Motivasi belajar remaja yang mengalami broken home (studi kasus).

(1)

ABSTRAK

MOTIVASI BELAJAR REMAJA YANG MENGALAMI BROKEN HOME (STUDI KASUS)

FELISITAS PURNANINGSIH UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana hubungan remaja Broken Home dengan ayah dan ibu, (2) bagaimana motivasi belajar remaja yang mengalami Broken Home, (3) cara remaja untuk dapat memperoleh motivasi dalam belajarnya di sekolah, (4) dan apakah remaja Broken Home masih mempunyai motivasi untuk belajar di sekolah

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah observasi dan wawancara mendalam. Informasi yang dikumpulkan berasal dari ketiga sumber dan dari hasil observasi peneliti selama melakukan penelitian di rumah, tempat bermain dan sekolah subjek. Subjek penelitian ini adalah A, V, dan G. Ketiga subjek sama-sama masih duduk di SMA sekolah yang sama namun beda kelas. Ketiga subjek yang peneliti ambil adalah remaja yang mengalami Broken Home.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: pertama, hubungan subjek dengan ayah dan ibu baik-baik saja namun terkadang mereka merasa kurangnya perhatian dari ayah dan ibu karena sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kedua, motivasi belajar subjek ialah dengan dorongan dan dukungan dari orang yang terdekat sehingga memberi semangat dalam belajarnya. Ketiga, cara subjek memperoleh motivasi dengan ikut aktif dalam kegiatan di sekolah dan belajar bersama dengan teman dekatnya. Sahabat. Keempat, dari ketiga subjek yang mengalami Broken Home masih memiliki motivasi dalam belajarnya di sekolah karena ada dorongan dari dalam diri mereka dan orang yang terdekatnya yang selalu memberikan motivasi.


(2)

ABSTRACT

THE LEARNING MOTIVATION OF ADOLESCENTS FROM BROKEN HOME FAMILIES

(A CASE STUDY) FELISITAS PURNANINGSIH SANATA DHARMA UNIVERSITY

2016

This research aims to find out how the relationship (1) between adolescents from Broken Home families and their parents, (2) how motivated the broken-home adolescents to study, (3) the way adolescents gain motivation to study at schools and, (4) are the broken-home adolescents still motivated to study at school.

This type of research is qualitative research. The data collection method used is the observation and in-depth interviews. The information gethered comes from these there sources and from observation during the research at home in the playground and the subject’s school. The subject’s of this research here (A, V, and G). The three subject’s are all highschool students from different classes. The three subject’s that the researcher took is broken-home teenager.

The research results showed that: first, the relationship of the subject’s with their father and mother are fine but sometimes they feel ignored when their parents are busy with their work. Second, the subject’s learning motivation refers to encouragement and support from the people who are closest to give spirit in their study. Third, the subject’s gain motivation by taking part actively in school and studiying together with close friends. Fourth, the three subject’s from broken-home families are still motivated in the studies at school because they have intrinsic motivation and support from their loved ones.


(3)

MOTIVASI BELAJAR

REMAJA YANG MENGALAMI BROKEN HOME

(STUDI KASUS)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Felisitas Purnaningsih NIM 121114011

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

MOTIVASI BELAJAR

REMAJA YANG MENGALAMI BROKEN HOME

(STUDI KASUS)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Felisitas Purnaningsih NIM 121114011

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

iv MOTTO

“Semoga Hati Kudus Yesus di

kasihi dimana-mana”

“Segala kesulitan, pergemulan

dan tantangan dalam hidup,

akan menjadi peluang, sarana

dan kesempatan yang baik yang

Tuhan berikan untuk selalu

berproses secara terus menerus

menjadi pribadi yang lebih baik”


(8)

P

Saya menyatakan den memuat karya atau ba kutipan dan daftar pust

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang say u bagian karya orang lain, kecuali yang telah di pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 Penulis,

Felisitas Purna

saya tulis ini tidak h disebutkan dalam

, 16 Agustus 2016


(9)

LEMBAR PERNYA U

Yang bertanda Dharma:

Nama : Felisi NIM : 121114011 Demi pengembangan Universitas Sanata Dh MOTIVASI BELAJA berserta perangkat yan kepada Perpustakaan mengalihkan dalam be data, mendistribusika media lain untuk ke maupun memberikan sebagai penulis.

Demikian pern

vi

YATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

nda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Uni

lisitas Purnaningsih 121114011

an ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Dharma karya ilmiah yang berjudul:

AJAR REMAJA YANG MENGALAMI BR yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian sa kaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

bentuk media lain, megelolanya dalam be busikan secara terbatas, dan mempublikasikan

kepentingan akademis tanpa perlu meminta kan royalti kepada saya selama teteap mencantum

n pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Yogyakarta, 1

Felisit

ARYA ILMIAH

Universitas Sanata

pada Perpustakaan

ROKEN HOME n saya memberikan untuk menyimpan, bentuk pangkalan n di internet dan nta ijin dari saya ntumkan nama saya

nya.

, 16 Agustus 2016


(10)

vii ABSTRAK

MOTIVASI BELAJAR REMAJA YANG MENGALAMI BROKEN HOME (STUDI KASUS)

FELISITAS PURNANINGSIH UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana hubungan remaja Broken Home dengan ayah dan ibu, (2) bagaimana motivasi belajar remaja yang mengalami Broken Home, (3) cara remaja untuk dapat memperoleh motivasi dalam belajarnya di sekolah, (4) dan apakah remaja Broken Home masih mempunyai motivasi untuk belajar di sekolah

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah observasi dan wawancara mendalam. Informasi yang dikumpulkan berasal dari ketiga sumber dan dari hasil observasi peneliti selama melakukan penelitian di rumah, tempat bermain dan sekolah subjek. Subjek penelitian ini adalah A, V, dan G. Ketiga subjek sama-sama masih duduk di SMA sekolah yang sama namun beda kelas. Ketiga subjek yang peneliti ambil adalah remaja yang mengalami Broken Home.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: pertama, hubungan subjek dengan ayah dan ibu baik-baik saja namun terkadang mereka merasa kurangnya perhatian dari ayah dan ibu karena sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kedua, motivasi belajar subjek ialah dengan dorongan dan dukungan dari orang yang terdekat sehingga memberi semangat dalam belajarnya. Ketiga, cara subjek memperoleh motivasi dengan ikut aktif dalam kegiatan di sekolah dan belajar bersama dengan teman dekatnya. Sahabat. Keempat, dari ketiga subjek yang mengalami Broken Home masih memiliki motivasi dalam belajarnya di sekolah karena ada dorongan dari dalam diri mereka dan orang yang terdekatnya yang selalu memberikan motivasi.


(11)

viii ABSTRACT

THE LEARNING MOTIVATION OF ADOLESCENTS FROM BROKEN HOME FAMILIES

(A CASE STUDY) FELISITAS PURNANINGSIH SANATA DHARMA UNIVERSITY

2016

This research aims to find out how the relationship (1) between adolescents from Broken Home families and their parents, (2) how motivated the broken-home adolescents to study, (3) the way adolescents gain motivation to study at schools and, (4) are the broken-home adolescents still motivated to study at school.

This type of research is qualitative research. The data collection method used is the observation and in-depth interviews. The information gethered comes from these there sources and from observation during the research at home in the playground and the subject’s school. The subject’s of this research here (A, V, and G). The three subject’s are all highschool students from different classes. The three subject’s that the researcher took is broken-home teenager.

The research results showed that: first, the relationship of the subject’s with their father and mother are fine but sometimes they feel ignored when their parents are busy with their work. Second, the subject’s learning motivation refers to encouragement and support from the people who are closest to give spirit in their study. Third, the subject’s gain motivation by taking part actively in school and studiying together with close friends. Fourth, the three subject’s from broken-home families are still motivated in the studies at school because they have intrinsic motivation and support from their loved ones.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti tunjukan kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan berkat, perlindungan dan mujizatnya yang luar biasa sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Motivasi Belajar Remaja yang Mengalami Broken Home.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dapa terselesaikan berkat bantuan, dukungan, saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucap terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. Robertus Budi Sarwono, M.A., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar senantiasa memberikan petunjuk, pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi.

4. Guru BK di sekolah SMA Bruderan Purwokerto yang sudah memberikan banyak informasi dan subjek yang sudah mau menerima menjadi subjek penelitian oleh peneliti.

5. Kedua orang tuaku Yohanes Sumarsono dan Margareta Paryati yang selalu memberikan dukungan, semangat, kasih sayang, dan pastinya doa yang menyertaiku.

6. Maria Purwaningsih kakakku yang selalu mendukung dan memberikan semangat dan doanya.

7. Stefanus Oneil dedek kesayangan yang memberi semangat untuk peneliti. 8. Felicitas Noi F.R yang menjadi kekasihku, selalu mendukung,

memberikan semangat, kasih sayang, doa dan selalu membantuku di saat susah maupun senang.

9. Indah Dian Puspitasari yang menjadi sahabatku satu-satunya yang selalu mendukung, momotivasi, menyemangati, dan doa serta selalu ada disaat saya susah maupun senang.


(13)

x

10. Angkatan 2012 A Bimbingan dan Konseling yang sudah memberikan dukungan dan semangat.

11. Semua rekan dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih dukungannya.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, namun begitu penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi dunia Bimbingan dan Konseling. Serta dapat memberikan referensi bagi mahasiswa untuk membacanya.


(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Pertanyaan Penelitian... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 7

BAB II Kajian Pustaka... 9

A. Kajian Teori... 9

1. Motivasi Belajar... 9

a. Pengertian Motivasi... 9

b. Fungsi Motivasi... 10

c. Pengertian Belajar... 10

d. Ciri-ciri Motivasi Belajar... 11

e. Aspek-aspek Motivasi Belajar... 11

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar... 13


(15)

xii

a. Pengertian Broken Home... 14

b. Ciri-ciri Keluarga Broken Home... 15

c. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Remaja Mengalami Broken Home... 15

d. Dampak Bagi Korban Broken Home... 16

3. Pengertian Remaja... 16

B. Kajian Penelitian Relevan... 17

C. Kerangka Pikir... 20

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian... 23

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 24

C. Subjek dan Objek Penelitian... 24

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 25

1. Wawancara... 26

2. Observasi... 27

E. Keabsahan Data... 28

F. Teknik Analisis Data... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN... 31

A. Deskripsi Data... 31

B. Analisis Data... 44

C. Pembahasan... 54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 57

A. Simpulan... 57

B. Keterbatasan Penelitian... 58

C. Saran... 58

DAFTAR PUSTAKA... 61


(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Hasil Observasi... 63

A. Subjek 1... 63

B. Subjek 2... 64

C. Subjek 3... 66

Lampiran 2: Lembar Verbatim... 69

A. Subjek A... 69

B. Subjek V... 71

C. Subjek G... 73

D. Guru BK... 75

Lampiran 3: Lembar Coding... 76

A. Subjek A... 76

B. Subjek V... 77

C. Subjek G... 78


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah yang mendeskripsikan mengenai permasalahan yang terjadi di lapangan. Latar belakang ini menjelaskan garis besar masalah yang ditemukan oleh peneliti. Selain itu latar belakang pada bab ini juga mendeskripsikan alasan peneliti mengambil judul penelitian ini. Pada bab ini juga dipaparkan mengenai identifikasi masalah/kasus, pembatasan masalah dan fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman, maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebagainya. Masalah keluarga yang Broken Home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang remaja.

Meningkatnya jumlah kasus perceraian dewasa ini berjalan seiring dengan berubahnya gaya hidup dan harapan, serta datangnya arus modernisasi. Menurut Tasmin dan Rini (Tasmin, 2002: 1) di Indonesia sendiri angka perceraian setinggi di Amerika Serikat, yakni 66,6%.


(18)

Banyaknya kasus perceraian di Indonesia dapat dilihat dari berita-berita tentang perceraian di kalangan para selebritis belakangan ini. Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama (Kemenag) menyebutkan, angka perceraian di Indonesia lima tahun terakhir terus meningkat. Pada tahun 2010-2014, dari sekitar 2 juta pasangan menikah, 15 persen di antaranya bercerai. Angka perceraian yang diputus pengadilan tinggi agama seluruh Indonesia tahun 2014 mencapai 382.231, naik sekitar 100.000 kasus dibandingkan dengan pada tahun 2010 sebanyak 251.208 kasus. Perceraian merupakan salah satu jalan terbaik bagi suami dan isteri untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Namun apapun alasannya, perceraian dapat menimbulkan akibat buruk pada anak.

Teori sosial belajar menunjukkan bahwa betapa pentingnya orang tua dan anggota dalam keluarga sebagai sarana bagi remaja untuk memberikan model peniruan bagi remaja, karena pada hakekatnya apa yang dilakukan remaja adalah hasil dari apa yang telah diamati dari keluarga. Keluarga memperkenalkan nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, bahasa dan unsur budaya yang melalui suatu proses komunikasi dan interaksi yang dapat diamati oleh anak. Faktor lain yang berpengaruh dalam motivasi belajar remaja adalah orang tua atau keluarga. Keluarga atau orang tua adalah lingkungan yang mula pertama dan utama bagi perkembangan dan pertumbuhan diri seorang anak.


(19)

Dalam suatu keluarga yang utuh, dalam arti masih lengkap strukturnya (ayah dan ibu masih hidup), ceria dan tidak sering cekcok, perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar anak akan lebih banyak kesempatannya. Interaksi sosial yang harmonis dan kesepahaman mengenai norma-norma pada diri ayah dan ibu akan berpengaruh pula terhadap kemajuan belajar anak.

Sebaliknya dalam suatu keluarga, jika salah satu atau kedua orang tua meninggal, bercerai atau meninggalkan keluarga dalam waktu yang relatifcukup lama, jelas tidak dapat memperhatikan anak-anak dengan baik. Anak kurang mendapat kasih sayang yang selanjutnya akan berdampak pada motivasi dan hasil belajarnya di sekolah.

Pengaruh faktor broken home keluarga menjadi faktor negatif dalam penemuan identitas yang sehat. Sehingga remaja cenderung mengalami fase kebingungan akan identitasnya. Perkembangan afeksi juga bisa mengalami hambatan. Hal ini dikarenakan adanya pengabaian afeksi oleh orang tuanya.

Keretakan rumah tangga atau ketidakharmonisan sebuah keluarga akan berakibat buruk pada perkembangan kepribadian remaja bahkan akan berdampak pada kurangnya motivasi belajar remaja. Remaja yang tinggal bersama orang tua akan mengalami hambatan dalam belajar, apabila tidak adanya kekompakan dan kesepakatan diantara kedua orang tuanya. Perselisihan, pertengkaran, perceraian dan tidak adanya tanggung jawab antara kedua orang tua akan menimbulkan keadaan yang tidak diinginkan


(20)

terhadap diri remaja dan akan menghambat proses belajarnya. Seperti prestasi belajar menurun, mengalami kesulitan dalam belajar, remaja cenderung menjadi pendiam, suka menyendiri dan suka melamun dengan keadaan seperti itu maka hasil belajarnya akan menurun sehingga akan berdampak rendahnya motivasi belajar remaja.

Broken Home sebenarnya merupakan realitas yang cukup berimplikasi negatif bagi perkembangan kepribadian yang sehat, meskipun kita mengakui peranan lingkungan dalam perkembangan individu. Akan tetapi, faktor Broken Home nampaknya memiliki peranan cukup banyak dalam kehidupan pada jaman sekarang.

Sebenarnya Broken Home dapat disebabkan oleh berbagai faktor, akan tetapi yang jelas semua berawal dari rasa ketidakcocokan. Untuk itu, peneliti ingin mengungkap realitas yang ada dalam fenomena Broken Home dengan harapan bisa memberikan bahan studi kasus tentang kasus-kasus anak yang mengalami Broken Home.

Setelah melihat semua hal di atas peneliti tertarik untuk mengangkat judul “MOTIVASI BELAJAR REMAJA YANG MENGALAMI BROKEN HOME (Studi Kasus)” dalam memenuhi tugas akhir. Berawal dari masalah ketidak harmonisan di dalam rumah tangga, yang pemandangan ini sering sekali terjadi di kalangan remaja sekolah. Tanda-tanda munculnya keluarga mengalami broken home biasanya seperti pertengkaran orang tua, perselingkuhan yang akhirnya berakibat buruk pada perkembangan anak-anak. Seperti halnya anak tidak


(21)

betah tinggal di rumah sendiri, malas, murung, pendiam, tidak mau bergaul, cenderung berperilaku nakal dan kurang memiliki motivasi dalam belajarnya. Pemilihan subjek yang peneliti ambil adalah beberapa remaja di salah satu sekolah SMA yang ada di kota Purwokerto yang mengalami kasus Broken Home. Peneliti mengharapkan meskipun ada banyak anak remaja yang mengalami kasus Broken Home mereka harus tetap menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan kebutuhan anak yang mengalami Broken Home telah diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya motivasi belajar remaja karena terpengaruhi oleh keluarganya yang tidak harmonis (Broken Home).

2. Ayah dan ibu kurang dapat berperan dan berfungsi sebagai orang tua yang sebenarnya sehingga remaja kurang memiliki motivasi dalam belajarnya di sekolah.

3. Kebutuhan psikologis remaja yang sama pentingnya dengan memenuhi kebutuhan hidup remaja orang tua sering kali tidak menyadarinya. 4. Perhatian yang diperlukan remaja dari orang tuanya adalah disayangi

dengan sepenuh hati dalam bentuk komunikasi verbal secara langsung dengan remaja.


(22)

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan untuk menjawab masalah-masalah yang teridentifikasi di atas khususnya:

1. Peneliti mengambil partisipan sebanyak tiga remaja dari salah satu SMA yang ada di Purwokerto masalah-masalah yang peneliti ambil mengenai motivasi remaja yang mengalami Broken Home.

2. Selain itu peneliti juga melihat adakah motivasi belajar remaja yang mengalami keluarga Broken Home.

D. Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada asumsi pertanyaan pokok bagaimana asumsi pribadi remaja dalam keluarga yang Broken Home, yaitu:

1. Bagaimana hubungan remaja Broken Home dengan ayah dan ibu? 2. Bagaimana motivasi belajar remaja yang mengalami Broken Home di

salah satu SMA yang ada di Purwokerto?

3. Bagaimana cara remaja untuk dapat memperoleh motivasi dalam belajarnya di sekolah?

4. Apakah remaja Broken Home masih mempunyai motivasi untuk belajar di sekolah?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu:


(23)

2. Untuk mengetahui motivasi belajar remaja yang mengalami Broken Home di salah satu SMA yang ada di Purwokerto.

3. Untuk mengetahui cara remaja untuk dapat memperoleh motivasi dalam belajarnya di sekolah.

4. Untuk mengetahui remaja Broken Home masih mempunyai motivasi untuk belajar di sekolah.

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Peneliti dapat menjadi bahan studi kasus untuk mengembangkan teori-teori yang sudah ada. Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam penanganan masalah-masalah anak yang mengalami Broken Home. Selain itu, peneliti mampu menangani masalah yang dihadapi oleh remaja yang mengalami Broken Home setelah peneliti meneliti beberapa remaja yang sudah ditemui.

2. Manfaat Praktis Memberi manfaat bagi: a. Subjek

Penelitian ini sekiranya dapat memberikan manfaat bagi remaja yang mengalami Broken Home supaya dapat memaknai hidupnya dalam hal mengembangkan kehidupan yang lebih berarti. Meskipun kelurga yang dimiliki kurang harmonis setidaknya


(24)

mereka tetap menjalani hidup dengan sebaik-baiknya supaya mereka tetap memiliki motivasi dalam belajarnya di sekolah. Selain itu, mereka juga dapat memahami bentuk-bentuk dan dampak positif ataupun negatif dalam pecahnya keluarga sehingga mampu mengambil hal positifnya.

b. Penulis

1) Memperoleh pengalaman melakukan penelitian dalam mengetahui mengetahui adakah motivasi belajar remaja yang mengalami keluarga Broken Home.

2) Memperoleh pengalaman dari karakteristik setiap remaja yang mengalami keluarga Broken Home.

3) Peneliti dapat mengetahui kebutuhan apa saja yang akan dibutuhkan saat menemukan seorang remaja yang mengalami keluarga Broken Home.


(25)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Mc.Donald (dalam Rohmah, 2011:240) menyatakan bahwa pengertian motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2009:173). Motivasi melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang mengandung energi, memiliki arah, dan dapat dipertahankan (Santrock, 2009:199). Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu (Uno, 2008:95).

Pengertian motivasi dari para ahli dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan segala daya penggerak di dalam diri seseorang atau suatu daya dorong yang menyebabkan orang dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan.


(26)

b. Fungsi Motivasi

Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut Hamalik (2009:161) fungsi motivasi sebagai berikut:

1) Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Artinya sebagai mesin dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.

c. Pengertian Belajar

Belajar sebagai aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap (Winkel: 1996:53).

Secara keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajarnya.


(27)

Pengertian belajar dari para ahli dapat disimpulkan belajar merupakan perubahan dari diri seseorang bahwa semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

d. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2003:58) motivasi belajar yang ada pada setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas 2) Ulet menghadapi kesulitan

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4) Lebih senang bekerja mandiri

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (berulang-ulang) 6) Dapat mempertahankan pendapatnya

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal e. Aspek-aspek Motivasi Belajar

Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock (2002), yaitu:

1) Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, siswa belajar keras


(28)

dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas dimana tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan keahlian.

2) Motivasi Intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, siswa belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujukan itu. Siswa termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Terdapat dua jenis motivasi intrinsik, yaitu:

a) Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal. Artinya dalam pandangan ini, siswa ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal.

b) Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Artinya pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.


(29)

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan proses batin/ proses psikologis yang terjadi pada seseorang dipengaruhi oleh faktor ekstern dan intern siswa. Faktor ekstern siswa meliputi lingkungan belajar, ruang belajar, peralatan, fasilitas belajar, media belajar dan sebagainya. Faktor intern siswa meliputi pembawaan, tingkat pendekatan, pengalaman, masa lampau, keinginan atau harapan-harapan masa depan. Berikut ini adalah faktor-faktor yang memotivasi seseorang untuk belajar lebih baik lagi (Liliweri: 2007):

a. Keinginan bergabung dengan suatu kelompok atau organisasi untuk mengejar suatu cita-cita yang relatif permanen.

b. Keinginan mendukung setiap bentuk kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan, keinginan dan cita-cita.

c. Keinginan mengubah kualitas hidup agar lebih baik.

d. Keinginan agar pribadi diperhatikan, dihormati dan dihargai. e. Keyakinan dapat melakukan dengan baik jika mendapat

informasi yang memadai.

Menurut Mustaqim dan Wahid (2010), seorang guru dapat merangsang perhatian dan dorongan dengan banyak cara, yaitu: a. Memperhatikan kematangan siswa.

b. Adanya usaha yang bertujuan.


(30)

d. Adanya penghargaan dan dorongan. e. Adanya partisipasi.

f. Adanya perhatian. 2. Broken Home

a. Pengertian Broken Home

Arti Broken Home dalam bahasa Indonesia adalah perpecahan dalam keluarga. Broken Home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran (Santrock: 2002).

Broken Home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur (Kartono: 1996).

Broken Home adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suasana keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalannya kondisi keluarga yang rukun dan sejahtera yang menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan dalam keluarga Matinka (dalam Lestari: 2013). Selain itu, istilah Broken Home juga digunakan untuk menggambarkan keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun dan


(31)

sejahtera akibat seringnya terjadi konflik yang menyebabkan perpisahan.

b. Ciri-ciri Keluarga Broken Home

Berdasarkan beberapa asumsi dalam literatur, peneliti menemukan bahwa keluarga Broken Home bukan hanya keluarga dengan kasus perceraian saja. Keluarga Broken Home secara keseluruhan berarti keluarga dimana fungsi ayah dan ibu sebagai orang tua tidak berjalan baik secara fungsional. Fungsi orang tua pada dasarnya adalah sebagai motivator primer bagi anak, sebagai tempat anak untuk mendapatkan kasih sayang dan sebagainya. Jikalau fungsi orang tua ini terhambat maka aspek-aspek khusus dalam keluarga bisa dimungkinkan tidak terjadi.

Pada hakekatnya, anak membutuhkan orangtuanya untuk mengembangkan kepribadian yang sehat. Pada masa remaja, remaja memerlukan figur tertentu yang nantinya bisa menjadi figure sample dalam internalisasi nilai-nilai remajanya. Dengan tidak berfungsinya peran orang tua sebagaimana mestinya, maka hal ini bisa terhambat.

c. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Remaja Mengalami Broken

Home

Terdapat empat aspek yang mempengaruhi remaja mengalami Broken Home Hartley (dalam Sumadi: 2007), yaitu:


(32)

2) Ketidakdewasaan sikap orang tua yang bertengkar di depan anak-anaknya.

3) Tidak bertanggung jawabnya orang tua sehingga tidak memikirkan dampak dalam kehidupan anak-anak mereka. 4) Jauh dari Tuhan sehingga masalah-masalah tidak

diserahkan kepada Tuhan, kehilangan kehangatan dalam keluarga antara orang tua dan anak.

d. Dampak Bagi Korban Broken Home

Beberapa dampak yang muncul dari seorang yang mengalami Broken Home antara lain:

1) Academic Problem

Seseorang yang mengalami Broken Home akan menjadi orang yang malas belajar, dan tidak bersemangat serta tidak berprestasi.

2) Behavioural Problem

Mereka mulai membrontak, kasar, masa bodoh, memiliki kebiasaan merusak, seperti mulai merokok, minum-minuman keras, judi, dan lari ketempat pelacuran.

3. Pengertian Remaja

Pengertian remaja adalah masa remaja terletak antara masa anak dan masa dewasa. Maka remaja dianggap telah mulai remaja


(33)

ketika anak telah matang dalam aspek seksual dan kemudian berakhir setelah matang secara hukum (Hariyadi, 1993:18).

Remaja adalah mulai berpikir lebih abstrak dan idealistik ketika diminta untuk mendeskripsikan mengenai dirinya sendiri, remaja mulai menggunakan istilah-istilah yang lebih abstrak dan idealistik (Santrock, 2007:178).

Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanakdan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun danberakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia dan Olds, 2001).

Pengertian remaja dari para ahli dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke remaja awal sehingga masa remaja sudah dianggap matang secara seksual dan cara pikirnya.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Menurut hasil penelitian Siti (2012) mengenai “Motivasi Belajar Anak Jalanan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya” menunjukkan bahwa motivasi belajar pada subjek penelitian masih memiliki motivasi belajar yang tinggi walaupun mereka harus berjuang dijalanan sekedar untuk mencari nafkah membantu orang tua, membiayai sekolah adik-adiknya, dan ada subjek yang menyatakan bahwa dia turun kejalanan hanya sekedar mencari kesenangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar pada subjek penelitian cita-cita dan


(34)

harapan subjek untuk hidup lebih baik dan menyogsong masa depan mereka. Model pembelajaran yang diinginkan subjek penelitian adalah model pembelajaran secara formal, model keterampilan dibidang otomotif dan model pembelajaran kejar paket A.

2. Menurut hasil penelitian Setyowati (2007) mengenai “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang” menunjukan bahwa secara nyata motivasi belajar berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 13 Semarang, terbukti dengan adanya pengambilan data dengan cara observasi, dokumentasi, angket yang kemudian diolah dengan cara silmultan. Besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang sebesar 29,766 sedangkan sisanya sebesar 70,234 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain termasuk anak yang memiliki keluarga yang broken home.

3. Menurut penelitian Artitriani (2010) tentang “Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Pada Siswa Broken Home Melalui Konseling Individual dengan Pendekatan Realita (Studi Kasus Pada Siswa SMP Mardisiswa 1 Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010)” menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang Broken Home mengalami permasalahan dalam kepercayaan dirinya. Mereka cenderung menunjukkan sikap dan perilaku yang kurang percaya diri dalam belajar di sekolah. Perilaku jarang bergaul, introvert, merasa berbeda dengan kebanyakan teman yang lain dan cenderung kurang aktif dalam


(35)

kegiatan belajar baik di dalam kelas maupun sekolah. Walaupun demikian siswa yang mempunyai masalah kepercayaan diri tersebut dapat dibantu untuk dapat ditingkatkan kepercayaan dirinya melalui Layanan Konseling Individual dengan Pendekatan Realita. Karena melalui layanan ini siswa akan dibantu dengan pola pemecahan masalah yang realistis dengan aplikasi-aplikasi kegiatan yang dapat dengan mudah dilaksanakan oleh para siswa tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan dan perkembangan pada setiap klien setelah diberikan konseling.

Kesimpulan dari penelitian yang relevan ini peneliti semakin yakin untuk memilih judul skripsi tentang anak yang mengalami Broken Home. Karena hampir semua peneliti mengungkapkan bahwa keluarga yang mengalami Broken Home, akan lahir anak-anak yang mengalami krisis kepribadian sehingga perilakunya sering tidak sesuai. Merekapun masih memiliki motivasi belajar meskipun mengalami keluarga yang broken home. Kasus keluarga Broken Home ini sering kita temui di sekolah dengan penyesuaian diri yang kurang baik seperti malas belajar, kurangnya motivasi belajar, menyendiri, agresif, membolos, suka menentang guru, dan lain-lain. Istilah broken home juga biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan akibat orang tua tidak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah. Orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik masalah di rumah, di sekolah yang anak alami tidak memiliki motivasi untuk belajar, sampai pada perkembangan pergaulan anak-anaknya. Meskipun banyak


(36)

kesamaan penelitian oleh para ahli tentang broken home namun ada perbedaan dengan penelitian dari peneliti yaitu peneliti lebih melihat atau mendalami remaja yang mengalami broken home masih memiliki motivasi atau tidak dalam belajar di sekolah.

C. Kerangka Pikir

Broken Home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar hal inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai motivasi dalam belajar di sekolah. Broken Home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka sellalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka hanya ingin mencari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka.

Gambar 1.1

Dari gambar 1.1 diatas menunjukkan bahwa remaja yang memiliki keluarga yang utuh atau harmonis sehingga kebutuhan remaja untuk memiliki motivasi belajar tinggi. Remaja yang memiliki motivasi yang

MOTIVASI BELAJAR TINGGI AYAH &


(37)

tinggi akan selalu di dukung oleh kedua orang tuannya yang selalu memperhatikan anaknya dalam belajar entah di sekolah maupun di rumah.

Gambar 1.2

Dari gambar 1.2 diatas menunjukkan bahwa motivasi belajar remaja sangat rendah karena memiliki keluarga yang sudah tidak utuh atau tidak harmonis. Setiap kasus anak yang mengalami Broken Home, anak selalu menjadi atau dijadikan korban. Menjadi korban karena haknya mendapat lingkungan keluarga yang nyaman tidak diperoleh dari orang tuanya. Remaja dijadikan korban karena orang tua kerap melibatkan anak dalam konflik keluarga. Banyak orang tua yang saling tarik menarik anak saat konflik berlangsung dengan alasan cinta. Anak akan menjadi bingung

IBU AYAH

REMAJA

MOTIVASI BELAJAR RENDAH


(38)

sehingga anak akan terombang ambing antara dua orang yang mengaku paling menyayanginya.

Banyak diantara anak korban Broken Home yang memilih lari dari keluarganya dan lebih memilih bersahabat dengan narkoba atau hal-hal negatif lainnya. Tidak hanya itu anak yang mengalami Broken Home kebanyakan diantaranya kurang mempunyai motivasi dalam belajar. Berbeda sekali dengan anak yang memiliki keluarga yag utuh atau harmonis mereka cenderung akan lebih memperhatikan anaknya khususnya dalam belajar sehingga anak akan termotivasi belajarnya di sekolah. Anak yang mengalami Broken Home cenderung lebih kurang motivasi dalam belajarnya karena orang tuanya kurang memperhatikan anak dalam belajarnya di sekolah.


(39)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan sifat, tujuan dan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang masih bersifat sementara, akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan (Sugiyono, 2010:283). Dilihat berdasarkan sifat masalahnya penelitian ini berjenis penelitian studi kasus. Jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu wawancara dan observasi atas fenomena yang terlihat. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi-terstruktur. Artinya dimana peneliti tidak terlalu bergantung pada bahan wawancara dapat berjalan lebih fleksibel dan terarah.

Selain menggunakan metode wawancara, peneliti juga menggunakan metode observasi, yaitu mengobservasi perilaku subjek berdasarkan data yang diperoleh dari teman-teman dekat subjek.

Penelitian kualitatif dapat bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Pemanfaatan teori-teori yang relevan sebagai analisis data kualitatif dapat menghasilkan deskripsi yang mendalam dari kasus subjek. Oleh karena itu laporan kualitatif dibuat dalam dalam bentuk studi kasus yang mendalam.


(40)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian diadakan di salah satu SMA yang ada di Purwokerto. Sekolah ini dipilih sebagai tempat dari penelitian ini dikarenakan sekolah tersebut terkenal sebagai sekolah elite dengan biaya besar untuk dapat sekolah disitu. Selain itu, siswa yang bersekolah di tempat tersebut banyak dari kalangan menengah keatas yang kurang mendapat perhatian dari orang tua karena orang tua sibuk dengan karier masing-masing.

Hal ini diharapkan dapat mempermudah peneliti memperoleh informasi yang dibutuhkan, peneliti melakukan terjun langsung ke tempat tinggal anak.

Waktu yang digunakan oleh peneliti selama satu bulan dari bulan awal maret sampai akhir maret supaya peneliti dapat melihat keseharian dari objek yang peneliti teliti. Selain itu, peneliti juga dapat lebih mudah untuk membedakan karakteristik masing-masing anak yang sudah peneliti peroleh. Sehingga hasil yang diharapkan dapat berjalan secara optimal. C. Subjek dan Objek Penelitian

Penentuan subjek penelitian adalah metode yang digunakan dalam menentukan subjek untuk diteliti. Untuk menentukan subjek penelitian dapat ditempuh dengan mengambil subjek dari anak SMA yang ada di kota Purwokerto. Peneliti mengambil subjek dari anak kelas XII SMA. Kriteria remaja yang diambil untuk penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:


(41)

1. Merupakan remaja (laki-laki dan perempuan) yang kehidupanya mengalami Broken Home (orang tua bercerai, orang tua pisah rumah, orang tua sering bertengkar, dll) 2. Tinggal di kota Purwokerto.

3. Berstatus pelajar di salah satu SMA yang ada di Purwokerto.

4. Sudah memasuki remaja awal (15-18 tahun).

Penelitian ini diambil dari subyek penelitian yang dipilih berdasarkan kriteria tersebut. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga remaja baik laki-laki maupun perempuan berusia sekitar 15-18 tahun dan berasal dari keluarga yang Broken Home. Sisi Broken Home yang ditekankan disini adalah Broken Home yang bukan hanya disebabkan karena salah satu atau kedua orang tuanya berpergian jauh baik tugas atau urusan lainnya. Broken Home subjek ditentukan karena ketidaksetiaan salah satu orangtuanya (baik ayah atau ibu). Kriteria lainnya yaitu subjek yang orang tuanya bercerai, salah satu orang tuanya meninggal, dan subjek tidak harus tinggal bersama dengan orang tuanya, misalnya subjek menjalani kehidupan di kos, dan keadaan terpisah lainnya dengan orangtuanya.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan wawancara dan observasi. Teknik yang akan peneliti ambil sebagai langkah awal dengan menggunakan teknik wawancara peneliti


(42)

melakukan wawancara dengan subjek yang peneliti teliti. Mulanya peneliti melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan subjek supaya subjek merasa nyaman dengan kedatangan dari peneliti dan mau melakukan sesi wawancara dengan peneliti.

Teknik yang kedua peneliti menggunakan teknik observasi yaitu dengan mengobservasi perilaku dari subjek yang peneliti teliti. Peneliti dapat memperoleh data dari teman-teman terdekat dari subjek. Sehingga teman-temannya mau bercerita tentang diri subjek yang peneliti teliti tersebut. Jika pernyataan dari teman-temannya memang sama dengan pernyataan dari subjek yang sudah peneliti wawancarai sebelumnya berarti memang benar subjek memiliki kondisi keluarga yang broken home.Masing-masing teknik pengumpulan data tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2010:317). Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in depth interview). Pertanyaan yang digunakan dalam wawancara ini adalah pertanyaan terbuka.


(43)

Tabel 1

Pedoman Wawancara Terstruktur untuk Subjek

No Pertanyaan

1. Apakah saat di dalam kelas Anda sering bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan?

2. Apakah di sekolah Anda aktif mengikuti organisasi? Kalau aktif Anda sebagai apa? 3. Apakah Anda selalu merencanakan kegiatan beajar di rumah?

4. Sekarang Anda tinggal bersama dengan siapa di rumah? 5. Bagaimana relasi Anda dengan ayah dan ibu?

6. Apakah Anda masih mempunyai motivasi untuk belajar di sekolah?

7. Bagaimana cara Anda supaya bisa termotivasi dalam belajar Anda di sekolah? 8. Apakah ada seseorang yang membuat Anda dapat termotivasi untuk bisa belajar di

sekolah?

9. Apakah salah satu orang tua Anda memperhatikan Anda dalam belajar? 10. Apakah Anda merasa nyaman dengan kondisi keluarga Anda yang sekarang?

2. Observasi

Observasi adalah salah satu cara mengumpulkan data dengan mengamati perilaku subjek secara langsung. Melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono, 2010:310). Peneliti melakukan observasi saat pertama datang ke tempat tinggal subjek dan


(44)

selama proses penggalian data yang dilakukan bersama subjek ditempat tinggalnya maupun saat di sekolah.

Tabel 2 Panduan Observasi No Hari/Tanggal Pukul Inisial

Subjek

Jenis Kelamin

Deskripsi

1 A Laki-laki

2 V Perempuan

3 G Laki-laki

4

E. Keabsahan Data

Penelitian ini digunakan teknik triangulasi untuk melihat validitas penelitian. Sugiyono (2010:330) menyatakan bahwa dua jenis triangulasi menggunakan teknik triangulasi yaitu, triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.


(45)

Penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara dari sumber data yang sama secara serempak. Peneliti membandingkan data hasil pengamat dengan hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan oleh orang tua dan teman dekat subjek dengan apa yang dikatakan oleh subjek itu sendiri. Kemudian dengan hasil wawancara yang didukung dengan data yang didapatkan pada waktu di lapangan.

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif. Nasution (dalam Sugiyono, 2010:336) menyatakan bahwa “analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus menerus sampai penulisan hasil penelitian”.

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Peneliti menggunakan hasil wawancara sebagai dasar informasi mengenai motivasi belajar yang dimiliki oleh remaja yang Broken Home. Selanjutnya peneliti membuat verbatim dari hasil wawancara disertai dengan pemberian coding pada setiap hasil wawancara, lalu peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh dengan cara memilih data yang penting. Peneliti menentukan coding untuk masing-masing jawaban


(46)

berdasarkan aspek dari daftar pertanyaan yang berupa kode. Pemberian kode yang dilakukan oleh peneliti hanya dimengerti oleh peneliti saja.


(47)

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Terlebih dahulu dilakukan observasi di lapangan selama satu bulan yaitu pada bulan maret 2016. Observasi penelitian dilakukan terhadap ketiga subjek. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan lingkungan kehidupan sehari-hari diri partisipan. Hasil observasi ini akan digunakan dalam penyusunan guide interview yang akan digunakan dalam penelitian. Guide interview yang disusun akan berisi beberapa pertanyaan yang diharapkan mampu menhungkapkan permasalahan penelitian.

Guide interview yang disusun berdasarkan beberapa pertanyaan yang diharapkan mampu mengungkapkan hal-hal yang menjadi pertanyaan penelitian. Selanjutnya disusun daftar pertanyaan yang dapat dilihat pada lampiran. Dalam proses wawancara, pertanyaan dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan penelitian.

Dalam pelaksanaan observasi peneliti melakukan pertemuan awal dengan ketiga subjek penelitian. Pertemuan pertama dilakukan guna memperkenalkan diri dan menjelaskan mengenai topik penelitian yaitu untuk mengetahui motivasi belajar remaja yang mengalami Broken Home. Selanjutnya peneliti menanyakan kesediaan subjek untuk turut berpartisipasi dalam penelitian dan kesediaan subjek meluangkan waktu


(48)

untuk diwawancarai. Langkah terakhir setelah subjek menyatakan kesediaannya diwawancarai yaitu menentukan waktu dan tempat pertemuan wawancara. Waktu dan tempat wawancara disesuaikan dengan waktu luang subjek penelitian. Selanjutnya, peneliti melakukan observasi dan wawancara.

1. Observasi

Observasi dilakukan saat peneliti melakukan pendekatan terhadap subjek penelitian. Hal ini dilakukan agar peneliti mengerti secara langsung kehidupan dan pengalaman subjek dalam permasalahan penelitian yang akan dibahas. Dalam proses pendekatan ini subjek menceritakan pengalaman-pengalamannya secara terbuka tentang motivasi belajarnya meskipun mereka mengalami Broken Home. Peneliti awalnya sangat sulit untuk membuat remaja tersebut mau terbuka namun seiring berjalannya waktu remaja tersebut mulai mau bercerita dengan peneliti tanpa malu-malu.

a. Observasi terhadap subjek pertama A, dilakukan pada hari minggu, 1 mei 2016 pukul 16.00-17.00 WIB. Observasi dilakukan di dekat rumah subjek yang biasanya subjek berkumpul bersama teman-temannya. Pada observasi pertama diperoleh hasil bahwa subjek penelitian adalah seorang laki-laki, berbadan tinggi dan agak kurus, rambut pendek dan hitam, kulit berwarna putih, serta laki-laki ini keturunan tionghoa. Peneliti sambil melakukan pendekatan terhadap subjek sambil sedikit mewawancarai.


(49)

Observasi kedua dilakukan pada hari senin, 9 mei 2016 pukul 16.00.-17.00 WIB. Observasi kedua ini dilakukan di tempat tinggal subjek di daerah perumahan Palma, Purwokerto. Hal yang di observasi adalah situasi tempat tinggal dan keseharian subjek dirumah. Dalam observasi ini diperoleh hasil bahwa subjek hanya tinggal bersama dengan ibunya karena kedua orang tuanya sudah bercerai. Sedangkan ayahnya sudah menikah lagi dengan wanita lain. Subjek memiliki adik namun adiknya tinggal bersama dengan ayahnya. Keseharian subjek setelah pulang sekolah adalah bermain-main bersama teman-temannya. Selesai main biasanya subjek membantu ibunya menjaga kios, malamnya subjek belajar biasanya dari jam 19.00-21.00.

Peneliti:”Lalu bagaimana relasi atau hubungan kamu dengan ayah dan ibu?”

A :”Iya baik-baik saja mba cuma kalau dengan ayah

jarang ketemu paling kalau natal aja berkunjungnya.”

(A/A1/PERS-PART/001-004)

Observasi ketiga dilakukan pada hari Rabu, 18 Mei 2016 pukul 17.00-18.00 WIB. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui subjek ketika dalam masalah. Subjek cenderung diam dan ingin segera melupakan masalah yang sedang dihadapinya, karena itu subjek memilih jalan lain dengan bermain bersama


(50)

teman-temannya atau mengajak teman-temannya main kerumahnya. Ini cara subjek untuk melupakan masalah yang sedang dihadapinya.

Peneliti:”Lalu ketika ada masalah di rumah apa yang kamu lakukan?”

A :”Iya paling saya cuma diam dan segera melupakan

apa yang terjadi mba setelah itu aku paling pergi bermain bersama teman-teman mba.” (A/A1/PERS-PART/005-008)

Observasi keempat dilakukan pada hari jumat, 27 mei 2016 pukul 08.00-09.00 WIB. Observasi ini lakukan saat subjek di sekolah, peneliti mengunjungi guru BK di sekolah. Peneliti mencari tahu keaktifan subjek di sekolah. Subjek termasuk siswa yang aktif mengikuti kegiatan seperti OSIS dan di dalam kelas pun subjek termasuk siswa yang pintar.

Observasi terakhir dilakukan pada saat wawancara berlangsung pada hari minggu tanggal 29 mei 2016 pukul 10.00-11.00. Ketika pertanyaan-pertanyaan diajukan kepada subjek, tampak subjek sangat bersemangat memberikan jawaban dan penuh hati-hati dalam pemilihan kata yang akan digunakan untuk mewakili maksud yang ingin disampaikan. Proses wawancara berjalan lancar dengan jawaban-jawaban yang tegas dan penuh keyakinan subjek mengenai apa yang dialaminya.

b. Observasi terhadap subjek yang kedua V, dilakukan pertama kali pada hari senin, 2 mei 2016 pukul 15.00-16.00 WIB. Observasi


(51)

dilakukan di alun-alun Purwokerto yang biasanya subjek berkumpul bersama teman-temannya. Pada observasi kedua diperoleh hasil bahwa subjek penelitian adalah seorang perempuan, berbadan pendek dan agak gemuk, rambut panjang dan hitam, kulit berwarna putih, serta perempuan ini keturunan tionghoa. Penampilan subjek sangat kelihatan berkelas. Peneliti sambil melakukan pendekatan terhadap subjek sambil sedikit mewawancarai.

Observasi kedua dilakukan pada hari selasa, 10 mei 2016 pukul 16.00.-17.00 WIB. Observasi kedua ini dilakukan di tempat tinggal subjek di daerah Kroya, Purwokerto. Hal yang di observasi adalah situasi tempat tinggal dan keseharian subjek di rumah. Dalam observasi ini diperoleh hasil bahwa subjek hanya tinggal bersama dengan orang tuannya. Namun orang taunya jarang sekali berada di rumah selalu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Subjek memiliki adik laki-laki sehingga subjek di rumah hanya sering bertemu dengan adik dan pembantunya saja. Keseharian subjek setelah pulang sekolah adalah kadang bermain-main bersama teman-temannya di rumah subjek. Terkadang subjek juga hanya bermain bersama adiknya. Pada malam harinya subjek belajar sambil menemani adiknya belajar juga. Biasanya subjek belajar dari jam 19.00-21.00.


(52)

Peneliti:”Lalu bagaimana relasi atau hubungan kamu dengan ayah dan ibu?”

A :”Iya begitulah mba.”

Peneliti:”Begitu kenapa?

A :”Iya mereka sekalinya di rumah pasti bertengkar mba jadi males aja gitu.”

Peneliti:”Lalu apa yang kamu lakukan pada saat mereka bertengkar?”

A :”Iya paling aku pergi main sama temanku aku ajak

ke rumah mba kadang ya sama adekku mba.” (V/V2/PERS

-PART/001-009)

Observasi ketiga dilakukan pada hari kamis, 19 Mei 2016 pukul 17.00-18.00 WIB. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui subjek ketika dalam masalah. Ketika mengalami masalah subjek cenderung diam dan ingin segera melupakan masalah yang sedang dihadapinya, karena itu subjek lebih memilih jalan-jalan bersama teman-temannya sambil berbelanja atau pergi ke salon. Ini cara subjek untuk melupakan masalah yang sedang dihadapinya.

Peneliti:”Lalu ketika ada masalah di rumah apa yang kamu lakukan?”

A :”Iya paling saya cuma diam dan segera melupakan apa yang terjadi mba setelah itu aku ajak temanku pergi jalan-jalan kadang shopping kadang juga ke salon gitu mba biar nggak


(53)

Observasi keempat dilakukan pada hari sabtu, 28 mei 2016 pukul 08.00-09.00 WIB. Observasi ini lakukan saat subjek di sekolah, peneliti mengunjungi guru BK di sekolah. Peneliti mencari tahu keaktifan subjek di sekolah. Subjek termasuk siswa yang siswa yang biasa-biasa saja tidak terlalu aktif dalam organisasi. Namun, saat pelajaran subjek aktif bertanya jika kiranya subjek mengalami kesulitan tentang pelajaran tersebut dan di dalam kelas pun subjek termasuk siswa yang pintar.

Observasi terakhir dilakukan pada saat wawancara berlangsung pada hari minggu tanggal 29 mei 2016 pukul 15.00-16.00. Ketika pertanyaan-pertanyaan diajukan kepada subjek, subjek langsung menjawabnya dengan lancar tanpa ada keraguan untuk menjawab pertanyaan dari peneliti. Sehingga saat wawancara berlangsung dapat berjalan dengan lancar.

c. Observasi terhadap subjek pertama G, dilakukan pada hari selasa, 3 mei 2016 pukul 16.00-17.00 WIB. Observasi dilakukan di dekat rumah subjek yang biasanya subjek berkumpul bersama teman-temannya. Pada observasi ketiga diperoleh hasil bahwa subjek penelitian adalah seorang laki-laki, berbadan tinggi dan agak gemuk, rambut pendek dan hitam, kulit berwarna sawo matang, memiliki lesung pipi di sebelah kiri, serta penampilannya sederhana. Peneliti sambil melakukan pendekatan terhadap subjek sambil sedikit mewawancarai.


(54)

Observasi kedua dilakukan pada hari rabu, 11 mei 2016 pukul 16.00.-17.00 WIB. Observasi ketiga ini dilakukan di tempat tinggal subjek di daerah Bantarsoka, Purwokerto. Hal yang di observasi adalah situasi tempat tinggal dan keseharian subjek dirumah. Dalam observasi ini diperoleh hasil bahwa subjek hanya tinggal bersama dengan orang tuanya. Hampir sama dengan subjek yang ke dua orang tua dari subjek sangat subuk dengan pekerjaannya sehingga membuat mereka jarang bertemu. Subjek adalah anak satu-satunya subjek tidak memiliki kakak atau adik. Keseharian subjek setelah pulang sekolah adalah bermain-main bersama teman-temannya terkadang kalau subjek lelah subjek lebih memilih menghabiskan waktu untuk tidur. Biasanya pada malam harinya subjek pergi ketempat temannya untuk belajar bersama subjek belajar dari jam 20.00-22.00.

Peneliti:”Lalu bagaimana relasi atau hubungan kamu dengan ayah dan ibu?”

A :”Iya nggak begitu baik sih mba.”

Peneliti:”Nggak begitu baik?

A :”Iya mba mereka jarang di rumah mereka sibuk dengan pekerjaan mereka mba. Paling ya kalau hari minggu baru ada di rumah. Sekalinya di rumah sering bertengkar nggak tau

masalah apa.” (G/G3/PERS-PART/001-007)

Observasi ketiga dilakukan pada hari Jumat, 20 Mei 2016 pukul 17.00-18.00 WIB. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui


(55)

subjek ketika dalam masalah. Subjek cenderung menceritakan masalahnya pada sahabatnya yang ia percayakan. Subjek juga sering mengambil jalan lain dengan mendengarkan musik kesukaannya dengan volume keras sambil bernyanyi.

Peneliti:”Lalu ketika ada masalah di rumah apa yang kamu lakukan?”

A :”Iya paling saya curhat sama teman aku kadang aku

mendengarkan musik keras-keras mba biar nggak tau apa yang

mereka ributkan.” (G/G3/PERS-PART/008-011)

Observasi keempat dilakukan pada hari sabtu, 28 mei 2016 pukul 08.00-09.00 WIB. Observasi ini lakukan saat subjek di sekolah, peneliti mengunjungi guru BK di sekolah. Peneliti mencari tahu keaktifan subjek di sekolah. Subjek termasuk siswa yang kurang aktif dalam organisasi. Namun, subjek aktif di dalam kelas, subjek mau bertanya pada guru jika ada kesulitan dan subjek terkdang membantu temannya yang mengalami kesulitan.

Observasi terakhir dilakukan pada saat wawancara berlangsung pada hari minggu tanggal 29 mei 2016 pukul 17.00-18.00. Ketika pertanyaan-pertanyaan diajukan kepada subjek, tampak subjek sangat dapat menjawab pertanyaan dengan lancar namun ada juga yang menjawab pertanyaan dengan ragu-ragu. Namun, dengan begitu proses wawancara berjalan lancar dengan jawaban-jawaban yang apa adanya yang sedang dialami oleh subjek.


(56)

2. Wawancara Mendalam

Proses pelaksanaan wawancara mendalam dilakukan setelah peneliti melakukan perkenalan dan pendekatan dengan kedua subjek. Pertama-tama peneliti melakukan pendekatan dengan mendatangi subjek terlebih dahulu dan sangat bergantung dengan kesediaan subjek. Peneliti tidak mengalami hambatan dalam pendekatan terhadap subjek.

Pelaksanaan wawancara disesuaikan dengan kesepakatan antara peneliti dengan subjek penelitian. Dalam proses wawancara peneliti tidak terpaku pada satu tempat yaitu di rumah subjek, tetapi peneliti juga mendatangi sekolah subjek dan tempat berkumpulnya subjek bersama teman-temannya. Lamanya proses wawancara pada masing-masing subjek berbeda-beda, dengan rentang waktu antara setengah jam sampai satu jam. Hal ini dikarenakan subjek tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti, tetapi subjek terlebih dahulu menceritakan pengalamannya dan kadang jawaban atas pertanyaan yang diberikan pun tidak sesuai. Dalam hal ini, peneliti berusaha menggali pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh subjek. Selanjutnya dalam proses wawancara pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada subjek dapat berkembang mengikuti situasi dan kondisi wawancara.

a. Wawancara terhadap subjek pertama A, dilaksanakan pada hari senin, 30 mei 2016, pukul 15.00-16.00 WIB di rumah subjek daerah perumahan Palma, Purwokerto. Hasil wawancara terhadap subjek


(57)

pertama bahwa subjek tetap termotivasi belajarnya karena adanya pasangan (pacar) yang selalu mendukung subjek agar semangat belajar. Hubungan subjek dengan ibunya sangat baik namun dengan ayahnya kurang baik karena ayahnya jarang mengunjungi subjek di rumah. Ayah subjek sangat keras sehingga terkadang subjek merasa takut bila bertemu dengan ayahnya. Sewaktu mereka masih tinggal bersama subjek cenderung menjadi pendiam.

Peneliti:”Apakah kamu masih mempunyai motivasi untuk belajar di sekolah meskipun ayah dan ibu sudah bercerai?”

A : “Iya masih mba, meskipun mereka sudah bercerai aku masih tetap rajin belajar mba”

Peneliti:”Bagaimana cara kamu termotivasi dalam belajar di sekolah?”

A :”Iyaa biasanya ada dorongan dari diri saya mba untuk mau belajar.”

Peneliti:”Apakah ada seseorang yang membuat kamu dapat termotivasi untuk bisa belajar di sekolah?”

A :”Iya jelas ada mba sahabat aku sama pacar aku mereka biasanya yang membuat aku semangat mba.”

Peneliti:”Apakah salah satu orang tua kamu memperhatikan kamu dalam belajar?”

A :”Iya mba ada terutama ibu aku yang selalu memantau jam belajar aku mba.”

Peneliti:”Apakah kamu merasa nyaman dengan kondisi keluarga kamu yang sekarang?”

A :”Iya untuk sekarang ini nyaman-nyaman saja


(58)

b. Wawancara terhadap subjek kedua V, dilaksanakan pada hari senin, 30 mei 2016, pukul 17.00-18.00 WIB di rumah subjek daerah Kroya, Purwokerto. Hasil wawancara terhadap subjek kedua bahwa subjek masih bisa termotivasi belajarnya karena sahabatnya yang selalu ada di saat subjek susah maupun senang. Sahabatnya selalu bersama dengan subjek setiap hari karena rumahnya tidak jauh dengan rumah subjek sehingga memungkinkan subjek tetap senang dengan kehidupannya meskipun orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaannya. Jika orang tuanya ada di rumah mereka selalu bertengkar sehingga membuat subjek merasa sedih kalau melihat mereka bertengkar. untuk mengatasi kesedihannya biasanya subjek pergi ketempat temannya dan curhat bersama teman dekatnya tersebut.

Peneliti:”Apakah kamu masih mempunyai motivasi untuk belajar di sekolah meskipun ayah dan ibu sering bertengkar?”

A :”Iya masih ada mba aku biasanya kalau mereka bertengkar ya aku pergi ketempat temanku belajar bareng biar aku nggak belajar sendiri mba.”

Peneliti:”Bagaimana cara kamu termotivasi dalam belajar di sekolah?”

A :”Iyaa biasanya ada dorongan dari sahabatku itu mba jadi masih ada sahabat yang mendorong aku tetap semangat.”

Peneliti:”Apakah ada seseorang yang membuat kamu dapat termotivasi untuk bisa belajar di sekolah?”


(59)

A :”Iya itu paling cuma sahabat aku itu mba kebetulan rumahnya kan nggak begitu jauh dari rumahku mba jadi kapan aja aku bisa ke rumah temanku itu.”

Peneliti:”Apakah salah satu orang tua kamu memperhatikan kamu dalam belajar?”

A :”Iya kadang-kadang mba nggak begitu sering paling cuma sekedar menanyakan sudah belajar sama kerjaiin PR belum.”

Peneliti:”Apakah kamu merasa nyaman dengan kondisi keluarga kamu yang sekarang?”

A : “Iya nggak nyaman mba penginnya ya mereka sering di rumah biar aku nggak kesepian gitu mba.”

(V/V2/PERS-PART/015-035)

c. Wawancara terhadap subjek Ketiga G, dilaksanakan pada hari selasa, 31 mei 2016, pukul 17.00-18.00 WIB di rumah subjek daerah Bantarsoka, Purwokerto. Hasil wawancara terhadap subjek ketiga bahwa subjek tetap termotivasi belajarnya karena adanya sahabat dan pasangan (pacar) yang selalu mendukung subjek di saat subjek senang maupu sedih. Subjek tidak pernah merasa kesepian meskipun orang tuannya selalu sibuk dengan pekerjaannya dan subjek hanya anak satu-satunya namun kebutuhannya selalu terpenuhi dalam hal materi meskipun kasih sayang orang tuanya kurang subjek dapatkan. Meskipun begitu subjek tetap memperioritaskan sekolahnya sehingga subjek selalu rajin belajar karena dukungan sahabat dan pasangan (pacar).


(60)

Peneliti:”Apakah kamu masih mempunyai motivasi untuk belajar di sekolah meskipun ayah dan ibu sering bertengkar?”

A :”Iya masih mba, meskipun mereka sering bertengkar aku masih bisa belajar bersama teman-teman mba.”

Peneliti:”Bagaimana cara kamu termotivasi dalam belajar di sekolah?”

A :”Iyaa biasanya ada dorongan dari diri aku, teman, dan pacar aku mba.”

Peneliti:”Apakah ada seseorang yang membuat kamu dapat termotivasi untuk bisa belajar di sekolah?”

A :”Iya ada itu pacar aku dan sahabat aku mba mereka selalu ada di saat aku senang maupun sedih mba.”

Peneliti:”Apakah salah satu orang tua kamu memperhatikan kamu dalam belajar?”

A :”Iya kadang-kadang mba paling cuma sekedar nyuruh belajar yang rajin gitu mba.”

Peneliti:”Apakah kamu merasa nyaman dengan kondisi keluarga kamu yang sekarang?”

A :”Iya nggak nyaman kalau mereka sering bertengkar mba mungkin kalau mereka akur-akur aja sih pasti nyaman

mba.” (G/G3/PERS-PART/012-030)

B. ANALISIS DATA 1. Subjek 1

a. Penghimpunan Data Subjek

Nama : A

Tempat Tanggal Lahir: Purwokerto, 4 september 1998 Asal Daerah : Purwokerto


(61)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 18

Agama : Katolik

Alamat : Perumahan Palma Purwokerto Anak ke- : 1 dari 2 bersaudara

Pendidikan Terakhir : SMP Pekerjaan/sekolah : SMA Cita-cita : Dokter

Hobby : Sepak Bola

Penampilan Fisik : Berbadan tinggi dan agak kurus, rambut pendek dan hitam, kulit berwarna putih, keturunan tionghoa

Penampilan Psikis : Ramah, mudah bergaul, dan senang bercanda

Sumber Informasi : Subjek, guru BK, dan teman subjek b. Analisis

Analisis data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan atau observasi dan juga wawancara kepada subjek. Wawancara dilakukan secara bertahap dan beberapa waktu yang berbeda. Observasi dilakukan dengan mengamati perilaku dan sikap subjek di rumah maupun di sekolah. Wawancara dilakukan tidak hanya dengan subjek namun juga dengan guru BK di sekolah yang mengetahui bagaimana kehidupan subjek sehari-hari.


(62)

1) Lingkungan Keluarga

Subjek A adalah anak pertama dari dua bersaudara, adiknya masih sekolah SMP kelas VII. Subjek tinggal bersama ibunya karena kedua orang tuanya sudah bercerai. Sedangkan ayahnya tinggal di Jakarta bersama dengan adik subjek. Ayahnya terkadang mengunjungi subjek disaat ayahnya libur dari pekerjaannya. Kondisi ekonomi keluarga subjek termasuk keluarga yang sederhana. Hubungan subjek dengan ibunya sangat dekat dibandingkan dengan ayahnya yang sangatlah keras terhadapnya. Meskipun kedua orang tuanya sudah bercerai subjek tetap menghormati mereka.

2) Lingkungan Tempat Tinggal

Subjek tinggal di daerah perumahan Palma, Purwokerto. Rumah subjek sederhana namun subjek memiliki kios yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Tempat tinggal subjek yang sangat padat penduduknya, tidak ada jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya. Rumahnya dekat dengan kampus UNSOED di Purwokerto.

3) Lingkungan Sekolah

Subjek tinggal di daerah perumahan Palma, Purwokerto. Rumah subjek sederhana namun subjek memiliki kios yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Tempat tinggal subjek yang sangat padat penduduknya, tidak ada jarak antara rumah yang


(63)

satu dengan yang lainnya. Rumahnya dekat dengan kampus UNSOED di Purwokerto.

4) Teman Dekat

Subjek memiliki banyak teman dan subjek sering sekali berkumpul dengan teman-temannya baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Subjek tidak hanya berteman di lingkungan sekolah saja namun subjek di luar sekolah mempunyai banyak teman. Subjek memiliki sahabat dan pacar yang selalu ada buat subjek. Sehingga dengan adanya mereka subjek tidak merasa kesepian karena subjek dengan adiknya tinggal terpisah setidaknya subjek merasa nyaman dengan adanya mereka.

5) Pengalaman Traumatik

Subjek mengatakan bahwa pernah mengalami hal-hal yang menyebabkan trauma. Menurutnya semasa kecil subjek kerap sekali di marahi oleh ayahnya. Ayahnya pernah memukul subjek sewaktu ia masih kecil itu di karenakan subjek tidak mau nurut dengan perkataan ayahnya. Sehingga apapun yang ia lakukan kesalahan kecilpun ia kerap di pukul oleh ayahnya. Ayahnya juga kerap marah pada ibunya melihat meraka selalu bertengkar membuat subjek merasa sedih ketika melihat ibunya di marahi oleh ayah dan pernah ayahnya memukul ibu subjek.


(64)

2. Subjek 2

a. Penghimpunan Data Subjek

Nama : V

Tempat Tanggal Lahir: Purwokerto, 18 Januari 1999 Asal Daerah : Purwokerto

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 17

Agama : Katolik

Alamat : Kroya, Purwokerto Anak ke- : 1 dari 2 bersaudara Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan/sekolah : SMA Cita-cita : Bidan

Hobby : Dance

Penampilan Fisik : Berbadan pendek dan agak gemuk, rambut panjang dan hitam, kulit berwarna putih, keturunan tionghoa

Penampilan Psikis : Ramah, cerewet, dan mudah bergaul Sumber Informasi : Subjek, guru BK, dan teman subjek b. Analisis

Analisis data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan atau observasi dan juga wawancara kepada subjek. Wawancara dilakukan secara bertahap dan beberapa waktu yang berbeda. Observasi dilakukan dengan mengamati perilaku dan sikap subjek


(65)

di rumah maupun di sekolah. Wawancara dilakukan tidak hanya dengan subjek namun juga dengan guru BK di sekolah yang mengetahui bagaimana kehidupan subjek sehari-hari.

1) Lingkungan Keluarga

Subjek V adalah anak kedua dari dua bersaudara, adiknya masih sekolah SD kelas V. Subjek tinggal bersama dengan ke dua orang tuannya namun orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kondisi ekonomi keluarga subjek termasuk kelas menengah ke atas. Apa yang diinginkan subjek selalu diberikan. Namun kasih sayang orang tua subjek sangat kurang. Walaupun begitu subjek tetap memiliki motivasi dalam belajarnya. Subjek tetap menghormati orang tuanya dan berpikir positif karena mereka mencari uang untuk kebutuhan subjek.

2) Lingkungan Tempat Tinggal

Subjek tinggal di daerah Kroya, Purwokerto. Lingkungan tempat tinggal subjek sangat luas, di gang jalan rumahnya hanya rumah subjek yang kelihatan besar dan luas. Tempat tinggal subjek rumahnya bagus dan memiliki kebun di samping rumah. Jarak dengan tetangga tidak terlalu jauh hanya berhadap-hadapan. Rumah subjek juga dekat dengan sungai. Lingkungan tempat tinggal subjek ramah-ramah.


(66)

3) Lingkungan Sekolah

Subjek satu sekolahan dengan A di sekolah SMA swasta Katolik yang kebanyakan siswanya keturunan tionghoa. Termasuk subjek yang keturunan tionghoa. Subjek di sekolah cukup aktif dan cerewet meskipun subjek di kelas cerewet suka ribut namun subjek mau bertanya pada guru jika ada kesulitan. Subjek termasuk anak yang pintar dan rajin mengerjakan tugas. Subjek juga memiliki motivasi yang tinggi dalam belajarnya di kelas dan pernah mendapatkan peringkat di kelas.

4) Teman Dekat

Subjek memiliki banyak teman namun subjek sering kali dekat dengan sahabatnya kemana-mana selalu dengan sahabatnya. Menurut subjek sahabatnyalah yang selalu ada buat subjek sehingga subjek berasa nyaman bila bersama dengan sahabatnya. Sahabatnyalah yang selalu memotivasinya karena sahabatnya tahu kalau di rumah sendirian pasti merasa kesepian. Sehingga sahabatnya selalu menemani subjek belajar, mendengarkan curhatnya, dll.

5) Pengalaman Traumatik

Subjek mengatakan bahwa pernah mengalami hal-hal yang menyebabkan trauma. Menurutnya pernah suatu hari subjek melihat ibunya di tampar oleh ayah subjek tidak tahu masalah apa yang membuat mereka bertengkar sampai menampar.


(67)

Sehingga setiap melihat mereka bertengkar subjek merasa sedih dan takut apabila mereka bercerai.

3. Subjek 3

a. Penghimpunan Data Subjek

Nama : G

Tempat Tanggal Lahir: Purwokerto, 21 April 1998 Asal Daerah : Purwokerto

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 18

Agama : Katolik

Alamat : Bantarsoka, Purwokerto Anak ke- : 1 (anak tunggal)

Pendidikan Terakhir : SMP Pekerjaan/sekolah : SMA Cita-cita : Pengusaha

Hobby : Basket

Penampilan Fisik : Berbadan tinggi dan agak gemuk, rambut pendek dan hitam, kulit berwarna sawo matang, memiliki lesung pipi sebelah kiri

Penampilan Psikis : Pendiam, murah senyum, dan sedikit malu-malu


(68)

b. Analisis

Analisis data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan atau observasi dan juga wawancara kepada subjek. Wawancara dilakukan secara bertahap dan beberapa waktu yang berbeda. Observasi dilakukan dengan mengamati perilaku dan sikap subjek di rumah maupun di sekolah. Wawancara dilakukan tidak hanya dengan subjek namun juga dengan guru BK di sekolah yang mengetahui bagaimana kehidupan subjek sehari-hari.

1) Lingkungan Keluarga

Subjek G adalah anak tunggal. Subjek tinggal bersama dengan kedua orang tuannya namun kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kondisi ekonomi keluarga subjek termasuk kelas menengah ke atas. Apa yang subjek inginkan selalu diberikan. Orang tua subjek sering sekali bertengkar sehingga membuat subjek merasa sedih. Namun, subjek hanya bisa diam saja subjek tetap menghormati mereka yang terpenting subjek berharap mereka tidak bercerai.

2) Lingkungan Tempat Tinggal

Subjek tinggal di daerah Bantarsoka, Purwokerto. Lingkungan tempat tinggal subjek sangat luas, di lingkungan tempat tinggal subjek kawasan elit atau menengah keatas. Rumah subjek sangat bagus begitu pula dengan tetangga-tetangganya rumahnya yang besar-besar. Letak rumah subjek pun terhitung


(69)

berada dideretan paling pojok di daerah itu. Lingkungan tempat tinggal subjek pun ramah-ramah.

3) Lingkungan Sekolah

Subjek satu sekolah dengan A dan V namun subjek tidak begitu dekat dengan mereka. Subjek yang lain keturunan tionghoa namun subjek G keturunan Jawa. Meskipun banyak yang keturunan tionghoa subjek tetap enjoy saja bersekolah di SMA tersebut. Subjek termasuk anak yang mudah bergaul dengan teman-temannya. Subjek termasuk anak yang pintar meskipun suka ribut di kelas namun dia aktif bertanya pada guru jika mengalami kesulitan. Subjek juga memiliki motivasi yang tinggi dalam belajarnya meskipun subjek jarang mendapatkan peringkat di kelasnya.

4) Teman Dekat

Subjek memiliki banyak teman baik di sekolah maupun di luar sekolah. Namun subjek kerap kali bermain dengan teman dekatnya yang sudah dari subjek kecil sudah bermain bersama. Jika subjek merasa kesepian subjek selalu mengajak temannya untuk main ke rumahnya atau pergi nongkrong bersama teman-temannya.

5) Pengalaman Traumatik

Subjek mengatakan bahwa pernah mengalami hal-hal yang menyebabkan trauma. Menurut subjek pernah suatu hari


(1)

Informan : V (Nama Inisial) V2

Peneliti : Feli Lembar Coding

NO.URUT DATA TEKS

001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034 035

Lalu bagaimana relasi atau hubungan kamu dengan ayah dan ibu?

Iya begitulah mba. Begitu kenapa?

Iya mereka sekalinya di rumah pasti bertengkar mba jadi males aja gitu.

Lalu apa yang kamu lakukan pada saat mereka bertengkar? Iya paling aku pergi main sama temanku aku ajak ke rumah mba kadang ya sama adekku mba. (PERS-PART)

Lalu ketika ada masalah di rumah apa yang kamu lakukan? Iya paling saya cuma diam dan segera melupakan apa yang terjadi mba setelah itu aku ajak temanku pergi jalan-jalan kadang shopping kadang juga ke salon gitu mba biar nggak sedih di rumah. (PERS-PART)

Apakah kamu masih mempunyai motivasi untuk belajar di sekolah meskipun ayah dan ibu sering bertengkar?

Iya masih ada mba aku biasanya kalau mereka bertengkar ya aku pergi ketempat temanku belajar bareng biar aku nggak belajar sendiri mba.

Bagaimana cara kamu termotivasi dalam belajar di sekolah? Iyaa biasanya ada dorongan dari sahabatku itu mba jadi masih ada sahabat yang mendorong aku tetap semangat.

Apakah ada seseorang yang membuat kamu dapat termotivasi untuk bisa belajar di sekolah?

Iya itu paling Cuma sahabat aku itu mba kebetulan rumahnya kan nggak begitu jauh dari rumahku mba jadi kapan aja aku bisa ke rumah temanku itu.

Apakah salah satu orang tua kamu memperhatikan kamu dalam belajar?

Iya kadang-kadang mba nggak begitu sering paling cuma sekedar menanyakan sudah belajar sama kerjaiin PR belum.

Apakah kamu merasa nyaman dengan kondisi keluarga kamu yang sekarang?

Iya nggak nyaman mba penginnya ya mereka sering di rumah biar aku nggak kesepian gitu mba.(PERS-PART)


(2)

Informan : G (Nama Inisial) G3

Peneliti : Feli Lembar Coding

NO.URUT DATA TEKS

001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030

Lalu bagaimana relasi atau hubungan kamu dengan ayah dan ibu?

Iya nggak begitu baik sih mba. Nggak begitu baik?

Iya mba mereka jarang di rumah mereka sibuk dengan pekerjaan mereka mba. Paling ya kalau hari minggu baru ada di rumah. Sekalinya di rumah sering bertengkar nggak tau masalah apa. Lalu ketika ada masalah di rumah apa yang kamu lakukan? Iya paling saya curhat sama teman aku kadang aku mendengarkan musik keras-keras mba biar nggak tau apa yang mereka ributkan. (PERS-PART)

Apakah kamu masih mempunyai motivasi untuk belajar di sekolah meskipun ayah dan ibu sering bertengkar?

Iya masih mba, meskipun mereka sering bertengkar aku masih bisa belajar bersama teman-teman mba.

Bagaimana cara kamu termotivasi dalam belajar di sekolah? Iyaa biasanya ada dorongan dari diri aku, teman, dan pacar aku mba.

Apakah ada seseorang yang membuat kamu dapat termotivasi untuk bisa belajar di sekolah?

Iya ada itu pacar aku dan sahabat aku mba mereka selalu ada di saat aku senang maupun sedih mba.

Apakah salah satu orang tua kamu memperhatikan kamu dalam belajar?

Iya kadang-kadang mba paling cuma sekedar nyuruh belajar yang rajin gitu mba.

Apakah kamu merasa nyaman dengan kondisi keluarga kamu yang sekarang?

Iya nggak nyaman kalau mereka sering bertengkar mba mungkin kalau mereka akur-akur aja sih pasti nyaman mba. (PERS-PART)


(3)

Informan : Guru BK (K)

Peneliti : Feli Lembar Coding

NO.URUT DATA TEKS

001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021

Bu apakah siswa yang bernama A, V, G sering bermasalah? Oh nggak kok mba mereka malah rajin-rajin anaknya.

Apakah mereka pernah membolos atau tidak masuk kelas tanpa keterangan?

Nggak pernah mba paling nggak masuk itu ya karena sakit kadang ikut kegiatan ekstra kulikuler yang membutuhkan mereka untuk ikut serta mba.

oh begitu yah bu, lalu mereka aktif organisasi apa aja bu? Kalau si A itu ikut osis jadi sekertaris kalau si V itu ikut organisasi kepramukaan Bantara tapi kalau si G itu nggak ikut organisasi paling cuma ikut ekstra kulikuler basket.

Oh begitu yah bu mereka ya rajin-rajin bu gimana kalau keaktifan di kelas bu?

Nah kalau di kelas si A, V, dan G itu aktif di kelas sering bertanya kalau ada kesulitan apa yang mereka nggak tau. Kadang mereka juga ngajarin yang nggak bisa nggak pelit kalau minta ngajarin temannya.

Lalu bagaimana prestasi mereka di kelas bu?

Kalau prestasi si A masuk peringkat 10 besar terus dari kelas 1 itu. Kalau si V juga masuk peringkat 10 besar kalau si G paling kadang peringkat 11 kalau nggak 12 jadi ya masih lumayan mba. (PERS-PART)


(4)

Yang bertanda Nama (Inisial Tempat tangga Jenis Kelamin Alamat

Status/pekerjaa Menyatakan penulisan skripsi ya Broken Home” yang di

Nama NIM

Mahasiswa B Demikian surat pernya

Surat Pernyataan nda tangan dibawah ini:

sial) : A

ggal lahir : Purwokerto, 4 September 1998 in : Laki-laki

: Perumahan Palma, Purwokerto

rjaan : SMA

n bersedia sebagai subjek penelitian untuk yang berjudul “Motivasi Belajar Remaja ya g disusun oleh:

: Felisitas Purnaningsih : 121114011

Bimbingan dan Konseling Sanata Dharm nyataan ini dibuat, kiranya dapat digunakan den Yogyakarta, 1

(... untuk kepentingan

yang Mengalami

rma Yogyakarta. n dengan semestinya , 19 Agustus 2016


(5)

Yang bertanda Nama (Inisial Tempat tangga Jenis Kelamin Alamat

Status/pekerjaa Menyatakan penulisan skripsi ya Broken Home” yang di

Nama NIM

Mahasiswa B Demikian surat pernya

Surat Pernyataan nda tangan dibawah ini:

sial) : V

ggal lahir : Purwokerto, 18 Januari 1999 in : Perempuan

: Kroya, Purwokerto

rjaan : SMA

n bersedia sebagai subjek penelitian untuk yang berjudul “Motivasi Belajar Remaja ya g disusun oleh:

: Felisitas Purnaningsih : 121114011

Bimbingan dan Konseling Sanata Dharm nyataan ini dibuat, kiranya dapat digunakan den Yogyakarta, 1

(... untuk kepentingan

yang Mengalami

rma Yogyakarta. n dengan semestinya , 19 Agustus 2016


(6)

Yang bertanda Nama (Inisial Tempat tangga Jenis Kelamin Alamat

Status/pekerjaa Menyatakan penulisan skripsi ya Broken Home” yang di

Nama NIM

Mahasiswa B Demikian surat pernya

Surat Pernyataan nda tangan dibawah ini:

sial) : G

ggal lahir : Purwokerto, 21 April 1998 in : Laki-laki

: Bantarsoka, Purwokerto

rjaan : SMA

n bersedia sebagai subjek penelitian untuk yang berjudul “Motivasi Belajar Remaja ya g disusun oleh:

: Felisitas Purnaningsih : 121114011

Bimbingan dan Konseling Sanata Dharm nyataan ini dibuat, kiranya dapat digunakan den Yogyakarta, 1

(... untuk kepentingan

yang Mengalami

rma Yogyakarta. n dengan semestinya , 19 Agustus 2016