Keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan linear dua variabel terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa di kelas X

(1)

KE PE PERSAM DAN Mem JURUSAN EEFEKTIF KOOPERA EMBELAJA MAAN LIN N KEAKTIF D mperoleh Gela PROG N PENDIDI FAKUL FAN PENG ATIF TIPE ARAN MA NEAR DUA FAN SISW TAHU Diajukan Unt ar Sarjana Pe

ODILIA N GRAM STU IKAN MAT LTAS KEG UNIVERS GGUNAAN E GROUP I ATEMATIK A VARIABE WA DI KEL

UN AJARA SKRIP tuk Memenu endidikan Pr

Disusun O A RANI AN NIM : 0814

DI PENDID TEMATIKA GURUAN DA SITAS SAN YOGYAKA 2013

N MODEL P INVESTIGA KA PADA

EL TERHA LAS X SMK AN 2012/201

SI

uhi Salah Satu rogram Studi

Oleh : NDIKAWA 414093

DIKAN MAT A DAN ILMU AN ILMU P NATA DHAR

ARTA

PEMBELA GATION DA MATERI ADAP HAS K SANJAY 13 u Syarat i Pendidikan ATI TEMATIKA U PENGET PENDIDIKA RMA AJARAN ALAM SISTEM SIL BELA YA PAKEM Matematika A TAHUAN AL AN AJAR M LAM


(2)

i

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEGROUP INVESTIGATIONDALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL TERHADAP HASIL BELAJAR

DAN KEAKTIFAN SISWA DI KELAS X SMK SANJAYA PAKEM TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

ODILIA RANI ANDIKAWATI NIM : 081414093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

i

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEGROUP INVESTIGATIONDALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL TERHADAP HASIL BELAJAR

DAN KEAKTIFAN SISWA DI KELAS X SMK SANJAYA PAKEM TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

ODILIA RANI ANDIKAWATI NIM : 081414093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

i

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEGROUP INVESTIGATIONDALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL TERHADAP HASIL BELAJAR

DAN KEAKTIFAN SISWA DI KELAS X SMK SANJAYA PAKEM TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

ODILIA RANI ANDIKAWATI NIM : 081414093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

Ketika seseorang cukup kuat tuk buatmu

terjatuh, kamu harus tunjukkan padanya

bahwa kamu juga cukup kuat tuk bangkit

berdiri.

Hasil karyaku ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya untukku.

Kedua Orangtua ku yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat untukku.

Kakak dan Adikku (Mbak Wina dan Made).

Sahabat-sahabatku dan orang-orang di sekitar ku yang selalu


(6)

(7)

vi

ABSTRAK

Odilia Rani Andikawati. 2013. Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel terhadap Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa di Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui : (1) pengaruh penggunaan metode Group Investigation terhadap keaktifan siswa di kelas X SMK Sanjaya Pakem dalam pembelajaran matematika pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV); (2) pengaruh penggunaan metode Group Investigation terhadap hasil belajar siswa di kelas X SMK Sanjaya Pakem dalam pembelajaran matematika pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

Penelitian ini termasuk penelitian gabungan (deskriptif kualitatif dan kuantitatif). Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X AP SMK Sanjaya Pakem tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 17 siswa. Materi yang diambil dalam penelitian ini adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Data yang diambil untuk penelitian ini adalah keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Group Investigation serta wawancara baik kepada siswa maupun guru. Pengumpulan data untuk keaktifan siswa diperoleh melalui lembar pengamatan, tes kemampuan akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Group Investigation, dan wawancara untuk memperoleh hasil data yang akan digunakan untuk melengkapi hasil penelitian. Alat ukur untuk keaktifan siswa adalah lembar pengamatan keaktifan siswa yang terdiri dari 16 kriteria, yaitu 9 kriteria keaktifan siswa dalam diskusi kelompok dan 7 kriteria keaktifan siswa dalam diskusi kelas. Data keaktifan siswa dianalisis dengan cara memberi turus bila siswa melakukan kriteria-kriteria yang telah ditentukan, turus-turus tersebut akan diolah untuk menentukan jumlah maupun jenis kriteria keaktifan untuk setiap pertemuan dan rata-rata untuk seluruh pertemuan. Data hasil belajar siswa dianalisis untuk menentukan tingkat ketuntasan siswa, rata-rata kelas, nilai tertinggi dan nilai terendah.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan : (1) Rata-rata keaktifan siswa secara keseluruhan tergolong sangat tinggi dalam diskusi kelas dengan skala kriteria 81-100%; (2) Hasil belajar siswa setelah proses penelitian dengan menggunakan metode Group Investigation dikatakan tidak tuntas secara klasikal. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya sebesar 55,65 dari acuan KKM yang digunakan untuk pembelajaran matematika adalah 70. Prosentase ketuntasan siswa hanya sebesar 35%. Dari data hasil belajar juga diperoleh siswa dengan nilai tertinggi yaitu 88 dan nilai terendah yaitu 25.


(8)

vii

ABSTRACT

Odilia Rani Andikawati. 2013. The Effectiveness of the Use of Cooperative Learning Model with The Type of Group Investigation In The Topic of Linear Equations Of Two Variables Towards Students Activity and Students Achievement of Class X students of SMK Sanjaya PAKEM Academic Year 2012/2013. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The research in this paper aims to determine: (1) the effect of using the Group Investigation method in class X student activity SMK Sanjaya Pakem in mathematics learning materials System of Linear Equations in Two Variables (SPLDV), (2) the effect of the use of Group Investigation on students s achievement in class X SMK Sanjaya Pakem in mathematics learning materials System of Linear Equations in Two Variables (SPLDV).

This research combined (qualitative and quantitative descriptive). The subjects in this study were the students of class X AP SMK Sanjaya PAKEM academic year 2012/2013, amounting to 17 students. The material is taken in this study is Two Variables Systems of Linear Equations. Data were taken for this study was student activity and student learning outcomes by using Group Investigation and interviewing both students and teachers. Data collection for student activity sheets obtained through observation, tests the ability of the end to determine student learning outcomes by using Group Investigation, and interviews to obtain data results will be used to complete the research. Measuring tool for student activity is the observation sheet student activity consisting of 16 criteria, which is 9 criteria of active students in the discussion group and 7 criteria for active students in class discussions. Data were analyzed by student activity gives stake when students do the criteria specified, pillar-pillar will be processed to determine the number and type of activity criteria for each meeting and the average for the entire meeting. Student learning outcomes data were analyzed to determine the level of mastery students, the average grade, the highest and lowest values.

From the analysis it can be concluded: (1) Average overall activity of students classified as very high by 81-100% scale criteria, (2) The results of student learning after the research process by using the Group Investigation method is said to be complete in the classical style. The average value obtained is only 62.5 students from KKM reference used for learning mathematics is 70. Percentage of students completeness of 37.5% only. Of learning outcomes data were also obtained student with the highest score is 97 and the lowest score is 25. Keywords: Group Investigation method, activity, and learning outcomes.


(9)

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahma-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel terhadap Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa di Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2012/2013.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M. Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(11)

x

4. Ibu V. Fitri Rianasari, S. Pd., M. Sc selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan dengan penuh kesabaran selama pembuatan skripsi ini.

5. Para dosen penguji yang telah berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun untuk penyusunan skripsi ini.

6. Segenap dosen Prodi Pendidikan Matematika yang telah membimbing saya selama saya menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma.

7. Ibu Kepala Sekolah yang telah memberikan ijin kepada saya sehingga saya dapat melakukan penelitian di SMK SANJAYA PAKEM.

8. Bapak Setiyo Budi Kriswanto, S. Pd selaku guru matematika kelas X Administrasi Perkantoran yang telah membantu selama saya melakukan penelitian.

9. Siswi-siswi kelas X Administrasi Perkantoran SMK SANJAYA PAKEM yang telah bersedia membantu selama proses penelitian dan mengikuti tes hasil belajar matematika.

10. Bapak Theodorus Madiyono, S. Pd dan Ibu Caecilia Sri Murtiningsih, BA., Lidwina Bani Kurniajati, dan Madelaine Sofia Wiranti atas doa dan semangat untuk saya menyelesaikan skripsi ini.

11. Vivan Nanda Prasetya dan Lionel Aurelio Prasetya yang memberikan semangat, doa untuk menyelesaikan skripsi ini dan menghibur saya di saat sedang jenuh dengan skripsi saya.

12. Sahabatku Patricia Endah, Anastasia Budi Rahayu, Agustina Windarwanti, Florentina Erna, Yeny Farida, Yohana Yunita, Antonius Baruna, Benediktus


(12)

xi

Raditya, dan Caecilia Noviana Devi Sabata untuk bantuannya sebagai observer, semangat, sarana, dan kebersamaan yang telah kalian berikan untukku sehingga skripsi ini cepat selesai.

13. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu di sini yang telah memberikan doa, bantuan dan semangat agar skripsi ini cepat selesai.

Penulis menerima dengan sangat terbuka terhadap saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.


(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK... vi

ABSRACT... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Batasan Istilah... 7

BAB 2 LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika... 9

1. Pengertian Pembelajaran... 9

2. Pengertian Matematika... 12

3. Pengertian Pembelajaran Matematika... 13

B. Model Pembelajaran Kooperatif... 14

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI... 21


(14)

xiii

1. Hasil Belajar Siswa... 26

2. Keaktifan Siswa... 30

E. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel/ Peubah (SPLDV)... 34

1. Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel... 34

2. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel... 36

F. Kerangka Berpikir... 43

BAB 3 METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 45

B. Objek dan Subjek Penelitian... 45

C. Waktu dan Tempat Penelitian... 46

D. Bentuk Data... 46

E. Metode Pengumpulan Data... 47

F. Instrumen Penelitian... 48

G. Metode Analisis Data... 57

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian... 60

1. Sebelum Penelitian... 60

2. Selama Pelaksanaan Penelitian... 65

3. Setelah Penelitian... 95

B. Pembahasan... 100

BAB 5 KESIMPULAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan... 106

B. Saran... 109

DAFTAR PUSTAKA... 110


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

2.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode GI dalam Penelitian... 24

3.1 Perincian Populasi Penelitian... 46

3.2 Kisi-kisi Lembar Pengamatan dalam Diskusi Ke...49

3.3 Kisi-kisi Lembar Pengamatan dalam Diskusi Kelas... 50

3.4 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Awal...52

3.5 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Akhir...52

3.6 Klasifikasi Reliabilitas Soal... 57

3.7 Distribusi Keaktifan Setiap Siswa pada Setiap Pertemuan... 57

3.8 Jumlah Siswa yang Aktif dan Frekuensi pada Setiap Pertemuan...58

3.9 Kriteria Keaktifan Siswa... 58

3.10 Hasil Analisis Belajar Siswa... 59

4.1 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas... 63

4.2 Hasil Tes Kemampuan Awal Setiap Siswa... 64

4.3 Keaktifan Siswa pada Pertemuan Pertama...68

4.4 Jumlah Siswa yang Aktif pada Pertemuan Pertama dan Frekuensi Keaktifannya... 69

4.5 Keaktifan Siswa pada Pertemuan Kedua... 72

4.6 Jumlah Siswa yang Aktif pada Pertemuan Kedua dan Frekuensi Keaktifannya... 73

4.7 Keaktifan Siswa pada Pertemuan Ketiga... 77

4.8 Jumlah Siswa yang Aktif pada Pertemuan Ketiga dan Frekuensi Keaktifannya... 78

4.9 Keaktifan Siswa pada Pertemuan Keempat... 82

4.10 Jumlah Siswa yang Aktif pada Pertemuan Keempat dan Frekuensi Keaktifannya... 83

4.11 Keaktifan Siswa pada Pertemuan Kelima... 88

4.12 Jumlah Siswa yang Aktif pada Pertemuan Kelima dan Frekuensi Keaktifannya... 88


(16)

xv

4.14 Jumlah Siswa yang Aktif pada Pertemuan Keenam dan Frekuensi

Keaktifannya... 93

4.15 Prestasi Belajar Setiap Siswa pada Tes Kemampuan Akhir...96

4.16 Hasil Wawancara Peneliti dengan Siswa...98


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Penyelesaian SPLDV antara dan ... 37 2.2 Penyelesaian SPLDV dengan Metode Grafik... 38 4.1 Hasil Diskusi Kelompok dalam Mengutarakan Pendapat Mengenai

Permasalahan yang Telah Diberikan... 67 4.2 Nama-nama Pembagian Pemimpin Kelompok... 68 4.3 Salah Satu Siswa dari Kelompok 1 sedang Mempresentasikan Hasil

Diskusi Mengenai Masalah yang Mereka Investigasi... 76 4.4 Kelompok 1 Memberikan Soal Latihan kepada Kelompok Lainnya

untuk Didiskusikan Bersama di Dalam Kelompok Masing-masing... 77 4.5 Salah Satu Siswa dari Kelompok 2 sedang Mempresentasikan Hasil

Diskusi Mengenai Masalah yang Mereka Investigasi... 80 4.6 Kelompok Lain Mengerjakan Soal Latihan yang Diberikan oleh

Kelompok 2... 81 4.7 Seorang Siswa dari Kelompok Lain Bertanya dengan Kelompok 2... 81 4.8 Salah Satu Siswa dari Kelompok 3 sedang Mempresentasikan Hasil

Diskusi Mengenai Masalah yang Mereka Investigasi... 86 4.9 Kelompok Lain Mengerjakan Soal Latihan yang Diberikan oleh

Kelompok 3... 86 4.10 Seorang Siswa Mengerjakan Soal Latihan di Papan Tulis yang

Diberikan Oleh Kelompok 3... 87 4.11 Salah Satu Siswa dari Kelompok 4 sedang Mempresentasikan Hasil

Diskusi Mengenai Masalah yang Mereka Investigasi... 91 4.12 Kelompok Lain Mengerjakan Soal Latihan yang Diberikan oleh


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 112

A.2 Soal Tes Kemampuan Awal... 125

A.3 Soal Tes Kemampuan Akhir... 126

A.4 Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Awal... 127

A.5 Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Akhir... 131

B.1 Instrumen Pengamatan Keaktifan Siswa Sesi Diskusi Kelompok... 135

B.2 Instrumen Pengamatan Keaktifan Siswa Sesi Diskusi Kelas... 137

B.3 Hasil Validitas Soal Uji Coba... 139

B.4 Analisis Hasil Tes Kemampuan Awal... 146

B.5 Analisis Hasil Tes Kemampuan Akhir... 147

C.1 Tabel Pembagian Kelompok... 148

C.2 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada Saat Tes Kemampuan Awal... 149

C.3 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada Saat Tes Kemampuan Akhir... 152

C.4 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada Saat Latihan Soal... 162

C.5 Lembar Obeserver dalam Diskusi Kelas... 179


(19)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk kepentingan masa depan Indonesia pada bidang pendidikan, beberapa waktu lalu telah dicanangkan bahwa jenjang pendidikan dasar merupakan pendidikan yang wajib diikuti oleh semua warga Indonesia atau Wajib Belajar 9 tahun (Soedjadi: 2000: 3). Dengan adanya hal ini, secara tidak langsung para peserta didik diwajibkan untuk sekolah enam tahun di Sekolah Dasar dan tiga tahun di Sekolah Menengah Pertama tanpa melihat adanya latar belakang motivasi dari peserta didik itu sendiri untuk belajar di sekolah. Dengan demikian, hasil belajar peserta didik kurang memuaskan dan kurang bermutu.

Pendidikan yang bermutu juga tergantung pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Proses pembelajaran yang bermutu itu sendiri, tergantung dari beberapa faktor seperti metode mengajar guru yang tepat, kurikulum, manajemen sekolah yang efektif, tenaga kependidikan, biaya, sarana dan prasarana, faktor lingkungan dan besarnya motivasi siswa dalam belajar. Dari beberapa faktor tersebut, hal yang sangat mempengaruhi mutu pembelajaran adalah metode mengajar guru yang tepat agar siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran dan tidak merasa bosan selama proses pembelajaran. Hal


(20)

itu terlihat seperti yang terjadi di SMK SANJAYA PAKEM. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika kelas X SMK SANJAYA PAKEM pada hari Rabu, 01 Agustus 2012 di sekolah tersebut guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi Operasi Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian, dan Pembagian Bilangan Bulat kepada siswa. Menurut guru matematika di sekolah tersebut, siswa masih sangat kurang dalam memahami materi-materi dasar yang seharusnya sudah mereka kuasai. Hal ini dapat dilihat selama proses pembelajaran ketika materi yang diajarkan merupakan materi SMP. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti juga ingin meneliti materi SMP yaitu materi Sitem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

Di kelas X, guru menerangkan materi menggunakan metode ceramah, dimana sumber belajar semuanya berasal dari guru dan guru cenderung untuk lebih sabar dalam menyampaikan materi agar siswa dapat memahami materi dan mau mencoba mengerjakan latihan soal. Dalam mengerjakan latihan soal tersebut, siswa sudah cukup aktif untuk bertanya kepada guru ketika mereka mengalami kesulitan. Namun, beberapa siswa tidak memiliki keberanian untuk bertanya kepada guru, mereka bertanya pada teman sebangkunya atau temannya yang sudah bertanya kepada guru. Siswa yang sudah bertanya kepada guru, tidak sepenuhnya memahami penjelasan guru. Hal ini dapat


(21)

dilihat ketika ada teman lain yang bertanya dengan temannya yang sudah bertanya kepada guru, siswa tersebut menjawab “tidak tahu”.

Agar siswa benar-benar memahami dan sanggup menerapkan pengetahuan, mereka harus berupaya menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu bagi diri sendiri, dan bergumul dengan gagasan-gagasan (Robert E. Slavin: 2009). Dalam menyampaikan materi matematika, penguasaan konsep matematika sangatlah penting karena penguasaan konsep matematika akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dalam proses belajar-mengajar matematika guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, atau metode yang sesuai dengan situasi kelas sehingga siswa merasa senang dan memiliki semangat untuk belajar.

Setiap siswa pasti memiliki pengetahuan dan kecepatan belajar yang berbeda-beda, hal ini juga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Penggunaan metode pembelajaran kerja sama yang tepat, dimana siswa yang mempunyai tingkat kinerja yang berbeda dapat membantu satu sama lain, dapat menjadi sarana yang efektif untuk membantu semua anak belajar (Schniedewind dan Davidson: 2000; Slavin: 1995). Akan tetapi, agar siswa dapat memahami suatu materi dalam jangka waktu yang panjang, diharapkan siswa ikut terlibat dalam proses pembelajaran dan siswa menginvestigasi sendiri materi tersebut

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin menggunakan metode GI (Group Investigation) dalam penelitian. Metode ini dipilih


(22)

karena pembelajaran GI mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna, artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mencari sendiri cara penyelesaiannya. Dengan menemukan penyelesaian dari masalahnya sendiri, maka hal ini akan mendorong siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang mereka dapat dan pengetahuan mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama.

Dengan dasar tersebut, kemudian peneliti ingin melakukan penelitian di kelas X SMK SANJAYA PAKEM dengan menggunakan metode GI (Group Investigation). Peneliti ingin menyelidiki apakah pengggunaan metode Group Investigation ini meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika siswa di kelas X SMK SANJAYA PAKEM. Melalui alasan tersebut, kemudian peneliti mengambil judul tentang “Keefektifan Penggunaan Metode Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel terhadap Hasil dan Keaktifan Siswa di Kelas X SMK SANJAYA PAKEM Tahun Ajaran 2012/2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penggunaan metode Group Investigation terhadap keaktifan siswa di kelas X SMK SANJAYA PAKEM dalam


(23)

pembelajaran matematika pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)?

2. Bagaimana pengaruh penggunaan metode Group Investigation terhadap hasil belajar siswa di kelas X SMK SANJAYA PAKEM dalam pembelajaran matematika pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode Group Investigation

terhadap keaktifan siswa di kelas X SMK SANJAYA PAKEM dalam pembelajaran matematika pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode Group Investigation

terhadap hasil belajar siswa di kelas X SMK SANJAYA PAKEM dalam pembelajaran matematika pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).


(24)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan guru dapat mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

dalam pembelajaran matematika di kelasnya guna melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan dapat menghasilkan nilai prestasi yang baik.

2. Bagi Siswa

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, diharapkan dapat mendorong siswa untuk dapat berpartisipasi atau terlibat dalam pembelajaran sehingga dapat memahami materi dengan baik dan mendapatkan nilai yang memuaskan.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti dalam melibatkan siswa pada proses pembelajaran matematika sehingga dapat memberikan hasil belajar yang baik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

4. Bagi Pembaca

Dengan adanya penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, hasil penelitian dapat dijadikan


(25)

masukan bagi pembaca yang membutuhkan dan dapat menambah informasi serta pengetahuan.

E. Batasan Istilah

Supaya tidak terjadi salah pengertian tentang beberapa konsep yang akan dipergunakan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi beberapa konsep, yaitu berikut ini:

1. Keefektifan

Keefektifan adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai serta adanya pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan seperti yang telah ditetapkan

2. Keaktifan

Keaktifan siswa yang dimaksud adalah keaktifan siswa terhadap pelajaran yang berlangsung meliputi kegiatan diskusi, bertanya, mendengarkan, berpendapat, dan mengerjakan soal.

3. Belajar

Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu ke arah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. 4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau yang diukur dengan angka-angka.


(26)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation adalah suatu metode dari model pembelajaran kooperatif yang dilakukan di dalam kelas secara berkelompok, pembelajaran yang berawal dari mengidentifikasi topik dan mengatur murid dalam kelompok, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempresentasikan laporan akhir dan berakhir pada evaluasi.

6. Pembelajaran

Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadia-kejadian-kejadia-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa.

7. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Sistem Persamaan Linear dua Variabel (SPLDV) adalah suatu sistem persamaan linear yang masing-masing merupakan kalimat terbuka.


(27)

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Pembelajaran

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

merupakan aktivitas yang paling utama, sehingga pemahaman seorang

guru terhadap pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru

itu mengajar. Mengajar dan belajar memiliki hubungan yang sangat erat

dengan pembelajaran, karena belajar, mengajar, dan pembelajaran

terjadi bersama-sama. Dalam pembelajaran sangat dibutuhkan daya

ingat untuk mempelajari segala hal yang akan diajarkan oleh guru. Oleh

karena itu, agar siswa dapat memahami dan sanggup menerapkan

pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, mereka harus berupaya

menyelesaikan masalah dan menemukan sesuatu bagi diri sendiri.

Berikut akan disajikan beberapa pengertian dari pembelajaran

menurut beberapa ahli, antara lain:

a. Prof. Dr. H. Mohamad Surya (2004). Pembelajaran ialah suatu

proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan


(28)

b. Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang

sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang

dimiliki guru untuk mencapai kurikulum.

c. Gagne dan Briggs (1979). Pembelajaran adalah suatu sistem yang

bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi

serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa

untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa

yang bersifat internal.

Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh beberapa para ahli,

secara umum pembelajaran merupakan suatu proses yang berarti adanya

suatu aktivitas yang berkesinambungan. Di dalam aktivitas tersebut,

terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah.

Pembelajaran juga tidak dapat terlepas dari interaksi antara individu dan

lingkungan di sekitarnya. Dengan demikian, suatu pembelajaran akan

lebih efektif apabila masing-masing individu melakukan aktivitas

secara aktif.

Adapun ciri-ciri dari perubahan perilaku sebagai hasil

pembelajaran (Mohamad Surya : 2004), antara lain:

1) Perubahan yang disadari. Artinya individu yang melakukan proses

pembelajaran menyadari bahwa pengetahuan dan keterampilannya

telah bertambah.

2) Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan). Perubahan


(29)

(berkesinambungan), artinya suatu perubahan yang telah terjadi,

menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang lain.

3) Perubahan yang bersifat fungsional. Artinya perubahan yang telah

diperoleh sebagai hasil pembelajaran yang memberikan manfaat bagi

individu yang bersangkutan.

4) Perubahan yang bersifat positif. Artinya ada pertambahan yang

terjadi pada perubahan dalam diri individu.

5) Perubahan yang bersifat aktif. Artinya perubahan itu tidak terjadi

dengan sendirinya, akan tetapi melalui aktivitas individu.

6) Perubahan yang bersifat permanen (menetap). Artinya perubahan

yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara

terus-menerus dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu.

7) Perubahan yang bertujuan dan terarah. Artinya perubahan itu terjadi

karena ada sesuatu yang akan dicapai. Dalam proses pembelajaran,

semua aktivitas terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu.

Dari ciri-ciri sebagai perubahan perilaku dari hasil belajar berikut,

seorang guru dapat melihat hasil belajar peserta didik setelah proses

pembelajaran terjadi. Dalam proses pembelajaran matematika

khususnya, bila guru melibatkan siswa secara mental, fisik, dan sosial

untuk membuktikan sendiri tentang kebenaran dari teori-teori dan

hukum-hukum matematika yang telah dipelajarinya maka peserta didik

atau siswa akan mampu memahami dengan baik pelajaran yang


(30)

Pembelajaran tidak akan efektif apabila tidak ada suatu dorongan

dan suatu tujuan yang ingin dicapai. Maka, pembelajaran akan terjadi

apabila individu merasakan adanya kebutuhan yang mendorong dan ada

sesuatu yang harus dicapai untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Pengertian Matematika

Di bawah ini disajikan beberapa definisi atau pengertian tentang

matematika (Soedjadi: 2000: 11), yaitu:

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir

secara sistematik.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan

berhubungan dengan bilangan.

d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan

masalah tentang ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Melihat beberapa definisi di atas, maka tidak terdapat definisi

tunggal tentang matematika yang telah disepakati. Namun, dari

definisi-definisi yang berbeda tersebut, dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus

atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara

umum. Beberapa karakteristik tersebut adalah sebagai berikut

(Soedjadi: 2000: 13) :


(31)

2) Bertumpu pada kesepakatan

3) Berpola pikir deduktif

4) Memiliki simbol yang kosong dari arti

5) Memperhatikan semesta pembicaraan

6) Konsisten dalam sistemnya

3. Pengertian Pembelajaran Matematika

Pendidikan adalah upaya yang dilakukan agar peserta didik atau

siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Agar peserta didik atau siswa

dapat mencapai tujuan tertentu tersebut, maka dibutuhkan wahana yang

dapat digambarkan sebagai kendaraan. Dengan demikian, pembelajaran

matematika adalah kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika

sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(Soedjadi: 2000: 6).

Bila seorang guru memahami dengan baik matematika yang akan

digunakan sebagai wahana, maka seorang guru matematika akan

mampu menggunakan matematika untuk membawa peserta didik atau

siswanya agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Sebaliknya,

apabila pemahaman guru terhadap matematika kurang baik dapat

dipastikan bahwa pnggunaan matematika sebagai wahana pendidikan

juga akan tidak maksimal seperti yang diharapkan.

Matematika sebagai wahana pendidikan, tidak hanya dapat

digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya saja seperti


(32)

membentuk kepribadian peserta didik atau siswa serta mengembangkan

keterampilan tertentu. Selain menggunakan matematika sebagai wahana

pendidikan, guru juga harus berusaha menguasai matematika sehingga

guru memahami bagaimana cara yang akan diajarkannya serta

bagaimana mengajarkannya kepada siswa yang sedang berkembang.

Matematika cukup dikenal dengan mata pelajaran yang sulit,

keabstrakan objek-objek matematika perlu diupayakan agar dapat

diwujudkan secara lebih konkret agar lebih mudah dipahami oleh

peserta didik atau siswa. Inilah yang seharusnya menjadi perhatian guru

matematika, dan diharapkan dapat menjadi pendorong untuk lebih

kreatif dalam merencanakan proses pembelajaran.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model

pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil

siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

mencapai tujuan belajar (Sugiyanto: 2010: 37). Dengan adanya model

pembelajaran kooperatif ini diharapkan pelajar dapat semakin aktif dalam

memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori, pengetahuan dan

ketrampilan serta dapat bekerjasama dengan pelajar lainnya.

Namun, model pembelajaran kooperatif tidak dimaksudkan sebagai

para siswa duduk bersama dalam kelompok kecil dan menyelesaikan


(33)

seorang siswa menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok. Model

pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada kehadiran siswa sebagai

sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah untuk

mencapai tujuan bersama, dan setiap individu dalam kelompok didorong

untuk saling membantu.

Johnson & Johnson, (2005) mendeskripsikan bahwa belajar yang

paling baik, yaitu : 1) bila kita terlibat secara pribadi dalam pengalaman

belajarnya; 2) pengetahuan harus ditemukan anda sendiri agar memiliki

arti atau dapat membuat perbedaan pada perilaku kita; dan 3) komitmen

kita terhadap belajar dalam keadaan paling tinggi apabila kita bebas

menentukan tujuan belajar kita sendiri dan berusaha secara aktif untuk

mencapainya dalam kerangka kerja tertentu.

Adapun ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif (Sugiyanto:2010),

yaitu:

1. Saling ketergantungan positif;

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong siswa agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan

yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling

ketergantungan positif.

2. Interaksi tatap muka;

Dalam pembelajaran kooperatif, interaksi tatap muka akan memaksa

siswa saling tatap muka dalam kelompok, sehingga mereka dapat


(34)

sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari

sesamanya.

3. Akuntabilitas individual;

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar

kelompok namun penilaian yang ditujukan adalah untuk mengetahui

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil

penilaian secara individual tersebut disampaikan oleh guru kepada

kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota

kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan

bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua

anggotanya, oleh karena itu tiap anggota kelompok harus bekerjasama

demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas

rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini

yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual.

4. Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi.

Dalam bekerjasama dalam kelompok, sangatlah dibutuhkan sikap sopan

terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani

mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, dan

berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjaga hubungan antar

pribadi. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan

memperoleh teguran dari guru dan dari sesama siswa atau sesama


(35)

Menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki keuntungan

(Sugiyanto: 2010), antara lain: 1) meningkatkan kepekaan dan

kesetiakawanan sosial; 2) memungkinkan para siswa saling belajar

mengenai sikap, ketrampilan, informasi, dan perilaku sosial; 3)

memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial; 4) memungkinkan

terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen; 5)

menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois; 6)

meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia; 7)

meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai

perspektif; dan 8) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain

yang dirasakan lebih baik.

Berikut ini akan dibahas beberapa metode pembelajaran kooperatif

(Sugiyanto:2010), diantaranya:

a. Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions).

Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan

dari Universitas John Hopkins. Para guru menggunakan metode STAD

untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap

minggu, baik melalui penyajian verbal atau tertulis. Langkah-langkah

dalam metode STAD:

1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau

tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap

tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras,


(36)

2) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan

kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui

tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.

3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru

mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap

bahan akademik yang telah dipelajari.

4) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap

bahan ajar, dan kepada siswa secra individu atau tim yang meraih

prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi

penghargaan.

b. Metode Jigsaw.

Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari

Universitas Texas; dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan

kawan-kawan. Langkah-langkah dalam metode Jigsaw:

1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4

atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

2) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan

setiap siswa bertanggungjawab untuk mempelajari suatu bagian

dari bahan akademik tersebut.

3) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki

tanggungjawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang


(37)

bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut

“kelompok pakar” (expert group).

4) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar

kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar

anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam

kelompok pakar.

5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para

siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang dipelajari.

Dalam metode Jigsaw versi Slavin, pemberian skor dilakukan

seperti dalam metode STAD. Individu atau tim yang memperoleh

skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.

c. Metode GI (Group Investigation).

Salah satu model pembelajaran yang mendukung keterlibatan siswa

dalam kegiatan belajar adalah model pembelajaran GI (Krismanto:

2003: 6). Pada Group Investigation yang terpenting adalah

perencanaan kooperatif siswa atas apa yang dituntut dari mereka.

Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai

dimensi dan tuntutan proyek mereka. Mereka bersama-sama

menentukan apa yang mereka ingin investigasikan sehubungan dengan

upaya mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi;

sumber apa yang mereka butuhkan; siapa akan melakukan apa; dan

bagaimana mereka akan menampilkan proyek mereka yang sudah


(38)

pembelajaran GI, guru bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator.

Guru tesebut berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada dan

untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya, dan membantu

tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk

masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan

dengan pembelajaran.

d. Metode Struktural.

Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan-kawan.

Metode struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Berbagai

struktur tersebut dikembangkan oleh Kagan dengan maksud menjadi

alternatif dari berbagai struktur kelas yang lebih tradisional, seperti

metode resitasi, yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan oleh guru

kepada seluruh siswa dalam kelas dan para siswa memberikan jawaban

setelah lebih dahulu mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Ada

beberapa teknik dari metode struktural (Sugiyanto:2010), antara lain:

1) Mencari Pasangan.

Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a Match)

dikembangkan oleh Larana Curran (1994). Salah satu keuntungan

dari teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang

menyenangkan.


(39)

Teknik belajar mengajar bertukar pasangan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain.

3) Berkirim Salam dan Soal.

Teknik belajar mengajar berkirim salam dan soal memberikan

siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan ketrampilan

mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa

lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang

dibuat oleh teman-teman sekelasnya. Teknik ini cocok untuk

persiapan menjelang tes dan ujian.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation)

Telah sedikit dijelaskan di atas bahwa salah satu model

pembelajaran yang mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar

adalah model pembelajaran GI. Keterlibatan siswa dalam kegiatan proses

belajar-mengajar sangatlah dibutuhkan dalam menumbuhkan dan

meningkatkan motivasi kepada anak didik dalam belajar. Sudjana

(Mudrika: 2007: 15) mengemukakan bahwa GI dikembangkan oleh

Herbert Thelen sebagai upaya untuk mengkombinasikan strategi mengajar

yang berorientasi pada pengembangan proses pengkajian akademis.

Metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam

menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.

Metode ini lebih menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik


(40)

(group process skills). Oleh karena itu, metode GI sering dipandang

sebagai metode yang paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran

kooperatif dibandingkan dengan metode-metode yang lainnya, seperti

Metode STAD, dan Metode Jigsaw.

Dalam Group Investigation, guru tentunya perlu mengadaptasi

pedoman-pedoman dengan latar belakang, umur, dan kemampuan para

murid, sama halnya seperti penekanan waktu, tetapi pedoman-pedoman ini

cukup bersifat umum untuk dapat diaplikasikan dalam skala kondisi kelas

yang luas. Robert E. Slavin (2005: 218) menyatakan bahwa para murid

bekerja melalui enam tahap dalam pembelajaran GI, antara lain:

Tahap 1: Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Murid ke dalam

Kelompok.

a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan

mengkategorikan saran-saran.

b. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik

yang telah mereka pilih.

c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus

bersifat heterogen.

d. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi

pengaturan.

Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari.

Para siswa merencanakan bersama mengenai:


(41)

Bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pembagian

tugas).

Untuk tujuan dan kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini?

Tahap 3: Melaksanakan Investigasi.

a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat

kesimpulan.

b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang

dilakukan kelompoknya.

c. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistesis

semua gagasan.

Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir.

a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek

mereka.

b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan

bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.

c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk

mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

Tahap 5: Mempresentasikan Laporan Akhir.

a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam

bentuk.

b. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara


(42)

c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan

presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh

seluruh anggota kelas.

Tahap 6: Evaluasi.

a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut,

mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan

pengalaman-pengalaman mereka.

b. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.

c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling

tinggi.

Dari langkah-langkah metode GI yang telah dijelaskan tersebut,

peneliti menarik kesimpulan dari langkah-langkah tersebut yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Langkah-langkah penggunaan metode GI

yang dikembangkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode GI dalam Penelitian No. Langkah-langkah Aktivitas Guru

1. Pembukaan dan Identifikasi Topik

a. Guru mempresentasikan sebuah permasalahan kepada seluruh siswa dan bertanya, “Apa yang ingin kalian ketahui tentang masalah ini?”. Tiap siswa memberikan pertanyaan mengenai aspek-aspek dari masalah tersebut yang ingin mereka investigasi.

b.Para siswa berkumpul dalam diskusi menuliskan semua gagasan dan kemudian melaporkannya kepada seluruh siswa. Diskusi singkat seluruh siswa akan menghasilkan daftar usulan bersama mengenai subtopik yang akan menjadi bahan investigasi.


(43)

c. Perencanaan dimulai dengan setiap siswa menuliskan usulannya, dan dilanjutkan dalam kelompok yang semakin besar, mulai dari kelompok yang beranggotakan dua orang sampai beranggotakan empat bahkan delapan siswa. Pada tiap tahap anggota kelompok membandingkan daftar mereka, menghilangkan usulan yang sama, dan mengompilasikan satu daftar bersama. Daftar akhir ini mewakili ketertarikan dari seluruh anggota.

d.Daftar yang mewakili kertertarikan dari seluruh anggota tersebut, ditulis di papan tulis atau dicetak pada kertas yang digantung di dinding, atau juga bisa diperbanyak dengan difotokopi agar semua usulan tersebut bisa dimiliki oleh setiap siswa.

2. Pembagian

Kelompok dan Perencanaan

Investigasi

a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen dan memberikan nama kepada masing-masing kelompok.

b. Anggota kelompok menentukan aspek dari subtopik yang masing-masing akan mereka investigasi. Sehingga, tiap kelompok harus memformulasikan sebuah masalah yang dapat diteliti, memutuskan bagaimana melaksanakannya, dan menentukan

sumber-sumber mana yang akan dibutuhkan untuk melakukan investigasi tersebut.

3. Pelaksanaan Investigasi

a. Satu demi satu atau secara berpasangan, mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan-kesimpulan, dan mengaplikasikan pengetahuan baru yang menjadi bagian mereka untuk menciptakan sebuah resolusi atas masalah yang diteliti kelompok.

b. Ketika individu atau pasangan telah menyelesaikan porsi mereka atas tugas kelompok, maka kelompok tersebut kumpul kembali dan para anggotanya saling membagi pengetahuan mereka. Kelompok boleh memilih salah satu anggota untuk mencatat kesimpulan mereka, atau tiap anggota boleh mempresentasikan sebuah rangkuman tertulis


(44)

dari penemuan mereka. 4. Menyiapkan Laporan

Akhir

a. Guru mendengarkan masing-masing rencana kelompok untuk laporan tiap-tiap kelompok. b. Guru akan mencatat permintaan penyediaan

materi, mengkoordinasikan jadwal waktu, dan memastikan bahwa gagasan-gagasan presentasi yang akan dilakukan cukup realistik dan menarik.

c. Guru memastikan bahwa tiap rencana kelompok memungkinkan tiap anggota untuk terlibat.

d. Guru memberikan pedoman-pedoman untuk membantu kelompok dalam merencanakan laporan mereka.

5. Mempresentasikan Laporan Akhir

a. Masing-masing kelompok mempersiapkan diri untuk mempresentasikan laporan akhir mereka kepada kelas.

b. Pada tahap ini, siswa berkumpul kembali dan kembali kepada posisi kelas sebagai satu keseluruhan.

6. Evaluasi Pencapaian a. Tahap 1: Kelompok peneliti dan guru bekerja sama dalam memformulasikan sebuah ujian atau sebuah kuis untuk mengevaluasi pencapaian teman sekelas.

b. Tahap 2: Guru menentukan tanggal ujian untuk memberikan waktu kepada setiap siswa guna mempersiapkan diri. Untuk tahap 2 ini, ujian dilaksanakan setelah semua kelompok presentasi.

D. Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran 1. Hasil Belajar Siswa

Dalam proses pembelajaran, hasil belajar siswa sangat

dibutuhkan untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi


(45)

ini dikarenakan berbagai faktor penyebabnya. Dalam pembelajaran

yang terjadi di sekolah atau di kelas, guru adalah pihak yang paling

bertanggung jawab atas hasilnya. Dengan demikian, guru sebaiknya

dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu yang mendukung tugasnya, yakni

mengevaluasi hasil belajar siswa (Suharsimi Arikunto: 2010: 4).

Dengan demikian, tugas guru mengukur tingkat pemahaman siswa

terhadap materi yang telah disampaikan.

Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan,

penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi (Suharsimi

Arikunto: 2010: 6), antara lain:

a. Makna bagi siswa.

Dengan diadakannya penelitian, maka siswa dapat mengetahui

sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh

guru. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan menilai ini ada dua

kemungkinan, yaitu:

1) Memuaskan

Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan hal itu

menyenangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada

kesempatan lain waktu. Akibatnya, siswa akan mempunyai

motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat, agar lain kali

mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi. Keadaannya

sebaliknya dapat terjadi, yakni siswa sudah merasa puas dengan


(46)

2) Tidak memuaskan

Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan

berusaha agar lain kali keadaan itu tidak terulang lagi. Maka ia

lalu belajar giat. Namun demikian, keadaan sebaliknya dapat

terjadi. Ada beberapa siswa yang lemah kemauannya, akan

menjadi putus asa dengan hasil kurang memuaskan yang telah

diterimanya.

b. Makna bagi guru.

1) Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat

mengetahui anak didik mana yang sudah berhak melanjutkan

pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan, maupun

mengetahui anak didik mana yang belum berhasil menguasai

bahan. Dengan demikian, guru dapat lebih memusatkan

perhatiannya kepada anak didik yang belum berhasil.

2) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat

bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu

yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.

3) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah

tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh

angka yang kurang memuaskan pada penilaian yang akan datang,

mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode yang

kurang tepat. Apabila demikian, maka guru harus mawas diri dan


(47)

c. Makna bagi sekolah.

1) Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui

bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula

apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sesuai

dengan harapan atau belum.

2) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk

sekolah itu dapat merupakan bahan pertimbangan bagi

perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.

3) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun,

dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan

oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan

standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh

siswa.

Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau

kemampuan siswa dalam suatu pokok bahasan, guru biasanya

mengadakan tes hasil belajar. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk

skor yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti tes hasil belajar yang

diadakan setelah selesai program pengajaran. Skor tersebut harus sesuai

dengan batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah

ditetapkan oleh masing-masing sekolah.

Dalam penelitian ini, batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


(48)

 Siswa dinyatakan telah tuntas belajar bila telah mencapai skor ≥ 70 atau 70 %.

 Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar, jika di kelas tersebut terdapat ≥ 85 % siswa telah mencapai nilai ≥ 70.

2. Keaktifan Siswa

Keterlibatan siswa bisa diartikan sebagai siswa berperan aktif

sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar. Menurut Dimjati dan

Mudjiono (1994: 56-60), keaktifan siswa dapat didorong oleh peran

guru. Guru berupaya untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk

aktif, baik aktif mencari, memproses dan mengelola perolehan

belajarnya. Untuk dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses

belajar mengajarguru dapat melakukannya dengan melibatkan siswa

secara langsung baik secara individual maupun kelompok. Hal ini

karena dapat memberikan peluang yang mendorong siswa untuk

melakukan eksperimen, upaya mengikutsertakan siswa atau memberi

tugas kepada siswa untuk memperoleh informasi dari sumber luar kelas

atau sekolah serta upaya melibatkan siswa dalam merangkum atau

menyimpulkan pesan pembelajaran.

Keterlibatan siswa hanya bisa dimungkinkan jika siswa diberi

kesempatan untuk berpartisipasi atau terlibat dalam proses

pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar sebelumnya, para murid

diharuskan tunduk dan patuh pada peraturan dan prosedur yang kaku


(49)

anak-anak lebih banyak disuruh menghafal dibandingkan

mengeksplorasi, bertanya atau bereksperimen. Partisipasi aktif siswa

sangat berpengaruh pada proses perkembangan berpikir, emosi, dan

sosial. Keterlibatan siswa dalam belajar, membuat anak secara aktif

terlibat dalam proses pembelajaran dan mengambil keputusan. Menurut

Erna F. Aries (2009) indikator keaktifan siswa yang dapat dijadikan

penilaian dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru.

2. Kerjasama dalam kelompok.

3. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli.

4. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal.

5. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok.

6. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat.

7. Memberikan gagasan yang cemerlang.

8. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang.

9. Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain.

10. Memanfaatkan potensi anggota kelompok.

11. Saling membantu dalam menyelesaikan masalah.

Dalam metode Group Investigation (GI), keaktifan juga

sangat ditekankan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa

dituntut untuk selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mencari

sendiri cara penyelesaiannya. Dengan menemukan penyelesaian dari


(50)

mengembangkan pengetahuan yang mereka dapat dan pengetahuan

mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama.

Keaktifan yang ditekankan dalam metode Group Investigation antara

lain (Erna F. Aries: 2009):

a. Siswa aktif dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas.

b. Memberikan kesempatan bertanya dan berpendapat kepada

teman, baik dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas.

c. Mendengarkan dengan baik ketika teman bertanya atau

berpendapat dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi

kelas.

d. Menanggapi ketika ada teman yang bertanya baik dalam diskusi

kelas maupun dalam diskusi kelompok.

e. Meneliti dan mengumpulkan informasi dari beberapa sumber

yang dibutuhkan dalam permasalahan yang diinvestigasi.

f. Mengusulkan sebuah topik yang harus diinvestigasi.

g. Mencatat hal-hal yang dianggap penting.

Penilaian yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini

antara lain:

1) Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, meliputi kriteria

sebagai berikut:

a) Meneliti beberapa sumber yang dibutuhkan dalam


(51)

b) Mengumpulkan informasi dari beberapa sumber yang

dinutuhkan dalam menginvestigasi suatu permasalahan.

c) Bertanya, yaitu siswa anggota kelompok bertanya kepada

siswa lain dalam kelompoknya tentang materi atau tentang soal

yang masih belum dipahami.

d) Berpendapat, yaitu siswa anggota kelompok mengajukan ide

atau gagasan kepada teman sekelompoknya dalam menjawab

soal atau memahami materi.

e) Mendengarkan, yaitu siswa anggota kelompok mendengarkan

siswa lain dalam kelompoknya pada saat bertanya atau pada

saat mengungkapkan pendapat.

f) Menanggapi, yaitu siswa anggota kelompok menanggapi

pertanyaan atau pendapat yang telah disampaikan siswa lain

dalam kelompoknya.

g) Penugasan, yaitu, siswa anggota kelompok dapat mengerjakan,

menyelesaikan dan mengumpulkan tugas tepat pada waktunya.

2) Keaktifan siswa dalam diskusi kelas, meliputi kriteria sebagai

berikut:

a) Presentasi, setiap siswa dalam kelompok berpartisipasi aktif

dalam mempresentasikan hasil diskusi dengan teman


(52)

b) Mendengarkan, yaitu siswa yang maju pada saat diskusi kelas

mendengarkan siswa dalam kelompok lain jika ada yang

bertanya atau mengutarakan pendapat.

c) Menanggapi, yaitu siswa yang maju pada saat diskusi kelas

menanggapi pertanyaan atau pendapat siswa dalam kelompok

lain.

d) Bertanya, yaitu siswa yang maju presentasi bertanya kepada

siswa kelompok lain atau memberikan umpan balik.

E. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel/Peubah (SPLDV) 1. Pengertian sistem persamaan linear dua variabel.

Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) adalah suatu sistem

persamaan linear yang masing-masing merupakan kalimat terbuka dan

bernilai benar. Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel disingkat

dengan SPLDV. Dengan demikian, SPLDV dalam variabel x dan y

dapat ditulis sebagai

atau

       


(53)

dengan, a, b, c, p, q, dan r atau , , , , ,  dan merupakan bilangan-bilangan real. Untuk selanjutnya kita menggunakan bentuk

umum SPLDV yang kedua.

Jika maka SPLDV itu dikatakan homogen, sedangkan jika

atau maka SPLDV itu dikatakan tak homogen.

Contoh-contoh SPLDV homogen:

i) x + 2y = 0

2x – y = 0

ii) 3x – 2y = 0

4x + y = 0

iii) x – 4y = 0

3x + 2y = 0

iv) x + 4y = 0

5x + 2y = 0

Contoh-contoh SPLDV tak homogen:

i) 2x + 3y = 1

x – y = 0

ii) 2x + y = 0

x – y = 4

iii) x + 3y = -1


(54)

iv) 3x + y = -2

x – 3y = 1

Dalam kajian-kajian selanjutnya akan lebih banyak dibahas SPLDV

yang tak homogen.

2. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel.

Jika nilai dan , dalam pasangan terurut ditulis ( , ), memenuhi SPLDV

maka haruslah berlaku hubungan dan

. Dalam hal demikian maka ( , ) disebut penyelesaian SLPDV itu dan himpunan penyelesaiannya ditulis {( , )}.

Sebagai contoh:

-x + y = 1

x + y = 5

mempunyai penyelesaian (2, 3) dengan himpunan penyelesaian {(2,

3)}. Untuk menguji kebenaran bahwa (2, 3) merupakan penyelesaian

SPLDV tersebut, substitusikan nilai x = 2 dan nilai y = 3 ke persamaan

–x + y = 1 dan x + y = 5, diperoleh:

-(2) + 3 = 1, benar

2 + 3 = 5, benar

Penyelesaian SPLDV di atas mempunyai tafsiran geometri sebagai

koordinat titik potong antara garis :  dan : . Perhatikan gambar di bawah ini:


(55)

Gambar 2.1 Penyelesaian SPLDV antara   .

Penyelesaian atau himpunan penyelesaian suatu SPLDV dengan dua

peubah dapat ditentukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah

dengan menggunakan:

i) Metode grafik,

ii)Metode substitusi,

iii)Metode eliminasi, dan

iv)Metode campuran.

Berikut akan dibahas metode-metode tersebut.

i) Metode Grafik.

Untuk memahami cara menentukan himpunan penyelesaian SPLDV

dengan metode grafik, perhatikanlah SPLDV berikut.

x + y = 1


(56)

kita ingat bahwa grafik persamaan linear berbentuk garis lurus.

Grafik persamaan x + y = 1 dan x – y = 3 masing-masing merupakan

garis lurus seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.2 Penyelesaian SPLDV dengan Metode Grafik Dari gambar tersebut, tampak bahwa kedua garis itu berpotongan di

titik P. Dari titik P dibuat garis tegak lurus sumbu-x sehingga

memotong di x = 2 dan dari titik P yang sama dibuat garis tegak

lurus sumbu-y sehingga memotongnya di y = -1. Jadi, koordinat titik

P adalah (2, -1). Dengan demikian, himpunan penyelesaian dari

SPLDV tersebut adalah {(2, -1)}.

Secara umum, langkah-langkah untuk menentukan himpunan

penyelesaian SLPDV dengan memakai metode grafik adalah sebagai

berikut:

Langkah 1:

Gambarkan grafik dari masing-masing persamaan pada sebuah

bidang Cartesius.


(57)

a. Jika kedua garis berpotongan pada satu titik, maka himpunan

penyelesaiannya tepat memiliki satu anggota.

b. Jika kedua garis sejajar, maka himpunan penyelesaiannya tidak

memiliki anggota. Dikatakan himpunan penyelesaiannya adalah

himpunan kosong, ditulis Ø.

c. Jika kedua garis itu berimpit, maka himpunan penyelesaiannya

memiliki anggota yang tak hingga banyaknya.

Dengan menggunakan sifat-sifat dua garis berpotongan, dua garis

sejajar, dan dua garis berimpit, banyaknya anggota dari himpunan

penyelesaian SPLDV

dapat ditetapkan sebagai berikut:

1. Jika , maka sistem persamaan tepat memiliki

satu anggota dalam himpunan penyelesaiannya.

2. Jika dan , atau

, maka SPLDV tidak memiliki anggota dalam himpunan

penyelesaiannya.

3. Jika dan , atau


(58)

ii)Metode Substitusi.

Perhatikan SPLDV berikut:

x + y = 2

3x + 2y = 8

SPLDV tersebut dapat diselesaikan dengan metode substitusi

(mengganti) melalui langkah-langkah sebagai berikut. Dari

persamaan x + y = 2 y = 2 – x. Persamaan y = 2 – x

disubstitusikan (digantikan) ke persamaan 3x + 2y = 8, diperoleh:

3x + 2(2 – x) = 8

3x + 4 – 2x = 8

x + 4 = 8

x = 4

Nilai x = 4 disubstitusikan ke persamaan y = 2 – x, diperoleh:

y = 2 – 4

y = -2

Jadi, himpunan penyelesaian SPLDV tersebut adalah {(4, -2)}.

Berdasarkan pembahasan di atas, penyelesaian SPLDV dengan

metode substitusi dapat ditentukan dengan memakai

langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1:

Pilihlah salah satu persamaan (jika ada pilih yang sederhana),

kemudian nyatakan x sebagai fungsi y atau y sebagai fungsi x.


(59)

Substitusikan x atau y pada langkah 1 ke persamaan yang lain.

iii)Metode Eliminasi.

Untuk memahami cara penyelesaian SPLDV dengan menggunakan

metode eliminasi (penghapusan), perhatikan kembali SPLDV

berikut:

x + 2y = 2

3x + 2y = 8

Nilai x dicari dengan mengeliminasi peubah y :

x + y = 2 x 2 2x + 2y = 4

3x + 2y = 8 x 1 3x + 2y = 8

-x = -4

x = 4

Nilai y dicari dengan mengeliminasi peubah x:

x + y = 2 x 3 3x + 3y = 6

3x + 2y = 8 x 1 3x + 2y = 8

y = -2

Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {(4, -2)}. Hasil ini sama

dengan yang diperoleh dengan menggunakan metode substitusi.

Berdasarkan pembahasan di atas, penyelesaian SPLDV dua peubah

dengan metode eliminasi dapat ditentukan sebagai berikut:

Nilai x dicari dengan cara mengeliminasi peubah y, sedangkan nilai


(60)

iv)Metode Campuran.

Kita telah mempelajari cara menentukan himpunan penyelesaian dari

sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik,

eliminasi, dan substitusi. Sekarang kita akan mempelajari cara yang

lain, yaitu dengan metode campuran/gabungan eliminasi dan

substitusi. Perhatikan contoh berikut:

Dengan metode campuran/gabungan, tentukan himpunan

penyelesaian dari sistem persamaan 2x – 5y = 2 dan x + 5y = 6!

Penyelesaian:

Langkah pertama yaitu dengan metode eliminasi, diperoleh:

2x – 5y = 2 x 1 2x – 5y = 2

x + 5y = 6 x 2 x + 10y = 12

-15y = -10

y =

Selanjutnya, substitusikan nilai y ke persamaan x + 5y = 6, sehingga

diperoleh:


(61)

Jadi, himpunan penyelesaian dari persamaan 2x – 5y = 2 dan x + 5y

= 6 adalah , . F. Kerangka Berpikir

Metode Group Investigation melibatkan siswa sejak perencanaan,

baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui

investigasi. Metode ini lebih menuntut siswa untuk memiliki kemampuan

yang baik dalam berkomunikasi saat berkelompok dan mengembangkan

rasa percaya diri siswa. Dalam metode Group Investigation, yang berperan

aktif adalah siswa sedangkan guru hanya sebagai moderator. Siswa bekerja

melalui enam tahap dalam pembelajaran dengan menggunakan metode

Group Investigation, yaitu:

1) Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok.

2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari.

3) Melaksanakan investigasi.

4) Menyiapkan laporan akhir.

5) Mempresentasikan laporan akhir.

6) Evaluasi.

Metode Group Investigation menekankan keaktifan siswa dan

tanggung jawab siswa secara individu dan secara berkelompok. Dalam

merencanakan tugas yang akan dipelajari dan melaksanakan investigasi,

siswa sudah terlibat dalam kelompok masing-masing. Keaktifan siswa

akan muncul disini, karena pada saat diskusi kelompok siswa dituntut


(62)

bersama-sama. Keaktifan siswa juga muncul saat diskusi kelas, siswa bisa

bertanya kepada kelompok lain yang maju di depan untuk

mempresentasikan laporan akhir masing-masing kelompok dan siswa yang

maju di depan akan menjelaskan kepada siswa yang bertanya yang belum

memahami materi yang dijelaskan atau dipresentasikan.

Penilaian hasil belajar siswa akan diperoleh melalui tes

kemampuan akhir, dimana tes ini nanti akan dinilai dan nilai tersebut

digunakan untuk menentukan siswa tersebut telah berhasil atau belum

berhasil memenuhi KKM. Penilaian tersebut juga dimaksudkan untuk

mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi. Dari penilaian

tersebut nantinya juga akan dicari nilai rata-rata siswa secara keseluruhan,

kemudian dapat dilihat bahwa kelas tersebut sudah tuntas atau belum

tuntas secara klasikal sesuai dengan standar yang diberikan oleh sekolah.

Berangkat dari pemikiran tersebut, peneliti kemudian

mengadakan penelitian di kelas X AP dengan materi Sistem Persamaan

Linear Dua Variabel (SPLDV) dengan menggunakan metode

pembelajaran Group Investigation (GI). Keberhasilan pembelajaran

dengan metode ini dapat dilihat dari bagaimana siswa dapat secara aktif

bekerja dalam kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan yang

mereka investigasi secara bersama-sama. Sehingga diharapkan melalui

metode Group Investigation ini dapat membuat siswa terlibat aktif dalam

pembelajaran di kelas dan dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal


(63)

45

BAB 3

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan

kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang

menekankan pada keadaan yang seadanya dan berusaha mengungkapkan

fenomena-fenomena yang ada dalam keadaan tersebut. Pendekatan

deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis wawancara siswa dan

guru, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk keperluan

skoring, analisis hasil uji coba tes kemampuan awal dan uji coba tes

kemampuan akhir, perhitungan hasil belajar siswa yang ditentukan melalui

hasil penilaian tes kemampuan akhir, serta menganalisis data keaktifan

siswa.

B.Objek dan Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, objek yang diambil oleh peneliti adalah

keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Populasi.

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto: 2006: 130).


(64)

SANJAYA PAKEM tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 3 kelas

dengan jumlah siswa tiap kelas yang berbeda.

Tabel 3.1

Perincian Populasi Penelitian

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

X Akuntansi (AK) 3 17 20

X Administrasi Perkantoran (AP) - 17 17

X Pemasaran (PM) 3 9 12

2. Sampel.

Menurut Arikunto (2006 : 131), sampel adalah sebagian atau wakil

dari populasi yang kita teliti. Pada penelitian ini, dari populasi yang

ada, yaitu: Kelas X AK, X AP, dan X PM, peneliti menggunakan kelas

X Administrasi Perkantoran (AP) sebagai sampel penelitian.

C.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK SANJAYA PAKEM pada

tanggal 29 Oktober 2012. Penelitian ini juga dilaksanakan pada jam

pelajaran matematika selama 6 kali pertemuan atau 12 jam pertemuan.

D.Bentuk Data

Bentuk data dalam penelitian ini berupa skor yang diperoleh dari

nilai tes kemampuan awal dan nilai tes kemampuan akhir siswa serta

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian dibuat dalam

bentuk skor untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa data.

Kemudian dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan data berupa


(65)

Group Investigation yang diperoleh melalui wawancara baik kepada guru maupun siswa untuk memperoleh hasil data yang akan digunakan dalam

melengkapi hasil penelitian.

E.Metode Pengumpulan Data 1. Tes

Tes ialah metode pengumpulan data untuk memperoleh data hasil

belajar siswa. Tes akan dilaksanakan sebanyak dua kali, yakni sebelum

dan sesudah materi diberikan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation).

2. Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data keaktifan siswa di kelas.

Pengamatan dilakukan pada saaat siswa melakukan diskusi kelompok

dan diskusi kelas.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh hasil data yang akan

digunakan untuk melengkapi hasil penelitian. Wawancara dilakukan

dengan guru dan beberapa siswa tentang keefektifan pembelajaran

matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

GI (Group Investigation). Guru dan beberapa siswa juga akan diminta

pendapatnya mengenai kekurangan dan kelebihan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group


(66)

4. Dokumentasi

Peneliti akan menggunakan kamera untuk mengambil foto dokumentasi

dalam proses pembelajaran untuk melengkapi data keaktifan siswa di

kelas.

F. Instrumen Penelitian.

Penyusunan instrumen penelitian bukanlah hal yang mudah, karena

instrumen yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat atau kriteria.

Oleh karena itu, dalam menyusun sebuah instrumen haruslah teliti dan

hati-hati. Dalam penelitian ini, instrumen-instrumen yang digunakan oleh

peneliti adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Pengumpulan Data

Terdapat dua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

instrumen untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dan isntrumen

untuk mengumpulkan data. Instrumen untuk melakukan kegiatan

belajar mengajar meliputi desain proses belajar mengajar, yaitu berupa

RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran) pada pokok bahasan

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation). Instrumen

untuk mengumpulkan data meliputi: lembar pengamatan untuk

mengamati keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group

Investigation), dan tes yang diadakan sebanyak dua kali yaitu pada awal pokok bahasan (tes kemampuan awal) dan tes kemampuan akhir


(67)

yang diadakan pada akhir pokok bahasan untuk mengukur hasil belajar

siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI

(Group Investigation), serta lembar wawancara untuk membantu

melengkapi hasil penelitian agar peneliti lebih yakin keefektifan

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group

Investigation) pada proses pembelajaran matematika. Di bawah ini akan diuraikan mengenai instrumen-instrumen pengumpulan data,

yaitu:

a. Desain pengajaran.

Desain pengajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang meliputi: tujuan pembelajaran, kegiatan belajar

mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group

Investigation). b. Lembar pengamatan.

Lembar pengamatan memuat aspek-aspek perilaku siswa dalam

proses belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif

tipe GI (Group Investigation). Aspek-aspek perilaku siswa yang

merupakan aspek keterlibatan siswa adalah: presentasi, bertanya,

berpendapat, mendengarkan, dan menanggapi.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Lembar Pengamatan dalam Diskusi Kelompok

Aspek yang dinilai Kode


(68)

Siswa bertanya kepada teman sekelompoknya dalam diskusi kelompok mengenai permasalahan yang mereka investigasi. B Siswa mengajukan ide atau gagasan atau pendapat kepada teman sekelompoknya dalam diskusi kelompok mengenai permasalahan yang mereka investigasi.

C

Siswa mendengarkan dengan seksama ketika ada teman sekelompoknya bertanya dalam diskusi kelompok mengenai permasalahan yang mereka investigasi.

Siswa mendengarkan dengan seksama ketika ada teman sekelompoknya memberikan pendapat atau ide atau gagasan dalam diskusi kelompok mengenai permasalahan yang mereka investigasi.

Siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh teman sekelompoknya dalam diskusi kelompok mengenai permasalahan yang mereka investigasi.

Siswa menanggapi pendapat teman sekelompoknya dalam diskusi kelompok mengenai permasalahan yang mereka investigasi.

Siswa membuat kesimpulan atas permasalahan yang diteliti

kelompok. F

Siswa mencatat hasil kesimpulan atas permasalahan yang

diteliti kelompok. G

Tabel 3.3

Kisi-kisi Lembar Pengamatan dalam Diskusi Kelas

Aspek yang dinilai Kode

Siswa bertanya ketika dalam diskusi kelas. H Siswa mengajukan ide atau gagasan atau pendapat ketika dalam diskusi kelas. I Siswa mendengarkan dengan seksama ketika ada teman yang bertanya dalam diskusi kelas. Siswa mendengarkan dengan seksama ketika ada teman yang memberikan pendapat atau ide atau gagasan dalam diskusi kelas.

Siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh temannya dalam diskusi kelas.

Siswa menanggapi pendapat temannya dalam diskusi kelas.

Siswa mencatat hal-hal yang dianggap penting


(69)

Dalam penilaian keaktifan siswa baik dalam diskusi

kelompok dan dalam diskusi kelompok kelas, peneliti meminta

beberapa observer untuk membantu melakukan pengamatan dan

mengisi lembar pengamatan keaktifan siswa.

c. Tes (tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir).

Instrumen tes dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: tes kemampuan awal

dan tes kemampuan akhir. Tes kemampuan awal bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana pengetahuan yang telah dimiliki siswa

mengenai Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Tes

kemampuan akhir berguna untuk mengetahui hasil belajar siswa

pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

(SPLDV) yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran kooepratif tipe GI (Group Investigation) sehingga

dari hasil tes kemampuan akhir tersebut dapat diketahui keefektifan

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group

Investigation). Hasil nilai tes kemampuan akhir tidak dibandingkan dengan tes kemampuan awal. Soal-soal pada instrumen ini dibuat

oleh peneliti dan dikonsultasikan dengan orang yang ahli yaitu

dosen pembimbing serta guru matematika di sekolah yang


(70)

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Awal

No. Indikator Banyak

Soal 1. Menentukan himpunan penyelesaian sistem

persamaan linear dua variabel dengan metode grafik.

1

2. Menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi.

1

3. Menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi.

1

4. Menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode campuran (eliminasi dan substitusi).

1

5. Menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode yang mereka anggap mudah.

1

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Akhir

No. Indikator Banyak

Soal 1. Menentukan himpunan penyelesaian sistem

persamaan linear dua variabel dengan metode grafik.

1

2. Menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi.

1

3. Menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi.

1

4. Menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode campuran (eliminasi dan substitusi).

1

5. Memodelkan dan menyelesaikan suatu permasalahan terkait dengan persamaan linear dua variabel.


(1)

(2)

187

INSTRUMEN OBSERVASI / PENGAMATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM DISKUSI KELAS

Sekolah : SMK SANJAYA PAKEM

Kelas : X AP

Mata Pelajaran : MATEMATIKA Pokok Bahasan :

Sub Pokok Bahasan : Observer : Hari / Tanggal :

Petunjuk:

1. Lengkapi identitas lembar observasi di atas!

2. Tulis Nama Kelompok yang anda amati pada kotak yang telah disediakan!

3. Isilah kolom siswa pada kelompok (1-4) dengan menggunakan turus!

4. Isilah juga kolom jumlah siswa dan frekuensinya sesuai dengan keadaan yang anda

amati!

5. Isilah “Kode Keaktifan Siswa” berdasarkan tabel berikut:

Aspek yang dinilai Kode Siswa bertanya ketika dalam diskusi kelas. H Siswa mengajukan ide atau gagasan atau pendapat ketika dalam diskusi kelas. I Siswa mendengarkan dengan seksama ketika ada teman yang bertanya dalam diskusi kelas.

Siswa mendengarkan dengan seksama ketika ada teman yang memberikan pendapat atau ide atau gagasan dalam diskusi kelas.

Siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh temannya dalam diskusi kelas.

Siswa menanggapi pendapat temannya dalam diskusi kelas.

Siswa mencatat hal-hal yang dianggap penting dalam diskusi kelas. L

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

189

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

191

PRESENSI KEHADIRAN SISWA

TAHUN AJARAN 2012/2013

Sekolah : SMK Sanjaya Pakem

Mata Pelajaran : Matematika

Materi : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Kelas/Semester : X AP/ 1

No Nama Siswa

1 2 3 4 5 6 7 29 Okt 2012 03 Nov 2012 05 Nov 2012 12 Nov 2012 17 Nov 2012 19 Nov 2012 24 Nov 2012

1. Logaritma 3 2. Real 1 √ TM √

3. Logaritma 2 √ TM √ √ TM

4. Linear 2

5. Real 2

6. Linear 1

7. Real 3

8. Real 4

9. Linear 5

10. Irasional 3 11. Irasional 4 12. Logaritma 1 13. Logaritma 4 √ TM √

14. Irasional 1

15. Linear 4

16. Linear 3

17 Irasional 2 LAMPIRAN C.6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata-Cibubur: penelitian tindakan di SMA Fajar Hidayah pada kelas X

0 6 75

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Pengaruh pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) terhadap pemahaman konsep matematika siswa di SMP Negeri 1 Cibaliung

0 33 0

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII

2 17 226

Keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan linear dua variabel terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa di kelas X SMK Sanjaya Pakem tahun ajaran 2012/2013.

0 1 2

Efikasi diri dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student

0 12 254

Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I SMP Negeri 3 Ung

0 0 2

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA.

0 0 21

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

0 0 10

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABELMENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS VIII SMP SKRIPSI

0 0 22