PENGARUH KUALIFIKASI DAN SERTIFIKASI GURU TERHADAP INTENSITAS BELAJAR GERAK SISWA DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR (SD).

(1)

Mia Rosalina, 2013

PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR (SD)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh :

Mia Rosalina S.Si

1004789

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Mia Rosalina, 2013

English Education at Secondary Education

Oleh Mia Rosalina S.Si UPI Bandung, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Olahraga

© Mia Rosalina 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Mia Rosalina, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH DOSEN PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A. 196306181988031000

Pembimbing II

Agus Rusdiana M.SC, Ph.D 197608122001121001

Mengetahui

Ketua Prodi Pendidikan Olahraga Sekolah Pasca Sarjana UPI

Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A. 196306181988031000


(4)

Mia Rosalina, 2013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “PENGARUH KUALIFIKASI DAN SERTIFIKASI GURU TERHADAP INTENSITAS BELAJAR GERAK DAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DISEKOLAH DASAR (SD)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2013 Yang membuat pernyataan


(5)

(6)

v

Mia Rosalina, 2013

Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar

ABSTRAK

Mia Rosalina (2013): Pengaruh Kualifikasi dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar (SD). Tesis. Bandung. SPs UPI Bandung.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa guru professional harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan data dari Balitbang Diknas jumlah guru SD tahun 2004 adalah 1.060,649 orang dengan tingkat pendidikan S1 hanya 16,90% (pendidikan dan non kependidikan). Dengan demikian 83,10% belum memiliki kualifikasi minimal yang disyaratkan oleh UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dan PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Tujuan Penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pengaruh kualifikasi guru terhadap intensitas belajar gerak siswa pada pembelajaran penjas di SD (2) untuk mengetahui pengaruh sertifikasi guru terhadap intensitas belajar gerak siswa pada pembelajaran penjas di SD (3) untuk mengetahui pengaruh kualifikasi guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran penjas di SD (4) untuk mengetahui pengaruh sertifikasi guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran penjas di SD.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif. Sampel terdiri dari 20 orang guru penjas yang sudah sertifikasi dan yang belum tersertifikasi dan 200 orang siswa, jenis kelamin laki-laki dan perempuan, kualifikasi akademik berdasarkan jenjang pendidikan (1) D-III, (2) D-IV, (3) S1, dan (4) S2. Instrumen yang digunakan yaitu kuisoner dan penilaian data dari dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji Anova. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada kualifikasi guru terhadap intensitas belajar gerak siswa dalam pembelajaran penjas di sekolah dasar, tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada sertifikasi guru terhadap intensitas belajar gerak siswa dalam pembelajaran penjas di sekolah dasar, tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada kualifikasi guru terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran penjas di sekolah dasar, tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada sertifikasi guru terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran penjas di sekolah dasar.


(7)

vi

Mia Rosalina, 2013

Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Effect of Teacher Qualification and Certification Against Motion Intensity

Learning and Learning Outcomes in Elementary Physical Education.

Abstract

Introduction: Law No. 20 of 2003 on the national education system explained that the professional teachers should have the minimum qualification and certification in accordance with the level of our authority to teach healthy, physically and spiritually, as well as have the ability to realize the goals of national education. The issue background the research based on data from a number of primary school teachers Diknas 2004 is 1,060,649 people with education level S1 only 16.90% (educational and non-educational). Thus 83,10% do not have the minimum qualifications required by law No. 14/2005 concerning teachers and professors and PP No. 19, 2005 on national education standards.

The purpose of this research is (1) to determine the influence of teachers ' qualifications against the intensity of motion learning of students in the teaching of physical education in elementary school (2) to determine the influence of teacher certification with respect to the intensity of motion learning of students in the teaching of physical education in elementary school (3) to determine the influence of teachers ' qualification of student learning outcomes on physical pembelajaranpendidikan in elementary school (4) to determine the influence of teacher certification to student learning outcomes on physical pembelajaranpendidikan in elementary school.

In this study the method used is descriptive. The sample consisted of 20 physical education teachers who have certification and that has not been certified and 200 students, gender men and women, academic qualification based on level of education (1) D-III, (2) D-IV, (3) S1, S2 and (4). The instruments used are kuisoner and assessment of data from the documentation. Data analysis in this study using Anova Test. The results of this research show that there are no significant effects on teachers ' qualifications against the intensity of motion learning of students in the learning of physical education in elementary school, there were no significant effects on teacher certification with respect to the intensity of motion learning of students in the learning of physical education in elementary school, there were no significant effects on the qualifications of the teacher against student learning outcomes in the study of physical education in primary school, there are no significant effects on teacher certification of learning outcomes of students in learning of physical education in elementary school.


(8)

vi

Mia Rosalina, 2013

Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... Pernyataan... Kata Pengantar... Ucapan Terimakasih... Abstrak... Abstract... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... i ii iii iv vi vii viii ix x xi

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah... B.Rumusan Masalah... C.Tujuan Penelitian... D.Manfaat Penelitian... E.Definisi Operasional...

1 7 8 8 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Tinjauan Teoritis... 1. Pengertian Pendidikan Jasmani... 2. Tujuan Pendidikan Jasmani... 3. Manfaat Pendidikan Jasmani... 4. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar... 5. Proses Belajar Mengajar... a) Pengertian Belajar... b) Pengertian Mengajar...

12 12 12 14 16 18 18 20


(9)

vii

Mia Rosalina, 2013

Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil 6. Kualifikasi dan Sertifikasi Guru...

a) Kualifikasi Guru... b) Sertifikasi Guru... 7. Intensitas Belajar Gerak... 8. Hasil Belajar... a) Definisi Hasil Belajar... b) Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar... c) Tes Hasil Belajar... B.Hasil Penelitian Yang Relevan... C.Kerangka Berpikir...

1. Intensitas Belajar Gerak Siswa Dalam Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar Dipengaruhi Kualifikasi Guru... 2. Intensitas Belajar Gerak Siswa Dalam Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar Dipengaruhi Sertifikasi Guru... 3. Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Penjas Dipengaruhi

Kualifikasi Guru Penjas di Sekolah Dasar... 4. Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Penjas Dipengaruhi

Sertifikasi Guru Penjas di Sekolah Dasar... D.Hipotesis...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian... B.Desain Penelitian... C.Populasi dan Sampel... ... 1. Populasi... ... 2. Sampel... ... D.Variabel Penelitian... ... E. Instrumen Penelitian...

1. Kualifikasi Guru Dinilai Dengan Dokumentasi... 21 22 23 27 28 29 30 33 34 36 36 38 41 43 45 47 48 51 51 53 54 55 64


(10)

viii

Mia Rosalina, 2013

Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil 2. Sertifikasi Guru Dinilai Dengan Dokumentasi... 3. Intensitas Belajar Gerak Dinilai Dengan Kuesioner... 4. Hasil Belajar Dinilai Dengan Dokumentasi... F. Uji Coba Instrumen... G.Analisis Instrumen... ... H.Teknik Analisis Data...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian... ... 1. Pemantapan Angket... ... a) Uji Validitas Item... b) Uji Reliabilitas Item... ... 2. Deskripsi Data Hasil Penelitian... ... a) Deskripsi Variabel Penelitian... b) Kualifikasi Guru... ... c) Sertifikasi Guru... d) Intensitas Belajar Gerak... ... e) Hasil Belajar Penjas... ... 3. Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis...

a) Uji Prasyarat Penelitian... ... 1) Uji Normalitas Data... ... 2) Uji Homogenitas... b) Uji Hipotesis Statistik... ... 1) Uji Hipotesis Pertama... ... 2) Uji Hipotesis Kedua... ... 3) Uji Hipotesis Ketiga... ... 4) Uji Hipotesis Keempat... ... B.Pembahasan... 64 65 66 67 69 71 74 74 74 77 77 77 84 84 85 86 87 87 87 88 93 93 94 96 97 98


(11)

ix

Mia Rosalina, 2013

Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan... 107 B.Rekomendasi... 107


(12)

Mia Rosalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang paling penting keberadaannya karena proses dimulainya seseorang dalam menempuh dunia pendidikan diawali dari jenjang sekolah dasar. Siswa tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke SLTP dan SLTA tanpa menyelesaikan pendidikan di jenjang Sekolah Dasar. Dalam buku yang dikeluarkan Depdiknas (2001 : 7) menjelaskan bahwa “Melalui Sekolah Dasar (SD) anak didik dibekali dengan kemampuan dasar dan keterampilan dasar agar mampu mengantisipasi permasalahan dalam kehidupannya sehari-hari, termasuk keterampilan berolahraga serta keterampilan hidup lainnya (life skill). Dengan demikian, sekolah dasar merupakan jenjang

pendidikan yang membekali atau memberikan dasar-dasar serta menyiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya.

Mengingat sangat pentingnya pendidikan sekolah dasar maka diperlukan sistem pembelajaran, kualifikasi dan sertifikasi guru yang sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dalam proses pembelajaran siswa. Ini erat kaitannya dengan hasil belajar siswa yang dapat diukur dari pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran teori ataupun praktek yang telah diberikan oleh guru.

Begitu pula dengan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar, pemahaman siswa dan intensitas belajar gerak siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar akan menjadi tolak ukur bagi keberhasilan atau kegagalan seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan ini berdampak bagi siswa ketika melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal pertama yang harus ditanamkan oleh guru adalah membuat siswa menyukai dan mencintai pembelajaran penjas. Ketika siswa sudah senang dan antusias dalam mengikuti


(13)

Mia Rosalina, 2013

pembelajaran penjas, maka siswa dapat dengan mudah mengikuti serta mampu memahami materi dari pembelajaran penjas yang telah diberikan secara maksimal. Siswa dituntut untuk memahami begitu pentingnya peran pendidikan jasmani dalam kehidupan sehari-hari. Program pendidikan jasmani di sekolah dasar diharapkan mampu untuk diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari. Selain pemahaman terhadap pendidikan jasmani, siswa juga diharapkan mampu untuk memperagakan gerakan-gerakan dasar dengan baik dalam ruang lingkup pendidikan jasmani, baik gerakan-gerakan pada kecabangan olahraga ataupun gerakan-gerakan dasar untuk menjaga kebugaran jasmani. Menurut Bucher yang dikutip oleh Suherman (2009 : 7) mengemukakan bahwa terdapat empat kategori tujuan pendidikan jasmani yaitu sebagai berikut :

Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness). Perkembangan Gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skill-full). Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterprestasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

Pemaparan di atas merupakan tujuan utama dari pendidikan jasmani di sekolah dasar, akan tetapi pada kenyataannya belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah memiliki peranan penting bagi siswa yaitu mereka dapat terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.

Pada umumnya siswa belum memahami esensi dari pendidikan jasmani, kecenderungan para siswa menyimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan pembelajaran aktivitas gerak di kecabangan olahraga saja. Hal diatas dapat


(14)

Mia Rosalina, 2013

disebabkan oleh kurangnya minat siswa untuk mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Ini merupakan indikasi dari kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran, kualifikasi dan sertifikasi guru yang tidak kompeten serta sistem pendidikan yang secara khusus berhubungan dengan pembelajaran pendidikan jasmani belum berjalan dengan baik. Proses pembelajaran pendidikan jasmani lebih sulit dilaksanakan pada jenjang sekolah dasar, salah satunya disebabkan oleh faktor usia siswa, pada usia seperti mereka proses pembelajaran pendidikan jasmani tidak secara maksimal diterima oleh para siswa karena kurangnya keseriusan siswa untuk memahami materi pembelajaran dan cenderung mereka lebih banyak bermain–main saat proses pembelajaran teori ataupun praktek dilapangan.

Permasalahan yang sering muncul dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani disekolah dasar adalah masih adanya siswa yang belum menyukai pelajaran pendidikan jasmani dan sebagian siswa menganggap pelajaran pendidikan jasmani adalah pembelajaran yang membosankan dan pelajaran yang melelahkan. Akhirnya penyampaian materi pembelajaran tidak bisa diterima secara maksimal oleh siswanya, sehingga dalam prakteknya siswa tidak dapat melaksanakannya dengan baik. Penyebabnya adalah kurangnya inovasi dan kreasi dalam media pembelajaran pendidikan jasmani, sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran serta kurangnya kualifikasi dan sertifikasi guru menjadi indikator ketika proses pembelajaran pendidikan jasmani tidak terlaksana dengan baik.

Selama ini kecenderungan dalam menyampaikan makna dari mutu pendidikan hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif saja. Pandangan ini menyebabkan terabaikannya aspek–aspek lain seperti moral, akhlak, budi pekerti, psikomotor serta keterampilan (life skill). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.


(15)

Mia Rosalina, 2013

Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita bahwa bangsa yang maju, modern, makmur, dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktek pendidikan yang bermutu. Sementara itu, pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang profesional, sejahtera, dan bermartabat. Faktor guru memegang peran yang sangat penting dan strategis dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan. Hasil penelitian Rink

(2002) yang dikutip oleh Suherman (2007) menunjukkan bahwa “Guru yang

berkualitas berpengaruh besar terhadap efektivitas pembelajaran dan pada gilirannya mempengaruhi prestasi anak didik (Siedentop & Tannehill, 2000).”

Keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktek pendidikan yang berkualitas. Sejumlah negara, misalnya Singapura, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat, berusaha mengembangkan kebijakan yang mendorong keberadaan guru yang berkualitas (www.pmptk.net). Salah satu kebijakan yang dikembangkan adalah intervensi langsung menuju peningkatan mutu dan memberikan jaminan dan kesejahteraan hidup guru yang memadai dengan melaksanakan sertifikasi guru.

Dalam buku Depdiknas dijelaskan bahwa “Program sertifikasi

diberlakukan untuk semua guru, baik guru yang berstatus pegawai negeri sipil maupun guru yang berstatus non-pegawai negeri sipil (swasta).” Sampai saat ini, ada sekitar 2,3 juta guru di Indonesia (www.pmptk.net). Dari data guru tersebut, Pemerintah melalui Depdiknas secara bertahap melakukan sertifikasi guru, dimulai tahun 2007 sebanyak 190.450 guru, terdiri atas 20.000 guru SD dan SMP yang sudah didaftar pada tahun 2006 dan 170.450 guru SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB yang didaftar pada tahun 2007. Program tersebut diharapkan rampung pada tahun 2015 (www.sertifikasiguru.org).

Sasaran program sertifikasi guru ini adalah semua guru yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 9, dan PP Nomor 19 tahun 2005 Pasal 28 ayat (2) yaitu minimal sarjana atau diploma empat (S1/D-IV) yang dibuktikan dengan


(16)

Mia Rosalina, 2013

ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan. Artinya, guru dengan kualifikasi di bawah Sarjana atau D4 tidak dapat disertifikasi. Pelaksanaan sertifikasi guru merupakan komitmen Pemerintah, dalam hal ini Depdiknas, untuk mengimplementasikan amanat Undang-undang Nomor 14 tahun 2005, yaitu mewujudkan guru yang berkualitas dan profesional.

Sebagaimana dijelaskan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 39 ayat

(2) tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) “Guru adalah tenaga

profesional.” Sesuai dengan pasal 42 bahwa “Pendidik harus memiliki kualifikasi

minimum dan sertifikasi sesuai dengan kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.” Guru harus memiliki kualifikasi akademik minimal D4/S1 dan

kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogis, profesional, dan sosial. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran secara formal dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

Kualifikasi akademik minimum diperoleh melalui pendidikan tinggi, dan sertifikat kompetensi pendidik diperoleh setelah lulus ujian sertifikasi. Pengertian sertifikasi mengacu pada National Commision on Educatinal Services (NCES) disebutkan “Certification is a procedure whereby the state evaluates and reviews

a teacher candidates credentials and provides him or her a license to teach.”

Dalam UU RI Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sertifikat pendidik diberikan kepada seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan profesi pendidik dan lulus uji sertifikasi pendidik.

Kenyataan menurut hasil telaah peneliti dilapangan dalam proses sertifikasi ditemui permasalahan antara lain: (1) Kurangnya minat guru untuk meneliti. Banyak guru yang malas untuk meneliti di kelasnya sendiri dan terjebak dalam rutinitas kerja sehingga potensi ilmiahnya tak muncul kepermukaan. Karya tulis mereka dalam bidang penelitian tidak terlihat. Padahal setiap tahun, Depdiknas selalu rutin melaksanakan Lomba Keberhasilan Guru Dalam Pembelajaran (LKGDP) tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat


(17)

Mia Rosalina, 2013

Profesi Guru. Mereka baru mau meneliti ketika akan mengurus naik pangkat. (2) Masih banyak guru yang jarang memanfaatkan media dalam pembelajarannya, sehingga pembelajaran kurang menarik. (3) Guru kurang bervariasi dalam menerapkan metode pembelajaran, sehingga siswa merasa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Kualifikasi dan sertifikasi dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas dari guru. Sehingga dapat melahirkan guru-guru yang berkualitas, lebih memiliki kompetensi keilmuan serta bisa lebih profesional. Namun pada kenyataannya, dilapangan khususnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani masih jauh dari yang diharapkan. Berdasarkan hasil temuan yang dilakukan oleh peneliti dilapangan, hal ini terlihat dari kurangnya pemahaman siswa dalam memahami pendidikan jasmani, beberapa permasalahan masih sering kita jumpai seperti:

a. Pembelajaran pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Namun kenyataan dilapangan guru penjas lebih terfokus mengajar pada teknik kecabangannya, sehingga kebugaran jasmani siswa menjadi rendah.

b. Metode pembelajaran yang monoton sehingga siswa jenuh dan bosan karena materi pendidikan jasmani yang diberikan kurang bervariasi.

c. Masih banyak guru yang jarang memanfaatkan media dalam pembelajarannya, sehingga pembelajaran kurang menarik. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani, seperti memanfaatkan media baik cetak atau elektronik dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.

d. Tingkat kebugaran jasmani di Indonesia masih rendah, karena terlalu menekankan pada teknik kecabangan bukan terhadap kebugaran jasmani siswa. Hal ini terlihat dari kurangnya antusias siswa sekolah dasar dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, contohnya seperti para siswa di sekolah dasar banyak diam ketika mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, mudah lelah, kurang menyimak ketika pembelajaran pendidikan jasmani berlangsung.


(18)

Mia Rosalina, 2013

Permasalahan di atas merupakan tanggung jawab dari guru sebagai ujung tombak dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Karena itu, perlu adanya sebuah evaluasi sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang “Intensitas

Belajar Gerak dan Hasil Belajar Siswa Dilihat Berdasarkan Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru.” Apabila penelitian ini tidak dilakukan, kemungkinan guru pendidikan jasmani tidak akan memiliki gambaran tentang cara dan metode dalam meningkatkan intensitas belajar gerak siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani, pemahaman siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani pun hanya sebatas pada aktivitas praktek kecabangan saja. Hal ini akan berdampak pada kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani secara keseluruhan tidak akan maksimal.

B. Rumusan Masalah

Sesuatu yang diasumsikan sebagai masalah, tentu tidak cukup hanya berhenti pada pertanyaan asumtif semata tanpa ada pembahasan lebih lanjut tentang masalah tersebut. Karena masalah memiliki ruang lingkup yang universal, maka perlu dibatasi dengan rumusan-rumusan agar mengacu terhadap masalah dimaksud. Oleh karena itu, penulis membatasi masalah dalam bentuk pertanyaan berikut :

1. Apakah kualifikasi guru memberi pengaruh yang signifikan terhadap intensitas belajar gerak siswa pada pembelajaran penjas sekolah dasar di Kecamatan Harjamukti ?

2. Apakah sertifikasi guru memberi pengaruh yang signifikan terhadap intensitas belajar gerak siswa pada pembelajaran penjas sekolah dasar di Kecamatan Harjamukti ?

3. Apakah kualifikasi guru memberi pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran penjas sekolah dasar di Kecamatan Harjamukti ?


(19)

Mia Rosalina, 2013

4. Apakah sertifikasi guru memberi pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran penjas sekolah dasar di Kecamatan Harjamukti ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh kualifikasi guru terhadap intensitas belajar gerak siswa pada pembelajaran penjas sekolah dasar di Kecamatan Harjamukti.

2. Untuk mengetahui pengaruh sertifikasi guru terhadap intensitas belajar gerak siswa pada pembelajaran penjas sekolah dasar di Kecamatan Harjamukti.

3. Untuk mengetahui pengaruh kualifikasi guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran penjas sekolah dasar di Kecamatan Harjamukti.

4. Untuk mengetahui pengaruh sertifikasi guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran penjas sekolah dasar di Kecamatan Harjamukti.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini meliputi aspek teoritis dan praktis. 1. Secara Teoritis

a) Memberikan informasi kepada Lembaga Penjamin Mutu (LPMP) dan Pusat pengembangan Penataran guru pendidikan jasmani (PPPG PENJAS) tentang intensitas belajar gerak dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar terhadap kualifikasi akademik guru Pendidikan Jasmani.

b) Merupakan saran terhadap kebijakan pemerintah untuk menyempurnakan sistem penugasan guru–guru pendidikan jasmani di sekolah dasar, sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas.

2. Secara Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan:

a) Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Cirebon dalam perumusan kebijakan di bidang pendidikan jasmani.


(20)

Mia Rosalina, 2013

b) Sebagai bahan informasi bagi guru pendidikan jasmani untuk melakukan evaluasi terkait dengan peningkatan profesionalisme guru.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai istilah–istilah pokok yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut :

1. Kualifikasi

Menurut Marselus R. Payong dalam buku Sertifikasi Profesi Guru (2011)

menjelaskan bahwa “Kualifikasi adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang

harus dimiliki oleh guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan”. Kualifikasi dalam penelitian ini dibatasi menjadi kualifikasi jenjang pendidikan D-III, D-IV, S1, dan S2.

2. Sertifikasi

Dalam buku Depdiknas (2008: 5) dijelaskan bahwa “Sertifikasi adalah

pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi standar

kompetensi guru.” Program sertifikasi ini dilaksanakan oleh Depdiknas dengan

tujuan untuk standarisasi guru pendidikan jasmani yang dilaksanakan secara berkesinambungan mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2015. Dalam penelitian ini, sertifikasi dimaksudkan untuk guru yang sudah sertifikasi dan yang belum sertifikasi.

3. Guru

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 tentang Guru menyatakan bahwa “ Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendiidkan usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”Penelitian ini membatasi guru yang

dimaksud merupakan guru yang mengajar penjas dikelas 6 sekolah dasar di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.


(21)

Mia Rosalina, 2013

4. Intensitas Belajar Gerak

John M. Echols (Shadily, 1995: 419) bahwa: “Kata intensitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu intense yang berarti semangat, giat.” Sedangkan menurut Nurkholif Hazim (2005: 191) bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga yang

dikerahkan untuk suatu usaha”. Jadi intensitas secara sederhana dapat dirumuskan

sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan. Seseorang yang belajar dengan semangat yang tinggi, maka akan menunjukan hasil yang baik, sebagaimana pendapat Sadirman (1996: 85), yang menyatakan bahwa “Intensitas belajar siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian tujuan belajarnya yakni meningkatkan prestasinya.”

Perkataan intensitas sangat erat kaitannya dengan motivasi, antara keduanya tidak dapat dipisahkan sebab untuk terjadinya itensitas belajar atau semangat belajar harus didahului dengan adanya motivasi dari siswa itu sendiri. Sebagaimana Sardiman (1996: 84) menyatakan: “Belajar diperlukan adanya intensitas atau semangat yang tinggi terutama didasarkan adanya motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu.” Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas balajar siswa.

Intensitas belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil. (John M. Echols dalam Shadily 1993: 326).

Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi. Belajar gerak adalah sebagai “Serangkaian proses yang dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif


(22)

Mia Rosalina, 2013

permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil (Schmidt yang dikutip Mahendra, 1998: 122).

Jadi, kesimpulan menurut peneliti bahwa intensitas belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuanrealitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil.

5. Hasil Belajar

Sudjana (2000: 7) menjelaskan bahwa “Hasil belajar merupakan suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu.” Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh Rochmad Wahab (2009: 24) membagi lima kategori hasil belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, kognitif, sikap, dan motorik.. Hasil belajar dalam penelitian ini didapat berdasarkan nilai triwulan siswa dalam pembelajaran penjas. 6. Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani menurut Undang-Undang No.04 Tahun 1950 Bab VI Pasal 9 dalam kutipan Buku Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani,

Suherman (2009) bahwa “Pendidikan jasmani yang menuju keselarasan antara

tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakan usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat kuat lahir batin, diberikan pada seluruh jenjang pendidikan.”

7. Sekolah Dasar

Menurut Marselus R. Payong dalam buku Sertifikasi Profesi Guru (2011:

18) menyatakan bahwa “Sekolah dasar atau SD adalah salah bentuk satuan

pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang

pendidikan dasar.” SD yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sekolah


(23)

Mia Rosalina, 2013

METODELOGI PENELITIAN

A. Metodelogi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan (menggambarkan) suatu gejala atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang (Sudjana & Ibrahim, 2009: 64). Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Penelitian deskriptif memiliki fungsi untuk mengetahui gambaran nyata mengenai masalah yang akan diungkapkan, sehingga hasil penelitian hanya menggambarkan situasi yang ada di dalam diri seseorang.

Setelah membahas tentang penelitian deskriptif, selanjutnya peneliti juga membahas tentang pendekatan yang dipakai yaitu korelasi. Arikunto (1999: 145)

menjelaskan bahwa “Penelitian korelasi adalah penelitian yang bertujuan untuk

menemukan ada tidaknya hubungan dan berapa eratnya hubungan serta berarti tidaknya hubungan itu.” Sejalan dengan pendapat Sudjana (2004: 8) menyatakan

bahwa “Penelitian korelasi adalah penelitian untuk mendeteksi tentang sejauh

mana variasi-variasi pada suatu faktor yang berkaitan dengan variasi-variasi pada

satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.” Pengertian mengenai korelasi tersebut dapat disimpulkan bahwa korelasi akan mengetahui sejauh mana hubungan keterkaitan antara komponen penelitian, sehingga akan terlihat sejauh mana hubungan tersebut, apakah positif, atau tidak ada hubungan sama sekali.

Setelah diketahui pengertian kedua definisi tersebut, yaitu deskriptif dan korelasi selanjutnya peneliti menggabungkan kedua definisi tersebut menjadi metode deskriptif korelasional. Menurut Sumanto (1997: 102) menyatakan bahwa

“Metode deskriptif korelasional adalah metode untuk menggambarkan suatu peristiwa dengan cara menghubungkan antara suatu variabel dengan variabel

lainnya untuk menentukan derajat hubungan antar variabel tersebut.” Pengertian

tersebut dapat disimpulkan penggunaan metode deskriptif korelasional dimaksudkan untuk mencari tujuan penelitian yang berupa gambaran dari


(24)

Mia Rosalina, 2013

variabel-variabel yang menjadi pusat penelitian.

Dalam penelitian ini akan mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi dari lapangan yang akan dideskripsikan ke dalam pembahasan yang sesuai dengan keadaan lapangan. Data yang akan dikumpulkan berasal dari guru dan siswa yang menjadi sasaran penelitian, baik melalui kuesioner maupun bentuk observasi dan dokumentasi yang dilakukan di lapangan. Informasi yang diperoleh akan dilakukan analisis terlebih dahulu sebelum dilakukan interpretasi.

Aspek yang akan diteliti mencakup tentang kualifikasi akademik dan sertifikasi guru di mana dominasinya terletak pada latar belakang pendidikan guru dan predikat lulus atau tidaknya guru tersebut dalam proses sertifikasi yang akan memberikan warna pada proses dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran pendidikan jasmani. Aspek penelitian berikutnya adalah mengenai intensitas belajar dan hasil belajar siswa yang merupakan inti dari implementasi kegiatan antara guru dan siswa. Kegiatan ini akan dilakukan penelitian dan mengambil informasinya melalui kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis merangkum sebanyak-banyaknya informasi berbagai persoalan pendidikan dengan data-data yang diperolah melalui angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi.

B. Desain Penelitian

Setelah diketahui metode penelitian yang digunakan selanjutnya adalah menentukan desain penelitian. Adapun notasi rancangan desainnya mengacu pada Gambar 3.1.

rx1y1

rx2y1

Kualifikasi Guru

(X1)

Sertifikasi Guru

(X2)

Intensitas Belajar Gerak


(25)

Mia Rosalina, 2013

rx1y2

rx2y2

Gambar 3.1.

Desain Penelitian Kualifikasi dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani di SD

Keterangan :

X1 : kualifikasi guru (variabel bebas). X2 : sertifikasi guru (variabel bebas).

Y1 : intensitas belajar gerak (variabel terikat). Y2 : hasil belajar (variabel terikat).

rx1y1 : hubungan kualifikasi dengan intensitas belajar gerak. rx2y1 : hubungan sertifikasi dengan intensitas belajar gerak. rx2y1 : hubungan kualifikasi hasil belajar..

rx2y2 : hubungan sertifikasi dengan hasil belajar.

Gambar 3.1. menjelaskan bahwa, penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yang dinyatakan dengan simbol X1 dan X2, serta untuk variabel terikatnya dinyatakan dengan simbol Y1 dan Y2, adapun variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kualifikasi Guru (X1) yaitu pendidikan maksimal yang dimiliki atau diikuti oleh sampel yang dibuktikan dengan ijazah terakhir yang dimiliki.

2. Sertifikasi Guru (X2) yaitu proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi ini diberikan kepada para guru untuk memenuhi standar professional guru yang dibuktikan dengan sertifikat profesi.

Guru (X1)

Sertifikasi Guru

(X2)

Hasil Belajar (Y2)


(26)

Mia Rosalina, 2013

bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha”. Belajar gerak adalah sebagai “Serangkaian proses yang dihubungkan

dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil Schmidt (Mahendra, 1998:122). Jadi, intensitas belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil dan dibuktikan dengan angket (kuesioner).

4. Hasil Belajar (Y2) adalah “Suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu (Sudjana, 2000: 7) dan hasil belajar dalam penelitian ini dibuktikan dari nilai triwulan siswa.

Mengenai langkah-langkah penelitian, pendapat Sutresna (2002: 125) yang diadaptasi dari Gay (1996: 91-98) menjelaskan bahwa: “Umumnya langkah penelitian diawali dengan proses penelusuran masalah, penelusuran data dan teori, perumusan hipotesis, penentuan model penelitian, analisis dan interpretasi data,

penarikan kesimpulan, implikasi dan saran.” Secara skematis, langkah penelitian


(27)

Mia Rosalina, 2013

Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian Diadaptasi dari sumber: LR. Gay, Educational Research; Competencies for Analysis and Application; New

Jersey, Prentice Hall Inc. (1996,pp. 91-98).

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah suatu kelompok yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon sejumlah 200 siswa dan guru penjas sejumlah 20 orang. Untuk keperluan penelitian ini, maka populasi tersebut diambil sebagian atau wakil dari setiap SD di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon yang membentuk sampel penelitian atau unit penelitian, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Penelusuran beragam data empirik dan teoritik sebagai landasan berpikir berkaitan dengan masalah penelitian

(Review Of Related Literature)

Perumusan Hipotesis dengan mengacu pada kerangka berpikir dan kajian empirik serta teoritik

Penentuan Metode Penelitian berkenaan dengan: Sampel, Instrumen, desain dan prosedur penelitian (method,

subject, instruments, design & procedure)

Analisis dan Interpretasi Data (data analysis)

Penarikan kesimpulan, implikasi dan saran berdasarkan hasil penelitian


(28)

Mia Rosalina, 2013

Jumlah Populasi Guru Penjas SD di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

No Nama Usia

Jenis Kelamin

Asal Sekolah

Kualifikasi Pendidikan

Masa Kerja

Sertifikasi/ B.Sertifikasi

1

Keni Sukaeni S.Pd 42 Th P SDN. Pegambiran I D-IV 22 Th BS

2 Jenuri S.Pd 42 Th L SDN. Pegambiran II S1 22 Th S

3 Tuti Nurhayanti S.Pd 46 Th P SDN. Pegajahan I S1 21 Th S

4 Yusuf Hidayat S.Pd 46 Th L SDN. Pegajahan II S1 21 Th BS

5 Kurniawan S.Pd 50 Th L SDN. Kejaksan S1 26 Th S

6 A.Tohari S.Pd 35 th L SDN Kebon Melati I S1 7 Th S

7 Titin Husdiati S.Pd 45 Th P SDN. Kebon Melati II S2 25 Th S

8 Kurniawati S.Pd 50 Th P SDN. Kebon Baru IV S1 28 Th S

9 Siti Aisyah S.Pd 43 Th P SDN. Kebon Baru V S1 22 Th S

10 Marlina Sulastri S.Pd 47 Th P SDN. Kebon Baru VII S1 21 Th S

11 Ahmad Faisal A.Ma.Pd 42 Th L SDN Pekalipan D-IV 22 Th BS

12 Yanto Setioso A.Ma.Pd 40 Th L SDN. Kartini II D-IV 20 Th TS

13 H. Juanda S.Pd 42 Th L SDN. Silih Asuh I S1 22 Th BS

14 Dapin S.Pd 47 Th L SDN. Silih Asuh II S1 21 Th S

15 M.Ilham S.Pd 44 Th L SDN. Silih Asuh III S1 20 Th BS

16 Anwar Sanusi S.Pd 46 Th L SDN. Sukapura I S1 21 Th S

17 Sodikin Ali S.Pd 47 Th L SDN. Kartini V S1 21 Th BS

18 Alimun S.Pd 46 Th L SDN. Sunyaragi I S1 22 Th BS

19 Ade Sirom S.Pd 49 Th L SDN. Sunyaragi II S1 25 Th S


(29)

Mia Rosalina, 2013

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih sebagai anggota sampel. Teknik probability sampling ini ada bermacam-macam yaitu simple random sampling, proportionate stratified random sampling,

disproportionate stratified random, sampling area (cluster) sampling (Sugiyono,

2010: 120).

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti (Suharsimi Arikunto, 2010: 109). Pengambilan sampel untuk penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2010: 112), jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Sampel guru penjas yang akan diambil berjumlah 20 orang dan sampel siswa sekolah dasar kelas VI di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon sebanyak 200 orang siswa. Sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Sampel Penelitian Kualifikasi dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa dan Hasil Belajar Pendidikan

Jasmani Di Sekolah Dasar

No Nama Sekolah Jumlah Guru Jumlah Siswa

1. SDN. Pegambiran I 1 orang 10 orang

2. SDN. Pegambiran II 1 orang 10 orang

3. SDN. Pegajahan I 1 orang 10 orang

4. SDN. Pegajahan II 1 orang 10 orang

5. SDN. Kejaksan 1 orang 10 orang

6. SDN. Kebon Melati I 1 orang 10 orang

7. SDN. Kebon Melati II 1 orang 10 orang


(30)

Mia Rosalina, 2013

Tabel 3.2. (Lanjutan)

9. SDN. Sukapura II 1 orang 10 orang

10. SDN. Kebon Baru V 1 orang 10 orang

11. SDN. Kebon Baru VI 1 orang 10 orang

12. SDN. Silih Asuh I 1 orang 10 orang

13. SDN. Silih Asuh III 1 orang 10 orang

14. SDN. Kartini I 1 orang 10 orang

15. SDN. Kartini II 1 orang 10 orang

16. SDN. Kartini IV 1 orang 10 orang

17. SDN. Kartini V 1 orang 10 orang

18. SDN. Sunyaragi 1 orang 10 orang

19. SDN. Bima I 1 orang 10 orang

20. SDN. Bima II 1 orang 10 orang

Total 20 orang 200 orang

D. Variabel Penelitian

Sebelum mengambil kesimpulan-kesimpulan teoritis, seorang peneliti harus mengidentifikasikan variabel-variabel utama yang akan diteliti agar penelitian yang akan dilakukan tidak menyimpang dari variabel-variabel yang telah ditentukan oleh penulis. Menurut Nana Sudjana (2001: 10) yang mengatakan

bahwa “Variabel adalah ciri atau karakteristik dari individu, objek, peristiwa yang

nilainya bisa berubah-ubah.”

Variabel yang akan diteliti terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah variabel yang bisa menyebabkan perubahan (mempengaruhi) terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel terikat itu sendiri adalah variabel yang menjadi akibat (dipengaruhi), disebabkan oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini penulis menetapkan variabel-variabel yang akan dikaji sebagai pembatas terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran-penafsiran suatu


(31)

Mia Rosalina, 2013

sebenarnya.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kualifikasi Guru (X1) dan Sertifikasi Guru (X2). Untuk variabel terikatnya adalah Intensitas Belajar Gerak (Y1) dan Hasil Belajar (Y2). Agar lebih lebih spesifik mengenai variabel penelitian, berikut ini dijelaskan maknanya secara operasional. Definisi operasional variabel penelitian :

1. Kualifikasi Guru dalam penelitian ini merupakan latar belakang pendidikan guru pendidikan jasmani yang akan memberikan warna pada proses dan hasil pembelajaran penjas di sekolah dasar atas dasar jenjang pendidikan III, D-IV, S1, dan S2.

2. Sertifikasi guru adalah predikat yang melekat pada guru khususnya diberikan untuk guru pendidikan jasmani sebagai guru yang profesional atau tidak yang diberikan oleh perguruan tinggi kepada guru penjas setelah guru yang bersangkutan mengikuti program sertifikasi guru, dalam penelitian ini sertifikasi diberikan untuk guru yang sudah sertifikasi dan yang belum sertifikasi.

3. Intensitas belajar gerak adalah usaha yang dikeluarkan siswa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

4. Hasil belajar adalah kemampuan yang relatif menetap dan dapat diukur sebagai hasil dari proses belajar penjas yang dilakukan oleh siswa sekolah dasar. Peneliti mendapatkan hasil belajar siswa dari nilai triwulan siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menyusun instrumen yang berupa kuesioner (angket), observasi/pengamatan, dan data dokumentasi. Jenis-jenis instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

1) Kuesioner (angket)

Angket merupakan instrumen pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan pertanyaan yang harus dikerjakan atau dijawab oleh orang


(32)

Mia Rosalina, 2013

Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.” Setelah pengertian mengenai angket (kuesioner) tersebut, hal

lain yang menjadi pertimbangan dasar dalam penggunaan angket atau kuesioner, sebagaimana diungkapkan oleh Arief (1982:70) sebagai berikut:

1. Agar hasil pengukuran terhadap variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik.

2. Dengan alat pengumpul data tersebut memungkinkan dapat diperoleh data yang objektif.

3. Dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan penelitian dilakukan dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.

Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang intensitas belajar gerak siswa yang dijawab oleh guru penjas SD Negeri di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang disajikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang sudah tersusun, dimana responden tinggal memilih

atau memberi tanda ceklish (√) pada kolom alternatif jawaban sesuai dengan

keadaan yang dirasakan pribadinya. Dalam alternatif jawaban penulis menyediakan pilihan jawaban yang sudah ditentukan, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Langkah-Langkah menyusun angket adalah sebagai berikut:

a) Melakukan spesifikasi data dengan menggunakan acuan teoritis penyusunan angket

Spesifikasi data bertujuan untuk menjabarkan ruang lingkup masalah yang akan diukur secara terperinci. Untuk lebih jelas dan memudahkan penyusunan spesifikasi data tersebut, maka penulis tuangkan dalam bentuk kisi-kisi yang mengacu pada teori dari masing-masing variabel.

Nurkholif Hazim (2005: 191) bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga

yang dikerahkan untuk suatu usaha”. Jadi intensitas secara sederhana dapat


(33)

Mia Rosalina, 2013

maka akan menunjukan hasil yang baik, sebagaimana pendapat Sadirman (1996: 85), yang menyatakan bahwa intensitas belajar siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian tujuan belajarnya yakni meningkatkan prestasinya.

Perkataan intensitas sangat erat kaitannya dengan motivasi, antara keduanya tidak dapat dipisahkan sebab untuk terjadinya itensitas belajar atau semangat belajar harus didahului dengan adanya motivasi dari siswa itu sendiri. Sebagaimana Sardiman (1996: 84) menyatakan: “Belajar diperlukan adanya intensitas atau semangat yang tinggi terutama didasarkan adanya motivasi.” Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas belajar siswa.

Intensitas belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampi (Echols dalam Shadily 1993: 326).

Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi. Belajar gerak adalah sebagai “Serangkaian proses yang dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil (Schmidt yang dikutip Mahendra, 1998: 122). Jadi, intensitas belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan


(34)

Mia Rosalina, 2013

gerakan yang terampil.

b) Penyusunan Kisi-Kisi Angket

Perlu dijelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban, maka pernyataan-pernyataan tersebut disusun dengan berpedoman pada penjelasan Surakmand (1990: 184) sebagai berikut:

a. Setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya.

b. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif.

c. Sifat pernyataan harus netral dan objektif.

d. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain.

e. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi.

Dari uraian yang dipaparkan sebelumnya, maka dalam menyusun pernyataan dalam angket ini harus bersifat jelas, ringkas, dan tegas. Dari beberapa teori di atas, dilakukan penyusunan kisi-kisi angket yang dijadikan acuan untuk membuat kisi-kisi instrumen intensitas belajar gerak. Dari beberapa teori yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dibuat definisi intensitas belajar gerak siswa dalam Tabel 3.3.


(35)

Mia Rosalina, 2013

Tabel 3.3.

Kisi-kisi Instrumen Variabel Intensitas Belajar Gerak

Komponen Variabel

Sub

Komponen Indikator

Intensitas belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai

tujuan yang

diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha

dengan penuh

semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi dihubungkan dengan

latihan atau

pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan

gerakan-gerakan yang terampil. (John M. Echols dalam Shadily 1993: 326).

a. Motivasi a. Tekun menghadapi tugas.

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c. Lebih senang bekerja mandiri. d. Cepat bosan pada tugas–tugas rutin. e. Dapat mempertahankan pendapatnya. b. Durasi

Kegiatan

Kemampuan penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan, meliputi :

Lamanya waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan PBM penjas di SD. c. Frekuensi

Kegiatan

Berapa sering kegiatan dilakukan dalam Periode waktu tertentu.

d. Presentasi Gairah, keinginan atau harapan yaitu maksud, rencana, cita-cita atau sasaran, target dan yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan meliputi : keinginan yang kuat bagi siswa untuk belajar.

e. Arah sikap Sikap sebagai suatu kesiapan pada diri seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal yang bersifat positif ataupun negatif. Dalam bentuknya yang negatif akan terdapat kecenderungan untuk menghindari, membenci, bahkan tidak menyukai objek tertentu. Sedangkan dalam bentuknya yang positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu. Contohnya, apabila siswa menyenangi materi tertentu maka dengan sendirinya siswa akan mempelajari dengan baik. Sedangkan apabila tidak menyukai materi tertentu maka siswa tidak akan mempelajari kesan acuh tak acuh.

f. Minat 1. Adanya perhatian.

Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu:

 perhatian terhadap bahan pelajaran penjas.


(36)

Mia Rosalina, 2013

Tabel 3.3. (Lanjutan)

Langkah selanjutnya setelah membuat kisi-kisi angket, peneliti membuat pernyataan berdasarkan indikator dalam setiap sub komponen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4.

Pernyataan Angket Intensitas Belajar Gerak Siswa

Sub Komponen

Indikator Pernyataan No Soal

Motivasi a. Tekun menghadapi

tugas.

b. Ulet menghadapi kesulitan. c. Lebih senang

bekerja mandiri.

 Siswa mengerjakan tugas PBM penjas dengan baik tanpa ada paksaan.

 Siswa mengerjakan tugas PBM penjas dengan bantuan teman.  Siswa bertanya apabila ada materi

yang tidak dipahami dalam PBM penjas.

 Siswa lebih senang dalam mengerjakan tugas penjas secara mandiri.

 Siswa tidak begitu senang ketika

1

7

14 18

2. Adanya ketertarikan.

Ketertarikan dibedakan menjadi :

 ketertarikan terhadap bahan pelajaran

 penjas. 3. Rasa senang.

Rasa senang meliputi :

 rasa senang mengetahui bahan belajar penjas.

 memahami bahan belajar penjas.

 kemampuan menyelesaikan soal-soal pembelajaran penjas.

g. Aktivitas a. Melakukan karena instruksi guru. b. Melakukan karena mata pelajaran.

c. Melakukan dengan sungguh-sungguh dalam setiap jam pelajaran.


(37)

Mia Rosalina, 2013

individu.

Tabel 3.4. (Lanjutan)

d. Cepat bosan pada tugas–tugas rutin.

e. Dapat

mempertahankan pendapatnya.

 Siswa merasa bosan apabila diberikan materi PBM penjas yang itu-itu saja.

 Mempertahankan argumentasi apabila pendapatnya diyakini benar.  Tidak pernah berpendappat dalam

belajar penjas. 25 28 30 Durasi Kegiatan

Lamanya waktu yang digunakan untuk melaksanakan

kegiatan PBM penjas di SD.

 Pembelajaran penjas memerlukan waktu yang lama.

 Pembelajaran penjas tidak memerlukan waktu yang lama.

2 8 Frekuensi Kegiatan a. Frekuensi melakukan

kegiatan PBM penjas di SD dalam seminggu.

b. Frekuensi melakukan

kegiatan PBM penjas di SD dalam sebulan.

c. Frekuensi melakukan

kegiatan PBM penjas di SD dalam satu semester.

 Siswa mengikuti pelajaran penjas setiap minggu.

 Siswa tidak mengikuti pelajaran penjas dalam setiap minggu.

 Pada setiap bulan siswa selalu mengikuti tes pelajaran penjas.  Ada beberapa siswa yang tidak

mengikuti tes dengan alasan tertentu.

 Setiap satu semester siswa mengikuti ujian akhir semester pelajaran penjas.

 Ada beberapa siswa yang tidak mengikuti ujian akhir semsester dengan alasan tertentu.

3 15 19 22 26 29

Presentasi Gairah, keinginan atau

harapan yang keras yaitu maksud, rencana, cita-cita atau sasaran, target dan idolanya yang hendak dicapai dengan

 Siswa dapat mempraktekan beberapa materi dari hasil

pembelajaran penjas dengan baik dan benar.

 Siswa tidak mampu mempraktekan hasil pembelajaran penjas dengan baik.

10


(38)

Mia Rosalina, 2013

Tabel 3.4. (Lanjutan) dilakukan meliputi :

keinginan yang kuat bagi siswa untuk belajar.

Arah Sikap Sikap sebagai suatu

kesiapan pada diri siswa.

 Siswa mempersiapkan diri dan sigap dalam mengikuti pembelajaran penjas.

 Siswa tidak memiliki persiapan dan kesiapan diri dalam mengikuti pembelajaran penjas.

4

11

Minat a. Adanya

perhatian.

b. Adanya ketertarikan.

c. Rasa senang.

 Siswa memperhatikan setiap item pelajaran yang disampaikan guru pada saat pelajaran penjas dengan baik.

 Siswa kurang memperhatikan setiap item pelajaran penjas dengan baik.

 Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran penjas.  Siswa tidak antusias dalam

mengikuti pelajaran penjas  Siswa merasa senang dan tidak

pernah merasa terpaksa dalam mengikuti pelajaran penjas.  Siswa tidak bersemangat dan

bermalas-malasan dalam mengikuti pembelajaran penjas. 5 16 12 20 23 27

Aktivitas a. Melakukan karena

instruksi guru. b. Melakukan karena

mata pelajaran c. Melakukan dengan

sungguh-sungguh dalam setiap jam pelajaran.

d. Melakukan secara aktif.

 Melaksanakan kegiatan

pembelajaran penjas di sekolah karena atas perintah guru.

 Mengikuti pelajaran penjas karena termasuk kedalam mata pelajaran.  Setiap instruksi gerakan yang

diperintahkan guru, saya melakukannya dengan konsentrasi.  Selama pelajaran penjas sedang

berlansung, para siswa tidak pernah berdiam diri.

6

13

17


(39)

Mia Rosalina, 2013

c) Penyusunan Angket

Indikator-indikator yang telah dirumuskan selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir-butir pertanyaan atau soal dalam angket. Butir-butir pernyataan atau soal tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia. Mengenai alternatif jawaban dalam angket digunakan skala Likert dengan kategori penyekoran seperti terlihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5.

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Skala Likert

No Alternatif jawaban

Skor alternatif jawaban

1 Sangat Setuju 1

2 Setuju 2

3 Tidak setuju 3

4 Sangat tidak Setuju 4

1. Observasi/Pengamatan

Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengamatan langsung terhadap obyek-obyek yang diteliti di lapangan untuk memperoleh gambaran informasi dan keterangan yang relevan dengan objek penelitian.

2. Dokumentasi

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini data dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang disimpan dan dirawat


(40)

Mia Rosalina, 2013

memanfaatkannya. Data dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk mengumpulkan data tentang kualifikasi guru, sertifikat pendidik dan hasil belajar siswa SD Negeri di Kota Cirebon. Adapun bentuk instrumen penelitian yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :

a. Kualifikasi Guru Diambil Melalui Data Dokumentasi

Kualifikasi akademik sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

RI No. 18 Tahun 2007 yaitu “Tingkat pendidikan formal yang telah dicapai

sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S1, S2, atau S3) maupun non gelar (D4 atau Post Graduate Diploma), baik di dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini dapat berupa ijazah atau

sertifikat diploma.” Landasan hukum lainnya adalah Permendiknas No. 16 Tahun

2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dimana disebutkan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualitas akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional, dan juga bahwa guru-guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik diploma empat (D-IV) atau sarjana akan diatur dengan peraturan menteri tersendiri.

Data mengenai kualifikasi yang dimiliki oleh guru penjas di SD, diketahui melalui ijazah hasil pendidikan guru terakhir yang dimilikinya dan melalui pengalaman mengikuti pelatihan atau penataran guru tentang materi pembelajaran penjas di SD. Data yang diperoleh merupakan data demografi, sehingga penulis menentukan kriteria penilaian kualifikasi guru penjas di SD sebagai berikut: 1) Nilai 1 = Untuk Ijazah D-III

2) Nilai 2 = Untuk Ijazah D-IV 3) Nilai 3 = Untuk Ijazah S1 4) Nilai 4 = Untuk Ijazah S2

b. Sertifikasi Guru Dinilai Dengan Dokumentasi

Sertifikasi ini dianggap sebagai amanah dari UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dasar utama pelaksanaan sertifikasi guru adalah UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan tanggal 30 Desember 2005. Pasal yang menyatakannya adalah pasal 8 yaitu : “Guru wajib


(41)

Mia Rosalina, 2013

rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.” Pasal lainnya adalah pasal 11 ayat 1 yaitu “Sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

Landasan hukum lainnya adalah UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007. Data mengenai sertifikasi yang dimiliki oleh guru penjas SD di Kota Cirebon, diketahui melalui hasil kelulusan sertifikasi dan dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya. Jenis data yang diperoleh merupakan data demografi dengan menggunakan kode angka 1 (satu) dan 2 (dua), sehingga penulis menentukan kriteria penilaian sertifikasi sebagai berikut:

1) Kode 1 = Untuk guru yang belum lulus sertifikasi. 2) Kode 2 = Untuk guru yang sudah sertifikasi.

c. Intensitas Belajar Gerak Dinilai Dengan Kuesioner (Angket)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata intensitas adalah kekerapan, suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang. Kemudian di dalam Duden (2003: 839) intensitas (die Intensitat) diartikan sebagai

Starke, Kraft, Wirksamkeit (von Handlungen, Ablaufen o.A) : grosse, gleich bleibende, wechselnde.” Hal tersebut dapat diartikan sebagai kemampuan atau

peningkatan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus. Menurut Tohar (2004: 55), intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkat pengeluaran energi, alat dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan.

Pada dasarnya belajar gerak (motor learning) merupakan suatu proses belajar yang memiliki tujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak yang optimal secara efisien dan efektif. Seiring dengan itu, Schmidt (1989: 34) dalam Syarifudin (2009:113) menegaskan bahwa belajar gerak merupakan suatu rangkaian asosiasi latihan atau pengalaman yang dapat mengubah kemampuan gerak ke arah kinerja keterampilan gerak tertentu.


(42)

Mia Rosalina, 2013

luas kepada anak merupakan tindakan yang bijaksana dalam usaha mempengaruhi perkembangan anak. Melalui gerak, pada dasarnya anak sedang mengadakan interaksi dan komunikasi dengan dunia luarnya dalam usaha melengkapi pengatahuan dan sikapnya. Pengaruh dari proses belajar terhadap ranah kognitif dan afektif bukanlah pengaruh tidak langsung melainkan pengaruh langsung seperti halnya terhadap perkembangan gerak. Dalam pembentukan sikap siswa, Ateng (1994: 35) menegaskan tidak ada media pendidikan serealitas pendidikan gerak untuk menanamkan sikap sportif, seperti menghargai orang lain, bekerja sama, berjuang keras dan sebagainya.

Menurut Kristi (2012: 2) dalam Schmidt (1991) belajar gerak adalah “Suatu rangkaian proses yang berhubungan dengan latihan/pengalaman yang mengarahkan pada terjadinya perubahan-perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil, yaitu upaya meningkatkan keterampilan gerak tubuh secara keseluruhan dan upaya penguasaan pola-pola gerak keterampilan dalam kaitannya dengan konsep ruang, waktu dan gaya. Menurut Sugiyanto (1994: 27) belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh. Jadi, intensitas belajar gerak suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang lebih dari satu kali dengan frekuensi yang semakin lama semakin meningkat dengan mempelajari pola-pola gerak keterampilan dalam kaitannya dengan konsep ruang, waktu dan gaya. Pengukuran intensitas belajar gerak merupakan suatu proses pengumpulan data/ informasi tentang kemampuan gerak seseorang/ individu mulai dari alat ukur sampai hasil pengukurannya.

Angket atau kuesioner merupakan salah satu alat pengumpulan data yang dinyatakan kesahihannya oleh banyak ahli statistik. Angket atau kuesioner diartikan sebagai suatu alat pengumpul data yang didalamnya berisikan suatu pernyataan baik secara terbuka ataupun tertutup. Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini ialah angket tertutup, dimaksudkan agar semua jawaban yang diberikan oleh guru penjas dan siswa SD di Kota Cirebon lebih mudah untuk dinilai kerena semua alternatif jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu.


(43)

Mia Rosalina, 2013

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 63 ayat 1 tentang Standar

Nasional Pendidikan yaitu “Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri dari (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan (3) penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Pasal 68 menjelaskan bahwa “Hasil ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk (1) pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan (2) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya (3) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan (4) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dasar hukum lainnya menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 59 Tahun 2011 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2007 tanggal 11 Juni 2007 tentang Standar Penilaian Pendidik.

Data mengenai hasil belajar siswa, diketahui melalui nilai tri wulan siswa SD. Data yang diperoleh merupakan hasil dari evaluasi belajar siswa, sehingga penulis menentukan kriteria penilaian hasil belajar siswa berdasarkan nilai tri wulan siswa di SD dalam pembelajaran penjas.

F. Uji Coba Instrumen

Instrumen penelitian yang sudah dibuat sebelum diberikan kepada sampel terlebih dahulu diujicobakan. Tujuannya adalah mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen ukur yang telah disusun berdasarkan angket intensitas belajar gerak, sehingga dapat diketahui layak tidaknya instrumen ukur tersebut untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data. Validitas maksudnya adalah alat ukur yang digunakan benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas maksudnya untuk mengetahui keajegan alat ukur yang digunakan. Sugiyono (2009:173) menjelaskan bahwa, “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang


(44)

Mia Rosalina, 2013

diakui oleh banyak orang bahwa alat ukur tersebut layak digunakan untuk mengukur.

Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan, ada langkah yang ditempuh. Langkah pertama, instrumen yang dibuat selanjutnya diujicobakan dengan diberikan kepada responden yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian, tetapi bukan sampel yang sebenarnya. Uji coba dilakukan pada tanggal 29 April 2013 kepada guru penjas sebanyak 20 orang dan 40 orang siswa SD di Kota Cirebon. Jenis validitas yang ingin diketahui dalam angket ini adalah validitas isi dan butir. Penelaahan validitas isi dilakukan melalui analisis rasional atau melalui professional judgement. Tujuannya untuk mengetahui kesesuaian item-item tes yang dibuat mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur.

Uji validitas butir memiliki tujuan untuk mengetahui apakah item-item tes yang digunakan baik atau tidak. Cara pengujiannya dilakukan dengan mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor total. Indeks koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan ada kesesuaian antara fungsi-fungsi butir item dengan fungsi angket keseluruhan. Teknis analisis yang digunakan untuk menguji validitas butir adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Setelah dianalisis, dari 30 item pernyataan yang diujicobakan terdapat 6 item yang dinyatakan gugur dan sisanya sebanyak 24 butir dinyatakan valid, ini merupakan uji coba instrumen yang pertama. Hasil uji validitas instrumen intensitas belajar gerak siswa tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6.

Hasil Uji Validitas Instrumen Intensitas Belajar Gerak Siswa

Keterangan

Jumlah item yang diuji 30 item

Nomor item yang tidak valid 13, 19, 21, 22, 23, dan 30 Jumlah item yang valid dan layak digunakan


(45)

Mia Rosalina, 2013

Dengan bantuan program SPSS for Windows diperoleh hasil uji reliabilitas instrumen penelitian variabel intensitas belajar gerak r = 0,892 dengan nilai thitung sebesar 12,133 > nilai ttabel sebesar 2,024. Dengan demikian maka angket yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai daya ketetapan atau dengan kata lain reliabel.

G. Analisis Instrumen

Setelah instrumen diujicobakan pada 20 guru penjas dan 200 siswa SD di Kota Cirebon, maka langkah selanjutnya dilakukan analisis untuk menentukan tingkat validitas dan tingkat reliabilitas instrumen dengan sistematika analisis instrumen. Sistematika analisis instrumen ini diuraikan sebagai berikut :

 Menentukan Tingkat Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006:168). Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep (konstruk teori) yang menjadi dasar penyusunan instrumen.

Untuk pengujian ini digunakan SPSS 16. Uji validitas adalah uji tentang kemampuan suatu angket, sehingga benar-benar dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah instrumen valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Jika r (korelasi), dengan item tersebut valid. Besarnya r tiap butir pertanyaan dapat dilihat dari SPSS 16 pada kolom (Corrected Items Correlation).

 Menentukan Tingkat Reliabilitas

Syarat lain yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas. Menurut Arikunto (2002:154) menjelaskan bahwa:


(46)

Mia Rosalina, 2013

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responder untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.

Ada beberapa teknik penghitungan yang biasa digunakan. Analisis instrumen dalam kajian ini akan menggunakan teknik formula Cronbach’s Alpha dengan rumus sebagai berikut:

=

(Suharsimi Arikunto, 2002: 171) Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyak butir pemyataan atau banyaknya soal = Jumlah varians butir

σt2 = Varians total

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha adalah : 1. Hitung varians skor tiap-tiap item (Si)

2. Jumlahkan varians semua item ( ) 3. Masukkan nilai Alpha (r11)

Selanjutnya dengan menggunakan taraf signifikansi  = 0.05, reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan (rtabel) dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan kritenia:

Jika ri > rtabel reliabel Jika ri < rtabel tidak reliabel


(1)

Mia Rosalina, 2013

Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada umumnya siswa belum memahami esensi dari pendidikan jasmani, kecenderungan para siswa menyimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan pembelajaran aktivitas gerak di kecabangan olahraga saja. Hal diatas dapat disebabkan oleh kurangnya minat siswa untuk mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Ini merupakan indikasi dari kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran, kualifikasi dan sertifikasi guru yang tidak kompeten serta sistem pendidikan yang secara khusus berhubungan dengan pembelajaran pendidikan jasmani belum berjalan dengan baik.

Proses pembelajaran pendidikan jasmani lebih sulit dilaksanakan pada jenjang sekolah dasar, salah satunya disebabkan oleh faktor usia siswa, pada usia seperti mereka proses pembelajaran pendidikan jasmani tidak secara maksimal diterima oleh para siswa karena kurangnya keseriusan siswa untuk memahami materi pembelajaran dan cenderung mereka lebih banyak bermain–main saat proses pembelajaran teori ataupun praktek dilapangan. Kualifikasi dan sertifikasi dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas dari guru. Sehingga dapat melahirkan guru-guru yang berkualitas, lebih memiliki kompetensi keilmuan serta bisa lebih profesional.

Apabila penelitian ini tidak dilakukan, kemungkinan guru pendidikan jasmani tidak akan memiliki gambaran tentang cara dan metode dalam meningkatkan intensitas belajar gerak siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani, pemahaman siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani pun hanya sebatas pada aktivitas praktek kecabangan saja. Hal ini akan berdampak pada kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani secara keseluruhan tidak akan maksimal. Lembaga pendidikan tenaga kependidikan di bidang pendidikan jasmani dan olahraga (FPOK, FIK, dan JPOK, PGSD) harus dapat mengarahkan para calon guru olahraga untuk lebih memahami manfaat dan tujuan sertifikasi dengan cara memberikan pengarahan dalam perkuliahan maupun dalam PLPG sertifikasi guru.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi peluang kepada peneliti lainnya untuk dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut. Sehubungan dengan


(2)

hal tersebut maka kiranya penelitian ini perlu dijadikan bahan rekomendasi untuk melaksanakan penelitian-penelitian selanjutnya.


(3)

Mia Rosalina, 2013

Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Ateng. (1993). Pendidikan Olahraga. Jakarta: IKIP Jakarta.

……….. (1992). Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: P2TK Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

A.M. Sadirman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek .

Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi kelima. Jakarta Rineka Cipta.

………. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta : Rineka Cipta.

………... (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta : Rineka Cipta.

Ary, D.Jacob, L.C. and Razavieh, A. (1990). Introduction to Research in Education. Forth Worth: Hancourt Brace Collage Publishers.

Bucher. (1979). Foundation of Physical Educations. St. Louis: Mosby Company.

Darsono, dkk. ( 2002). Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIP Semarang Press.

Daryanto. (2008). Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Data online. (2012). Artikata. Tersedia:

http://www.artikata.com/arti-344462-pengaruh.html

Depdiknas. (2007). Meningkatkan Kompetensi Guru. Tersedia:

http://www.pmptk.net/.

……… (2007). Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/


(4)

…………. (2007). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

………….. (2007). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/.

………….. (2007). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/.

…………. (2007). Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.

…………. (2008). Pedoman Program Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Getting, Rahman. (2009). Menuju Guru Profesional Dan Beretika. Yogyakarta: Graham Guru Printika.

Hadi, Sutrisno. 1988. Metodologi Reseach I, II, dan IV. Yogyakarta : Andi Offset. Hamalik, Oemar. (2009). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan

Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hazim Nurkholif. (2005). Teknologi Pembelajaran. Jakarta: UT, Pustekom, IPTPI.

Ibid. (2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

John M. Echols dan Hasan Shadily. (1995). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

LR. Gay. (1996,pp. 91-98). Educational Research; Competencies for Analysis and Application; New Jersey, Prentice Hall Inc.

Mahendra, A. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung: IKIP Bandung Press.

Payong, R, Marselus. (2011). Sertifikasi Profesi Guru. Jakarta Barat: Indeks.

Pikiran Rakyat. (2011). Kabar Cirebon.

Tersedia:http://kabar- cirebon.com/kabarcirebon/berita-426-un-sd-di-kota-cirebon-diikuti-5750-murid.html.


(5)

Mia Rosalina, 2013

Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Riduwan (2010), Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung, Alfabeta.

Rudiyanto.T. (2006). Persepsi Siswa Smk Panca Bhakti Banjarnegara Terhadap Pelajaran Pendidikan Jasmani. Semarang.

Rusli Lutan, & Cholik, T. (1997). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Buku Materi Pokok, Depdikbud-Dikdasmen, BP2MG Penjaskes. Universitas Terbuka.

Rosmalawati. (2000). Falsafah dan Metodologi Penelitian. Bandung. Diktat Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.

Schmidt, Richard. (1988). A. Motor Control and Learning: A Behavioral Emphasis.Champaign: Human Kinetic Publishers, Inc.

………. (1991). Motor Learning Performance. Champaign: Human Kinetics Books.

Siedentop, Darly. (1990). Introduction to Physical Education, Fitness, and Sport. Second Edition. Toronto: Mayfield Publishing Company.

Siedentop, Darly & Tannehil, D. (2000). Developing Teaching Skill in Physical Education. Fourth Edition. Mountain View, California: Mayfield Publishing Company.

Sudjana dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sudjana. (2003). Teknologi Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabetha.

... (1999). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabetha.

Suharsimi Arikunto. 1985. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara.

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV Bintang Warli Artika.


(6)

Surakhmand. W. (2007). Pengantar Metodoligi Ilmiah. Jakarta : Galamedia Pustaka Utama.

Suranto, dkk. (1994). Pengetahuan Umum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suryabrata, Sumadi. (1994). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UGM Pers.

Suryadi,Ace. & Tilaar, H.A.R. (1993). Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu

Pengantar. Bandung: Rosda Karya. Tersedia:

http://desainwebsite.net/artikel-ilmiah/pengertian-kualitas-pendidikan#ixzz1z2q5gYkd

Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Yasbiati. (2012). Jurnal Pendidikan Saung Guru, Pengaruh Persepsi Guru tentang Sertifikasi terhadap Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar. Tersedia:http://file.upi.edu/direktori/jurnal/saung_guru/vol._1_no._1/yasbi atipengaruh_persepsi_guru_tentang_sertifikasi_terhadap_kualitas_pembel ajaran_disdn_nagarawangi_i_tasikmalaya.pdf.