari hasil wawancara dengan hasil wawancara atau membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.


(55)

commit to user lv

Dengan demikian data yang satu akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber lain.

F. Teknik Analisis Data

Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan verifikasinya. Proses analisis ketiga komponen tersebut saling menjalin dan berinteraksi secara terus menerus di dalam proses pelakasanaan pengumpulan data. (Sutopo, 2002:94). Dimana, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote (Sutopo, 2002:91). Proses kegiatan ini dilakukan selama berlangsungnya penelitian di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun sampai penelitian ini selesai.

2. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rangkaian organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang tersusun secara logis dan sistematis, sehingga memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan (Sutopo, 2002:92). Ini adalah rangkaian kegiatan setelah melakukan reduksi data. Data yang telah direduksi, kemudian disusun dan digabungkan menjadi suatu bentuk deskripsi informasi yang menarik, logis, dan jelas alur pikirnya sehingga dapat menggambarkan manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun.


(56)

commit to user lvi 3. Penarikan Kesimpulan

Langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan dan saran-saran yang dipandang perlu berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mencatat keteraturan serta penjelasan dari data yang terkumpul. Kegiatan ini dilakukan setelah berakhirnya penelitian. Berdasarkan uraian di atas, proses analisis komponen tersebut dapat dirangkum dalam bagan berikut :

Bagan 3.1 Model Analisis Data

Sumber : HB Sutopo 2002 : 9

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan Reduksi Data


(1)

commit to user cx

yang mengelompokkan sumber daya manusia dengan pembagian tugas masing-masing yang sudah jelas, dengan begitu akan mempermudah dalam pelaksanaan program yang telah dirumuskan dalam perencanaan.

Bidang-bidang yang mengurusi mengenai sarana dan prasarana perkeretaapian ini adalah seksi Sarana, seksi Jalan Rel dan Jembatan, seksi Sinyal dan Telekomunikasi. Dalam melakukan pekerjaan seksi-seksi ini tidak bekerja sendiri, mereka mempunyai bawahan yaitu Unit Pelaksana Teknis (UPT). Hambatan yang dialami pada tahap ini adalah keterbatasan pegawai pelaksana di UPT Sarana. Dengan keterbatasan sumber daya yang ada membuat beberapa pegawai pelaksana di UPT Sarana mengerjakan pekerjaan dobel. Sehingga pekerjaan yang dilakukan semakin berat.

3. Koordinasi (Coordinating)

Koordinasi yang dilakukan di KAI Daop VII meliputi koordinasi internal vertikal dan internal horizontal, hubungan tersebut dapat terjalin dengan baik karena diantara atasan bawahan maupun antar bidang selalu melakukan koordinasi yaitu saling memberikan informasi untuk mendukung kelancaran pemeliharaan sarana dan prasarana. Hubungan eksternal vertikal terjadi antara KAI Daop VII dengan Dirjen Perkeretaapian terkait dengan verivikasi anggaran. Hubungan eksternal horisontal antara KAI Daop VII dengan CV, dalam hal pembahasan dan pelaporan pekerjaan yang telah dilakukan oleh CV. Pada proses koordinasi terdapat hambatan yaitu koordinasi dengan pihak Dirjen


(2)

commit to user cxi

Perkeretaapian dalam hal pengajuan anggaran. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VII Madiun sudah berkai-kali mengajukan permohonan penambahan anggaran untuk pemeliharaan sarana dan prasarana tetapi sampai sejauh ini pihak Dirjen Perkeretaapian belum memberikan tanggapan atau respon positif.

4. Pengawasan (Controlling)

Dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan perlu adanya pengawasan. Pengawasan internal dalam pemeliharaan sarana dan prasarana perkeretaapian dilakukan oleh masing-masing seksi dan UPT. Pengawasan yang dilakukan masih ada yang kurang maksimal karena meskipun sudah dilakukan pengawasan yang rutin tapi masih sering terjadi

ketroble-an di lintasan jalan rel. Pengawasan eksternal pada pemeliharaan

sarana dan prasarana perkeretaapian dilakukan oleh Dirjen perkeretaapian terkait dengan verivikasi pelaksanaan RKAD. Pihak CV juga melakukan pengawasan, mereka melakukan pengawasan terhadap pekerjaan anak buahnya apakah sudah sesuai dengan perencanaan atau belum.

B. Saran

1. Menambah ketersediaan komponen-komponen sarana kereta api, agar bila ada komponen kereta yang rusajk semuanya bisa diganti dengan komponen yang baru. Sehingga kinerja dari komponen juga lebih terjamin. Meskipun akan membutuhkan biaya yang lebih banyak hal itu harus


(3)

commit to user cxii

dilakukan karena nantinya akan menyangkut keselamatan perjalanan kereta api.

2. Melakukan kerjasama dengan pihak di luar PT. KAI, misalnya dengan perbankan untuk mendapat pinjaman inventasi dana agar bisa melakukan pergantian pada penambat bantalan rel yang memang keadaannya tidak baik yang membahayakan perjalanan kereta api dan juga melakukan pergantian pada lintasan-lintasan yang memang dianggap sudah tidak handal lagi bila dioperasikan.

3. Penambahan pegawai pelaksana di UPT yang kekurangan pegawai pelaksana dengan cara penarikan pegawai pelaksana dari wilayah lain yang dirasa pegawainya melebihi kebutuhan. Sehingga ada pembagian komposisi pegawai yang sesuai.

4. Dengan keterbatasan dana yang di dapat, PT. Kereta Api Indonesia Daop VII Madiun harus bisa menyusun skala prioritas yang baik, sehingga dana yang ada dapat digunakan untuk hal-hal yang memang harus di prioritaskan yang menyangkut keselamatan perjalanan kereta api.


(4)

commit to user cxiii

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Buat Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 1988. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi

dan Kejuruan. Rajawali Pers. Jakarta

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakn

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenada Media Group.

Jakarta.

Handoko, T Hani. 2003. Manajemen. BPFE-UGM. Yogyakarta.

Manullang, M. 1981. Dasar-Dasar Manajemen. Ghalia Indonesia. Jakarta Nasution, H.M.N. 1996. Manajemen Transportasi. Ghalia Indonesia. Jakarta Siagian, Sondang.P. 2005. Fungsi-Fungsi Manajerial. Bumi Aksara. Jakarta. Siswanto. 2006. Pengantar Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta.

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya

Dalam Penelitian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Syamsi, Ibnu. 1994. Pokok-Pokok Organisasi manajemen. PT Rineka Cipta. Jakarta

Terry, George.R. 2003. Prinsip-Prinsip Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta. Yahya, Yohanes. 2006. Pengantar Manajemen. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Anonim. 2010. Media Informasi dan Komunikasi Kereta Api. Edisi 47. PT. Ilalang Sakti Komunikasi.

Anonim. 2010. Media Informasi dan Komunikasi Kereta Api. Edisi 49. PT. Ilalang Sakti Komunikasi.


(5)

commit to user cxiv Jurnal dan Artikel Ilmiah :

Mohammad Naji. International Journal of Business and Management,

Management and Cultural Development. Vol. 5, No. 11 page 172;

November 2010

(www.ccsenet.org/journal/index.php/ijbm/article/download/8075/6099)

Yun Zhang. Inrenational Journal of Business and Management, Study on the innovational Function of the Management, Vol 4, No. 6, page 147; Juni 2009. (http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ijbm/article/view/2331)

Dokumen dan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian

Keputusan Menteri Kehutanan No. 91 Tahun 2003 Tentang Pembakuan Sarana Dan Prasarana Kerja Perkantoran Depertemen Kehutanan

Peraturan Menteri Keuangan RI No 36/PMK.010/2008 dan 37/PMK.010/2008 Tentang Besar Santunan dan luran Wajib Dana Pertanggungan Kecelakaan Penumpang Alat Angkutan Penumpang Umum di Darat, Sungai/Danau, Ferry/Penyebrangan, Laut dan Udara

SK Direksi PT Kereta Api (Persero) Nomor : KEP.U/OT.003/VI/4/KA-2009

Sumber Lain :

Ishomuddin. Kesalahan Manusia Mendominasi Penyebab Kecelakaan Kereta Api .

http://www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2010/08/05/brk,20100805-269104,id.html

Tom. Kecelakaan Kereta Api, Salah Siapa?

http://www.krjogja.com/liputankhusus/detail/922/Kecelakaan.Kereta.Api.. Salah.Siapa..html

Moch S Hendrowijono. Logawa Dicelakakan Penambat Buruk

www.nasional.compas.com/read/2010/07/16/03552774/Logawa.Dicelakak an.Penambat.Buruk.


(6)

commit to user cxv