Usulan Ruang Perkuliahan melalui Pendekatan Ergonomi di Lantai 2 sampai 5 Gedung Widya Maranatha dalam Upaya Meningkatkan Kenyamanan Proses Belajar Mengajar di Universitas Kristen Maranatha.
(2)
ABSTRAK
Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk memajukan perkembangan dan kemajuan bangsa serta dapat meningkatkan kualitas sumber daya (mutu kehidupan dan martabat) manusia. Universitas Kristen Maranatha merupakan salah satu sarana di bidang
pendidikan. Dalam mendukung pendidikan, UK Maranatha memberikan fasilitas – fasilitas,
yaitu salah satunya adalah ruangan belajar mengajar. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, ruangan kelas yang ada di Gedung Widya Maranatha ( GWM ) masih memiliki beberapa kekurangan. Mahasiswa sering merasakan panas dan pengap saat proses belajar mengajar berlangsung. Banyak ruangan-ruangan yang memiliki potensi kebisingan yang berasal dari koridor-koridor atau lorong gedung. Selain itu, terdapat beberapa keluhan dari beberapa dosen mengenai ketidaknyamanan meja dosen, dimana
kaca meja menghalangi pandangan untuk melihat monitor, kemudian laci meja keyboard
yang menutupi setengah dari monitor serta membuat posisi duduk dosen terganggu. Peletakan OHP di atas meja juga menghalangi mahasiswa untuk melihat ke depan. Keluhan yang paling sering diutarakan oleh dosen mengenai meja saat ini adalah tidak
terdapatnya tempat kaki atau footrest, sehingga sering kali kaki dosen harus terbuka atau
“ngangkang”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan usulan
terhadap kondisi temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, ventilasi serta kebisingan dalam ruangan kelas di lantai 2,3,4 dan 5 gedung GWM UK Maranatha. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis dan memberikan usulan rancangan meja dan kursi dosen serta meja OHP yang lebih baik dari segi ergonomi.
Berdasarkan hasil penelitian awal, lingkungan fisik dan fasilitas fisik di ruang kelas membutuhkan perbaikan dilihat dari banyaknya keluhan yang diberikan dosen dan mahasiswa. Tahap awal dimulai dengan pengumpulan data, spesifikasi dan kondisi ruangan kelas yang ada di lantai 2,3,4 dan lantai 5, lingkungan fisik ruangan kelas di lantai 2, 3, 4 dan 5, dan hanya ukuran aktual dari meja dosen. Data dari kondisi lingkungan fisik aktual di bandingkan dengan data kondisi lingkungan fisik dari sudut pandang ergonomi. Dari hasil perbandingan dapat diketahui bahwa hampir keseluruhan ruangan kelas yang
ada masih bermasalah. Pembuatan tabel antropometri untuk mengetahui range ukuran
yang ergonomis untuk meja dosen diambil dari Data Antropometri Orang Indonesia di buku karangan Eko Nurmianto. Ukuran meja aktual kemudian dibandingkan dengan data pada tabel antropometri untuk mengetahui keergonomisan ukuran tersebut. Setelah itu dilakukan analisis mengenai keergonomisan ukuran, dan diketahui bahwa meja dosen aktual tidak ergonomis. Dari hasil analisis, dilakukan pembuatan usulan rancangan yang terdiri dari 6 alternatif untuk setiap masing-masing produk, yaitu meja dosen, kursi dosen dan meja OHP.
Usulan untuk mengatasi kondisi dari temperatur, kelembaban, sirkulasi udara dan ventilasi adalah dengan melakukan pemasangan AC atau kipas angin, untuk kondisi kebisingan adalah dengan membuat ruangan kedap suara dengan cara menutup ventilator yang mengarah ke lorong. Hasil perancangan yang dilakukan penulis
dibandingkan dengan meja dosen aktual dengan menggunakan concept scoring, dari 6
alternatif untuk masing-masing produk maka didapatkanlah meja dosen alternatif 2 sebagai meja terbaik, dan kursi dosen alternatif 4 sebagai kursi terbaik dan meja OHP alternatif 2 sebagai meja OHP terbaik.
(3)
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Batasan & Asumsi... 3
1.3.1 Batasan ... 3
1.3.2 Asumsi ... 4
1.4 Perumusan Masalah ... 4
1.5 Tujuan Penelitian ... 5
1.6 Sistematika Penulisan ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2-1
2.1 Ergonomi... 2-1 2.2 Antropometri ... 2-4 2.2.1 Antropometri Statis ... 2-10 2.2.2 Antropometri Dinamis ... 2-14 2.3 Perancangan ... 2-14 2.3.1 Teknik Perancangan ... 2-14
(4)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
2.3.2 Karakteristik Teknik Perancangan ... 2-15
2.3.3 Prosedur Perancangan ... 2-16
2.3.4 Hal Diperhatikan dalam Membuat Suatu Rancangan ... 2-16
2.3.5 Analisa Desain ... 2-17 2.3.6 Analisa Nilai... 2-18 2.4 Persentil... 2-22 2.5 Lingkungan Fisik ... 2-23
2.5.1 Sirkulasi Udara dan Ventilasi ... 2-23
2.5.2 Temperatur dan Kelembaban ... 2-24
2.5.3 Kebisingan ... 2-26
2.6 Metode Konsep Penilaian (Concept Scoring) ... 2-27
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 3-1
3.1 Flowchart Penelitian ... 3-1 3.2 Penelitian Pendahuluan ... 3-4 3.3 Identifikasi Masalah ... 3-4 3.4 Batasan dan Asumsi ... 3-5 3.4.1 Batasan ... 3-5 3.4.2 Asumsi ... 3-6 3.5 Perumusan Masalah ... 3-6 3.6 Tujuan Penelitian ... 3-7
3.7 Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ... 3-8
3.8 Analisis ... 3-8 3.9 Usulan ... 3-8
(5)
vi
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
3.10 Kesimpulan dan Saran ... 3-9
BAB 4 PENGUMPULAN DATA ... 4-1
4.1 Sejarah dan Struktur Organisasi Perusahaan ... 4-1
4.1.1 Sejarah singkat Universitas Kristen Maranatha (UKM) ... 4-1
4.1.2 Visi Universitas Kristen Maranatha (UKM) ... 4-2
4.1.3 Misi Universitas Kristen Maranatha ... 4-3
4.1.4 Logo Universitas Kristen Maranatha ... 4-3
4.1.5 Struktur Organisasi Universitas Kristen Maranatha ... 4-4
4.2 Data Wawancara ... 4-5
4.3 Layout ruangan kelas di gedung GWM lantai 2,3 4 dan 5. ... 4-6
4.4 Spesifikasi dan Kondisi Ruangan ... 4-10
4.5 Fasilitas Sarana Fisik Ruangan GWM (Lantai 2,3,4 dan 5) ... 4-15
4.5.1 Ventilalator ... 4-15 4.5.2 AC ... 4-16 4.5.3 Kipas Angin ... 4-17 4.5.4 Meja Dosen ... 4-17
BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ... 5-1
5.1 Hasil Wawancara ... 5-1
5.1.1 Kondisi Lingkungan Fisik Ruangan Kelas ... 5-1
5.1.2 Kondisi Meja Dosen ... 5-2 5.2 Analisis Lingkungan Fisik ... 5-3
(6)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
5.2.1 Analisis Ventilator dan Sirkulasi Udara ... 5-116
5.3 Data Antropometri Meja Dosen ... 5-131
5.3.1 Perbandingan Ukuran Meja Dosen Aktual dengan Ukuran Data
Antropometri. ... 5-131 BAB 6 USULAN ... 6-1 6.1 Usulan Lingkungan Fisik ... 6-1
6.1.1 Temperatur dan Kelembaban ... 6-1
6.1.2 Ventilasi dan Sirkulasi Udara... Error! Bookmark not defined.
6.1.3 Kebisingan ... Error! Bookmark not defined.
6.2 Usulan Meja dan Kursi Dosen ... 6-22
6.2.1 Meja Dosen Alternatif 1 ... 6-22 6.2.2 Meja Dosen Alternatif 2 ... 6-26 6.2.3 Meja Dosen Alternatif 3 ... 6-30 6.2.4 Meja Dosen Alternatif 4 ... 6-35 6.2.5 Meja Dosen Alternatif 5 ... 6-43 6.2.6 Meja Dosen Alternatif 6 ... 6-50 6.2.7 Kursi Dosen Alternatif 1 ... 6-56 6.2.8 Kursi Dosen Alternatif 2 ... 6-61 6.2.9 Kursi Dosen Alternatif 3 ... 6-67 6.2.10 Kursi Dosen ... 6-70 6.2.11 Kursi Dosen Alternatif 4 ... 6-72 6.2.12 Kursi Dosen Alternatif 5 ... 6-75 6.2.13 Meja OHP Alternatif 1 ... 6-78
(7)
viii
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
6.2.14 Meja OHP Alternatif 4 ... 6-92 6.2.15 Meja OHP Alternatif 5 ... 6-93 6.2.16 Meja OHP Alternatif 6 ... 6-94 6.3 Concept Scoring ... 6-95 6.3.2 Kursi Dosen Terpilih ... 6-116 6.3.3 Meja OHP Terpilih ... 6-117
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 7-1
7.1 Kesimpulan ... 7-1
7.1.1 Temperatur dan kelembaban ... 7-1
7.1.2 Ventilasi dan Sirkulasi Udara... 7-1
7.1.3 Kebisingan ... 7-1
7.1.4 Meja Dosen, Kursi Dosen dan Meja OHP ... 7-2
7.2 Saran ... 7-2
7.2.1 Temperatur dan Kelembaban ... 7-2
7.2.2 Ventilasi dan Sirkulasi Udara... 7-3
7.2.3 Kebisingan ... 7-3
(8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Desain Anthropometri Tubuh Manusia ... 2-8
2.2 Hubungan Temperatur dengan Kelembaban ... 2-25
3.1 Flow Chart ... 3-1 3.2 Flow Chart (lanjutan) ... 3-2 3.3 Flow Chart (lanjutan) ... 3-3 3.4 Flow Chart (lanjutan) ... 3-4
4.1 Logo Universitas Kristen Maranatha ... 4-3
4.2 Struktur Organisasi Universitas Kristen Maranatha ... 4-4
4.3 Layout Lantai 2 ... 4-6 4.4 Layout Lantai 3 ... 4-7 4.5 Layout Lantai 4. ... 4-8 4.6 Layout Lantai 5. ... 4-9
4.7 Jendela Yang Menghadap Jalan Raya ... 4-15
4.8 Jendela Yang Menghadap Lorong Gedung ... 4-15
4.9 Exhaust Yang Berada Di Langit-Langit Dalam Ruangan ... 4-16
4.10 Exhaust Yang Berada Di Dinding Luar Ruangan ... 4-16
4.11 AC Ceiling Universal ... 4-16
4.12 AC Split Wall ... 4-17
4.13 Kipas Angin ... 4-17
4.14 Meja Dosen Tampak Depan ... 4-17
4.15 Meja Dosen Tampak Belakang ... 4-18
4.16 Meja Dosen Tampak Atas ... 4-19
4.17 Meja Dosen Tampak Samping ... 4-19
4.18 Meja Dosen Tampak Dalam ... 4-20
4.19 Ukuran Meja Dosen Tampak Atas ... 4-21
4.20 Ukuran Meja Dosen Tampak Depan ... 4-22
(9)
xvii
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
Gambar Judul Halaman
4.22 Ukuran Meja Dosen Tampak Samping ... 4-23
4.23 Ukuran Keseluruhan Meja Dosen ... 4-24
5.1 Diagram Pie Keluhan Ruangan Kelas ... 5-1
5.2 Diagram Pie Keluhan Meja Dosen ... 5-2
5.3 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02A01 ... 5-4
5.4 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02A03 ... 5-5
5.5 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02A06 ... 5-6
5.6 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02A07 ... 5-7
5.7 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02A08 ... 5-8
5.8 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02A09 ... 5-9
5.9 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02B01... 5-10
5.10 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02B02... 5-11
5.11 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02B05... 5-12
5.12 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02B06... 5-13
5.13 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02B07... 5-14
5.14 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02B08... 5-15
5.15 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02B09... 5-16
5.16 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02B10... 5-17
5.17 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02B11... 5-18
5.18 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02B12... 5-19
5.19 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02C01... 5-20
5.20 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02C02... 5-21
5.21 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02C03... 5-22
5.22 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02C04... 5-23
5.23 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02C05... 5-24
5.24 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H02C06... 5-25
(10)
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
Gambar Judul Halaman
5.26 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3A2 ... 5-27
5.27 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3A3 ... 5-28
5.28 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3A4 ... 5-29
5.29 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3A5 ... 5-30
5.30 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3A6 ... 5-31
5.31 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3A7 ... 5-32
5.32 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3A10 ... 5-33
5.33 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3A11 ... 5-34
5.34 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3A12 ... 5-35
5.35 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3A13 ... 5-36
5.36 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3B1... 5-37
5.37 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3B2... 5-38
5.38 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3B5... 5-39
5.39 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3B6... 5-40
5.40 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3B7... 5-41
5.41 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3B8... 5-42
5.42 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3B9... 5-43
5.43 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3B10... 5-44
5.44 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3B11... 5-45
5.45 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3B12... 5-46
5.46 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3C1... 5-47
5.47 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3C2... 5-48
5.48 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3C3... 5-49
5.49 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3C4... 5-50
5.50 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3C5... 5-51
5.51 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H3C6... 5-52
(11)
xix
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
Gambar Judul Halaman
5.53 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04A02 ... 5-54
5.54 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04A03 ... 5-55
5.55 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04A04 ... 5-56
5.56 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04A05 ... 5-57
5.57 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04A08 ... 5-58
5.58 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04A09 ... 5-59
5.59 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04A10 ... 5-60
5.60 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04A11 ... 5-61
5.61 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04A12 ... 5-62
5.62 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04B01... 5-63
5.63 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04B04... 5-64
5.64 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04B05... 5-65
5.65 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04B06... 5-66
5.66 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04B07... 5-67
5.67 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04C01... 5-68
5.68 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04C02... 5-69
5.69 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04C03... 5-70
5.70 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04C04... 5-71
5.71 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04C05... 5-72
5.72 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H04C06... 5-73
5.73 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5A1 ... 5-74
5.74 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5A2 ... 5-75
5.75 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5A3 ... 5-76
5.76 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5A5 ... 5-77
5.77 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5A8 ... 5-78
5.78 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5A9 ... 5-79
(12)
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
Gambar Judul Halaman
5.80 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5A11 ... 5-81
5.81 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5B1... 5-82
5.82 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5B2... 5-83
5.83 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5B5... 5-84
5.84 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5B6... 5-85
5.85 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5B7... 5-86
5.86 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5B8... 5-87
5.87 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5B9... 5-88
5.88 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5B10... 5-89
5.89 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5B11... 5-90
5.90 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5B12... 5-91
5.91 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5C1... 5-92
5.92 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5C2... 5-93
5.93 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5C3... 5-94
5.94 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5C4... 5-95
5.95 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5C5... 5-96
5.96 Diagram Kelembaban vs Temperatur pada H5C6... 5-97
5.98 Diagram Kelembaban vs Temperatur Pagi Hari, Lantai 2 ... 5-99
5.99 Diagram Kelembaban vs Temperatur Sore Hari, Lantai 2 ... 5-101
5.100 Diagram Kelembaban vs Temperatur Lantai 3 ... 5-102
5.101 Diagram Kelembaban vs Temperatur Pagi Hari, Lantai 4 ... 5-103
5.102 Diagram Kelembaban vs Temperatur Siang Hari, Lantai 4 ... 5-104
5.103 Diagram Kelembaban vs Temperatur Sore Hari, Lantai 4 ... 5-106
5.104 Diagram Kelembaban vs Temperatur Lantai 5 ... 5-107
5.105 Diagram Kelembaban Kondisi Pagi Hari Lantai 2 ... 5-118
5.106 Diagram Kelembaban Kondisi Siang Hari Lantai 2 ... 5-120
(13)
xxi
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
Gambar Judul Halaman
5.108 Diagram Kelembaban Kondisi Pagi Hari Lantai 4 ... 5-126
5.109 Diagram Kelembaban vs Temperatur Siang Hari, Lantai 4 ... 5-127
5.110 Diagram Kelembaban vs Temperatur Sore Hari Lantai 4 ... 5-129
6.1 Kapasitas AC pada Ruangan ... 6-2
6.2 Layout Usulan AC dan Kipas Angin di lantai 2 ... 6-17 6.3 Layout Usulan Lantai 3 ... 6-18 6.4 Layout Usulan AC dan Kipas Angin di lantai 4 ... 6-18 6.5 Layout Usulan Lantai 5 ... 6-20
6.6 Usulan 3D Meja Dosen Alternatif 1 ... 6-24
6.7 Usulan 2D Meja Dosen Alternatif 1 ... 6-25
6.8 Usulan 3D Meja Dosen Alternatif 2 ... 6-28
6.9 Usulan 2D Meja Dosen Alternatif 2 ... 6-29
6.10 Usulan 3D Meja Dosen Alternatif 3 ... 6-32
6.11 Usulan 2D Meja Dosen Alternatif 3 ... 6-33
6.12 Meja Dosen Alt 4 (3D) ... 6-40
6.13 Meja Dosen Alt 4 (Tampak Depan) ... 6-40
6.14 Meja Dosen Alt 4 (Tampak Samping)... 6-41
6.15 Meja Dosen Alt 4 (Tampak Atas) ... 6-41
6.16 Meja Dosen Alt 4 ... 6-42
6.17 Meja Dosen Alt 5 (3D) ... 6-46
6.18 Meja Dosen Alt 5 (Tampak Depan) ... 6-47
6.19 Meja Dosen Alt 5 (Tampak Samping)... 6-47
6.20 Meja Dosen Alt 5 (Tampak Atas) ... 6-48
6.21 Meja Dosen Alt 5 ... 6-49
6.22 Meja Dosen Alt 6 (3D) ... 6-53
6.23 Meja Dosen Alt 6 (Tampak Depan) ... 6-54
(14)
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
Gambar Judul Halaman
6.25 Meja Dosen Alt 6 (Tampak Atas) ... 6-54
6.26 Meja Dosen Alt 6 ... 6-55
6.27 Usulan 3D Kursi Dosen Alternatif 1 ... 6-58
6.28 Usulan 2D Kursi Dosen Alternatif 1 ... 6-59
6.29 Usulan 3D Kursi Dosen Alternatif 2 ... 6-63
6.30 Usulan 2D Kursi Dosen Alternatif 2 ... 6-64
6.31 Usulan 3D Kursi Dosen Alternatif 3 ... 6-68
6.32 Usulan 2D Kursi Dosen Alternatif 3 ... 6-69
6.33 Kursi Dosen Alt 4 (3D) ... 6-74
6.34 Kursi Dosen Alt 4 (Tampak Depan) ... 6-74
6.35 Kursi Dosen Alt 4 (Tampak Samping) ... 6-75
6.36 Kursi Dosen Alt 6 (Tampak Depan) ... 6-77
6.37 Kursi Dosen Alt 6 (Tampak Samping) ... 6-77
6.38 Usulan 3D Meja OHP Alternatif 1 ... 6-80
6.39 Usulan 2D Meja OHP Alternatif 1 ... 6-81
6.40 Usulan 3D Meja OHP Alternatif 2 ... 6-85
6.41 Usulan 2D Meja OHP Alternatif 2 ... 6-86
6.42 Usulan 3D Meja OHP Alternatif 3 ... 6-89
6.43 Usulan 2D Meja OHP Alternatif 3 ... 6-90
6.44 Meja OHP Alt 4 (3D) ... 6-93
6.45 Meja OHP Alt 5 (3D) ... 6-94
6.46 Meja OHP Alt 6 (3D) ... 6-95
7.1 Meja Alternatif 2 yang Terpilih ... 7-4
7.2 Meja Alternatif 4 yang Terpilih ... 7-5
(15)
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
2.1 Data Antropometri Masyarakat Indonesia ... 2-9
2.2 Tabel Temperatur Lingkungan Kerja Dan Pengaruhnya ... 2-2
2.3 Skala Intensitas Kebisingan (Sumber : Sutalaksana, 2006) ... 2-6
2.4 Tabel Analisa Penilaian Konsep ... 2-7
4.1 Data Fasilitas Ruangan Kelas GWM Lantai 2 ... 4-10
4.2 Data Pengukuran Ruangan Kelas GWM Lantai 2 ... 4-11
4.3 Data Fasilitas Ruangan Kelas GWM Lantai 3 ... 4-11
4.4 Data Pengukuran Ruangan Kelas GWM Lantai 3 ... 4-12
4.5 Data Fasilitas Ruangan Kelas GWM Lantai 4 ... 4-13
4.6 Data Pengukuran Pada Ruangan Kelas GWM Lantai 4 ... 4-13
4.7 Data Fasilitas Ruangan Kelas GWM Lantai 5 ... 4-13
4.8 Data Pengukuran Ruangan Kelas GWM Lantai 5 ... 4-14
5.1 Temperatur Lingkungan Kerja Dan Pengaruhnya ... 5-3
5.2 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2A1 ... 5-4
5.3 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2A3 ... 5-5
5.4 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2A6 ... 5-6
5.5 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2A7 ... 5-7
5.6 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2A8 ... 5-8
5.7 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2A9 ... 5-9
5.8 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2B1 ... 5-10
5.9 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2B2 ... 5-11
5.10 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2B5 ... 5-12
5.11 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2B6 ... 5-13
5.12 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2B7 ... 5-14
5.13 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2B8 ... 5-15
5.14 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2B9 ... 5-16
(16)
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
Tabel Judul Halaman
5.16 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2B11 ... 5-18
5.17 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2B12 ... 5-19
5.18 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2C1 ... 5-20
5.19 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2C2 ... 5-21
5.20 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2C3 ... 5-22
5.21 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2C4 ... 5-23
5.22 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2C5 ... 5-24
5.23 Kelembaban Vs Temperatur Pada H2C6 ... 5-25
5.24 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3A1 ... 5-26
5.25 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3A2 ... 5-27
5.26 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3A3 ... 5-28
5.27 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3A4 ... 5-29
5.28 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3A5 ... 5-30
5.29 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3A6 ... 5-31
5.30 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3A7 ... 5-32
5.31 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3A10 ... 5-33
5.32 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3A11 ... 5-34
5.33 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3A12 ... 5-35
5.34 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3A13 ... 5-36
5.35 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3B1 ... 5-37
5.36 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3B2 ... 5-38
5.37 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3B5 ... 5-39
5.38 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3B6 ... 5-40
5.39 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3B7 ... 5-41
5.40 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3B8 ... 5-42
5.41 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3B9 ... 5-43
(17)
xi
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
Tabel Judul Halaman
5.43 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3B11 ... 5-45
5.44 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3B12 ... 5-46
5.45 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3C1 ... 5-47
5.46 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3C2 ... 5-48
5.47 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3C3 ... 5-49
5.48 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3C4 ... 5-50
5.49 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3C5 ... 5-51
5.50 Kelembaban Vs Temperatur Pada H3C6 ... 5-51
5.51 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4A1 ... 5-53
5.52 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4A2 ... 5-54
5.53 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4A3 ... 5-55
5.54 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4A4 ... 5-56
5.55 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4A5 ... 5-57
5.56 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4A8 ... 5-58
5.57 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4A9 ... 5-59
5.58 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4A10 ... 5-60
5.59 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4A11 ... 5-61
5.60 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4A12 ... 5-62
5.61 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4B1 ... 5-63
5.62 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4B4 ... 5-64
5.63 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4B5 ... 5-65
5.64 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4B6 ... 5-66
5.65 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4B7 ... 5-67
5.66 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4C1 ... 5-68
5.67 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4C2 ... 5-69
5.68 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4C3 ... 5-70
(18)
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
Tabel Judul Halaman
5.70 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4C5 ... 5-72
5.71 Kelembaban Vs Temperatur Pada H4C6 ... 5-73
5.72 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5A1 ... 5-74
5.73 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5A2 ... 5-75
5.74 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5A3 ... 5-76
5.75 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5A5 ... 5-77
5.76 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5A8 ... 5-78
5.77 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5A9 ... 5-79
5.78 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5A10 ... 5-80
5.79 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5A11 ... 5-81
5.80 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5B1 ... 5-82
5.81 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5B2 ... 5-83
5.82 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5B5 ... 5-84
5.83 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5B6 ... 5-85
5.84 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5B7 ... 5-86
5.85 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5B8 ... 5-87
5.86 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5B9 ... 5-88
5.87 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5B10 ... 5-89
5.88 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5B11 ... 5-90
5.89 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5B12 ... 5-91
5.90 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5C1 ... 5-92
5.91 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5C2 ... 5-93
5.92 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5C3 ... 5-94
5.93 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5C4 ... 5-95
5.94 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5C5 ... 5-96
5.95 Kelembaban Vs Temperatur Pada H5C6 ... 5-97
(19)
xiii
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
Tabel Judul Halaman
5.97 Ventilasi Dan Sirkulasi Udara Kondisi Siang Hari Lantai 2 ... 5-100
5.98 Ventilasi Dan Sirkulasi Udara Kondisi Sore Hari Lantai 2 ... 5-101
5.99 Kelembaban Vs Temperatur Pada Lorong Lantai 3 GWM ... 5-103
5.100 Ventilasi Dan Sirkulasi Udara Kondisi Pagi Hari Lantai 4 ... 5-104
5.101 Ventilasi Dan Sirkulasi Udara Kondisi Siang Hari Lantai 4 ... 5-105
5.102 Ventilasi Dan Sirkulasi Udara Kondisi Sore Hari Lantai 4 ... 5-106
5.103 Kelembaban Vs Temperatur Pada Lorong Lantai 3 GWM ... 5-108
5.104 Tabel Kebisingan Ruangan Kelas Lantai 2 GWM ... 5-109
5.105 Tabel Kebisingan Ruangan Kelas Lantai 3 GWM ... 5-111
5.106 Tabel Kebisingan Ruangan Kelas Lantai 4 GWM ... 5-112
5.107 Tabel Kebisingan Ruangan Kelas Lantai 5 GWM ... 5-114
5.108 Ventilasi Dan Sirkulasi Udara Kondisi Pagi Hari Lantai 2 ... 5-119
5.109 Ventilasi Dan Sirkulasi Udara Kondisi Siang Hari Lantai 2 ... 5-121
5.110 Ventilasi Dan Sirkulasi Udara Kondisi Sore Hari Lantai 2 ... 5-123
5.111 Spesifikasi Ruangan Lantai 3 GWM ... 5-125
5.112 Ventilasi Dan Sirkulasi Udara Kondisi Pagi Hari Lantai 4 ... 5-127
5.113 Ventilasi Dan Sirkulasi Udara Kondisi Siang Hari Lantai 4 ... 5-128
5.114 Ventilasi Dan Sirkulasi Udara Kondisi Sore Hari Lantai 4 ... 5-129
5.115 Spesifikasi Ruangan Lantai 5 GWM ... 5-131
5.116 Ukuran Meja Dosen Aktual Vs Ukuran Antropometri ... 5-132
6.1 Kondisi Ruangan Lantai 2 ... 6-2
(20)
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
Tabel Judul Halaman
6.3 Kondisi Ruangan Lantai 4 ... Error! Bookmark not defined.
6.4 Kondisi Ruangan Lantai 5 ... 6-12
6.5 Data Acuan Lainnya ... 6-22
6.6 Data Antropometri Perancangan Meja Dosen Alternatif 1 ... 6-22
6.7 Spesifikasi Rancangan Meja Dosen Alternatif 1 ... 6-25
6.8 Data Antropometri Perancangan Meja Dosen Alternatif 2 ... 6-26
6.9 Spesifikasi Rancangan Meja Dosen Alternatif 2 ... 6-29
6.10 Data Antropometri Perancangan Meja Dosen Alternatif 3 ... 6-30
6.11 Spesifikasi Rancangan Meja Dosen Alternatif 3 ... 6-34
6.12 Data Anthropometri Meja Dosen Alt 4 ... 6-35
6.13 Spesifikasi Rancangan Meja Dosen Alt 4 ... 6-38
6.14 Data Anthropometri Meja Dosen Alt 5 ... 6-43
6.15 Spesifikasi Rancangan Meja Dosen Alt 5 ... 6-45
6.16 Data Anthropometri Meja Dosen Alt 6 ... 6-50
6.17 Spesifikasi Rancangan Meja Dosen Alt 6 ... 6-52
6.18 Data Antropometri Perancangan Kursi Dosen Alternatif 1 ... 6-56
6.19 Tabel Spesifikasi Kursi Dosen Alternatif 1 ... 6-59
6.20 Data Antropometri Perancangan Kursi Dosen Alternatif 2 ... 6-61
6.21 Tabel Spesifikasi Kursi Dosen Alternatif 2 ... 6-64
6.22 Data Antropometri Perancangan Kursi Dosen Alternatif 3 ... 6-67
6.23 Tabel Spesifikasi Kursi Dosen Alternatif 3 ... 6-69
6.24 Data Anthropometri Kursi Dosen ... 6-70
6.25 Spesifikasi Rancangan Kursi Dosen Alt 4 ... 6-72
6.26 Spesifikasi Rancangan Kursi Dosen Alt 5 ... 6-75
6.27 Kursi Dosen Alt 5 (3d) ... 6-76
(21)
xv
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
Tabel Judul Halaman
6.29 Data Antropometri Perancangan Meja Ohp Alternatif 1 ... 6-78
6.30 Tabel Spesifikasi Meja Dosen ... 6-81
6.31 Data Antropometri Perancangan Meja Ohp Alternatif 2 ... 6-83
6.32 Tabel Spesifikasi Meja Dosen ... 6-86
6.33 Data Antropometri Perancangan Meja Ohp Alternatif 3 ... 6-88
6.34 Tabel Spesifikasi Meja Dosen ... 6-90
6.35 Concept Scoring Meja Dosen Alternatif 1, 2 Dan 3 ... 6-96
6.36 Concept Scoring Meja Dosen Alternatif 4, 5 Dan 6 ... 6-98
6.37 Concept Scoring Meja Dosen Alternatif 2 Dan 4 ... 6-101
6.38 Concept Scoring Kursi Dosen Alternatif 1, 2 Dan 3 ... 6-103
6.39 Concept Scoring Kursi Dosen Alternatif 4, 5 Dan 6 ... 6-105
6.40 Concept Scoring Kursi Dosen Alternatif 2 Dan 4 ... 6-107
6.41 Concept Scoring Meja Ohp Alternatif 1, 2 Dan 3 ... 6-108
6.42 Concept Scoring Meja Ohp Alternatif 4, 5 Dan 6 ... 6-111
6.43 Concept Scoring Meja Ohp Alternatif 2 Dan 6 ... 6-113
7.1 Dimensi Meja Alternatif 2 Yang Terpilih ... 7-4
(22)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan berbangsa dan bernegara di Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan tidak luput dari perhatian. Kurikulum pendidikan yang baik tanpa diimbangi dengan sarana dan prasarana yang baik, tidak akan mendapatkan hasil yang baik.
Salah satu sarana yang disediakan dalam sebuah proses pendidikan belajar mengajar ialah ruangan kelas. Ruang kelas ialah suatu tempat dimana terjadi tatap muka antara pengajar dan orang yang diajar secara periodik dan kontinu. Disanalah terjadi transfer ilmu dari pengajar kepada orang yang diajar. Oleh karena itu, ruang kelas perlu dirancang sedemikian rupa untuk mendukung kenyamanan proses belajar mengajar.
Universitas Kristen Maranatha merupakan salah satu universitas yang memiliki banyak mahasiswa. Universitas Kristen Maranatha selalu berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu upayanya ialah menyediakan ruangan-ruangan kelas untuk mahasiswa.
Dalam upaya untuk selalu meningkatkan kenyamanan proses belajar mengajar, Universitas Kristen Maranatha selalu menerima masukan-masukan yang tujuannya untuk memperbaiki keterbatasan-keterbatasan yang ada selama ini, baik dari faktor kenyamanan ruangan kelas maupun dari segala fasilitas fisik yang ada di dalamnya. Sehingga dengan berjalannya waktu, ruang-ruang kelas
(23)
Bab 1 Pendahuluan 1-2
Universitas Kristen Maranatha 2015
dapat selalu diperbaiki dan dirancang semakin nyaman dan kondusif untuk proses belajar mengajar.
1.2Identifikasi Masalah
Dalam tatap muka perkuliahan, ruangan-ruangan kelas disediakan di sebuah gedung yang bernama Graha Widya Maranatha, pada lantai 2, 3, 4 dan 5. Jumlah total ruang kelas untuk lantai 2, 3, 4 dan 5 adalah 94 ruang kelas. Dalam penataan kelas-kelas yang tersedia, tiap kelas memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari dimensi, kapasitas, jumlah jendela dan posisinya terhadap lorong-lorong penghubung. Hal ini memberikan tingkat kenyamanan yang berbeda-beda.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, berupa wawancara kepada dosen dan mahasiswa, masih terdapat beberapa hal yang masih kurang dari segi kenyamanan ruang kelas dan fasilitas penunjangnya. Yaitu:
1. Masih ada ruangan kelas yang dirasakan tidak nyaman karena terlalu
panas dan pengab.
2. Masih ada ruangan kelas yang terganggu proses belajar mengajarnya
karena suara bising dari lorong.
3. Kursi dan meja dosen yang tidak nyaman, malah mengganggu proses
pembelajaran. Seperti :
a. Kaca meja: mengakibatkan pandangan dosen ke monitor yang ada
di bawah kaca menjadi tidak jelas, karena pantulan cahaya.
b. Laci meja keyboard: jika dimasukan kedalam meja maka menutupi
separuh dari layar monitor, tetapi jika ditarik keluar maka membuat posisi duduk dosen terganggu dan jarak pandang ke monitor semakin jauh.
c. Tempat peletakan OHP yang diletakan di atas meja sering
(24)
Bab 1 Pendahuluan 1-3
d. Tidak tersedianya ruang kaki untuk dosen pada saat duduk
berhadapan dengan meja, sehingga kaki dosen harus terbuka/
“ngangkang”.
1.3Batasan & Asumsi
Untuk lebih memfokuskan penelitian, maka diberikan batasan dan asumsi sebagai berikut :
1.3.1 Batasan
Karena keterbatasan waktu yang dimiliki penulis, maka ruang lingkup penelitian yang dilakukan dibatasi untuk beberapa hal berikut:
1. Ruangan kuliah yang diamati ialah ruang kuliah yang berada di lantai 2,3,4
dan 5 gedung Graha Widya Maranatha, Universitas Kristen Maranatha.
2. Lingkungan fisik yang diamati meliputi temperatur (°C), kelembaban (%),
kebisingan (db), sirkulasi udara dan ventilasi.
3. Pengukuran dan pengambilan data dari kondisi lingkungan fisik di dalam
ruang perkuliahan.
4. Responden yang diwawancarai mengenai kenyamanan terhadap
temperatur (°C), kelembaban (%), kebisingan (db), sirkulasi udara dan
ventilasi adalah pengguna ruang perkuliahan yaitu mahasiswa dan dosen UK Maranatha.
5. Interval waktu yang digunakan dalam pengamatan adalah jam
07.00-08.00, 12.00-13.00 dan jam 17.00-18.00 WIB
6. Pengukuran data anthropometri dosen dalam proses perancangan dan
pembuatan meja dan kursi dosen berdasarkan data anthropometri orang Indonesia yang mengikuti telah disediakan dalam buku yang berjudul
“Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya” karangan Eko Nurmianto.
7. Perancangan kursi dan meja OHP mengikuti perancangan meja dosen.
8. Pengertian dari “panjang” adalah dimensi yang pengukurannya dilakukan
secara horizontal dan sejajar dengan dada, sesuai dengan posisi penggunaan produk.
(25)
Bab 1 Pendahuluan 1-4
Universitas Kristen Maranatha 2015
9. Pengertian dari “lebar” adalah dimensi yang pengukurannya dilakukan
secara horizontal dan tegak lurus dengan dada, sesuai dengan posisi penggunaan produk.
10.Pengertian dari “tinggi” adalah dimensi yang pengukurannya dilakukan secara vertikal, sesuai dengan posisi penggunaan produk.
11.Laptop yang digunakan oleh dosen dan mahasiswa adalah laptop dengan
ukuran layar maksimal 17 inch.
12.Perancangan yang dilakukan belum memperhitungkan biaya dari
pembuatan meja dan kursi dosen usulan serta meja OHP usulan.
13.Perancangan kursi dosen disesuaikan dengan meja yang dirancang.
1.3.2 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data anthropometri orang Indonesia yang telah disediakan dalam buku
yang berjudul “Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya” karangan Eko Nurmianto, mewakili data antropometri yang dibutuhkan dalam perancangan.
2. Ketinggian dari laci meja untuk tas dosen adalah 30 cm.
3. Kebutuhan AC untuk ruangan 1 m2 = 500 BTU/hr
4. Ketinggian dari alas sepatu yang digunakan adalah 3 cm.
1.4 Perumusan Masalah
Permasalahan yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi temperatur aktual di tiap ruang perkuliahan ?
2. Bagaimana kondisi kelembaban aktual di ruang perkuliahan?
3. Bagaimana kondisi kebisingan aktual di ruang perkuliahan?
4. Bagaimana kondisi sirkulasi udara dan ventilasi aktual di ruang
(26)
Bab 1 Pendahuluan 1-5
5. Bagaimana kondisi meja dosen aktual di ruang perkuliahan?
6. Bagaimana usulan untuk mendapatkan temperatur ruangan yang nyaman
ditinjau dari segi ergonomi?
7. Bagaimana usulan untuk mendapatkan kelembaban yang nyaman di ruang
perkuliahan ditinjau dari segi ergonomi?
8. Bagaimana usulan untuk meredam kebisingan di ruang perkuliahan
ditinjau dari segi ergonomi?
9. Bagaimana usulan sirkulasi udara dan ventilasi udara yang baik di ruang
perkuliahan ditinjau dari segi ergonomi?
10.Bagaimana usulan rancangan meja dan kursi dosen serta meja OHP yang
lebih baik ditinjau dari segi ergonomi?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan dan menganalisis kondisi temperatur dalam ruangan
perkuliahan aktual.
2. Mengidentifikasikan dan menganalisis kondisi kelembaban dalam ruangan
perkuliahan aktual.
3. Mengidentifikasikan dan menganalisis kondisi kebisingan dalam ruangan
perkuliahan aktual.
4. Mengidentifikasikan dan menganalisis kondisi sirkulasi udara dan ventilasi
dalam ruangan perkuliahan aktual.
5. Mengidentifikasikan dan menganalisis kondisi meja dosen saat ini.
6. Memberi usulan cara memperbaiki agar temperatur ruangan kelas agar lebih
baik secara ergonomi.
7. Memberi usulan cara memperbaiki kelembaban ruangan kelas agar lebih baik
secara ergonomi.
8. Memberi usulan cara memperbaiki kebisingan ruangan kelas agar lebih baik
(27)
Bab 1 Pendahuluan 1-6
Universitas Kristen Maranatha 2015
9. Memberi usulan cara mengatasi sirkulasi udara dan ventilasi udara ruangan
kelas agar lebih baik secara ergonomi.
10.Memberi usulan rancangan meja dan kursi dosen serta meja OHP yang lebih
baik ditinjau dari segi ergonomi.
1.6 Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini ditulis dalam 7 bab yang mengikuti sistematika penelitian sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang yang mendasari penelitian ini, identifikasi masalah, pembatasan dan asumsi, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori-teori yang relevan dengan topik penelitian yang dilakukan. Teori-teori tersebut akan digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang dihaadapi perusahaan.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tahap-tahap yang dilakukan penulis mulai dari awal hingga
akhir penelitian. Tahapan disusun dalam bentuk flowchart dan dilengkapi
dengan keterangan.
BAB 4 PENGUMPULAN DATA
Bab ini berisi data-data yang berhasil dikumpulkan penulis yang berkaitan dengan topik penelitian, seperti : sejarah dan struktur organisasi
Universitas Kristen Maranatha, layout gedung Graha Widya Maranatha
(GWM) lantai 2,3,4 dan 5, spesifikasi dan kondisi ruangan kelas yang ada di lantai 2,3,4 dan 5, lingkungan fisik ruangan kelas di lantai 2,3,4 dan 5, kondisi aktual meja dosen dan hasil wawancara dengan pihak dosen dan mahasiswa Universitas Kristen Maranatha yang menggunakan ruangan kelas GWM.
(28)
Bab 1 Pendahuluan 1-7
BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
Bab ini berisi tentang pengolahan data dan analisis yang sesuai dengan tujuan pembuatan penelitian yang ingin dicapai. Analsis yang dilakukan adalah analisis tentang lingkungan fisik yang mencangkup temperatur
(°C), kelembaban (%), kebisingan (db) dan antropometri meja dosen.
BAB 6 PERANCANGAN DAN ANALISIS
Bab ini berisi tentang usulan perancangan meja dosen yang lebih baik berdasarkan antrophometri yang telah dibuat di bab 5 dan analisis hasilnya
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
(29)
2-1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ergonomi
Ergonomi sering disebut Human Factor Engineering, suatu ilmu yang
mengatur bagaimana manusia bekerja. Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin
yaitu ERGON (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan. [1,1]
Menurut Sutalaksana [2,61], egonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman . Ergonomi berkenaan berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat kerja, di rumah, dan di tempat rekreasi. Ergonomi disebut juga sebagai Human Factors. Ergonomi juga digunakan oleh beberapa ahli pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi dan teknik industri (definisi ini berdasar pada International Ergonomics Association). Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja, meningkatkan variasi pekerjaan. Ergonomi dapat pula berperan sebagai desain perangkat lunak karena dengan semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan dengan komputer.2.1.1 Definisi Ergonomi
(30)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-2
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon yang berarti kerja dan usaha,
dan nomos yang berarti aturan. Menurut Iftikar Z. Sutalaksana, ergonomi adalah
”Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman.” [2,61]
Sanders dan Me Cormick, mendefinisikan ergonomi dalam tiga hal, yaitu: fokus, tujuan, dan pendekatan.
1. Fokus
Ergonomi memfokuskan pada manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur, dan lingkungan yang digunakan dalam bekerja dan kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan
Ergonomi bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan manusia, serta untuk meningkatkan
keselamatan, mengurangi fatique dan stress, meningkatkan kenyamanan,
memperbesar jumlah pemakai, meningkatkan kepuasan kerja, serta meningkatkan kualitas hidup.
3. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dalam ilmu ergonomi adalah penerapan secara sistematis dari informasi tentang kemampuan, keterbatasan, karakteristik, perilaku, dan motivasi manusia untuk mendisain barang, prosedur, dan lingkungan yang digunakan manusia.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ergonomi muncul untuk membuat manusia dapat bekerja dengan lebih aman, nyaman, dan efektif. Caranya dengan menyesuaikan rancangan sistem kerja dengan keterbatasan alami manusia
yang akan berada dalam sistem tersebut dan bukan sebaliknya (“Fit the job to the man” not “Fit the man to the job”).
(31)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-3
Universitas Kristen Maranatha 2015
Banyak definisi tentang ergonomi yang dikeluarkan oleh para pakar dibidangnya antara lain:
1. Ergonomi adalah ”Ilmu” atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan mengoptimalkan sistem manusia-pekerjaannya, sehingga tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan efisien (Manuaba, A, 1981).
2. Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan
atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka. dkk, 2004).
3. Ergonomi adalah ilmu tentang manusia dalam usaha untuk meningkatkan
kenyamanan di lingkungan kerja (Nurmianto, 1996).
4. Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk
menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang
setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya (Suma’mur,
1987).
5. Ergonomi adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian pekerjaan
sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cedera pada pekerja. (OSHA, 2000).
(Sumber : http : //merulalia.wordpress.com/2011/01/17/pengertian ergonomi/) Menurut Iftikar Z. Sutalaksana, secara garis besar ilmu ergonomi dapat dibagi menjadi lima bidang kajian yaitu: [8,2]
1. Antropometri
Antropometri adalah suatu ilmu yang khusus mempelajari mengenai pengukuran dimensi tubuh manusia.
(32)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-4
2. Faal Kerja
Faal kerja adalah ilmu yang mempelajari energi yang dikeluarkan manusia pada saat bekerja.
3. Biomekanika Kerja
Biomekanika kerja adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia sebagai
struktur yang dapat berfungsi mengikuti hukum-hukum mekanika Newton
dan hukum biologi kehidupan.
4. Penginderaan
Penginderaan adalah ilmu yang mempelajari kemampuan manusia untuk menerima rangsangan dari berbagai energi dan kemudian mengolahnya bersama-sama untuk kemudian memberikan reaksi.
5. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja disini adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap performansi kerja manusia, seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, dan warna.
2.2 Antropometri
Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh manusia, khususnya dimensi tubuh. Anthropometri dibagi atas dua bagian yaitu: [8,3]
Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia
yang berada dalam posisi diam.
Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai
posisi tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih sulit diukur.
(33)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-5
Universitas Kristen Maranatha 2015
1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan,
ukuran, dan penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara harus melayani mesin (macam gerak arah, dan kekuatan).
2. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus diambil
ukuran terbesar bagi dasar serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih kecil. Contoh-contoh: kursi dapat dinaik-turunkan, tempat duduk yang dapat di stel mundur atau maju dan lain-lain.
3. Ukuran antropometri terpenting sebagai dasar ukuran-ukuran dan
penempatan alat-alat industri.
Berdiri:
- tinggi badan berdiri,
- tinggi bahu,
- tinggi siku,
- tinggi pinggul,
- panjang lengan.
Duduk:
- tinggi duduk,
- panjang lengan atas,
- panjang lengan bawah dan tangan,
- jarak lekuk lutut-garis punggung,
- jarak lekuk lutut-telapak.
4. Ukuran-ukuran kerja: Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi
kerjanya sebaiknya 5-10 cm dibawah tinggi siku. Apabila bekerja berdiri dengan pekerjaan di atas meja dan jika dataran tinggi siku disebut O maka hendaknya dataran kerja:
- Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian 0 + (5-10) cm
- Untuk pekerjaan ringan 0 – (5-10) cm
- Untuk bekerja berat, atau perlu mengangkat barang berat, yang
(34)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-6
5. Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk.
Sedangkan dari sudut tulang, dinasehatkan duduk tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan pemilihan sikap duduk yang tegak yang diselingi istirahat sedikit membungkuk.
6. Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar.
- Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan
pada punggung.
- Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm.
- Tinggi meja merupakan ukuran dasar sesuai dengan 4c.
7. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin diubah menjadi pekerjaan duduk.
Dalam hal tidak mungkin, kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.
8. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah ke bawah
sedangkan untuk pekerjaan duduk ke bawah. Arah penglihatan
ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (=relaxed).
9. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan
lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.
10.Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan
gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan. Berilah papan penyokong pada sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki dan lengan.
11.Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat
dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum telah ditentukan oleh I.L.O sebesar 50 kg. Cara mengangkat dan menolak hendaknya memperhatikan hukum-hukum ilmu gaya dan
(35)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-7
Universitas Kristen Maranatha 2015
dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu. Beban hendaknya menekan langsung pada pinggul yang mendukungnya.
12.Gerakan ritmis seperti mendayung, mengayuh pedal, memutar roda dan
lain-lain memerlukan frekuensi yang paling optimum, yang menggunakan tenaga paling sedikit, misalnya pada frekuensi 60/menit, mengayuh pedal dirasakan enteng.
13.Apabila seorang pekerja (dengan atau tanpa beban) harus berjalan pada
jalan menanjak atau naik tangga, maka derajat tanjakan optimum adalah sebagai berikut:
- jalan menanjak lebih kurang
- tangga rumah lebih kurang
- tangga lebih kurang
(dengan anak tangga bergerak antara 20-30 cm, tergantung pada pembebanan)
14.Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu
efisiensi dan kualitas kerja sangat menurun.
15.Waktu istirahat didasarkan kepada keperluan atas dasar pertimbangan
ergonomi. Harus dihindari istirahat-istirahat sekehendak tenaga kerja, istirahat oleh karena turunnya kapasitas tubuh dan istirahat curian.
16.Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan menjadi
sekecil-kecilnya.
17.Daya penglihatan dipelihara sebaik-baiknya terutama dengan penerangan
yang baik.
18.Kondisi mental psikologis dipertahankan dengan adanya premi
perangsang, motivasi, iklim kerja, dan lain-lain.
19.Beban kerja dinilai dengan mengukur O2, frekuensi nadi, temperatur
badan, dan lain-lainnya.
20.Batas kesanggupan kerja sudah tercapai, apabila bilangan nadi kerja
(36)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-8
kerja tersebut tidak terus menanjak dan sehabis kerja pulih kembali kepada nadi istirahat sesudah lebih kurang 15 menit.
Berikut ini adalah pedoman – pedoman data antropometri yang digunakan:
Gambar 2.1
Desain Anthropometri Tubuh Manusia
(37)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-9
Universitas Kristen Maranatha 2015
Tabel 2.1
Data Antropometri Masyarakat Indonesia Yang Didapat Dari Interpolasi Masyarakat British Dan Hongkong (Pheasant, 1986) Terhadap Masyarakat
Indonesia (Sima’mur, 1989)
(38)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-10
2.2.1 Antropometri Statis
Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara lancar linear (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Data-data antropometri yang didapatkan melalui pengukuran dimensi tubuh manusia, meliputi:
Pengukuran dimensi tubuh dalam posisi duduk menghadap ke samping.
- Tinggi Duduk Tegak (TDT)
Mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung atas kepala. Dimana subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan membentuk sudut siku-siku.
- Tinggi Mata Duduk (TMD)
Mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung mata bagian dalam. Dimana subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan membentuk sudut siku-siku.
- Tinggi Bahu Duduk (TBD)
Mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung tulang bahu yang menonjol. Dimana subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan membentuk sudut siku-siku.
- Tinggi Siku Duduk (TSD)
Mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai bawah siku. Dimana subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal dan lengan bawah membentuk sudut siku-siku terhadap lengan atas.
- Tinggi Popliteal (TPO)
Merupakan jarak vertikal dari lantai sampai bawah paha.
- Tebal Paha (TP)
Merupakan jarak vertikal dari alas duduk sampai bagian atas paha.
- Pantat Popliteal (PPO)
Merupakan jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai
lekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Dimana subjek duduk
(39)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-11
Universitas Kristen Maranatha 2015
- Pantat ke Lutut (PKL)
Merupakan jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lutut. Dimana subjek duduk tegak, paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.
- Panjang Sandaran (PS)
Merupakan jarak vertikal dari tulang ekor sampai pertengahan antara tulang belikat kanan dan kiri.
- Lebar Sandaran (LS)
Merupakan jarak horizontal dari tulang belikat kanan hingga tulang belikat kiri.
Pengukuran dimensi tubuh dalam posisi duduk menghadap ke depan.
- Lebar Pinggul (LP)
Merupakan jarak horizontal dari bagian terluar pinggul bagian kiri sampai pinggul bagian kanan, dimana posisi subjek duduk tegak.
- Lebar Bahu (LB)
Merupakan jarak horizontal antara kedua lengan atas, dimana pada saat pengukuran subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.
Pengukuran dimensi tubuh dalam posisi berdiri.
- Tinggi Badan Tegak (TBT)
Merupakan jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala paling atas.
- Tinggi Mata Berdiri (TMB)
- Merupakan jarak vertikal dari lantai sampai ke ujung mata bagian
dalam (dekat pangkal hidung), dimana subjek berdiri tegak dan memandang ke depan.
- Tinggi Bahu Berdiri (TBB)
Merupakan jarak vertikal dari lantai sampai tulang bahu yang menonjol, dimana subjek berdiri tegak.
(40)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-12
- Tinggi Siku Berdiri (TSB)
Merupakan jarak vertikal dari lantai sampai titik pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah, dimana subjek berdiri tegak dengan kedua tangan tergantung secara wajar.
- Tebal Badan (TB)
Merupakan jarak horizontal dari dada (bagian ulu hati) sampai punggung.
- Panjang Lengan Bawah (PLB)
Merupakan jarak dari siku sampai pergelangan tangan.
Pengukuran dimensi tubuh dalam posisi berdiri dengan tangan lurus ke
depan.
- Jangkauan Tangan (JT)
Merupakan jarak horizontal dari punggung sampai ujung jari tengah, dimana subjek berdiri tegak dengan betis, pantat, dan punggung merapat ke dinding dengan tangan direntangkan horizontal ke depan.
Pengukuran dimensi tubuh dalam posisi berdiri dengan tangan
direntangkan.
- Rentangan Tangan (RT)
Merupakan jarak horizontal dari ujung jari terpanjang tangan kiri sampai ujung jari terpanjang tangan kanan, dimana subjek berdiri tegak dengan kedua tangan direntangkan horizontal ke samping sejauh mungkin.
- Pengukuran telapak tangan.
Panjang Jari 1, 2, 3, 4, 5 (PJ)
Merupakan jarak masing-masing jari dari masing-masing pangkal ruas jari sampai ujung jari.
- Pangkal ke Tangan (PKT)
Merupakan jarak dari pangkal pergelangan tangan sampai ke pangkal ruas jari.
(41)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-13
Universitas Kristen Maranatha 2015
- Lebar Jari (LJ)
Merupakan jarak dari sisi luar jari telunjuk hingga sisi terluar jari kelingking.
- Lebar Tangan (LT)
Merupakan jarak dari sisi luar ibu jari hingga sisi terluar jari kelingking.
Agar hasil representative, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode
tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh harus dalam keadaan diam. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia, diantaranya:
Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira umur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian ukuran tubuh manusia akan berkurang setelah umur 60 tahun.
Jenis kelamin
Pada umumnya manusia memiliki dimensi tubuh yang lebih besar, kecuali dada dan pinggul.
Suku bangsa (etnis)
Variasi dimensi akan terjadi karena pengaruh etnis.
Pekerjaan
Selain faktor-faktor di atas, sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh manusia.
2.2.2 Antropometri Dinamis
Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis yaitu:
1. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti
keadaan mekanis dari suatu aktivitas.
(42)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-14
2. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja.
Contoh: jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja yang dilakukan dengan berdiri dan duduk.
3. Pengukuran variabilitas kerja
Contoh: analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan seorang juru ketik atau operator komputer.
2.3 Perancangan
Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisa, menilai,
memperbaiki, dan menyusun suatu sistem baik untuk sistem fisik maupun non
-fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada. [8,7]
2.3.1 Teknik Perancangan
Perancangan suatu alat termasuk dalam metode teknik, dengan demikian langkah-langkah pembuatan perancangan akan mengikuti metode teknik. Banyak definisi yang telah dikemukakan untuk menerangkan teknik perancangan. Morris Asimow menerangkan perancangan teknik sebagai berikut: suatu aktivitas manusia dengan maksud tertentu menuju ke arah tujuan dari pemenuhan kebutuhan manusia, terutama yang dapat diterima oleh faktor teknologi peradaban kita. [8,8]
Untuk memperjelas pengertian perancangan teknik, dapat diperhatikan dari definisi Morris Asimow di atas:
Aktivitas dengan maksud tertentu.
Sasarannya pada pemenuhan kebutuhan manusia.
(43)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-15
Universitas Kristen Maranatha 2015
2.3.2 Karakteristik dari Teknik Perancangan dan Karakteristik Perancang
Dalam membuat suatu rancangan produk atau alat kita perlu mengetahui karakteristik teknik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan adalah sebagai berikut: [8,8]
Berorientasi pada tujuan
“Variform” didasari dengan adanya anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi yang mungkin yang tidak terbatas, tetapi harus dapat memilih salah satu ide yang akan diambil.
Pembatas, pembatas ini membatasi jumlah solusi pemecahan, misalnya:
- Hukum alam, ekonomi, kimia, dan lain-lain.
- Ekonomi
- Pertimbangan manusia
- Faktor-faktor legalisasi
- Fasilitas produksi
- Evolutif (berkembang terus)
- Perbandingan nilai
- Probabilistik
Keputusan akhir biasanya dilakukan dengan pemilihan alternative,
didasarkan pada pertimbangan nilai alternative dan ongkos produksi.
Karakteristik yang dibutuhkan bagi seorang perancang antara lain:
Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi masalah
Memiliki imajinasi untuk meramalkan masalah yang mungkin akan timbul
Berdaya cipta
Mempunyai kemampuan untuk menyederhanakan persoalan
Mempunyai keahlian dalam bidang matematika (numerate)
Dapat mengambil keputussan terbaik berdasarkan analisa dan prosedur
yang benar
Mempunyai sifat yang terbuka (open minded) terhadap sasaran dan
(44)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-16
2.3.3 Prosedur Perancangan
Tahapan umum teknik perancangan dapat dituliskan sebagai berikut:
Need
Idea
Decision
Action
Pertama-tama designer menetapkan mengidentifikasi kebutuhan (need)
sehubungan dengan alat atau produk yang akan dirancang, kemudian dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide yang masuk dilakukan penilaian atau pemilihan
alternative sehingga didapatkan suatu keputusan yang menghasilkan rencana rancangan yang dirasakan paling baik. Setelah keputusan diambil berdasarkan
perancangan yang benar, maka dilakukan action oleh tim produksi.
2.3.4 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Membuat Suatu Rancangan
Alat yang kita rancang dibuat untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pemakainya. Oleh sebab itu rancangan yang kita buat harus memperhatikan faktor manusia sebagai pamakainya. Faktor manusia ini diantaranya dipelajari dalam ergonomi (antropometri dan biomekanik), fisiologis, dan lain-lain. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu rancangan sistem selain faktor manusia adalah:
Analisa teknik, seperti kekuatan dan ketahanan alat.
Analisa ekonomi, berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan dan
manfaat atau keuntungan yang didapat.
Faktor legalisasi, berhubungan dengan segi hukum dan hak cipta dari
suatu produk.
Analisa pemasaran terutama untuk produk-produk yang akan dibuat dalam
(45)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-17
Universitas Kristen Maranatha 2015
Dalam melakukan analisa ekonomi banyak hubungan dengan analisa nilai, analisa ekonomi penting sekali dilakukan terutama untuk produk yang dibuat dalam skala besar dan produk yang mempunyai banyak saingan.
2.3.5 Analisa Desain
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu perancangan adalah:
Analisa Teknik
Yang termasuk analisa teknik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat teknik, antara lain kekuatan, kekerasan dan sebagainya.
Analisa Ekonomi
Dalam analisa ekonomi yang harus diperhatikan adalah mengenai biaya yang harus dikeluarkan dalam merancang dan dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh dari hasil perancangan.
Analisa Legalisasi
Hal lain yang perlu diperhatikan pula adalah masalah legalisasi yaitu hal-hal yang menyangkut segi hukum dan hak cipta dalam merancang suatu benda.
Analisa Pemasaran
Suatu produk harus dirancang sedemikian rupa agar mempunyai nilai jual yang berarti sehingga dapat dipasarkan. Analisa pemasaran merupakan penganalisaan yang terdiri dari dua aspek yaitu:
- Market Potential
yaitu analisa sampai sejauh mana kita dapat memasarkan produk untuk dipakai konsumen.
- Market Share
analisa jenis apa saja produk yang dapat dipasarkan.
(46)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-18
2.3.6 Analisa Nilai
Analisa nilai sebenarnya dikenal sejak lama, dan telah dipraktekkan dalam dunia industri. Tetapi analisa nilai sebagai suatu disiplin ilmu yang bertujuan untuk
mengurangi ongkos produksi baru dimulai oleh D. Miles dari General Electric
Company (AS), pada tahun 1940. [8,10]
Pemikiran ke arah penurunan ongkos ini dimulai sehubungan dengan kekurangan
material pada alat-alat persenjataan perang terutama untuk non ferrous metal,
sehingga banyak komponen-komponen dari persenjataan tersebut yang diganti dengan bahan lain yang lebih murah dengan menggunakan prinsip-prinsip analisa nilai.
Perkembangan analisa nilai makin cepat dengan adanya persaingan dalam bidang industri. Banyak definisi yang dikemukakan banyak orang, salah satu definisi analisa nilai dikemukakan oleh L. D. Miles adalah:
“Suatu prosedur untuk mengidentifikasi ongkos-ongkos yang tidak ada gunanya (tidak perlu)”.
Jadi intinya analisa nilai mencoba membuat produk-produk dengan harga yang murah dengan tidak mengorbankan kualitas dan mutu dari produk yang dibuat. Analisa nilai terdiri dari:
Value Engineering
Merupakan analisa mengapa suatu produk sampai ada, dilihat dari prosesnya, apakah usaha/ modal yang dilakukan sudah minimal, dan
lain-lain. Value engineering didefinisikan sebagai suatu prosedur untuk
mengidentifikasikan ongkos-ongkos yang tidak perlu dalam merancang produk baru.
Value Analysis
Merupakan analisa perbandingan produk yang sudah jadi dengan produk lainnya. Berbicara mengenai analisa nilai tidak bisa terlepas dari perancangan suatu produk, sebab analisa nilai mencoba memperbaiki
(47)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-19
Universitas Kristen Maranatha 2015
desain dengan menggunakan value masih tetap atau makin tinggi,
sedangkan ongkos pembuatan produk yang menggunakan besi, bila ternyata dalam analisa fungsinya dapat diganti dengan bahan lain, maka besi tersebut dapat diganti dengan bahan plastik. Ini berarti penghematan dalam bahan dan ongkos produksi, misalnya pada pembuatan mobil-mobil produksi jepang, banyak komponen-komponen yang menggunakan plastik sebagai pengganti besi.
Analisa nilai berhubungan dengan nilai ekonomi, yaitu nilai yang dapat dinyatakan dengan uang. C. M Walsh membagi nilai dalam empat kategori yaitu:
use value, esteem value, cost value dan exchange value. Exchange value
maksudnya bila menciptakan produk sebaiknya memiliki mampu tukar dibuat
standar sehingga dapat menggunakan berbagai macam merk.
Tetapi W. L Gage melakukan penilaian terhadap suatu produk dalam tiga kategori yaitu:
Cost Value
Jumlah jam buruh, bahan, dan ongkos-ongkos lainnya yang digunakan untuk membuat produk-produk tersebut.
Use Value
Nilai yang berhubungan dengan sifat dan kualitas yang bertalian dengan
kegunaan (use), kerja dan service.
Esteem Value
Nilai yang berhubungan dengan sifat, bentuk yang menarik atau indah, sehingga seseorang tertarik untuk memilikinya.
Dalam melakukan analisa nilai tidak dapat dilakukan oleh satu orang, tetapi harus
dipecahkan oleh suatu team. Team ini biasanya terdiri dari fungsi-fungsi disiplin
perancangan, pembelian, produksi, ongkos, penelitian dan pemasaran. Team ini
(48)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-20
Pengumpulan informasi
Spekulasi dan evaluasi
Perencanaan
Pengembangan
Penjualan/mengemukakan hasil penelitian (selling)
Dalam melakukan analisa ini, akan mudah bila menggunakan teknik bertanya. Dalam hal ini ada dua buah pertanyaan yang bias digunakan mulai dari:
Tahap Pengumpulan Informasi
Tahap ini merupakan tahap awal, adapun informasi yang dibutuhkan adalah:
Nama produk dan spesifikasinya
Jumlah produk yang akan dibuat
Spesifikasinya
Ada lima buah pertanyaan yang dapat menggali informasi yang dibutuhkan, yaitu:
Apa yang kita nilai?
Berapa ongkos pabriknya?
Berapa bagian yang diamati?
Apa yang akan dilakukan agar produk yang sedang kita nilai?
(usaha-usaha untuk mengurangi ongkos produksi)?
Berapa banyak produk yang akan kita buat?
Dari beberapa pertanyaan di atas dapat memberikan informasi untuk tahap spekulasi dan evaluasi.
Tahap Spekulasi dan Evaluasi
Dalam tahap ini diajukan ide-ide yang berhubungan dengan kemungkinan penghematan ongkos, dengan tidak mengabaikan fungsinya. Untuk mendapatkan masukan pada tahap ini, dilakukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
(49)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-21
Universitas Kristen Maranatha 2015
Komponen mana sebagai fungsi dasar?
Apalagi yang dapat dilakukan untuk mengurangi ongkos produksi?
Apa yang dapat dilakukan dengan ongkos?
Beberapa yang mungkin dilakukan pada tahap ini
Menyederhanakan produk
Mengganti bahan yang digunakan
Menghilangkan komponen tertentu, dan lain-lain.
Beberapa yang mungkin dapat dilakukan antara lain menyederhanakan produk itu, mengganti bahan yang digunakan, menghilangkan komponen tertentu, dan lain-lain.
Tahap Perancangan
Merupakan tahap memilih ide-ide rancangan yang telah dievaluasi untuk membuat perencanaan dan pengembangannya. Pada tahap ini perlu dijawab beberapa pertanyaan:
Yang mana alternative terbaik, dilihat dari ongkos dan nilai gunanya?
Dari data yang ada apa lagi yang dapat dilakukan?
Yang mana ide yang dapat dikembangkan?
Tahap Pengembangan
Merupakan tahap yang menekankan pada faktor-faktor dan spesifikasi dasar melalui pendekatan-pendekatan tertentu. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah:
“Fungsi-fungsi dan spesifikasi dasar yang mana yang harus dimasukkan?”
Tahap Selling
Pada tahap ini disimpulkan dari hasil pengamatan pada tahap-tahap sebelumnya. Yang termasuk dalam tahap ini antara lain modelnya, gambaran umum, sketsa, perbandingan ongkos produksi, perbandingan pendapatan sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan. Pertanyaan yang harus dijawab pada tahap ini adalah:
(50)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-22
“Apa yang perlu untuk mengajukan ide-ide dan mengatasi kekurangan
yang ada?”
Informasi yang diperlukan dalam perancangan peralatannya diperoleh dari hasil pengukuran (antropometri) adalah:
Perancangan berdasarkan individu ekstrim
Prinsip tersebut digunakan bila kita menginginkan suatu perancangan yang nyaman untuk sebagian besar dari orang.
Perancangan fasilitas yang dapat disesuaikan
Dalam hal ini misalnya adalah kursi mobil yang dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan pemakai.
Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata pemakaian
Dipakainya bila perancangan individu ekstrim tidak dapat dipakai lagi, sehingga dapat dikaitkan dengan persentil.
2.4 Persentil
Cara-cara perhitungan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: [1,14]
Cara sederhana adalah dengan mengurutkan data tersebut dari yang
terkecil sampai yang terbesar. Kemudian menghitung persentil dari P5, P50, P95.
Cara lengkap adalah dengan tidak mengurutkan data tersebut dahulu
melainkan dengan cara langsung menghitung persentil dari P5, P50, P95. Cara ini dilakukan dengan menggunakan mencari:
Data minimum
Data maksimum
Range = data maksimum – data minimum
(51)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-23
Universitas Kristen Maranatha 2015 Jadi:
P5 = (range x 5%) + data minimum
P50 = (range x 50%) + data minimum
P95 = (range x 95%) + data minimum
2.5 Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah sesuatu yang berada disekitar para pekerja yang meliputi cahaya, warna, udara, suara serta musik yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tigas yang dibenakan (Moekijat, 1995). Sedangkan menurut Gie (2000) lingkungan fisik merupakan segenap faktor fisik yang bersama-sama merupakan suatu suasana fisik yang meliputi suatu tempat kerja.
2.5.1 Sirkulasi Udara dan Ventilasi
Pertukaran udara yang cukup terutama dalam ruangan sangat diperlukan. Pertukaran udara yang cukup dalam ruangan akan menyebabkan kesegaran fisik dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sebaliknya jika pertukaran udara kurang akan dapat menimbulkan rasa pengap sehingga mudah menimbulkan kelelahan dari pegawai (Nitisemito, 2000)
Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat, dalam arti cukup
mengandung oksigen dan bebas dari zat – zat yang bisa diganti dengan udara
segar dan bersih yang biasa dilakukan melalui ventilator. Udara sekitar kita dapat dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan
telah bercampur dengan gas – gas atau bau – bauan yang berbahaya bagi
kesehatan tubuh. Kotornya udara disekitar kita dapat dirasakan sesak nafas dan
tidak boleh dibiarkan berlarut – larut karena dapat merusak jaringan pernafasan.
Keuntungan udara yang baik adalah (Moekijat,2002) :
Produktivitas yang lebih tinggi
Mutu pekerjaan yang lebih tinggi
(52)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-24
2.5.2 Temperatur dan Kelembaban
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang
berbeda – beda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan
normal ini dengan suatu sistem tubuh yang sangat semuprna, sehingga dapat
menyesuaikan dengan perubahan – perubahan yang terjadi di luar tubuhnya.
Tetapi kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri ada batasnya. Apabila
temperatur udara lebih rendah dari 17oC, berarti temperatur udara di bawah
kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri, maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan karena hilangnya panas tubuh yang sebagian besar diakibatkan karena konveksi dan radiasi, juga sebagian kecil dari penguapan. Sebaliknya, apabila temperatur udara terlalu panas dibandingkan dengan temperatur normal tubuh manusia, temperatur tubuh manusia akan lebih naik dan lebih tinggi.
Tabel 2.2
Tabel Temperatur Lingkungan Kerja dan Pengaruhnya
Temperatur Lingkungan Kerja (°C) Kondisi Tubuh
49,0 Batas toleran kemampuan fisik dan mental
29,5 Aktivitas mulai terganggu
24,0 Kondisi optimum kerja
10,0 Kekakuan fisik yang ekstrim mulai muncul
< 10,0 Kekakuan fisik
(Sumber: Kumpulan Teori dan Diktat Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi II) Menurut Prof. Soetarman mengemukakan beberapa hal sebagai usaha agar menciptakan udara yang baik (gie, 2000) yaitu:
1. Mengatur temperatur dalam ruangan dengan alat air conditioning.
Walaupun alat tersebut mahal harganya tetapi bagi pekerja yang menghendaki ketelitian dan ketenangan alat ini merupakan keharusan apabila dikehendaki mutu pekerjaan yang tinggi
(53)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-25
Universitas Kristen Maranatha 2015
2. Mengusahakan peredaran udara yang cukup dalam ruangan. Hal ini dapat
tercapai dengan membuat lubang0lubang udara yang cukup banyak pada dinding ruangan. Demikian pula sewaktu bekerja jendela haruslah dibuka. Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung di dalam udara, biasanya dinyatakan dengan persentase (%). Kelembaban sangat berhubunngan dengan temperatur udara. Antara temperatur, kelembaban, kecepatan bergerak udara dan radiasi dari udara akan dipengaruhi oleh keadaan tubuh manusia pada saat menerima dan melepaskan panas dari dalam tubuh. Sebagimana kita ketahui bahwa tubuh manusia selalu berusaha menyesuaikan dan mencapai kesetimbangan anatara panas tubuhnya dengan temperatur sekitarnya.
Kelembaban relatif dapat diukur dengan hydrometer. Tingkat kelembaban yang
memberikan kenyaman berkisar 40% sampai dengan 60%. [5,3]
Gambar 2.2
Gambar Hubungan Temperatur dengan Kelembaban
(54)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-26
2.5.3 Kebisingan
Menurut Burrow (Sutalaksana, 2006), kebisingan adalah suatu stimuli bunyi yang tidak mengandung informasi berkenaan dengan tugas atau pekerjaan yang dikerjakan. Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuansi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau disebut hertz (Hz), sedangkan intensitas adalah arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam desibel (dB).
Berikut adalah klasifikasi bising menurut Furrer (Don Weilmer, 2001)
1. 30 – 40 dB
Tenang Sekali hingga Tenang
2. 50 – 60 dB
Cukup Tenang hingga Berisik, permulaan kesulitas mendengar dan berbicara
3. > 60 dB
Kebisingan mulai terasa, mengganggu konsentrasi dan fungsi fisiologis (daya reaksi, lelah, dst)
4. > 70 dB
Sangat Berisik
Tabel 2.3
(55)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-27
Universitas Kristen Maranatha 2015
2.6 Metode Konsep Penilaian (Concept Scoring)
Penilaian konsep dilakukan untuk mengetahui konsep produk manakah yang terbaik diantara beberapa produk yang dibandingkan, berdasarkan kriteria seleksi tertentu. Di bawah ini adalah table untuk keperluan analisis penilaian konsep : [5,134]
Tabel 2.4
Tabel Analisa Penilaian Konsep
Rating Nilai Rating Nilai Rating Nilai
1 (r) (r*w) (r) (r*w) (r) (r*w)
……. n Total Nilai Peringkat
Kriteria Seleksi
Analisis Bobot (w)
A …. Z
Konsep Produk Yang Dibandingkan
( Sumber: Product Design and Development, hal 134)
Langkah – langkah pengisian tabel analisis konsep adalah sebagai berikut :
1. Menentukan kriteria seleksi analisis dan bobot (w)
Kriteria seleksi analisis adalah kriteria yang akan diberi dari masing –
masing konsep atau faktor- faktor yang dan dinilai untuk menentukan konsep mana yang terbaik. Tiap kriteria seleksi tersebut kemudian akan diberi bobot, bobot (w) yang diberikan dapat berupa persentase.
2. Menentukan Rating (r)
Rating diberi dengan cara menentukan konsep mana yang terbaik untuk
tiap kriteria. Penentuan rating ini biasanya didapati dari survey terhadap
konsumen atau berdasarkan penilaian yang dilakukan sendiri oleh penilai.
Penentuan rating seperti ini dinamakan dengan cara prioritas. Terdapat
dua cara memberikan prioritas rating, yaitu sebagai berikut :
- Prioritas maksimum yaitu konsep terbaik diberi nilai terbesar.
(56)
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2-28
3. Menentukan nilai
Nilai dapat dengan cara mengalikan rating dengan bobot untuk tiap
kriteria, kemudian nilai tersebut ditotalkan.
4. Menghitunh total nilai (N) dengan rumus :
Nj = Keterangan :
rij = rating dari konsep ke-j pada kriteria ke-i
wi = bobot untuk kriteria ke-i
n = banyaknya kriteria
Nj = total nilai untuk konsep ke-j
5. Penjumlahan kriteria terbaik
Penjumlahan kriteria terbaik dengan cara menjumlahkan kriteria terbaik dari tiap konsep untuk mengetahui konsep produk manakah yang terbaik diantara beberapa konsep produk dibandingkan.
(57)
3-1
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Flowchart Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan untuk menyusun penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Gambar Flow Chart
MULAI
PENELITIAN PENDAHULUAN :
- Pengamatan lapangan
- Wawancara
IDENTIFIKASI MASALAH :
- Masih ada ruangan kelas yang dirasakan tidak nyaman karena terlalu panas dan pengab.
- Masih ada ruangan kelas yang terganggu proses belajar mengajarnya karena suara bising dari lorong.
- Kursi dan meja dosen yang tidak nyaman, malah mengganggu proses
pembelajaran. Seperti :
o Kaca meja: mengakibatkan pandangan dosen ke monitor yang
ada di bawah kaca menjadi tidak jelas, karena pantulan cahaya.
o Laci meja keyboard: jika dimasukan kedalam meja maka
menutupi separuh dari layar monitor, tetapi jika ditarik keluar maka membuat posisi duduk dosen terganggu dan jarak pandang ke monitor semakin jauh.
o Tempat peletakan OHP yang diletakan di atas meja sering
menghalangi pandangan mahasiswa untuk melihat ke papan tulis.
o Tidak tersedianya ruang kaki untuk dosen pada saat duduk
berhadapan dengan meja, sehingga kaki dosen harus terbuka/ “ngangkang”.
(1)
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berikut ini adalah penarikan kesimpulan yang berisi rangkuman dari analisis, serta perumusan masalah yang harus dijawab dengan jelas dan ringkas. 7.1.1 Temperatur dan kelembaban
Temperatur dan kelembaban pada ruang perkuliahan lantai 2, lantai 3, lantai 4 dan lantai 5 masih belum optimal apabila dibandingkan dari segi ergonomi. Karena hampir seluruh ruangan temperatur ruangan terasa panas dan lembab. Tenperatur yang baik untuk kondisi tubuh adalah ± 24,0 °C untuk kondisi optimum kerja. Tingkat kelembaban yang memberikan rasa nyaman berkisar antara 40% hingga 60%.
7.1.2 Ventilasi dan Sirkulasi Udara
Ventilasi dan sirkulasi udara pada ruangan perkuliahan lantai 2, lantai 3, lantai 4 dan lantai 5 masih belum optimal apabila dibandingkan dari segi ergonomi. Karena masih terdapat ruangan kelas yang perputar sirkulasi udara kurang baik. Selain itu terdapat beberapa hexhaust fan yang rusak sehingga tidak dapat digunakan dan apabila hexhaust fan dihidupkan akan menimbulkan kebisingan di dalam kelas.
7.1.3 Kebisingan
Kebisingan pada ruangan perkuliahan lantai 2, lantai 3, lantai 4 dan lantai 5 masih belum optimal apabila dibandingkan dari segi ergonomi. Karena masih terdapat beberapa ruangan kelas yang tingkat kebisingan tinggi (>70 dB). Tingkat bising untuk ruangan perkuliahan adalah 40 db hingga 60 db.
(2)
7.1.3 Meja Dosen, Kursi Dosen dan Meja OHP
Meja dosen yang disediakan oleh Universitas Kristen Maranatha dalam mendukung proses kegiatan belajar belajar masih memiliki beberapa kekurangan yang sering kali dikeluhkan oleh dosen-dosen pengajar di Universitas Kristen Maranatha, antara lain adalah:
- Tidak terdapatnya tempat untuk meletakan kaki dosen.
- Bagian dalam dari meja tidak dapat dimanfaatkan oleh dosen untuk meletakan barang-barang pribadi milik dosen.
- Posisi dari kabel-kabel sambungan komputer tidak tersusun rapi serta menyulitkan baik dosen maupun mahasiswa jika dilakukan pergantian dari komputer dengan laptop.
- Posisi dari komputer berada di dalam meja sehingga menyulitkan dosen dalam pengoperasiannya.
- Penempatan dari keyboard sering menghalangi pandangan dosen ke layar komputer.
- Desain dari meja tidak fleksibel untuk mengantisipasi perubahan jenis dari komputer dari komputer tabung menjadi komputer LED.
- Meja dosen dijadikan tempat peletakan OHP dan hal ini seringkali mengganggu pandangan mahasiswa ke arah papan tulin ataupun screen.
7.2 Saran
Berikut ini adalah saran yang di usulkan oleh penulis untuk mengatasi masalah-masalah yang terdapat di UK Maranatha.
7.2.1 Temperatur dan Kelembaban
Untuk temperatur dan kelembaban pada ruangan kelas lantai 2, lantai 3, lantai 4 dan lantai 5 disarankan untuk menambahkan AC pada ruangan yang jendelanya menghadap ke lorong dan menambahkan kipas angin pada ruangan kelas yang jendelanya menghadap ke luar agar ruangan tidak panas dan lembab.
(3)
Lantai 2 Pada lantai 2 ini dibutuhkan penambahan AC sebanyak 9 buah dan untuk kipas angin sebanyak 2 buah.
Lantai 3 Pada lantai 3 ini dibutuhkan penambahan AC sebanyak 8 buah dan untuk kipas angin sebanyak 11 buah.
Lantai 4 Pada lantai 4 ini dibutuhkan penambahan AC sebanyak 5 buah dan untuk kipas angin sebanyak 14 buah.
Lantai 5 Pada lantai 5 ini dibutuhkan penambahan 4 unit AC, sedangkan untuk kipas angin sebanyak 6 buah.
7.2.2 Ventilasi dan Sirkulasi Udara
Untuk ventilasi dan sirkulasi udara pada ruangan kelas lantai 2, lantai 3, lantai 4 dan lantai 5 disarankan menambahkan AC dan kipas angin karena dengan bantuan AC dan kipas angin dapat membantu memperlancar sirkulasi udara pada kelas.
7.2.3 Kebisingan
Untuk mengurangi kebisingan pada ruangan kelas lantai lantai 2, lantai 3, lantai 4 dan lantai 5 disarankan dengan pemasangan AC di kelas yang memiliki jendela menghadap ke lorong dapat mengurangi tingkat kebisingan karena biasanya kelas yang terdapat AC, ventilatornya ditutup. Sedangkan untuk kelas yang memiliki jendela menghadap ke luar dan hanya menggunakan kipas angin disarankan untuk menutup ventilator yang ada di atas pintu atau ventilator yang menghadap kelorong, agar kebisingan yang terjadi dilorong tidak dapat masuk ke dalam kelas sehingga dapat mengurangi terjadinya kebisingan.
(4)
7.2.4 Meja dosen, Kursi Dosen dan Meja OHP Meja Dosen yang Terpilih
Gambar 7.1
Meja Alternatif 2 yang Terpilih
Tabel 7.1
Dimensi Meja Alternatif 2 yang Terpilih
120 cm 63 cm 103 cm Multipleks Dimensi Meja Dosen Alternatif 2
Dimensi
Panjang Meja Lebar Meja Tinggi Meja Bahan Meja
(5)
Kursi Dosen yang Terpilih
Gambar 7.2
Meja Alternatif 4 yang Terpilih
Tabel 7.2
Dimensi Meja Alternatif 4 yang Terpilih
Produk Dimensi Produk Ukuran (cm)
Panjang Alas Duduk 60
Lebar Alas Duduk 60
Tinggi Sandaran 60
Panjang Sandaran 58
Kursi terbuat dari rangka besi, kain dan busa
Kursi sebagai tempat duduk bagi dosen, dan adjustable
Kursi Dosen
Bahan Fungsi
(6)
Meja OHP yang Terpilih
Gambar 7.3